Professional Documents
Culture Documents
4431 21855 1 PB PDF
4431 21855 1 PB PDF
DOI: 10.22435/kespro.v8i2.4431.143-151
Vol
UNIVERSAL PRECAUTION: PEMAHAMAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP
PENCEGAHAN HIV/AIDS
Nana Noviana*
Naskah masuk 1 Januari 2016; review 3 April 2017; disetujui terbit 31 Desember 2017
Abstract
Background: One of the priorities of health development is the prevention of the spread of infection
especially HIV/AIDS. Increasing HIV/AIDS prevalence also increases the risk of health workers working in
health facilities and may be exposed to infection and potentially life-threatening. Prevention efforts are
undertaken by improving the understanding of health personnel about implementing universal precaution in
providing health services for HIV/AIDS prevention.
Objective: The study aims to identify information on universal precaution action for HIV/AIDS prevention as
evidence based for decision maker's consideration in hospital policy.
Method: The study was conducted with a qualitative approach presented by descriptive explorative, both
primary and secondary data in one referral hospital in South Kalimantan in the inpatient room in 2012.
Primary data obtained through questionnaire on sample of 107 respondents, in-depth interviews and
observations. Secondary data is done by reviewing documents against relevant books and regulations.
Results: The study showed that most of the respondents were educated at D3 (72.0%), working period ≥ 5
years (63.6%), Understanding less (66.7%).
Conclusion: Understanding of health workers about universal precaution is still lacking and at risk of
HIV/AIDS infection. Therefore, it is necessary for the attention of the hospital leaders to make a policy by
seeking the refresher of information, training on universal precaution and more motivating the health officer
to better understand the management of universal precaution
Abstrak
Latar belakang: Salah satu prioritas pembangunan kesehatan adalah pencegahan penyebaran infeksi
terutama HIV/AIDS. Peningkatan prevalensi HIV/AIDS juga meningkatkan risiko tenaga kesehatan yang
bekerja di fasilitas kesehatan dan dapat terpapar oleh infeksi dan potensial membahayakan jiwanya. Upaya
pencegahan yang dilakukan dengan meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan mengenai pelaksanaan
universal precaution dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk pencegahan HIV/AIDS.
Tujuan: Diperolehnya informasi pemahaman perawat terhadap tindakan universal precaution untuk
pencegahan HIV/AIDS sebagai bahan masukan dan pertimbangan pengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan di rumah sakit.
Metode: Kajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif, baik
data primer maupun sekunder di salah satu RS rujukan di Kalimantan Selatan pada ruang rawat inap tahun
2012. Data primer diperoleh melalui kuesioner pada sampel 107 responden, wawancara mendalam dan
pengamatan. Data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen terhadap buku dan peraturan yang terkait.
Hasil: Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3 (72,0%), masa kerja ≥ 5
tahun (63,6%), pemahaman kurang (66,7%).
Kesimpulan: Pemahaman tenaga kesehatan tentang universal precaution masih kurang dan berisiko
terinfeksi penyakit HIV/AIDS. Untuk itu perlu perhatian dari pimpinan RS untuk membuat kebijakan dengan
mengupayakan penyegaran informasi, pelatihan mengenai universal precaution dan lebih memotivasi
petugas kesehatan agar lebih memahami penatalaksanaan universal precaution.
______________________________
*
Corresponding author
(Email: gadysnoviana@gmail.com)
© National Institute of Health Research and Development
ISSN: 2354-8762 (electronic); ISSN: 2087-703X (print)
Pemahaman mengenai Universal 75,7% Dari hasil kajian diketahui bahwa 75,7%
Precaution untuk melindungi petugas responden berpendapat bahwa Universal
kesehatan. Precaution hanya efektif untuk melindungi
petugas kesehatan.
Pemahaman Tenaga kesehatan 65,4% Dari hasil kajian diketahui bahwa 65,4%
mengenai penatalaksanaan mencuci responden hanya tahu kalau salah satu
tangan Penatalaksanaan/protocol Universal precaution
adalah mencuci tangan dengan air bersih
Pemahaman mengenai penatalaksanaan 61,7% Dari hasil kajian diketahui bahwa responden
alat kesehatan dan bahan bekas pakai. kurang memahami penatalaksanaan peralatan
perlu didekontaminasi dan disterilisasi sebesar
61,7%.
Pemahaman mengenai membuang 74,8% Dari hasil kajian diketahui 74,8% responden
sampah medis pada tempat sampah belum memahami membuang sampah medis pada
yang khusus. tempat sampah yang khusus.
Pemahaman mengenai penatalaksanaan 61,7% Dari hasil kajian diketahui bahwa responden
instrument dan linen. kurang memahami penatalaksanaan peralatan
perlu didekontaminasi dan disterilisasi sebesar
61,7%
Lama Bekerja Tenaga Kesehatan masa kerja seseorang maka semakin banyak
pengalaman serta kasus/kejadian yang
Lama masa kerja menunjukkan durasi ditangani dalam merawat pasien yang
pengalaman individu yang dapat menentukan diharapkan akan membuat seorang perawat
peningkatan keterampilan dan kemampuan akan mahir dan professional dalam
tenaga kerja dalam pekerjaan. Semakin lama menyelesaikan pekerjaan dalam perawatan
dia bekerja akan semakin baik dalam terhadap pasien. Hasil penelitian Ahmad
melaksanakan tindakan universal precaution. Farizal Lutfi dkk, memperoleh hasil adanya
hubungan dengan tingkat keeratan sedang
Lama bekerja responden menunjukan bahwa antara lama masa kerja tenaga kesehatan
sebagian besar responden termasuk dalam dengan kemampuan triase hospital di Instalasi
kategori masa kerja lama ≥ 5 tahun (63,6%) Gawat Darurat.14 Penelitian di Pakistan juga
dan selebihnya masuk dalam kategori masa menunjukkan hasil bahwa lama kerja
kerja baru 36,4 persem. Berdasarkan hasil mempengaruhi pengalaman tenaga
wawancara dengan petugas kesehatan yang kesehatan.16
bekerja di RS ini, bahwa dalam melaksanakan
tugas selalu dikaitkan dengan seberapa
seniornya seseorang. Senioritas disini
dikaitkan dengan masa kerja seseorang, dan
pengalaman bekerja seseorang. Senioritas ini
dikaitkan dengan asumsi bahwa semakin lama
itu, dari hasil pengamatan yang telah berisiko tinggi. Sampah rumah sakit harus
dilakukan terhadap 10 orang paramedis dipilah agar sesuai dengan jenis sampah
perawatan, didapatkan data hanya dua orang medis, sehingga dapat ditampung berdasarkan
yang benar-benar menggunakan sarung tangan jenisnya. Dalam hal ini, perawat tidak pernah
dalam setiap melakukan tindakan melakukan dekontaminasi sampah medis
keperawatan. Hal ini juga terjadi di RS di berupa jarum suntik sebelum dibuang, dan
Provinsi Mazandaran,18 bahwa pemahaman mereka kadang membuang sampah medis pada
tenaga kesehatan serta mahasiswa kedokteran bak sampah biasa. Dari hasil kajian diketahui
di sana memiliki pemahaman yang rendah 74,8 persen responden belum memahami
terhadap universal precaution dalam membuang sampah medis pada tempat sampah
melakukan cuci tangan. Hasil penelitian di yang khusus. Sampah medis dibuang pada
salah satu RS swasta di Malang melaporkan tempat sampah yang sama dengan sampah
hasil 50 persen yang mempunyai kebiasaan lainnya tanpa dilakukan pemisahan jenis
cuci tangan.17 sampah. Hal ini karena petugas kesehatan
tidak mengetahui pengelolaan limbah medis
dan pernah melakukan pengelolaan limbah
Pemahaman mengenai Penatalaksanaan medis sehingga limbah medis (jarum suntik)
Alat Kesehatan dan Bahan Bekas Pakai langsung dibuang pada bak sampah.
Rendahnya kesadaran tenaga kesehatan dalam
Pengelolaan alat kesehatan atau cara pembuangan sampah pada tempat khusus juga
dekontaminasi dan desinfeksi yang kurang terjadi di rumah sakit di Provinsi Mazandaran,
tepat adalah merupakan faktor risiko infeksi di Iran.18
sarana kesehatan. Tujuan pengelolaan alat
kesehatan ini untuk mencegah penyebaran
infeksi dan menjamin alat tersebut dalam Pemahaman mengenai Penatalaksanaan
kondisi steril dan siap pakai. Proses Instrumen dan Linen
penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui
empat tahap kegiatan yaitu dekontaminasi, Instrumen dan linen harus diperhatikan cara
pencucian, sterilisasi atau Dichloro-Diphenyl- penanganannya dan pemrosesannya. Untuk
Trichloroethane (DDT) dan penyimpanan. instrumen dan linen yang tercemar darah
Dari hasil kajian diketahui bahwa responden maupun cairan tubuh diberikan larutan klorin
kurang memahami penatalaksanaan peralatan 0,5 persen, dan bila linen yang tercemar maka
perlu didekontaminasi dan disterilisasi sebesar diberika klorin 0,5 persen pada bagian yang
61,7 persen. Hal ini karena tenaga kesehatan terpapar darah maupun cairan tubuh kemudian
melakukan sterilisasi sendiri alat-alat masukkan dalam plastik dan diikat serta diberi
kesehatan. Dari hasil observasi, alat kesehatan label bahan menular sebelum dikirim ketempat
yang telah digunakan langsung dicuci dengan pencucian.1 Dari hasil kajian diketahui bahwa
air dan air sabun kemudian dibilas tanpa 80,4 persen responden tidak memahami
dilakukan perendaman dengan larutan klorin. penatalaksanaan instrumen dan linen dalam
Hal ini dapat meningkatkan penyebaran cairan klorin, instrumen dan linen seharusnya
infeksi bila tidak dilakukan proses direndam selama 10 menit sebelum dicuci
penatalaksanaan peralatan secara tepat. Dari biasa. Mereka tidak memahami berapa lama
hasil penelitian RS di Provinsi Mazandaran, harus merendam alat maupun linen karena
bahwa pemahaman tenaga kesehatan serta mereka tidak melakukan pencucian terutama
mahasiswa kedokteran mengenai untuk linen. Pemahaman yang rendah juga
penatalaksanaan jarum suntik di sana masih terjadi pada penelitian di RS Manzandaran
rendah.18 mengenai penatalaksanaan baju atau kain.18
aktif oleh individu, dan bukan pada kontrol pasien sehingga perlu meningkatkan motivasi
lingkungan pasif.20 dari partner kerja untuk selalu melaksanakan
universal precaution.
Rendahnya pemahaman tenaga kesehatan
mengenai universal precaution menyebabkan
rendahnya kepatuhan petugas kesehatan dalam DAFTAR PUSTAKA
melaksanakan protokol universal precaution,
dan berpotensi meningkatkan penyebaran 1. Departemen Kesehatan Ditjen
penyakit menular terutama HIV/AIDS. Hal ini Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
dapat dihindari bila semua faktor dapat Lingkungan. Pedoman Pelaksanaan
diterapkan dengan baik dan memaksimalkan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
tindakan universal precaution untuk Kesehatan [Internet]. Jakarta; 2010.
pencegahan HIV/AIDS di RS rujukan ODHA Available from:
Banjarmasin. http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/ha
ndle/123456789/1436
Perlu dilakukan berbagai upaya kegiatan 2. Departemen Kesehatan RI. Undang-
dalam pelaksanaan universal precaution untuk Undang Republik Indonesia Nomor 36
pencegahan HIV/AIDS dengan Tahun 2009 Tentang Kesehatan
memaksimalkan tindakan universal precaution [Internet]. 13 Oktober 2009. 2009. p. 23–
yang dapat memberikan perlindungan yang 8. Available from:
baik bagi perawat dalam melaksanakan tugas http://www.depkes.go.id/resources/downl
dan fungsinya serta pasien yang menerima oad/general/UU Nomor 36 Tahun2 009
pelayanan kesehatan agar terhindar dari tentang Kesehatan.pdf
HIV/AIDS. 3. World Health Organization. Guidelines
on Prevention and Control of Hospital
Untuk meningkatkan pemahaman tenaga Associated Infections [Internet]. New
kesehatan dalam pelaksanaan Universal Delhi: WHO Regional Office for South-
Precaution perlu dilakukan pelatihan bagi East Asia; 2002. Available from:
tenaga kesehatan. http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/2
05187/1/B0007.pdf
4. Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehat
KESIMPULAN Lingkungan Kemenkes RI. Statistik
Kasus AIDS di Indonesia. 2011.
Pemahaman tenaga kesehatan mengenai 5. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri
Universal Precaution yang masih kurang Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
sehingga kepatuhan petugas kesehatan dalam Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
melaksanakan protocol Universal Precaution Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
juga rendah. [Internet]. 2017. p. 17. Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk
_hukum/PMK_No._27_ttg_Pedoman_Pe
ncegahan_dan_Pengendalian_Infeksi_di_
SARAN
FASYANKES_.pdf
Yang dapat dilakukan adalah berbagai 6. Efstathiou G, Papastavrou E, Raftopoulos
kegiatan untuk memaksimalkan tindakan V, Merkouris A. Factors influencing
universal precaution. Selain itu, perlu adanya nurses’ compliance with Standard
pelatihan atau penyegaran informasi mengenai Precautions in order to avoid occupational
penatalaksanaan universal precaution yang exposure to microorganisms: A focus
telah ditetapkan di rumah sakit serta group study. BMC Nurs [Internet]. 2011
memasang protokol universal precaution Dec 21;10(1). Available from:
ditempat yang mudah dilihat petugas https://bmcnurs.biomedcentral.com/track/
kesehatan. Rendahnya pemahaman perawat pdf/10.1186/1472-6955-10-
dalam melaksanakan protocol universal 1?site=bmcnurs.biomedcentral.com
precaution untuk pencegahan HIV/AIDS 7. Muhammad Yusran. Kepatuhan
setiap melakukan perawatan pada semua Penerapan Prinsip-Prinsip Pencegahan
Infeksi (Universal Precaution) Pada
Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah dengan Angka Bebas Jentik. J Ilmu
Abdoel Muluk Bandar Lampung Keperawatan. 2007;2(2).
[Internet]. Prosiding Seminar Nasional 15. Danti Setiana. Pengetahuan, Sikap, Dan
Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Praktik Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Lampung, 17-18 November 2008. 2008. Terhadap Pencegahan Infeksi [Internet].
Available from: Karya Tulis Ilmiah. 2011. Available from:
https://id.scribd.com/document/53809300 http://eprints.undip.ac.id/32934/1/Dantik_
/prinsip-pencegahn-infeksi S.pdf
8. Khoidrudin. A, Yosafianti. V., Riwayati. 16. Janjua NZ, Razaq M, Chandir S, Rozi S,
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahmood B. Poor knowledge–predictor
Perilaku Perawat Dalam Menerapkan of nonadherence to universal precautions
Prosedur Tindakan Pencegahan Universal for blood borne pathogens at first level
Di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. care facilities in Pakistan. BMC Infect Dis
Kariadi Semarang. J Keperawatan [Internet]. 2007;7(1):81. Available from:
FIKKes Univ Muhammadiyah Semarang https://bmcinfectdis.biomedcentral.com/tr
[Internet]. 2011;4(1 Maret 2011):1–17. ack/pdf/10.1186/1471-2334-7-
Available from: 81?site=bmcinfectdis.biomedcentral.com
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKk 17. Sholikhah HH, Arlfin’ A. Pelaksanaan
eS/article/view/1841 Universal Precaution Oleh Perawat Dan
9. Nasronudin. HIV and AIDS Pendekatan Pekarya Kesehatan (Studi Kasus di
Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial. Rumah Sakit Islam Malang Unisma). Bul
Surabaya: Airlangga University Press; Penelit Sist Kesehat [Internet].
2007. 215 p. 2005;Volume 8(1):29–39. Available
10. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan from:
Selatan. Laporan HIV/AIDS Kalimanatan http://download.portalgaruda.org/article.p
Selatan. 2011. hp?article=80503&val=4892
11. Menteri Kesehatan RI. Keputusan 18. Motamed N, Baba Mahmoodi F,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Khalilian A, Peykanheirati M, Nozari M.
No 760/Menkes/SK/VI/2007 Tentang Knowledge and practices of health care
Penetapan Lanjutan Rumah Sakit workers and medical students towards
Rujukan Bagi ODHA. [Internet]. 2007. universal precautions in hospitals in
Available from: Mazandaran Province. East Mediterr Heal
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/2 J [Internet]. 2006;12(5). Available from:
0130506131726.Skmenkes_Nomor_760_ http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/1
MENKES_SK_VI_2007_Tentang_Peneta 17133/1/12_5_2006_653_661.pdf
pan_Lanjutan_Rumah_Sakit_Rujukan_Ba 19. Sadoh WE, Fawole AO, Sadoh AE,
gi_Orang_Dengan_HIV_dan_AIDS_OD Oladimeji AO, Sotiloye OS. Practice of
HA.pdf universal precautions among healthcare
12. Departemen Kesehatan. Pedoman workers. J Natl Med Assoc [Internet].
Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di 2006;98(5):722–6. Available from:
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Direktorat http://www.pubmedcentral.nih.gov/article
Jenderal PP & PL; 2010. render.fcgi?artid=2569287&tool=pmcentr
13. Gebresilassie; A, Kumei; A, Dejen ez&rendertype=abstract
Yemane. Standard Precautions Practice 20. Ubaid B, Shah H, Nasir M, Shah Y. “ Can
among Health Care Workers in Public You Handle the Truth ?” Universal
Health Facilities of Mekelle Special Zone. Precautions. 2009;5(7):1–6. Available
Northern Ethiopia; 2014. from:
14. Asrini A, Akhmadi, Harjanto D. https://firstclinical.com/journal/2009/090
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan 7_Universal.pdf
Perilaku Masyarakat tentang Kegiatan 3M