You are on page 1of 60
CSE: 01/ UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA KEPALA PENGAWAS PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN (CHIEF SUPERVISION ENGINEER) DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PELATIHAN JASA KONSTRUKSI (PUSLATJAKONS) PROYEK PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KONSTRUKSI etabhan Jab Keria 2k Jalan dan Jembatan uk £7 KERJA KATA PENGANTAR Modul ini berisi bahasan mengenai UUJK berkaitan dengan lingkup UUJK, usaha jasa_konstruksi, peran masyarakat, pengikatan pekerjaan _konstruksi, penyelenggaraan jasa konstruksi, kelembagaan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, penyelesaian sengketa dan sanksi terhadap pelanggaran serta bahasan mengenai etika profesi termasuk kode etik yang ada pada asosiasi- asosiasi yang terlibat secara langsung terhadap penyelenggaraan jasa konstruksi Pelathan Jab Keria Kepa'a Pengawas Pek Jalan dan Jombs LUUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA DAFTAR IS! Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii LEMBAR TUJUAN iii BABI: LINGKUP UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI 1.4, UMUM 1 1.2, PENGERTIAN 1 1.3. RUANG LINGKUP PENGATURAN 2 1.4. ASAS-ASAS PENGATURAN JASA KONSTRUKSI 2 1.5, TUJUAN 4 1.6. HUBUNGAN KOMPLEMENTARIS ANTARA UNDANG- BABII: BAB III: BABIV: UNDANG JASA KONSTRUKS! DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL 2.1, KONDISI JASA KONSTRUKSI NASIONAL, 2.2. IKLIM USAHA YANG KONDUSIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN USAHA JASA, KONSTRUKS! CAKUPAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 2.3. BENTUK USAHA JASA KONSTRUKSI 2.4, PERSYARATAN USAHA JASA KONSTRUKSI 2.4.1, BADAN USAHA 2.4.2. ORANG PERSEORANGAN 2.4.3, TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL. PERAN MASYARAKAT 3.1, HAK MASYARKAT UMUM 3.2, KEWAJIBAN MASYARAKAT UMUM 3.3, MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI 3.4, FORUM JASA KONSTRUKS! 3.5, LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKS! PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 4.1, PARA PIHAK 4.2, KETENTUAN PENGIKATAN 4.3, KEWAJIBAN DAN HAK PARA PIHAK 4.4, KONTRAK KERJA KONSTRUKSI NoOaaan oose Pelaihnan Jab Keria Kepala Penaawas Pek Jalan dan Jembatan LUULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA BABV BAB VI: BAB VII: BAB VIII: LAMPIRAN : 1 2. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 5.1. KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 4 5.2. KETENTUAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKS! 2 5.3. KEWJIBAN PARA PIHAK DALAM PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 2 5.4. SUBPENYEDIA JASA 3 5.5. KEGAGALAN PEKERJAAN KONSTRUKSI! 4 5.6. KEGAGALAN BANGUNAN 5.6.1. JANGKA WAKTU PERTANGGUNGJAWABAN 5 5.6.2. PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN 6 5.6.3. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA 7 5.6.4. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGGUNA JASA 7 5.6.5. GANT! RUG! DALAM HAL KEGAGALAN BANGUNAN 7 5.7. GUGATAN MASYARAKAT 8 5.8. LARANGAN PERSEKONGKOLAN 9 PENYELESAIAN SENGKETA 6.1. UMUM 1 6.2. PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR PENGADILAN 3 SANKSI 1 ETIKA PROFES! 8.1 UMUM 1 82. KODE ETIK ASOSIASI 8.2.1. KODE ETIK GABUNGAN PELAKSANA 2 8.2.2. KONSTRUKS! NASIONAL INDONESIA (GAPENSI) 3 8.2.3. KODE ETIK ASOSIASI KONTRAKTOR INDONESIA (AKI) 3 8.2.4. KODE ETIK PERSATUAAN INSINYUR INDONESIA (Pll) 4 8.2.5. KODE ETIK HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA (HP4JI) 4 UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKS! PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI iii Pelatinan Jab Kena Keoala Pengawas Pe 3. lan dan sembatan \UUK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKS! 4, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI 1 DAN ET LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Manajer Pelaksana Jalan dan Jembatan TUJUAN PELATIHAN —; Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan memahami _ ketentuan-ketentuai yang diamanatkan oleh undang-undang jasa konstruksi serta etika profesi di bidang jasa konstruksi serta mampu menerapkannya dalam pelaksanaan tugasnya dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. NOMOR DAN JUDUL MODUL : Undang-undang Jasa Konstruksi dan Etika Profesi TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memahami ketentuan mengenal jase konstruksi sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan sert etika profesi sebagai tenaga profesional serta mampu menerapkannya dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu Memahami lingkup Undang-undang Jasa Konstruksi Memahami menegnai usaha jasa konstruksi memahami mengenai peran masyarakat dalam penyelenggaraan jasq konstruksi Memahami mengenai pengikatan kontrak pekerjaan konstruksi Memahami dan menerapkan penyelenggaraan jasa konstruksi Memahami mengenai penyelesaian sengketa dan sanksi jasa konstruksi Memahami dan menerapkan etika profesi dalam pelaksanaan pekerjaai konstruksi jalan dan jembatan NOOR Jabatan Kerja : | DAFTAR MODUL Kepala Pengawas Pekerjaan Jalan dan Jembatan Kode Judul Modul _| CSE~ 1 [UUSK, Etika Profesi dan Etos Kerja CSE-2~ | K3, Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Pengaturan Lalu Lintas dan Keamanan CSE-=3_| Spesifikasi Jalan CSE-4 Spesifikasi Jembatan | CSE=5 | Perhitungan Biaya Konstruksi Jalan CSE-6 | Ferhitungan Biaya Konstruksi Jembatan | CSE-7 | Value Engineering dan Desain Ulang _| CSE=8 | Dokumen Kontrak Proyek _— | CSE-9 |Rekayasalapangan - | CSE -10 | Memeriksa Kesiapan Kontraktor CSE-11 | ‘Supervisi Penerapan Methode Kerja Pelaksanaan | Jalan | CSE-12 | Supervisi Penerapan Methode Kerja Pelaksanaan Jembatan Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya _ [ cs | Pengukuran Hasil Pekerjaan Untuk Pembayaran __| CSE=15 | Administrasi Proyek = | J DAFTAR MODUL Jabatan Kerja: | _Kepala Pengawas Pekerjaan Jalan dan Jembatan Nomor Kode Judul Modu Modul 1 CSE-1 | UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja 2 CSE-=2 K2, Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Pengaturan Lalu Lintas dan Keamanan _ 3 CSE-3 | Spesifikasi Jalan - _| 4 CSE=4 | Spesifikasi Jembatan 5 CSE=5 | Perhitungan Biaya Konstruksi Jalan 6 CSE=6 | Perhitungan Biaya Konstruksi Jembatan 7 CSE-7 | Value Engineering dan Desain Ulang 8 CSE=8 | Dokumen Kontrak Proyek 9 CSE-9 | Rekayasa Lapangan 10 CSE—10 | Memeriksa Kesiapan Kontraktor 11 CSE-11 | Supervisi Penerapan Methode Kerja Pelaksanaan Jalan 12 CSE=12 | Supervisi Penerapan Methode Kerja Pelaksanaan Jembatan 73 ‘CSE=73 | Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya 14 CSE ikuran Hasil Pekerjaan Untuk Pembayaran 15 CSE istrasi Proyek — - A, BATASAN PANDUAN INSTRUKTUR CSE O17 UUIK, Btika profesi dan etos kerja Matert ini berisi tentang Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) etika profesi dan etos kerja yang memang penting untuk diajarkan pada Suatu pelatihan bidang jasa konstruksi sehingga perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan konstruksi betul-betul dapat dikerjakan dengan penuh tanggung Jawab yang berazaskan efektif dan efisien, nilai manfaatnya dapat mensejahteraan bangsa dan negara. 3. Tempat Kegiatan Di dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya (4. Waktu pembela 2 jam pelajaran( 1jp=45 meni) | Kegiatan Instruktur [Kegiatan Peserta ~~ Pendukkang 1. Ceramah Pembelajaran ‘* Mengikuti penjelasan, pemgantar, ‘OnT © Pengantar ‘TIU,TIK, dan pokok bahasan + Menjelaskan TIU dan | Mengajukan pertanyaan apabila kurang TIK serta pokok jelas atau sangat berbeda dengan pembahasan pengalaman © Merangsang motivasi peserta untuk ‘mengerti/memahami dan membandingkan pengalamannya Waktu = 10 menit 2. Ceramah BabT ye Mengikuti ceramah dengan tekun dan OnT Pengaturan jasa konstruksi ‘memperhatikan hal-hal penting yang © Umum perlu di catat © Pengertian © Mengajukan pertanyaan apabila kurag, © Ruang Lingkup jelas atau sangat berbeda dengan fakta Pengaturan yang ada di lapangan dan atau © Azas Pengaturan jasa pengalaman Konstruksi © Tujuan © Hubungan komplementaris antara ‘Undang-undang Jasa Konstruksi dengan Peraturan Perundang- | undengan lainnya Waktu = 5 menit 3. Ceramah Bab TT ~[e Mengikuti ceramah dengan tekun dan | OAT Usaha jasa konstruksi ‘memperhatikan hal-hal pening yang Nasional perlu di catat © Kondisi jasa konstruksi | * —Mengajukan pertanyaan apabila kurang Nasional jjelas atau sangat berbeda dengan fakta + Tklim usaha yang dilapangan dan atau pengalaman konduktif * Cakupan pekerjaan | konstruksi * Bentuk usaha jasa | konstruksi | © Persyaratan jasa konstruksi | Waktu = 5 menit “4, Ceramah Bab TIT “© Mengikuti ceramah dengan tekun dan | OH Peran Masayarakat memperhatikan hal-hal penting yang | # Hak Masayarakat Umum perlu di catat * Kewajiban Masyarakat. | * — Mengajukan pertanyaan apabila kurang, Umum jjelas atau sangat berbeda dengan fakta © Masyarakat Jasa dilapangan dan atau pengalaman Konstruksi *_Lembaga Pengembangan Tasa Konsiruksi Waktu = 5 menit Disiplin Kerja Umum Disiplin kerja Mematuhi aide’: atau peraturan Kecenderungan orang memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman 3, Ceramah Bab IV ‘Mengikuti ceramah dengan tekun dan OHT Pengikatan Konstruksi memperhatikan hal-hal penting yang ‘+ Para pihak perlu di catat © Ketentuan pengikatan Mengajukan pertanyaan apabila kurang + Kewajiban dan hak para Jelas atau sangat berbeda dengan fakta | pihak dilapangan dan atau pengalaman + Kontrak kerja konstruksi Waktu = 5 menit 6. Ceramah Bab V “Mengikuti ceramah dengan tekun dan OHT Penyelenggaraan Pekerjaan ‘memperhatikan hal-hal penting yang Konstruksi perlu di catat + Kegiatan penyelanggaraan | ¢ — Mengajukan pertanyaan apabila kurang pekerjaan konstruksi Jjelas atau sangat berbeda dengan fakta + Ketentuan penyelanggaraa | _dilapangan dan atau pengalaman pekerjaan konstruksi + Kewajiban para pihak + Sub penyedia jasa + Kegagalan pekerjaan konstruksi + Kegagalan bangunan + Gugatan masyarakat ‘+ Larangan persengkokolan Waktu = 20 menit ‘Ceramah Bab VI Mengikuti ceramah dengan tekun dan | ORT | Penyelesaian sengketa ‘memperhatikan hal-hal penting yang © Umum perlu di catat + Penyelesaian sengketa di Mengajukan pertanyaan apabila kurang Juar pengadilan jelas atau sangat berbeda dengan fakta Waktu = 5 menit dilapangan dan atau pengalaman /8 Ceramah Bab VIT Mengikuti ceramah dengan tekun dan | OHT Sanksi memperhatikan-hal-hal penting yang © Sanksi administratif perlu di catat + Sanksi pidana dan denda Mengajukan pertanyaan apabila kurang Waktu = 5 menit jelas atau sangat berbeda dengan fakta wngan dan atau pengalaman 9. Ceramah Bab VIIT ikuti ceramah dengan tekun dan | ORT Etika Profesi memperhatikan hal-hal penting yang © Umum perlu di catat + Kode etik asosiasi Mengajukan pertanyaan apabila kurang Waktu = 10 menit jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman | 16. Ceramah Bab IX ‘Mengikuti ceramah dengan tekun dan OT ‘Menepati Mendukung_ Permasalahan Langkah-langkah menegakkan disiplin Waktu = 10 menit | ] “TI. Penutup Mengikuti ceramah dengan tekun dan ‘OHT Review materi dan proses. | _-memperhatikan hal-hal penting yang, pembelajaran perlu di catat © Diskusi umum | Waktu= 10° menit ‘Mengajukan pertanyaan apabila kurang Jjelas atau sangat berbeda dengan fakta pangan dan atau pengalaman Pelatinan Jab Kes Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK. ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA BABI PENGATURAN JASA KONSTRUKSI 1.1 .UMUM Jasa konstruksi yang menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik dalam bentuk prasarana maupun sarana pendukung pertumbuhan dan Perkembangan berbagai bidang terutama bidang ekonomi, sosial, dan budaya, mempunyai peranan penting dan strategis dalam berbagai bidang pembangunan. Mengingat pentingnya peranan jasa konstruksi tersebut terutama dalam rangka mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas, dibutuhkan suatu pengaturan Penyelenggaraan jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu serta menyeluruh. Guna pengaturan penyelenggaraan jasa konstruksi tersebut, maka pada 7 Mei 1999 telah diundangkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan berlaku efektif satu tahun kemudian. Dan untuk peraturan pelaksanaannya kemudian telah ditindak lanjuti dengan diterbitkannya tiga peraturan pemerintah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan vasa Konstruksi, serta peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi Dengan adanya Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut dimaksudkan agar terwujud iklim usaha yang kondusif dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional, seperti : terbentuknya kepranataan usaha; dukungan pengembangan usaha; berkembangnya partisipasi masyarakat; terselenggaranya pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan oleh pemerintah dan/atau masyarakat dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; dan adanya Masyarakat Jasa Konstruksi yang terdiri dari unsur asosiasi perusahaan maupun asosiasi profes! 1.2. PENGERTIAN Jasa konstruksi adalah layanan + konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi; + pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan + konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi BAB | PENGATURAN JASA KONSTRUKS! rr Pelatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pak Jalan gan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA Pekerjaan —konstruksi_ adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan Perencanaan dan/atau pelaksanaan serta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural; sipil; mekanikal; elektrikal; dan tata lingkungan Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia jasa adalah orang peseorangan atau badan yang kegiatan usahanya meyediakan layanan jasa konstruksi 1.3. RUANG LINGKUP PENGATURAN Ruang lingkup pengaturan Undang-undang Jasa Konstruksi meliputi a se aes z@ 1.4, Usaha jasa konstruksi Pengikatan pekerjaan konstruksi Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Kegagalan bangunan Peran masyarakat Pembinaan Penyelesaian sengketa Sanksi Ketentuan peralihan Ketentuan penutup ASAS-ASAS PENGATURAN JASA KONSTRUKSI Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada a Asas Kejujuran dan Keadilan. ‘Asas Kejujuran dan Keadilan mengandung pengertian kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya. BAB | PENGATURAN JASA KONSTRUKSI ' an Jembata Plata Jab Kerje Kepala Pengawas Pek Jal _UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERUA b. Asas Manfaat ‘Asas Manfaat mengandung pengertian bahwa_segala kegiatan jasa konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip _profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional ¢. Asas Keserasian Asas Keserasian mengandung pengertian harmoni dalam interaksi antara Pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang berwawasan lingkungan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan bermanfaat tinggi. d. Asas Keseimbangan Asas Keseimbangan mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan pekerjaan konstruksi harus berlandaskan pada prinsip yantg menjamin terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban kerjanya Pengguna jasa dalam menetapkan penyedia jasa wajib mematuhi asas ini, untuk Menjamin terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan yang proposional dalam kesempatan kerja penyedia jasa e. Asas Kemandirian Asas Kemitraan mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional, f. Asas Keterbukaan ‘Asas Keterbukaan mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, tenwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajiban secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan dan penyimpangan. BAB | PENGATURAN JASA KONSTRUKSI Peiatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan _—_UUJK. ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA jaan Asas Kemitraan mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, bersifat timbal balik, dan sinergis. h. Asas Keamanan dan Keselamatan ‘Asas Keamanan dan Keselamatan mengandung pengertian terpenuhinya tertib penyelenggaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum. 1.5. TUJUAN Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk @. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas; b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan_ konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ¢. Mewuijudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi 1.6. HUBUNGAN KOMPELEMENTARIS ANTARA UNDANG- UNDANG JASA KONSTRUKSI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA Undang-undang tentang jasa konstruksi tersebut menjadi landasan untuk menyesuaikan ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait yang tidak sesuai. Undang-undang tersebut mempunyai hubungan komplementaris dengan peraturan perundang-undangan lainnya, antara lain a. Undang-undang yang mengatur tentang keselamatan kerja; b. Undang-undang yang mengatur tentang wajib daftar perusahaan; Undang-undang yang mengatur tentang perindustrian; Undang-undang yang mengatur tentang ketenagalistrikan; Undang-undang yang mengatur tentang kamar dagang dan industri; >~pao Undang-undang yang mengatur tentang kesehatan kerja; Undang-undang yang mengatur tentang usaha perasuransian; © BAB | PENGATURAN JASA KONSTRUKS! re Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembaton LUULJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA h. Undang-undang yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja, i, Undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas; Undang-undang yang mengatur tentang usaha kecil; Undang-undang yang mengatur tentang hak cipta; |. Undang-undang yang mengatur tentang paten; Undang-undang yang mengatur tentang merek; Undang-undang yang mengatur tentang pengelotaan lingkungan hidup; Undang-undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan; Undang-undang yang mengatur tentang perbankan; Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen; Undang-undang yang mengatur tentang larangan praktek monopoli dan persaingan > evesg usaha tidak sehat; 8. Undang-undang yang mengatur tentang arbitrase dan alternatif pilihan penyelesaian sengketa; t. Undang-undang yang mengatur tentang penataan ruang, BAB | PENGATURAN JASA KONSTRUKS! hs Pelatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA BAB Il USAHA JASA KONSTRUKSI 2.1. KONDISI JASA KONSTRUKSI NASIONAL Pada akhir dekade yang lalu usaha jasa konstruksi telah mengalami peningkatan kuantitatf di berbagai_ tingkatan. Namun peningkatan kuantitatif tersebut belum diikuti_ dengan eningkatan kualifikasi dan kinerjanya yang tercermin pada kenyataan bahwa mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal, dan teknologi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi belum sebagaimana yang diharapkan. Dengan tingkat kualifikasi dan kinerja tersebut, pada umumnya pangsa pasar pekerjaan konstruksi yang berteknologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi nasional Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa sebab antara lain : belum diarahkannnya persyaratan usaha, serta keahlian dan keterampilan untuk mewujudkan keandalan usaha yang profesional; masih rendahnya kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi termasuk kepatuhan para pihak dalam pemenuhan kewajibannya serta Pemenuhan terhadap ketentuan yang terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, Kesehatan, dan lingkungan yang dapat menghasikan bangunan yang berkualitas dan mampu_berfungsi sebagaimana direncanakan; serta masih rendahnya kesadaran masyarakat akan manfaat dan arti penting jasa konstruksi yang mampu mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi secara optimal. Kondisi jasa konstruksi sebagaimana diuraikan di atas disebabkan oleh dua faktor, yaitu a. Faktor internal, yakni 1) Masih adanya kelemahan dalam manajemen, penguasaan teknologi, dan permodalan, serta keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil, 2) Belum tertatanya secara utuh dan kokoh struktur usaha jasa konstruksi yang tercermin dalam kenyataan belum terwujudnya kemitraan yang sinergis antar Penyedia jasa dalam berbagai klasifikasi dan/atau kualifikasi [BAB I USAMA JASA KONSTRUKSI Wet Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK. ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA b. Faktor eksternal, yakni: 1) Masih adanya kekurangsetaraan hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa; 2) Belum mantapnya dukungan berbagai sektor secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kinerja dan keandalan jasa konstruksi nasional, antara lain akses kepada permodalan, pengembangan profesi keahlian dan profesi keterampilan, ketersediaan bahan dan komponen bangunan yang standar; 3) Belum tertatanya pembinaan jasa konstruksi secara nasional, masih bersifat parsial dan sektoral. Mengingat jasa konstruksi nasional tersebut merupakan salah satu potensi Pembangunan Nasional dalam mendukung perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja serta Penerimaan negara, maka potensi jasa konstruksi tersebut perlu ditumbuhkembangkan agar lebih mampu berperan dalam Pembangunan Nasional 2.2. IKLIM USAHA YANG KONDUSIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN USAHA JASA KONSTRUKSI Dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional diperlukan ikiim usaha yang kondusif, yakni a. Terbentuknya kepranataan usaha, meliputi 1) Persyaratan usaha yang mengatur klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi; 2) Standar klasifikasi dan kualifikasi perusahaan keahlian dan keterampilan yang mengatur bidang dan tingkat kemampuan orang perseorangan yang bekerja pada Perusahaan jasa konstruksi ataupun yang melakukan usaha orang perseorangan; 3) Tanggung jawab profesional yakni penegasan atas tanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya; 4) Terwujudnya perlindungan bagi pekerja konstruksi yang meliputi : kesehatan dan keselamatan kerja, serta jaminan sosial; 5) Terselenggaranya proses pengikatan yang terbuka dan adil, yang dilandasi oleh persaingan yang sehat, BAB I USAHA JASA KONSTRUKSI " | | Pelatinan Jab Kea Kepala Pengawss Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 6) Pemenuhan kontrak kerja konstruksi yang dilandasi prinsip kesetaraan kedudukan antarpihak dalam hak dan kewajiban dalam suasana hubungan kerja yang bersifat terbuka, timbal balik, dan sinergis yang memungkinkan para pihak untuk mendudukkan diri pada fungsi masing-masing secara konsisten b, Dukungan pengembangan usaha, meliputi 1) Tersedianya permodalan termasuk pertanggungan yang sesuai dengan karakteristik usaha jasa konstruksi; 2) Terpenuhinya ketentuan tentang jaminan mutu; 3) Berfungsinya asosiasi perusahaan dan asosiasi profesi dalam memenuhi kepentingan anggotanya termasuk memperjuangkan ketentuan imbal jasa yang adil; ©. Berkembangnya pa ipasi masyarakat, yakni : timbulnya kesadaran masyarakat akan ‘mendorong terwujudnya tertib jasa komstruksi serta mampu umtuk mengaktualisasikan hak dan kewajibannya; d. Terselenggaranya pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Masyarakat Jasa Konstruksi bagi para pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi agar mampu memenuhi berbagai ketentuan yang dipersyaratkan ataupun kewajiban-Kewajiban yang diperjanjikan; . Perlunya Masyarakat Jasa Konstruksi dengan unsur asosiasi perusahaan dan asosiasi Profesi membentuk lembaga untuk pengembangan jasa konstruksi. 2.3. CAKUPAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Sesuai ketentuan Pasal 1 UU No 18/1999 pekerjaan konstruksi yang merupakan keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan mencakup a. Pekerjaan arsitektural yang mencakup antara lain : pengolahan bentuk dan masa bangunan berdasarkan fungsi serta persyaratan yang diperlukan setiap pekerjaan konstruksi; BAB II USAMA JASA KONSTRUKSI Ws Peiatian Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA b. Pekerjaan sipil yang mencakup antara lain : pembangunan pelabuhan, bandar udara, jalan kereta api, pengamanan pantai, saluran irigasi/kanal, bendungan, terowongan, gedung, jalan dan jembatan, reklamasi rawa, pekerjaan pemasangan perpipaan, pekerjaan pemboran, dan pembukaan lahan; ©. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang merupakan pekerjaan pemasangan produk- produk rekayasa industri; d. Pekerjaan mekanikal yang mencakup pekerjaan antara Iain : pemasangan turbin, Pendirian dan pemasangan instalasi pabrik, kelengkapan instalasi bangunan, pekerjaan pemasangan perpipaan air, minyak, dan gas; ©. Pekerjaan elektrikal yang mencakup antara lain : pembangunah jaringan transmisi dan distribusikelistrikan, pemasangan instalasi_kelistrikan, telekomunikasi_beserta kelengkapannya; {. Pekerjaan tata lingkungan yang mencakup antara lain : pekerjaan pengolahan dan Penataan akhir bangunan maupun lingkungannya: 2.4. BENTUK USAHA JASA KONSTRUKSI Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UU No.18/1999 bentuk usaha jasa konstruksi dapat berupa badan usaha atau orang perseorangan. Bentuk usaha orang perorangan baik warga negara Indonesia maupun asing hanya khusus untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi berskala terbatas/kecil seperti @, Pelaksanaan konstruksi_ yang bercirikan : risiko kecil, teknologi sederhana, dan biaya kecil b. Perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang sesuai dengan bidang keahliannya Pembatasan jenis pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap para pihak maupun masyarakat atas risikc pekerjaan konstruksi Pada dasarya penyelenggaraan jasa konstruksi berskala kecil melibatkan usaha orang perseorangan atau usaha kecil BAB I USAHA JASA KONSTRUKSI ues Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA Sementara itu_untuk pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau berbiaya besar harus dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau badan usaha asing yang dipersamakan. Bentuk badan usaha nasional dapat berupa badan hukum seperti : Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, ataupun bukan badan hukum seperti: CV, atau Firma. Sedangkan badan usaha asing adalah badan usaha yang didirikan menurut hukum dan berdominisili di negara asing, memiliki kantor perwakilan di Indonesia, dan dipersamakan dengan badan hukum Perseroan Terbatas (PT). 2.5. PERSYARATAN USAHA JASA KONSTRUKSI 25 - BADAN USAHA Badan usaha baik selaku perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, maupun pengawas konstruksi dipersyaratkan memenuhi perizinan usaha di bidang konstruksi, dan memilki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Perizinan usaha tersebut yang mempunyai fungsi publik dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dalam usaha dan/atau pekerjaan jasa konstruksi Sedangkan penetapan klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi bertyjuan untuk membentuk struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha jasa konstruksi Klasifikasi usaha jasa konstruksi dilakukan untuk mengukur kemampuan badan usaha dan usaha orang perseorangan untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan nilai pekerjaan, dan kualifikasi usaha jasa konstruksi dilakukan untuk mengukur kemampuan badan usaha dan usaha orang perseorangan untuk melaksanakan berbagai sub pekerjaan ‘Standar klasifikasi dan kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang jasa konstruksi Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian ygang dilakukan badan/iembaga yang ditugasi untuk melaksanakan tugas-lugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi yang meliputi : Klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi. Dengan demikian hanya badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang jasa konstruksi Penyelenggaraan jasa berskala kecil pada dasamya melibatkan pengguna jasa dan penyedia jasa orang perseorangan atau usaha kecil. Untuk tertib penyelenggaraan jasa BAB I USAHA JASA KONSTRUKSI Wes 3 Jab Kerja Kopala Pengawas Pek Jalan dan Jembaton LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERIA Konstruksi ketentuan yang menyangkut keteknikan misalnya sertifikasi tenaga ahli harus tetap dipenuhi secara bertahap tergantung kondisi setempat. Namun penerapan ketentuan Perikatan dapat disederhanakan dan permilinan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (3) UU No. 18/1999 2.5.2. ORANG PERSEORANGAN Mengenai persyaratan bagi orang perseorangan yang bekerja di bidang jasa konstruksi diatur dalam Pasal 9 UU No. 18/1999 sebagai berikut a. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keahlian b. Pelaksana konstruksi. Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja. ¢. Perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau pelaksana konstruksi yang bekerja di badan usaha. Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana harus memiliki sertifikat keahlian. . Tenaga kerja keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki keterampilan kerja dan keahlian kerja. Standar Klasifikasi dan kualifikasi keterampilan kerja dan keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keterampilan kerja dan keahlian kerja di bidang jasa konstruksi ataupun yang bekerja orang perseorangan. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga yang ditugasi untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi yang meliputi BAB I USAHA JASA KONSTRUKS! 1-6 elathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi, Dengan demikian hanya orang perseorangan yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi. Standardisasi Klasifikasi dan kualifikasi keterampilan dan keablian kerja bertujuan untuk terwujudnya standar produktivitas kerja dan mutu hasil kerja dengan memperhatikan standar imbal jasa, serta kode etik profesi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya tanggung jawab profesional. 2.5.3. TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL Badan usaha maupun orang perseorangan yang melakukan pekerjaan konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana maupun pengawas harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya baik terhadap kasus kegagalan pekerjaan konstruksi maupun terhadap kasus kegagalan bangunan. ‘Tanggung jawab profesional tersebut dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual ‘dalam menjalankan profesinya dengan mengutamakan kepentingan umum, Bentuk sanksi yang dikenakan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab tersebut dapat berupa : sanksi profesi, sanksi administratif, sanksi pidana, atau ganti rugi. Sanksi profesi tersebut berupa : peringatan tertulis, pencabutan keanggotaan asosiasi, dan Pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja Sanksi administratif tersebut berupa : peringatan tertulis, memasukkan dalam daftar pembatasanflarangan kegiatan kegiatan, atau pencabutan sertifikat keterampilan atau keahlian kerja BAB ll USAHA JASA KONSTRUKSI wt Pelathan Jab Kena Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembalan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA BAB Iil PERAN MASYARAKAT 3.1. HAK MASYARAKAT UMUM Masyarakat berhak untuk @. melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan, maupun pemanfaatan hasil-hasilnya; b. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagai akibat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pekerjaan konstruksi, Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan_ pekerjaan_ konstruksi_berhak mengajukan gugatan ke pengadilan balk secara orang perseorangan, kelompok orang dengan pemberian kuasa, maupun kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri Kehidupan pokok masyarakat, Pemerintah wajib berpihak pada dan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat 3.2. KEWAJIBAN MASYARAKAT UMUM Di samping masyarakat mempunyai hak-hak sebagaimana tersebut di atas, dengan makna bahwa setiap orang turut berperan serta dalam menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang jasa konstruksi, masyarakat juga berkewajiban a. menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang bertaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi b. turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum, GAB Ill PERAN MASYARAKAT met Platina Jab Kerja Kepale Pengawas Pek Jalan dan Jembeton LUULK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA 3.3, MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat_ yang mempunyai kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi Penyelenggaraan peran masyarakat jasa konstruksi tersebut dilakukan melalui suatu forum Jasa konstruksi dan khusus untuk pengembangan jasa konstruksi dilakukan oleh suatu fembaga yang independen dan mandiri 3.4. FORUM JASA KONSTRUKSI Forum jasa konstruksi tersebut terdiri atas unsur-unsur @. asosiasi perusahaan jasa konstruksi b. asosiasi profesi jasa konstruksi ©. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha jasa konstruksi; d._ masyarakat intelektual; ©. organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang jasa konstruksi dan/atau yang mewakili konsumen jasa konstruksi instansi Pemerintah; dan 9. unsur-unsur Iain yang dianggap periu Dalam rangka upaya menumbuhkembangkan usaha jasa konstruksi nasional, forum jasa konstruksi berfungsi untuk @, _menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; ._ membahas dan merumuskan pemikiran arah penegembangan jasa konstruksi nasional; ©. tumbuh dan berkembangnya peran pengawasan masyarakat: 4d. memberi masukan kepada Pemerintah dalam merumuskan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. 3.5. LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI Lembaga jasa konstruksi yang melaksanakan pengembangan jasa konstruksi dan bersifat independen dan mandiri tersebut beranggotakan wakikwakil dari @. asosiasi perusahaan jasa konstruksi: BAB Ill PERAN MASYARAKAT m2 Petathan Jab Kerja Kepale Penzavas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERIA b. asosiasi profesi jasa konstruksi; ©. pakar dan perguruan tinggi yang berkaitan dengan jasa konstruksi: dan d._instansi Pemerintah yang terkait. Lembaga jasa konstruksi tersebut bertugas @,_melakukan atau mendorong penelitian dan pengembangan jasa konstruksi; b. _menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi; ©. melakukan registrasi tenaga kerja, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi dan sertifikasi keterampilan dan keablian kerja; d._melakukan registrasi badan usaha jasa konstruksi; @. mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penitai ahli di bidang jasa konstruksi BAB III PERAN MASYARAKAT m3 Pelathan Jab Kero Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 4.1, PARA PIHAK Dalam pekerjaan konstruksi dikenal adanya para pihak yang mengadakan ikatan kerja berdasarkan hukum yakni pengguna jasa dan penyedia jasa Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi Pengertian orang perseorangan adalah warga negara Indonesia atau warga negara asing, dan pengertian badan adalah badan usaha atau bukan badan usaha, baik Indonesia maupun asing. Badan usaha dapat berbentuk badan hukum seperti : Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, atau bukan badan hukum seperti: CV, Firma Badan yang bukan badan usaha berbentuk badan hukum seperti: instansi dan lembaga- lembaga Pemerintah Pemilik pekerjaan/proyek adalah orang perseorangan dan badan yang memilki Pekerjaan/proyek yang menyediakan dana dan bertanggung jawab di bidang dana Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi penyedia jasa dapat berfungsi sebagai sub Penyedia jasa dari penyedia jasa lainnya yang berfungsi sebagai penyedia jasa utama Dengan demikian perlakuan terhadap sub penyedia jasa berkaitan dengan pengikatannya dengan penyedia jasa utama sama dengan pengikatan yang dilakukan antara pengguna Jasa dengan penyedia jasa utama dengan melalui persaingan yang sehat sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang dipersyaratkan 4.2. KETENTUAN PENGIKATAN Pengikatan merupakan suatu proses yang ditempuh oleh pengguna jasa dan penyedia jasa Pada kedudukan yang sejajar dalam mencapai suatu kesepakatan untuk melaksanakan ekerjaan konstruksi. Dalam setiap tahapan proses ditetapkan hak dan kewajiban masing- masing pihak yang adil dan serasi dengan sanksi BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! wel Pelathan Jab Kerja Kepala Pengavias Pek Jalan dan Jembatan UULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA, Pengikatan dalam hubungan kerja jasa Konstruksi dilakukan berdasarkan _prinsip persaingan yang sehat melalui pemilinan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau pelelangan terbatas. Namun dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa tersebut dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung. Prinsip persaingan yang sehat mengandung pengertian antara lain a. diakuinya kedudukan yang sejajar antar pengguna jasa dan penyedia jasa; b._terpenuhinya ketentuan asas keterbukaan dalam proses pemilihan dan penetapan; ©. adanya peluang keikutsertaan dalam setiap tahapan persaingan yang sehat bagi penyedia jasa sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang dipersyaratkan; d. keseluruhan pengertian tentang prinsip persaingan yang sehat tersebut di atas dituangkan dalam dokumen yang jelas, lengkap, dan diketahui dengan baik oleh semua pihak serta bersifat mengikat. Dengan pemilinan atas dasar prinsip yang sehat tersebut, pengguna jasa mendapatkan penyedia jasa yang andal dan mempunyai kemampuan untuk menghasiikan rencana konstruksi ataupun bangunan yang berkualitas sesuai dengan jangka waktu dan biaya yang ditetapkan. Di sisi lain merupakan upaya untuk menciptakan iklim usaha yang mendukung tumbuh dan berkembangnya penyedia jasa yang semakin berkualitas dan mampu bersaing Pemillhan yang didasarkan atas persaingan yang sehat dilakukan secara umum, terbatas ataupun langsung. Dalam pelelangan umum setiap penyedia jasa yang memnuhi kualifikasi yang diminta dapat mengikutinya ‘Sementara itu pengertian “keadaan tertentu’ sebagaimana dipersyaratkan dalam pemilihan langsung dan penunjukan langsung adalah a. penanganan darurat; b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak; ¢. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara; d. pekerjaan yang berskala kecil Dokumen pemilihan penyedia jasa yang disusun oleh pengguna jasa dan dokumen Penawaran yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkan prinsip keahilian bersifat mengikat antara kedua pihak dan tidak boleh diubah secara sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak kerja konstruksi BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI w Platnan Jat Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK. ETIKA PROFES! DAN ETOS KERIA 4.3. KEWAJIBAN DAN HAK PARA PIHAK Tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat terwujud melalui antara lain melalui Pemenuhan hak dan kewajiban dan adanya kesetaraan kedudukan para pihak terkait. Dalam rangka terjaminnya kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa, maka dalam undang-undang mengenai jasa konstruksi diatur ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam proses pengikatan secara seimbang. Kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan mencakup a. mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman setiap Pekerjaan yang ditawarkan dengan cara pelelangan umum atau pelelangan terbatas; b, menerbitkan dokumen tentang pemilihan penyedia jasa yang memuat ketentuan- ketentuan secara lengkap, jelas dan benar serta mudah dipahami, yang memuat 1) petunjuk bagi penawar: 2) tata cara pelelangan dan atau pemilihan mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan; 3). persyaratan kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus; dan 4) ketentuan evaluasi, © mengundang semua penyedia jasa yang lulus prakualifikasi untuk memasukkan penawaran; d._memberikan penjelasan tentang pekerjaan termasuk mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan; €._memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari penyedia jasa; f.menetapkan penyedia jasa secara tertulis sebagai hasil pelaksanaan pemilinan dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang; 9. mengembalikan jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah sedangkan bagi Penyedia jasa yang menang mengikuti ketentuan yang diatur dalam dokumen pelelangan; h.-menunjukkan bukti kemampuan membayar, i. menindaklanjuti penetapan tertulis tersebut dengan suatu kontrak kerja konstruksi untuk ™menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang secara adil dan seimbang serta dilandasi dengan itikad baik dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; BAB IVPENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! we Pelathnan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan can Jembatan UUdK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA j, mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk penyiapan pelelangan jika Pengguna jasa membatalkan pemilihan penyedia jasa; dan k, memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan. Hak pengguna jasa dalam pengikatan @. memungut biaya penggandaan dokumen pelelangan umum dan pelelangan terbatas dari penyedia jasa (Sesuai dengan ketentuan Pasal 36 ayat (6) Keppres 18/2000, ketentuan ini tidak berlaku untuk pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah); b. _meneairkan jaminan penawaran dan selanjutnya memiliki uangnya dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi ketentuan pelelangan; dan ©. menolak seluruh penawaran apabila dipandang seluruh penawaran tidak menghasilkan kompetisi yang efektif atau seluruh penawaran tidak cukup tanggap terhadap dokumen pelelangan Kewajiban penyedia jasa dalam pengikatan @. menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja, rencana usulan biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran keselamatan dan kesehatan kerja, dan peralatan berdasarkan prinsip keahlian untuk disampaikan kepada pengguna jasa; b. menyerahkan jaminan penawaran; dan ©. menandatangani Kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang. Hak penyedia jasa dalam pengikatan a,_memperoleh penjelasan pekerjaan; b._melakukan peninjauan lapangan apabila diperlukan; ._mengajukan sanggahan terhadap pengumuman hasil lelang; d._menarik jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah; dan ©. mendapat ganti rugi apbila terjadi pembatalan pemilihan jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! wed Pelatinan Jab Kerja Kepata Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERIA 4.4. KONTRAK KERJA KONSTRUKSI Sesuai ketentuan Pasal 1 UU No.18/1999, kontrak kerja konstruksi (K3) adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstrukst Kontrak kerja pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi yang masing-masing untuk pekerjaan pelaksanaan, dan umtuk pekerjaan Pengawasan. Khusus untuk pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi untuk kedua tahapan pekerjaan konstruksi tersebut dapat dituangkan dalam satu kontrak kerja konstruksi Kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan : bentuk imbalan, jangka waktu pelaksanaan, dan cara pembayaran hasil pekerjaan. a. Kontrak kerja konstruksi berdasarkan bentuk imbalan terdiri dari 1) Lump Sum; 2) Harga Satuan; 3) Biaya Tambah Imbalan Jasa; 4) Gabungan Lump Sum dan Harga satuan 5) Aliansi b. Kontrak kerja konstruksi berdasarkan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdiri dari 1) Tahun Tunggal; dan 2) Tahun Jamak. ¢. Kontrak kerja konstruksi berdasarkan cara pembayaran hasil pekerjaan terdiri dari 1) Sesuai kemajuan pekerjaan; atau 2) Secara berkala Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya mencakup uraian mengenai a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak; AB IVPENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! w-5 Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan; c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa; d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumiah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahii untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi; e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi: f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi; 9. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; Cidera janji adalah suatu keadaan apabila salah satu pihak dalam kontrak kerja konstruksi 1) Tidak melakukan apa yang diperjanjikan: dan/atau 2) Melaksanakan apa ‘yang diperjanjikan, tetapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan; dan/atau 3) Melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat; dan/atau 4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya, Yang dimaksud dengan tanggung jawab, antara lain, berupa pemberian kompensasi, penggantian biaya dan atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan, atau pemberian ganti rugi. h, Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidak sepakatan: Penyelesaian perselisihan memuat tentang tatacara penyelesaian perselisihan yang dinkibatkan antara lain oleh ketidaksepakatan dalam hal pengertian, penafsiran, atau pelaksanaan berbagai ketentuan dalam kontrak kerja konstruksi serta ketentuan tentang tempat dan cara penyelesaian, Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain musyawarah, mediasi, arbitrase, ataupun pengadilan, BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! w-6 Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUuK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERUA i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; i. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak; Keadaan memaksa mencakup 1) Keadaan memaksa yang bersifat mutlak (absolut) yakni para pihak tidak ‘mungkin melaksanakan hak dan kewajibannya, 2) Keadaan memaksa yang tidak bersifat mutlak (relatif), yakni para pihak masih dimungkinkan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Risiko yang diakibatkan oleh keadaan memaksa dapat diperjanjikan oleh para pihak, antara lain melalui lembaga pertanggungan. k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan pengguna jasa atas kegagalan bangunan; |. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pare pihakdalam pelaksanaan keselamata dan kesehatan kerja serta jaminan sosial + Perlindungan pekerja disesuaikan dengan undang-undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, serta undang-undang mengenai jaminan sosial tenaga kerja m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan. Aspek lingkungan mengikuti ketentuan undang-undang mengenai pengelolaan lingkungan. Di samping ketentuan di atas, ketentuan lain mengenai kontrak kerja konstruksi_ yakni a. Untuk pekerjaan perencanaan harus memuat ketentuan mengenai hak atas kekayaan intelektual yang diartikan sebagai hasil inovasi perencana konstruksi dalam suatun pelaksanaan kontrak kerja konstruksi baik bentuk hasil akhir perencanaqan dan/atau bagian-bagiannya yang kepemilikannya dapat diperjanjikan Penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang sudah dipatenkan harus dilindungi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! we Pelatihan Jab Keria Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA b. Kontrak kerja konstruksi untuk kegiatan pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi dapat Memuat ketentuan mengenai ketentuan tentang sub penyedia jasa serta pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku ©. Kontrak kerja konstruksi dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentit. Insentif adalah penghargaan yang diberikan kepada penyedia jasa atas prestasinya, antara lain kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih awal daripada yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu sesuai dengan yang dipersyaratkan, yang dapat berupa uang ataupun bentuk lainnya. d. Kontrak kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun harus secara tegas hanya 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum. ©. Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia, f. Ketentuan mengenai kontrak kerja konstruksi sebagaimana diuraikan pada butir a sampai dengan butir m. di atas berlaku juga dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dengan sub penyedia jasa Kesemua ketentuan mengenai kontrak Kerja Konstruksi tersebut di atas dituangkan dalam dokumen yang terdiri dari sekurang-kurangnya a. Surat perjanjian, yang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia jasa dan memuat antara lain 1) uraian para pinak: 2) konsiderans; 3) lingkup pekerjaan; 4) halhal pokok seperti nilai kontrak, jangka waktu pelaksanaan; dan 5) daftar dokumen-dokumen yang mengikat beserta urutan keberlakuannya. BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS} wk Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA . Dokumen lelang yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya (umum, khusus, teknis, administratif, dan kondisi kontrak); ©. Usulan atau penawaran, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal wakty, dan sumber daya; d. Berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antar lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan; ©. Surat pemyataan dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa; dan Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan BAB IVPENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKS! v9 Peiatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA BABV PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 5.1. KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi beberapa yakni dimulai dari tahap Perencanaan yang meliputi: prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan Perencanan teknik dan selanjutnya diikuti_ dengan tahap pelaksanaan__beserta Pengawasannya yang meliputi : pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan bangunan, Masing-masing tahap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran Kegiatan penyiapan meliputi kegiatan awal penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan dalam memulal pekerjaan Perencanaan atau pelaksanaan fisik dan pengawasan b. Kegiatan pengerjaan meliputi 1) Dalam tahap perencanaan, merupakan serangkaian kegiatan yang menghasilkan berbagai laporan tentang tingkat kelayakan, rencana umum/induk, dan rencana teknis, 2) Dalam tahap pelaksanaan, merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan fisik beserta pengawasannya yang menghasilkan bangunan. &- Kegiatan pengakhiran, yang berupa kegiatan untuk menyelesaikan penyelenggaraan Pekerjaan konstruksi meliputi 1) Dalam tahap perencanaan, dengan disetujuinya laporan akhir dan dilaksanakan Pembayaran akhir 2) Dalam tahap pelaksanaan dan pengawasan, dengan dilakukannya penyerahan akhir bangunan dan dilaksanakannya pembayaran akhir. BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI ves Pelatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan don Jembatan UULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 5.2, KETENTUAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang a. Keteknikan, yang meliputi_ persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku; b. Keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku: ©. Perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku: d. Tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5.3. KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi baik dalam kegiatan Penyiapan, dalam kegiatan pengerjaan, maupun dalam kegiatan pengakhiran meliputi : a. Dalam kegiatan penyiapan 1) pengguna jasa, antara lain @) menyerahkan dokumen lapangan untuk pelaksanaan konstruksi, dan fasilitas sebagaiman ditentukan dalam kontrak kerja konstruksi; b)_membayar uang muka atas penyerahan jaminan uang muka dari penyedia jasa apabila diperjanjikan 2) penyedia jasa, antara lain BAB V PENYELENGGARAAN PEXERJAAN KONSTRUKS! v2 Pelatian Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembetan UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA, @) menyampaikan usul rencana kerja dan penanggung jawab pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan pengguna jasa; »)_memberikan jaminan ang muka kepada pengguna jasa apabila diperjanjikan, ©) mengusulkan calon subpenyedia jasa dan pemasok untuk mendapatkan Persetujuan pengguna jasa apabila diperjanjikan b. Dalam kegiatan pengerjaan 1) pengguna jasa, antara lain memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan kontrak kerja konstruksi dan menanggung semua risiko atas ketidakbenaran permintaan, ketetapan yang dimintanya/ditetapkannya yang tertuang dalam kontrak kerja; 2) penyedia jasa, antara lain mempelajari, meneliti kontrak kerja, dan melaksanakan sepenuhnya semua ‘materi Kontrak kerja baik teknik dan administrasi, dan menanggung segala risiko akibat kelalaiannya, ¢. Dalam kegiatan pengakhiran 1) pengguna jasa, antara lain memenuhi tanggung jawabnya sesuai kontrak Kerja kepada penyedia jasa yang telah berhasil mengakhiri dan melaksanakan serah terima akhir secara teknis dan administratif kepada pengguna jasa sesuai kontrak kerja. 2) penyedia jasa, antara lain ‘menelii secara seksama keseluruhan pekerjaaan yang dilaksanakannya serta menyelesaikannya dengan baik sebelum mengajukan serah terima akhir kepada Pengguna jasa. 5.4. SUBPENYEDIA JASA Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi penyedia jasa dapat menggunakan Subpenyedia jasa yang mempunyai keakhlian khusus sesuai dengan masing-masing tahapan pekerjaan konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI ves Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembetan UL, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA a. Subpenyedia jasa tersebut harus juga_memenuhi ketentuan mengenai perizinan usaha i bidang konstruksi, mengenai kepemilikan sertifikat Klasifikasi dan kualifikasi Perusahaan, dan mengenai kepemilikan sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja b. Pengikutsertaan subpenyedia jasa dibatasi oleh adanya tuntutan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan ditempuh melalui mekanisme subkontrak, dengan tidak mengurangi tanggung jawab penyedia jase terhadap seluruh hasil pekerjaannya. ©. Bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan subpenyedia jasa harus mendapat persetujuan pengguna jasa. d. Pengikutsertaan subpenyedia jasa bertujuan memberikan peluang bagi subpenyedia jasa_yang mempunyai keahlian spesifik melalui mekanisme keterkaitan dengan penyedia jasa. €. Penyedia jasa wajib memenuhi hak-hak subpenyedia jasa sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa, antara lain adalah hak untuk menerima pembayaran secara tepat waktu dan tepat jumlah yang harus dijamin oleh penyedia jasa dan dalam hal ini pengguna jasa mempunyai kewajiban untuk memantau pelaksanaan pemenuhan hak subpenyedia jasa oleh penyedia jasa. {. Subpenyedia jasa wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. 5.5. KEGAGALAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Kegagalan pekerjaan konstruksi yang merupakan kegagalan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesual dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegayalan pekerjaan konstruksi yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biaya senditi Pemerintanh berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan pekerjaan konstruksi mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum antara lain ‘BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKS! va Peiathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUULK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA a. Menghentikan sementara pekerjaan konstruksi; b. Meneruskan pekerjaan dengan persyaratan tertentu: ¢. Menghentikan sebagian pekerjaan. 5.6. KEGAGALAN BANGUNAN Sesuai ketentuan Pasal 1 UU No. 18/1999, kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa, Tidak berfungsinya bangunan tersebut adalah baik dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. Bentuk pertanggunjawaban tersebut dapat berupa sanksi administratif, sanksi profesi, maupun pengenaan ganti rugi 5.6.1. JANGKA WAKTU PERTANGGUNGJAWABAN vangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan paling lama 10 tahun sejak penyerahan akhir Pekerjaan konstruksi Pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan untuk perencana konstruksi mengikuti kaidah teknik perencanaan dengan ketentuan sebagai berikut @. selama masa tanggungan atas kegagalan bangunan di bawah 10 (sepuluh) tahun berlaku ketentuan sanksi profesi dan ganti rugi: b._untuk kegagalan bangunan lewat dari masa tanggungan dikenakan sanksi profesi. Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi AB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKS! vs Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 5.6.2, PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN Penetapan kegagalan bangunan dilakukan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif dan profesional dengan ketentuan sebagai berikut a. Penilai ahli harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan; b. Penilai ahli adalah penilai ahii di bidang konstruksi ¢, Penilai ahli yang terdiri dari orang perseorangan atau kelompok orang atau badan usaha dipiih dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa; 4. Penilai ahli harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruks Tugas penilai ahli adalah a, menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan; b. _menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan; ¢._menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; d_ menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar Oleh pihak atau pihak-pihqak yang melakukan kesalahan; . menetapkan jangka waktu pembayaran karugian Penilai ahli berwenang untuk @._menghubungi pihak-pihak terkait untuk memeperoleh keterangan yang diperlukan: b,_memperoleh data yang diperlukan; ©. melakukan pengujian yang diperlukan; d__memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan. Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKS! vs Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA 5.6.3. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA Jika terjadi kegagalan bangunan yang terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, yang disebabkan kesalahan perencanalpengawas atau pelaksana konstruksi, maka kepada perencana/pengawas atau pelaksana selain dikenakan ganti rugi_ wajib bertanggung jawab bidang profesi untuk perencana/pengawas atau sesuai bidang usaha untuk pelaksana Penyedia jasa konstruksi diwajibkan menyimpan dan memelihara dokumen pelaksanaan konstruksi yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian bilamana terjadi kegagalan bangunan selama jangka waktu pertanggungan dan selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun sejak dilakukan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi Perencana konstruksi dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan bangunan sebagai dari rencana yang diubah pengguna jasa dan atau pelaksana konstruksi tanpa persetujuan tert dari perencana konstruksi Subpenyedia jasa berbentuk usaha orang perseorangan dan atau badan usaha yang dinyatakan terkait dalam terjadinya kegagalan hangunan bertanggung jawab kepada penyedia jasa utama 5.6.4. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGGUNA JASA Pengguna jasa wajib melaporkan terjadinya kegagalan bangunan dan tindakan-tindakan yang diambil kepada menteri yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa termasuk karena kesalahan dalam pengelolaan Apabila hal tersebut menimbulkan Kerugian bagi pihak Iain, maka pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKS! ver Petatnan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUSK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERUA 5.6.5. GANT! RUGI DALAM HAL KEGAGALAN BANGUNAN Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan dapat dilakukan dengan mekanisme pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan ketentuan © a. persyaratan dan jangka waktu serta nilai pertanggungan ditetapkan atas dasar kesepakatan; b. premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi yang menjadi bagian dari unsur biaya pekerjaan konstruksi Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan biaya premi tersebut di atas, maka risiko kegagalan bangunan menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Besamya kerugian yang ditetapkan oleh penilai ahli bersifat final dan mengikat. ‘Sementara itu biaya penilai ahli menjadi beban pihak-pihak yang melakukan kesalahan dan selama penilai ahli melakukan tugasnya, maka pengguna jasa menanggung pembiayaan pendahuluan. 5.7. GUGATAN MASYARAKAT Masyarakat yang dirugikan akibat_penyelenggaraan pekerjaankonstruksi_berhak mengajukan gugatan ke pengadilan secara a. orang perseorangan; b._kelompok orang dengan pemberian kuasa; ©. _kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan. Yang dimaksud dengan “hak mengajukan gugatan perwakilan * adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan sebagai akibat kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Gugatan masyarakat tersebut adalah berupa a. tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu; b. tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata c. tuntutan tain “Biya atau pengeluaran nyata” adalah biaya yang nyata-nyata dapat dibuktikan sudah dikeluarkan oleh masyarakat dalam kaitan dengan akibat kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. ‘BAB V PENYELENGGARAAN PEXERJAAN KONSTRUKS! ve Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawae Pek Jalan dan Jembatan UUAK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA Khusus gugatan perwakilan yang diajukan oleh masyarakat tidak dapat berupa tuntutan membayar ganti rugi, melainkan hanya terbatas gugatan lain, yaitu a. memohon kepada pengadilan agar salah satu pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang berkaitan dengan kewajibannya atau tujuan dari kontrak kerja konstruksi, b. menyatakan seseorang (salah satu pihak) telah melakukan perbuatan melanggar hukum karena melanggar kesepakatan yang telah ditetapkan bersama dalam kontrak kerja konstruksi; ¢. memerintahkan seseorang (salah satu pihak) yang melakukan usaha/kegiatan jasa konstruksi untuk membuat atau memperbaiki atau mengadakan penyelamatan bagi para pekerja jasa konstruksi 5.8. LARANGAN PERSEKONGKOLAN Dalam rangka terselenggaranya proses pengikatan yang terbuka dan adil, yang dilandasi oleh persaingan yang sehat serta terwujudnya tertib penyelenggaraan _ pekerjaan konstruksi, dalam Pasa! §5 PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi diatur ketentuan mengenai larangan persekongkolan di antara para pinak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pengguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan untuk ‘a. mengatur dan atau menentukan pemenang dalam pelelangan umum atau pelelangan terbatas sehingga mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat (termasuk antar penyedia jasa); b._menaikan nilai pekerjaan (mark up) yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat dan atau keuangan Negara: Pelaksana konstruksi dan atau subpelaksana konstruksi dan atau pengawas konstruksi dan atau subpengawas konstruksi dilarang melakukan persekongkolan untuk a, _mengatur dan menentukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja konstruksi yang merugikan pengguna jasa dan atau masyarakat, b. mengatur dan menentukan pemasokan bahan Jan atau Komponen bangunan dan atau peralatan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja konstruksi yang merugikan pengguna jasa dan atau masyarakat. BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI v9 Pelathan Jab Kerja Kepava Pengawas Pek Ja dan Jembaten UUK, ETIKA PR ESI DAN ETOS KERJA ‘Atas pelanggararan ketentuan tersebut di atas, pengguna jasa dan atau penyedia jasa dan atau pemasok dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKS! v-10 Platnan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA 6.1. UMUM ‘Sengketa (disputes) atau beda pendapat sering terjadi selama pelaksanaan kontrak kerja konstruksi yang disebabkan adanya beda penafsiran atas pelaksanaan ketentuan kontrak kerja konstruksi. Sekalipun upaya-upaya keras untuk mengurangi kemungkinan sengketa tersebut telah dilakukan dengan menyiapkan dan membahas bersama para pihak atas isi ketentuan dokumen kontrak kerja konstruksi dalam rangka penyamaan penafsiran dan pemahaman, namun tetap saja kemungkinan terjadi beda pendapat selama pelaksanaan kontrak kerja, Oleh karenanya, sengketa atau beda pendapat selalu diperkirakan dan tatacara penyelesaiannya harus diatur dalam ketentuan kontrak kerja Konstruksi Kontrak kerja konstruksi sering menetapkan bahwa direksi pekerjaan adalah pihak yang akan menafsirkan atas ketentuan kontrak kerja konstruksi dan keputusannya bersifat final Ketika permasalahan itu berkaitan dengan mutu bahan dan mutu kerja (workmanship), keputusan direksi pekerjaan tersebut biasanya depat diterima semua pihak. Namun bila beda pendapat tersebut menyangkut kerja tambah, tambah waktu, tambah biaya, denda dan sejenisnya, legalitas atau kewenangan hukum direksi pekerjaan adalah terbatas, dan dengan kata lain pengaturan mengenai penyelesaian sengketa diperlukan. Pada dasarnya penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara bertahap yakni dimulai dengan tahapan melalui perdamaian yaitu melalui perundingan langsung, kemudian kalau tidak berhasil menyelesaikan, dengan kesepakatan tertulis, tahap kedua, yakni para pihak ‘Menunjuk atau meminta bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun mediator untuk menyelesaikan sengketa Jika cara tersebut belum juga menyelesaikan sengketa, maka dapat ditempuh penyelesaian sengketa tahap ketiga yakni dengan menunjuk seorang mediator oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa atas permintaan para pihak yang bersengketa. Jika cara perdamaian melalui pilihan penyelesaian sengketa tersebut tidak dapat dicapai, maka para pihak berdasarkan kesepakatan tertulis dapat mengajukan usaha penyelesalannya melalui lembaga arbitrase atau arbitrase ad hoc yang pelaksanaannya ‘BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA wes Platina Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA sesuai ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Altematif Penyelesaian Sengketa, Walaupun tidak dinyatakan secara tegas, namun penyelesaian sengketa tersebut tidak harus mengikuti prosedur alternatif penyelesaian tahap demi tahap mulai dari tahap pertama sampai dengan tahap keempat, dan dapat saja mengabaikan tahap tertentu. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan antara lain - kecepatan dan efisiensi penyelesaian, tidak adanya ketentuan yang secara tegas mengatur keharusan mengikuti tahapan tersebut, adanya kebebasan memilih cara penyelesaian sengketa oleh para pihak yang bersengketa, dan efektifitas penyelesaian, Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Altematit Penyelesaian Sengketa télah menyediakan beberapa pranata hukum sebagai pilhan penyelesaian sengketa secara damai yang dapat ditempuh para pihak untuk menyelesaikan sengketa atau beda pendapat mereka yakni dengan melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian para ahli sesuai kesepakatan mereka, Penggunaan mekanisme penyelesaian secara damai tersebut hanyalah berlaku untuk sengketa di bidang perdata dan tidak berlaku untuk sengketa di bidang pidana. Dalam rangka melindungi hak keperdataan para pihak yang bersengketa, Pasal 36 UU No 18/1999 mengatur ketentuan bahwa penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan plihan secara sukarela para pihak yang bersengketa dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebut tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Guna mencegah terjadinya putusan yang berbeda mengenai suatu sengketa jasa konstruksi untuk menjamin kepastian hukum, jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. [BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA vez elathan Jab Ker Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA 6.2. PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk a, masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; serta bb, dalam hal terjadi kegagalan bangunan Berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa, penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara a. melalui pihak ketiga, yaitu 1) mediasi (yang ditunjuk oleh para pihak atau oleh Lembaga Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketal: 2) konsiliasi; atau b. arbitrase melalui Lembaga Avbitrase atau Arbitrase Ad Hoc. Penunjukan pihak ketiga tersebut dapat dilakukan sebelum sesuatu sengketa terjadi, yaitu dengan menyepakatinya dan mencantumkannya dalam kontrak kerja konstruksi, Dalam hal penunjukan pihak ketiga dilakukan setelah sengketa terjadi, maka hal itu harus disepakati dalam suatu akta tertulis yang ditandatangani para pihak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pihak Ketiga tersebut dapat dibentuk oleh Pemerintah dan/atau masyarakat jasa konstruksi Penyelesaian sengketa secara mediasi atau konsiliasi tersebut dapat dibantu penilai ahli untuk memberikan pertimbangan profesional aspek tertentu sesuai kebutuhan, Penyelesaian sengketa dengan menggunakan bantuan mediator dengan ketentuan sebagai berikut a. oleh satu orang mediator b. mediator ditunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa, c. mediator tersebut harus mempunyai serfifikat keahlian yang ditetapkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi; 4d. apabila diperlukan, mediator dapat minta bantuan penilai ahi; BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA weg elathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembstan LUUUK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA fe. mediator bertindak sebagai fasilisator yaitu hanya membimbing para pihak yang bersengketa untuk mengatur pertemuan dan mencapai suatu kesepakatan yang dituangkan dalam kesepakatan tertulis. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan bantuan konsi itor dengan ketentuan sebagai berikut : a. oleh seorang konsiliator; b. konsiliator ditunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa; c. konsiliator harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi; d. konsiliator menyusun dan merumuskan upaya penyelesaian untuk ditawarkan kepada para pihak; e. jika rumusan tersebut disetuj menjadi rumusan pemecahan masalah yang dituangkan dalam kesepakatan tertulis, oleh para pihak, maka solusi yang dibuat konsiliator Semua kesepakatan tertulis dalam penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa melalui mediator dan konsiliator tersebut yang ditandatangani kedua belah pihak bersifat final dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa arbitrase dilakukan melalui arbitrase sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan putusan arbitrase bersifat final dan mengikat. Jika dibandingkan dengan lembaga pengadilan maka lembaga arbitrase mempunyai beberapa kelebihan antara lain a. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak, b. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan Karena hal yang bersifat prosedural dan administrtif, c. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut mereka diyakini mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang relevan dengan masalah yang disengketakan, di samping jujur dan adil, d. para pihak dapat menetukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya termasuk proses clan tempat penyelenggaraan arbitrase; BAR VI PENYELESAIAN SENGKETA wee Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA e. putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dengan tata cara (prosedur) yang sederhana dan langsung dapat dilaksanakan. Badan arbitrase nasional di indonesia yang bertugas menyelesaikan sengketa dagang baik yang bersifat domestik maupun intemnasional adalah Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang didirikan atas prakérsa Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang didirikan atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI) BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA wes Platina Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan UUsK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA BAB VII SANKSI Atas pelanggaran Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut, kepada para penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi berupa dan atau denda dan atau pidana Sanksi administratif dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa peringatan tertulis; penghentian sementara pekerjaan konstruksi; pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi; pembekuan izin usaha dan/atau profesi; eao0g8 pencabutan izin usaha dan/atau profesi. ‘Sanksi administratif dapat dikenakan kepada pengguna jasa berupa a. peringatan tertulis; b._penghentian sementara pekerjaan konstruksi c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi d._larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi, €._pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstrusi f pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi Sanksi pidana atau denda dapat dikenakan kepada barang siapa yang a, melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan; b. melakukan pelaksanaan pekerjaan Konstruksi yang tidak memenuhi_ ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaann konstruksi atau kegagalan bangunan; . melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan. [BAB VII SANKSI Vi Pelathan Jab Keria Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan Uk, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA BAB VIII ETIKA PROFESI 8.1. UMUM Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 18 Taun 1999 tentang Jasa Konstruksi, bahwa semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi harus bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya. Tanggung jawab tersebut pada dasarnya adalah tanggung jawab profesional yang berlandaskan prinsip-prinsip keahlian yang sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Prinsip-prinsip profesionalisme tersebut merupakan ciri-ciri dasar yang mewarnai seluruh aspek penyelenggaraan jasa konstruksi mulai dari tahapan pengikatan pekerjaan konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, sampai dengan pembinaan jasa konstruksi. Tanggung jawab profesional tersebut tidak saja berlaku selama masa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, namun masih berlanjut setelah penyerahan hasil pekerjaannya dengan apa yang dikenal dengan kegagalan bangunan. Tidak seperti tingkat keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan seseorang yang secara umum dapat diukur dari kemampuan teknisnya, tingkat keahlian yang sesuai dengan kaidah kepatutan dan kejujuran intelektual tidak begitu mudah untuk diukur. Dengan pengertian tersebut pada dasarnya tingkat profesional diharapkan memenuhi 3 (tiga) kriteria yakni a. _kemampuan teknis atau apa yang dikenal dengan intelligence quotient (IQ); b. kemampuan emosional atau apa yang dikenal dengan emotional quotient (EQ); dan ©. kemampuan spiritual atau apa yang dikenal dengan spiritual quotient (SQ). Sementara kemampuan teknis lebih mengarah pada produktivitas dan efisiensi, maka kemampuan emosional dan kemampuan spiritual lebih mengarah kepada _nilai-nilai kepatutan dan kejujuran yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat dan kemanusiaan atau secara sederhana mengarah kepada ukuran baik-buruk, benar-tidak benar, dan wajar-tidak wajar BAS Vill ETIKA PROFES! vui-1 Pelatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA Hal tersebut secara umum dikenal sebagai etika profesi yang lebih menekankan kepada nilaé-nilai Kepatutan, kearifan, kejujuran, kerelaan, dan kewajaran, Etika profesi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi akan memagari seorang profesioan! dalam bidang jasa konstruksi secara sendiri dengan : rasa malu, rasa sungkan, rasa ewuh, dan rasa bersalah untuk berbuat buruk, berbuat tidak benar, berbuat tidak patut, dan berbuat tidak wajar, serta berbuat tidak jujur tanpa harus diketahui oleh orang lain, Etika profesi akan merupakan komitmen pribadi seorang profesional dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya untuk tetap memegang teguh nilai-nilai kepatutan dan kejujuran intelektuainya. Dengan demikian di samping nilai-rilai keilmuan, nilai-nilai kepatutan dan kejujuran dalam bentuk etika profesi merupakan unsur yang paling penting dalam menjalankan penyelenggaraan jasa konstruksi dan hal tersebut memberikan andil besar dalam mewujudkan tujuan pengaturan jasa konstruksi yakni terwujudnya struktur usaha yang kokoh, andal, bersaing tinggi. dan hasil pekerjaan yang berkualitas, serta terwujudnya tertib penyelenggaraan Konstruksi 8.2. KODE ETIK ASOSIASI Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi mengamanatkan bahwa asosiasi perusahaan maupun asosiasi profesi wajib memiliki dan menjunjung tinggi kode etik asosiasi Kode etik asosiasi pada dasarnya merupakan penjabaran dari prinsip-prinsip dasar norma dan nilai luhur yang menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan profesi para anggotanya Kode etik tersebut akan merupakan tuntunan untuk para anggota asosiasi_ yang bersangkutan dalam menjalankan tugas-tugas keprofesionalannya pada penyelenggaraan jasa konstruksi dalambebagai situasi dan kondisi Pelanggaran terhadap kode etik asosiasi akan berakibat dikenakannya sanksi oleh asosiasi yang bersangkutan, BAB Vill ETIKA PROFES! val-2 Petatnan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUULK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA KODE ETIK GABUNGAN PELAKSANA KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA (GAPENS!) Kode Etik Gapensi (Dasa Brata) Satu kata dan perbuatan dalam pengamalan Pancasila. Menaati semua peraturan perundangan. Mematuhi ketentuan-ketentuan pemberi tugas. Adil, wajar, bijaksana dan asas non-disclosure. Bertanggung jawab dan menepati janji Tidak semata-mata berorientasi keuntungan, namun juga berdaya guna dan berhasil oaeena guna. ‘Meningkatkan mutu, kemampuan dan pengelolaan usaha. 8. Tidak melakukan persaingan usaha yang tidak sehat dan tidak merebut kesempatan kerja yang tidak menjadi haknya 9. Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan 10. Memegang teguh disiplin, kesetiakawanan dan solidaritas organisasi 8.2.2. KODE ETIK ASOSIASI KONTRAKTOR INDONESIA (AKI) Kode Etik AKI Menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Menghormati dan menghargai profesinya sebagai kontraktor. Tidak melakukan tindakan “mempengaruhi" dalam memenangkan tender. Tidak memberi atau menerima imbalan dalam memenangkan tender. Tidak berusaha mendapatkan data penawaran rekan dalam pra-tender. Tidak berusaha mengubah harga dan kondisi penawaran setelah tender ditutup. Tidak membajak tenaga kerja sesama anggota. ePNOesona Tidak menyabot baik langsung maupun tak langsung nama baik, kesempatan dan usaha sesama anggota BAB Vill ETIKA PROFES! vin 3 elathan Jab Kena Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA 9. Berpartisipasi dalam pelatihan, penelitian, dan tukar-menukar isi informasi sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan industri jasa konstruksi. 8.2.3. KODE ETIK PERSATUAN INSINYUR INDONESIA (PII) Kode Etik Pll (Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia) Empat Prinsip Dasar : 4. Mengutamakan keluhuran budi. 2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia 3. Bekerja secara surigguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya 4, Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran. Tujuh Tuntunan Sikap : 1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Bekerja sesuai kompetensinya Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing, Memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi Mengembangkan kemampuan profesional NOORON 8.2.4. KODE ETIK HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA (HPJI) Sebagai standar moral bagi setiap anggota yang tergabung dalam organisasi profesi HPJI disusunlah PRINSIP DASAR tentang norma dan nilai luhur yang disepakati bersama untuk menjadi pegangan, dihayati, dan harus selalu dijunjung tinggi dalam melaksanakan kegiatan profesi Selanjutnya Prinsip Dasar tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam KODE ETIK yang akan menjiwai setiap langkah para anggota HPJI dalam mengemban tugas-tugas keprofesic nalannya. ‘BAB VIN ETIKA PROFES! va-4 Pelattan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUULK, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA Kemudian Kode Btik tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk KAIDAH UMUM TATA LAKU yang merupakan pedoman umum anggota untuk menghadapi situasi dan kondisi beragam yang timbul di suatu saat dalam menjalankan tugas profesinya dan sekaligus merupakan ciri-ciri tindak keprofesionalannya. Pedoman umum ini memuat kaidah-kaidah dalam hubungan-hubungan pelaksanaan tugas anggota HPJI dengan masyarakat, rekan seprofesi dan profesi lain yang terkait serta hubungan dengan pemberi tugas. | PRINSIP DASAR 1. Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kesejahteraan umat manusia secara berkelanjutan 3. Bekerja secara profesional untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan organisasi. 4. Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi serta menjunjung tinggi martabat profesinya Il. KODE ETIK HPJI 1. Anggota HPul wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil dalam menjalankan profesinya 2. Anggota HPJI wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan nama baik serta profesi orang lain. 3. Anggota HPJI wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak merugikan kepentingan umum khususnya yang menyangkut lingkungan. 4. Anggota HPJI setia dan taat pada perturan dan perundang-undangan yang beriaku. Anggota HPJI harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk peningkatan profesionalisme sesama anggota 6. Anggota HPJI wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi dengan integritas tinggi dan tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang keahlian teknisnya 7. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab secara profesional berazaskan kaidah keilmuan, kepatutan dan kejujuran intelektual BAB Vil ETIKA PROFESI vat Pelathan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembstan Usk, ETIKA PROFES! DAN ETOS KERIA 8. Anggota HPJI dengan menggunakan pengetahuan & keahlian yang dimilikinya wajib menyampaikan pendapat dan pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti dan tanpa membedakan. ill, KAIDAH UMUM TATA LAKU. Kejujuran (honesty). Keadilan (fairness). Satunya pikiran, ucapan dan tindakan (integrity). Dapat dipertanggungjawabkan (accountability). Kebertanggungjawaban (responsibility) Kesetiaan kepada bangsa dan negara (oyalty) Tepat janji (commited). aN oan ona Menghormati orang lain (respect to other) 9. Mengutamakan kepentingan masyarakat (community) 10, Menjanjikan karya terbaik (pursuit fo excellence) 11, Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, 12. Mengupayakan dan menjaga pelestarian lingkungan a. Kaidah Hubungan dengan Masyarakat 1. Anggota HPJI dalam melaksanakan tugas profesinya wajib melindungi kepentingan masyarakat luas di atas kepentingan pihak-pihak lain. Anggota HPJI memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi masyarakat Anggota HPJI harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun golongan. 4. Anggota HPJI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus menjaga / mempertahankan kemandirian berfikir dan kebebasan bersikap. 5. Anggota HPUI harus bertekad untuk menghasilkan karya terbaiknya yang mampu disajikan, 6. Anggota HPJI wajib mempertanggungjawabkan karyanya secara moral kepada masyarakat dan diri pribadinya. 7. Anggota HPJI wajib memanfaatkan sumber daya secara optimal dengan sehemat mungkin menggunakan sumber daya alam. {BAB Vill ETIKA PROFESI viil-6 Pelatinan Jab Kera Kepala Pergawas Pek Jalan dan Jembatan LUUuK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERUA 8. Anggota HPJI wajib mendahulukan tanggungjawab dan kewajiban daripada hak dan kepentingan sendiri 9. Anggota HPJI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya wajib mengenal dan memperhatikan adat istiadat serta aspek-aspek sosial masyarakat di daerah wilayah kerjanya. 10. Anggota HPJI wajib menghormati dan melindungi warisan budaya bangsa 14, Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi dan menjaga kehormatan, keahlian dan nama baik pribadinya dan organisasi 12. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi hak azasi masyarakat, lingkungan kerjanya dan bawahan. b. Kaidah Hubungan dengan Rekan 1. Anggota HPJI wajib menghormati undang-undang hak cipta (Intellectual Property Right). 2. Anggota HPJI wajib memberi kesempatan dan atau bimbingan untuk pengembangan ilmu pengetahuan rekan-rekan dan bawahannya, 3. Anggota HPI wajib mengikuti kemajuan, perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang profesinya. 4, Anggota HP4JI tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) hasil karya orang lain sebagai hasil karyanya. 5. Anggota HPJI tidak akan melakukan persaingan yang tidak sehat dan tidak wajar dengan rekannya. 6. Anggota HP4I tidak akan turut dalam suatu pekerjaan atau usaha dengan rekan- rekan yang tidak mengindahkan kode etik. 7. Anggota HP4JI wajib menyampaikan pengaduan terjadinya pelanggaran kode etik kepada Pengurus (DPP / DPD) ataupun Majelis Kehormatan HPI 8. Anggota HPJI dapat melanjutkan pekerjaan sesama rekan setelah ada penyelesaian hubungan kerja antara pemberi tugas dengan anggota HPJI yang bersangkutan, BAB Vil ETIKA PROFESI vun-7 Pelatinan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jalan dan Jembatan LUUJK ETIKA PROFES! DAN ETOS KERJA ¢. Kaidah Hubungan dengan Pemberi Tugas 1. Anggota HP.JI wajib mencurahkan segala perhatian, kemampuan, pengetahuan, kepandaian dan pengalaman yang ada padanya untuk penyelesaian tugas. 2. Anggota HP4JI wajib bersifat jujur tentang keahlian dan kemampuannnya dan tidak akan menerima tugas pekerjaan di luar keahlian dan kemampuannya 3. Anggota HPJI wajib memenuhi janjinya dalam menyelsaikan tugas yang dipercayakan dan menjadi tanggung jawabnya. 4. Anggota HPJI wajib menolak suatu penugasan yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan dengan pemberi tugas, masyarakat dan lingkungan. 5. Anggota HPI wajib menyampaikan laporan secara jujur dan obyektif berkaitan dengan tugasnya kepada pemberi tugas. 6. Anggota HPJI tidak boleh menerima imbalan atau honorarium di luar ketentuan atau perjanjian kontraktuil yang berlaku 7. Anggota HPJI dalam proses pelaksanaan tugasnya harus mengacu pada prinsip pemilihan solusi konstruksi yang paling efektif dan efisien setelah melalui penelaahan berbagai alternatif yang mungkin ‘BAB Vil! ETIKA PROFESI vu-8

You might also like