Professional Documents
Culture Documents
ID Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan Terhadap Kepat PDF
ID Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan Terhadap Kepat PDF
ABSTRACT
Interpersonal communication is communication between two people face to face, which
allows any other person reaction catch participants directly, either in verbal or nonverbal.
Interpersonal communication is only consistedof two people, such us the patient and nurse, the
husband and wife, teacher and student and etc. So that communicator can see the reaction given by
komunikan. But the real practice interpersonal communication is often overlooked because of time
belonging to the health worker. Treatment Compliance is a complete regularly and complete
treatment without interrupted for at least 6 months up to 8 months. With good interpersonal
communication built up between the health worker and the patients are expected to improve patient
medication adherence.This research is descriptive analytic study with the purpose of analyzing the
relations interpersonal communication health worker on the compliance of patients lived treatment
of Pulmonary Tuberkulosis. The population in this study were all patients with Pulmonary
Tuberculosis in Sunggal the Health Center and the number of samples is entire populations that as
many as 42 people.Data was obtained with the interview using questionnaire were analyzed using
Chi-square test at = 0.05. The results showed the frequency of adherent patients as many as 28
people (66,7%)and non-adherentmany as 14 people (33.3%). The results of statistical tests shows
interpersonal communication variable aspects of openness, empathy, supportiveness and equality
effect to compliance of patients lived treatment of pulmonary Tuberculosis in Medan Sunggal the
Health Center. Pulmonary Tuberculosis.To the health worker advised that holds especially
Pulmonary Tuberculosis program in order to always provide motivation to patients to regularly
take medication at the health center.
4
6. Kepatuhan pasien Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
Jumlah pernyataan sebanyak 3 dimana karakteristik Responden menurut Jenis
nilai total tertinggi adalah 3 dan terendah Kelamin, yang paling banyak adalah Laki-laki
adalah 0. Kepatuhan pasien dapat diukur sebanyak 26 orang (61,9%) dan
dengan menggunakan skala Guttman karena perempuansebanyak 16 orang (38,1%).
peneliti menginginkan tipe jawaban tegas, Karakteristik Responden menurut
seperti jawaban benar - salah, ya - tidak, yang umur yang paling banyak adalah umur20-29
diberi bobot : tahun dan 30-39 tahun sebanyak 11 orang
Ya : Skor 1 (26,2%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
Tidak : Skor 0 penderita TB Paru berusia produktif yaitu 20-
Selanjutnya dikategorikan menjadi 2 39 tahun. Karakteristik responden menurut
kategoriyaitu : pendidikan yang paling banyak adalah
a. Patuh jika ketiga pernyataan dijawab “Ya” Pendidikan menengah sebanyak 21 orang
b. Tidak patuh jika salah satu dari pernyataan (50,0%). Dapat disimpulkan bahwa
dijawab “Tidak” pendidikan responden tergolong cukup karena
telah menyeleseaikan tingkat pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN menengah. Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan yang paling banyak
Adapun karakteristik ibu meliputi adalah Wiraswasta sebanyak 16 orang
umur dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel (38,1%) dan yang paling sedikit adalah PNS
dibawah ini: sebanyak 3orang (7,1%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Karakteristik Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori
Responden di Puskesmas Sunggal Berdasarkan Variabel
Medan Tahun 2014 Kepatuhan Pasien Menjalani
No Karakteristik f % Pengobatan TB Paru di
Responden Puskesmas Sunggal Tahun 2014
1 Jenis Kelamin No Tingkat Kepatuhan Jumlah (n) %
Laki-laki 26 61,9 1 Patuh 28 66,7
Perempuan 16 38,1 2 Tidak Patuh 14 33,3
Jumlah 42 100,0 Jumlah 42 100,0
2 Umur (Tahun)
<20 3 7,1 Berdasarkan tabel 2 diketahui
20-29 11 26,2 distribusi kategori berdasarkan variabel
30-39 11 26,2 Kepatuhan pasien menjalani pengobatan TB
40-49 10 23,2 Paru di Puskesmas Sunggal Medan Tahun
>50 7 16,3 2014 kategori patuh 28 orang (66,7%) dan
Jumlah 42 100,0 kategori tidak patuh 14 orang (33,3%).
3 Pendidikan Menurut asumsi peneliti salah satu
Dasar 10 23,8 strategi untuk meningkatkan ketaatan adalah
Menengah 21 50,0 memperbaiki komunikasi antara petugas
Tinggi 11 26,2 kesehatan dengan pasien dari aspek
Jumlah 42 100,0 keterbukaan, empati, sikap mendukung dan
4 Pekerjaan kesetaraan. Sehingga terbina hubungan saling
PNS 3 7,1 mendukung yang secara tidak langsung dapat
PegawaiSwasta 5 11,9 menciptakan penerimaan informasi yang yang
Buruh 7 16,7 positif bagi pengobatan pasien TB Paru.
Petani 11 26,2 Beberapa penelitian eksperimental
Wiraswasta 16 38,1 memperlihatkan bahwa petugas kesehatan
Jumlah 42 100,0 mempunyai peran yang cukup berpengaruh
terhadap perilaku pasien. Kontak pasien
dengan petugas kesehatan di Puskesmas
5
sebagian besar dengan perawat. Salah satu yang dirasakan pasien sehingga mendorong
peran kolaboratif dari perawat adalah pasien untuk patuh mengikuti pengobatan.
membantu menyiapkan pasien untuk taat pada Hasil penelitian ini relevan dengan
program pengobatan yang telah diberikan pendapat Suryani (2006) yang menyatakan
oleh dokter, dalam hal tersebut peran bahwa perawat yang enggan berkomunikasi
komunikasi interpersonal sangat penting dengan menunjukkan raut wajah yang tegang
dalam menjalin saling percaya di antara akan berdampak serius bagi klien. Klien akan
petugas dan pasien. Salah satu hal yang merasa tidak nyaman bahkan terancam
terpenting dengan tidak berhasilnya dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan
komunikasi petugas dan pasien adalah lainnya yang tertutup. Kondisi ini tentunya
berkaitan dengan penerimaan informasi yang akan sangat berpengaruh terhadap proses
kurang adekuat. Pada banyak kasus penyembuhan pasien.
diharapkan penerimaan komunikasi akan
berdampak pada bentuk kepatuhan (Maramis, Tabel 4. Hubungan Empati Petugas
2006). Terhadap Kepatuhan Pasien
Menjalani Pengobatan TB Paru
Tabel 3. Hubungan Keterbukaan Petugas di Puskesmas Sunggal Tahun
Terhadap Kepatuhan Pasien 2014
Menjalani Pengobatan TB di Kat. Kategori Kepatuhan p.
Puskesmas Sunggal Tahun 2014 Empati Tidak Patuh Jumlah
Kategori Kepatuhan p. Patuh
Kat. n % n % N %
Tidak Patuh Jumlah
Keter Baik 8 61,5 5 38,5 13 100
Patuh
bukaan Cukup 5 17,9 23 82,1 28 100 0.008
n % n % N %
Kurang 1 100 - - 1 100
Baik 9 33.3 18 66.7 27 100
Jumlah 14 33.3 28 66.7 42 100
Cukup - - 10 100 10 100 0.001
Kurang 5 100 - - 5 100
Jumlah 14 33.3 28 66.7 42 100 Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dari 13 orang yang menyatakan empati
Berdasarkan hasil penilitian diketahui petugas baik 8 orang (61,5%) Tidak Patuh
dari 27 orang yang menyatakan keterbukaan dan 5 orang (38,5%) Patuh menjalani
baik 18 orang (66,7%) Patuh dan 9 orang pengobatan TB Paru. Sedangkan dari 28
(33,3%) Tidak Patuh menjalani pengobatan orang yang menyatakan empati petugas cukup
TB Paru. Sedangkan dari 10 orang yang diketahui 23 orang (82,1%) Patuh dan 5 orang
menyatakan keterbukaan cukup diketahui (17,9%) tidak patuh menjalani pengobatan Tb
semua (100%) Patuh menjalani pengobatan Paru. Dari 1 orang yang menyatakan empati
Tb Paru. Dari 5 orang yang menyatakan Petugas Kurang diketahui 1 orang (100,0%,)
keterbukaan Petugas Kurang diketahui semua Tidak Patuh menjalani pengobatan TB Paru.
(100,0%,) tidak patuh menjalani pengobatan Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji
TB Paru. yang signifikans (p. < 0,05) p=0,008. Hal ini
Hasil uji Chi-square menunjukkan berarti ada hubungan yang bermakna antara
hasil uji yang signifikans (p. < 0,05) p=0,001. empati petugas terhadap kepatuhan pasien
Hal ini berarti tidak ada hubungan menjalani pengobatan TB Paru.
keterbukaan petugas terhadap kepatuhan Menurut asumsi peneliti empati
pasien menjalani pengobatan TB Paru. berpengaruh terhadap kepatuhan Karena
Menurut asumsi peneliti penilaian dalam komunikasi yang efektif akan
responden terhadap keterbukaan petugas menimbulkan sikap penerimaan dan
tercermin dari sikapnya yang terbuka, ramah pengertian terhadap perasaan orang lain
dan mau mendengarkan keluhan dan memberi secara tepat serta meningkatkan efektivitas
konsultasi kepada pasien dan menciptakan komunikasi yang menyebabkan timbulnya
komunikasi yang menyenangkan bagi pasien kesepahaman antar petugas dan pasien
menjadi salah satu faktor penyebab kepuasan sehingga dapat mendorong kepatuhan pasien
dalam menjalani pengobatan TB Paru.
6
Hal ini sejalan dengan penelitian Menurut asumsi peneliti, sikap
Supranto (2001) menyatakan pentingnya mendukung petugas member pengaruh
dimensi empati dalam memberikan pelayanan terhadap kepatuhan pasien dimana pasien
yang bermutu salah satu cara utama mendapat dukungan motivasi dari petugas
memberikan jasa pelayanan yang berkualitas untuk selalu tepat waktu mengambil obat
lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. kepuskesmas dan selalu memperhatikan
Adanya pengaruh dimensi empati dalam perkembangan kesehatan pasien, sehingga
komunikasi interpersonalterhadap kepatuhan pasien merasa diperhatikan oleh petugas dan
dapat dijelaskan bahwa empati memberikan menerima semua anjuran petugas selama
sumbangan guna terciptanya hubungan yang pengobatan.
saling mempercayai antar petugas penyuluh. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Empati dalam komunikasi akan menimbulkan Rahmat (2007) yang mengutip Devito yang
sikap penerimaan dan pengertian terhadap menyatakan sikap sportif adalah sikap yang
perasaan orang lain secara tepat, serta mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
meningkatkan efektivitas dari komunikasi Orang bersikap defensif bila ia tidak
yang menyebabkan timbulnya kesepahaman menerima, tidak empati. Orang defensif akan
antar petugas sehingga dapat memperlancar lebih banyak melindungi diri dari ancaman
hubungan kerja dan meningkatkan kepatuhan yang ditanggapinya dalam berkomunikasi dari
pasien dalam menjalani pengobatan. pada memahami pesan orang lain.
9
Maramis, W. F, 2006. Ilmu Perilaku dalam
Pelayanan Kesehatan, Airlangga
University Press, Surabaya.
10