You are on page 1of 25

KEPERAWATAN KRITIS

“ANATOMI FISIOLOGI GINJAL DAN HEMODIALISA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. AHMAD SODIKIN 16.156.01.11.001


2. AULIA RISQI A 16.156.01.11.006
3. DEVI EKA NOVIYANTI 16.156.01.11.011
4. KARINA NOVIA NINGTYAS 16.156.01.11.019
5. NUR ILLAH FATHUROYAN 16.156.01.11.027
6. RIFKA TIFANI DEWI 16.156.01.11.032
7. SYAFIINATUNNAJAH 16.156.01.11.037

4A ILMU KEPERAWATAN
STIKES MEDISTRA INDONESIA
Jl. CUT MEUTIA RAYA NO. 88A BEKASI, JAWA BARAT INDONESIA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
Tujuan penulis membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang Anatomi Fisiologi Ginjal dan
Hemodialisa.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Karena kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik
Tuhan Yang Maha Esa. Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran.

Bekasi, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 4
B. PERMASALAHAN .......................................................................................................................... 5
C. TUJUAN ........................................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
A. ANATOMI ........................................................................................................................................ 6
B. FISIOLOGI ....................................................................................................................................... 9
C. MASALAH YANG SERING TERDAPAT DI GINJAL ............................................................... 12
D. PENGERTIAN HEMODIALISA ................................................................................................... 14
E. TUJUAN HEMODIALISIS ............................................................................................................ 15
F. INDIKASI HEMODIALISIS ......................................................................................................... 15
G. PRINSIP HEMODIALISA ............................................................................................................. 16
H. PEDOMAN PERAWATAN HEMODIALISA .............................................................................. 18
I. KOMPLIKASI YANG TERJADI .................................................................................................. 20
J. INTERPRETASI HASIL ................................................................................................................ 20
K. DALISIS INTRAMINET ............................................................................................................... 22
L. KOMPLIKASI ................................................................................................................................ 23
BAB III ....................................................................................................................................................... 24
PENUTUP .................................................................................................................................................. 24
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 24
B. SARAN ........................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal.
Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat
sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi
kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-
organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal
berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa
metabolisme.Tujuan penyajian makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai Anatomi dan Fisiologi Ginjal. Pemahaman yang lebih baik akan membantu
dalam memahami sistem ekskresi.
Adapun Hemodialisa merupakan salah satu metode pengobatan gagal ginjal tahap
akhir yang dianggap dapat menyelamatkan jiwa pasien (Alikari et al., 2015). Data
penyakit Gagal Ginjal Kronik stadium 5 sangat beragam sesuai dengan keadaan Negara.
Amerika Serikat insiden terjadinya Gagal Ginjal Kronik berjumlah 338 kasus baru
persejuta orang. Menurut US Renal Data System (Sistem data ginjal AS), pada tahun
2003 total 441.051 orang dirawat dengan Gagal Ginjal Kronik; 28% melakukan
transplantasi, 67% hemodialisa, dan 5% dialysis (Black & Hawks, 2014).
Indonesia termasuk Negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang
cukup tinggi. Menurut Indonesian Renal Registry pada tahun 2007 jumlah pasien aktif
hemodialisa berjumlah 1885 jiwa sedangkan pada tahun 2013 jumlah pasien aktif
hemodialisa meningkat sebanyak 9396 jiwa. Jumlah pasien baru yang menjalankan
hemodialisa ditahun 2007 berjumlah 4977 jiwa dan meningkat pada tahun 2013 menjadi
15.128 jiwa. Jumlah Pasien Hemodialisa di wilayah Medan/Sumatra Utara pada tahun
2013 berjumlah 312 jiwa dengan katagori pasien baru sedangkan pasien aktif 535 jiwa.

4
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana Anatomi dari Ginjal?
2. Bagaimana Fisiologi dari Ginjal?
3. Bagaimana mekanisme pembentukan urine di Ginjal?
4. Apa saja penyakit yang sering dijumpai pada Ginjal?
5. Apa definisi Hemodialisa?
6. Apa tujuan dilakukan hemodialisa?
7. Apa prinsip – prinsip hemodialisa?
8. Apa saja pedoman perawatan hemodialisa?
9. Apa saja komplikasi melakukan hemodialisa?

C. TUJUAN
Pembaca memahami :
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal serta Autoregulasi
2. Memahami tentang hemodialisa

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. ANATOMI
1. DEFINISI
Ginjal berjumlah 2 buah, berat + 150 gr (125 – 170 gr pada Laki-laki, 115 – 155
gr pada perempuan); panjang 5 – 7,5 cm; tebal 2,5 – 3 cm. Pada posisi berdiri letak
ginjal kanan lebih rendahdaripada ginjal kiri.

2. STRUKTUR GINJAL
Bila dibuat irisan memanjang dari medial ke lateral tampak dua bagian
Cortex/substantia kortekalis sebelah luar dan medulla/substantia medullaris sebelah
dalam.

6
a) Corteks,Tampak agak pucat. Pada cortex Terdapat :
1) Corpusculi Renalis/korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul
Bowman)
2) Tubuli Contorti
3) Permulaan Tubulus Collectus
4) Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
b) Medulla,Terdiri dari 9-14 bangunan berbentuk piramid disebut Piramid Renalis,
ujung piramid akan menjadi Colix Minor, beberapa Colix Minor bergabung
menjadi Colix Major, beberapa Colix Major bergabung menjadi Pelvis Renalis
dan berlanjut sebagai ureter. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle/Ansa Henle, sebagian pars descendens dan pars ascendens tubulus Henle
dan tubulus pengumpul (ductus colligent).
c) Nefron,Unit fungsional ginjal disebut nefron. Secara mikroskopis ginjal terdiri
dari Nefron berjumlah + 2,4 Juta. Nefron terdiri dari :
1) Glomerolus, dimana terjadi proses filtrasi
2) Tubulus, dimana cairan filtrasi diubah menjadi urin. Tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada
tubulus pengumpul(ductus colligent). Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler, yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan
ginjal).Secara morfologis, ada 2 macam nefron:
a. Nefron Cortical
Terdapat di 2/3 bagian luar Cortex, +85% jumlah Nefron
mempunyai Loop Henle pendek dikelilingi kapiler disebut Peritubuler
Kapiler, atau degan kata lain nefron di mana korpus renalisnya terletak
di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian
lengkung Henle yang terbenam pada medula.
b. Nefron Juxta Medullary
Dekat ke arah Medulla + 15% dari Nefron. Glomerolus lebih besar,
loop Henle lebih panjang dikelilingi kapiler peritubulus disebut Vasa

7
Retca atau dengan kata lain, nefron di mana korpus renalisnya
terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam
jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah panjang dan
lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
d) Glomerolus, Renalis mem-vaskularisasi ginjal setelah bercabang-cabang akhirnya
menuju masing-masing Nefron dalam bentuk Arteriolle Afferent dan memasuki
tubulus yang mengalami invagensesi yang disebut Capsula Bowmani dan
membentuk kapiler. Capsula Bowmani dan capiler ini disebut Glomerolus.
Capiler ini meninggalkan Glomerolus dan membentuk Arteriolle Efferent,
Arteriolle Efferent ini membentuk kapiler yang mengelilingi tubulus
e) Tubulus Ginjal, Setelah mengalami filtrasi, cairan akan ditampung dan
mengalami berbagai proses di tubulus ginjal.
a. Tubulus Proximalis, Menampung hasil filtrasi Glomerolus, berkelok-kelok
disebut TubulusContortus Proximalis
b. Loop of Henle : kelanjutan tubulus proximalis tidak berkelok, terdiri dari:
- Pars Descenden, dibagi bagian tebal dan tipis
- Pars Ascenden, dibagi 2 bagin tebal dan tipis
- Ansa Henle : pertemuan pars Ascenden dan Descenden berupa lengkungan.
f) Tubulus Distalis, berkelok-kelok dan berakhir menjadi Tubulus Arcuatus yang
bermuara ke dalamTubulus Colectivus bergabung menjadi Ductus Papillaris
Bellini dan menjadi Calix Minor
g) Aparatus Justa Glomerolus merupakan sel ginjal yang menghasilkan Renin. Sel
ini terdapat pada epithel tunik, media arteriole afferent di tempat arteriole ini
memasuki glomerolus.
h) Ureter,Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih.Lapisan dinding ureter terdiri dari :
- Lapisan luar (Jaringan ikat/fibrosa)
- Lapisan tengah (otot polos)
Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
mendorong urine melalui ureter.Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm
yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis

8
renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
retroperitoneal (organ pencernaan berada posterior dari peritoneum parieta
;pankreas, ginjal, sebagian duodenum dan kolon, serta aorta abdominal.), masing-
masing satu untuk setiap ginjal.
i) Vesika Urinaria/Kandung kemih/ Buli-buli, Sebuah kantung dengan otot yang
mulus dan berfungsi sebagai penampung air seni yang berubah-ubah, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Karenanya kandung kemih dapat mengembang
dan mengempis.Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-
sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta
pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
j) Uretra,Uretra merupakan saluran sempityang berpangkal padakandung kemih.
Berfungsi menyalurkan airkemih keluar. Dalam anatomi, uretra adalah saluran
yang menghubungkan kantungkemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi
sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem
seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi.

B. FISIOLOGI
1. Fungsi Ginjal :
Ginjal berfungsi untuk mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air
dalam darah.Ginjal juga mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat
asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah
proses homeostasis yang melibatkan aldosteronuntuk meningkatkan penyerapan ion
natrium pada tubulus konvulasi.
Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau
kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamusyang akan memberi sinyal pada
kelenjarpituitaridengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon
antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan
tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan
kembali menjadi 98%.

9
2. Mekanisme dasar fungsi ginjal

Pada dasarnya fungsi utama ialah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh dengan cara :
a) Filtrasi
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di
kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain
penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma.
Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan
menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat
glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garam-garam lainnya
b) Reabsorbsi
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di
tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan
zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam
amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih
diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-

10
obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
c) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran
darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi
secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi
dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
d) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal.Urine yg telah terbentuk (urine sekunder), dari tubulus
kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (duktus kolektivus),selanjutnya
urine dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urine mengalir melalui ureter menuju
vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara bagi
urine.
Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan
sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.Komposisi
urine yang dikeluarkan meliputi air, garam, urea, dan sisa substansi lainnya seperti
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.Warna urine setiap
orang berbeda dan biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi, aktivitas
yang dilakukan, ataupun penyakit. Warna normal urine adalah bening hingga kuning
pucat.

3. Hal-hal yang mempengaruhi produksi urine


a) Jumlah air yang diminum
Jika seseorang banyak minum air maka kosentrasi protein darah akan turun.
Darah menjadi terlalu encer, sehingga sekresi ADH terhalang. Maka penyerapan air
oleh dinding tubulus kurang efektif, sehingga, terbentuk urin yang banyak.Dan Apabila
kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi (kadar) air dalam darah menjadi

11
rendah. Hal ini akan merangsang hipofisis mengeluarkan ADH. Hormon ini akan
meningkatkan reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urine menurun.

b) Hormone Anti Deuretik


Hormon ini dihasilkan kelenjar hipofisis bagian posterior.
Sekresi ADH dikendalikan oleh konsentrasi air dalam darah.Hormon antidiuretik
mempengaruhi proses penyerapan air oleh dinding tubulus. Bila sekresi ADH banyak,
penyerapan air oleh dinding tubulus akan meningkat, sehingga urin yang terbentuk
sedikit. Sebaliknya jika sekresi ADH kurang, maka penyerapan air oleh dinding tubulus
menurun, sehingga dihasilkan banyak urin.
c) Suhu
Jumlah dan type makanan merupakan faktor Ketika suhu panas atau banyak
mengeluarkan keringat, konsentrasi air dalam darah turun mengakibatkan
sekresi ADH meningkat sehingga urin yang di hasilkan sedikit. Sebaliknya jika suhu
udara dingin konsentrasi air dalam darah naik sehingga menghalangi
sekresi ADH maka produksi urin banyak.
d) Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine
lebih banyak.
e) Saraf,rangsang saraf renalis akan menyempitkan arteriole aferent,aliran darah
berkurang,filtrasi kurang afektif,urine sedikit.
f) Stress dan emosi dapat menimbulkan produksi urine menjadi meningkat.

C. MASALAH YANG SERING TERDAPAT DI GINJAL


1. Sindrom Nefrotik
Keadaan ini terjadi karena peningkatan permeabilitas membrane basalis
glomerulus yang terjadi sekunder karena berbagai gangguan intra dan ekstra renal.
Membrane basalis glomerulus memiliki muatan negative dan dengan demikian
mencegah filtrasi protein ke urine. Namun pada sindrom nefrotik terjadi kehilangan

12
muatan tersebut dan kehilangan atau deplesi ini turut menyebabkan deplesi protein
plasma kedalam urine. Sindrom nefrotik ditandai oleh suatu kompleks perubahan
metabolic sekunder yang menjadi ciri khas untuk sindrom nefrotik adalah :
 Proteinuria massif (> 3,5mg/24jam)
 Hipoalbuminemia (> 3gr/dl)
 Edema
 Hiperlipidemmia dan lipiduria
 Hiperkoagulabilitas
2. Infeksi saluran kemih
Secara klasik di jumpai dengan gejala dysuria, peningkatan frekuensi urinasi dan
perasaan ingin buang air kecil atau urgensi yang disebabkan oleh infeksi kandung
kemih serta urethra oleh infeksi bakteri.
3. Penyakit ginjal kistik
Pasien penyakit ini biasanya ditemukan pada usia 40 tahunan, dengan keluhan
nyeri pinggang, hematuria intermitten, massa tumor pada pinggang/abdomen yang
dapat diraba dan riwayat penyakit ginjal yang positif dalam keluarga. Penyakit ginjal
kistik ini ditandai dengan kista yang jumlahnya multiple pada kedua ginjal. Serta
menghancurkan parenkim ginjal yang berada diantaranya. Ada keterkaitan antara
penyakit ini dan aneurisma sekular yang mengenai sirkulasi willisi, sehingga terjadi
insiden perdarahan subarachnoid yang tinggi.
4. Batu Ginjal (Nefrolithiasis)
Pembentukan batu pada setiap level sistem urinarius biasanya disebabkan oleh
peningkatan kepekatan urine dengan komposisi batu yang paling sering adalah
kalsium oksalat. Batu ginjal ditemukan dengan gejala nyeri pinggang yang menjalar
ke lipatan paha dan kemungkinan hematuria
5. Gangguan Elektrolit
Merupakan kejadian klinis yang sering ditemukan. Keluhan dan gejala yang
ditemukan ditentukan oleh elektrolit yang terlibat :
 Hypernatremia, rasa haus yang berlebihan, kulit yang keriput, dan perubahan
status mental. Disebabkan oleh larutan saline hipertonik, preparat diuretic,
ketoasidosis diabetes dan nefrogenik

13
 Hiponatremia, sakit kepala, nausea, kram otot, penurunan reflek, dan
disorientasi. Disebabkan oleh depresi natrium oleh kulit atau gastrointestinal,
intoksikasi air dan gagal hati atau gagal jantung, waspadai kemungkinan
milinolisis continuous central ketika melakukan koreksi natrium.
 Hiperkalsemia, palpitasi, kram otot, pemanjangan segmen QT. penyebabnya
hipoparatiroidisme dan defisiensi Vit. B.
6. Gagal ginjal akut
Paling sering ditemukan dengan penurunan fungsi ginjal yang bermanifestasi dalam
bentuk penurunan keluaran urine (oliguria) dengan peningkatan akumulasi produk
limbah nitrogenous (azotemia). Penyebab gagal ginjal akut dapat diklasifikasikan
berdasarkan lokasi gangguan; sebelum atau sesudah di dalam ginjal.
7. Gagal ginjal kronik
Gagal Ginjal Kronis disebabkan oleh hilangnya sejumlah nefron fungsional yang
bersifat ireversibel. Gejala-gejala klinis yang serius sering kali tidak muncul sampai
jumlah nefron fungsional berkurang sedikitnya 70% dibawah normal.

D. PENGERTIAN HEMODIALISA
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana kotoran dibuang dari darah melalui
ginjal buatan, mesin hemodialisa. Prosedur ini digunakan untuk mengatasi keadaan
dimana ginjal tidak sanggup membuang kotoran tubuh. Juga digunakan dalam berbagai
keadaan toksik. Darah pasien dialirkan daritubuh melalui mesin dengan difusi dan
ultrafiltrasi, dan kemudian dikembalikan ke sirkulasi pasien. Untuk itu, dilakukan
eksternal shunt dimana dua kanula (pipa) dimasukan melalui kulit. Cara lain yaitu
dengan menyambungkan vena besar pada ateri dengan membuat fistula arteriovenous
atau AV shunt. Sambungan ini merupakan akses yang menghubungkan mesin
hemodialisa dan aliran darah pasien. Prinsip dasar ginjal buatan adalah untuk
mengalirkan darah melalui saluran yang sangan kecil yang diikat oleh membran tipis.
Disisi lain membran terdapat cairan dialisa tempat berlabuhnya zat-zat yang tidak
digunakan melalui difusi. Dialisis memerlukan waktu 3-8 jam. Dapat dilakukan sehari-
hari dalam situasi akut atau 2 sampai 3 kali seminggu pada gagal ginjal kronis
tergantung kadar kreatinin atau gejala yang ditunjukan oleh pasien.
14
Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada
prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau
pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran
ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis
yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel (
Pardede, 1996 ).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).

E. TUJUAN HEMODIALISIS
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran darah yang penuh
dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh ke dialiser tempat darah
tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh.

F. INDIKASI HEMODIALISIS
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat
indikasi :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
4. Kelebihan cairan.
5. Perikarditis dan konfusi yang berat.
6. Hiperkalsemia dan hipertensi.

15
G. PRINSIP HEMODIALISA
Prinsip mayor/proses hemodialisa
1. Akses Vaskuler :
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya
memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses
temporer seperti vascoth.
2. Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara
darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.
3. Difusi
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat
terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang
menyebabkan pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang
dibutuhkan.
4. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil
bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
5. Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya
adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan
dapat terjadi pada membrane :
1) Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam
membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena
terhadap darah yang mengalir balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan
menyeberangi membrane.
2) Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh pompa
pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah.
3) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang berhubungan
dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut
yang tinggi akan menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang

16
menyebabkan membrane permeable terhadap air.

A. Perangkat Hemodialisa
Perangkat khusus
A. Mesin hemodialisa
B. Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa
metabolisme atau zat toksin laindari dalam tubuh. Didalamnya terdapat 2 ruangan atau
kompartemen :
- kompartemen darah
- kompartemen dialisat.
C. Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan kembali ke
tubuh. Mempunyai 2 fungsi :
 Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metablolisme.
 Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.
Alat-alat kesehatan :
- Tempat tidur fungsional
- Timbangan BB
- Pengukur TB
- Stetoskop
- TermometerPeralatan EKG
- Set O2 lengkap
- Suction set
- Meja tindakan.

C. Obat-obatan dan cairan :


 Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
 Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
 Dialisat
 Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
 Obat-obatan emergency.

17
H. PEDOMAN PERAWATAN HEMODIALISA
a) Persiapan sebelum hemodialisa
1. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
2. Kran air dibuka.
3. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau
saluran pembuangan.
4. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
5. Hidupkan mesin.
6. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
7. Matikan mesin hemodialisis.
8. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
9. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.
10. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).

b) Menyiapkan sirkulasi darah.


1. Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
2. Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda merah) diatas
dan posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah.
3. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.
4. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser dan tempatkan
buble tap di holder dengan posisi tengah.
5. Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
6. Hubungkan set infuse ke slang arteri.
7. Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem.
8. Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ diatas,
tujuannya agar dialiser bebas dari udara.
9. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
10. Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
11. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan
secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
12. Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.

18
13. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari
dalam dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih
dari 200 mmHg).
14. Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang
terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur.
15. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
16. Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.
17. Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit,
untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
18. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas dan ‘outset’
dibawah.
19. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap
untuk dihubungkan dengan pasien (soaking).

c) Persiapan pasien.
1. Menimbang BB
2. Mengatur posisi pasien.
3. Observasi KU
4. Observasi TTV
5. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:
- Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
- Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
- Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).

19
I. KOMPLIKASI YANG TERJADI
a) Hipotensi
Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi berlebihan, obat-
obatan anti hipertensi.
b) Mual dan muntah
Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.
c) Sakit kepala
Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.
d) Demam disertai menggigil.
Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.
e) Nyeri dada.
Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu cepat.
f) Gatal-gatal
Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse kulit kering.
g) Perdarahan amino setelah dialysis.
Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama, dosis heparin
berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak tepat.
h) Kram otot
Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR
meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB naik > 1kg. Posisi tidur berubah
terlalu cepat.

J. INTERPRETASI HASIL
Hasil dari tindakan dialysis harus diinterpretasikan dengan mengkaji jumlah
cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil
segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin
rendah palsu. Proses penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan
perpindahan zat dari dalam sel ke plasma.
1. Peritoneal dialisis

Pada prosedur ini, peritoneum, yaitu membran yang menutupi bagian dalam perut
kita, digunakan sebagai membran difusi. Dengan anestesi lokal,kateter dengan banyak

20
lubang dimasukan kedalam perut ke peritoneum.sejumlah cairan tertentu yang disebut
dialisat dimasukan ke rongga peritoneal. Dengan osmosis,difusi,dan filtrasi,elektroit,
yang diperlukan dari dialisa masuk kealiran darah melalui pembuluh darah peritenium
sementara produk buangan dari darah lewat melalui pembuluh darah peritoneum kedalam
cairan dialisa. Melalui pipa yang mengarah keluar, dialisa dengan hasil buangan mengalir
dari rongga peritoneal dengan gaya grafitasi.

2. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal adalah efektif memperpanjang usia pasien dengan gangguan
ginjal. Untuk menjadi calon, banyak faktor yang diperkembangkan untuk membuat
prosedur itu benar-benar sukses. Penerima donor harus bebas dari komplikasi ektra renal
yang mengancam jiwa misalnya kanker, penyakit arteri koronel berat, dan penyakit
serebrovaskular (pembuluh darah otak). Usia juga ditimbangkan, karna pasien berusia 60-
65 tahun bisa jadi sudah mencapai batas “fisiologi”. Mereka cenderung mengembangkan
lebih banyak konflikasi dibandingkan pasien yang lebih muda terutama dalam respon
penggunaan glurukorpikoid nantinya atau yang dikenal dengan steroid saja. Donor yang
lebih disukai adalah kembar indentik atau seorang yang mempunyai tipe darah yang sama
dan krakteristik imulogi. Penggolongan jaringan adalah prosedur yang digunakan untuk
memastikan adalah kecocokan untuk menghindari penolakan jaringan.

3. Batu ginjal
Batu ginjal, secara medis disebut dengan renalcalkuli, merupakan penumpukan garam
mineral yang dapat diam dimana saja disepanjang saluran perkemihan. Ini terjadi jika
urin penuh mencapai batas jenuh asam urat, fospat, dan kalsium oksalat. Normalnya, zat-
zat ini larut dalam cairan urin dengan mudah terbilas saat buang air kecil. Tetapi ketika
mekanisme alami seperti pengaruh keseimbangan asam basa (pH) tergantung atau
imunitas tertekan. Zat-zat itu mengkristal dan kristal ini menumpuk akhirnya membentuk
zat yang cukup bear untuk menyumbat alirn urin.
Gejala
Gejala batu ginjal termasuk rasa sakit yang menjalar di punggung bagian atas keperut
baguan bawah ke paha. Sering kencing nanah dalam urin, tidak formasi urin, dan kadang-

21
kadang menggigil. Pada kasus dengan gejala hampir sama dengan gangguan perut.
Ukuran batu ginjal bervariasi dari satu titik sampai ukuran lebih besar dari ujung jari

Terapi pengantian ginjal

a) Manifestasi
Manifestasi urenmia, difusi organ akibat penumpukan sisa metebolik, kelebihan
beban cairan berat, hiperkalamia atau asidosis metabolik pada pasien gagal ginjal
mengindikasikan kebutuhan untuk menganti fungsi ginjal. Dialisis adalah difusi molekul
zat terlarut menembus membran semipermeabel dari daerah konsentrasi zat pelarutnya
tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah. Ini digunakan untuk membuang kelebihan
cairan dan produk sisa metabolik gagal ginjal. Pemakaian dini dialisis dapat mengurangi
angka komplikasi. Dialisis juga dapat digunakan untuk membuang metrotoksin secara
cepat pada nekrosis tubulus akut. Sementara dialisis mengkompensasi fungsi eliminasi
ginjal yang hilang tetapi tidak mengantikan produksi eritopoietin yang hilang. Anemia
adalah masalah kontinu untuk pasien menjalani dialisis.
Pada dialisis, darah di pisahakan dari larutan dialisis (dialisat) oleh membran
semipermeabel. Baik hemodialisis, suatu prsedur yang mengalirkan darah yang melewati
filter membran semipermeabel di luar tubuh atau dialisi peritoneal, yang menggunakan
peritoneium yang membungkus ronga abdomen sebagai membran dialisis dapat
digunakan untuk pasien GGA.
Hemofiltrasi erat kaitannya dengan dialisis hemofiltrasi dapat digunakan pada
pasien yang sakit kritis yang tidak dapat mentileransi prsedur dialisi. Hemofiltrasi dapat
dikombinasikan hemodialisis dalam sebuah prosedur yang disebut hemodiafiltrasi

K. DALISIS INTRAMINET
Hemodialisis mengandung prinsip difusi dan ultrafiltrasi untuk membuang elektrolit
produk sisa, dan kelebiha air dari tubuh. Darah diambil dari pasien lewat akses vaskular
dan dipompa kedalam dialiser. Membran berpori unit dialser yang berpori memungkinkan
molekul kecil seperti air, glukosa, dan elektrolit lewat, tetapi menghambat molekul besar
melalui protein serum dan sel darah. Dialiset larutan yang kompososi suhunya dibuat mirip
sengan cairan ekstraseluler, melewati sisi lain membran tersebut molekul zat terlarut yang

22
kecil bergerak bebas menembusa membran secara difusi. Arah gerakan untuk masing
masing zat ditentukan oleh konsentrasi zat tersebut dalam darah dan dialiset,. Elektroit
produk sisa seperti ulrea dan kreatinin berdifusi dari darah kedalam dialisa. Jika diperlukan
untuk menambahkan sesuatu ke darah kalsium mengantikan simpanan yang bergantian
maka ditambahkan dialisa untuk di difusikan ke dalam darah. Kelebihan cairan dibuang
dengan menciptakan tekanan hidrostatik darah lebih tinggi yang bergerak dialiser
dibanding dalam dialiset, yang mengalir ke arah berlawanan proses ini disebut juga sebagai
ultrafiltarasi.

L. KOMPLIKASI
Pada awalnya, pasien GGA biasanya menjalani hemodialisis selama 3-4 jam setiap hari,
kemudian 3 atau 4 sesi perminggu sesuai indikasi. Hemdialisis tidak digunakan jika pasien
secara hemodinamik tidak stabil (misal menderita hipertensi/ curah jantung rendah).
Berikut adalah komplikasi hemodialisis:
1. Hipotensi, komplikasi tersering selama hemodialisis, dikaitkan dengan perubahan
osmolalitas serum, perpindahan cepat dari ruang vaskular, vasodilatasi, dan faktor lain.
2. Perdarahan dikaitkan dengan perubahan fungsi trombosit akibat uremia dan pemakaian
heparin selama dialisis.
3. Infeksi dikaitkan dengan kerusakan SDP dan supresi sistem imun.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ginjal berjumlah 2 buah, berat + 150 gr (125 – 170 gr pada Laki-laki, 115 – 155
gr pada perempuan); panjang 5 – 7,5 cm; tebal 2,5 – 3 cm. Pada posisi berdiri letak ginjal
kanan lebih rendahdaripada ginjal kiri.
Ginjal berfungsi untuk mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air
dalam darah.Ginjal juga mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat
asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah
proses homeostasis yang melibatkan aldosteronuntuk meningkatkan penyerapan ion
natrium pada tubulus konvulasi.
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya.
Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara
mengalirkan melalui “ginjal buatan”.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila
terdapat indikasi Hiperkalemia, Asidosis, Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah,
Kelebihan cairan, Perikarditis dan konfusi yang berat, Hiperkalsemia dan hipertensi.

B. SARAN
Kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah
wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi keperawatan dan apabila terdapat kekurangan
dalam makalah ini kami tim penulis mohon maaf karena masih dalam proses
pembelajaran

24
DAFTAR PUSTAKA

LeMone, Priscilla, dkk. 2017. Buju Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Eliminasi.Jakarta : EGC

L, Tao dan K, Kendall.2013. Sinopsis Organ Sistem Ginjal.Jakarta: Kharisma Publishing Group

Brunner&Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Peate, Ian dan Nair, Muralitharan.2018.At a Glance Anatomi dan Fisiologi.Penerbit Erlangga

Kirnantoro dan Maryana.2019.Anatomi Fisiologi.Bantul Yogyakarta:PT.Pustaka Baru Press

Syaifuddin.2012.Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &


Kebidanan. Edisi 4.Jakarta:EGC

25

You might also like