You are on page 1of 87

Daftar Isi :

1. Ikterik (PJ : Hanna & Fitri)


2. Kegemukan (PJ : Rama & Gisma)
3. Mata Merah (PJ : Anggiriani)
4. Mual & Kembung & Muntah (PJ : Jeremy & Dipa)
5. THT (PJ : Anggiriani)
6. Psikiatri/Jiwa (PJ : Fridha & Mumtaz)
7. Sesak (PJ : Rama & Gisma)
8. Nyeri Dada (PJ : Anggiriani)
9. Mammae (PJ : Jeremy & Dipa)
NB. Catetan ini masih banyak juga kekurangan, jadi tolong baca catetan yang lain juga ya selama skill lab. (Buat tiap
materi yang mau nambahin apa nanya bisa ke masing-masing PJ yaa, makasih). Pelajarin SKDI 4a, 3a, dan 3b juga ya.
Sebelum baca, inget doa, inget ambil modul, baca ulang. Sebelum ujian, inget doa, inget materi, professional.

Special Thanks To :

Tim OSCE (Dipa, Rama, Fridha, Anggi, Fitri, Mumtaz, Uswa, Hanna, Lala, Gisma)

Karenia P., Fania Salsabiela, Aditya Eka P.,

Trainer OSCE & Pelet OSCE 6.6. 2019

DOCTAVUS 2016

“OPTIMISM IS THE FAITH THAT LEADS TO ACHIEVEMENT, NOTHING CAN BE DONE


WITHOUT HOPE & CONFIDENCE”
-HELEN KELLER-
BORANG PENILAIAN MAHASISWA (UMUM)

No Aspek yang Dinilai

1. Anamnesis
Selalu ingat sacred 7 fundamental four
2. Pemeriksaan Fisik
Selalu inget Cuci Tangan WHO, jaga privasi, ttv, head to toe
3. Pemeriksaan Penunjang
Hafalin batas normal lab & baca2 gambar juga
4. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Banyakin DD aja, minimal 3
5. Terapi dan Tata Laksana
Farmakologi bikin resep! Nonfarmakologi ada edukasi sama intervensi medis (bedah
dkk)
6. Komunikasi konseling
Urutin dari penyakitnya kaya gimana, proses perjalanan, obat/terapi, edukasiin gimana
gaya hidupnya sama pas lagi proses pengobatan harus gimana, kasih tau juga tekenin
yang sekiranya penting
7. Profesionalisme
Keep calm, berikan perhatian pada pasien, jangan jijikan, runtut, dan semangat 
Jumlah
1. IKTERIK (PJ : HANNA & FITRI)

1. Hepatitis A
Anamnesis (Subjective)
a. Keluhan utama : Ikterik/ kuning bisa pada mata, telapak tangan, tubuh dll
Onset :Ikterik muncul pada minggu ke 1-2

b. Keluhan lain :
− Demam
− Penurunan nafsu makan
− Nyeri otot dan sendi
− Lemah, letih, dan lesu.
− Mual dan muntah
− Warna urine seperti teh
− Tinja seperti dempul
c. Faktor Risiko :
1. Sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjaga sanitasinya.

2. Menggunakan alat makan dan minum dari penderita hepatitis.

Anamnesis dapat meliputi


1. Ada yang dapat saya bantu?
“ini dok mata, tubuh saya warnanya kuning”
2. Sejak kapan mulai matanya jadi kuning?
“ udah sekitar satu mingu ini dok kuningnya”
Fase hepatitis A
- Masa inkubasi hepatitis A dimulai dari 15-45 hari, penularan dapat terjadi sampai 1 minggu setelah
kuning muncul. Ini berkaitan dengan edukasi nanti
- Fase prodromal, fase ini gejala gejala akan muncul seperti mual, muntah, nyeri sendi, dll
- Fase ikterik, fase ini muncul setelah 1 minggu fase prodromal atau dapat juga bersamaan dengan
fase prodromal. Jadi kuning bisa muncul saat gejala yang laen juga ada, atau setelah gejala-gejala
baru muncul
- Fase konvalesen atau penyembuhan. 2-3 minggu
3. Selain itu, bapak ada keluhan lain semisal tubuhnya lemas, mudah capek, mual atau muntah?
“iya dok ada, badan saya lemas, kadang mual, kadang muntah juga”
4. Sejak kapan bapak rasakan keluhan tersebut?
“sekitar 2 mingguan dok”
Jadi, selain ikterik kaji juga mengenai keluhan lainnya, karena pada kasus hepatitis ikterik bukan
menjadi keluhan utamanya, alasan pasien datang biasanya karena sekelompok keluhan hepatitis
seperti mual, muntah, dll.
5. Bapak, untuk air seninya warnanya bagaimana, apakah bening normal, kuning, atau kuning pekat?
6. Untuk membedakan dengan hepatitis B yang penularannya lewat darah atau cairan tubuh seperti
cairan semen atau vagina bisa ditanyakan
- Bapak apakah akhir-akhir ini melakukan transfusi darah?
- Tanya tentang riwayat hubungan seks juga bisa, siapa tau dia *jajan
7. Kaji tentang sanitasi dan kebersihan makanannya. Karena hepatitis A fekal-oral
- Bapak biasanya kalau makan dimana?
- Bapak sukanya makan apa? *siapa tau cilok, batagor, cimol pake saos*
8. Apakah disekitar bapak, seperti teman atau keluarga ada yang sakit seperti bapak?

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


 Pemeriksaam fisik lengkap dari vital sign dan pemeriksaan head to knee to too
Dapat ditemukan :

KU: compos mentis tampak ikterik

1. Febris

2. Sklera ikterik

3. Hepatomegali

4. Warna urin seperti teh

 Pemeriksaan Penunjang :
1. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)

2. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal
tertinggi, dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang lebih lengkap.

3. IgM anti HAV (di layanan tingkat lanjutan)

Penegakan diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis :

 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.


Diagnosis Banding :

 Ikterus obstruktif
 Hepatitis B dan C akut
 Sirosis hepatis
Komplikasi :

 Hepatitis A fulminan
 Ensefalopati hepatikum
 Koagulopati

Penatalaksanaan komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan

 Asupan kalori dan cairan yang adekuat


 Tirah baring
 Pengobatan simptomatik
a. Demam: paracetamol 3 x 500 mg/hari.
b. Mual: antiemetik seperti Metoklopramid 3 x 10 mg/hari atau Domperidon 3 x 10mg/hari.
c. Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3 x 200 mg/hari atau Ranitidin 2 x 150 mg/hari) atau
Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari).
 Terapi non farmakologis
a. Tirah baring
b. Konsumsi makanan tinggi protein
c. Konsumsi banya sayur
d. Minum 2L/hari
Rencana Tindak Lanjut

 Kontrol secara berkala untuk menilai hasil pengobatan.


 Konseling dan Edukasi
a. Sanitasi dan higiene mampu mencegah penularan virus.
b. Vaksinasi Hepatitis A diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi.
c. Keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan yang adekuat, dan membatasi aktivitas fisik pasien
selama fase akut.
 Kriteria Rujukan
a. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan penunjang laboratorium
b. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap disertai keluhan yang lain.
c. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik.

Peralatan

Laboratorium darah rutin, urin rutin dan pemeriksaan fungsi hati

Prognosis

Prognosis pada umumnya bonam

PERBEDAAN

Hepatitis A  fecal oral (jajan sembarang), IgM anti HAV (+)

Hepatitis B  transfusi darah, transplantasi, seks bebas, penularan ibu ke anak, HbsAg (+)

Siroris hepatis  bilirubin, SGOT/SGPT naik, tes virus negatif semua, hipertensi porta, edem perifer

Kolelitiasis  nyeri kolik (hilang timbul) di hypocondriaca dekstra

Atresia bilier  foto kontras ada penyempitan duktus biliaris


2. Hepatitis B
Hasil Anamnesis (Subjective)
a. Keluhan utama : ikterik
b. Keluhan penyerta : pruritus (gatal) biasa ditemukan di hepatitis B, malaise, mual, muntah
c. Onset :
Info yang biasanya ditemukan:
Keluhan
1. Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak-anak.
2. Gejala timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu, antara lain:
a. gangguan gastrointestinal, seperti: malaise, anoreksia, mual dan muntah;
b. gejala flu: batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia.
3. Gejala prodromal seperti diatas akan menghilang pada saat timbul kuning, tetapi keluhan
anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap.
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap. Pruritus (biasanya ringan dan
sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat. Pada saat badan kuning, biasanya diikuti oleh
pembesaran hati yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian perut kanan atas. Setelah gejala
tersebut akan timbul fase resolusi.
d. Faktor Risiko
1. Mempunyai hubungan kelamin yang tidak aman dengan orang yang sudah terinfeksi hepatitisB.
2. Memakai jarum suntik secara bergantian terutama kepada penyalahgunaan obat suntik.
3. Menggunakan alat-alat yang biasa melukai bersama-sama dengan penderita hepatitis B.
4. Orang yang bekerja pada tempat-tempat yang terpapar dengan darah manusia.
5. Orang yang pernah mendapat transfusi darah sebelum dilakukan pemilahan terhadap donor.
6. Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
7. Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hepatitis B.

Anamnesis
1. Anamnesis mirip dengan hepatitis A
2. Kaji riwayat transfusi darah, hubungan seks, penggunaan jarum suntik

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


 Pemeriksaan Fisik
1. Konjungtiva ikterik
2. Pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
3. Splenomegali dan limfadenopati pada 15-20% pasien

 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
2. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai
normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang lebih lengkap.
3. HBsAg (di pelayanan kesehatan sekunder)
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis Banding
 Perlemakan hati, penyakit hati oleh karena obat atau toksin, hepatitis autoimun, hepatitis alkoholik,
obstruksi akut traktus biliaris

Komplikasi
 Sirosis hepar, Hepatoma

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


 Penatalaksanaan
1. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
2. Tirah baring
3. Pengobatan simptomatik
a. Demam: acetaminofen 3 x 500 mg/hari.
b. Mual: antiemetik seperti Metoklopramid 3 x 10 mg/hari atau Domperidon 3 x 10 mg/hari.
c. Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3 x 200 mg/hari atau Ranitidin 2 x 150 mg/hari)
atau Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari)
 Rencana Tindak Lanjut
Kontrol secara berkala untuk menilai hasil pengobatan
 Kriteria Rujukan
1. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan penunjang laboratorium di pelayanan kesehatan sekunder
2. Penderita hepatitis B dengan keluhan ikterik yang menetap disertai keluhan yang lain
 Konseling dan Edukasi
1. Memberi edukasi pada keluarga untuk ikut mendukung pasien agar teratur minum obat karena
pengobatan jangka panjang.
2. Pada fase akut, keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan yang adekuat, dan membatasi
aktivitas fisik pasien.
3. Pencegahan penularan pada anggota keluarga dengan modifikasi pola hidup untuk pencegahan
transmisi dan imunisasi

Peralatan
 Laboratorium darah rutin, urin rutin dan pemeriksaan fungsi hati

Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.
Pada umumnya, prognosis pada hepatitis B adalah dubia, untuk fungtionam dan sanationam dubia ad malam
3. Malaria
(sebenernya ikterik bukan jadi keluhan utama, tapi di malaria bisa ditemukan ikterik walau gak selalu)

Anamnesis

1. Apa keluhannya? Demam naik turun, menggigil


2. Sejak kapan? Sejak 3 hari
3. Demamnya bagaimana, terus-terusan demam atau naik turun? Naik kalau malam-pagi, selang sehari,
nanti panas lagi. Nah kalau ini demamnya bervariasi polanya, jadi ada yang naik setiap 2 hari
(falciparum), ada yang 3 hari
4. Selain demam apa yang dirasakan? Menggigil apalagi saat demamnya naik, sama keringat dingin
Hasil Anamnesis (Subjective)

 Keluhan
Demam hilang timbul, pada saat demam hilang disertai dengan

menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu makan
menurun, sakit perut, mual muntah, dan diare.

 Faktor Risiko
1. Riwayat menderita malaria sebelumnya.
2. Tinggal di daerah yang endemis malaria
3. Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah endemik malaria.
4. Riwayat mendapat transfusi darah.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

1. Tanda Patognomonis
a. Pada periode demam:
 Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat sampai di atas 400C dan kulit kering.
 Pasien dapat juga terlihat pucat.
 Nadi teraba cepat
 Pernapasan cepat (takipneu)
b. Pada periode dingin dan berkeringat:
 Kulit teraba dingin dan berkeringat.
 Nadi teraba cepat dan lemah
 Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran.
2. Kepala : Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria serebral dapat ditemukan kaku
kuduk.
3. Toraks : Terlihat pernapasan cepat.
4. Abdomen : Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan asites.
5. Ginjal : bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau anuria.
6. Ekstermitas: akral teraba dingin merupakan tanda-tanda menuju syok.
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis ditemukan parasit Plasmodium.


2. Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT).

Penegakan Diagnosis (Assessment)

 Diagnosis Klinis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (Trias Malaria: panas – menggigil – berkeringat), pemeriksaan fisik,
dan ditemukannya parasit plasmodium pada pemeriksaan mikroskopis hapusan darah tebal/tipis.

 Klasifikasi:
1. Malaria falsiparum, ditemukan Plasmodium falsiparum.
2. Malaria vivaks ditemukan Plasmodium vivax.
3. Malaria ovale, ditemukan Plasmodium ovale.
4. Malaria malariae, ditemukan Plasmodium malariae.
5. Malaria knowlesi, ditemukan Plasmodium knowlesi.
 Diagnosis Banding:
1. Demam Dengue
2. Demam Tifoid
3. Leptospirosis
4. Infeksi virus akut lainnya
 Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan:

1) Pengobatan Malaria falsiparum


1. Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination (FDC) yang terdiri dari Dihydroartemisinin (DHA) +
Piperakuin (DHP) tiap tablet mengandung 40 mg Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin. Untuk
dewasa dengan Berat Badan (BB) sampai dengan 59 kg diberikan DHP per oral 3 tablet satu kali per hari
selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet sekali sehari satu kali pemberian, sedangkan untuk BB > 60 kg
diberikan 4 tablet DHP satu kali sehari selama 3 hari dan Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali
pemberian. DosisDHA = 2-4 mg/kgBB (dosis tunggal), Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis tunggal),
Primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
2. Lini kedua (pengobatan malaria falsiparum yang tidak respon terhadap pengobatan DHP): Kina +
Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5
mg/kgBB per hari (dewasa, 2x/hari selama7 hari) , 2,2 mg/kgBB/hari ( 8-14 tahun, 2x/hari selama 7 hari) ,
Tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hari selama 7 hari).
2) Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale
1. Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP), diberikan peroral satu kali per hari selama 3
hari, primakuin= 0,25mg/kgBB/hari (selama 14 hari).
2. Lini kedua (pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap pengobatan DHP): Kina + Primakuin.
Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).
3. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):
a. Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
b. Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis 0,25 mg/kgBB/hari sudah
diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu
sampai 3 bulan setelah pengobatan.
3) Pengobatan Malaria malariae
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan Primakuin.

4) Pengobatan infeksi campuran antara Malaria falsiparum denganMalaria vivax/ Malaria ovale dengan DHP
Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari, serta DHP 1 kali
per hari selama 3 hari serta Primakuin dosis 0,25 mg/kgBB selama 14 hari.

5) Pengobatan malaria pada ibu hamil


1. Trimester pertama: Kina tablet 3 x 10mg/ kg BB + Klindamycin 10mg/kgBB selama 7 hari.
2. Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3 hari.
3. Pencegahan/profilaksis digunakan Doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari diminum 2 hari sebelum pergi
hingga 4 minggu setelah keluar/pulang dari daerah endemis.
Pengobatan di atas diberikan berdasarkan berat badan penderita.

Komplikasi:

1. Malaria serebral.
2. Anemia berat.
3. Gagal ginjal akut.
4. Edema paru atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).
5. Hipoglikemia.
6. Gagal sirkulasi atau syok.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan laboratorik adanya
gangguan koagulasi intravaskular.
8. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam pendidngan pada hipertermia.
9. Asidemia (pH darah <7.25)atau asidosis (biknat plasma < 15 mmol/L).
10. Makroskopik hemoglobinuria karena infeksi malaria akut.
Konseling dan Edukasi:

1. Pada kasus malaria berat disampaikan kepada keluarga mengenai prognosis penyakitnya.
2. Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan :
a. Menghindari gigitan nyamuk dengan kelambu atau repellen
b. Menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari
c. Mengobati pasien hingga sembuh misalnya dengan pengawasan minum obat
Kriteria Rujukan

1. Malaria dengan komplikasi


Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal Artemisinin atau Artesunat per
Intra Muskular atau Intra Vena dengan dosis awal 3,2mg /kg BB.

2. KEGEMUKAN (PJ : RAMA & GISMA)


Anamnesis Identitas: nama, alamat, usia, pekerjaan,
Tambahan: kesini dengan siapa, diantar siapa (jika ada pengantar dibolehkan masuk dan ikut
ditanyai dan diedukasi)
Jika anak : anak ke berapa? Dari berapa bersaudara?, pekerjaan orang tua?

RPS
Keluhan utama: tampak gendut
Sejak kapan?
Awalnya seperti apa?
Drastis atau berangsur-angsur?
Bagaimana dibanding teman sebayanya?
Kebiasaan makan seperti apa?
Makan seberapa banyak? Yang sering dimakan apa?
Apa ada menu khusus?
Makan akhir-akhir ini seperti apa?
Apakah ada keluhan lain? (nyeri kepala berulang, sesak terutama saat olah raga, mengorok,
terbangun malam akibat sulit nafasm mengantuk di siang hari, nyeri perut, nyeri pinggang,
nyeri saat berjalan konstipasi?)

RPD
Dulu sudah pernah sakit seperti ini?
Sudah pernah berobat?
Riwayat konsumsi obat?
Obat-obatan yang menyebabkan obesitas sekunder adalah glukokortikoid, phenotiazines,
lithium, amitriptiline, estrogen/progesteron
Ada riwayat alergi obat?
Ada riwayat penyakit Hipertensi, PJK, Obesitas?

RPK
Apakah ada riwayat obesitas dalam keluarga?
Apakah ada riwayat penyakit gula, jantung, darah tinggi?
Apakah ada saudara kandung yang mendadak meninggal saat usia muda?

RPSosSek:
Apa saja kesibukan sehari2?
Jika anak, apakah sering bermain dengan teman sebaya di luar rumah?
Apa aktivitas yang dilakukan di rumah?
Apakah ada hobi/ olah raga yang digemari?
Bagaimana ketika ke sekolah/ tempat kerja? (berjalan kaki, bersepeda, mobil, motor)
PF Status Generalis: Keadaan umum, kesadaran, TTV
Antropometri (TB, BB, Lingkar pinggang)  IMT hitung

Head to toe
Kulit: kering, hiperpigmentasi, jerawat?
Mata: anemis, edem palpebre, pergerakan bola mata (utk melihat paralisis N. VI
pseudomotor cerebri)?
Hidung: sekret?
Tenggorokan: ukuran tonsil? Hiperemis?
Leher: perbedaran tiroid?
Abdomen: datar/ cembung, hepar, lien, bising usus?
Ekstremitas : akral hangat, capilary refill, KGB axila dan inguinal?
Abnormal gait?

Anggota tubuh lainnya dilakukan seperlunya saja


PP Sebutkan
Profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid)
Profil gula darah: GDP (>=126), GDS (>=200), GD2PP, Hba1C (>=6,5%setiap 3-6 bulan)
SGOT SGPT tiap 2 tahun
DK

Cara diagnosis:
Jika pasien >5 th pake IMT, jika < 5 th pake tabel Z score.

Obesitas: tipe sentral/perifer

DD: obesitas kelas 2, obesitas kelas 3, sindroma metabolik


Talak Orlistat 60 mg 1x/hari setelah makan (untuk pasien usia>18 th)
Farmakoterapi
Rujuk jika ada komplikasi spt sesak, obstructive sleep apneu, komorbid kardiovaskuler, bila
dengan program diet dan aktivitas fisik tidak mengalami penurunan BB dalam 2-3 bulan)
Komunikasi dan 1. Edukasi hasil pemeriksaan status gizi, menjauhi FR
Edukasi 2. Mendukung ibu untuk menjadi pendukung untuk orogram penurunan
BB sebagai pengatur pola diet dan pengawas aktivitas fisik
3. Kurangi fastfood, cemilan
4. Restriksi garam
5. Lakukan aktifitas fisik moderat selama 60 menit tiap hari (misal
bermain di luar rumah, berjalan cepat, berjalan dengan anjing,
bersepeda, senam aerobik, ngepel, menyapu, berenang, main tenis
meja)
6. Kurangi life sedentary: Batasi nonton TV kurang dari 2 jam tiap hari,
menyarankan tidak ada TV di kamar, tidak naik lift

3. MATA MERAH (PJ : ANGGIRIANI)


a. Benda Asing di Konjungtiva (DD : Konjungtivitis Akut)
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : Nyeri, mata merah, berair, sensasi
benda asing, fotopobia
Durasi :
Lokasi :
Faktor Berat :
Faktor Ringan :
Kualitas :
Kuantitas :
Keluhan Penyerta : (biasanya visus normal), injeksi
konjuntiva tarsal dan/atau bulbi
RPD
RPK
RSE Pekerja industri tanpa memakai kacamata pelindung
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit sedang
IMT Dbn
TTV Dbn
Head-to-toe Dbn
Lokalisata ditemukan benda asing
PP Tidak diperlukan
Tatalaksana
Farmakologi Antibiotik topikal (salep atau tetes mata), misalnya
Kloramfenikol tetes mata, 1 tetes setiap 2 jam selama
2 hari
NonMedikamentosa Pengangkatan benda asing :
1) Berikan tetes mata Tetrakain 0,5% sebanyak 1-2
tetes pada mata yang terkena benda asing.
2) Gunakan kaca pembesar (lup) dalam
pengangkatan benda asing.
3) Angkat benda asing dengan menggunakan lidi
kapas atau jarum suntik ukuran 23G.
4) Arah pengambilan benda asing dilakukan dari
tengah ke tepi.
5) Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon
Iodin pada tempat bekas benda asing.

Rujuk apabila visus turun, benda asing tidak dapat


dikeluarkan
KIE
Prognosis ad vitam:bonam
ad functionam:bonam
ad sanationam:bonam
Edukasi a. tidak menggosok matanya agar tidak memperberat
lesi.
b. Menggunakan alat/kacamata pelindung pada saat
bekerja atau berkendara.
c. Menganjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan
bertambah berat setelah dilakukan tindakan, seperti
mata bertambah merah, bengkak, atau disertai
dengan penurunan visus.
Komplikasi Ulkus kornea, keratitis

b. Konjungtivitis
Keterangan K. Viral K. Bakterial K. Alergi
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : a) Keluhan Utama : a) Keluhan Utama : a)
Hiperemis Injeksi Hiperemis Injeksi Hiperemis Injeksi
konjungtiva konjungtiva konjungtiva
b) Epifora (mata berair) b) Epifora (mata berair) b) Epifora (mata berair)
K. Viral K. Viral K. Viral
c) Limfadenopati c) Limfadenopati c) Limfadenopati
preaurikular K.Viral preaurikular K.Viral preaurikular K.Viral
d) Eksudasi d) Eksudasi d) Eksudasi
K. Bakteri Purulen K. Bakteri Purulen K. Bakteri Purulen
K. Viral Seromukus K. Viral Seromukus K. Viral Seromukus
K. Alergi Mukus K. Alergi Mukus K. Alergi Mukus
e) Pseudoptosis (sulit e) Pseudoptosis (sulit e) Pseudoptosis (sulit
membuka mata) membuka mata) membuka mata)

Khas : Mata merah & Khas : Mata merah & Khas : Mata gatal &
berair kotor, sekret purulen bengkak

Durasi : Onset 3-7 hari Durasi : Onset 3-7 hari Durasi : Onset 3-7 hari
setelah gejala setelah gejala setelah gejala
Lokasi : uni-bilateral Lokasi : unilateral Lokasi : uni-bilateral
Faktor Berat : memberat di Faktor Berat : memberat di Faktor Berat : Semakin
pagi hari/bangun tidur à pagi hari/bangun tidur à dikucek semakin gatal
muncul keropeng akibat muncul keropeng akibat Faktor Ringan :
sekret purulen yang sekret purulen yang Kualitas : Mucous
mengering selama tidur mengering selama tidur Kuantitas : menetap
Faktor Ringan : Faktor Ringan : Keluhan Penyerta :
Kualitas : Serous, Mucous, Kualitas : sekret purulent
Seromucoid (e.c. gonore  purulent
Kuantitas : menetap banyak)
Keluhan Penyerta : Kuantitas : menetap
(gonore banyak)
Keluhan Penyerta :
RPD Penyakit imunologik bikin Ascending infection (bisa Riwayat Alergi +
imunokompromise dari rhinitis bacterial,
penyakit sexual/gonore
terus kontak ke mata, dsb.)
RPK Kontak langsung (e.c. Kontak langsung (e.c. Riwayat Alergi +
penyakit virus) penyakit bakteri)
RSE 1) Mengucek mata 1) Mengucek mata 1) Mengucek mata
2) Mengendarai motor 2) Mengendarai motor 2) Mengendarai motor
tanpa kaca helm tanpa kaca helm tanpa kaca helm
3) Pekerjaan à di ruang 3) Pekerjaan à di ruang 3) Pekerjaan à di ruang
AC à dry eyes à K.sika AC à dry eyes à K.sika AC à dry eyes à K.sika
4) Penggunaan lensa 4) Penggunaan lensa 4) Penggunaan lensa
kontak kontak kontak
PF
KU/Kesadaran dbn dbn dbn
IMT dbn dbn dbn
TTV dbn dbn dbn
Head-to-toe dbn dbn dbn
Lokalisata konjungtiva merah, konjungtiva merah, konjungtiva merah,
terdapat sekeret berair terdapat sekeret berair terdapat sekeret berair
PP Pewarnaan methilen blue à
Konjungtivitis gonorrhae
Tatalaksana
Farmakologi R/Zovirax 3% eye R/Kloramfenikol 0,5% eye R/Flarex 0,1% eye drop fls
ointment 4,5g No.I drop fls No.I No.I
S 0,5.h dd gtt 1 O.D.S. S 3 dd gtt 2 O.D.S S 3 dd gtt 1 O.D.S.
R/ Acyclovir 3% eye R/Ciprofloxacin 0,3% eye R/ Sodium Kromoglikat
oinment 4,5 g No. I drop fls No.I 4% eye drop fls No. I
S 5 dd ung OD/OS S omnihora (tiap jam) dd
gtt 1 O.D.S

(Gonore)
R/ Kloramfenikol 0,5-1%
eye drop fls No. I
S omnihora gtt 2 OD/OS
NonMedikamentosa kompres air hangat saat kompres air hangat saat kompres air dingin
pagi pagi
KIE
Prognosis ad vitam:bonam ad vitam:bonam ad vitam:bonam
ad functionam:bonam ad functionam:bonam ad functionam:bonam
ad sanationam:bonam ad sanationam:bonam ad sanationam:bonam
Edukasi a. edukasi tentang penyakit a. edukasi tentang penyakit a. edukasi tentang penyakit
b. edukasi tentang b. edukasi tentang b. edukasi tentang
pencegahan pencegahan pencegahan
c. tidak menggunakan c. tidak menggunakan c. tidak menggunakan
handuk untuk handuk untuk handuk untuk
mngeringkan muka secara mngeringkan muka secara mngeringkan muka secara
bersama-sama bersama-sama bersama-sama
d. jangan mengucek mata d. jangan mengucek mata d. jangan mengucek mata
e. pakai kacamata saat e. pakai kacamata saat e. pakai kacamata saat
keluar rumah keluar rumah keluar rumah
Komplikasi
c. Perdarahan Subkonjungtiva
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : adanya darah pada sklera atau mata
berwarna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal)
Durasi : meluas dalam 24 jam pertama, setelahya
berkurang karena diabsorpsi
Lokasi :
Faktor Berat :
Faktor Ringan :
Kualitas :
Kuantitas :
Keluhan Penyerta : (biasanya visus normal), injeksi
konjuntiva tarsal dan/atau bulbi
RPD a. hipertensi atau arterosklerosis
b. trauma tumpul atau tajam
c. penggunaan obat
d. manuver valsava
e. anemia
f. bend asing
g. konjungtivitis
RPK
RSE
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit sedang
IMT Dbn
TTV Dbn
Head-to-toe Dbn
Lokalisata 1) tampak perdarahan di sklera
2) pemeriksaan visus, jika visus <6/6 dicurigai ada
erusakan selain di konjungtiva
3) funduskopi --> perlu jika ada riwayat akibat
trauma
PP Tidak diperlukan
Tatalaksana
Farmakologi R/ Hydroxiprophyl methylselulosa eye drop fls No. I
S 3 dd gtt 2 OD/OS
NonMedikamentosa a. perdarahan subkonjungtiva akan hilang dalam 1-2
minggu tanpa diobati
b. pengobatan penyakit yang mendasari (misal kalo
ada hipertensi, anemia, dll)
c. rujuk jika ada penurunan visus
KIE
Prognosis ad vitam:bonam
ad functionam:bonam
ad sanationam:bonam
Edukasi Memberitahu keluarga bahwa:
a. Tidak perlu khawatir karena perdarahan akan
terlihat meluas dalam 24 jam pertama, namun setelah
itu ukuran akan berkurang perlahan karena
diabsorpsi.
B. Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang
cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan
subkonjungtiva sehingga diperlukan pengontrolan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Komplikasi

d. Hordeolum (DD : Selulitis Perseptal, Chalazione, Granuloma Pyogenicum)


Keterangan H. Internum H. Eksternum
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : kelopak yang Keluhan Utama : kelopak yang
bengkak dengan rasa sakit dan bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah dan nyeri bila mengganjal, merah dan nyeri bila
ditekan, serta perasaan tidak ditekan, serta perasaan tidak
nyaman dan sensasi terbakar pada nyaman dan sensasi terbakar pada
kelopak mata kelopak mata
Durasi : Durasi :
Lokasi : Lokasi :
Faktor Berat : Faktor Berat :
Faktor Ringan : Faktor Ringan :
Kualitas : Kualitas :
Kuantitas : Kuantitas :
Keluhan Penyerta : Keluhan Penyerta :
RPD
RPK
RSE
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit Komposmentis, tampak sakit
sedang sedang
IMT Dbn Dbn
TTV Dbn Dbn
Head-to-toe Dbn Dbn
Lokalisata a. kelopak mata bengkak, a. kelopak mata bengkak,
merah, dan nyeri pada perabaan merah, dan nyeri pada perabaan
b. Nanah dapat keluar dari b. Nanah dapat keluar dari
pangkal rambut (hordeolum pangkal rambut (hordeolum
eksternum) eksternum)
c. Apabila sudah terjadi abses c. Apabila sudah terjadi abses
dapat timbul undulasi. dapat timbul undulasi.
PP
Tatalaksana
Farmakologi 1) Oxytetrasiklin salep mata 1) Oxytetrasiklin salep mata
atau kloramfenikol salep mata atau kloramfenikol salep mata
setiap 8 jam. Apabila setiap 8 jam. Apabila
menggunakan kloramfenikol tetes menggunakan kloramfenikol tetes
mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam. mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.
2) Bila perlu, memberikan 2) Bila perlu, memberikan
terapi oral sistemik erithromisin terapi oral sistemik erithromisin
500 mg pada dewasa dan anak 500 mg pada dewasa dan anak
sesuai berat badan atau sesuai berat badan atau
diklosasilin 4x sehari selama 3 diklosasilin 4x sehari selama 3
hari. hari.
3) Bila dengan pengobatan 3) Bila dengan pengobatan
konservatif tidak berespon dengan konservatif tidak berespon dengan
baik, maka prosedur pembedahan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk mungkin diperlukan untuk
membuat drainase pada membuat drainase pada
hordeolum. hordeolum.
NonMedikamentosa 1) mengompres mata dengan 1) mengompres mata dengan
air hangat 4-6 kali sehari selama air hangat 4-6 kali sehari selama
15 menit setiap kalinya untuk 15 menit setiap kalinya untuk
membantu drainase. Tindakan membantu drainase. Tindakan
dilakukan dengan mata tertutup. dilakukan dengan mata tertutup.
2) Membersihkan kelopak mata 2) Membersihkan kelopak mata
denga air atau sabun atau sampu denga air atau sabun atau sampu
yang tidak iritatif. yang tidak iritatif.
3) Tidak menusuk hordeolum. 3) Tidak menusuk hordeolum.
4) Menghindari make-up pada 4) Menghindari make-up pada
mata. mata.
5) Tidak memakai lensa 5) Tidak memakai lensa
kontak. kontak.
KIE
Prognosis
Edukasi Hordeolum dapat berulang Hordeolum dapat berulang
sehingga perlu diberi tahu pasien sehingga perlu diberi tahu pasien
dan keluarga untuk menjaga dan keluarga untuk menjaga
higiene dan kebersihan higiene dan kebersihan
lingkungan lingkungan
Komplikasi

*ternyata sama aja wk, nanti tambahin sendiri ya kalau ada


e. Dry Eye
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : Keluhan mata terasa gatal, seperti
berpasir. Keluhan dapat disertai sensasi terbakar,
merah, dan perih
Lokasi :
Faktor Berat :
Faktor Ringan :
Kualitas :
Kuantitas :
Keluhan Penyerta :
RPD penyakit sistemik; contohnya: sindrom Sjogren,
sklerosis sistemik progresif, sarkoidosis, leukimia,
limfoma, amiloidosis, dan hemokromatosis; serta
riwayat penggunaan lensa kontak
RPK
RSE
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit sedang
IMT Dbn
TTV Dbn
Head-to-toe Dbn
Lokalisata pemriksaan visus
PP tes schirmer (hasil <10 mm (N>=20mm))
Tatalaksana
Farmakologi a. diberikan air mata buatan
((karboksimetilselulosa tetes mata)
b. Rujukan apabila ditemuan komplikasi yang
berupa keratitis, Penipisan kornea, Infeksi sekunder
oleh bakteri, dan Neovaskularisasi kornea
NonMedikamentosa
KIE
Prognosis ad vitam:bonam
ad functionam:bonam
ad sanationam:bonam
Edukasi mata kering adalah keadaan menahun dan pemulihan
total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat
perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih
reversibel
Komplikasi

f. Uveitis (DD : Konjungtivitis, Keratitis, Glaucoma Acute)


Anamnesis
RPS Keluhan Utama : nyeri, mata merah, penglihatan
menurun
Onset : mendadak, batasan durasi 3 bulan atau
kurang
Lokasi : unilateral/bilateral
Faktor Berat : terkena cahaya atau tekanan, malam
hari nyeri kepala berat,
Faktor Ringan :
Kualitas : nyeri bertambah berat jika terkena cahaya
atau tekanan
Kuantitas : mata merah (injeksi siliar) menetap
Keluhan Penyerta : penurnan visus, fotofobia,
lakrimasi
RPD riwayat trauma, riwyat operasi intraocular
RPK bisa menular melalui kontak langsung tergantung
etiologinya
RSE memiliki hewan peliharaan
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit sedang
IMT Dbn
TTV Dbn
Head-to-toe Dbn
Lokalisata a. injeksi siliar
b. eksudat pada COA
c. hipopion
d. hifema
PP
Tatalaksana
Farmakologi a. Tetes mata sulfas atropin 1%
b. Kortikosteroid 4-6 kali perhari tergantung
beratnya
c. Antibiotik bila penyebab mikroorganismenya
diketahui
d. Tetes mata = 2x lipat dari salep
NonMedikamentosa
KIE
Prognosis
Edukasi a. Edukasi ttg penyakit
b. Edukasi pencegahan
c. Pakai kacamata saat keluar rumah
Komplikasi
g. Glaucoma Acute (DD : uveitis anterior, keratitis, ulkus kornea, iritis akut)
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : mata merah, tajam penglihatan
turun mendadak, rasa sakit/nyeri pada mata yang
menjalar ke kepala, mual muntah (e.c. IOP yang
tinggi)
Onset :
Lokasi :
Faktor Berat :
Faktor Ringan :
Kualitas :
Kuantitas :
Keluhan Penyerta :
RPD
RPK
RSE
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit sedang
IMT Dbn
TTV Dbn
Head-to-toe Dbn
Lokalisata a. Visus turun
b. Tekanan intra okular meningkat
c. Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti,
kemosis dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva
d. Edema kornea
e. Bilik mata depan dangkal
f. Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif
g. Pemeriksaan lapang pandang à lapang pandang
berkurang
PP a. Iluminasi oblik dari bilik mata depan à COA
dangkal, iris menonjol ke depan, cahaya tidak
tersebar merata sehingga ada bagian yang gelap
b. Slit lamp
c. Gonioskopi à membedakan sudut terbuka atau
tertutup
d. Tonometri
Tatalaksana
Farmakologi 1) Asetazolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4 x 250
mg/hari.
2) KCl 0.5 gr 3 x/hari.
3) Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
4) Tetes mata kombinasi kortikosteroid +
antibiotik 4-6 x 1 tetes sehari
5) Terapi simptomatik.
NonMedikamentosa Pembatasan asupan cairan untuk menjaga agar
tekanan intra okular tidak semakin meningkat

Penatalaksanaan kasus glaukoma pada layanan


tingkat pertama bertujuan menurunkan tekanan intra
okuler sesegera mungkin dan kemudian merujuk ke
dokter spesialis mata di rumah sakit.
KIE
Prognosis ad vitam:bonam
ad functionam: dubia ad malam
ad sanationam: dubia ad malam
Edukasi Memberitahu keluarga bahwa kondisi mata dengan
glaukoma akut tergolong kedaruratan mata, dimana
tekanan intra okuler harus segera diturunkan
Komplikasi

4. MUAL MUNTAH & KEMBUNG (PJ : DIPA & JEREMY)

1. Gastritis
2. GERD
3. Intoleransi makanan (Malabsorbsi)
4. Keracunan makanan
5. Hepatitis virus

Keterangan Gastritis GERD Intoleransi makanan Keracunan makanan


anamnesis
RPS 1. Keluhan utama: mual 1. Keluhan utama: mual 1. Keluhan utama: 1. keluhan utama: mual
muntah muntah mual muntah muntah
2. Lokasi: 2. Lokasi: epigastik/difus 2. Lokasi:- 2. onset: 1-3 hari setelah
epigastik/difus 3. Onset: Akut 3. Onset: kronis konsumsi makanan ttt
3. Onset: Akut 4. Kuantitas: kadang- 4. Kuantitas: muncul 3. Kuantitas: gejala
kadang muncul (terutama saat konsumsi menetap
4. Kuantitas: kadang- pada keadaan blm makanan (lemak, 4. Kualitas: mengganggu
kadang muncul makan, atau konsumsi glukosa, susu, aktivitas
(terutama pada OAINS, makan terlalu protein, asam folat, 5. Faktor memperberat:-
keadaan blm makan, kenyang) vit B12, ) 6. Faktor memperingan:
atau konsumsi 5. Kualitas: mengganggu 5. Kualitas: istirahat
OAINS) aktivitas mengganggu 7. Gejala penyerta: diare,
5. Kualitas: bisa 6. Memperberat: apabila 6. Memperberat:- lemas, kram pada
mengganggu, atau makan tidak teratur, 7. Memperingan:- abdomen, penglihatan
tidak mengganggu konsumsi OAINS, tidur 8. Gejala penyerta: berkunang-
aktivitas dengan posisi terlentang diare, stratore, kunang/kabur, pusing,
6. Memperberat: apabila 7. Memperingan: istirahat hipotensi ortostatik, hilang selera makan,
makan tidak teratur, dengan posisi tidur leher <<bb, distensi begah, urin<<
konsumsi OAINS, lebih tinggi, minum obat abdomen, lemas,
stress <<as (obat yang edema (pd
7. Memperingan: dikunyah). Lambung intoleransi protein),
istirahat, minum obat 8. Gejala penyerta: disertai anemia(pd
<<as. Lambung dengan nyeri bagian & intoleransi vit B12
8. Gejala penyerta: bisa perasaan terbakar di dan as. folat),
disertai dengan nyeri regio dada dan gangguan perdarahan
bagian epigastrik, epigastrik, terkadang (pd malabsorbsi vit
atau nyeri difus (sulit mulut terasa pahit, K), gangguan
ditentukanlokasi terkadang rasa nyeri neurologi (pada
cenderung ke mirip dengan gejala nyeri malabsorbsi vit.
hipokondriaka pada ischemic heart neurotropik)
sinistra) disease tp tanpa adanya
penjalaran nyeri ke
pundak kiri
Bisa terdapat
odinofagia(nyeri saat
menelan), suara menjadi
serak, laringitis, dan
batuk
RPD Terdapat riwayat sakit Terdapat riwayat sakit yang Kemungkinan besar Tidak ada keterangan
yang sama, atau tanpa sama, atau tanpa riwayat pernah mengalami hal
riwayat penyakit penyakit sebelumnya. serupa
sebelumnya. Pada kasus tertentu
Pada kasus tertentu dtemukan riwayat konsumsi Biasanya terjadi setelah
dtemukan riwayat OAINS pada pasien yang reseksi (pemotongan)
konsumsi OAINS pada sering pegal/nyeri otot pada sebagian intestinum
pasien yang sering
pegal/nyeri otot Bisa terdapat pankreatitis
kronis (nice to know aja
kayaknya)
RPK Bisa ada dan tidak ada Bisa ada dan tidak ada Bisa ada dan tidak ada Tidak ada keterangan
mengalami penyakit yang mengalami penyakit yang mengalami penyakit yang
sama sama sama
RPSE 1. Makan tidak teratur 1. Makan tidak teratur Tidak ada info khusus 1. Minat terhadap kuliner,
(terutama makan (terutama makan pagi) terutama raw food
pagi) 2. Makan sampai terlalu 2. Suka makan makanan
2. Terlalu sering kenyang kalengan tanpa
konsumsi kopi (>2 3. Tidur setelah makan (<1 dipanaskan terlebih
gelas perhari) jam) dahulu
3. Pekerja atau 4. Terlalu sering konsumsi 3. bisa terjadi serentak
mahasiswa  sering kopi (>2 gelas perhari) pada kumpulan orang
begadang 5. Pekerja atau mahasiswa yang mengkonsumsi
4. Kuli bangunan atau  sering begadang katering makan yang
pekerjaan yang 6. Kuli bangunan atau tidak
memungkinkan pekerjaan yang bersih/terkontaminasi
>>asam laktat memungkinkan >>asam 4. makan makanan di
5. Biasanya rekan kerja laktat tempat dengan kadar
tidak mengalami hal 7. Biasanya rekan kerja kimia tinggi
yang serupa tidak mengalami hal (>>kemungkinan
6. Merokok, terutama yang serupa paparan)
perokok berat 8. Merokok, terutama
7. Konsumsi alkohol perokok berat
8. Konsumsi makanan 9. Konsumsi alkohol
yang tidak bersih i.e.
makan di warung
pinggir jalan
Pemeriksaa 1. KU: Tampak sakit 1. KU: Tampak sakit 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak sakit
n Fisik 2. Kesadaran: 2. Kesadaran: 2. Kesadaran: bisa 2. Kesadaran : biasanya
Komposmentis Komposmentis komposmentis atau sudah somnolen
3. VS: secara umum 3. VS: secara umum DBN, bisa << (penurunan kesadaran)
DBN, bisa terdapat bisa terdapat takikardi 3. VS: hipotensi, 3. VS: suhu >>, RR >>
takikardi akibat nyeri akibat nyeri pada takikardi, takipneu, 4. pemeriksaan wajah
pada abdomen abdomen, dan dada <<suhu dan ekstremitas
4. Pemeriksaan 4. Pemeriksaan abdomen 4. Wajah dan tampak gejala
abdomen ditemukan ditemukan adanya nyeri ekstremitas: tanda dehidrasi (mukosa
adanya nyeri tekan tekan pada regio anemia kering, haus, turgor
pada regio epigastrik epigastrik 5. Pemeriksaan kulit >>)
5. Antropometri : BMI abdomen: distensi 5. pemeriksaan status
underweight lokalis bagian
abdomen, mungkin abdomen terasa nyeri
asites(mal. protein) pada saat palpasi, bisa
6. Pemeriksaan ditemukan
neurologis: >>peristaltik akibat
kelemahan (plegia), diare
neuropati perifer
Pemeriksaa 1. Pemeriksaan darah 1. Pemeriksaan darah rutin: 1. Pemeriksaan darah 5. Darah lengkap:
n Penunjang rutin: eritrosit, Hb, Ht eritrosit, Hb, Ht dll, rutin: eritrosit, Hb, eritosit, Hb, Ht, hitung
dll, Hitung Jumlah Hitung Jumlah Leukosit Ht dll, Hitung jenis Leukosit
Leukosit 2. Pemeriksaan Endoskopi Jumlah Leukosit 6. Kimia darah:
2. Pemeriksaan (bukan kompetensi) 2. Kimia darah: pemeriksaan elektolit
Endoskopi (bukan 3. Pemeriksaan Histo-PA pemeriksaan darah
kompetensi) (bukan kompetensi) elektolit darah 7. LED
3. Pemeriksaan Histo- 3. Foto polos abdomen: 8. Feses perubahan
PA (bukan kalsifikasi pada konsistensi lembek
kompetensi) pankreas atau cair dengan atau
4. pemeriksaan tanpa perubahan warna
koagulasi: PT feses. Pada
(Protrhombin time) pemeriksaan
memanjang mikroskopis mungkin
dapat ditemukan
eritrosit (bila terdapat
iritasi pencernaan),
bisa ditemukan parasit,
pemeriksaan gram
Penegakan Berdasarkan anamnesis Berdasarkan anamnesis dan Berdasarkan anamnesis 1. keracunan makanan,
Diagnosis dan PF, jarang ditemukan PF, dan PF, dan pemeriksaan akibat bakteri: sesuaikan
tanda khusus penyakit penunjang dg anamnesis,
Pemeriksaan gram
ditemukan bakteri gram
(+/-)
2. keracunan makanan
akibat parasit: sesuaikan
dengan anamnesis,
pemeriksaan
mikroskopis feses
ditemukan parasit
dengan atau tanpa
eritrosit
Diagnosis Gastritis GERD Malabsorbsi jangan lupa biasanya ada
Kerja dehidrasinya
keracunan makanan ..(bisa
tambahin penyebabnya)
dengan dehidrasi (ringan,
sedang, berat)
Diagnosis GERD, ulkus gaster, ulkus Gastritis, Ulkus Gaster, Ulkus Whiplle disease, zollinger- Malabsorbsi ,
Banding duodenum Duodenum ellison syndrome gastroenteritis
Terapi 1. anti emetik: 1. Anti emetik: ondansetron 1. hindari konsumsi 1. rehidrasi sesuai tk
ondansetron 2. Anti mual: domperidone berlebih pemicu dehidasi (oralit atau
2. anti mual: 3. Tingkat keparahan: malabsorbsi (i.e. dengan infus RL)
domperidone  Stad 1 malabsorbsi 2. oralit untuk atasi
3. terapi khusus infeksi Modifikasi gaya glutenganti <<elektrolit
H.pylori hidup; konsumsi susu 3. antidiare: atapulgit,
amoksisilin+ Antasid; kedelai) kalo ada disentri
metronidazole+ Antagonis 2. terapi pemberian kasihnya bismuth
omeprazole H2(simetidin/ranitidin enzim (i.e. subsalisilat
ante coanam 30 mnt ) ante coanam 30 mnt malabsorbsi karna def. 4. infeksi bakteri:
(dikunyah) (dikunyah) enzim)?? antibiotik, kasih
 Stad 2&3 spektrum luas i.e.
Ppi (omeprazole) ciprofloxacin

Note:

sumber IPD dan Medscape med.

1. Edukasi sesuaikan dengan faktor resiko pasien (dari anamnesis) ( jangan stress, menjaga pola
makan, jangan makan pedes dan asem)
2. Tulisan yg dikasih warna hijau  terapi non farmakologi
3. Dosis:
a. Ibuprofen tab 200, 400 mg (3x1)
b. paracetamol  tab 500 mg (3x1);
c. Domperidone  tab 10mg (1x1)
d. Ondansetron tab 8mg (1x1)
e. Simetidin tab 400mg (2x1)
f. Ranitidin tab 150mg (2x1)
g. Omeprazole tab 20mg (1x1)
h. Amoksisilin tab 750mg (2x1)
i. Metronidazole tab 500mg (2x1)

5. THT (PJ : ANGGIRIANI)


a. Otitis Eksterna Akut
Keterangan O.E.A. Sirkumskripta O.E.A. Diffuse
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : nyeri yg sangat Keluhan Utama : nyeri tekan
lebih dari bisulnya. tragus
Onset : Onset :
Lokasi : unilateral Lokasi : unilateral
Faktor Berat : udara hangat dan Faktor Berat : udara hangat dan
lembab, ph basa lembab, ph basa
Faktor Ringan : Faktor Ringan :
Kualitas : Kualitas :
Kuantitas : Kuantitas :
Keluhan Penyerta : Nyeri saat Keluhan Penyerta : kgb kadang
membuka rahang. Gang membesar, nyeri tekan, sekret
pendengaran berbau
RPD
RPK
RSE
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit Komposmentis, tampak sakit
IMT Dbn Dbn
TTV Dbn Dbn
Head-to-toe dbn Dbn
Lokalisata jika ada gangguan pendengaran -- jika ada gangguan pendengaran --
> tes garpu tala > tes garpu tala
PP jika ada gangguan pendengaran -- jika ada gangguan pendengaran --
> tes garpu tala > tes garpu tala
Tatalaksana
Farmakologi antiseptik (asam asetat 2-5%, antibiotik dan analgetik
simptomatik ( analgetiik dan
penenang)
NonMedikamentosa tampon yg diberi antibiotik
KIE
Prognosis
Edukasi penyakit yg diderita, cara penyakit yg diderita, cara
penggunaan obat, jangan terkena penggunaan obat, jangan terkena
air dulu, jangan korek2 telinga air dulu, jangan korek2 telinga
Komplikasi

b. Otitis Media Akut (DD tergantung stadium)


Anamnesis
RPS Keluhan Utama : nyeri telinga
Onset :
Lokasi : kanan/ kiri?
Faktor Berat :
Faktor Ringan :
Kualitas :
Kuantitas :
Keluhan Penyerta : suhu tubuh tinggi(>39,5), gang pendengaran, rasa penuh
pada telinga
RPD Rhinitis Bakteri/Virus (ascending infection) & ISPA
RPK Rhinitis Bakteri/Virus & ISPA
RSE Kebiasaan menghirup ingus, makan-minum dingin/es
PF
KU/Kesadaran Komposmentis, tampak sakit sedang
IMT Dbn
TTV Dbn
Head-to-toe Dbn
Lokalisata

PP jika ada gangguan pendengaran --> tes garpu tala


Tatalaksana
Farmakologi stad oklusi : hcl efedrin 0,5%(<12thn) dan HCL efedrin 1% (>12thn),
antibiotik bila etio bakteri

presupurasi : antibiotik(ampisilin 50-100mg/kgBB/hari dibagi 4 (anak2) min


7 hari ), obat tetes hidung,

perforasi : cuci telinga dengan h2o2 3% selama 3-5 hari, antibiotik yg


adekuat

resolusi : wes normal


tapi kalo gak resolusi  edem  antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu
NonMedikamentosa supurasi : antibiotik dan miringotomi

KIE
Prognosis bonam
Edukasi penyakit yg diderita, cara penggunaan obat, jangan terkena air dulu, jangan
korek2 telinga
Komplikasi kalo udah 3 minggu diobatin tapi masih bersekret  mastoiditis
kalo selama lebih dari 3 minggu OMA masih lanjut bersekretnya  OMS
subakut
kalo perforasi menetap dan sekret keluar lebih dari 1,5 / 2 bulan  OMSK
c. Lain-Lain
Keterangan Serumen Prop Motion Sickness
Anamnesis DD : (Gangguan vestibuler
meniere, BPP)
RPS Keluhan Utama : gangguan Keluhan Utama : pusing, tidak
pendengaran(tuli konduktif) nyaman
Onset : Onset :
Lokasi : kanan/ kiri? Lokasi : kanan/ kiri?
Faktor Berat : Faktor Berat : perjalanan atau
Faktor Ringan : melakukan aktivitas saat
Kualitas : perjalanan
Kuantitas : Faktor Ringan : berdiam ditempat
Keluhan Penyerta : rasa yg tidak banyak pergerakan,
tertekan/penuh dalam telinga istirahat
Kualitas :
Kuantitas :
Keluhan Penyerta : pucat,
hipersalivasi, keringat dingin, rasa
penuh pada perut bag atas,
mual/muntah
RPD
RPK
RSE Riwayat menggunakan Pasca melakukan perjalanan
earphone/headset dalam jangka
waktu berlebih
PF
KU/Kesadaran Dbn Dbn
IMT Dbn Dbn
TTV Dbn Dbn
Head-to-toe Dbn Dbn
Lokalisata jika ada gangguan pendengaran --
> tes garpu tala (conductive
hearing loss)
PP jika ada gangguan pendengaran -- jika ada gangguan pendengaran --
> tes garpu tala > tes garpu tala
Tatalaksana
Farmakologi dimenhidrinate 50mg setiap 4-
6jam, scopolamin transdermal
0,5mg
NonMedikamentosa Pengeluaran serumen bila cair Bed rest
dengan kapas lilit, bila lunak atau
liat dapat dengan pinset, bila keras
dicairkan dulu dengan
minyak/karbogiserin
KIE
Prognosis Bonam
Edukasi penyakit yg diderita, cara penyakit yg diderita, cara
penggunaan obat, jangan terkena penggunaan obat, tutup mata
air dulu, jangan korek2 telinga selama perjalanan, pilih kursi
depan, jangan melakukan aktivitas
seprti membaca
Komplikasi

6. PSIKIATRI (PJ : FRIDHA & MUMTAZ)

ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Anamnesis
1. Alloanamnesis : dilakukan kepada keluarga
- Identitas penderita
- Identitas sumber informasi
- Keluhan utama : Apa alasan pasien datang ke psikiater?
- Riwayat Penyakit/Gangguan Jiwa Sekarang :
o Mengapa pasien datang ke dokter saat ini?
o Bagaimana keadaan hidup pasien saat onset gejala atau perubahan perilaku dan
bagaimana mereka memperlakukan pasien?
o Apa peristiwa pencetus di masa lalu yang menyebabkan peristiwa sekarang ?
o Dengan cara apa penyakit pasien mempengaruhi aktivitas kehidupannya ?
o Apakah terdapat gejala psikofisiologi ?
- Riwayat Penyakit/Gangguan Jiwa Sebelumnya
. a. riwayat psikiatrik
- keluhan yang pernah dialami oleh penderita? Gejalanya seperti apa? Beratnya penyakit?
- Pengobatan yang pernah diterima? pernah/tidak sembuh sempurna? Efek samping pengobatan tsb?
Kepatuhan minum obat?
b. Riwayat Medis (trauma kepala, peyakit neurologis, tumor, kejang, kehilangan kesadaran )
c. Riwayat konsumsi alcohol dan zat psikoaktif lain, atau keadaan yang beresiko HIV/AIDS
- Riwayat Perkembangan
a. Riwayat Prenatal, Perinatal dan masa kanak kanak (0-3 th)
b. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun) : pengalaman sekolah pertama, penyesuaian diri,
hukuman yang diberikan di rumah, sikap terhadap saudara kandung dan teman sepermainan,
kemampuan bekerjasama dengan teman lain, dll
c. Masa kanak kanak akhir (pubertas sampai remaja) : hubungan sosial dengan teman sebaya, riwayat
sekolah, masalah emosional dan fisik, perkembangan psikoseksual, dll
d. Masa dewasa : riwayat pekerjaan, aktifitas sosial, riwayat perkawinan, keagamaan, dll
e. Riwayat keluarga
- Silsilah keluarga
- Riwayat pribadi penderita
- Stressor psikososial

2. Autoanamesis
- Menggali gejala yang ada, karena penderita psikotik memiliki insight yang buruk
- Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik
- Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi penderita non psikotik.

Pemeriksaan Psikiatri
Kesan Umum

Pengertian :

Kesan secara umum yang dapat dilihat orang umum di tempat umum terhadap pasien meliputi penampilan,
sikap, dan tingkah laku, tanpa ada intervensi dari pemeriksa.

Macam-macam Penilaian Kesan Umum :

1. Tampak sakit jiwa  pada pasien psikotik


2. Tidak tampak sakit jiwa  pada pasien non psikotik

Kesadaran

Macam-macam Penilaian Kesadaran :

1. Compos mentis 4. Delirium


2. Berkabut 5. Sopor
3. Somnolen 6. Comma

Sikap

Macam-macam Penilaian Sikap :

1. Kooperatif 5. Agresif (Hostility)


2. Non Kooperatif 6. Gelisah
3. Merunduk 7. Tegang
4. Grandious

Tingkah Laku

Macam-macam Penilaian Tingkah Laku :


1. Normoaktif
2. Hipoaktif
3. Hiperaktif

Orientasi

Orientasi dapat dinilai “baik” apabila pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai orientasi dengan tepat,
dan “buruk” bila tidak tepat. Orientasi menjadi “sulit dinilai” pada pasien yang tidak memberikan jawaban.
Umumnya, pada pasien dengan gangguan jiwa psikotik orientasinya sulit dinilai.

Proses Pikir

a. Bentuk Pikir

Macam-macam Penilaian Bentuk Pikir

1. Realistik  pada pasien non psikotik


2. Non Realistik  pada pasien psikotik
Contoh pertanyaan :

a. Bapak pernah mendengar ada suara yang bisikin bapak ?


b. Merasa ada yang ngikutin nggak pak ?
c. Merasa ada yang menyuruh untuk melakukan sesuatu pak ? suaranya terdengar di hari, telinga atau
jauh pak ?
d. Ada yang suka gangguin pak ?
e. Suka ngeliet bayangan gelap nggak pak ?

b. Isi Pikir

Waham : Isi pikir yang salah, dipercaya, diyakini, dan dihayati oleh yang bersangkutan dan tidak bisa
dikoreksi oleh orang lain.

Ide : Isi pikir yang salah, tetapi masih dapat dikoreksi oleh orang lain bila dibenturkan dengan kenyataan
yang ada.

Ide dapat terjadi pada pasien non psikotik, contohnya ide bersalah dan/atau ide berdosa pada pasien dengan
depresi sedang. Waham terjadi pada pasien psikotik. Secara umum, terdapat dua bagian besar waham yaitu
waham logis dan waham bizarre (aneh). Waham logis dapat ditemukan pada berbagai pasien psikotik.
Namun, waham bizarre hanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan yang sejenis. Waham bizarre sekaligus
menjadi ciri penyakit tersebut.
Waham Bizarre : Kepercayaan yang salah, aneh, dan sangat tidak masuk akal.

Macam-macam Waham Bizarre

1. Thought of Echo 6. Delusion of Influence


2. Thought of Withdrawal 7. Delusion of Passivity
3. Thought of Insertion 8. Delusion of Perception
4. Thought of Broadcasting 9. Idea Of Reference
5. Delusion of Control
Waham Logis : Kepercayaan yang salah tetapi masih dapat masuk akal.

Beberapa macam Waham Logis

1. Waham Bersalah 5. Waham Dikejar


2. Waham Berdosa 6. Waham Diancam
3. Waham Cemburu 7. Waham Dianiaya
4. Waham Curiga 8. Waham Kebesaran, dll

c. Progresi Pikir

Beberapa macam penilaian progresi pikir :

1. Neologisme :
Kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien.
2. Inkoherensi :
Gabungan kata-kata dalam satu kalimat tanpa tata bahasa sehingga tidak dimengerti maknanya.
3. Verbigerasi :
Pengulangan kata-kata yang tidak berarti.
4. Ekolali :
Pengulangan kata-kata seseorang tanpa tujuan.
5. Irrelevansi :
Jawaban tidak relevan/ tidak harmonis dengan pertanyaan yang diajukan.
6. Flight Of Ideas :
Bicara melompat-lompat dalam penyampaian isi pikiran.
7. Blocking :
Penyampaian alur pikir yang terputus mendadak sebelum selesai.
8. Remming :
Alur pikir yang diucapkan dengan intonasi pelan, frekuensi lambat, dan kadang tidak sampai tujuan.
9. Sirkumstansial :
Alur pikir yang melingkar-lingkar sehingga lambat mencapai tujuan.
10. Tangensial :
Alur pikir yang menyebar sehingga tidak pernah mencapai tujuan.
11. Logore :
Bicara banyak sekali, dengan intonasi tinggi, dan sulit diinterupsi.

Pada pasien non psikotik kita dapat menemukan progresi pikir dalam batas normal. Progresi pikir yang
normal tersebut dapat kita nilai dengan istilah “koheren” dan “relevan”.
Roman Muka
Macam-macam Penilaian Roman Muka :
1. Normo Mimik 3. Sedikit Mimik (Hipomimik)
2. Banyak Mimik (Hipermimik) 4. Tegang

Afek

Pengertian :

Ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien.

Macam-macam Penilaian Afek :

1. Afek Appropriate
2. Afek Inappropriate
3. Afek Terbatas
4. Afek Tumpul
5. Afek Disforik
6. Afek Datar
7. Afek Elasi
8. Afek Euforia
9. Afek Irritable
10. Afek Labil
Persepsi

Beberapa macam gangguan persepsi

Ilusi : Misinterpretasi terhadap stimulus eksternal yang nyata.

Halusinasi : Penerimaan impuls (persepsi) tanpa ada rangsangan (stimulus eksternal) yang nyata.

Macam-macam Halusinasi :

1. Halusinasi Auditorik
Seringkali terjadi pada kasus psikotik. Dapat berupa halusinasi auditorik perintah, ancaman,
ejekan, pembicaraan, dan lain-lain.
2. Halusinasi Visual  terjadi pada pasien dengan Gangguan Mental Organik
3. Halusinasi Olfaktori : Halusinasi yang berkaitan dengan indra penghidu
4. Halusinasi Gustatorik : Halusinasi yang berkaitan dengan pengecapan
5. Halusinasi Taktil : Halusinasi sentuhan
6. Halusinasi Hipnagogik : Halusinasi sensorik palsu yang terjadi saat akan tertidur
7. Halusinasi Hipnopompik : Halusinasi sensorik palsu yang terjadi saat bangun dari tidur
Perhatian (Atensi)

Pengertian :

Kemampuan mempertahankan perhatian pada satu aktivitas dan kemampuan berkonsentrasi

Macam-macam Penilaian Perhatian

1. Mudah Ditarik Mudah Dicantum


Pasien mudah untuk dipanggil ketika akan diajak berbincang dan kontak dengan baik selama
berbincang.
2. Mudah Ditarik Sulit Dicantum
Pasien mudah untuk dipanggil ketika akan diajak berbincang tetapi tidak kontak (tidak
fokus/konsentrasi) untuk berbincang.
3. Sulit Ditarik Sulit Dicantum
Pasien sulit untuk dipanggil ketika akan diajak berbincang dan tidak kontak (tidak
fokus/konsentrasi) untuk berbincang.

Memori
Fungsi penyimpanan informasi di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran.
 Contoh pertenyaan :
a. Bapak udah makan belom ?
b. Makanya lauk apa ?

Intelegensia
Kemampuan untuk mengerti, mengingat, mengolah, dan menyatukan secara konstruktif pelajaran
sebelumnya dalam menghadapi situasi baru.

Memori dan intelegensia dapat dinilai dengan baik atau buruk sesuai dengan kondisi pasien.

Ex :

a. Warna bendera indonesia apa pak ?


b. Presiden indonesia sekarang siapa pak ?
Hubungan Jiwa
Macam-macam Penilaian Hubungan Jiwa
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk

Insight (Tilikan Diri)

Definisi :
Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi.

Insight cukup dinilai dengan baik atau buruk sesuai kondisi pasien. Dalam literatur lain, insight
juga dapat dinilai dengan menggunakan derajat sebagai berikut :

Derajat I : Sangkal total

Derajat II : Ambivalensi

Derajat III : Menyalahkan faktor lain

Derajat IV : Sadar sakit, tidak tau penyebabnya

Derajat V : Sadar sakit, tidak mau berubah

Derajat VI : Tilikan sehat

Contoh pertanyaan :
D : Bapak di sini mau ngapain ?

P : mau berobat dok

D : bapak sakit apa ?

P : sakit nanana

D : gejalanya seperti apa pak ?

P : ini, itu, Lalala

Kesimpulan : insight baik

Bentuk Syndrome
1. Sindrom Skizofrenia

- Waham Bizarre (Thought of .....)


- Halusinasi Auditorik

- Inkoherensi/Irelevansi/Neologisme, dll

2. Sindrom Psikotik

- Waham Logis

- Halusinasi Auditorik

- Tes Realita (-)

3. Sindrom Manik

- Euforia/Elasi

- Hiperaktif

- Logore

- Waham Kebesaran, dll

4. Sindrom Depresi

- Remming

- Blocking

- Disforik

- Anhedonia

- Sulit tidur

- Mudah kelelahan

- Tidak semangat (tidak bergairah), dll


5. Sindrom Paranoid

- Halusinasi Auditori

- Waham Curiga

- Waham Cemburu

- Waham Dikejar

- Waham Dianiaya

- Waham Diancam, dll

6. Sindrom Katatonik

- Command Automatism

- Agitatif

- Stupor, dll

Diagnosis Multiaksial
 AXIS I  GANGGUAN KLINIS /SINDROM KLINIS (Skizo….., bipolar manic/depresi,
demensia, GAD, ..)
macamnya :

 Dementia (penurunan mental progresif berupa memory dan penilaian), Amnesia


(hilang ingatan), dan Delirium (mengigau)
 Gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat kimia atau obat
 Gangguan psikotik
 Eating disorder (Anoreksia nervosa)
 Sleeping disorder (Insomnia)
 Gangguan penyesuaian diri

 AXIS II  KEPRIBADIAN ( Paranoid, Skizoid, Dssoial, emossional tak Stabil, Histirionik,


Anankastik,Cemas, Dependen Narsistik)
 AXIS III  KONDISI MEDIK/FISIK (Sesuai penyakit Jika ada)
 AXIS IV  PSIKOSISIAL (masalah keluarga, pekerjaam , pendidikan , ekonomi, kakses
layanan kesehatan, hukum , lingkungan)
 AXIS V  TARAF FUNGSI (GAF)
 100-91 : gejala tidak ada, fungsi maksimal dan tidak ada masalah yang terganggu.
 90-81 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, cuma masalah harian yang biasa.
 80-71 : gejala sementara, dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah dan lainnya.
 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan secara fungsi tapi
secara umum baik.
 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang.
 50-41 : gejala berat, disabilitas berat.
 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
hampir di semua bidang.
 20-11 : bahaya mencidera diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri.
 10-1 : seperti di atas dan lebih serius.

Definisi Dan Macam-Macam Gangguan Jiwa Psikotik Dan Nonpsikotik

Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi, waham,
perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau.
Contoh: skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan delusi (bisa merupakan bagian dari skizofren
atau berdiri sendiri), gangguan skizofreniform (gangguan mirip skizofrenia tapi belum 6 bulan)

*Halusinasi: panca indra merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (contoh: mendengar
suara2 aneh, padahal lagi hening)

*Waham atau delusi: kepercayaan yang salah, berdasarkan simpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, yang dipegang teguh meskipun apa yang diyakini semua orang merupakan
bukti-bukti yang jelas dan tak terbantahkan
*perilaku kataton: gangguan perilaku yang melibatkan gerakan ekstrim. Bentuk yang paling
terkenal melibatkan posisi kaku tak bergerak untuk jangka waktu yang lama (berhari2,
berminggu2, atau lebih).

- Skizofrenia
Biasanya dikaitkan dengan gangguan personalitas multiple
-Depresi Manik
Mirip dengan depresi bipolar, tapi lebih serius. Perasaannya naik turun naik turun. Mereka sering
berpikir bunuh diri, tapi saat manik, mereka tidak sadar dengan realita. Contoh, orang manik akan
berpikir kalau mereka sangat kaya atau tidak ada yang sebaik mereka. Sehingga, mereka
menghabiskan banyak uang yang tidak mereka miliki.
- Gangguan Personalitas
Bisa meliputi skizofrenia paranoid

Gangguan Non Psikotik

- Gangguan depresif
a. depresi unipolar/depresi/gangguan depresif major (sedih/kecewa lebih dari 2 minggu)
b. depresi bipolar (kadang senang, tapi segera setelahnya, mereka akan benar2 depresi)
c. depresi postnatal (perempuan merasa depresi setelah memiliki bayi, biasanya dipicu
oleh hormon)
d. seasonal affective disorder (SAD; depresi di musim salju--di negara yang tidak
ada/minim cahaya di musim salju)
- Gangguan anxietas
a. fobia, serangan panik
b. gangguan obsesif kompulsif
c. PTSD (post traumatic stress disorder)
- Gangguan makan
a. Anoreksia (tidak mau makan)
b. Bulimia (muntahin makanan)
Gangguan jiwa non psikotik: kondisi dimana pikiran mempengaruhi perasaan, pikiran, atau
perilaku individu tanpa menyebabkan psikosis (kehilangan kontak dengan realita).

Gangguan jiwa psikotik tidak sadar realita


Gangguan jiwa nonpsikotik masih sadar keadaan sekitar dan realita

TERAPI

A.Psikosis Tipikal/ Neuroleptik/Major A.Depresi/Thymoleptic A.Mania


Tranquilizer
Phenothiazine Chlorprom Tricyclic Amitriptiline Mania Akut Haloperidol
azine
Butyrophenone Haloperido Tetracyclic Maprotiline Carbamazepine
l
Diphenyl-butyl-piperidine Pimozide MAOI-Reversible Moclobemide Valproic
A.Psikosis Atipikal SSRI Sertraline Profilaksis Mania Lithium
Fluoxetine Carbonate
Benzamide Sulpiride
Dibenzodiazepine Clozapine Atypical Trazodone
Benzisoxazole Risperidon
e

A.Anxietas/Psikoleptik/Minor A.insomnia/Hypnotic/Somnifacient A.Obsesif-Kompelsif


transquilizer
Benzodiazepine Diazepam Benzodiazepin Nitrazepam A.O-K Trisiklik Clomipramine
Lorazepa Flurazepam A.O-K SSRI Sertraline
m Estazolam Paroxetine
Alprazola
Non Zolpidem Fluoxetine
m
Benzodiazepin
Clobazam
Non Benzodiazepin Buspirone Citalopram
Sulpiride
Hydroxyzi
ne

A.Panik
A.P Trisiklik Imipramin
e
Clomipra
mine
A.P Benzodiazepine Alprazola
m
A.P RIMA Moclobe
mide
A.P SSRI Sertraline
Paroxetin
e
Fluoxetine
Citalopra
m

ANTIPSIKOSIS

Hipotesis : Terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang


meningkat
Efek samping
1. Tardive dyskinesia ( ireversibel )
 Bila terjadi gejala tersebut obat anti psikosis perlahan dihentikan, bisa dicoba
Reserpine (2.5mg/hari).
 Obat anti psikosis pengganti adalah Clozapine 50 – 100 mg/hari
2. Cholinergic rebound ( pada penghentian mendadak )
 Gejala gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar
 Membaik dengan “anticholinergic agent” – Trihexyphenidyl 3x2mg/h atau Sulfas
atropin 0.25mg ( I.M )
3. Hipotensi Ortostatik ( pada penggunaan CPZ )
 Membaik dengan Nor-adrenaline / Nor-epinephrine ( 4mg/4cc dalam 1000 ml
D5% dengan kecepatan 2-3cc/menit)
4. Gejala extrapiramidal / Sindrom Parkinson (Pada penggunaan Haloperidol)
 Terapi : Trihexyphenidyl 3-4 x 2 mg/hari
 Sulfas Atropin 0.50 – 0.75 mg I.M
5. Sindrom Neuroleptik Maligna ( Reaksi idiosinkrasi )
 Gejala klinik : - Hyperpyrexia ( > 38°C )
- Rigidity ( Sindrom extrapiramidal berat )
- Incontinentia urine ( Gejala disfungsi otonomik )
- Perubahan status mental atau tingkat kesadaran
- Gejala muncul dan berkembang dengan cepat
 Terapi : - Hentikan segera obat anti psikosis dengan perawatan suportif
- Dopamine agonist --Bromokriptin 7.5 – 60 mg/ hari , terbagi
dalam 3 dosis
- --L-Dopa 2 x 100 mg/ hari
--Amantadin 200 mg/h

Cara Pemberian
Rapid Neuroleptization ( Pemberian obat neuroleptik berulang dalam kontrol ketat untuk
menghentikan gejala psikosis fungsional akut )
 Haloperidol 5 – 10 mg ( I.M ) dapat diulangi setiap 2 jam, dosis maksimum 100 mg
dalam 24 jam
 Kontra indikasi : penyakit hati, darah, epilepsi, ketergantungan alkohol, penyakit
SSP.
Perhatikan : - Onset efek primer ( efek klinis ) : sekitar 2 – 4 minggu
- Onset efek sekunder ( efek samping) : sekitar 2 – 6 jam
- Waktu paruh : 12 – 14 jam ( pemberian obat 1 – 2
x/hari) Dosis boleh berbeda ( malam lebih besar)
Mulai dengan “ dosis awal “ sesuai dosis anjuran, dinaikkan setiap 2 -3 hari sampai “dosis
efektif”  evaluasi setiap 2 minggu, bila perlu naikkan ke dosis optimal  Pertahankan 8 – 12
minggu ( stabilisasi)  Turunkan setiap 2 minggu , “dosis maintenance”  dipertahankan 6
bulan sampai 2 tahun, diselingi “drug holiday” 1 – 2 hari/ minggu  teppering off (dosis
diturunkan tiap 2 – 4 minggu )  stop

Cara Pemilihan Obat


 Pilih sesuai gejala psikosis dan dominan dan efek saming obat
 CPZ dan Thioridazine memiliki efek sedasi kuat, gunakan pada Sindrom Psikosis
dengban gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran,
persaan perilaku, dll.
 Haloperidol memiliki efek sedasi lemah, gunakan pada SindromPsikosis dengan
gejala positif ( waham, halusinasi), dan gejala negatif ( hipo aktif, perasaan tumpul,
hilang minat dan inisiatif) Dominan.
 Apabila Gejala Negatif (afek tumpul, penarikan diri, isis pikiran miskin, dll) Lebih
Menonjol daripada Gejala Positif (waham, halusinasi, bicara kacau) pada pasien
Skizofrenia, Pilihan Obat Anti Psikosis Atipikal perlu dipertimbangkan, Terutama bila
pasien tidak dapat mentolerir gejala ekstrapiramidal ( neuroleptic induced medical
complication)

INTERAKSI OBAT
1. Anti psikosis + anti psikosis lain : Potensiasi efek
Contoh : CPZ + Reserpine = Potensiasi efek hipotensif
2. Anti psikosis + Anti depresan trisiklik : Efek samping kolinergik meningkat (Hati – hati
pasien BPH, glaukoma, ileus, peny. Jantung)
3. Anti psikosis + Anti anxietas : Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk
gaduh gelisah hebat (acute adjunctive therapy)
4. Antipsikosis + ECT : Dianjurkan tidak memberi
antipsikosis pada pagi hari sebelum ECT karena mortalitas tinggi
5. Anti psikosis + Anti konvulsan : Ambang konvulsi menurun, kemungkinan
kejang meningkat ( anti konvulsan dosisnya lebih besar)

Contoh : Pilih Haloperidol ( paling minimal menurunkan ambang kejang)

6. Antipsikosis + Antasida : Efektivitas menurun ( gangguan absorpsi )


ANTI DEPRESI

Hipotesis : Defisiensi “Aminergic Receptor” ( nor adrenaline, serotonin, dopamin) pada celah
sinaps neuron sehingga aktivitas serotonin menurun
Kriteria Diagnosis
 Paling sedikit berlangsung selama 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
 Keadaan di atas disertai gejala – gejala
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencenderai diri / bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan / Penambahan nafsu makan
 Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala : Penurunan
kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin

Efek Samping

 Sedasi
 Efek anti kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dll)
 Efek Anti – adrenergik – Alfa ( perubahan EKG, Hipotensi)
 Efek neurotoksis ( tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )
 Intoksikasi Overdosis / Trisiklik  ATROPIN TOXIC SYNDROME ( Eksitasi SSP, hipertensi,
hiperpireksia, konvulsi, gangguan kesadaran)
 Lakukan tindakan dengan cepat :
- Gastric lavage Hemodialisis dan diuresis tidak bermanfaat)
- Diazepam 10 mg I.M untuk mengatasi konvulsi
- Prostigmine 0.5 – 1 mg I.M untuk mengatasi efek anti –
kolinergik ( ulangi 30 – 45 menit sampai reda)
- Monitoring EKG
 Kematian karena Cardiac Arrest
 Lethal Dose Trisiklik = 10 kali Therapeutic dose, Karena itu jangan berikan obat
dalam jumlah besar ( lebih dari seminggu)

Interaksi Obat
1. Trisiklik + Haloperidol / Phenothiazine : Mengurangi kecepatan ekskresi dari
Trisiklik
Potensiasi efek antikolinergik ( ileus
paralitik, disuria, gangguan absorpsi)

2. SSRI/TCA + MAOI : Serotonin Malignant Syndrome


- Gastrointestinal distress – Mual,
muntah, diare),
- Agitasi ( mudah marah – ganas)
-Restlessness (gelisah)
-Gerakan kedutan otot, dll
3. MAOI + “ Sympathomimetic drug” : Efek potensiasi dapat menjurus ke Krisis
Hipertensi ( acute paroxysmal hypertension )
(Phenylpropanolamine, pseudoefedrine, obat asma, noradrenaline pada anestesi lokal,
derivat amfetamin)

Pemilihan Obat

 Trisiklik memiliki efek samping sedatif, otonomik, kardiologi relatif besar


 Diberikan pada pasien muda
Meredakan agitated depression
 Tetrasiklik dan atipikal memiliki efek samping otonomik, kardiologik relatif kecil, efek
sedatif lebih kuat
Diberikan pada pasien yang kurang tahan terhadap efek otonomik dan kardiologik (
usia lanjut )
Sindrom depresi dengan gejala anxietas dan insomnia yang menonjol
 SSRI memiliki efek sedasi, otonomik, kardiologik sangat minimal
Pasien dengan “retarded depression” pada usia dewasa dan usia lanjut
Pasien dengan gangguan jantung, berat badan berlebih
 MAOI – Reversible
Efek samping hipotensi ortostatik
 Lithium Carbonate
Alternatidf dalam mencegah kekambuhan pada Unipolar Recurent Depression
 Jangan menggunakan TCA pada pasien hamil dan menyusui
ANTI MANIA

Hipotesis : “Dopamine receptor supersensitivity” (Karena tingginya kadar serotonin pada celah
sinaps neuron )
Lithium Carbonate mengurangi Dopamine receptor supersensitivity dengan meningkatkan
cholinergic muscarinic activoty dan menghambat cyclic AMP dan phosphoinositides

Kriteria Diagnosis
 Paling sedikit berlangsung selama 1 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
Afek ( mood, suasana perasaan ) yang meningkat, ekspresif dan iritabel
 Keadaan di atas disertai minimal 4 dari gejala – gejala :
1. Peningkatan aktivitas dalam kehidupan sehari – hari
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya atau dorongan bicara terus menerus
3. Flight of ideas atau penghayalan subjektif bahwa dirinya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas sampai waham / delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian
7. Keterlibatan lebih pada aktivitas berisiko tinggi dan memiliki efek merugikan (belanja
berlebihan, mengebut tidak bertanggung jawab dan tanpa perhitungan)
 Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala : Penurunan
kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin

Efek Samping
1. Gejala efek samping Dini ( Kadar serum Lithium 0.8 – 1.2 mEg/L)
- Mulut kering, haus, gastrointestinal distress, kelemahan otot, poliuria, tremor halus
 sering pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersama neuroleptika dan anti
depresan
- Hipothyroid
- Peningkatan berat badan
- Kelainan hasil Lab : Penurunan thyroxine dan peningkatan LDH, leukositosis
- Oedem tungkai
- Metalic Taste
- Gangguan daya ingat dan konsentrasi
2. Gejala Intoksikasi ( Kadar serum Lithium > 1.5 mEg/L)
- Gejala dini diikuti kesadaran menurun

Faktor Predisposisi : - Demam dan keringat berlebih


- Diet rendah garam (hipertensi)
- Diare dan Muntah
- Pemakaian bersama Diuretika, Anti emetika, NSAID
 Bila ditemukan tanda intoksikasi :
- Kurangi faktor predisposisi
- Forced diuresis dengan NaCl 0.9% diberikan I V 10 cc (1 ampul)
- Bila perlu hemodialisa
Interaksi Obat

1. Lithium + diuretika Thiazide : Meningkatkan konsentrasi Lithium


sebanyak 50 %  Efek Intoksikasi
Potensiasi efek antikolinergik ( ileus
paralitik, disuria, gangguan absorpsi)
2. Lithium + ACE-I : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 %  Efek Intoksikasi
3. Lithium + NSAID : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 %  Efek Intoksikasi
 Pada pemberian analgesik ( Aspirin
dan Paracetamol ) tidak ditemukan
interaksi
4. Lithium + Haloperidol (>20mg/h) : Neurotoksis ( dyskinesia, ataxia)
5. Lithium + Carbamazepin : Neurotoksis ( dyskinesia, ataxia)

Pemilihan Obat

 Pada mania akut diberikan Haloperidol I.M (untuk atasi hiperaktivitas, impulsivitas,
iritabilitas ) dengan teknik rapid neuroleptization
dan Lithium Carbonate (Efek anti mania dari Lithium muncul setelah 7 – 10 hari)
 Pda gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania - depresi berat : Lithium
Carbonate merupakan profilaksis yang dapat mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya
kekambuhan
 Alternatif dari pemberian Lithium Carbonate adalah Carbamazepine, Valproic Acid
Divalproex Na
 Pada Unipolar Recurent Depression dapat juga digunakan obat golongan SSRI
 Lithium Carbonate tidak boleh digunakan pada Pasien Hamil

Khusus

- Lakukan pemeriksaan EKG


- Tes fungsi ginjal
- Tes fungsi Thyroid
- Kadar serum / elektrolit
TOLONG BACA LECTURE DR EMAN YANG CARA KERJA OBAT YA, DOSIS
BOLEH CARI REFERENSI MIMS (KALO MENTOK PAKE A*ODOKTER *not
recommended HEHE)
N Skor
Aspek yang dinilai
o 0 1 2 3
1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam,
mempersilahkan duduk dan mempersiapkan medical record
2 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti,
memahami dan menggunakan bahasa non verbal
3 Menanyakan Identitas penderita yang meliputi : nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, status perkawinan, latar belakang etnis,
agama
4 Menanyakan Identitas informan /sumber informasi : nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, status perkawinan, latar belakang etnis,
agama
5 Menanyakan Keluhan Utama
6 Menanyakan Riwayat Penyakit sekarang :onset, Keluhan dan gejala
yang ditunjukkan dan bisa diamati oleh keluarganya, Faktor pencetus,
pernah/tidak mengalami sembuh sempurna, pernah/tidak berusaha
melukai diri sendiri/orang lain
7 Menayakan Riwayat penyakit sebelumnya, meliputi :
a. riwayat psikiatrik
- keluhan yang pernah dialami oleh penderita? Gejalanya seperti
apa? Beratnya penyakit?
- Pengobatan yang pernah diterima? pernah/tidak sembuh
sempurna? Efek samping pengobatan tsb? Kepatuhan minum
obat?
d. Riwayat Medis (trauma kepala, peyakit neurologis, tumor,
kejang, kehilangan kesadaran )
e. Riwayat konsumsi alcohol dan zat psikoaktif lain, atau keadaan
yang beresiko HIV/AIDS
8 Menanyakan Riwayat Perkembangan:
a. Riwayat Prenatal, Perinatal dan masa kanak kanak (0-3 th)
b. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun) : pengalaman
sekolah pertama, penyesuaian diri, hukuman yang diberikan di
rumah, sikap terhadap saudara kandung dan teman
sepermainan, kemampuan bekerjasama dengan teman lain, dll
c. Masa kanak kanak akhir (pubertas sampai remaja) : hubungan
sosial dengan teman sebaya, riwayat sekolah, masalah
emosional dan fisik, perkembangan psikoseksual, dll
d. Masa dewasa : riwayat pekerjaan, aktifitas sosial, riwayat
perkawinan, keagamaan, dll
e. Riwayat keluarga
9 Riwayat Penyakit dalam keluarga (keluarga inti dan keluarga besar)
10 Silsilah Keluarga
11 Riwayat pribadi penderita
12 Stressor psikososial
Autoanamnesis dan pemeriksaan psikiatri

13 Kesan Umum
a. Penampilan (tampak sehat, agak sakit, kelihatan tua/muda,
tampak kusut, kacau, gelisah )
b. Tatapan mata : berbinar/ hidup/ kosong/ terarah pada suara
14 Kesadaran : compos mentis/ kesadaran menurun
15 Sikap ( datar, bekerjasama, menggoda, menantang, agresif, gaduh)
16 Tingkah Laku (mengiringi sikapnya jika merunduk: hipoaktif, jika
menantang : hiperaktif, jika aneh : disaktif
17 Orientasi (waktu, tempat, orang, situasi )
18 Proses Pikiran
a. Bentuk fikir (realistic/non realistic)
b. Isi fikir (waham curiga, idea of reference)
c. Progresi fikir (remming, blocking
19 Roman Muka : normo/hipo/hipermimik/tegang
20 Afek : normal, tumpul, datar, appropriate/inappropriate, disforik,
euforik
21 Perhubungan jiwa : baik, mudah, sukar
22 Perhatian
23 Gangguan persepsi : ilusi, halusinasi
24 Gangguan memori : amnesia, amnesia anterograd, amnesia retrograd
25 Gangguan intelegensia : baik, kurang, buruk
26 Insight/Tilikan : baik, kurang, buruk
27 Meringkas hasil dan mengemukakan sindrom yang didapatkan dari
hasil anamnesis
28 Memberi kesempatan untuk bertanya dan menutup pembicaraan
29 Mengucapkan salam

TOTAL
1. Seorang ibu membawa anaknya ke Dokter dengan keluhan lambat belajar, usia 12 tahun, anaknya sudah 2
kali tidak naik kelas dan susah mengikuti pelajaran, perilakunya sama dengan adiknya yang berusia 4 tahun.
Dx Retardasi Mental Berat (F72)
IQ 4/12 x 100 = 33,3
DD (F81) Gangguan Perkembangan Belajar Khas, (F90) Gangguan hiperkinetik
Kriteria Dx F72 Retardasi Mental Berat
 IQ biasanya berasa dalam rentang 20-34
 Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal (Gambaran klinis,
terdapatnya etiologi organic, kondisi yang menyertai, tingkat prestasi yang
rendah).
 Kebanyakan menyandang retardasi mental berat menderita gangguan motoric
yang mencolok atau deficit lain yang menyertainya, menunjukan adanya kerusakan
atau penyimpangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
Penatalaksanaan  Pendekatan etiologis
 Tatalaksana medis untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai RM
 Pendidikan yang sesuai dengan Rehabilitasi
 Psikoterapi

2. Seorang ibu membawa anaknya ke dokter dengan keluhan tidak pernah berhenti. Usia 8 tahun dikeluhkan
tidak bisa diam, selalu mengganggu teman-temannya, pensil selalu hilang, tidak pernah diam.
Dx Gangguan Hiperkinetik (F90)
Kriteria Dx  Berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat
mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi
(misalnya dirumah, dikelas, diklinik).
 Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan
ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak anak ini seringkali
beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap
tugas yang satu, karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya (sekalipun
kajian laboratorium pada umumnya tidak menunjukan adanya derajat gangguan
sensorik atau perseptual yang tidak biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan
perhatian ini seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak
dengan usia atau IQ yang sama.
 Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam
situasi yang menunutut keadaan relative tenang. Hal ini, tergantung dari
situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau berlompat-lompat sekeliling
ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak
itu tetap duduk, terlalu banyak berbicara dan rebut, atau kegugupan.kegelisahan
dan berputar-putar (berbelit-belit). Tolak ukut untuk penilaiannya ialah bahwa
suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu
situasi dan dibandingkannya dengan anak anak lain yang sama umur dan nilai
IQnya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur
dan diatur yang menuntut suatu pengendalian diri yang tinggi.
 Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu diagnosis,
namun demikian ia dapat diperlukan. Kecerobohan dalam hubungan-hubungan
social, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secara
impulsive melanggar tata tertib social (yang diperlihatkan dengan mencampuri
urusan atau mengganggu kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab
pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu
gilirannya), kesemuanya merupakan ciri khas dari anak anak dengan gangguan ini.
 Gangguan belajar serta kekakuan motoric sangat sering terjadi dan haruslah
dicatat secara terpisah (dibawah F80-89)bila ada. Namun demikian tidak boleh
dijadikan bagian dari diagnosis actual mengenai gangguan hiperkinetik yang
sesungguhnya.
 Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria ekslusi
ataupun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala
gejala itu dijadikan dasar untuk sibdivisi utama dari gangguan tersebut
DD Gangguan aktivitas dan perhatian (F90.0), Gangguan tingkah laku hiperkinetik
(F90.1), Autisme masa kanak-kanak (F84)
Penatalaksanaan Farmakoterapi
 Methylphenidate tab 10 mg (Psikotropika)
 Aripiprazole 15 mg (Antipsikotik)
 Depakoter ER tab 1 x 250 mg (Mood Stabilizer)
Non-Farmakologi
 Neurofeedback
 Cognitive Behavioural Therapy
 Psikoterapi berorientasi keluarga
 Hipnoterapi
 Rujuk Sp. KJ

3. Seorang laki laki usia 25 tahun datang ke dokter diantar istrinya dengan keluhan demam terus menerus sejak
3 hari yang lalu. Keluhan diserati rasa pegal dan lemas, tidak ada batuk pilek, takut mandi, pemakai putau
sejak lima tahun yang lalu, lima jam yang lalu pasien gelisah, keluar ingus, pada pemeriksaan fisik TD
120/80mmHg, RR 24 x/menit, S 36,8
Dx Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida, Keadaan putus obat
(F11.3)
Kriteria Dx  Informasi penggunaan putar/heroine atau golongan opioid
 Keadaan putus zat merupakan salah satu indicator dari sindrom ketergantungan
dan diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan.
 Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini
merupakan alas an rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian medis
secara khusus.
 Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan psikologis
(misalnya anxietas, depresi dan gangguan tidur) merupakan gambaran umum dari
keadaan putus zat ini.
 Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan penggunaan zat.
DD Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida, keadaan putus obat
tanpa komplikasi (F11.30), Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
opioda, keadaan putus obat dengan komplikai (F11.31),
Penatalaksaanaan ?

4. Seorang perempuan usia 20 tahun datang ke dokter diantar keluarganya dengan keluhan berdebar-debar
bila memakai mobil, hal tersebut terjadi sejak 2 bulan yang lalu. Tidak mau melewati jalan yang sama dan
sering bermimpi buruk. Hal tersebut terjadi setelah satu bulan mengalami kecelakaan dan kaki kanan
mengalami patah tulang. Pemeriksaan fisik TD 100/80mmhg, RR 20x/menit, S 36,5.
Dx Gangguan Stress Paska Trauma (F43.1)
Kriteria Dx  Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6
bulan setelah kejadian traumatic berat (masa laten yang berkisar antara beberapa
minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan)
 Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai
saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi
klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternative kategori gangguan lainnya.
 Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan baying-bayang atau
mimpi-mimpi dari kejadian traumatic tersebut secara berulang-ulang kembali
(flashback)
 Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
 Seuatu sequel menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa,
misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori
F62.0 (Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofia)
DD Gangguan anxietas fobik (F40)
Penatalaksanaan  Psikofarmaka (Amitriptilin 50-300 mg/hari atau imipramine 50-300 mg/hari
“Golongan trisiklik”)
 Psikoterapi
 Edukasi
 Dukungan psikososial dari dokter, keluarga, lingkungan.
 Edukasi teknik meredakan kecemasan: relaksasi, mengatur napas dan mengontrol
pikiran
 Modifikasi pola hidup: diet sehat, kurangi konsumsi kafein, rokok dan obat lainnya,
olahraga teratur

5. Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke dokter keluarga diantar oleh suaminya. Mengeluhkan dirinya
merasa gelisah. Keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering gelisah dan mondar-
mandir tanpa tujuan. Pasien mengaku bahwa merasa dirinya adalah polisi yang dikawal oleh intelijen. Pasien
juga mengatakan bahwa dirinya sulit tidur. Hari ini pasien merasa sangat gembira. Saat ditanya pasien
menggunakan nada yang tinggi dan bicaranya sulit diinterupsi. Pasien menggunakan baju dan kerudung
warna merah dan lipstick yang menyala. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerjam
memiliki satu orang anak. Suami pasien bekerja menjual papeda di kebumen. Pasien mengaku ingin suaminya
pulang setiap hari namun membawa uang yang banyak, karena selama ini suami pasien pulang seminggu
sekali. Pasien mengaku enam bulan yang lalu pernah sering diam, tidak bersemangat, kehilangan rasa
percaya diri, dan sedih sekali sampai pernah ingin bunuh diri.
Dx GAB episode kini manik dengan gejala psikotik (F31.2)
Kriteria Dx  Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup beras sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas social yang
biasa dilakukan.
 Perubahan afek harus disertai dengan energy yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan banyak bicaram kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandious idea dan terlalu optimistic.
 Harga diri yang membumbung dan dadasan kebesaran berkembang menjadi
waham kebesaran, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan
halusinasi bisa sesuai (mood congruent) dengan keadaan afek.
 Harus ada sekurang kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif
atau campuran) di masa lampau
DD GAB kini dalam remisi (F31.7), Skizoafektif tipe manik (F25.0)
Penatalaksanaan  Psikofarmaka (Lithium 1x800 mg, valproate 250-500mg/hr, karbamazepin 200-
1600 mg/hr, Lamotrigine 25 mg/hr)
 Psikoterapi
 Edukasi
 Dukungan psikososial dari dokter, keluarga, lingkungan.
 Modifikasi pola hidup: diet sehat, olahraga teratur

6. Seorang perempuan usia 41 tahun berkunjung ke puskesmas diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri
ulu hati yang dialami sejak beberapa tahun yang lalu. Keluhan ini disertai sakit kepala, kembung, BAB tidak
lancar, kesemutan. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter namun pasien tidak puas dengan hasil
pemeriksaan dokter. Sebelumnya pasien mengeluh keluhan ini sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan
fisik dan laboratorium dalam batas normal.
Dx Gangguan somatisasi (F45.0)
Kriteria Dx Harus memenuhi semua hal berikut:
 Adanya banyak keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaksan
atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya selama 2
tahun
 Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
 Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
DD Gangguan Somatoform tak terinci (F45.1), Gangguan nyeri somatoform menetap
(F45.4)
Penatalaksanaan  Psikoterapi
7. SESAK NAFAS & NAFAS BERBUNYI (PJ : RAMA & GISMA)

Penyakit Gagal Jantung Kongestif Penyakit Paru Obstrukstif Effusi Pleura Pneumonia
(CHF) Kronis (PPOK)
Anamnesi RPS RPS RPS (RPS)
s  KU : sesak napas KU: sesak napas KU: sesak napas  Onset
 Lokasi : sekitar dada Kronik dan progresif (semakin  Lokasi : sekitar Kapan sesak nafas?
 Onset : parah dan memberat) dada Kenapa bisa
 Gagal jantung akut :  Lokasi : sekitar dada  Onset : tergantung sesak/kronologis?
timbul sesak <24 jam  Onset : Sejak kapan? keluhan
 Kuantitas
Kenapa baru dibawa
 Kuantitas : hilang timbul,  Kuantitas : Tiba-tiba / :
sesak saat malam hari berangsur-angsur? menetap sekarang?
(paroxysmal nocturnal Terus-menerus / hilang-  Kualitas :  Progresivitas
dyspneu), Ortopneu timbul? mengganggu (Kuantitas)
(Kalau berbaring atau  Kualitas : mengganggu aktivitas Apakah sesak nafas
perpindahan posisi makin aktivitas?  Memperberat : bertambah sesak
sesak)  Memperberat : Bertambah jika beraktivitas atau hilang timbul?
 Kualitas : mengganggu parah ketika sedang apa? fisik
(sesak nafas
aktivitas Olahraga, aktivitas  Memperingan :
bertambah hebat
 Memperberat : jika  Memperingan : Lebih baik jika beristirahat
beraktivitas fisik jika sedang apa ?  Gejala penyerta : dalam waktu hebat)
 Memperingan : jika  Gejala penyerta : tergantung etiologi  Kualitas
beristirahat Disertai batuk berdahak? Apakah sesak nafas
 Gejala penyerta : edem Dahak seperti apa? Gejala klinis efusi ini mengganggu
tungkai, batuk saat Batuk berdahak sudah pleura : aktivitas sehari-hari
malam, mual, muntah, berapa lama?  Rasa berat atau tidak?
pusing, hepatomegali, pada dada
 Faktor yang
edem pulmo Gejala klinis PPOK  Nyeri dada
 Ekspiratory wheezing karena ada
memperingan dan
RPD :  Batuk >3 bulan pleuritis memperberat
- Hipertensi setahun/ minimal 2  Batuk pada Biasanya sesak
- Anemia kronis tahun (setiap hari + umumnya non nafas muncul
- Penyakit katup jantung dahak) produktif dan kapan?
- Infeksi virus  Dyspnue stlh aktivitas ringan Muncul biasanya
- Dislipidemia  Barrel Chest  Batuk berdarah pada
- -Obesitas (Enfisema) ( kalau pagi/siang/sore/mala
 Mudah lelah karsinoma
m?
RPK : - bronkus atau
RPD : metastasis) Kalau habis
Rpsosek :  Riwayat infeksi paru?  Demam membersihkan
Konsumsi makanan tinggi  Apakah ada batuk pilek subfebris (pada pakaian/terkena
garam, kopi, penggunaan demam sebelumnya? TBC), demam debu, habis
obat-obatan, merokok  Apakah sudah minum obat menggigil mengelus binatang?
sebelumnya? (nama, dosis, (pada Biasanya menjadi
cara pemberian, frekuensi) empiema)
lebih enak ketika
 Riwayat penyakit yang  Edema
ekstremitas
bagaimana?
sama dengan sekarang dan
bawah, Biasanya tidur
kapan dideritanya?
 Riwayat penyakit ortopnea & menggunakan
ginjal/jantung? dispnea berapa bantal?
 Riwayat alergi obat, asma, paroksismal (sangat sesak ketika
debu? nokturnal berbaring/ortopnea,
(kalau gagal
RPK: jantung jadi perlu bantal
 Riwayat keluhan yang sama kongestif ) banyak untuk tidur)
pada keluarga  Episode akut
 Keluhan penyerta
yang disertai
demam,
Apakah disetai
Rpsosek : produksi dahak batuk? (kadang
 Riwayat merokok? Sejak purulen, dan disertai batuk
kapan? nyeri dada dengan sputum
 Riwayat terpapar asap / pleuritik (kalau berbusa kemerahan)
polusi / debu / bahan kimia? pneumonia ) Disertai susah
 Keringat menelan suara
Faktor risiko PPOK malam,
berubah
 Perokok aktif/pasif demam,
 Kerjaan (sering kena hemoptisis, dan
penurunan (RPD)
debu)
berat badan - Apakah pernah
 Riwayat asthma
 Infeksi Pernapasan (kalau TB) mengalami
keluhan yang
 Keluhan utama sama dengan
penderita sekarang dan
adalah nyeri
dada sehingga
kapan
penderita dideritanya?
membatasi - Apakah ada
pergerakan riwayat alergi
rongga dada obat?
dengan
bernapas
pendek atau
tidur miring ke RPK:
sisi yang sakit. Riwayat keluhan yang
 Selain itu sesak sama pada keluarga ?
napas terutama
bila berbaring Rpsosek :
ke sisi yang Daerah tempat tinggal
sehat disertai ada yg mengalami
batukbatuk serupa ? Ya
dengan atau
tanpa dahak. Dirumah ada yg minum
 Berat obat TB/ obat paket 6
ringannya bulan ?
sesak napas ini
ditentukan oleh
jumlah cairan
efusi.
Keluhan yang lain
adalah sesuai dengan
penyakit yang
mendasarinya.
PF Status generalis : Status generalis : Status generalis : Status Generalis
 Kesadaran : CM  Keadaan umum : : sesak  Keadaan umum : : - Keadaan Umum
 Keadaan umum : sesak napas sesak napas :
napas  Kesadaran : CM  Kesadaran : CM - Kesadaran :
 Cek Antropometri ( utk  Tanda vital  Tanda vital - Antropometri :
faktor risiko)  Status gizi / antropometri  Status gizi / BB. TB
 Cek tanda vtal wajib! antropometri
 HR > 100x/menit Head to toe : - Tanda Vital :
(pokoknya HR, nadi dan  Kepala Head to toe : TD (hipertensi),
tensi meningkat)  Mata: konjungtiva  Kepala Nadi, RR
 Hidung  Mata: konjungtiva (meningkat),
Head to toe :  Mulut  Hidung
Suhu
 Kepala : dbn  Leher: KGB  Mulut
 Mata konjungtiva dan
- Status gizi
 Leher: KGB
sklera dbn Thorax (Pulmo):
 Hidung : napas cuping Head to toe
inspeksi  barrel chest , Thorax :
Kepala
hidung ? retraksi intercostal Inspeksi  pergerakan
 Bibir : sianosis ? dada tidak simetris , - Mata : sklera
 Leher : KGB ? palpasi  vocal fremitus paru yg terkena tidak ikterik,
 Thorak : meemah cembung kurang konjungtiva
(Lakukan pemeriksaan bergerak tidak hiperemis
jantung dan paru bersamaan perkusi  hipersonor - Hidung :
dan bagian anterior saja ) Palpasi  vocal pernafasan
Inspeksi = auskultasi  vesikuler / fremitus menurun, cuping hidung
- Distensi vena leher melemah , ekspiratori (+), sekret (-)
 CHF kanan wheezing , Perkusi  redup di
- Peningkatan JVP
- Mulut : sianosis
basal, bisa sampai (+)
Normalnya 5 +- 2 Jantung: batas? Suara pekak , Jantung dan
- Pucat Leher
jantung? mediastinum terdorong
- Keringat dingin - Inspeksi :
Abdomen: ke sisi yang sehat (batas
- Ictus cordis tdk deformitas (-),
inspeksi, jantung bergeser)
tampak, teraba SIC retraksi
5 LMC sin suprasternal (+/-
auskultasi, Auskultasi : suara nafas
- Ketertinggalan )
gerak paru kanan melemah/menghilang,
dan kiri perkusi, - Palpasi : deviasi
- Retraksi dinding trachea (-),
dada palpasi pembesaran
Palpasi : limfonodi (-),
- Ictus cordis bergeser Ekstremitas JVP (meningkat)
ke lateral (kalau Thoraks
kardiomegali) a. Jantung
Normalnya : SIC 5 - Inspeksi : ictus
line midclavicula
cordis
sinistra
- Fremitus vocal - Palpasi : ictus
menurun ( kalau cordis (letak,
edem/efusi pleura) kuat
angkat/tidak),
Perkusi : diameter, thrill
Langsung ke batas jantung - Perkusi : batas
saja jantung-paru
- Batas kanan : N : (pembesaran
SIC II LPS D
Perkusi dari SIC II
ruang jantung)
LMC D sampai - Auskultasi :
ketemu pekak 
naek dua jari ke b. Paru (Status
medial  lokalis)
N : dextra - Inspeksi :
- Batas kiri : retraksi
N: SIC V LMC S
intercostal
Perkusi dari SIC II - Palpasi :
linea axilaris - Perkusi
anterior sinistra 
- Auskultasi :
turun sampai ketemu
timpani  naik 2 ronkhi
jari  ke medial basah halus
- Batas atas
N : SIC II-III LPS S
Dari supraclavicla
ke inferior Abdomen
- Kalau kardiomegali - Inspeksi :
 batas jantung bentuk perut,
melebar permukaan
- Cek batas paru perut,
hepar  jadi 1 jari ( deformitas (-)
kalau hepatomegali)
- Auskultasi :
- Perkusi paru redup
(kalau ada edem ) bising usus
- Palpasi : 9 regio
Auskultasi : abdomen (ada
- Ronkhi basah pembesaran
halus kedua sisi organ/tidak,
paru nyeri tekan) 
- Edem -> suara paru tidak teraba
melemah
Katup jantung
hepar dan lien
- Aorta: SIC 2 LPS D - Perkusi : 9 regio
- Pulmonal: SIC 2 abdomen (ada
LPS S pembesaran
- Trikuspidalis: SIC 4 organ/tidak,
LPS S nyeri tekan)
- Bikuspidalis: SIC 5
LMC S Ekstremitas
- Murmur sistolik
- Capillary Refill
- Gallop S3 positif
 suara ketika Time (CRT) < 2
atrium sedang detik
berkontraksi (saat
diastole)

 Abdomen : Asites ?
 Ekstremitas :
Edem tungkai pitting edem /
lama kembali ketika ditekan
 CHF kanan

PP - EKG (hipertrofi otot, Spirometri Foto thoraks : sudut PP lab :


atrial fibrilasi, perubahan (tidak dianjurkan ketika kostofrenikus tumpul, • Darah lengkap,
gelombang T, dll) kondisi akut ) perselubungan hitung jenis leukosit
- Foto thoraks : lihat ada Jika tdk ada spiro dx PPOK bisa homogen , posisi • LED
kardiomegali atau tidak, ditegakkan klinis, tapi postero anterior akan • Gula darah
CTR (cardio thorax dianjurkan utk usia > 40 th memperjelas • Ureum, creatinin
ratio) N <50%. Jika Hasil = VEP / KVP < 70 % kemungkinan adanya • ALT, AST
>50% kardiomegali. efusi pleura masif, • Analisis gas darah
- Edema pulmo, efusi: • Elektrolit
Pemeriksaan Lab pendorongan jantung
radio opak
Darah rutin
Efusi: basal AGD dan mediastinum ke sisi • Pemeriksaan
Edema: parenkim yang sehat. bacteriologi
- Darah lengkap Pemeriksaan Radiologi
Hb (anemia) Fototorak hiperlusen, Pungsi pleura  Lanjutan PP pneumonia
- Elektrolit diafragma mendatar, corakan melihat jenis cairan dibawah
- Marka jantung : bronkovaskular pleura
peningkatan CK-MB,
Troponin I Kultur sputum (karena batuk
-Px urin, SGPT, SGOT
berdahak )
(komplikasi )

DX Gagal jantung (akut atau PPOK / COPD Efusi pleura Pneumonia


kronik) Diagnosis :
Radiologis • Foto toraks
Gagal jantung NIHA …. - > 75 ml cairan efusi : terdapat infiltrat
Dengan komplikasi ….. sinus kostofrenikus baru atau infiltrat
tumpul progresif ditambah
 Major Criteria: - > 300 ml : Gambaran dengan 2 atau lebih
o PND efusi pleura (Garis Ellis gejala di bawah ini :
Domessau)  • Batuk-batuk
o JVD
pemeriksaan lateral bertambah
o Rales
• Perubahan
o Cardiomegaly dekubitus
karakteristik dahak
o Acute Pulmonary / purulen
Edema Diagnostik Fisis
• Suhu tubuh > 38 C /
o S3 Gallop - Fremitus melemah riwayat demam
o Positive hepatic • Pemeriksaan fisis :
Jugular reflex - suaranapas melemah/ ditemukan tanda-
o ↑ venous pressure menghilang tanda konsolidasi,
> 16 cm H2O - Redup suara napas
bronkial dan ronki
 Minor Criteria • Leukosit > 10.000
 LL edema, atau < 4500
 Night cough
 Dyspnea on exertion
 Hepatomegaly
 Pleural effusion
 ↓ vital capacity by
1/3 of normal
 Tachycardia 120
bpm
 Weight loss 4.5 kg
over 5 days
management

NIHA
1. Tidak ada sesak 
masih bisa akt
2. Akt berat
3. Akt ringan
Istirahat
DD  Asma  Asma eksaserbasi akut  Tumor paru  Dsypneu ec CAP
 PPOK  TB  Pneumonia  Dsypneu ec TB
 Emfisema pulmo  CHF  Pneumothoraks  Bronkiektasis
 Cor pulmonal  Bronkiektasis  Fibrosis paru
Talak Terapi causativ : Tindakan awal : Penatalaksanaan Antipiretik dan Antibiotik
Gagal jantung akut : Tirah baring berdasarkan penyakit
a. Terapi oksigen 2-4 liter Oksigen 3L/menit dasarnya
per menit (>> gagal jantung, TB
b. Pemasangan iv line (RL) Talak Khusus PPOK  terapi OAT )
untuk akses  pemberian eksaserbasi akut
furosemid injeksi 20 s/d 40  Inhalasi short acting Tindakan selain terapi
mg bolus, diulang tiap jam B2 agonist penyakit dasar :
sampai dosis maks 600 (Salbutamol) + short
mg/hari. acting anticholinergic  Pasang WSD
c. Segera rujuk ke Sp.JP (ipratropium bromide) (jika efusi
 sediaan vial masif)
Gagal jantung kronik:  Prednisolone 30-40  Sitostatika
a. Digoksin 0,25 mg oral mg IV (vial) / peroral intrapleura
(jika ada takikardi) 2x1 selama 10 hari (bila sel ganas
Sediaan 0,125 mg  Antibiotik (bila ada positif)
b. Diuretik : Furosemid infeksi) : oral
(40-240 mg/hari) dapat Levofloxacin 500 mg
dikombinasikan Thiazid, 1x/hr selama 7-14 hari
bila dalam 24 jam tidak
ada respon  rujuk Talak PPOK stabil
Furosemid 40 mg/hari  SABA oral
(jika ada edema), 2x (Salbutamol 4 mg
sehari jika 60, 3x tablet, 3x/hr)
sehari 40 mg  Methylxantin
c. ACE-I atau ARB : (Theophylline tablet
Captopril 50 mgx3 / 100 mg, 2x/hr)
hari (sediaan 12,5 , 25,  Inhaled glucocorticoid
50) (Budesonide 2x/hr) +
Methylxantin
Terapi simtomatik : Inhaled glucocorticoid +
Batuk ambroxol 30 mg Inhaled LABA (Salmeterol
3x1 2x/hr)

Indikasi rawat inap :


 Peningkatan intensitas
gejala  timbul saat tidak
istirahat
 Timbul sianosis, edem
 Tidak ada perbaikan dari
terapi
 Usia lanjut
 Tdk sanggup utk
perawatan dirumah
Edukasi 1. Edukasi penyebab dan Edukasi tentang penyakit  Edukasi
faktor risiko penyakit Hindari rokok / faktor penyebab dan
gagal jantung kronik. pencetus faktor risiko
2. Pasien dan keluarga efusi pleura.
diberitahu tanda-tanda (edukasi mirip CHF)  Patuh dalam
kegawatan pengobatan
kardiovaskular dan yang telah
pentingnya kontrol. direncanakan.
3. Patuh dalam pengobatan
yang telah direncanakan.
4. Menjaga lingkungan
sekitar kondusif untuk
pasien beraktivitas dan
berinteraksi.
5. Berhenti merokok dan
minum alkohol
6. Beritahu komplikasi yg
mungkin bisa terjadi 
Syok kardiogenik
Gangguan keseimbangan
elektrolit

PP Pneumonia

- Rontgen Thorax anteroposterior (radiografi) : peningkatan corak vaskular pada zona


atas paru (kranialisasi), ada grais Kerley B, penebalan perivascular dan peribronkial,
opasitas alveolar dengan batas tidak tegas, bisa disertai efusi pleura.

Ps : Penebalan septum (edema septumseptum interlobular) terlihat sebagai garis tipis,


lurus, sepanjang 2−6 cm. Pada daerah perihiler disebut sebagai garis Kerley “A”.
Garis-garis yang mirip, tidak lebih dari 2 cm, ditemukan pada lapangan paru perifer
tegak lurus terhadap garis pleura, disebut sebagai garis Kerley “B”. Garisgaris Kerley
“C” lebih pendek dan membentuk pola retikuler di bagian basiler sentral paru dan
biasanya paling baik terlihat pada foto lateral.
- EKG  untuk melihat fungsi jantung
- Darah rutin = leukosit naik
- Periksa dahak SPS
Penyakit Asma bronkial Bronkitis

Anamnesis RPS RPS


KU : sesak napas dgn napas  KU : Sesak nafas dan rasa berat saat
berbunyi bernapas sering ditemukan bunyi nafas
(rasa berat didada seperti di ikat
mengi atau “ngik”, terutama setelah
terutama di malam hari)
batuk.
- Sejak kapan?
 Gejala penyerta : Batuk bisa berdahak/
- Sesak tiba-tiba? Saat
tidak. Selama 2-3 minggu. Batuk tanda
sedang apa?
mulainya bronkitis, aawalnya batuk tidak
- Terus menerus atau
berdahak, tapi 1-2 hari kemudian
hilang timbul?
mengeluarkan dahak putih/kuning, lalu
- Progresivitas? “Apa
bertambah banyak hingga berwarna kuning
sesak makin lama
hijau. Dahak bisa berwarna jernih, putih,
makin memberat?”
kuning atau hijau, demam ringan
- Disertai suara mengi?
- Pernah sesak seperti RPD :
ini sebelumnya? Riwayat bronkitis
- Faktor pemicu? (debu, Riwayat gerd
udara dingin, batuk
pilek) RPK
- Faktor memperberat
dan memperingan? Rpsosek :
- Keluhan penyerta dan Biasanya terdapat paparan seperti,
pertanyaan ke arah merokok/asap rokok, polusi, dan infeksi.
DD: demam? Batuk
berdahak? Muntah?
Tersedak? (sesak
karena pneumonia
atau aspirasi)
RPD
Riwayat kekambuhan asma dan
pengobatan terdahulu
- Sejak kapan sering
sesak?
- Seberapa sering
kambuh: siang?
Malam?
- Pengobatan apa yang
sudah diberikan?
Dosis? Frekuensi
pemberian? Respon
terhadap terapi?
- Pengobatan yang telah
diberikan pada
serangan saat ini?

RPK
riwayat atopi pada penderita
atau keluarganya,
hipersensitif saluran napas
Rpsosek :
Faktor resiko alergi/ atopi
- Apa pasien sering
bersin? Hidung
berair? Apa
pencetusnya? (rinitis
alergi)
- Ada riwayat bentol
gatal2 kemerahan
pada kulit? Atau kulit
gatal kering bersisik?
Pencetus? (urtikaria
atau dermatitis atopi)
- Apa ada riwayat mata
gatal kemerahan yang
sering berulang?
Pencetus?
(konjungtivitis alergi)
- Ada riwayat asma
atau alergi pada
keluarga?
- Lingkungan rumah:
sanitasi, ventilasi,
kepadatan rumah,
hewan peliharaan?
PF Status generalis : Status generalis :
 Kesadaran : CM  Kesadaran : CM
 Keadaan umum : sesak napas  Keadaan umum : sesak napas
 Cek Antropometri ( utk faktor  Cek Antropometri ( utk faktor risiko)
risiko)  Cek tanda vtal wajib!
 Cek tanda vtal wajib!
Head to toe
Head to toe
 Kepala  Pasien tampak kurus dengan barrel shape
- Nafas cuping hidung chest (diameter anteroposterior dada
(jika berat) meningkat)
- Sianosis perioral (jika  Fremitus taktil dada tidak ada atau
berat) berkurang
 Leher  Perkusi dada hipersonor, peranjakan hepar
- Retraksi suprasternal mengecil, batas paru hepar lebih rendah,
 Thorax tukak jantung berkurang
- Inspeksi: retraksi
 Suara nafas berkurang dengan ekspirasi
interkostal (jika berat)
panjang
- Palpasi : simetris
- Perkusi : sonor  Ronkhu basah kasar tidak tetap
- Auskultasi: wheezing,  Terdengar mengi dengan perpanjangan
ekspirasi memanjang ekspirasi hingga “ngik-ngik”
dikedua lapang paru ,
suara dasar vesikuler
 Cor: inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi
 Abdomen: inspeksi,
auskultasi, perkusi,
palpasi
 Ekstremitas:
- Akral
- Capillary refill
PP  Arus Puncak Ekspirasi  Px sputum --> leukosit PMN dan bakteri
(APE) menggunakan  Tes fungsi paru --> untuk melihat adanya
obstruksi jalan napas
Peak Flowmeter terdapat
kenaikan ≥15 % rasio
APE sebelum dan
sesudah pemberian
inhalasi salbutamol. APE
80 %  ada obstruksi
 Spirometri
 Pemeriksaan darah
(eosinofil total dan IgE )
 Analisa gas darah
 Skin prick test (utk
alergi)
 Foto torak : corakan
bronkovaskular  opak
dan padat

DX Tanda Patognomonis :
1) Sesak napas
2) Mengi pada auskultasi
3) Pada serangan berat
digunakan otot bantu
napas (retraksi
supraklavikula, interkostal,
dan epigastrium)
Trias : hipersekresi mucus, edema,
dan bronkokontriksi
1. Diagnosis kerja: Asma
2. Diagnosis klasifikasi
kekerapan:
intermitten/persisten
3. Diagnosis derajat kendali:
terkontrol/ tidak
terkontrol
Evaluasi: 4 minggu
Contoh:
Asma bronchial persisten
ringan terkontrol

DD  Bronkitis kronis  Epiglotitis --> radang epiglotis --> sumbat


 Bronkiectasis sal. Nafas
 Emfisema  Bronkiolitis
 PPOK  Influenza
 CHF  Sinusitis
 TB  PPOK;
 Faringitis
 Asma
 Bronkiektasis

Talak Talak dibawah a) Jika batuk tidak berdahak, berikan obat antitusif;
Dosis nya dicari sendiri ya DMP (Dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali
sehari.
b) Batuk dengan dahak, pemberian ekspektoran; GG
(Glyceryl Guaiacolate), bromheksin, ambroksol
c) Obat symptomatik
Parasetamol 500mg 3x1 prn
Brokodilatoran sesak; salbutamol, (efek
samping : berdebar, lemas, gemetar,
keringat dingin)
Antibiotik bila karena bakteri, ampisilin 3 x
500 mg/hari.

Edukasi  Memberikan informasi  Memperbaiki kemampuan penderita


kepada individu dan mengatasi gejala
 Mengurangi laju perkembangan penyakit
keluarga mengenai  Oksigenasi pasien harus memadai
seluk beluk penyakit,  Istirahat yang cukup
 Mengevaluasi modifikasi gaya hidup
sifat penyakit,  Mengevaluasi terapi yang diberikan
perubahan penyakit  Mengurangi faktor resiko yang dimiliki

(apakah membaik atau


memburuk), jenis dan
mekanisme kerja obat-
obatan dan mengetahui
kapan harus meminta
pertolongan dokter.
 Kontrol secara teratur 1
bulan sekali antara lain
untuk menilai dan
monitor berat asma
secara berkala (asthma
control test/ ACT).
 Pola hidup sehat.
 Menjelaskan
pentingnya melakukan
pencegahan dengan
menghindari setiap
pencetus, menggunakan
bronkodilator/steroid
inhalasi sebelum
melakukan exercise
untuk mencegah
exercise induced
asthma.
 Edukasi rumah sehat
8. NYERI DADA (PJ : ANGGIRIANI)
No. Kompetensi 3
1 Anamnesis Peserta ujian mampu memfasilitasi pasien untuk menceritakan kesakitannya
dengan menggali seluruh pertanyaan berikut:
Jangan lupa sapa pasien, identitas pasien, usia, pekerjaan, alamat
1. RPS
 Keluhan utama ?  nyeri dada
 Lokasi ? seringnya sih gak spesifik dimana sama ditanyain juga,
sakitnya jalar ga?
 Onset?
 Kronologi  awalnya gimana? Pencetusnya apa kira2?
 Faktor perberat dan peringan ?  biasnaya muncul pas apa pak?
Tidur kah atau abis apa giu? Terus mendingan kalo apa?
 Kualitas  nyerinya seperti apa? Seperti ditusuk kah atau ditindih
kah?
 kuantitas  sehari berapa kali sakitnya?
 Keluhan penyerta? Ada demam mual muntah atau batuk berdahak?
Ada bengkak? Sering deg2an?
2. Riwayat penyakit dahulu
 Dulu pernah?
 Pernah diberi obat apa?
 Ada riwayat hipertensi/ DM/ kolestrol/stroke/ jantung?
3. Riwayat penyakit keluarga
 Keluarga ada yg gini?
 Penyakit keluarga ?
4. Riwayat keluarga dan social
 Adakah masalah yg menyebabkan stress?
 Merokok ?
 Konsumsi obat2an ttt? (terutama NSAID)
 Suka makan asin?
 Olahraga teratur?
 Pola makan bagaimana?
INFORMED CONSENT DAN TANYA ADA YG MAU DITANYAKAN? JANGAN
LUPA CUCI TANGAN TUTUP KORDEN
2 Pemeriksaan Peserta ujian melakukan cuci tangan sebelum dan setelah pemeriksaan,
Fisik melakukan pemeriksaan fisik sesuai masalah klinik pasien dengan menerapkan
prinsip sebagai berikut:

● Menggunakan teknik pemeriksaan yang benar


● Sistematik/runut

URUT dan LEGEARTIS YA


 Antopometri  BB, TB, BMI
 TTV  TD, RR, HR, suhu
 Pemeriksaan kepala  simetris? ada rontok rambut ga? Ada benjolan?
1. Mata  anemis? Ikterik? Xanthelasma?
2. Hidung
3. Telinga
4. Mulut  sianosis? Anemis?
5. Leher  perbesaran kgb? Deviasi trakhea?
6. itung JVP (ini dr gema bilangnya wajib)
 Pemeriksaan dada (kalo dr gema ngajarinnya bareng aja misal lagi
inspeksi ya abis inpeksi jantung terus paru terus lanjut ke palpasi jantung
terus paru dan seterusnya
1) Jantung
 Inspeksi  bentuk dada? Ictus cordis terlihat atau
tidak? (pada IMA ictus cordis tidak tampak) ada
sianosis?
 Palpasi  raba ictus cordis (SIC 4dan 5 linea
midclavicula sin) dan cek kuat angkat atau tidak?
Diameter? (normal <2cm), ada thrill atau penjalaran?
(pada gagal jantung ictus bergeser ke caudolateral
sementara pada IMA ictus cordis teraba lemah)
 Perkusi
 Batas Kanan  tentukan batas paru hepar
sampai pekak (biasanya SIC 5 linea
midclavicula dex)  naik 1 SIC  perkusi
kemedial sampai redup  naik paralel
 Batas atas : perkusi di SIC 1 linea parasternal
sinistra kebawah sampe redup
 Batas kiri : perkusi di sic 5 line axilla anterior 
medial sampai redup (biasanya di SIC 5 1,5cm
linea midclavicula sin)
 Pinggang jantung : setelah batas kiri perkusi
keatas di SIC 4-3 linea midclavicula sin kearah
medial (normal SIC 4/3 linea parasternal
sinistra)
 Auskultasi (s1 s2 bersamaan dengan arteri
carotis/rsdislis atau tidak)
 Katup aorta : SIC 2 parasternal dextra
 Katup pulmonal : SIC 2 parasternal sinistra
 Katup trikuspid : SIC 3-4 parasternal sinistra
 Katup bikuspid / mitral : SIC 4-5 midclavicula
sinistra
2) Paru (Depan belakang)
 Inspeksi : simetris? Ada pelebaran vena? Retraksi?
Perubahan pola nafas? Ada scar?
 Palpasi : tumor? Nyeri? Fraktur?  vocal fremitus yak
 Perkusi :
 Isthmus kronig : dari sisi lateral (pundak) ke
medial sampai terdengar suara sonor (diberi
tanda), kemudian dari medial (leher) ke lateral
sampai terdengar suara sonor (diberi tanda).
Isthmus Kronig adalah area yang berada di
antara ke-2 tanda tersebut.
 Perkusi 3 regio kanan kiri dibandingkan
 paru jantung
 paru hepar
 peranjakan paru
 Auskultasi
 3 regio kanan kiri depan belakang jangan lupa
inspirasi-ekspirasi
 Pemeriksaan abdomen (singkate pol pokoke)
1. Inspeksi : datar? ada caput medusa?
2. Auskultasi :bising usus? 4 regio sama aorta abdominalis, a.
Illiaca, a. Renalis
3. Perkusi : 4 regio aja normal timpani
4. Palpasi : 4 regio aja nyeri atau tidak?
 Pemeriksaan genital (ini disebutkan aja kalo mau karena kalo head to
toe kan harusnya semuanya atau bilang aja “pemeriksaan genital tidak
perlu dilakukan karena tidak ada indikasi”)
 Ekstremitas : akral dingin/hangat? Clubbing finger? Capillary refill?
3 Interpretasi Peserta ujian dapat menentukan seluruh pemeriksaan penunjang yang
Pemeriksaan dibutuhkan dan melakukan interpretasi yang tepat
Penunjang
A. EKG (nah ini kemaren kata dr faqih tergantung soal ya dilakukan
atau tidaknya)

- Pasang elektrode pada kulit extremitas:


Kabel merah /R : lengan kanan bawah,
proksimal dari wrist
Kabel kuning /L : lengan kiri bawah,
proksimal dari wrist
Kabel hijau /F : kaki kiri, proksimal dari
pergelangan kaki
Kabel hitam /N : kaki kanan, proksimal
dari pergelangan kaki
- Pasang elektrode precordial
Kabel merah /C1 : SIC IV linea
parasternalis dextra
Kabel kuning /C2 : SIC IV linea
parasternalis sinistra
Kabel hijau /C3 : Pertengahan C2 dan C4
Kabel coklat /C4 : SIC V linea midclavikula
sinistra
Kabel hitam /C5 : setinggi C4, linea
axillaris anterior sinistra
Kabel violet /C6 : setinggi C4 dan V5,
linea midaxillaris sinistra
Interpretasi dibawah aja yaa
B. Radiologi thoraks : pada IMA CTR > 50% dapat disertai edem pulmo
C. Darah lengkap : darah rutin, pt, apt, inr, sgot,sgpt, ureum kreatinin,
albumin, elektrolit, profil lipid
D. Marker jantung : BNP untuk gagal jantung
E. Echocardiografi : untuk liat ada kelainan structural dan fungsional
jantung normalnya >55%

4 Menentukan Peserta ujian mampu menentukan diagnosis dan dua diagnosis banding
diagnosis dan dengan tepat
diagnosis
banding Dibawah juga
5 Tatalaksana Peserta ujian memilih obat dengan tepat sesuai seluruh prinsip berikut:
Farmakoterapi
1. Tepat indikasi
2. Tepat dosis
3. Tepat sediaan
4. Tepat cara pemberian
5. Tepat waktu pemberian
DAN

● menuliskan resep dengan lengkap dan benar.

TATALAKSANA GAWAT DARURAT


- Tirah baring
- Suplemen Oksigen dengan saturasi O2 arteri <95% atau yang
mengalami distress respirasi dengan dosis 4L/menit
- Suplemen Oksigen dapat diberikan dalam 6 jam pertama tanpa
mempertimbangkan saturasi O2
- Aspirin tidak bersalut 160-320 mg  sublingual
- Penghambat reseptor ADP
 Ticagrelor 180 mg dengan dosis pemeliharaan 2x90 mg, kecuali
pada STEMI dengan rencana reperfusi dengan agen fibrinolitik
 Clopidogrel 300 mg dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari 
pada pasien STEMI dengan rencana terapi reperfusi dengan
agen fibrinolitik
- Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual 0,4 mg untuk pasien nyeri
dada, apabila tidak hilang dapat diulang setiap lima menit sampai
maksimal 3x.
- Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang 10-30 menit

6 Komunikasi Peserta ujian menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan menerapkan


dan Edukasi seluruh prinsip berikut:

1. mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal non verbal
(ramah, terbuka, kontak mata, salam, empati dan hubungan komunikasi
dua arah, respon)
2. mampu memberikan kesempatan pasien untuk bercerita dan mengarahkan
cerita
3. mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat keputusan klinik,
pemeriksaan klinik.
4. mampu memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah
pasien
7 Perilaku Meminta izin secara lisan dan melakukan di bawah ini secara lengkap:
profesional
1. melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri
2. memperhatikan kenyamanan pasien
3. melakukan tindakan sesuai prioritas
4. menunjukan rasa hormat kepada pasien
5. mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau melakukan konsultasi
bila diperlukan

tipe nyeri dada


No Penyebab nyeri Tipe nyeri Nyeri Respon Respon Tender- Respon
dada alih terhadap terhadap ness terhadap
sikap/perg makana nitrogliserin
erakan n/ cairan
1 Kardia Nyeri Viseral Ya Tidak Tidak Tidak Ya
k jantun (njalar
g ke
iskemi lengan
k kiri
(tertek biasany
an a)
/nyeri
subste
rnal)
Nyeri Viseral Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
jantun
g non-
iskemi
k
2 Non Pulmo Viseral/ Biasany Tidak Tidak Tidak Tidak
kardia nary kutaneus a tidak
k diseas
e
Pneum Viseral/ Tidak Ya Tidak Biasany Tidak
othora kutaneus a tidak
x
Muskul Kutaneus Tidak Ya Tidak Ya Tidak
oskelet
al
Gastroi Viseral Kadang- Tidak Ya Tidak Tidak
ntestin kadang
al
Aneuri Viseral Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
sma
aorta
Psikiat Viseral/ Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
rik kutaneus
Derajat ANGINA PEKTORIS : obstruksi pd coroner (sindrom kardiak iskemik)  untuk nentuin PP sih

 CCS Kelas 1: Keluhan angina terjadi saat aktifitas berat yang lama
 CCS Kelas 2: Keluhan angina terjadi saat aktifitas yang lebih berat dari aktifitas sehari-hari
 CCS Kelas 3: Keluhan angina terjadi saat aktifitas sehari-hari
 CCS Kelas 4: Keluhan angina terjadi saat istirahat

Nyeri dada non iskemik


No Penyakit Perbedaan tanda dan gejala
1 Refluks esofagitis, - Tidak ada perubahan EKG
spasme esofagus - Rasa terbakar di dada
- Memburuk dengan posisi terlentang, dan ketika teregang
- Penyebab umum nyeri dada
2 Emboli paru - Takipneu, hipoksemia, hipokarbia
- Tidak ditemukan kongesti paru pada foto rontgen thorak
- Mirip dengan infark inferior ST elevasi dinding bagian dalam (II, III,
aVF)
- Hiperventilasi
- PaO2 dan PaCO2 menurun
3 Hiperventilasi - Gejala utamanya adalah dispnea, seperti pada emboli paru
- Sering pada orang muda
- Kesemutan pada anggota badan, dizziness
- PaCO2 menurun, PaO2 meningkat atau normal
4 Pneumothorax - Gejala utama: dispnea
- Auskultasi dan foto rontgen thorax
- Nyeri pada satu sisi dan dipengaruhi pergerakan napas
5 Diseksi aorta - Nyeri memberat dengan perubahan lokalisasi
6 Perikarditis - Perubahan sikap dan pernafasan mempengaruhi nyeri
- Dapat terdengar suara gesekan
- ST-elevasi tapi tidak ada reciprocal ST depresi
7 Pleuritis - Rasa sakit menusuk saat bernafas
- Batuk merupakan gejala utama
- Foto rontgen thorax
8 Costochondral - Nyeri pada palpasi
- Nyeri dipengaruhi oleh pergerakan
9 Early Herpes - Tidak ada perubahan EKG
zoster - Rash
- Parestesia yang terlokalisasi sebelum muncul rash
10 Ectopic beats - Transient, pada daerah apeks
11 Ulkus peptikum, - Pemeriksaan fisik (Iskemia dinding inferior bisa menyerupai acute
kolesistitis, abdomen)
pankreatitis
12 Depresi - Rasa berat di dada terus-menerus
- Tidak berhubungan dengan exercise
- EKG normal
13 Alkohol related - Laki-laki muda di ruang IGD, mabuk

EKG
 Menentukan Ritme  BIASANYA MASIH SINUS RITMIS
 Menentukan Rate  BIASANYA TAKIKARDI
Itung jarak R-R 1500/jumlah kotak kecil atau 300/jumlah kotak besar
N: 60-100x/menit
>100x/menit : takikardi
<60x/menit : bradikardi
Aritmia: berubah ubah tiap detik
 Menentukan gelombang P (N: 1-3 kotak kecil)
 Menentukan QRS Aksis
Lihat di lead I dan AvF, bila dua-duanya positif berarti aksis normal. Positif menghadap atas,
negatif menghadap bawah
I AvF Aksis
+ + Normal
+ - Left Axis Deviation (LAD)
- + Right Axis Deviation (RAD)
- - Extreme Right Axis Deviation

 Menentukan gelombang QRS liat di lead II dari titik terendah


Tinggi: 5-20 kotak kecil
Durasi: 1,5-3 kotak kecil
 Menentukan QT interval (Durasi ≤ 10 kotak kecil)
 Apakah ada atau tidak gelombang U  hipokalemi
 Menentukan ST segmen
Normal isoelektrik (sejajar/menyentuh garis merah) atau < 1 kotak kecil
 Menentukan gelombang T
(+) naik, (-) turun
 Menentukan Kesimpulan hasil bacaan EKG

o NAH PADA KASUS NYERI DADA KARENA IMA

hubungan antara lokasi infark dengan gel Q dan ST elevasi


aku tau ini kurang lengkap, mon map sebesar2nya ya lengkapin sendiri yaaa sama baca2 lagi
contoh soal dari dr gema
laki2 64th nyeri dada saat istirahat siang 2 jam yg lalu, lokasi tidak spesifik, nyeri visceral, kualitas
seperti tertindih baru 1x nyerinya. Terus dibilangin, ini mungkin serangan jantung jadi saya akan
melakukan tindakan blabla silahkan berbaring atau gimana pwnya kalian.
MONACO
 Oksigen kalau saturasi <90% pakai oksimeter
 Antiplatelet /aspirin dosis 300mg
 Nitrat SL (kerja cepat) 3x ulang pemberian
 Morfin jika nitrat dah 3x dikasih tapi masih nyeri dada
Gambar catetan :
9. BENJOLAN & NYERI MAMMAE (PJ : JEREMY & DIPA)

RANGKUMAN NYERI PAYUDARA (MASTALGIA)


(by: Indah Pusparani)

Kemungkinan soal yang bakal keluar sih mastalgia siklik dan nonsiklik, ini rangkuman Anam dan PF
dari modul:

ANAMNESIS
Cyclic mastalgia Non-cyclic mastalgia
Lokasi Bilateral, difus (menyebar, di seluruh mammae) Biasanya unilateral, fokal dan dapat
terlokalikasi (seringkali sub alveolar/medial)
Onset Terkait dengan siklus menstruasi, berpola Kontinu dan intermiten, tidak tergantung pada
1-2 minggu sebelum perdarahan, berkurang siklus menstruasi
setelah onset perdarahan
Etiologi Proliferasi glandular berkaitan dengan - Kista
perubahan hormon dalam siklus menstruasi - Mastitis periduktal
- Peregangan ligamentum Cooper
- Mondor’s disease
- Mastopati diabetik
- Neoplasia

Yang harus ditanyakan pada stase ini:

RPS
1. Benjolan
a. Lokasi (unilateral/bilateral), apakah ada benjolan pula di ketiak?
b. Ukuran (<2cm, bisa 2-5cm, atau >5cm sesuai klasifikasi tumor)
c. Mobilitas
d. Konsistensi (keras biasanya neoplasma ganas)
e. Kecepatan tumbuh (doubling time)
Biasanya doubling time neoplasma 8-200 hari, bila <8 hari kemungkinan
inflamasi (bukan neoplasma)
f. Nyeri?
2. Rasa nyeri berhubungan dengan menstruasi (dibahas di table mastalgia)
3. Discharge puting
a. Ada atau tidak
b. Bila ada, apa yang keluar? (bisa ASI, pus, darah, dll)
4. Perubahan puting, dapat berupa
a. Retraksi
b. Meninggi
c. Melipat
5. Perubahan kulit di mammae, dapat berupa
a. Peau d’orange (seperti kulit jeruk)
b. Borok
c. ulserasi
6. Tanda metastasis (bila curiga neoplasma), dapat berupa
a. Nyeri tulang
b. Nyeri punggung
c. Batuk
d. Sesak napas
e. Kelelahan, dll.

Riwayat Reproduksi yang harus ditanyakan:

1. Usia menarche
2. Siklus menstruasi
a. Frekuensi (1 siklus berapa hari, normal 21-35 hari)
b. Lama/durasi setiap menstruasi
c. Jumlah darah yang keluar (banyak/sedikit)
d. Teratur/tidak
3. Kehamilan
a. Jumlah kehamilan
b. Jumlah anak (berapa laki-laki dan perempuan)
c. Abortus
4. Riwayat menyusui
a. Lama menyusui
5. Usia menopause, sudah berapa lama menopause
6. Anamnesis keluarga lengkap (di RPK)

RPD
1. Penyakit yang serupa dulu
2. Penyakit sistemik yang relevan dengan penyakit sekarang
Misal: riwayat DM pada mastopati diabetik
3. Riwayat biopsi, operasi mammae atau operasi lain
4. Riwayat penggunaan obat, hormone, termasuk Kontrasepsi, lama mengonsumsi

RPK
1. Tanyakan hal yang bersifat diturunkan atau ditularkan
a. Riwayat neoplasma pada keluarga sedarah (Ca ovarium, Ca recti, sarkoma
jaringan lunak, dll)

RPSosEk
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pernikahan
4. Kebiasaan (gaya hidup)
5. Aktivitas seksual
6. Sumber keuangan
7. Asuransi kesehatan (berkaitan dengan pengobatan yang mungkin akan dijalani)
8. Kepercayaan

PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi mammae
a. 4 posisi (duduk dengan lengan di samping tubuh, di atas kepala, di pinggang,
dan agak menunduk)
b. Perhatikan kesimetrisan, adanya benjolan, perubahan kulit (penarikan
kulit/dimpling, bekas trauma/operasi, peau d’orange dll), bentuk mammae
(apakah terdapat borok, perbedaan bentuk kiri dan kanan), letak papilla
mammae, dan discharge
c. Manuver pectoralis
Kedua tangan di pinggang lalu menggerakkan bejolan untuk mengetahui
fiksasi benjolan pada dinding dada
Bila tidak bergerak, maka massa terfiksasi
2. Palpasi mammae
a. Palpas pada saat berbaring, prosedur yang dianjurkan dimulai dari lateral
mammae dan memutas searah jarum jam, bisa dimulai dari tengah (papilla
mammae) atau dari pinggir.
b. Palpasi pada saat duduk (untuk mendeteksi lesi subareola yang sulit dinilai
pada posisi berbaring)
3. Inspeksi aksila
Inspeksi kulit aksila (ruam/rash, infeksi, benjolan, ulkus)
4. Palpasi aksila
Cari limfonodi aksilaris sentralis, limfonodi aksilaris lateralis, limfonodi pektoralis,
dan limfonodi subscapularis (dari depan pasien)
Cari limfonodi supaklavikularis dan infraklavikularis (dari belakang pasien)
Gambar buat diagnosis massa/benjolan massa?

You might also like

  • Simblefaron
    Simblefaron
    Document12 pages
    Simblefaron
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet
  • TBR
    TBR
    Document17 pages
    TBR
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet
  • PR Dokter Iwan-Velin
    PR Dokter Iwan-Velin
    Document13 pages
    PR Dokter Iwan-Velin
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet
  • TROMBOSIT
    TROMBOSIT
    Document2 pages
    TROMBOSIT
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet
  • THORAKS
    THORAKS
    Document27 pages
    THORAKS
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet
  • MR, RBBB
    MR, RBBB
    Document7 pages
    MR, RBBB
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet
  • Thorak S
    Thorak S
    Document27 pages
    Thorak S
    Muhammad Iqbal Syifaurrahman
    No ratings yet