You are on page 1of 42

MAKALAH

KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER PSIKO SPIRITUAL


Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
Diajukan untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah Keperawatan Ajal dan Paliatif
Dosen : Triana Dewi, S.Kp., M.Kep

Kelompok : III
Kelas : A
1. Eka Nurasfia : AK.1.17.015 6. Pahmicco : AK.1.17.031
2. Ikbal Akbar A : AK.1.17.020 7. Shelfa Intan : AK.1.17.037
3. Intan Fitri M : AK.1.17.022 8. Siti Soleha : AK.1.17.040
4. Latifah R : AK.1.17.024 9. Syahra Nafisah : AK.1.17.086
5. Nurul Aini : AK.1.17.030 10. Wati : AK.1.17.045

Tingkat III Semester V

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN ( NERS )
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Konsep Terapi Komplementer Psiko Spiritual” yang
merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Ajal dan Paliatif.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih


terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan
wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang,
karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan
belajar dari suatu kesalahan.

Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga Makalah yang
berjudul “Konsep Terapi Komplementer Psiko Spiritual” mendapat ridho dari Allah
SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Amiin....

Bandung, 05 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar belakang masalah ............................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan penulisan ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................... 5
2.1. Pengertian Konsep Complementary dan Alternatif Terapi ...................... 5
2.2. Tipe Terapi Alternatif dan Komplementer ............................................... 6
2.3. Jenis-jenis Terapi yang Dapat Diakses Keperawatan............................. 11
2.4. Terapi Latihan Spesifik .......................................................................... 13
2.5. Peran Keperawatan dalam Terapi Alternatif dan Latihan ...................... 18
2.6. Pengertian Spiritual ................................................................................ 18
2.7. Konsep Kesehatan Spiritual ................................................................... 20
2.8. Masalah Spiritual .................................................................................... 21
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 25
3.1. Pengertian Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) ................ 25
3.2. Prinsip Kerja SEFT ................................................................................ 25
3.3. Cara Melakukan SEFT ........................................................................... 26
3.4. Analisa Jurnal ......................................................................................... 29
3.5. Efektivitas SEFT sebagai terapi Non Farmakologis yang Holistik
Terhadap Penurunan Nyeri ................................................................................ 35
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 37
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 37
4.2. Saran ....................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang masalah
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat Kesehatan
yang optimal bagi masyarakat diadakan berbagai upaya kesehatan, upaya
kesehatan tersebut mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan dari penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (Kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara pemerintah
dan masyarakat yang didukung oleh sumber daya kesehatan termasuk tenaga
kesehatan(Depkes RI, 2008).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat,
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Hamid, 1998). Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari
secara mandiri (Potter and Perry, 2005).
Salah satu pelayanan keperawatan yang holistik perawat harus memandang
pasien secara keseluruhan baik fisik, emosional, sosial dan budaya. Namun
demikian aspek non fisik seperti pemenuhan kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual terabaikan. Hal ini termasuk tentang kecemasan, kemarahan, dan
kesedihan dalam mengatasi masalah dan membantu pasien dalam keadaaan
sehat dan sakit. Oleh karena itu perawat diharapkan mampu mengerti tentang
perasaan diri, tindakan dan reaksi, juga dapat menerangkan kemampuan
emosional (Hamid, 1998).
Agama memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan pribadi,
termasuk didalamnya keperawatan paliatif. Oleh karena itu sudah pada
tempatnya jika dalam menghadapi setiap masalah yang timbul selalu dikaitkan

1
dengan kehidupan religius. Manusia mempunyai keyakinan untuk memperoleh
ketenangan hidup spiritualnya. Hidup keagamaan memberikan kekuatan jiwa
bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan percobaan hidup, memberikan
bantuan moril di dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap rela
menerima kenyataan sebagaimana Tuhan menakdirkan-Nya. Hidup yang
dilandasi nilai-nilai agama akan tumbuh kepribadian sehat yang didalamnya
terkandung unsur-unsur keagamaan dan keimanan yang cukup teguh. Tetapi
sebaliknya orang yang jiwanya goncang dan jauh dari agama maka individu
tersebut akan mudah cemas, marah, putus asa dan kecewa. Pendapat ini
diperkuat dengan adanya firman Allah yaitu: “Barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka
akan bersedih hati”(QS. Al-Baqarah, 2: 38). Ayat di atas menguatkan
kepercayaan bahwa dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh agama
akan membawa ketenangan batin (Hawari , 1998)
Keperawatan spiritual merupakan suatu elemen perawatan kesehatan
berkualitas dengan menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk
hubungan saling percaya dan rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi
perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien (Potter and
Perry, 2005). Perawat sebagai orang yang pertama yang secara konsisten selama
24 jam menjalin kontak dengan pasien, berperan dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan spiritual bagi pasien. Salah satu implementasi atau
pelaksanaan dari perawatan spiritual adalah dengan mengusahakan kemudahan
seperti mendatangkan pemuka agama sesuai dengan yang diyakini klien,
memberi privacy untuk berdoa, ataupun memberi kelonggaran bagi klien untuk
berinteraksi dengan keluarga dan teman (Hamid, 2000).
Perkembangan komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
Negara. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi komponen penting
dalam pelayanan keperawatan di Amerika serikat dan Negara lainnya. Klien
menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistic pada terapi komplementer yaitu adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Asalan
lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam

2
pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.
Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer
(Synder &Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternative pada petugas kesehatan
seperti dokter, maupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternative (Smith Et Al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan keinginannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak pada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
Melihat kompleksnya permasalahan agresivitas seperti yang telah diuraikan
di atas, perlu kiranya usaha sungguh sungguh untuk mengatasinya ada suatu
metode yang dapat digunakan untuk menurunkan agresivitas, yaitu salah
satunya menggunakan terapi.
Terapi EFT (Emotional Freedom Technique)atau SEFT (Spiritual
Emotional Freedom Technique)dapat digunakan sebagai salah satu teknik terapi
untuk mengatasi masalah emosional dan fisik, yaitu dengan melakukan totok
ringan (tapping) pada titik syaraf atau meridian tubuh. Spiritual dalam
EFT/SEFT adalah doa yang diafirmasikan oleh klien pada saat akan dimulai
hingga sesi terapi berakhir. Dan Terapi EFT/SEFT bersifat universal, artinya
untuk semua kalangan tanpa membeda-bedakan latar belakang keyakinan klien.

1.2.Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep komplementer psikospiritual?
2. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe komplementer!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis komplementer!
4. Bagaimana terapi latihan spesifik?
5. Bagaimana peran perawat dalam terapi alternatif dan latihan?
6. Bagaimana konsep kesehatan psikospiritual?

3
7. Sebutkan dan jelaskan masalah spiritual!
8. Jelaskan definisi Spiritual Emotionaal Freedom Technique (SEFT)!
9. Bagaimana prinsip kerja SEFT?
10. Bagaimana cara melakukan SEFT?
11. Jelaskan analisis jurnal SEFT!
12. Bagaimana efektifitas SEFT sebagai terapi non farmakologis yang holistik
terhadap penurunan nyeri?
1.3.Tujuan penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep komplementer psikospiritual
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT), bagaimana prinsip kerja SEFT, cara melakukan SEFT,
analisis jurnal SEFT, dan keefektivitasan SEFT sebagai terapi non
farmakologis yang holistik terhadap penurunan nyeri.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Konsep Complementary dan Alternatif Terapi
Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis alternatif
atau komplementer. Terapi komplementer (complementary therapies) adalah
semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional
yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu
(Perry, Potter, 2009). Definisi CAM yang disepakati adalah suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistim, modalitas dan praktek
kesehatan, yang didukung oleh teori dan kepercayaan. Termasuk didalamnya
latihan atau usaha untuk menyembuhkan diri sendiri. CAM digunakan untuk
mencegah dan menyembuhkan penyakit atau juga untuk meningkatkan taraf
kesehatan.
Walaupun demikian ada perbedaan antara alternatif dan komplementer.
Terapi alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional. Sementara
komplementer berarti pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah
terbukti bermanfaat. Terapi alternatif (alternative therapies) meliputi intervensi
yang sama dengan terapi komplementer, tetapi sering kali menjadi pengobatan
primer yang mengganti pelayanan medis alopatik. Kedua terapi alternatif dan
komplementer bervariasi derajatnya di mana mereka cocok dengan pengobatan
alopatik.
Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif antara lain :
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
a. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan
atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman
dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat
b. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal

5
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik.
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode
pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas
pelayanan kesehatan.

2.2. Tipe Terapi Alternatif dan Komplementer


1. Sistem medis alternatif. Dibangun di antara sistem teori dan praktik yang
lengka.
a. Akupuntur
Suatu metode tradisional china yang menghasilkan analgesia atau
perubahan fungsi sistem tubuh dengan cara memasukan jarum tipis di
sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meridian. Manipulasi
jarum langsung pada meridian energi akan mempengaruhi organ
internal dalam dengan pengalihan qi (shi).
b. Ayurveda
Sistem pengobatan tradisional hindu yang digunakan di India sejak
abad pertama AD. Suatu kombinasi obat seperti herbal, obat pencahar,
dan minyak gosok untuk mengobati penyakit.
c. Pengobatan Homeopatik
Sistem pengobatan medis didasari pada teori bahwa penyakit
tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang
pada individu sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit.
Substansi yang dianjurkan tersebut adalah obat yang dibuat dari
tumbuh-tumbuhan alami, hewan, atau substansi mineral.

6
d. Praktik Amerika Latin
Sistem medis curanderismo, di mana memasukan suatu model
humonal untuk mengklasifikasikan makanan, aktifitas, obat-obatan, dan
penyakit serta rangkaian penyakit masyarakat.
e. Praktik Amerika Asli
Terapi termasuk keringat dan pembersihan, obat-obatan herbal,
dukun sihir (dukun membuat hubungan dengan roh untuk menanyakan
petunjuk dalam memberikan pengobatan kepada individu).
f. Pengobatan Naturopatik
Sistem terapeutik didasarkan pada makanan alami, cahaya,
kehangatan, pijatan, air segar, olahraga teratur, dan menghindari
pengobatan. Mengenali kemampuan penyembuhan alami tubuh.
Pengobatan menggabungkan terapi tradisional alami dengan ilmu
pengetahuan diagnostik terkini termasuk pengobatan botanikal
(tumbuh-tumbuhan).
g. Pengobatan tradisional China (Asian)
Kumpulan teknik dan metode sitematik termasuk akupuntur,
pengobatan herbal, pijatan, akupresur, muxibistion (menggunakan
panas dari herbal yang dibakar).

2. Terapi secara Biologis. Menggunakan Substansi dari Alam, seperti Herbal,


Makanan, dan Vitamin.
a. Zona
Program diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat,
dan lemak dalam perbandingan 30:40:30% kalori dari protein, 40% dari
karbohidrat, dan 30% dari lemak. Digunakan untuk menyeimbangkan
insulin dan hormon lain untuki kesehatan yang optimal.
b. Diet Makribiotik
Diutamakan diet vegetarian (tidak ada produk hewan kecuali ikan ).
Awalnya digunakan dalam manajemen berbagai kanker. Penekanan
pada semua biji-bijian padi, sayur-sayuran, dan makanan yang tidak
diawetkan.

7
c. Pengobatan ortomelekular (megavitamin)
Meningkatkan masukan nutrisi seperti vitamin C dan beta karoten.
Diet mengobati kanker, skizofrenia, penyakit autis, dan penyakit kronis
tertentu seperti hiperkolesterolemia dan penyakit arteri koroner.
d. European phytomedicines
Produk yang dikembangkan di bawah kontrol kualitas yang ketat
pada pabrik farmasi yang berpengalaman, dibungkus secara profesional
dalam tablet atau kapsul. Contoh obat-obatan herbal yang telah diteliti
dengan baik adalah gingko biloba, susu dari tanaman liar, dan bilberry.
e. Obat-obatan tradisional herbal China
Lebih dari 50.000 jenis tabaman obat, banyak yang telah diteliti
secara luas. Herbal dipertimbangkan sebagai tulang belakang
pengobatan.
f. Herbal Ayuveda sistem herbal tradisional Hindu yang telah digunakan
lebih dari 2000 tahun.

3. Manipulasi dan Metode Didasari Tubuh-Didasari pada Manipulasi dan/ atau


Pergerakan dari Satu atau lebih Bagian Tubuh
a. Akupresur
Teknik terapeitik mempergunakanj tekanan digital dalam cara
tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri,
menghasilkan analgesia, atau mengatur fungsi tubuh.
b. Pengobatan kiropraktik
Sistem terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan
memasukan fisioterapi dan terapi diet.
c. Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui
perbaikan pergerakan tubuh. Teknik ini mengintegrasikan pemahaman
fisika tentang pola pergerakan tubuh dengan kewaspadaan seseorang
dalam mempelajari gerak, sikap, dan interaksi.
d. Tai Chi

8
Teknik yang menggabungkan pernapasan, gerakan, dan meditasi
untuk membersihkan, memperkuat, dan sirkulasi energi dan darah
kehidupan yang penting. Terapi merangsang sistem imun dan
mempertahankan keseimbangan internal dan eksternal.
e. Terapi pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan, atau meremes
untuik meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot, dan relaksasi.
f. Sentuhan ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk
membuat hubungan, menunjukan penerimaan, dan memberikan
penghargaan.

4. Intervensi Tubuh dan Pikiran-Menggunakan Berbagai Teknik yang Dibuat


untuk Meningkatkan Kapasitas Pikiran untuk Memengaruhi Tubuh
a. Terapi Seni
Penggunaan seni untuk mendamaikan konflik emosional,
meningkatkan kewaspadaan diri, dan mengungkapkan masalah yang
tidak dikatakan dan disadari klien tentang penyakit mereka.
b. Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual
dan suara tentang fungsi fisiologis otonom tubuh, seperti tegangan otot,
suhun tubuh, dan aktivitas gelombang otak, melalui penggunaan alat-
alat.

5. Intervensi Tubuh-Pikiran-Menggunakan Berbagai Teknik yang Dibuat


untuk Meningkatkan Kapasitas Pikiran guna Memengaruhi Fungsi dan
Gejala Tubuh
a. Terapi dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan
ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh. Terapi ini mampu mengobati
individu dengan masalah sosial, emosional, kognitif, atau fisik.

9
b. Terapi pernapasan
Menggunakan segala jenis pola pernapasan untuk merelaksasi,
memperkuat, atau membuka jalur emosional.
c. Imajinasi terbimbing
Teknik terapeutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksasi tubuh dan
menenangkan pikiran menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.
e. Terapi musik
Menggunakan musik untuk menunjukan kebutuhan fisik, psikologis,
kognitif, dan sosial individu yang menderita cacat dan penyakit. Terapi
memperbaiki gerakan dan atau komunikasi fisik, mengembangkan
ekspresi emosional, memperbaiki ingatan, dan mengalihkan rasa nyeri.
f. Usaha pemulihan (doa)
Berbagai teknik yang digunakan dalam budaya menggabungkan
pelayanan, kesabaran, cinta, atau empati dengan target doa.
g. Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan teknik psikologi.
h. Yoga
Teknik yang berfokus pada susunan otot, postur, mekanisme
pernapasan, dan kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah memperoleh
kesejahteraan mental dan fisik melalui pencapaian kesempurnaan tubuh
dengan olahraga, mempertahankan postur tubuh, pernapasan yang
benar, dan meditasi.

6. Terapi Energi-Melibatkan Penggunaan Medan Energi


a. Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik Buddha kuno di mana praktisi
menempatkan tangannya pada atau di atas bagian tubuh dan
memindahkan “energi kehidupan semesta” kepada klien. Energi ini
memberikan kekuatan.

10
b. Sentuhan terapeutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi praktisi
dalam suatu cara yang disengaja terhadap semua klien. Termasuk
peletakan tangan praktisi pada atau dekat tubuh klien (Perry,
Potter,2009).

2.3. Jenis-jenis Terapi yang Dapat Diakses Keperawatan


Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat
umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi,
sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti individu merasa
lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut dan akut. Berikut jenis-jenis
terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu :
a. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan
stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot, mengurangi
pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas
otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun
keterampilan kognitif untuk mengurangi cara yang negatif dalam merespon
situasi dalam lingkungan mereka. Keterampilan kognitif adalah seperti
sebagai berikut :
1. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan,
mempertahankan perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada
rangsangan ringan untuk periode yang lama).
2. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan
yang tidak berguna).
3. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman
yang tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).

Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor


dirinya secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk
membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di
berbagai bagian tubuh.

11
b. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan
dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap
(Rakel dan Faas, 2006). Ini merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas
dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran.
Menurut Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu : (1) ruangan
yang tenang, (2) posisi yang nyaman, (3) sikap mau menerima, dan (4) fokus
perhatian. Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak
individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk
diajarkan (Fontaine, 2005). Sebagian besar teknik meditasi melibatkan
pernapasan, biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan.
Meditasi menimbulkan keadaan santai, menurunkan konsumsi oksigen,
mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung, serta menghasilkan
laporan penurunan kecemasan. Ada banyak indikasi untuk meditasi,
diantaranya adalah sebagai berikut
1. Kecemasan atau suasana yang menegangkan
2. Rasa kehilangan yang kronis
3. Sindroma kelelahan kronis
4. Rasa nyeri kronis
5. Penyalahgunaan obat (alkohol atau tembakau)
6. Hipertensi
7. Kegelisahan
8. Harga diri rendah atau menyalahkan diri
9. Depresi ringan

Meskipun meditasi telah menunjukan perbaikan dalam bebragai


penyakit psikologis, meditasi merupakan kontraindikasi bagi beberapa
individu. Sebagai contoh, individu yang memiliki ketakutan akan
kehilangan kontrol dapat menerima meditasi sebagai bentuk pengontrolan
pikiran dan mungkin menolak untuk mempelajari teknik tersebut.

12
c. Imajinasi
Imajinasi atau teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran
pikiran untuk menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan
fisik dalam tubuh, memperbaiki kesejahteraan, dan meningkatkan
kesadaran diri. Biasanya imajinasi dikombinasi dengan beberapa bentuk
latihan relaksasi yang memfasilitasi efek dari teknik relaksasi. Imajinasi
bersifat ditujukan pada diri, di mana individu menciptakan gambaran
mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbing, dimana selama seorang
praktisi memimpin individu melalui skenario tertentu.
Imajinasikan sering menimbulkan respons psikofisiologis yang kuat
seperti perubahan dalam fungsi imun (Fontaine, 2005). Banyak teknik
imajinasi melibatkan imajinasi visual, tapi mereka juga melibatkan indera
pendengaran, proprioseptif, pengecap, dan penciuman. Visualisasi kreatif
adalah satu bentuk imajinasi yang ditujukan pada diri yang didasari pada
prinsip hubungan tubuh-pikiran. Imajinasi memiliki aplikasi pada
sejumlah populasi klien. Imajinasi telah digunakan untuk visualisasi sel
kanker yang telah dihancurkan oleh sel sistem imun, untuk mengontrol
atau mengurangi rasa nyeri, dan untuk mencapai ketenangan dan
ketentraman. Imajinasi juga membantu dalam pengobatan kondisi kronis
seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi berkemih, sindrom prementasi
dan menstruasi, gangguan gastrointestinal ulceratif colotis, dan
rheumatoid arthritis.

2.4. Terapi Latihan Spesifik


Terapi latihan spesifik merupakan pengobatan medis alternatif atau
komplementer di mana perawat yang boleh melakukannya hanya perawat yang
telah menyelesaikan suatu pelatihan atau kursus pelajaran khusus. Perawat
harus memiliki sertifikat, gelar, atau ijazah di luar izin perawat RN untuk dapat
memberikan sebagian besar terapi tersebut. Beberapa terapi latihan spesifik
(misalnya umpan balik biologis dan sentuhan terapeutik) sangat efektif dan
direkomendasikan oleh praktisi pelayanan kesehatan Eropa. Berikut jenis-jenis
terapi latihan spesifik adalah sebagai berikut :

13
1. Umpan Balik Biologis
Selain digunakan untuk intervensi relaksasi, teknik umpan balik biologis
juga dapat membantu individu dalam mempelajari bagaimana mengontrol
respons sistem saraf otonom tertentu. Umpan balik biologis (biofeedback)
merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang menggunakan alat
elektronik atau elektromekanik untuk mengukur, memproses, dan
memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas sistem saraf otonom
dan neuromuskular. Informasi, atau umpan balik, diberikan dalam bentuk
tanda fisik, fisiologis, pendengaran, dan umpan balik (Rakel dan Faas,
2006).
Umpan balik biologis merupakan penambahan yang efektif pada
program relaksasi karena dapat menunjuk dengan cepat kepada klien
kemampuan mereka untuk mengontrol beberapa respons fisiologis.
Berbagai bentuk umpan balik fisiologis diaplikasikan dalam berbagai
situasi. Umpan balik biologis telah berhasil mengobati migraine headache,
rasa nyeri lainnya, stroke, dan berbagai kelainan gastrointestinal dan traktus
urinarius. Meskipun umpan balik biologis atelah menunjukan efektifitas
pada sejumlah populasi klien, ada beberapa tindakan pencegahan. Selama
relaksasi atau latihan umpan balik biologis, emosi atau perasaan yang
ditekan terkadang memperlihatkan bahwa klien tidak dapat beradaptasi
dengan dirinya sendiri. Karena alasan ini, praktisi yang menawarkan umpan
balik biologis harus melatih metode psikologis atau memiliki profesional
yang berkualitas yang berguna untuk rujukan (Potter, Perry. 2009).
2. Sentuhan Terapeutik
Sentuhan terapeutik (therapeutik touch) adalah terapi latihan spesifik
yang dikembangkan oleh perawat. Meskipun asumsi keagamaan dan filosofi
terhadap sentuhan terapeutik berbeda dari teknik penyembuhan Eropa,
tetapi sentuhan terapeutik juga melibatkan profesional pelayanan kesehatan
terlatih yang berusaha untuk menunjukan keseimbangan diri mereka sendiri
dalam cara yang bermotivasi atau disengaja terhadap semua klien.
Sentuhan terapeutik merupakan suatu potensi alami manusia yang terdiri
dari meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan tubuh seseorang.

14
Proses sentuhan terapeutik melibatkan dimana praktisi melihat tubuh secara
sekilas dan mendiagnosis daerah tempat terakumulasinya tegangan. Praktisi
kemudian mencoba mengarahkan energi tersebut untuk membawa individu
kembali masuk ke dalam keseimbangan energi yang sama dengan praktisi.
Sentuhan terpeutik terdiri dari lima fase, yaitu : pemusatan, pengkajian,
penenangan, pengobatan, dan evaluasi.
Beberapa penelitian klasik terdahulu mendapatkan bahwa sentuhan
terapeutik meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) pada beberapa klien.
Penelitian lain menemukan bahwa sentuhan terapeutik mampu mengurangi
tingkat kecemasan pada klien yang dirawat yang dirawat di rumah sakit
dengan penyakit kardiovaskuler, menurunkan rasa nyeri sakit kepala, dan
memperbaiki suasana hati pada individu dewasa yang berduka cita.
Meskipun beberapa penelitian telah menunjukan hasil yang positif dari
sentuhan terapeutik, beberapa yang lainnya tidak. Alasan untuk kurangnya
respons ini adalah hilangnya kontak mata dan wajah selama sesi terapeutik
dan sesi yang terlalu singkat.
3. Terapi Kiropraktik
Terapi Kiropraktik merupakan suatu seni penyembuhan manual,
dikembangkan pada tahun 1895 di Lowa. Praktisi kiropraktik lulus dari
program persipan yang didirikan sederajat dengan sekolah kedokteran.
Terapi kiropraktik merupakan terapi holistik yang biasanya tidak
menggunakan obat-obatan atau operasi. Terapi kiropraktik mempromosikan
diet alami dan olahraga yang teratur sebagai komponen penting agar tubuh
dapat berfungsi dengan baik (Fontaine, 2005).
Tujuan dasar terapi kiropraktik berfokus pada perbaikan struktur dan
keseimbangan fungsional. Salah satu gangguan struktur mayor yang diobati
oleh praktisi kiropraktik adalah subluksasio vertebra, di mana gerakan sendi
menurun disebabkan oleh sedikit perubahan pada posisi persambungan
tulang dan gejala subjektif seperti rasa nyeri. Beberapa penyakit atau
kelainan sendi tidak harus diobati dengan manipulasi. Kontraindikasi terapi
kiropraktik adalah mielopati akut, patah tulang (fraktur), dislokasi, arthritis
rheumatoid, dan osteoporosis.

15
4. Pengobatan Tradisional China
Pengobatan tradisional china (Traditional Chinese Medicina) terdiri dari
beberapa modalitas, termasuk herbal, akupuntur, moxibustion, diet,
olahraga, dan meditasi. TCM sudah berusia ribuan tahun dan berakar dari
Taoisme. Ada beberapa konsep utama yang merupakan pengobatan China.
Konsep yang paling adalah Yin-Yang yang menggambarkajn fenomena
berlawanan yang saling melengkapi dan berada dalam keseimbangan yang
dinamis. Qi (di baca Chi) didefinisikan sebagai energi vital dari tubuh
manusia. Penyakit diklasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu :
penyebab eksternal, penyebab internal, dan bukan penyebab internal
maupun eksternal (Perry, Potter, 2009 ).
Elemen, yaitu terdiri atas : bumi, logam, air, kayu, dan api. Berbagai
fenomena kesehatan disususn menurutfase tersebut dan saling berhubungan
satu sama lain. Berikut jenis-jenis pengobatan tradisional China, yaitu
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan metode stimulasi titik tertentu (akupoin)
pada tubuh dengan memasukan jarum khusus untuk memodifikasi
persepsi rasa nyeri. Menormalkan fungsi fisiologis, serta mengobati atau
mencegah penyakit. Akupuntur mengatur atau meluruskan kembali
aliran qi. Menurut pengobatan tradisional China, jarum akupuntur
melepskan obstruksi energi dan membangun kembali aliran qi melalui
meridian, selanjutnya menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme
penyembuhan diri oleh tubuh. Penggunaan arus listrik lemah dan kuat
meningkatkan efek dari jarum tersebut (Fontaine, 2005).
Akupuntur merupakan modalitas pengobatan primer yang
digunakan oleh praktisi pengobatan China. Masalah terbanyak yang
dapat diobati dengan akupuntur meliputi nyeri punggung bagian bawah,
nyeri pada otot wajah, sakit kepala ringan dan migrain, linu panggul,
nyeri bahu, osteoarthritis, salah urat pada leher, dan keseleo
musculoskeletal (Rakel dan Faass, 2006).
Akupuntur merupakan terapi yang aman jika praktisi telah menjalani
pelatihan yang sesuai dan menggunakan jarum yang steril. Meskipun

16
telah ditemukan komplikasi, tetapi masih jarang terjadi jika praktisi
melakukan langkah-langkah yang benar untuk menjamin keamanan alat
dan klien komplikasi meliputi infeksi karena sterilisasi jarum yang tidak
adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam tempat untuk waktu yang
lama, jarum yang patah, kebocoran organ internal, perdarahan, pingsan,
kejang, keguguran, dan perasaan mengantuk pascapengobatan (Fontaine,
2005).
b. Terapi Herbal
Peneliti memperkirakan sekitar 25.000 jenis tumbuhan digunakan
secara medis di seluruh dunia. Ini merupakan bentuk pengobatan lama
yang diketahui untuk manusia, dan bukti arkeologi mengatakan bahw a
Belanda menggunakan obat herbal sejak 60.000 tahun yang lalu
(Fontaine, 2005).
The Federal Food, Drug, and Cosmetic Art mengharuskan semua
obat dibuktikan keamanan dan efektifitasnya sebelum dijual ke
masyarakat. Karena pengobatan herbal tidak menjalani penelitian dengan
teliti yang sama secara farmasi, mayoritas tidak menerima persetujuan
untuk menggunakannya sebagai obat dan tidak diatur oleh The Food and
Drug Admistration (FDA). Substansi herbal pengobatan China berasal
dari tanaman, hewan, atau mineral. Sedangkan pengobatan Barat
menggunakan herbal yang dipersiapkan secara primer dari materi
tanaman. Sejumlah herbal aman dan efektif untuk berbagai kondisi,
sebagai contoh : susu dari tanaman liar efektif untuk mengobati sejumlah
gangguan hati dan kendung kemih (Perry, Potter, 2009).
Meskipun pengobatan herbal memberikan efek yang berguna bagi
berbagai kondisi, sejumlah masalah timbul. Ketika pengobatan herbal
dikembangkan, konsentrasi bahan-bahan aktif beragam bentuknya.
Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain, termasuk pestisida dan
logam berat juga terjadi. Beberapa herbal juga mengandung produk yang
sangat toksik dan dapat menyebabkan kanker (Fontaine, 2005).

17
2.5. Peran Keperawatan dalam Terapi Alternatif dan Latihan
Ketertarikan pada terapi medis alternatif dan komplementer meningkat
secara signifikan pada 20 tahun terakhir. Pendekatan kedokteran terintegrasi
konsisten dengan pendekatan holistik yang dipelajari perawat untuk
dipraktikkan. Perawat memiliki potensi untuk menjadi partisipan utama dalam
jenis filosofi pelayanan kesehatan ini. Banyak perawat sudah mempraktikkan
manfaat sentuhan. Pahami terapi medis alternatif atau komplementer untuk
membuat rekomendasi yang tepat kepada penyelenggaraan pelayanan primer
alopatik tentang terapi mana yang bermanfaat bagi klien. Selain itu, berikan
nasihat kepada klien tentang kapan waktu yang tepat untuk mencari terapi
konvensional atau terapi medis alternatif dan komplementer.
Perawat bekerja sangat dekat dengan klien mereka dan berada dalam posisi
mengenali titik pandang budaya spiritual klien. Perawat biasanya dapat
menentukan terapi medis alternatif atau komplementer mana yang lebih sesuai
dengan kepercayaan dan menawarkan rekomendasi yang sesuai (Potter, Perry,
2009).

2.6. Pengertian Spiritual


Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion.
Dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi
spiritual, pada dasarnya spitual mempunyai beberapa arti. Diluar dari konsep
agama, kita berbicara masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit
tingkah laku. Kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai factor
kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan
psikologi,Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda
bahasa latin ‘Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare” yang
berarti bernafas.
Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang
diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan,
nafas hidup, nyawa hidup.” Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit
diartikan secara lebih luas lagi. Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan
Kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada cosmos, kesadaran

18
yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, makhluk
immaterial, wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas,
kesucian atau keilahian).
Dilihat dari bentuknya, spirit menurut Hegel, paling tidak ada tiga tipe :
subyektif, obyektif dan obsolut. Spirit subyektif berkaitan dengan kesadaran,
pikiran, memori, dan kehendak individu sebagai akibat pengabstraksian diri
dalam relasi sosialnya. Spirit obyektif berkaitan dengan konsep fundamental
kebenaran (right, recht), baik dalam pengertian legal maupun moral. Sementara
spirit obsolut yang dipandang Hegel sebagai tingkat tertinggi spirit-adalah
sebagai bagian dari nilai seni, agama, dan filsafat.
Secara psikologik, spirit diartikan sebagai “soul” (ruh), suatu makhluk yang
bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga berarti makhluk adikodrati
yang nir-bendawi. Karena itu dari perspektif psikologik, spiritualitas juga
dikaitkan dengan berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat
adikodrati, nir-bendawi, dan cenderung “timeless & spaceless”. Termasuk jenis
spiritualitas adalah Tuhan, jin, setan, hantu, roh-halus, nilai-moral, nilai-estetik
dan sebagainya. Spiritualitas agama (religious spirituality, religious
spiritualness) berkenaan dengan kualitas mental (kesadaran), perasaan,
moralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang bersumber dari ajaran agama.
Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, bukan bersifat humanistik lantaran berasal
dari Tuhan.
Spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan
spirit ,sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan
dengna tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan Sesuatu yang
bersifat duniawi, dan sementara, Didalamnya mungkin terdapat kepercayaan
terhadap kekuatan supernatural seperti dalam agama, tetapi memiliki
penekanan terhadap pengalaman pribadi. Spiritual dapat merupakan eksperesi
dari kehidupan yang dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih
terintegrasi dalam pandangan hidup seseorang,dan lebih dari pada hal yang
bersifat indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah memiliki arah
tujuan, yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan
berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan

19
ketuhanan dan alam semesta dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang
berasal dari alat indra , perasaan, dan pikiran. Pihak lain mengatakan bahwa
aspek spiritual memiliki dua proses, pertama proses keatas yang merupakan
tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan
Tuhan , kedua proses kebawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik
seseorang akibat perubahan internal. Konotasi lain perubahan akan timbul pada
diri seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri, dimana nilai-nilai
ketuhanan didalam akan termanifestasi keluar melalui pengalaman dan
kemajuan diri.

2.7. Konsep Kesehatan Spiritual


Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling
kedekatan antara diri dengan orang lain, alam dan dengan kehidupan tertinggi”
(Hungemannet al, 1985). Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang
menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan system keyakinan mereka
dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan orang lain. Pada
saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan, sesorang mungkin
akan berbalik kecara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan
situasi. Seringkali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar
orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut.
Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi
lebih menyadari tentang makna, tujuan dan nilai hidup.
Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami
pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng.
Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri mereka sendiri secara
bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritual.
Menetapkan hubungan dengan yang Maha Agung, kehidupan atau nilai
adalah salah satu cara mengembangkan spiritualitas. Anak-anak sering mulai
dengan konsep tentang ketuhanan atau nilai seperti yang disuguhkan kepada
mereka oleh lingkungan rumah mereka atau komunitas religius mereka.
Remaja sering mempertimbangkan kembali konsep masa kanak-kanak mereka

20
tentang kekuatan spiritual, dan dalam pencarian identitas, mungkin
mempertanyakan tentang praktik atau nilai atau menemukan kekuatan spiritual
sebagai motivasi untuk mencari makna hidup yang lebih jelas.
Sejalan dengan makin dewasanya seseorang, mereka sering instrospeksi diri
untuk memperkaya nilai dan konsep ketuhanan yang telah lama dianut dan
bermakna. Kesehatan spiritualitas yang sehat pada lansia adalah sesuatu yang
memberikan kedamaian dan penerimaan tentang diri dan hal tersebut sering
didasarkan pada hubungan yang langgeng dengan yang Maha Agung. Penyakit
mengancam kesehatan spiritual.

2.8. Masalah Spiritual


Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan
spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual.selama penyakit atau
kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk
merawat diri mereka sendiri dan lebih bergantung pada orang lain untuk
perawatan dan dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan
seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain.
Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan
pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari
makna hidup.
1. Penyakit Akut
Penyakit yang mendadak, tidak diperkirakan, yang menghadapkan
baik ancaman langsung atau jangka panjang terhadap kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan klien dapat menimbulkan distress spiritual bermakna.
Penyakit atau cedera dapat dipandang sebagai hukuman, sehingga klien
menyalahkan diri mereka sendiri karena mempunyai kebiasaan kesehatan
yang buruk, gagal untuk mematuhi tindakan kewaspadaan keselamatan atau
menghindari pemeriksaan kesehatan secara rutin. Konflik dapat
berkembang sekitar keyakinan individu dan makna hidup. Individu
mungkin mempunyai kesulitan memandang masa depan dan dapat terpuruk

21
tidak berdaya oleh kedukaan. Kemarahan bukan hal yang tidak wajar, dan
klien mungkin mengekspresikannya terhadap Tuhan, keluarga, dan/atau diri
mereka sendiri. Kekuatan spiritualitas klien mempengaruhi bagaimana
mereka menghadapi penyakit mendadak dan bagaimana mereka dengan
cepat beralih kearah penyembuhan.
2. Penyakit Kronis
Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang
melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup
normal mereka. Kemandirian dapat sangat terancam, yang mengakibatkan
ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh. Ketergantungan pada
orang lain untuk mendapat perawatan rutin dapat menimbulkan perasaan
tidak berdaya dan persepsi tentang penurunan kekuatan batiniah. Seseorang
mungkin merasa kehilangan tujuan dalam hidup yang mempengaruhi
kekuatan dari dalam yang diperlukan untuk mengahdapi perubahan fungsi
yang dialami. Kekuatan tentang spiritualitas seseorang dapat mejadi factor
penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh
penyakit kronis. Keberhasilan dalam mengatasi perubahan yang diakibatkan
oleh penyakit kronis dapat menguatkan seseorang secara spiritual.
Reevaluasi tentang hidup mungkin terjadi. Mereka yang kuat secara
spiritual akan membentuk kembali identitas diri dan hidup dalam potensi
mereka.
3. Penyakit Terminal
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri
fisik, ketidaktahuan, kematian, dan ancaman terhadap integritas (Turner et
al, 1995). Klien mungkin mempunyai ketidak pastian tentang makna
kematian dan dengan demikian mereka menjadi sangat rentan terhadap
distress spiritual. Tedapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang
ketenangan yang memampukan mereka untuk menghadapi kematian tanpa
rasa takut. Individu yang mengalami penyakit terminal sering menemukan
diri meraka menelaah kembali kehidupan mereka dan mempertanyakan
maknanya. Pertanyaan-petanyaan umum yang diajukan dapat mencakup, “
mengapa hal ini terjadi pada saya’’ atau “apa yang telah saya lakukan

22
sehingga hal ini terjadi pada saya” keluarga dan teman-teman dapat
terpengaruhi sama halnya yang klien alami.
4. Individuasi
Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering mengajukan
pertanyaan untuk menemukan dan memahami diri (mereka) sebagai hal
yang berbeda tetapi juga dalam hubungan dengan orang lain. Psikolog Carl
Jung (Storr, 1983) menggambarkan proses ini sebagai individuasi
seseorang. Juga digambarkan sebagai krisis pertengahan hidup, individuasi
umumnya pada individu usia baya. Individuasi mungkin didahului oleh rasa
kekosongan dalam hidup atau kurang mampu untuk memotivasi diri.
Individuasi adalah pengalaman manusia yang umum yang ditandai oleh
kebingungan, konflik, keputusasaan, dan perasaan hampa. Spiritualitas
seseorang harus dipertahanka, karena individuasi tampaknya mendorong
seseorang untuk mempertahankan aspek positif, life-asserting dari
kepribadian. Kejadian seperti stress, keberhasilan atau kekurang berhasilan
dalam pekerjaan, konflik perkawinan, atau penurunan kesehatan dapat
menyebabkan seseorang mencari pemahaman diri yang lebih besar.
5. Pengalaman Mendekati Kematian
Perawat mungkin menghadapi klien yang telah mempunyai
pengalaman mendekati kematian (NDE/near death experience). NDE telah
diidentifkasikan sebagai fenomena psikologis tentang idividu yang baik
telah sangat dekat dengan kematian secara klinis atau yag telah pulih setelah
dinyatakan mati. NDE tidak berkaitan dengan kelaianan mental (Basford,
1990). Orang yang mengalami NDE setelah henti jantung-paru, misalnya
sering mengatakan cerita yang sama tentang perasaan diri mereka terbang
di atas tubuh mereka dan melihat para pemberi perawatan kesehatan
melakukan tindakan penyelamatan hidup. Sebagian besar individu
menggambarkan bahwa mereka melewati terowongan kearah cahaya yang
terang, dan merasakan suatu ketenangan yang dalam dan damai. Tidak
bergerak kearah cahaya tersebut, sering mereka mengetahui bahwa belum
waktunya untuk mati bagi mereka dan mereka kembali hidup. Klien yang
telah mengalami NDE sering enggan untuk mendiskusikan hal ini, mereka

23
berpikir bahwa keluarga atau pemberi perawatan kesehatan tidak dapat
memahami. Isolasi dan depresi dapat terjadi sebagai akibat tidak
menceritakanpengalamannya atau menerima penghakiman dari orang lain
ketika mereka menceritakannya. Namun demikian, imdividu yang
mengalami NDE, dan mereka yang dapat mendiskusikannya dengan
keluarga atau pemberi perawatan kesehatan, menemukan keterbukaan pada
kekuatan pemgalaman mereka seperti yang dilaporkan. Mereka secara
konsisten melaporkaaftereffect yang positif, termasuk sikap positif,
perubahan nilai, dan perkembangan spiritual (Turner, 1995). Bila klien
dapat hidup setelah henti jantung-paru, penting artinya bagi perawat untuk
tetap terbuka dan memberi kesempatan kepada klien untuk menggali apa
yang sudah terjadi.

24
BAB III

PEMBAHASAN
3.1.Pengertian Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
SEFT adalah sebuah metode yang menggunakan dasar sistem energi tubuh
dalam menghilangkan masalah-masalah fisik maupun emosi secara cepat
(Zainuddin, 2007). Sedangkan menurut Mulyo (2007) dalam Sutjahjo (2003)
SEFT merupakan sebuah metode untuk mengatasi masalah yang
dikembangkan sesuai dengan sifat manusia, yaitu dirancang untuk memenuhi
sisi spiritual yang melekat pada setiap orang. SEFT sendiri merupakan
kombinasi dari dua kekuatan Energy Psychology dengan Spritual Power
dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh.
SEFT ini berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang
kali dengan ritme teratur serta sikap pasrah kepada Tuhan sesuai keyakinan
pasien (Zainuddin, 2007).

3.2.Prinsip Kerja SEFT


Rangkaian yang dilakukan saat terapi EFT/SEFTadalah :
a. the set – up yaitu menetralisir energi negatif yang ada di Tubuh,
b. the tune in yaitu mengarahkan pikiran pada tempat rasa sakit, dan
c. the tapping yaitu mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu ditubuh manusia.
EFT/SEFT menggabungkan antara sistem kerja energy psychology dengan
kekuatan spiritual sehingga menyebutnya dengan amplifying effect (efek
pelipat gandaan). Pada tahap pelaksanaan dibutuhkan tiga hal yang harus
dilakukan Terapis dan pasien dengan serius yaitu:
- yakin
- khusyu’
- ikhlas
- pasrah
- syukur
Kelima hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan pada pelaksanaan terapi
EFT/SEFT (Hamka,2009).

25
3.3.Cara Melakukan SEFT
Cara melakukan SEFT untuk mengatasi masalah nyeri kronis pada pasien
kanker dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: The Set-Up, The Tune-in dan The
Tapping (Zainuddin, 2007). Ketiga tahapan ini merupakan tahap-tahap yang
cukup sederhana dan diakhir tahap ini ada tapping yang dilakukan di 18 titik
tertentu pada tubuh.
1) The Set-Up
The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh
kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir
Psychological Reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa
pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Contoh
Psychological Reversal ini diantaranya:
a) Saya tidak termotivasi untuk hidup lama
b) Saya menyerah, saya tidak mampu menahannya
c) Saya cemas dengan kondisi saya saat ini
d) Saya stres, dengan nyeri yang terasa terus menerus
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi,
maka obatnya adalah berdo’a dengan khusyu’, ikhlas, dan pasrah: “Ya
Tuhan... meskipun saya... (perihal yang dikeluhkan), saya ikhlas menerima
sakit/ masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya”.
Kata-kata di atas disebut The Set-Up Words, yaitu beberapa kata
yang perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir
Psychological Reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa
religius, the set-up words adalah do’a kepasrahan kepada Tuhan.
The Set-Up sebenarnya terdiri dari dari 2 aktivitas, yang pertama
adalah mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’,
ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah, sambil
mengucapakan kalimat set-up dengan penuh perasaan, dilakukan penekanan
pada dada tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik nyeri = daerah di sekitar
dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua
ujung jari di bagian “Karate Chop”.

26
Setelah dilakukan penekanan pada titik nyeri atau mengetuk karate
chop sambil mengucapkan kalimat set-up seperti di atas, maka dilanjutkan
pada langkah kedua, the tune-in.

2) The Tune-In
Tune-in dilakukan dengan cara merasakan rasa sakit yang di alami,
lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan
mulut mengatakan, “Ya Allah saya ikhlas, sayapasrah ...” atau Ya Allah
saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan
saya”.
Contoh tune-in pada pasien yang nyeri selama menderita kanker
:Seorang pasien yang mengalami snyeri dengan kanker yang dideritanya
diminta untuk memikirkan nyeri yang dirasakan. Ketika terjadi reaksi
negatif (khawatir, cemas atau takut) hati dan mulut mengatakan, “Ya
Allah..saya ikhlas.. saya pasrah”
Bersamaan dengan tune-in dilakukan pula langkah ketiga yaitu the
tapping. Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) emosi negatif
atau rasa sakit fisik dapat dinetralisir.

3) The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-
titik tertentu di tubuh sebanyak kurang lebih 7 kali ketukan, sambil terus
melakukan tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major
Energy Meridians”, yang jika diketukan beberapa kali akan berdampak pada
ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan. Karena
aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Titik-
titik untuk melakukan tapping adalah sebagai berikut:
a) Daerah kepala:
 Crown Point (CR): pada titik dibagianatas kepala
 Eye Brown (EB): pada titik permulaan alismata
 Side of Eye (EB): di atas tulang disamping mata (lateral canthus)
 Under the Eye (UE): 2 cm dibawah kelopak mata

27
 Under the Nose (UN): tepat di bawah hidung
 Chin Point (CH): di anatara dagu dan bagian bawah bibir
b) Daerah dada:
 Collar Bone (CB): di ujung tempatbertemunya tulang dada, collarbone
dan tulang rusuk pertama
 Under the Arm (UA): dibawahketiak sejajar denganputing/nipple
 Bellow Nipple (BN): 2,5 cm dibawah puting/nipple
c) Daerah tangan:
 Inside of Hand (IH): di bagiandalam tangan yang berbatasandengan
telapak tangan
 Outside of Hand (OH): di bagian luar tangan yang berbatasandengan
telapak tangan
 Thum Point (Th): Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
 Index Finger (IF): Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku
(bagianyang menghadap ibu jari)
 Middle Finger (MF): jari tengahsamping luar bagian bawah kuku(bagian
yang menghadap ibu jari)
 Ringer Finger (RF): Jari manis disamping luar bagian bawah kuku
(bagian yang menghadap ibu jari)
 Baby Finger (BF): di jari kelingking disamping luar bagian bawah kuku
(bagian yang menghadap ibu jari)
 Karate Chop (KC): disamping telapak tangan, bagian yang digunakan
untuk mematahkan balok
 Gamut Spot (GS): di antar ruas tulang jari kelingking dan jari manis
Keterangan: Khusus pada titik Gamut Spot ini, sambil men-tapping
titik tersebut dilakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk
merangsang otak. Sembilan gerakan itu adalah:
1. Menutup mata
2. Membuka mata
3. Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah
4. Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah
5. Memutar bola mata searah jarum jam

28
6. Memutar bola mata berlawanan jarum jam
7. Bergumam dengan berirama selama 3 detik
8. Menghitung 1, 2, 3, 4, 5
9. Bergumam lagi selama 3 detik
Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terkahir adalah
meng-ulangi lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate
chop). Kemudian diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan
menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur (Alhamdulillah).

3.4.Analisa Jurnal
Teknik SEFT ini dikembangkan dari EFT yang bersumber dari energi terapi.
Pengembangan teknik ini meliputi gabungan teknik relaksasi yangmemiliki
unsur meditasi dengan melibatkan faktor kepasrahan dan keyakinan. SEFT
merangsang titik-titik kunci pada sepanjang jalur energi (energi meridian)
tubuh, selain menggunakan unsur spiritual juga lebih aman, lebih cepat dan
lebih sederhana denganmenggunakan ketukan ringan (tapping). Pada tahap
Tune In dalam SEFT yaitu dengan melakukan pengulangan secara verbal
kepasrahannya secara spiritual dapat menghambat impuls noxius pada sistem
kontrol desending (gate control theory) (Craven, 2007).
Penggunaan titik-titik jalur energi meridian pada nyeri kanker dapat
dijelaskan secara Neuro-Fisiologi dari sistem meridian akupunktur analgesia.
Sesuai dengan teori gate control, perangsangan titik pada jalur meridian
merupakan rangsangan yang akan diteruskan melalui serabut saraf A-Beta
yang memiliki diameter besar (penghantar impuls lebih cepat) menuju saraf
spinal atau kranial menuju ke kornu posterior medulla spinalis. Dalam medulla
spinalis, Substantia Gelatinosa akan bekerja sebagai “Gate Control”, yang akan
menyesuaikan rangsangan serta mengaturnya sebelum diteruskan oleh serabut
saraf aferen ke sel-sel transmisi. Agar dapat mempengaruhi serta menutup
“Gate Control”, rangsangan yang diteruskan oleh serabut saraf cepat A-Beta
tersebut harus mempunyai frekuensi tinggi dan intensitas yang rendah.
Rangsangan nyeri yang dihantarkan oleh serabut saraf tersebut dapat tertahan
dan tidak diteruskan ke sel-sel transmisi, sehingga tidak diteruskan ke pusat

29
nyeri (Perry and Potter, 2006). Dengan melakukan tapping pada salah satu titik
sistem meridian sehingga peranan endorfin (endogenous opiod subtance) yang
merupakan substansi atau neurotransmitter menyerupai morfin yang akan
dihasilkan tubuh secara alamidapat dikeluarkan oleh periaqueductal grey
matter. Keberadaan endorphin pada sinaps sel-sel saraf mengakibatkan
penurunan sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
Pengaruh NSAID adalah untuk menghambat enzim siklooksigenase dan
akibatnya akan menghambat sintesa prostaglandin. NSAID membuat
siklooksigenase tidak aktif, dimana tugas siklooksigenase ini adalah
mengkatalisa pembentukan siklik endoperoksida dari asam arakhidonat
(Zainuddin, 2007).

30
No Penulis & Judul Penerbit Tujuan Design Penelitian Partisipan Metode Hasil
Penelitian
1. Mulia Hakam, Krisna Makara, Tujuan Penelitian ini 20 Penelitian ini Hasil penelitian
Yetti, Rr. Tutik Sri Kesehatan, penelitian ini menggunakan Responden menggunakan Metode menunjukkan bahwa
Hariyati Vol. 13, adalah untuk desain quasi yang dibagi quasi-eksperimental kombinasi intervensi
Pascasarjana, Fakultas No. 2, mengetahui experiment menjadi 2 dengan pre test and SEFT dan terapi
Ilmu Keperawatan, Desember pengaruh Dengan pre-post kelompok post test design analgesik lebih efektif
Universitas Indonesia 2009: 95- intervensi test dengan (intervensi & dengan untuk menurunkan nyeri
- Intervensi Spiritual 99 seft dalam kelompok kontrol. kontrol) kelompok kontrol pada pasien kanker
Emotional Freedom Mengurangi digunakan pada 20 dibandingkan
Technique (Seft) nyeri pada sampel (2 kelompok) hanya terapi analgesik
Untuk Mengurangi pasien kanker yang dipilih dengan saja. Hasil penelitian ini
Rasa Nyeri Pasien cara consecutive dapat digunakan untuk
Kanker sampling. Kelompok mengurangi nyeri pada
intervensi diberikan pasien kanker serta
kombinasi intervensi mendorong kemandirian
SEFT dan terapi dalam peran autonomi
analgesik, sedangkan perawat dan mengurangi

31
kelompok kontrol kebergantungan pasien
hanya diberikan pada terapi analgetik.
terapi analgesik.
Intervensi SEFT
dilakukan setelah
pemberian analgesik
dengan durasi 5-10
menit setiap hari
selama
lima hari. Pengukuran
nyeri dilakukan
menggunakan
Numeric Rating Scale.
2. Karolin Adhisty, Dewi Seminar Tujuan Penelitian ini 3 partisipan Penelitian ini Hasil penelitian
Septa Rica, Zaleha, Nasional penelitian ini menggunakan yang menggunakan metode didapatkan bahwa
Dwi Marista, Winni Keperawat adalah untuk metode penelitian mengidap penelitian study kasus penerapan teori dari
Ardhia P, an mengetahui study kasus dengan kanker dengan pendekatan terapi SEFT ini dapat
Indah Agustin, Selvie “Penguata tingkat stress pendekatan studi ovarium studi kuantitatif untuk memberikan manfaat
Dwi Y. Progrm Studi n Keluarga dan adaptasi kuantitatif. melihat penerapan yang cukup signifikan

32
Ilmu Keperawatan, Sebagai pada pasien teoritis pada intervensi pada pasien kanker. Hal
Fakultas Kedokteran, Support kanker yang dapat dilakukan. ini terlihat dengan
Universitas Sriwijaya, System ovarium juga Pengukuran mengenai pengujian secara statistic
Palembang - Terhadap tindakan tingkat stress yang memperlihatkan
Terapi Komplementer: Tumbuh SEFT yang menggunakan nilai p-value sebesar
Terapi Seft Pada Kembang dilakukan kuesioner perceived 0.000.
Stress Dan Adaptasi Anak mencoba stress scale (PSS) Proses ini yang
Pasien Kanker Dengan untuk dengan 10 pertanyaan. menjadikan pasien lebih
Ovarium Kasus menggabung Sampel pada rikeks dan tenang. Hal ini
Paliatif” kan energy penelitian ini terlihat pada penurunan
Tahun spiritual dan berjumlah 3 orang kategori stress pasien
2019 metode dengan cara yang berada dalam
tapping pengambilan sampel tingkat ringan dan stress.
sehingga consecutive sampling Terapi SEFT ini dapat
meningkatka di RSUP Dr. diterapkan sebagai salah
n proses Muhammad Hoesin satu terapi komplementer
katasis pada Palembang. Analisa untuk menurunkan
pasien. data menggunakan uji tingkat stress pada pasien
Proses ini Wilcoxon. kanker ovarium.

33
yang
menjadikan
pasien lebih
rikeks dan
tenang.

34
3.5.Efektivitas SEFT sebagai terapi Non Farmakologis yang Holistik
Terhadap Penurunan Nyeri
Banyak intervensi keperawatan nonfarmakologis yang dapat membantu
dalam menghilangkan nyeri. Seperti yang diketahui bahwa terapi
nonfarmakologis tidak memiliki efek samping yang berbahaya bagi fisik
sehingga baik digunakan untuk membantu menurunkan respon negatif tubuh
klien. Salah satunya kombinasi terapi nonfarmakologis dan obat analgetik yang
merupakan cara paling efektif untuk menghilangkan nyeri. Saat ini juga banyak
tuntutan pasien untuk diperlakukan sebagai manusia utuh, dan keperawatan
memberikan solusinya yaitu menawarkan model keperawatan holistic (Craven,
2007).
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan teknik
nonfarmakologis yang holistik dalam penanganan nyeri. Terapi ini merupakan
perpanjangan dari terapi akupuntur karena memiliki teknik penekanan yang
sama pada pelaksanaanya. Saat ini akupuntur memiliki turunan yang dikenal
dengan Energy Pshycology yang memiliki persamaan dalam sistem
energymeridian yang berjumlah 12 jalur energy. Salah satu terapi energy
pshycology ini adalah SEFT (Hamka 2009).
Perbedaannya, SEFT lebih memiliki segi sasaran yang lengkap atau holistik
yaitu psikososiospiritual yang dieksplorasi oleh klien secara mandiri. Selain
dapat memanajemen nyeri, SEFT juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
kondisi psikologis atau emosional klien, dalam hal ini lebih ke tingkat stress
terhadap nyeri yang dialami. Pada pasien kanker yang memiliki tingkat nyeri
cukup tinggi pada fase awal penyakit sampai pertengahan dan diikuti dengan
prognosis penyakit yang dapat secara tiba-tiba menurun akan menekan efek
emosional atau psikologis klien dalam menghadapi kondisi tersebut. Efek
psikologis yang ditimbulkan ini akan meningkatkan persepsi klien terhadap
nyeri, sehingga ambang respon nyeri yang tinggi dapat membuat klien sulit
untuk merasakan nyeri yang berkurang setelah diberikan terapi (Zainuddin,
2007).
Metode SEFT ini cukup efektif jika diterapkan pada pasien yang mengalami
nyeri disertai dengan tingkat emosional yang terganggu. Metode SEFT ini lebih

35
mengajarkan pada klien untuk menekankan keyakinan positif dalam dirinya
untuk dapat mengontrol nyeri. Metode ini tidak lepas dari segi spiritual pasien.
Dengan semakin tingginya tingkat keyakinan pasien maka semakin tinggi pula
kesempatan untuk berkurangnya tingkat nyeri klien dan akan bertahan lama
jika pasien mempertahankan untuk melakukan tindakan ini (Zainuddin, 2007).
Metode SEFT dapat dijadikan penguatan terhadap klien yang mengalami nyeri
karena penyakit kronis yang akan dirasakan lebih lama bahkan setelah pulang
dari rumah sakit. Oleh karena itu SEFT dapatdirekomendasikan sebagai terapi
kombinasi dalam discharge planning pasien. Sehingga pasien dan keluarga
dapat melanjutkan terapi ini secara mandiri di rumah (Zainuddin, 2007).
Pasien dengan penyakit kronis yang mengalami nyeri memerlukan
perawatan khusus yang meliputi psikososiospiritualnya. Namun untuk di
tingkat rumah sakit biasanya penatalaksanaan nyeri kronis ini masih belum
maksimal dan lebih terpusat pada penatalaksanaan secara lokal yang
sebenarnya efek hilangnya rasa nyeri hanya bersifat sementara atau reversibel.
Untuk itu perlu dipertimbangkan juga efek positif dari metode SEFT terhadap
penurunan nyeri dan perbaikan kondisi psikologis klien dengan penyakit kronis
seperti kanker dalam penyusunan discharge planning (Zainuddin, 2007)

36
BAB IV

PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Kanker adalah adalah penyakit kronik yang memiliki gejala atau manifestasi
nyeri pada area kanker dan organ visceral. Nyeri yang sering kali hebat dan
sulit ditangani akibat terkenanya saraf. Nyeri pada pasien atau penyakit kronis
akan bertahan lama dan dapat menimbulkan respon psikologis yang negatif
sehingga perlu dilakukan tindakan yang dapat memanajemen nyeri serta
psikososiospiritual.

Untuk mengurangi nyeri pada pasien perlu dilakukan penatalaksanaan


multidimensional baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis.
Kombinasi penatalaksanaan ini sangat direkomendasikan karena sifatnya lebih
holistik. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah salah satu
nonfarmakologis yang layak untuk dikombinasikan dengan terapi
farmakologis. Hal ini dikarenakan target terapi SEFT sesuai dengan kebutuhan
dasar manusia yaitu psikososiospiritual. SEFT yang berasal dari kekuatan
dalam tubuh pasien sendiri dan tidak menimbulkan efek samping berbahaya
karena merupakan tindakan nonfarmakologis dan dapat menekan respon
psikologis negatif klien dalam beberapa waktu yang cukup lama.

Terapi EFT/SEFT sangat efektif dalam membantu menyeimbangkan sistem


energi tubuh yang tidak seimbang akibat perilaku agresi atau marah tersebut
karena EFT/SEFT menggabungkan sistem kerja energi psikologi dengan
kekuatan spiritual sehingga menyebutnya dengan amplifying effect (efek
pelipat gandaan) yang terdiri dari tiga rangkaian yaitu:
a. The set- up ( menetralisir energi negatif yang ada ditubuh)
b. The tune - in ( mengarahkan pikiran pada tempat rasa sakit)
c. The tapping ( mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik – titik
tertentu pada tubuh manusia) dan harus dilakukan dengan khusyu’.

37
4.2.Saran
Metode SEFT diharapkan dapat diajdikan salah satu intervensi perawatan
dalam menangani manajemen nyeri. Dengan rekomendasi tersebut maka
keluarga dan pasien juga mendapatkan informasi tentang teknik ini utnuk
kelanjutan pada keluhan nyeri yang berlangsung lama, khususnya pada pasien
kanker. Teknik ini dapat juga dimasukkan sebagai intervensi dalam menangani
nyeri pada pasien rawat jalan.

38
DAFTAR PUSTAKA
Benson H. 1975. The Relaxtion Respone. New York : Avon.
Fontaine K. 2005. Healing Practices : Alternative therapies For nursing. Edisi 2.
Prentice Hall.
Perry, Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika.
Rakel DP, Faass N. 2006. Complementary medicinen in clinical practice, Sudbury,
Mass, 2006, Jones & Battlett.
https://karyatulisilmiah.com/spiritual-emotional-freedom-technigue-seft/
roinalrois.blogspot.com/2014/06/terapi-eftseft-makalah.html

You might also like