You are on page 1of 11

Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan...

(Bina, Daru, Dewi)

Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Praktik Penerapan Prosedur


Keselamatan Kerja Di PT. Bina Buna Kimia Ungaran

Bina Kurniawan *), Daru Lestantyo *), Dewi Murtiningsih * *)


*)
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP
* *)
Alumni FKM UNDIP

ABSTRACT

Background : Occupational health and safety procedures have been developed by


Environmental Health and Safety Department in PT. Bina Buna Kimia Ungaran Safety
procedures were developed in order to control the potential hazards and minimize occupational
accidents which caused by human factors. Unfortunately, many workers have neglected to
operate the procedures correctly. This study identifies the relationships between worker’s
characteristics such as age, sex, educational level, working period, knowledge, attitudes,
and the practice of workers.
Method : Thirty eight temporary workers from production section have participated in this
study. They were selected using a simple random sampling. A scheduled-structured
questionnaire with a face to face interview has been used to collect the data. Meanwhile, an
observation using check lists has also been used to observe worker’s behaviour in operating
safety health procedures.
Results : The study found that there are no associations between sex, working period and the
practice of safety procedure of the respondents. However, age and education level of workers
have significant relationships. Likewise, knowledge and attitudes of respondents have also
associations with the practice of safety procedures of the respondents. This study suggests
that the information of safety procedures including the positive and negative effects of these
should be conducted regularly to motivate the workers.

Keywords: Worker, occupational health, Safety procedures, Behaviour.

94
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006
PENDAHULUAN pekerja melalui pembekalan tentang
Di Indonesia, keberadaan SMK3 keselamatan (briefing safety), pelatihan
(Sistem Manajemen Kesehatan dan penyegaran, dan orientasi keselamatan kerja
Keselamatan Kerja) tersebut telah diatur di (safety) bagi karyawan baru. Namun dalam
dalam Permenaker No. Per. 05/MEN/1996. pelaksanaannya, selalu terdapat hambatan
Keberadaan SMK3 merupakan langkah yang membuat peraturan tersebut tidak
konkrit kepedulian perusahaan terhadap aspek dilaksanakan sepenuhnya oleh pekerja yang
keselamatan dan kesehatan baik terhadap bersangkutan. Menurut hasil survei, sebanyak
manajemen, tenaga kerja, maupun lingkungan 19,7% dari 37 pekerja mengatakan bahwa
kerja. Selain itu, penerapan SMK3 dapat men- selama bekerja boleh sambil bercanda dan
dukung perusahaan untuk meningkatkan sebanyak 83,3% mengatakan boleh membawa
produktivitas dan mengantisipasi hambatan barang yang terlalu tinggi hingga menghalangi
teknis dalam era globalisasi perdagangan pandangan.
(Budiono, 2003) Berdasarkan hasil observasi awal,
Kegiatan industri yang mengolah, masih terdapat pekerja yang menanggalkan
menyimpan, mengedarkan, mengangkut, dan APD seperti kacamata safety, sarung tangan,
mempergunakan bahan-bahan kimia dan respirator pada area-area yang diwajibkan
berbahaya terus meningkat sejalan dengan memakai APD tersebut, meskipun APD
perkembangan pembangunan. Semua tempat standar (wear pack, sepatu, helmet, dan
yang dipergunakan untuk aktivitas tersebut masker katun) telah mereka kenakan. Pekerja
dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang yang cenderung mengabaikan prosedur
berbahaya karena berpotensi menimbulkan keselamatan kerja yang berlaku dapat menjadi
bahaya besar bagi industri, tenaga kerja, salah satu faktor kerugian di dalam
lingkungan maupun sumber daya lainny.a perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja
(Metrison, 1996) seperti hilangnya jam kerja produktif
PT. Bina Buna Kimia memberi 11 disamping juga berdampak terhadap pekerja
jaminan kesejahteraan pada karyawannya itu sendiri.
dimana salah satu dari jaminan tersebut adalah Penyebab kecelakaan dapat
komitmen untuk diperhatikannya aspek K3. dikelompokkan menjadi dua yaitu keadaan
Berpegang teguh pada semboyan “safety yang dan tindakan yang tidak aman. Kecelakaan
pertama, baru kemudian yang lainnya seperti besar biasanya terjadi akibat kombinasi dari
produktivitas, kualitas, efisiensi, harga, dan dua sebab tersebut dan sebanyak 80-85%
pelayanan (customer service)”. PT. Bina Buna kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau
Kimia menempatkannya dalam salah satu misi kesalahan manusia. Bahkan pada akhirnya,
K3 pabrik yaitu menciptakan tempat kerja baik langsung ataupun tidak langsung semua
yang aman dan nyaman bagi karyawannya. kecelakaan dikarenakan faktor manusia.
Misi ini diwujudkan dengan dilaksanakannya Menurut hasil laporan insiden departemen
suatu Sistem Manajemen Keselamatan Proses Safety, Health, and Environment (SHE),
(Process Safety Management System) yang selama bulan April 2005 tercatat 9 insiden
mengacu pada sistem K3 perusahaan induk yang disebabkan oleh faktor manusia dan pada
(Anonim, 2002) bulan Mei tercatat 15 insiden dimana 11
Prosedur keselamatan kerja seperti diantaranya disebabkan oleh faktor manusia.
kebijakan dan peraturan keselamatan kerja (Suma’mur, 1985).
telah dibuat dan disosialisasikan ke seluruh

95
Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan... (Bina, Daru, Dewi)

Tujuan penelitian ini adalah 1. Jenis Kelamin Pekerja


mengetahui hubungan karakteristik pekerja
(jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
masa kerja, pengetahuan, dan sikap) beserta
praktik mereka terhadap prosedur
keselamatan kerja yang berlaku di PT. Bina
Buna Kimia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Explanatory
research yaitu penelitian yang menjelaskan
ada tidaknya hubungan antar variabel yang
dikaji dalam penelitian. Metode yang dipakai
dalam penelitian ini adalah penelitian survai
dengan pendekatan cross sectional, dimana
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Pekerja
semua pengukuran variabel hanya dilakukan
Menurut Jenis Kelamin di
satu kali pada suatu saat.( Singgih, 2001)
Bagian Produksi pada bulan
Populasi dalam penelitian ini adalah
Juni 2005 (dalam %)
pekerja tetap non office yang bekerja di bagian
produksi PT Bina Buna Kimia sebanyak 62
Berdasarkan gambar 1 diketahui bahwa
orang. Teknik pengambilan sampel
sebagian besar pekerja bagian produksi
menggunakan rumus ukuran minimal sampel
adalah perempuan (57,9 %).
dan sampel berjumlah 38 responden. Teknik
2. Umur Pekerja
sampling yang digunakan adalah Simple
Random Sampling.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-


HASAN

ANALISIS UNIVARIAT
A. Karakteristik Responden dan Praktik
Penerapan Prosedur Keselamatan
Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan terhadap 38 pekerja bagian
produksi yang terpilih sebagai sampel
penelitian, berhasil diketahui distribusi dari Gambar 2. Distribusi Frekuensi Pekerja Me-
karakteristik pekerja dan praktik penerapan nurut Umur di Bagian Produksi
prosedur keselamatan kerja, yaitu : pada bulan Juni 2005 (dalam %)

Berdasarkan gambar 2. diketahui bahwa


sebagian besar pekerja di bagian produksi
berada di usia pertengahan (44,7%) diikuti
pekerja dengan usia tua (36,8%) dan hanya

96
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006
18,4% yang berusia muda. Kategori umur Berdasarkan gambar 4. diketahui bahwa
yang digunakan adalah 18-29 tahun masa tidak satupun pekerja dengan masa kerja
muda, 30-39 tahun : pertengahan dan 40- dalam kategori baru (0%), sedangkan
60 tahun : tua. sebagian besar pekerja memiliki masa
3. Tingkat Pendidikan Pekerja kerja sedang (55,3%) dan sisanya dengan
masa kerja lama (44,7%). Kategori masa
kerja yang digunakan adalah baru : 1-5
tahun, sedang 6-10 tahun, dan lama : > 10
tahun.

B. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pe-


kerja terhadap Prosedur Keselamatan
Kerja
1. Pengetahuan Pekerja terhadap
Prosedur Keselamatan Kerja

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Pekerja


Menurut Tingkat Pendidikan di
Bagian Produksi pada bulan Juni
2005 (dalam %)

Berdasarkan gambar 3. diketahui bahwa


sebagian besar pekerja memiliki tingkat
pendidikan SD/sederajat (68,4%),
sedangkan SLTP/sederajat sebesar 26,3%
dan hanya 5,3% yang tidak bersekolah. Gambar 5. Distribusi Frekuensi Pekerja
4. Masa Kerja Pekerja Menurut Tingkat Pengetahuan di
Bagian Produksi pada bulan Juni
2005 (dalam %)

Berdasarkan gambar 5. diketahui bahwa


tingkat pengetahuan terbesar terdapat pada
kategori cukup (42,1%) diikuti tingkat
pengetahuan baik (31,6%) dan terkecil
dengan tingkat pengetahuan kurang
(26,3%). Tingkat pengetahuan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
seberapa jauh hasil tahu dari pekerja setelah
melakukan penginderaan terhadap prosedur
keselamatan kerja yang berlaku dan telah
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Pekerja disosialisasikan ke seluruh pekerja di PT
Menurut Masa Kerja di Bagian Bina Buna Kimia. Pengetahuan dijabarkan
Produksi pada bulan Juni 2005 dalam bentuk pertanyaan yang ada
(dalam %) kuesioner terstruktur dengan pilihan
97
Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan... (Bina, Daru, Dewi)

jawaban « ya » dan « tidak ». setiap 3. Praktik Penerapan Prosedur Kesela-


jawaban yang benar bernilai 1 sedangkan matan Kerja Pekerja
jawaban yang salah bernilai 0, kemudian
dilakukanskoring total, dengan kategori
baik jika x>x+SD, cukup jika x-
SD<x<x+SD, kurang jika x<x-SD.
2. Sikap Pekerja

Gambar 7. Distribusi Frekuensi Pekerja


Menurut Tingkat Praktik di
Bagian Produksi pada bulan Juni
2005 (dalam %)

Berdasarkan gambar 7. diketahui bahwa


Gambar 6. Distribusi Frekuensi Pekerja
terdapat persentase yang sama yaitu
Menurut Sikap di Bagian
pekerja dengan tingkat praktik baik dan
Produksi pada bulan Juni 2005
cukup sebesar 42,1% sedangkan sisanya
(dalam %)
memiliki tingkat praktik yang kurang
(15,8%). Pelaksanaan secara nyata oleh
Berdasarkan gambar 6. diketahui bahwa
pekerja apa yang disebut di dalam
frekuensi pekerja dengan sikap baik dan
prosedur keselamatan kerja yang berlaku
kurang sebesar 23,7% dan sebagian besar
di PT Bina Buna Kimia. Praktik
memiliki sikap cukup (52,6%). Sikap
dijabarkan di dalam kuesioner dalam
pekerja yang dimaksud adalah reaksi atau
bentuk pernyataan baik yang bersifak fa-
respon yang masih tertutup dari pekerja
vorable maupun unfavorable dengan 5
mengenai prosedur keselamatan kerja
skala (selalu, sering, kadang-kadang,
yang diterapkan di PT Bina Buna Kimia.
jarang, tidak pernah). Pernyataan favor-
Sikap dijabarkan dalam bentuk pernyataan
able memiliki rentang nilai 4-0 sedangkan
baik yang bersifat favorable maupun un-
pernyataan unfavorable memiliki rentang
favorable dengan lima skala (sangat
nilai 0-4, kemudian dilakukan skoring to-
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
tal setelah melakukan observasi. Kategori
sangat tidak setuju). Pernyataan favorable
baik jika x>x+SD, cukup jika x-
mempunyai rentang nilao 0-4, kemudian
SD<x<x+SD, kurang jika x<x-SD.
dilakukan skoring total dengan kategori
baik jika x>X+SD, cukup jika x-
ANALISIS BIVARIAT
SD<x<x+SD, dan kurang jika x<C-SD.
1. Hubungan antara jenis kelamin
pekerja dengan praktik pekerja
Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa
pada pekerja dengan praktik yang baik,
persentase pekerja laki-laki (50%) lebih tinggi

98
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006
Tabel 1. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Pekerja dengan Praktik Penerapan Prosedur
Keselamatan Kerja

Tabel 2. Tabulasi Silang Antara Umur Pekerja dengan Praktik Penerapan Prosedur
Keselamatan Kerja

dari pekerja perempuan (36,4%). Sedangkan kategori umur tua (64,3%) sedangkan praktik
pada kategori praktik kerja cukup dan kurang, kerja yang cukup dan kurang banyak dimiliki
persentase pekerja laki-laki justru lebih kecil oleh pekerja dengan kategori umur tengah dan
daripada pekerja perempuan. muda.
Sebagian besar pekerja yang terpilih Menurut Handoko (1987), semakin
sebagai sampel berjenis kelamin perempuan. tua umur seseorang maka cenderung lebih
Semua pekerja baik laki-laki atau perempuan terpuaskan dengan pekerjaan yang
bekerja di tempat yang sama dengan fasilitas dilakukannya. Alasan yang melatarbelakangi
dan peraturan yang sama. Ketika laki-laki dan antara lain pengharapan-pengharapan yang
perempuan bekerja di tempat yang sama, lebih rendah dan penyesuaian yang lebih baik
maka mereka akan memberlakukan pola terhadap situasi kerja karena pengalaman yang
tertentu untuk berinteraksi dan perbedaan dimiliki. Sedangkan pada pekerja yang lebih
jenis kelamin turut berperan dalam interaksi muda cenderung kurang terpuaskan karena
tersebut. Adanya perbedaan jenis kelamin berbagai pengharapan yang lebih tinggi dan
tersebut turut menentukan pula peran masing- kurangnya penyesuaian diri. Efek dari
masing dalam bekerja (Metrison, 1996). kepuasan kerja dapat dilihat dari tingkah laku
Hasil uji statistik Chi-square pada α pekerja ketika bekerja.
= 0,05 diperoleh nilai p = 0,692, dengan Analisis secara deskriptif melalui
demikian dapat disimpulkan bahwa jenis tabulasi silang menunjukkan bahwa pekerja
kelamin tidak berpengaruh pada praktik dengan kelompok umur tua memiliki tingkat
penerapan peosedur keselamatan kerja. praktik baik yang lebih besar daripada tingkat
2. Hubungan antara umur pekerja praktik cukup dan kurang. Hal ini dikuatkan
dengan praktik pekerja oleh hasil uji statistik yang membuktikan
Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa bahwa ada korelasi antara umur dengan
pada pekerja dengan kategori praktik baik praktik pekerja. Meskipun koefisien
lebih banyak dimiliki oleh pekerja dengan korelasinya lemah namun ada kecenderungan

99
Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan... (Bina, Daru, Dewi)

Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Pekerja dengan Praktik Penerapan
Prosedur Keselamatan Kerja

Tabel 4. Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Pekerja dengan Praktik Penerapan Prosedur
Keselamatan Kerja

positif dimana pada usia yang lebih tua, terhadap wawasan dan cara pandangnya
pekerja memiliki tingkat praktik yang baik. dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang
Hasil uji statistik Kendall’s tau dengan tingkat pendidikan yang tinggi
diperoleh nilai p = 0,043 dengan koefisien cenderung mengedapankan rasio saat
korelasi (τ) = 0,03. Dengan demikian dapat menghadapi gagasan baru dibandingkan
disimpulkan bahwa ada hubungan antara mereka dengan pendidikan yang lebih rendah
umur pekerja dengan praktik penerapan (Notoatmodjo, 2003).
prosedur keselamatan kerja dimana hubungan Pendidikan formal sebenarnya
tersebut bersifat positif dan berkorelasi lemah. membentangkan harapan tentang tingkat dan
3. Hubungan antara tingkat pendidikan jenis perubahan tingkah laku sasaran
pekerja dengan praktik pekerja pendidikan, antara lain dengan perubahan
Berdasarkan tabel 3. diketahui bahwa pengetahuan, sikap, dan kemampuan mereka.
pada pekerja dengan kategori praktik baik Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh
lebih banyak dimiliki oleh pekerja dengan sebagian besar pekerja menjadi salah satu
tingkat pendidikan SLTP/sederajat, kategori faktor predisposing yang memberikan andil
praktik cukup lebih banyak pada pekerja bagi pekerja agar lebih mudah dalam
dengan tingkat pendidikan SD/sederajat, memahami dan mengerti tentang prosedur
sedangkan praktik kerja yang kurang banyak keselamatan kerja yang berlaku di tempat
dimiliki oleh pekerja yang tidak bersekolah kerja. (Notoatmodjo, 2003)
(100%). Hasil uji statistik Kendall’s tau pada
Hal ini bisa dijelaskan bahwa tingkat α = 0,01 diperoleh nilai p = 0,001 dengan
pendidikan seseorang akan berpengaruh koefisien korelasi (τ) = 0,519. Dengan

100
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006
Tabel 5. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Pekerja dengan Praktik Penerapan Prosedur
Keselamatan Kerja

Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Sikap Pekerja dengan Praktik Penerapan Prosedur
Keselamatan Kerja

demikian dapat disimpulkan bahwa ada masa kerja di atas lima tahun dan sebagian
hubungan antara tingkat pendidikan pekerja besar memiliki masa kerja sedang. Dengan
dengan praktik penerapan prosedur demikian seluruh pekerja cukup
keselamatan kerja dimana hubungan tersebut berpengalaman bahkan sangat berpengalaman
bersifat positif dan berkorelasi cukup kuat. dalam pekerjaannya.
4. Hubungan antara masa kerja pekerja Masa kerja seseorang turut
dengan praktik pekerja mempengaruhi tingkat kepuasan dalam
Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa bekerja, dimana semakin tinggi masa kerja
pada pekerja dengan kategori praktik baik seseorang maka semakin tinggi pula kepuasan
banyak dimiliki oleh pekerja dengan masa kerja yang ia capai. Menurut As’ad (Handoko,
kerja sedang (42,9%) sedangkan pada kategori 1987), bahwa kejiwaan yang tercermin dalam
praktik cukup lebih banyak pada pekerja tindakan manusia dipengaruhi oleh beberapa
dengan masa kerja lama (47,1%) dan kategori faktor antara lain pengalaman. Lamanya
praktik kurang lebih banyak pada pekerja waktu bekerja di bidang tertentu saat ini
dengan masa kerja sedang (19%). memiliki korelasi positif dengan peningkatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengalaman, pemahaman, dan kinerja yang
pekerja yang terpilih sebagai sampel, bersangkutan. (Istiarti, 2002) Hal ini berarti
didapatkan suatu karakter yang unik tentang semakin lama seseorang bekerja maka akan
masa kerja pekerja. Dari 38 pekerja tersebut semakin banyak pengalaman dan
tidak ada satupun yang masuk dalam pemahamannya terhadap prosedur yang ada
kelompok masa kerja baru. Hal ini di setiap tahap pekerjaan yang dilakukan.
menandakan bahwa semua pekerja memiliki
101
Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan... (Bina, Daru, Dewi)

Hasil uji statistik Kendall’s tau pengetahuan dan kesadaran akan bersifat
diperoleh nilai p = 0,087 dengan koefisien langgeng daripada perilaku yang tidak
korelasi (τ) = 0,025. Dengan demikian dapat didasari pengetahuan. Pengetahuan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara merupakan domain yang sangat penting
masa kerja pekerja dengan praktik penerapan dalam membentuk tindakan seseorang
prosedur keselamatan kerja. dalam hal ini adalah praktik pekerja
5. Hubungan antara pengetahuan pekerja terhadap prosedur keselamatan kerja.
dengan praktik pekerja (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa Hasil uji statistik Kendall’s tau pada
pada pekerja dengan kategori praktik baik diperoleh nilai p = 0,000 dengan koefisien
banyak dimilliki oleh pekerja dengan tingkat korelasi (τ) = 0,565. Dengan demikian dapat
pengetahuan baik (83,3%), pekerja dengan disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat praktik cukup banyak dimiliki oleh tingkat pengetahuan pekerja dengan praktik
pekerja dengan tingkat pengetahuan cukup penerapan prosedur keselamatan kerja dimana
(68,8%), sedangkan tingkat praktik kurang hubungan tersebut bersifat positif dan
banyak dimiliki oleh pekerja dengan tingkat berkorelasi cukup kuat.
pengetahuan kurang (11,8%). 6. Hubungan antara sikap pekerja
Pengetahuan merupakan hasil dari dengan praktik pekerja
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan Berdasarkan tabel 6. diketahui bahwa
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. pada pekerja dengan kategori praktik baik
Sebagian besar pengetahuan manusia lebih banyak dimiliki oleh pekerja dengan
diperoleh melalui mata dan telinga tingkat sikap yang baik pula (88,9%), pekerja
(Notoatmodjo, 2003). Pekerja yang terpilih dengan tingkat praktik cukup lebih banyak
sebagai sampel mengaku bahwa prosedur K3 pada pekerja dengan sikap yang cukup (55%),
yang mereka ketahui berdasarkan apa yang sedangkan tingkat praktik kurang lebih
pernah mereka dengar dan lihat diantaranya banyak pada pekerja dengan sikap yang
melalui briefing safety yang mereka terima kurang (44,4%).
setiap awal shift kerja, slogan-slogan dan Sikap merupakan reaksi atau respon
stiker-stiker K3 yang terpasang di area yang masih tertutup dari seseorang terhadap
strategis pabrik, booklet safety yang dibagikan suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap
sebagai pegangan bagi seluruh karyawan, tidak dapat dilihat secara langsung tetapi harus
pelatihan safety secara massal, dan sosialisasi ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
program-program K3 yang lain. tertutup. Menurut Newcomb, sikap
Pihak manajemen menyadari perlunya merupakan kesediaan untuk bertindak dan
menanamkan pengetahuan tentang K3 bagi belum merupakan suatu tindakan sehingga
pekerja sehingga pekerja dapat menumbuhkan sikap merupakan predisposisi tindakan dari
kesadaran pribadi untuk berperilaku aman dan suatu perilaku. (Notoatmodjo, 2003). Hasil
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. uji statistik menunjukkan bahwa ada
Dengan pengetahuan pula pekerja menjadi hubungan yang signifikan antara tingkat sikap
tahu arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dengan praktik pekerja terhadap prosedur
dirinya ketika diharuskan untuk menjunjung keselamatan kerja.
tinggi perilaku aman di tempat kerja. Sebagian besar pekerja memiliki sikap
Dari pengalaman dan penelitian yang cukup dengan tingkat praktik yang cukup
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pula. Sedangkan pekerja dengan sikap yang

102
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006
baik memiliki praktik baik dengan persentase Misalnya, ada suatu kewajiban yang
yang lebih besar. Tampak dari persentase membudaya dan menjadi pegangan setiap
tersebut bahwa pada sikap yang baik pun pekerja bahwa di area produksi harus
masih didapati pekerja dengan praktik yang memakai APD, maka budaya memakai
belum baik, demikian juga pada pekerja APD akan selalu hidup di komunitas
dengan sikap yang cukup masih memiliki tersebut.
praktik yang kurang. Berdasarkan uraian di atas dapat
Hal tersebut dapat dipahami karena disimpulkan bahwa ada suatu kecenderungan
sikap belum tentu secara otomatis terwujud bahwa pekerja dengan sikap yang baik akan
da-lam tindakan nyata. Setelah pekerja memiliki praktik kerja yang baik dan
mengetahui prosedur K3 yang ada (hasil dari umumnya besifat langgeng, namun ada
pengetahuan), kemudian ia melakukan pertimbangan tertentu yang membuat pekerja
penilaian terhadap apa yang diketahuinya tidak mengikuti sikap baik yang telah
tersebut dengan membentuk sikap yang siap terbentuk tersebut.
diwujudkan dalam tindakan. Namun, ada Hasil uji statistik Kendall’s tau pada
beberapa alasan yang menyebabkan sikap α = 0,01 diperoleh nilai p = 0,000 dengan
tidak selalu terwujud dalam tindakan yang koefisien korelasi (τ) = 0,551. Dengan
nyata, antara lain (Notoatmodjo, 2003) : demikian dapat disimpulkan bahwa ada
a. Sikap akan terwujud di dalam suatu hubungan antara sikap pekerja dengan praktik
tindakan tergantung pada situasi saat itu. penerapan prosedur keselamatan kerja dimana
Misalnya, pekerja bersikap positif hubungan tersebut bersifat positif dan
terhadap kewajiban mandi setelah bekerja, berkorelasi cukup kuat.
tetapi karena saat itu ia sedang sakit maka
diurungkanlah kewajiban untuk mandi SIMPULAN
setelah bekerja. a. Sebanyak 57,9% pekerja berjenis kelamin
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh perempuan dan sebanyak 44,7%
tindakan yang mengacu pada pengalaman terdistribusi pada usia pertengahan.
orang lain. Misalnya, pekerja yang pernah Tingkat pendidikan terbesar dari pekerja
menyaksikan temannya mengalami near adalah SD / sederajat yaitu sebesar 68,4%
miss pada jarinya ketika menyandarkan dan masa kerja antara 6-10 tahun (sedang)
tangan pada carton sealer maka akan sebesar 55,3%. Pengetahuan dan sikap
terbentuk sikap untuk berhati-hati dan pekerja terhadap prosedur keselamatan
tidak melakukan perbuatan yang serupa. kerja menunjukkan tingkat yang cukup
c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu sebagai kelompok terbesar dengan
tindakan berdasarkan pada banyak atau persentase masing-masing adalah 42,1%
sedikitnya pengalaman orang. Misalnya, dan 52,6%. Tingkat praktik baik dan
pekerja memiliki sikap untuk tidak cukup sebagai kelompok terbesar
bercanda ketika bekerja, namun karena memiliki persentase yang sama yaitu
rekannya bercanda dan tidak ada dampak sebesar 42,1%.
serius yang ditimbulkan maka ia b. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin
cenderung tidak mengikuti sikapnya yang pekerja dengan praktik penerapan
sudah baik tersebut. prosedur keselamatan kerja.
d. Nilai (value) yang ada di setiap komunitas
bahkan di lingkungan kerja sekalipun.

103
Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan... (Bina, Daru, Dewi)

c. Ada hubungan yang lemah antara umur di Sektor Informal Kaitan antara
pekerja dengan praktik penerapan Kenyataan dan Kebutuhan. Badan
prosedur keselamatan. Penerbit Universitas Diponegoro,
d. Ada hubungan yang signifikan antara Semarang
tingkat pendidikan pekerja dengan praktik
penerapan prosedur keselamatan kerja.
e. Tidak ada hubungan antara masa kerja
pekerja dengan praktik penerapan
prosedur keselamatan.
f. Ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan pekerja dengan
praktik penerapan prosedur keselamatan.
g. Ada hubungan yang signifikan antara
sikap pekerja dengan praktik penerapan
prosedur keselamatan kerja .

KEPUSTAKAAN
Anonim. 2002. Profil Perusahaan PT.Bina
Buna Kimia Ungaran, Kabupaten
Semarang.
Budiono Sugeng A.M. 2003. Bunga Rampai
Hiperkes dan KK. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Metrison. 1996. Sistem Manajemen Kesela-
matan dan Kesehatan Kerja di
Lapangan dan Laboratorium
Departemen Perin-dustrian dan
Perdagangan. Badan Pene-litian dan
Pengembangan Industri dan
Pengawasan Ketenagakerjaan, Jakarta
Handoko Hani. 1987. Manajemen Personalia
dan Sumber Daya Manusia. Edisi
Kedua. BPFE, Yogyakarta
Pudjijogyanti Clara R. 1991. Konsep Diri
dalam Pendidikan. Arcan, Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta
Santoso Singgih. 2003. Mengatasi Berbagai
Masalah Statistik dengan SPSS Versi
11.5. PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Istiarti Tinuk. 2002. Penerapan Hak Cuti
Melahirkan Bagi Pekerja Perempuan

104

You might also like