You are on page 1of 188
EEE eet} fa aeuset he taey Daftar Isi Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan... ‘Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kata Pengantar a Nama-nama Yang Terkait Dalam Rangka Pembuatan Buku... BABI PENGANTAR REKAYASA LINGKUNGAN.... Li Pendahuluan nan soeoeee 1.2 Hubungan timbal balik antara manusia dan tingkungannya 1.3 Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan .. 1.4 Penyakit yang berhubungan dengan keadaan lingkungan 1.5 Rekayasa Lingkungan .. BABI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIA. .......... 241 Pendahuluan nc 2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih .. BAB HI AIR LIMBAH. 3.1 Pendahuluan 3.2 Karakteristik Air Limbah.. 3.3 Sistem Pengolahan Air Limbah 34 Sistem penyaluran Air Limbah .. 3.5 Pengolahan Air Limbah... 3.6 Operasi dan Pemeliharaan BAB IV DRAINASE AIR HUJAN DAN PERMUKAAN. 4.1 Pengertian dan Tujuan .nessoon eae 4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Drainase permukaan 4.3 Sistem Jaringan Drainase dan Perlengkapannya 91 BAB V__ SISTEM PLAMBING DALAM GEDUNG. ... 5.1 Pendahluan «rrr 5.2 Fungsi dan jenis Peralatan Plambing . 5.3 Sistem Pembuangan dan Ven .enen oS 5.4 Pemeriksaan dan Pengujian Sistem Plambing . 5.5 Prosedur perencanaan F 5.6 Hitungan Penyediaan Air Bers. BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK. 6.1 Pendahuluan 7 6.2 Sumber dan Jenis Limbah Padat ... 6.3 Karakteristik Limbah Padat i 6.4 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Domestik BAB VII SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3. FTA. Pendahuluan 0. 7.2 Sumber, Jenis dan Karakteristik Limbah B3.. 7.3 Sistem pengelolaan Limbah B3 BAB VIITUSAHA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA 8.1 Pengertian Dasar Pencemaran Udara 8.2. Pentingnya Penanggulangan Pencemaran Udara 8.3 Klasifikasi Pencemar atau Polutan 84 Usaha penanggulangan pencemaran Udara BAB IX PENGELOLAAN LINGKUNGAN 9.1 Pendahuluan rem shes 9.2 Tujuan dan Komponen Pengelotaan Lingkungan nn 9.3 Pendekatan Rekayasa Lingkungan dalam pengelolaan Lingkungan | 9.4 Perencanaan dalam Rekayasa Lingkungan 9.5. Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan DAFTAR PUSTAKA. R BAB | PENGANTAR REKAYASA LINGKUNG Bab 1 Pengantar Rekayasa Lingkungan 1.1. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi den; pembangunan dan industaliss. Nemun industalisstdsamping memperecpat re segaia kebutuhan hidup manusia juga memberi dampak negatip terhadap manusia aki terjadinya pencemaran lingkungan Beberapa kasus pencemaran lingkungan seperti pencemaran udara yang menyebabkan| kematian dalam waktu 3 hari terjadi di Meuse River, Belgia. Bencana semacam ini jg terjadi di Amerika, Inggeris, jepang dan lain-lain Negara Pencemaran air yang menimbull cacat bawaan pada bayi-bayi terjadi antara lain di Minamata Bay (Jepang). Keracunan makafa arena limbah industri terjadi di negara-negara maju, sedangkan di negara sedang berkembj seperti Indonesia, Pakistan, Afganistan, dan lainnya baru mulai dilaporkan. Kebocorkn Kebocoran peralatan di industri sering menyebabkan bencana seperti yang terjadi di Bhopal India, Chernobyl, Rusia dan sebagainya. siklus-siklus geobiokimianya, Semua unsur di alam ini mengalami siklus yang dapat ber cepat atau lambat, tergantung dari sifat unsur masing-masing. Banyak penelitian dilakul untuk mempelajari siklus yang terjadi dan hasilnya di manfaatkan sebagai masukan unhul ‘merencanakan aktivitas pengelolaan lingkungan hidup. Dapat dimengerti bahwa ee Atas dasar kejadian-kejadian sejenis tersebut orang mulai mempelajari ekosistem cite ja a Jingkungan ini perlu dilakukan secara terpadu dan multi disiplin, Dengan demikja berkembanglah ilmu lingkungan yang diterapkan diberbagai bidang ilmu seperti ilmu rekaypss Tingkungan, Kesehatan lingkungan dan sebagainya, Pengertian lingkungan hidup dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.4 taflu 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah kesattat rvang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya mandsi dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manysi serta makhluk hidup lainnys. Inti permasalahan lingkungan hidup adalah bagaimana kenyataan tentang cara manysiay menempattan di dalam Hngkungan dan bagaimene schavsnya hal it dijlaien ap AB | PENGANTAR RERAYASA LINGRUNGAN B mendukung kesinambungan perikehidupan dan kesehatan manusia dan mahkluk hidup lainnya. {mu tentang hutungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut Ekologi. 1.2. HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA. 1.2.1, Hubungan timbal bali antara manusia dan Atmosfir (udara) Manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara, Secara rata-rata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga menit. Karena udara berbentuk gas, ia terdapat dimana-mana, sebagai akibatnya manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya. Sampai pada tahun 1930 di Belgia terjadi wabah penyakit paru-paru yang disebabkan pencemaran udara, Tahun-tahun berikutnya pencemaran udara menyebabkan terjadinya kematian dan kesakitan dalam proporsi epidemik dibeberapa tempat didunia, Tabel 1, memperlihatkan beberapa bencana akibat pencemaran udara, berdasarkan lokasi, sumber pencemar, serta korban pencemaran. Tabel 1. Beberapa Bencuna pencemaran Udara Yang Terkcnall Lokasi ‘Sumber Jumlah Penderita) | Kelainan Jenis Pencemar | Kematian Meuse Valley Indust baja attr | e0cv600 peradangan jaringan Belgia. 1930 | sor. Fox panepar i | logam, debu, Donora, USA 1949 | Indust: baja dlV/S02| S910 / 20 Keleinan jaringan Kelainanjariazan pemanasan rumah panv-para Pora Ric Kilang Minyah | 320/22 Kelsinan paru-parn Mexico, 1950 susunan sarat pus New York, USA I Industri, Kendaran | Mordibitas London, 1952 Sulfa Tidak diketahui pant-paru | Kelinan paru-paru | | | Indust 4000 i I bermoror nak 165 & jantung, Pemanasan rumah New Orleans Industri gandum — | 200 perhasi/2 Asthma USA. 1958 Yokohama Industri Tak diketahui Asthina Jepang. 1946 Pemanasan rumah emphysema Sumber : Purdom, Walton P,1971 *) Soemirat, Juli 1971 4 [AB I PENGANTAR REKAYASA LINGKUMG Pada tabel 1 diperlihatkan bahwa penyakit yang ditimbulkan kebanyakan tergolpn| saluran pernapasan. Sekalipun demikian, pencemaran udara dapat mengakibat penyakit pada seluruh bagian badan baik karena Kontak langsung maupun tak langstn ‘Tabel 1 itupun menampakkan bahwa ada yang meninggal akibat penyakit jantung dan fir syaraf. Hal ini dapat dimungkinkan karena kerusakan pada jaringan paru-paru mengakibatkan tekanan di dalam paru-paru meningkat, dan jantung yang berfungsi sebbgs pompa di dalam sistem kardio-vaskuler harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tek: yang meninggi, Sebagai akibatnya dapat terjadi gagal jantung. Pengaruh udara terhadap keschatan sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biofo maupun fisis udara, Pada keadaan normal, sebagian besar udara terdiri atas oxigen nit (90%), tetapi aktivitas manusia dapat merubah Komposisi kimiawi udara sehingga texas pertambahan jumlah spesies, ataupun meningkatkan konsentrasi zat-zat kimia yang si ada, Aktivitas manusia yang menjadi sumber pengotoran/pencemaran udara adalah buat industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran di rumah-rumah dan di ladang-ladang. Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat berupa karbonmonoksida, oxida suf oxida nitrogen, hidrokarbon, dan partikulat Zat pencemar fisis yang banyak didapat adalah kebisingan, sinar ultra violet, sinar ipfi merah, gelombang mikro, gelombang elektromagnetik, dan sinar-sinar radioaktif, Selo zat biologis yang banyak didapat di dalam udara bebas adalah virus, dan spora, bakteri vi jamur, dan cacing seringkali didapat di dalam udara tidak bebas. 1.2.2 Hubungan timbal balik antar manusia dan hidrosfir (air) Kualitas air berubah Karena kapasitas untuk membersihkan dirinya telah terlampau. ini disebabkan bertambahnya intensitas aktivitas penduduk yang tidak hanya meningkalka kebutuhan akan air tetapi juga meningkatkan jumlah air buangan, Buangan-buangan inflal yang merupakan sumber sumber pengotoran perairan, Secara ringkas, berbagai sun} pengotoran badan air dapat dilihat pada tabel 2. Diantara zat-zat pengotor air tersebut adflah zat-zat yang persisten, zat radioaktif dan penyebab penyakit. ‘Ada beberapa zat-zat kimia yang sifatnya taktik dan tidak cepat terurai dalam air. Me eee eer eteer meray armen regneicereeer ert yang ada dalm air tersebut Sebagai contoh adalah detergen yang terbuat dari alkil sulfonat yang tidak linier 41a bercabang. Selain itu detergen juga menimbulkan busa di perairan yang secara estetik] ta dapat diterima, dan menimbulkan kesulitan dalam pengelolaan badan air. Contoh lain ad! DDT (dichloo-diphenyl-trichloretan), Akumulasi DDT terdapat tidak hanya pada ikan Ba hewan tetapi juga pada manusia. [BAB 1 PENGANTAR REKAYASA LINGKUNGAN 15 ‘Tabel 2. Sumber-sumber pengotor Air. Sumber Alamiah Udara Mineral terlarut | Tumbuban/Hewan busuk Tumbuhan air ! Air hujan Sumber Petanian Erosi Kotoran hewan Pupuk Pestisida Air irigasi Air Buangan Pemukiman | Industri ! Air hujan kota L Kapal/Perahu, dll Waduk Lumpur Tumbuhan akuatik Lain-tain Industri konstruksi | Pertambahan Zat radioaktif akan menimbulkan efek terhadap kesehatan, tetapi hal ini tidak akan terjadi apabila pengendalian zat radioaktif dilaksanakan dengan sangat ketat. Namun demikian, zat radioaktif, dalam jumlah yang sedikit dapat pula menimbulkan masalah apabila terjadi biomagnefikasi di dalam organisme akuatik, Besar kecilnya masalah ini sangat tergantung, pada kadar magnifikasi, peran organisme tersebut dalam rantai makanan, serta lamanya waktu paruh zat radioaktif. Adanya penyebab penyakit di dalam air (misalnya brallang dysentri), dapat menyebabkan efek langsung terhadap keschatan. Penycbab penyakit yang mungkin ada, dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) penyebab hidup, yang menyebabkan penyakit menular, dan (2) penyebab tak hidup, yang menyebabkan penyakit tidak menular, 1.2.3, Hubungan timbal balik antara manusia dan Litosfir (tanah) Penyakit-penyakit yang disebarkan lewat tanah merupakan gambaran dari bentuk hubungan timbal balik antara manusia dan litosfir. Zat-zat yang terkandung dalam tanah dapat berasal dari tanah itu sendiri maupun berasal dari luar tanah, sebagai akibat pengotoran ataupun pencemaran. Sebagai contoh adalah Penyakit Bakterial Tetanus (menular) disebabkan oleh C. Tetanus dan Penyakit Fluorosis (tidak menular) disebabkan oleh keracunan Flour. 16 BAB 1 PENCANTAR RERAYASA a Seperti juga halnya dengan lingkungan lainnya, manusia memanfaatkan lingkungan urtul kebutuhan sehari-hari, Litosfir digunakan manusia untuk bermukim, untuk melakukan seqal: kegiatan, seperti pertanian, peternakan, industri, dan tempat pembuangan limbah padat ataubu persampahan. Pemanfaatan lahan untuk keperluan tertentu dapat berdampak terhadap kesehqtay masyarakat sebagai gambaran dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : ‘Fabel 3, Pengaruht Tata Guna Lahon Terhadup Kesehatan Masyarakat Tata Guna Li terbadap masyarakat Kehutahan \ vektor, agent dll | | Taman 7 Lingkungan Rekreasi Ul Bercocok tanam ; Kesehatan makanan, air dll. Tanah berair, danau. | Perkembang-biakan vektor ll. | Rawa, teluk ehh aedtpeeacaacetsoeced cece SaceeiL ‘Tempat Tinggal kes. in Pemukiman Porkotaan Kes, angan Bangunan, persampahan | Industri Kes, Dan keselamatan Ling. Kerja Transportasi Kes. Ling. Transportasi. parawisata | Exploitasi mineral | Kes, dan keselamatan Li Kerja | ingkungan [__Toxikologi Sumber Miller Jr 1975, dalam Soemirat Juli 1994. 1.3. KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor : 23 tahun 1992 tentang kes Bab I pasal 1 bahwa “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial bat ‘memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis” ee Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat untuk mencegah penyakit, memperpagia harapan hidup, dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masy yang terorganisir melalui sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendi hygiene perseorangan, mengorganisir pelayanan medis dan perawatan, Dengan dipelajatin ilma keschatan masyarakat, maka dapat dilakukan diagnosis dini, pengobatan venceah serta membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehiqup} yang baik dan dapat memelihara kesehatan (Maslov, 1920) Definisi ini mengungkapkan bahwa tujuan Kesehatan masyarakat ada tiga. Tujud r hanya dapat dicapai lewat usaha masyarakat yang terorganisir, dan tidak Jain salah safunya adalah Kesehatan Tingkungan. AB 1 PENGADTAR RERAYASS LINGRUNGAY ” 1.3.1. Usaha Kesehatan masyarakat ‘Agar masyarakat dapat meningkatkan kesehatannya paling sedikit diperlukan enam usaha dasar yang dikenal dalam Imu Kesehatan Masyarakat sebagai “The Basic Six” atau enam uusaha dasar. Ada tiga konsep cnam usaha dasar tersebut masing-masing dikemukakan olch American Public Health Association (APHA), Emerson and Luginbuhl (EM), dan World Health Organization (WHO) seperti tampak pada tabel 1. Ketiga konsep tersebut memperlihatkan penggunaan istilah yang berbeda, Perbedaan tersebut tergantung pada kemajuan usaha kesehatan suatu negara. Sebagai contoh, Pemberantasan Penyakit Menular, tidak lagi disebutkan oleh APHA, katena di Amerika Serikat penyakit menular ini sudah tidak lagi merupakan masalah utama, Sebaliknya di Indonesia, frekwensi penyakit ini masih sangat tinggi, sehingga usaha pemberantasannya menjadi sangat penting. Oleh karena itu, pemberantaan penyakit menular masih termasuk di dalam konsep WHO. Untuk berbagai negara, permasalahan kesehatannya akan berbeda, Oleh Karena itu, disamping the basic six ini dapat pula dikembangkan usaha yang khas bagi masing-masing negara, Usaha kesehatan masyarakat di Indonesia, selain terdiri atas “The basic Six", juga ditambahkan dengan usaha-usaha lainnya yang dirasa perlu, sebag: RI. No. 23 th. 1992. Tabel 4 Tiga Buah Konsep “The Basic Six APHA * EMERSON & | WHO * LUGINBUHL Pencatatan dan analisa data Statistika vial | PEMELIHARAAN |. dokumen Kesehatan Peniian Kescatn fenitan | Rohan dliseminasi informasi esehatan | kesehatan’ Seer ere ree eee see Ee Pengawasan, Pengaturan, pelayanan | Kesehatan | Kesehatan kes. Lingkungan lingkungan ! lingkungan Administrasi dan pela Pemberantasan Pemberanttasan Kesehatan Peny. Menular | Peny. Menular Pelayanan keschatan Kesejahteraan | Kesejahteraan Tou dan Anak Ibu dan Anak —+ Koordinasi Sumber days Pengendalian Pelayanan medis, Kesehatan Penyakit | dan Perawatan kronis kesehatan * = American ‘Public Health Association’ ** = World Health Organization Sumber : Laevell, H.R. dan Clarck, E.G. 1958, dalam Soemirat (1994) 18 AAD 1 PENGANTAR REKAYASS LNGKE! Di dalam UU-RL No. 23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya keseh: dilaksanakan melalui 15 kegiatan sebagai berikut : (a) kesehatan keluarga, (b) perbaikan gi (©) pengamanan makanan dan minuman (4) Kesehatan lingkungan, (¢) kesehatan Kerja |( Kesehatan jiwa, (g) pemberantasan penyakit, (h) penyembuhan penyakit dan pemulifa Kesehatan, (1) penyuluhan keschatan masyarakat, G) pengamanan sediaan farmasi dan lat Kesehatan, (k) pengamanan zat aditif, (I) Kesehatan sekolah, (m) Kesehatan olahraga, pengobatan tradisional, dan (o) kesehatan mata. Kesermua ini perlu dilaksanakan secara terp: menyeluruh, dan berkesinambungan agar dapat memecahkan permasalahan kesehatan dihadapi. Mulai dalam PELITA V kegiatan pokok yang tadinya 15 dinaikkan menjadi 18 st Kesejahteraan iba dan anak, keluarga berencana, gizi, Kesehatan lingkungan, pemberantapai penyakit, penyuluhan Kesehatan, pengobatan dan penanggulangan kecelakaan, peraw: a Kesehatan masyarakat usaha kesehatan sekolah, Kesehatan gigi dan mulut, Kesehatan jibra pemeriksan laboratorium sederhana, pencatatan dan pelaporan, Kesehatan mata, kesehgta lah raga, kesehatan pekerja non formal, pembinaan pengobatan tradisional, peningk4ta upaya dana sehat masyarakat. Dari daftar usaha dasar ini semakin jelas diperlukannya kerja multi disiplin dibidpny kesehatan. Misalnya, program untuk Kesehatan lingkungan akan memerlukan ahli Rekay hd dibidang air bersih, limbah, lingkungan kerja, udara dan lain-tain. 1.3.2. Usaha Kesehatan Lingkungan Usaha kesehatanb lingkungan merupakan salah satu usaha dari enam usaha dasar kesehy masyarakat. Dari uraian tentang usaha dasar terlihat bahwa Kesehatan lingkunganpun Pr: seKali hubungannya dengan usaha kesehatan lainnya, Usaha ini merupakan usaha yang pprl didukung oleh ahli rekayasa, khususnya oleh abli rekayasa lingkungan. Usaha keschatan lingkungan mencakup : a. Program/penyediaan ait minunvair bersih b. Pengolahan dan pembuangan limbah cair, gas, dan padat Pencegahan kebisingan dd, Pencegahan kecelakaan e. Pencegahan penyebaran penyakit melalui air, udara, makanan, dan vektor. berbahaya. 2. Pengelolaan keamanan dan sanitasi transportasi, kepariwisataan seperti Hotel, tel, Tempat Makan Umum dan Pelabuhan, {. Pengetolaan kualitas lingkungan : air, udara, makanan, pemukiman, dan " 1.3.3. Hygiene dan Sanitasi. Dalam membicarakan keschatan lingkungan, ada dua Istilah tersebut ialah, hygiene dan sanitasi, Ditinjau dari {stilah ini mempunyai perbedaan-perbedaan stlah yang seringdicampur adulfkah Imu Kesehatan tingkungan FAD | PENGANTAR REKAYASS LINGKUNGAN 19 ‘Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha Kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit arena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi pemeliharaan kesehatan, Ke dalam pengertian ini termasuk pula yapaya upaya melintdungi, memelitara dan mempertinggi derajat keschatan manusia (perseorangan ataupun masyarakat) sedemikian rupa sehingga pelbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut dijaga/diatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai menimbulkan Sedangkan yang dimaksud dengan istilah sanitasi ialah usaha kesehatan masyarakat yang ‘menitikberatkan pada pengawasan terhadep pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat Kesehatan manusia. Jadi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap pelbagai faktor lingkungan, sedemikian rupa schingga meunculnya penyakit dapat dihindari. 1.4. PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN LINGKUNGAN 1.4.1. Umum Perkembangan epidemiologi lImu tentang (Penyebaran Penyakit) menggambarkan secara spesifik tentang peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, Bahwasannya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diketahui, sebagai contoh nama “Malaria” yang berarti udara jelek diberikan pada penyakit yang mempunyai gejala demam, menggigil . berkeringat, demam lagi, menggigil lagi dan seterusnya serta didapatkan diamtara kelompok masyarakat yang bertempat tinggal disekitar rawa-rawa, Dengan beberapa kali penelitian diketahui bahwa nyamuk yang bersarang dirawa-rawa sebagai pembawa penyakit, Pada tahun 370 sebelum Masehi penyakit diasosiasikan dengan Dosa dan kekuatan st- pernatural (alam), Kemudian seorang tokoh dunia Kedokteran berpendapat bahwa penyakit ada hubungannya dengan fenomena alam dan lingkungannya, Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal dunia. 1.4.2. Penyakit Menular Penyakit menular disebabkan oleh peran air sebagai media. Peran air ada beberapa ‘macam, — air sebagai penyebar mikroba patogen — air sebagai sarang insektisida jumlah air bersih yang tidak mencukupi sehingga orang tidak dapat membersihkan ditinya dengan baik. (air sebagai sarang hospes sementara penyakit) Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung diantara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “Water bonrne disease”, 20 Penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba-mikroba penyebabnya dapat af kedalam sumber air yang dipergunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya set hati Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat [BAP | PENGANTAR REKAYASA LING macamnya, mulai dari Virus, bakteri, protozoa, metazoa. ada tabel 1.1 berikut menyajikan beberapa contoh penyakit “Water Borne” yang banyal terdpat di Indonesia. Dilihat dari segi epidemiologi beberapa penyakit yang tertera dalam tabel 1.1 masih samjeah penting di Indonesia. sangat bervariasi dan banal} Tabel 1.1. Beberapa Penyakit Bawaan Ait dan Agentnya, AGENT PENYAKIT Virus Rotavirus Diare pada anak Virus hepatitis A Virus Poliomyeslitis Hepatitis A Polio (myelitis anterior acuta) Bakteri Vobrio Colerae Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonell paratyphi Shigella dysenteria Cholera Diare/Dysenteria Typhus abdominalis Paratyphus Dysenteri Protozoa Entamoeba histolytica Balantidia coli Giardia Lambia Dyesenteri amoeba Balantidiasis Giardiasis Beberapa Penyakit Menular = Cholera Penyakt ni dlsebabkan oleh Vibrio Cholera, teas dari India, Cholera adalah PenyBkif usus halus yang akut dan beret, sering mewabah yang mengakibatkan banyak kemathar Gejala utamanya muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat. ‘Angka kematian berkisar 50% dan kasus Klasik wabah Colera terjadi tahun 1854 db Broad Street London. Lebih dari 500 orang meninggal. [AB 1 PENGANTAR REKATASA LINGKUNGAN a Typhus Abdominalis ‘Typhus juga menyerang usus halus penyebabnya adalah Salmonella typhi, angka kematian berkisar antara 10% sebelum penemuan anti biotika dan menurun sampai 2% - 3% setelahnya Gejala utamanya panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun terjadi 1 sfd 3 minggu setelah infeksi. Hepatitis A Disebabkan oleh Virus Hepatitis A, gelaja utama demam dan akut dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan mata menjadi kuning, gejala penyakit ini timbul setelah 1-2 bulan sctelah terjadi infeksi, angka kematian kurang dari 1%. — Poliomyelitis (Polio) Disebabkan oleh virus polio. Gejala polio sangat bervariasi dapat sangat ringan menyerupai penyakit influenza sampai pada keadaan kelumpuhan ringan, parah dan Kematian, angka kematian 2-10%, = Dysentrie Amoeba Disebabkan oleh E. Histolytica, gejala utama tinja tercampur darah dan lendir tidak menyebabkan dehidrasi (pengurangan cairan). Apabila tidak diobati dapat menimbulkan berbagai Komplikasi seperti abses hati, radang otak dan perforasi usus. — Air sebagai sarang vektor penyakit Air dapat berperan sebagi sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat Insekta demikian disebut sebagai Vektor Penyakit sebagai contoh Vektor Anopheles sp membawa Protozoa (Plasmodium) yang menyebabkan Malaria, = Filariasis (Kaki Gajah) Penyebabnya adalah cacing bulat kecil (Filaria), dengan Reservoir manusia penderita Larva cacing (Mikrofilaria) aktif pada jam 20.00 s/d jam 02.00. Apabila penderita digigit ayamuk maka Mikrofilaria masuk kedalam tubuh nyamuk dan menembus dinding ususnya, masuk kedalam otot dadanya, menjadi larva infektifitas. Apabila nyamuk menggigit orang berikuinya, maka dapat menularkan penyakit kepada orang berikutnye, = Demam Berdarah (Dengue Haemorhagic Fever) Penyebabnya adalah virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. gejalanya demam dan perdarahan, angka kematian 5 % ‘Tempat-tempat yang dapat dijadikan sarang nyamuk Aedes adalah genangan air hujan dan air bersih. - Malaria Penyebabnya adalah protozoa (Plasmodium Malariae) yang ditularkan melalui Nyamuk Anopheles, gejalanya berupa bergantinya perasaan panas dingin, yang terdiri dari 3 gejala yaitu menggigil, panas dan berkeringat. Angka kematian 10%. 2 [4B | PENGANTAR REKAYASA LINGKU 1.4.3 Mekanisme penularan oleh Vektor Penyakit secara langsung (direct transmission) dan transmisi tidak langsung (indirect transmissio} Mekanisme penularan penyakit dapat dikelompokkan menjadi 2 cara yaitu trans! ‘Transmisi langsung ‘Transmisi Jangusng adalah pemindahan penyebab penyakit infeksi secara langsung. fy segeta dari scorang penderita kepada orang lain melalui pintu infeksi (porte d’en| sehingga terjadilah infeksi pada orang tersebut Hal ini bisa terjadi dengan Kontak langsung (direct contact) seperti dengan cara re ail2) hhubungan sex atau dengan semburan titik ludah dalam jarak dekat (1 meter atau Kur ‘Transmisi tak langsung ‘Transmisi tak Jangsung dapat terselenggara dengan cara : a. Vehicleborne Yaitu barang-barang yang terkontaminasi seperti mainan kanak-kanak, sapu tan; pakaian, alat-alat bedah, air, makanan, susu, produk-produk biologis seperti se dan plasma atau bahan lain berperan sebagai perantara penyebab penyakit inf infeksi yang sesuai, Cara penularan penyakit melalui barang-barang (Vehicle) se tersebut diatas dinamakan Vehicleborne, sehingga masuk kedalam tubuh penjamu yang rentan (susceptible) melalui He b. Vectorbome Vektor adalzh Arthropoda atau invertebrata lain yang memindahkan infectious a baik secara mekanik maupun secara biologik kepada penjamu (host) yang Transmisi tak langsung melalui vektor dinamakan Vectorborne. Transmisi ini dapat berlangsung dalam dua cara yaitu = Secara mekanis, antinya penyebab infeksi dipindabkan oleh vektor baik kath 1 menempel pada kaki maupun melalui saluran alat cerna(tidak memerl perkembangbiakan organisme). = Secara biologis, artinya dalam tubuh vektor, mikroorganisme memerl petkembangbiakan atau komnbinasi keduanya (Cyclopropagation) sebelum vet dapat memindahkan bentuk-bentuk yang infektif kepada seseorang, Pemindahan agent bisa melalui kelenjar ludah pada waktu vektor menggi ‘dengan memuntahkan kuman-kuman kemudian masuk melalui Iuka gigitan luka karena digaruk. Airborne pintu infeksi saluran pernapasan. Aerosol mikrobial adalah suspensi dalam uy dari partikel-partikel yang terdiri atas mikroorganisme. Partikel antara 1 - 5 mil sangat mudah masuk ke dalam paru-paru dan tubuh di sana, Penyebaran infectious agent dengan aerosol ke dalam tubuh penjamu biasanya meh ja ro} a si an] in} hs | lea} AD | PENGANTAR RERAYASA LINGRUNGAW 23 1.4.4 Pengendalian Vektor Penyakit Ada 4 cara pengendalian vektor penyakit, yait a, Pengendalian Vektor Penyakit Diperlukan karena |. Ada beberapa jenis penyakit yang belum ada obatnya, seperti hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus 2, Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter. 3. Ada beberapa jenis penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan, 4. Sering menimbulkan cacat, seperti Filiriasis dan malaria Ada beberapa penyakit yang cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak seperti insekta yang bersayap, Pengendalian Kimiawi Pengendalian selama 30-40 tahun terakhir ini dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan secara insektisida, Hasil yang dicapai cukup memadai, tetapi karena Pemberantasan tersebut terputus-putus akibat masalah dana, maka terjadi resistensi vektor terhadap insektisida, Selain itu, insektisida yang digunakan bersifat persisten (DDT) sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Karenanya dibutuhkan jenis insektisida yang baru lagi mudah terurai. Jadi pemberantasan kimiawi ini menjadi semakin mahal, Selain itu pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan lebih banyak lahan untuk bercocok tanam, bermukim dan berkarya, sehingga terjadi insekta baru, terutama di daerah kumuh dan persawahan, persampahan dan drainase. Dengan demikian penyakit bawaan vektor tidak berkurang. Karena itu orang mencari strategi baru dalam pengendalian vektor penyakit yang dilakukan secara terpadu antara pengendalian rekayasa biologis , fisis, kimiawi dan genetis. Pengendalian Vektor Terpadu. Strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi vektor sehingga diketahui berbagai karakteristik vektor seperti habitat, usia hidup, probabilitas terjadi infeksi pada vektor dan manusia, kKepekaan vektor terhadap penyakit dan lain-lainnya, Atas dasar ini, dapat dibuat strategi pengendalian yang menyeluruh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, kerjasama sektoral dan lain-lainnya, Pengendalian Rekayasa Pengendalian secara rekayasa pada hakekatnya ditujukan untuk mengurangi sarang insekta (breeding places) dengan melakukan pengelolaan lingkungan, yakni melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. Manipulasi adalah tindakan semeniara sehingea terjadi keadaan yang tidak menunjang kehidupan vektor. Sebagai contoh adalah perubahan niveau air atau membuat pintu air sehingga salinitas air dapat diatur. Modifikasi adalah tindakan ‘untuk memperbaiki kualitas lingkungan secara permanen, seperti pengeringan, penimbunan genangan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara maupun akhir (TPS, TPA), Pa AM | PENGANPAR RERATASA LINGKLIIO ddan konstruksi serta pemelifiaran saluran drainase. Pada hakekatnya pengelolaan ini bergifaf lebih permanen (jangka panjang) dibanding dengan cara kimiawi, tetapi memerluka ‘modal awal yang cukup tinggi. sehingga dinegara berkembang pengendalian vektor sear rekayasa sering kali menjadi terbelakang. Saat ini pengendalian vektor sebaiknya mena suatu program kerja yang terpadu dalam semua proyek pembangunan, mengingat bahw pembangunan dapat menimbulkan sarang insekta, sehingga satu fihak diinginkay peningkatan kesejahteraan ataupun pencegahan penyakit (penyakit diare denga memberikan penyediaan air bersih). tetapi dilain fihak proyek tadi menimbulkan penypki baru, bawaan vektor (genangan air buangan, bak mandi sebagai sarang nyamuk A¢de penyebar DHF). pengendalian rekayasa apabila terdapat keadaan gawat darurat saja, yakni, apabila s Pengendalian seeara kimiawi sekarang ini masih digunakan, yakni sebagai nf etika didapat kejadian Ivar biasa, ataupun kepadatan insekta meningkat. 4d. Pengendalian Biologis Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara yakni (i) Memelihara musuh alaminya Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyqbal penyakitnya, Untuk ini perlu diteliti Jebih lanjut pemangsa dan penyebab per mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta, Untuk ini Fy juga dicari bagaimana cara untuk melakukan pengendalian pertumbuhan per dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahny: Gi) mengurangi fertilitas insekta Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan mediasi insekta jantan sehingga $i dan menyebarkannya diantara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibpal tidak dapat menetas. Cara kedua ini dianggap masih terlalu mahal, dan efisiepr masih perlu dikaji 1.5. REKAYASA LINGKUNGAN Rekayasa Lingkungan adalah upaya sadar manusia untuk merekayasa hubungan tif balik antara manusia dengan lingkungan dengan tujuan untuk mencapai kesehatan masyel dan keschatan lingkungan disamping membuat perangkat Undang-undang_menggny Lingkungan Hidup. Beberapa aktifitas yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga kelor sebagai berikut 1.5.1, Usaha Rekayasa pencemaran Atmosfir (udara) Rekayasa pencemaran atmosfir diupayakan dengan rekayasa bb. = Pengendalian Vektor Penyakit (Bab 1) = Pengelolaan pencemaran udara (Bab II) Berbagai alat pembersih gas buang sudah banyak tersedia, pemilihan dilakukan| at}s dasar ofisiensi peayisihan emisi yang dikehendaki, sifatfisis kimiawi pencemar, dan lainy BAB 1 PENGANTAR REKAYASA LINGRUNGAW 25 Alat-alat yang ada dapat dikelompokkan menjadi filter, electrostatic precipitators, eyclones, kolektor mekanis, scrubbers, adsorbers, pembakar atau after burners, dan lainnya. Secara singkat, filter bekerja sebagai penyaring, dapat terbuat dari bahan serat tumbuhan, Jogam, dan lain media porous; electrostatic presipitaros, electrostatic precipitators menggunakan ‘medan listrik untuk pengendapan pada permukaan kolektor. Cyclone adalah alat di mana gas buang yang masuk akan mengiikuti gerak vertex yang mengarahkan gerak partikel ke arah penampungan. Yang dimaksud dengan kolektor mekanis adalah settling chambers, baffled chambers, dan lain-lainnya, tidak termasuk cyclones. Scrubbers adalah alat yang memberi Kesempatan pada gas buang untuk berkontak dengan cairan, dan mengalami presipitasi, sedangkan adsorbers tidak berbeda dengan adsorbers yang digunakan dalam pengolahan air. After burnes adalah peralatan yang digunakan untuk mengurangi emisi dengan membakar gas buang. Peralatan ini dapat digunakan tersendiri ataupun dalam kombinasi tergantung pada Keperluan, Dalam proses pemilihan peralatan selain efisiensi perlu juga dipikitkan biaya Pemasangan, alat dan pemeliharaan, Akhirnya perlu juga diperhatikan hasil atau produk yang terbentuk karena penggunaan peralatan, Karena kebanyakan akan menyaring, mengendapkan gas dan/atau partikulat, schingga terjadi penumpukn zat padat yang masih harus dipikirkan pembuangannya Pengendalian atau rekayasa kebersihan udara dengan usaha-usaha tersebut diatas tidaklah sederhana. Dapat dimengerti bahwa agar dapat melaksanakan pengendalian tersebut diperlukan berbagai fasilitas, misalaya suatu badanfjawatan khusus yang menangani pencemaran udara, tenaga ahli kerekayasaan yang dapat memberi konsultasi tentang perubahan atau pemilihan bahan dan proses industri, peralatan pembersih udara, dan disamping itu diperlukan aturan- ‘aturan yang mengatur pengendalian pencemaran udara secara jelas dan tegas. 1.5.2, Usaha Rekayasa pencemaran Hidrosfir (Air) Untuk Rekayasa pencemaran Hidrosfir diupayakan dengan Rekayasa sbb = Pengendalian Vektor Penyakit (Bab 1) = Penyediaan Air Bersih (Bab 1) System Pengelolaan Air Limbah (Bab III) ~ Drainase Air Hujan dan Air Pembuangan (Bab IV) = System Plumbing (Bab V) Karena air tidak bertambah ataupun berkurang, maka dengan meningkatnya pemanfaatan air, kualitasnyalah yang dapat berubah. Hal ini terjadi apabila kemampuan air untuk membersihkan dirinya secara alamiah sudah terlampau. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Dengan demikian pengelolaan hidrosfir dilakukan dengan mengelola pemanfaatan sumber daya air. Tiga aspek yang peerlu diperhatikan adalah (1) penghematan dan konservasi (2) minimisasi pengotoran dan pencemaran, dan (3) memakai malkan usaha daur ulang dan pemanfaatan kembali 26 [BAB | PENGANTAR REKAYAS4 LINGKUYGA Sama halnya dengan udara, pengendalian ini juga memerlukan pengaturan iklim keri. Hal ini dimungkinkan karena adanya perundangan, 1.5.3. Usaha Rekayasa Pencemaran Litosfir (tanah) Untuk Rekayasa Pencemaran Litosfir diupayakan dengan rekayasa sbb. = Pengendalian Vektor Penyakit (Bab 1) — Pengelolaan Limbah Padat Domestik (Bab VI) — System Pengolahan B3 (Bab VID Dalam litosfir masalah yang kami bahas adalah sampah, Teknik pembuangan sanipa} dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA). U} ch pertama adalah mengurangi sumber sampah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas det mengurangi sumber sampah, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas de cara (i) Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi samp (ii) Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku (ii) meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misafn) pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerl pk: kkesadaran masyarakat serta peran sertanya. Selanjumya, pengelolaan ditunjukan pada pengumputan sampab mula das prodhssp sampai pada (empat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat penampungan sarpp: sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan, dan pengelolaan pada TPA Sebelum dimusnahkan,sampeh dapat pula dobah dahulo, baik untuk memperkeil vo ume, untuk daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat disederhanakan sepeiti pemilihan, sampai pada pembakaran atau instinerasi Al 2 SISTEM PENVEDLGLY AUR BERSIE 7 Bab 2 Sistem Penyediaan Air Bersih 2.1. PENDAHULUAN 2.4.1, Umum Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, binatang, dan tumbuhan memerlukan air untuk kehidupannya. Air dapat pula digunakan sebagai pelarut, pembersih dan keperluan Tain seperti rumah-tangga, industri maupun usaha-usaha lainnya. Untuk keperluan industri air berfungsi sebagai pendingin mesin, baban baku maupun pembersih atau penggelontor Timbah, Di samping itu air juga berfungsi untuk usaha-usaha pertanian, perikanan, olah raga, rekreasi, pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air dikaitkan sebagai faktor perpindahary/penularan penyebab penyakit (agent). Air membawa penyebab penyakit dari kotoran (faeces) penderita, kemudian sampai ke tubuh orang lain melalui makanan, susu dan minuman, Air juga berperan untuk membawa penyebab penyakit non mikrobial seperti bahan-bahan toxic yang dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air adalah typus abdominalis, cholera, dysentri baciller dan lain-lain. Peracunan Jogam juga dapat terjadi melalui media air. Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi negara-negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai halnya pula negara berkembang lainnya, tidak luput dari permasalahan penyediaan air bersih bagi masyarakatnya. Salah satu masalah pokok yang dihadapi adalah kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum meratanya pelayanan penyediaan air bersih terutama pada daerah perdesaan dan sumber air bersih yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan pada beberapa tempat di kota-kota besar, sumber ait bersih yang telah dimanfaatkan oleh PDAM telah tercemari oleh limba indusri dan limbah domestik, schingga beban dalam segi pengelolaan air bersibnya semakin meningkat. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka dalam rangka penyediaan kebutuban air bersih yang. memenuhi syarat kesehatan, Pemerintah RI mencanangkan program peningkatan penyediaan air bersih pada daerah perkotaan (urban) dan daerah perdesaan (rural urban) melalui pipanisasi dan pemanfaatan sumber air yang ada secara optimal. 28 (BAB 2 SISTEM PENYEDIAAN AIR mst Merupakan tantangan bagi kita semua bagaimana memperlakukan air agar diperple| daya guna yang sebesar-besamya dan menekan kerusakan pada sumber daya air sekgcil kecilnya, Dengan demikian maka akan tereapai pemenuhan penyediaan air bersih. yan] ‘memenuhi syarat kualitas, kuantitas, Kontinuitas dan harga yang terjangkau oleh masyar 2.1.2. Pengertian Air Bersih Dan Minum A, Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjad} af minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yan] ‘memenuhi peryaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimal}su adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis |da} radiologis, sehingga apabila dikonsomsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Urpu Permenkes No. 416/MenkevPER/IX/1990), Persyaratan tersebut juga mempethatikan pengamanan terhadap sistem distribusi air b4rsi dari instalasi air bersih sampai pada konsumen. B. Air Minum Pengertian air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehbtal yang dapat diminum. Alasan keschatan dan teknis yang mendasari penentuan standar “ta air minum adalah efek-efek dari setiap parameter jika melebihi dosis yang telah ditetapkat Pengertian dari standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitap aft dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial-ckonomi, target hta} singkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia. Sedangkal kriteria kualitas air merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan hubungan dosis| da} respon efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja unsur-unsur pengotor sn i atau melebihi bates maksimum yang ditetapkan, dalam waktu tertentu. Dengan demifia, maka kriteria kualitas air merupakan referensi dari standar kualitas air. Berdasarkan Permepkes No416/Menkes/Per/IX/1990, yang membedakan antara kualitas air bersih dan ait miu adalah standar kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum Yan} diperbolehkan. 2.1.3. Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih Ada beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air befsil Persyaratan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut 1. Persyaratan kualitatif Persyaratan kuantitatit Persyaratan kor (a4 2 SISTEM PEXYEDINAN AUR RExSHE 29 Persyaratan kualitatif Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Peryaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis. Syarat-syarat tersebut dapat dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Keschatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air yang akan ditunjukkan pada lampiran. wrat-syarat fisik Secara fisik air minum harus jemnib, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (tawar). Waa dipersyaratkan dalam air minum untuk masyarakat Karena pertimbangan estetika. ‘Ada 2 (dua) macam warna pads air yaitu apparent color dan true color. Apparent color ditimbulkan karena adanya benda-benda zat tersuspensi dari bahan organik. Hal ini lebih ‘mudah diatasi dibanding dengan jenis true color. True color adalah warna yang ditimbulkan oleh zat-zat bukan zat organik Rasa seperti asin, manis. pahit dan asam dan sebagainya tidak boleh terdapat dalam air ‘minum untuk masyarakat, Bau yang bisa terdapat dalam air adalah bau busuk, amis, dan sebagainya, Bau dan rasa biasanya terdapat bersama-sama dalam air. Selain bau, warna dan rasa, syarat lain yang harus dipenuhi secara fisik adalah suhu. Suhu sebaiknya sama dengan subu udara atau kurang lebih 25°C, dan bila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25°C # 3°C. b. Syarar-syarat Kimia Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain — pH pH merupakan faktor penting bagi air minum, karena mempengaruhi proses korosi pada perpipaan, khususnya pada pH < 6,5 dan > 9,5 akan mempercepat terjadinya teaksi korosi pada pipa distribusi air minum. Selain itu, nilai pH jumlah mikroorganisme patogen semakin banyak dan ini sangat membahayakan bagi kesehatan manusia, = Zat padat total (total solid). Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103 - 105°C. — Zat organik sebagai KMn0, Zat organik dalam ait berasal dari LAlam : tumbuh-tumbuhan, alkohol, sellulosa, gula dan pati 2.Simtesa + proses-proses industri 3.Fermentasi ; alkohol, asam, dan akibat kegiatan mikroorganisme. Zat atau bahan organik yang berlebihan dalam air akan mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap, Am 2 SISTEM PENYEDIAAW AIR ESA CO, agresif. CO, yang terdapat dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat orgaqik. Menurut bentuknya CO, dapat dibedakan dalam : 1. CO, bebas : banyaknya CO, yang larut dalam air, 2. CO, kesetimbangan : CO, yang dalam air setimbang dengan HCO,, 3. CO, agresif : yaitu CO, yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam distr air minum. Kesadahan total (total hardness). Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) lo} valensi, giislanya Ca2+Mg2+, Fe+, dan Mnt, Kesadaran total adalah kesadal | yang disebabkan oleh adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. sadah menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai tht didity yang lebih tinggi dibandingkan air biasa. Kalsium (Ca). Kalsium dalam air minum dalam batas-batas tertentu diperlukan untuk pertumbukant tulang dan gigi. Nilai Ca lebih dari 200 mg/1 dapat menyebabkan korosi dalam pi Besi dan Mangan. Zat-zat lain yang selalu ads dalam air adalah besi dan mangan. Besi merupafat Jogam yang menghambat proses desinfeksi. Hal ini disebabkan karena daya pengi Klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga digunakan w mengikat besi dan mangan, sehingga sisa klor menjadi lebih sedikit dan hal lis mmemerlukan desinfektan yang semakin besar pada proses pengolahan si. Selaiafit] besi dan mangan menyebabkan warna air menjadi keruh. Tembaga (Cu) Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/1 akan menyebabkan rasa tidak enak pada, lidah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati Seng (Zn) Kelebihan kadar Zn > 5 mg/1 dalam air minum menyebabkan rasa pahit Chlorida (Cl) Kadar chlor yang melebihi 250 mg/1 akan menyebabkan rasa asin dan korosit phd logam. AD 2 SISTEM PENVEDIAAN AB HERSIME 31 — Niteit Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi yang mendapatkan konsumsi air minum yang mengandung nitrit. = Fluorida (F) Kadar F < 1 mg/l menyebabkan kerusakan gigi atau carries gigi. Sebaiknya bila terlalu banyak akan menyebabkan gigi berwara kecoklatan, ~ Logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN) Adanya logam-logam berat dalam air akan menyebabkan gangguan pada jaringan syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen, dan kanker. © Syarat-syarat batteriologis atau mikrobiologis. Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasitik seperti kuman-kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis. Karena apabila bakteri patogen dijumpai pada air minum maka akan mengganggu kesehatan atau timbul Penyakit. Untuk mengetahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan dengan Pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E. Coli yang merupakan bakteri indikator pencemar air. 4. Syarat-syarat radiologis. Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang ‘mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan. gamma, d. Persyaratan Kuantitatif, Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Sebagai contoh, negara-negara yang telah maju memerlukan air bersih yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara sedang berkembang. Persyaratan Kontinuitas, Persyaratan kontinuitas untuk penyedisan air bersih sangat erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku yang ada di alam, Arti kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. 32 (ane 2 SISTEM PENYEDIAAW ATR Bes 2.2. SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 2.2.2.1 Sumber/Asal Air Baku Utama Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus diperhatikan persyaratan utamadya| yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah dalam proses pengambifan} sampai pada proses pengolahannya, il Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air ber 60 m) Mata Air Relatif Sedikit Tidak dapat Murah bik diambil 2.2.2, Sistem Individual dan Komunal Klasifikasi sistem pelayanan air bersih. yang meliputi sistem infividual dan sistem komyna| Sistem individual dan sistem komunal dalam penyediaan air bersih masih dapat dijurppd pada masyarakat perdesaan (rural urban) maupun masyarakat perkotaan (urban). Untuk menentukan sistem penyediaan air bersih pada masyarakat, maka perlu temp Sistem individual dititikberatkan pada pengusahaan pemenuhan kebutuhan air beksif secara individu atau perorangan sedangkan sistem komunal, pemenuhanaya dilakukan sebar terorganisasi melalui sistem pipanisas Beberapa sarana penyediaan air bersih secara individual adalah sebagai berikut 1. Sumur a, Sumur gali (Dug well) ‘Sumur ini dibuat dengan penggalian tanah sampai kedalaman tertentu maksimurp 2 meter, umumaya tidak terlalu dalam sehingea hanya mencapai air tanah di la «tas, Oleh karena itu air yang diperoleh sering berkurang aimya pada musim kemarai, schingga secara kuantitatif sulit untuk menjamin Kontinuitasnya. , Sumur Pompa Tangan Dalam (Drilled Well) Adalah sumur yang dibuat dengan kedalaman pipa 30 meter, kedalaman mukq ait lebih dari 7 meter dan dapat dipergunakan untuk melayani kebutuhan bebefa [Al SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIE 35 keluarga, Kontaminasi air sumur dapat berasal dari sumber pencemaran di sekitarnya dan dari permukaan tanah dimana batang pompa ditanam. c. Sumur Bor (Bored Well) ‘Sumur bor adalah sumur yang dibuat dengan bantuan auger. Kedalaman minimum 100 meter, 4. Sumur Pompa Tangan Dangkal Adalah sumur yang dibuat dengan kedalaman pipa maksimum 18 meter dan sesuai untuk Kedalaman muka air lebih k ecil dari 7 meter. 2. Bak penampungan air hujan Pada daerah-daerah tertentu yang tidak atau sedikit memiliki sumber air, air hujan dimanfaatkan untuk persediaan air bersih untuk keperluan air minum dan keperluan schari- hari yang Iain terutama pada musim hujan, di samping juga untuk persediaan air pada waktu musim kemarau. Untuk menyimpannya air hujan ditampung dalam suatu bejana atau bak Penampungan Air Hujan (PAH). Bak penampungan air hujan ini juga dapat digunakan untuk penyediaan air bersih secara komunal Secara umum dis berikut : it penyediaan air bersih secara komunal dapat digambarkan sebagai Sumber Salorin Tosa ain ee Peja mae = Jaringan Discribusi Al Bersih Beberapa sistem penyediaan air bersih secara komunal adalah sebagai berikut 1. Melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) PDAM adlah merupakan organisasi pengelola air pada daerah tingkat II yang melayani air melalui sistem perpipaan yang telah mengalami pengolahan dan distribusikan pada ‘masyarakat yang berminat dan mampu membayar sambungan. HIPPAM (Himpunan Petani Pemakai Air) HIPPAM merupakan organisasi pengelola air di daerah perdesaan dimana HIPPAM biasanya akan memanfeatkan sumber mata air yang ada diwilayah masing-masing melalui pembinaan dari Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya Sub Teknik Penyehatan dan Lingkungan, terutama untuk masalah teknis pembuatan bangunan pengolahan. Sehingga 36 (eu SISTEM PRNVEDIAAW A BERS dengan demikian, maka pengelolaan selanjutnya merupakan tanggung jawab masyarakal desa dan aparat penggclola telah ditetapkan olch Kepala Daerah Tingkat 1 masipg- masing. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan melalui HIPPAM akary dikenakan iuran bulanan sesuai dengan ketentuan masing-masing pengelola HIPP. HIPPAM ini nantinya dapat menjadi embrio dari PDAM setelah melalui serangkafat studi kelayakan terutama kelayakan sumber ait baku dan kelayakan dari segi ekonomisrfyal 3. Pembangunan Hidran Umum, Kran umum dan Terminal air Program pembangunan ini terutama ditujukan untuk mengantisipasi semakin ral harga air relatif terhadap tingkat penghasilan masyarakat dan juga untuk daerah-da kumub dan terpencil yang rawan air. 4. Perlindungan mata air (PMA), sumber mata air. Cakupan pelayanan maksimum PMA adalah 500 jiwa. Umumnya P! digunakan untuk wilayah atau daerah perdesaan dimana masih dijumpai adanya su mata air Perlindungan mata air merupakan sistem penyediaan air bersih dengan cit 2.2.3. Kebutuhan air bersih A. Macam kebutuhan air bersih. Manusia dan makluk hidup lain di alam ini memerlukan air untuk proses-proses psikoldgi yang. dibedakan antara lain a. Kebutuhan domestik, adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan Kegiatan sehpri hari atau rumah tangga seperti : untuk minum, memasak, kesehatan individu (mabdi cuci dan sebagainya, menyiram tanaman, halaman, pengangkutan air buanbay (buangan dapur dan toilet). b. Kebutuhan Non Domestik, adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk beberpp: Kegiatan seperti : = Kebutuhan institusional Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perkantoran dan tempat pendidika atau sekolah — Kebutuhan komersial dan industri. ‘Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan hotel, pasar, pertokoan, restofan| Sedangkan kebutuhan air bersih untuk industri biasanya digunakan untuk Pendingin, air pada boiler untuk pemanas, bahan baku proses. = Kebutuhan fasilitas umum, Adalah kebutuhan air bersih untuk Kegiatan tempat-tempat ibadah, rekrepsil terminal, [aN 2 SISTEM PENYEDIAN AIR BSE 37 B. Penentuan Kebutuhan Air Bersih. Perhitungan proyeksi penduduk. Beberapa metode proyeksi penduduk yang digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut : a Metode Rata-rata Aritmatik Pt= Po + (Pntl -Pn) t dimana, Po = jumlah penduduk tahun ke 0 Pasi pn = rata-rata pertumbuhan penduduk t= periode perencanaan pn, jumfah penduduk pada tahun ke n Phe = jumlah penduduk pada tahun ke n+ Metode Geometrik Metode ini banyak dipakai karena mudah dan mendekati kebenaran, Pr=Po(i +9" dimana, Pt = jumlah penduduk tahun proyeksi Po r jumlab penduduk tahun yang diketahui = prosen pertambahan penduduk tiap tahun n= tahun proyeksi Metode pertumbuhan seragam Metode ini mengasumsi bahwa prosen pertumbuhan penduduk dari dekade ke dekade adalah konstan dan perhitungan didasarkan pada proses pertumbuhan rata-rata. Metode ini hanya cocok bagi Kota yang relatif muda dengan pertumbuhan penduduk yang cepat. Metode selisih pertumbuhan Yaitu jumlah penduduk saat ini ditambah dengan rata-rata pertambahan penduduk dalam sepuluh tahun dan rata-rata selisih pertambahan, Metode grafis (rentang grafis populasi) Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan kurva, plotting antara waktw (tahun) dengan populasi. Dari data yang dikumpulkan dan terbentuk kurva, kemudian direntangkan ke depan sesuai dengan bentuk nature kurva, akan diperoleh populasi dari tahun yang diinginkan, 38 G [ai 2 SISTEM PENFEDIAAN AIR Bt Penentuan Fluktuasi Debit Air Yang dibutuhkan. Pada umumnya kebutuhan air di masyarakat tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dena adanya perubahan musim dan aktivitas masyarakat. Pada hari tertentu di setiap minggu} bulan atau tahun akan terdapat pemakaian air yang lebih besar dari pada kebutuhan ra rata pethari. Pemakaian air tersebut disebut “pemakaian hari maksimum”. Demiia pada jam-jam tertentu di dalam satu hari, pagi atau sore, pemakaian air akan memunal lebih besar dari pada kebutuhan air rata-rata perhari. Pemakaian air tersebut disdbu “pemakaian jam puncak”. Besarnya pemakaian air hari maksimum dan jam punqak} dapat ditentukan dengan mengalikan pemakaian air dari rata-rata perhari dengan fakto pemakai hari maksimum dan jam puncak. Banyak faktor yang mempengaruhi flukes pemakaian air jam perjam, Untuk mendapatkan data fluktuasi pemakaian air jam per}an secara tepat untuk keperluan perencanaan bangunan pengolahan air bersih, maka dar yang ditempuh umumnya adalah dengan membandingkan kota (daerah) yang direncanakat dengan kota (daerah) yang telah direncanakan (telah mempunyai data fluktuasi pemakgia air jam per jam). Tentunya dalam hal ini dicari kota-kota yang sedikit mungkin berbed kondisinya (aktivitas masyarakatnya). Misalnya kota Malang dengan kota Bandung. M banyak penduduk dan aktivitas yang dilayani, maka makin kecil faktor hari maksit atau jam puncaknya, karena aktivitas penduduk yang sepanjang hari akan cenderpn; membutuhkan air bersih mendekati rata-rata, Untuk di Indonesia (perkotaan) nila ta faktor hari maksimum dan jam puncak yang berlaku bisa berbeda-beda, tergantung far perencanaan (master plan) kota dna perkembangannya. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Perhitungan kebutuhan air bersih adalah didasarkan pada jumlah penduduk yang aka dilayani dan rata-rata kebutuhan air bersih pada setiap orang. Seperti telah dijelaskat sebelumnya bahwa kebutuhan air bersih akan digunakan untuk perhitungan kapasfta pengolahan, kapasitas distribusi dan kapasitas produksi. Untuk mengetahui kebutupai hari maksimum dan kebutuhan jam puncak adalah nilai faktor hari maksimum dan ria faktor jam maksimum. Nilai faktor hari maksimum, (F1) umumnya adalah 1 sana dengan 1,5, Sedangkan faktor jam puncak (F2) umumnya adalah 1,5 sampai dengan P.5} Dari uraian di atas, dapat disimputkan bahwa debit (kapasitas) pengolahan bisa berberftul = Q hari maksimum, untuk perencanaan distribusi = Q rata-rata, untuk pereneanana distribusi = Q jam puncak, untuk perencanaan distribusi Dalam menghitung kapasitas produksi, maka selain kapasitas pengoiahan (akibat sebsga Kebutuhan air minum) perlu juga diperbitungkan hal-hal lain mempengaruhi, yait 1, Kebutuhan air untuk instalasi, misalnya untuk pencucian filter tals ‘melarutkan bahan kimia, keperluan kantor dan lain-lain, Umumnya kebutuhan|ai untuk instalasi ini sekitar 10% dari kapasitas pengolahan 2. Kehilangan air di sistem distribusi. Misalnya pada saat pemasangan, penggan dan penambahan pipa distribusi, kebocoran teknis (Karena sambungan liar dan | iar S- AB 2 SISTEM PEXYEDIAAN Aik BERSIY 39 fain), keperluan pemadam kebakarn, menyiram tanaman dan lain-lain, Umumnya Kehilangan air ini sekitar 30% dari kepasitas pengolahan, Dengan mengetahui kapasitas Pengolahan kebutuhan air untuk instalasi dan kehilangan air, maka dapat dihitung kkapasitas produksi (debit) yang diperlukan. Gambar Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih Berdasa Jam Puncak van ls Tenn an wera geo nn Contoh perhitungan proyeksi penduduk dan kebutuhan air bersih Jumlah penduduk kote A adalah 100.000 pada tahun 1995, Tingkat pertumbuhan penduduk Kebutuhan air bersih = jumlah penduduk x kebutuhan air rata-rata Kebutuhan air bersih = 110.463 jiwa x 100 Lorang/hari 11.046.300 hari 127,85 Wat 2.2.4, Bangunan Pengambilan Dan Sistem Transmisi Air Bersih A penangkap air atau intake, Kapasitas intake ini dibuat sesuai dengan debit yang diper tintuk pengolahan, Fungsi tama bangunan intake adalah untuk menangkap air dari s air untuk diolah dalam instalasi pengolahan air bersih. 1 [BAB 2 SISTEM PENYEDIAAN AIR 0 Kapasitas pengolahan (kebutuhan hari maksimum) : Kebutuhan air bersif x faktor hari maksimam_ 127.85 Wat x LS 191,775 Wat Kapasitas distribusi (kebutuhan jam puncak) Kebutuhan air bersih x faktor jam puncak = 127,85 Udt x 1.75 = 223,74 Lat Intake Bangunan pengambilan air baku untuk penyediaan air bersih disebut dengan ban Ditinjau dari air baku yang akan diambil maka intake dibedakan = Air baku dari air permukaan tke adalah intake untuk menyadap air baku yang berasal dari sungai atau danau. a. River i b. Direct Intake Direct intake dipakai bila muka muka air dari air baku sangat dalam Benth lebih mahal biayanya bila dibandingkan dengan tipe Jainnya. Tipe intake ini} da dipakai dalam kondisi — Sumber air dalam misal sungai dan danau — Tanggul sangat resisten terhadap erosi dan sedimentasi cc. Canal Intake Dipakai bila air baku disadap dari kanal, Suatu bak memiliki bukaan dibangu satu sisi dari tanggud Kanal, yang dilengkapi saringan kasar. Dari bak air dipli melalui pipa yang memiliki ujung berbentuk bell mouth yang tertutup sain berbentuk parabola, d. Reservoir Intake (dam) (beton), Bangunan ini dilengkapi dengan beberapa inlet dengan ketinggia ervariasi untuk mengatasi adanya fluktuasi muka air. Dapat juga dibuat Digunakan untuk air baku yang diambil dari danau, baik yang alamiah atau fs re intake yang terpisah dengan dam pada bagian upstream. Jika air di reservoiy d ni at an (SISTEM PENYEDIAAN AIR RERSIE 4i mengalir secara gravitasi ke pengolahan, maka tidak diperlukan pemompaan dari River Intake Canal Intake Direct. Intake a ans 2 SISTEM PENYEDIAAW AIR es Gambar 4, Reservoir Intake Air baku dari Mata Air Spring Intake (Bround captering) Digunaken untuk air yang diambil dari mata air, Dalam pengumpulan mata air, hendany dijaga supaya kondisi tanah tidak terganggu, {EAB 2 SISTEM PENYEDIAAN AIR AERSIH a3 preven b. Sistem Transmisi Air Bersih Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi yang meliputi sistem perpompaan, sistem gravitasi dan sistem gabungan perpompaan dan gravitasi. Sistem pemompaan 300 ribu + 40 % penduduk berpendapat Rp < 100 ribu = Data kualitas air sumur menunjukkan kualitas yang kurang memenuhi syarat kesepathn yaitu kadar kesadahan cukup tinggi dan pada musim kemarau debit air sumur in le Bila pada daerah tersebut akan dilakukan peningkatan sarana penyediaan air bérs|h, maka terlebih dahulu dilakukan survey sosek yang menghasilkan dat = 60 % penduduk berminat dan mampu untuk menyambung = 30 % penduduk berminat tetapi tidak mampu — 10 % penduduk tidak berminat dan tidak mampu Jika saudara mendapatkan data seperti diatas, langkah-langkah apa yang harus sabidra Jakukan untuk mengatasi masalah, dan rencanakan pula pemenuhan kebutuban air Hergih berdasarkan tahun perencanaan yang saudara buat 59 [AB SISTEM PENYEDIAAN AIR RERSHE } -————_badan pompa Tempat pelindung gasket Klarimasi " Penguat pelindung Minimum 10 ft Kontaminasi Wa ce fa g Sumber pompa Batuan dengan (drill well) air tanah Bibir petindung +: Tanah permukaan Kontaminasi melalui timba & talinya * batuan air setanah. Sumur gali Lapisan kedap air Ai 2 SISTEM PENMEDINAN AUR BE badan pompa i nat! pone lantai dengan Mec Se dinding penguat & kedap air dinding tak kedap air batuan berair tanah Sumur gali dengan proteksi parit tutup dari konkret pipa Juapan saringan Kankret pelindi Peslindungan mata air 1 : {AB 2 SISTEM PENYEDIAAW AIR BSI 61 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN R.I. NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM No. Parameter Satuan ‘Kadar. Maksimum ‘Keterangan 138 diperbolehkan $$ $S$5— A. FISIKA 1 Baw ‘| : Tidak besbau 2 Jumlah zat pada terlarut (TDS) 1000 3 Kekeruhan Skala NTU 5 +R Tidak torasa 5. Suh °C Suu dara 23°C 6% Wana Skala TCU 15 B. KIMIA, a. Kimia Anorganik 1 Aie rakes 0.001 2 Aluminio 02 3. Arsen 0.05 Barium 16 5 Best 03 6 Fluoride 3 7 Kadena 0.005 8. Kesadahan (CaCo3) 500 9. Klorida 250 10. Kromivm 0.05 1 Mangan ou 12 Naviuny 200 13. Nitrat sebagai N' 0 1 Nitis sebagai N 10 Is Pk os 16 PH 6585 rmerupakan batas minimuen dan maksimumn 17, Selenium oot 18 Seng. 50 19. Sianida o1 20. Sulfa 400 21. Sulfida sebagai Hes) 0.05 22. Tembaga Lo 23. Timbal 0.06 b. Kimin Organik 1. Aldrin dan dieldsin git 0.0007 2 Benzene rmgit oor 3. Benzo (a) pyrene mg/l 0.00001 4. Caloridane (Total isomer) met on03 5. Chloroform g/t 0.08, 6 ED git O10 a [kB 2 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERS No. Parameter Satu: Kadar. Maksimum ——_Keterangat ¥8 diperbotehkan 7 por etl 8 _DETERGEN mg/l 8 Dichloroethane met 10, L.1-Dichloroethane img 11. Heptachlorobenzene epoxide mg/l 12. Hexechloriobenzene mg/l 13. Gamma-HCH (Lindane) img! [a Methosychlor igi 1S. Penatchlorophenol mg/l 16. Pestisida total mgt 17.2.4, 6trichlozopcenot mg/l 18, Zar organik (kMnOg) mg/l MIROBIOLOGIK 1 Koliform tinja umilah per 100 ml ° | 2 Total Kotiform Sumiah per 100 ml ° D. RADIOAKTIVITAS Abtivites Alpha (Gross Alpha Activ) By! on 2. Aksivitas Beta Gross Beta Activity? By Lo Keterangan mg = milligrma ml = mili liter 1 iter Bq = Bequerel NTU = Nephelometric Turbidity Unit TCU = True color unit Logam berat merupakan logam berlarut. ‘nab 2 SISTEM PENYEDISAN AIR BERSIE 63 LAMPIRAN IT PERATURAN MENTERI KESEHATAN R.I. NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH No. Parameter ‘Satuan Kadar. Maksimum Keterangs 1 diperbolebkan A. FISIKA Lie 5 . Tidak berbaw 2th at pad terrae (TDS) git 2300 A Kekerunaa Skala NTU 8 4 Rise 5 “Tak teasa 5 Suho c Satu dara 23°C 6 Warm Skala TOU 50 B. wIMA, a. Kimia. Anorganik Li ahs ong om 2 Amen m/l ous 3 Bes nell 10 4. Fluor gil Is 3 Kadmon gl os © Kesadshar (C,C0)) melt a0 2 Kore me oo s melt 0s 9 meh us 10. Nita ahagi N ings 10 M-Sat sebagai N ait 10 2 opH 65.90 merupakan batas minima ‘tan mshsiram Selenium met ao Sene awh 5 Sianida mgt a4 Salat malt 00 Tinbat gi 908 >. Kimia Orgenile 1. Aldsian dan deter gil 007 2 Beneere gl oor 8 Benzo (a py mail oon 4 Chora tal iomers mmgit 007 5. Chloroform m/l ons 6 240 mel 10 7 vbr neil on SDeerpen mgr as 9 | MDihloroethane oot 10,1} Dichorosthane 0.0003 1. Heptachorebonzene expoxite 003 12 Hetachlorabennzene 0.06001 1 Ganma-HICH (Linde) ny O08 14. Methoxyehlor matt 010 1s, achlorphena malt ont 16 Pests toa ings O10 11,244 Trichlorophenat sit aot Ii Za organ eMnOS) men 0 xe 3418 Lean BAB 3 AIR LIMBAH Pendahuluan Karakteristik Air Limbah Sistem Pengolahan Air Limbah istem Penyaluran Air Limbah Pengolahan Air Limbah Operasi dan Pemeliharaan 65 Bab 3 Air Limbah 3.1. PENDAHULUAN ‘Air limbah merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil day adanya berbagai Kegiatan manusia sehari-hari. Air limbah tersebut biasanya dibuangs He alam yaitu tanah dan badan air. Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jupal penduduk dengan segala kegiatannya, Apabila jumlah air Timbah yang dibuang berleb Inelebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi keruspkan Tingkungan. Lingkungan yang rusak akan menyebabkan menurunnya tingkat keseljatgn manusia yang tinggal pada lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karenanya peru ‘dilakukan penanganan air limbah yang lebih seksama dan terpadu baik yang dilakakgn oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran dalam mengeloja gir limbah mulai dari sumbernya sampai ke tempat pembuangan akhir. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah yang dimulai dari pembgatan peraturan perundangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, penyuluhan-penyufuhgn Kesehatan lingkungan sampai pada usaha pembangunan fisik berupa pembuatan MK ‘umum, jatingan pipa pembuangan air limbah dan instalasi pengolahan air limbah] Peran swasta dalam menangani masalah air limbah terutama pada jasa konspltgn, jasa Konstruksi dan suplier alat dan bahan, tentunya masih dibarapkan di masa yang aa datang, bahwa swatapan memungkinkan dan dapat melaksanakan pengelolaan air libqh. Kesadaran masyarakat mengenai Kesehatan lingkungan sangat dipeerlukan Wirefa masyarakat memiliki potensi terbesar dalam membuang ait limbah ke Tingkungapnya Kesadaran masyarakat dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, yaitu > 1. Penyuluhan-penyuluhan mengenai keschatan masyarakat, kesehatan lingkungap dan ‘yang lebih penting adalah penyuluhan mengenai cara-cara mengolah air limbsh fecpra sederhana namun secara teknis memenuhi syarat. Sehingga masyarakat lapat melakukan pembuatan, pemeliharaan dan perbaikan terhadap bangunan pengdlaljan air jimbahnya masing-masing (ndividu). Baw 5 A LBA or 2. Pendidikan mengenai kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan mulai dari tingkat pendidikan dasar, sampai menengah, sedangkan untuk tingkat pendidikan tinggi perlu diberikan rekayasa lingkungan, 3.2. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH 1. Sumber, jenis dan macam Air Limbah jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber penghasil atau Penyebab air limbah yang secara umum terdiri dari a. Air Limbah Domestik Air limbah yang berasal dari kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal, hotel, sckolahan, kampus, perkantoran, pertokoan, pasar dan fasilitas-fasilitas pelayanan umum, Air limbah yang domestik dapat dikelompokkan menjadi: air buangan kamar mandi, ~ air buangan we: air kotor/tinja, + air buangan dapur dan cucian. b. Air Limbah Industei Air limbah yang berasal dari kegiatan industri, seperti pabrik industri logam, tekstil, kulit, pangan (makanan, minuman), indutri kimia dan lainnya ¢. Air Limbah Limpasan dan Rembesan Air Hujan Air limbah yang melimpas di atas permukaan tanah dan meresap kedalam tanah sebagai akibat terjadinya hujan Kuan q Untuk menentukan kuantitas air limbah secara pasti, sangat sulit karena banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Banyaknya air limbah yang dibuang dipengaruhi oleh: a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah air limbah yang dibuang, pada umumnya besaya air limbah ditentukan berkisar 60-70% dari banyaknya air bersih yang dibutubkan. b. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah akan mempengaruhi besarnya air limbah yang dibuang, tersebut dapat dibedakan berdasarkan: ~ _tingkat perkembangan suatu daerab (kota,urban dan pedesaan), jumlah limbah yang dibuang dikota lebih besar dari pada jumlah limbah yang dibuang di desa, dengan lainya dalam setiap harinya. Beberapa besaran buangan limbah yang sering digunakan dalam perencat Ameri 100-200 Itvorang/hdi — Eropa. 40-225 Wvorang/h = Indonesia 100-150 It/orang/i = Limbah Indust. . 50. m3/harhar Khusus untuk air limbah buangan we/air kotor/tinja, besaran yang digunakan dalam perencanaan tangki septic dan bangunan peresapan adal Worangfhati. Kualitas Kualitas air imbah dapat diketehui melalui beberapa sifat dan karakteristikny: meliput: a. Sifat Fisik aan 3.418 4 = daerah yang mengalami kekeringan (sulit air) sepanjang tahun akan be cara membuang limbahnya dengan daerah yang tidak mengalami kekerit — pola hidup masyarakat, terutama dalam menerapkan cara membuang li pada masing-masing daerah akan berbeda, hal tersebut akan menent jumlah ai imbah yang dibuang, seperti i Jawa Barat dengan kolum ikainyp, Kalimantan dengan jamban apungnys. Keserempakkan pembuangan air limbah tidak sama antara sumber yang --bahan padat : terapung, tersuspensi, terlarut dan mengendap. Yang meng| terdiri dari: pasir dan lumpur kasar, lumpur halus, lumpur koloid. = warna : * coklat muda, berumur 6 jam, ks * abu-abu tua, merupakan air limbah yang sedang_menghlafni pembusukkan, > hitam, air limbah sudah membusuk oleh bakteri anaerob| — bau: terasa bau busuk pada saat air limbah terurai pada kondisi any —suhu = subu air limbah biasanya lebih tinggi dari subu air bersih. Sifat Kimia — otganik : minyak, lemak, protein dan kasbonat, ~ anorganik :sulat, chlrida, nitrogen, fosfr, belerang dan logam bert (Fe, Al, Mn, Mg dan Pb), = gas-gas ; hidrogen sulfida, CO2 (carbon dioksida), 02 (Oksigen) dan ekn, Bab 5 AIR waeean 0° ©. Sifat Biologis Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam air limbah, jenis ‘mikroorganisme terdapat di dalam air limbah, jenis tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kelompok besar Anggota 1. Binatang ~ bertulang belakang (rotifers) kerang-kerangan (crustaceas) 2, Tumbuh-tumbuhan ~ lumut dan pakis 3 Protista bakteri (mikroorganisme) Ketentuan mengenai persyaratan baku mutu air limbah dibuat oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan masalah lingkungan, beberapa diantaranya adalah : ~ _ persyaratan yang dibuat olch United State Environmental Protection Agency (US EPA) dan lainnya. ~_ persyaratan yang dibuat oleh pemerintah berupa Peraturan Pemerintah No. 20 Th, 1990 (terlampir). Yang penjabaran lebih lanjut di daerah diatur melalui Peraturan Darah (Perda) pada masing-masing propinsi.. 4. Dekomposisi Air Limbah Air limbah yang dibuang ke alam (baik tanah maupun badan air) akan mengalami proses dekomposisi secara alami yang dilakukan oleh mikroorganisme baik organik yang (erdapat dalam air limbah dapat menjadi bahan yang stabil dan diterima oleh lingkungan. Namun alam memilikt keterbatasan dalam melakukan proses tersebut apabila jumlah limbah yang dibuang melebihi kemampuannya (daya dukungnya) Proses dekomposisi air limbah seperti diuraikan di atas dapat diuraikan sebagai berikut a. Secara Anaerobik Bahan organik terlarut akan dirombak/diuraikan/dibusukkan oleh bakteri Anaerob (yang dapat hidup tanpa adanya O2-oksigen) menjadi senyawa organik sederhana seperti Karbon dioksida (CO2) Unsur-unsur ini menimbulkan bau busuk yang cukup menyengat. Metan (CHA) ~ Hidrogen Sulfida (H2S) = Amonia (NH3) = Gas-gas berbau 3.3. SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Pembuangan pembuangan air limbah dilakukan melalui proses pengolahan secara|: aw 3 are ake Dalam proses ini Air limbah menjadi keruh, kotor, berbau busuk, serta tefjadi pengendapan lumpur cukup besar, Proses perombakannya berjalan dalam whki} yang cukup lama. b. Secara Aerobik Bahan orgnaik terlarut akan dirombak/diuraikan/dibusukkan oleh bakteri AF rp (hidupnya memerlukan 02) dan Fakultatif menjadi enerji, gas, bakteri baru bahan buangan akhir yang stabil seperti karbon dioksida (CO2) Nitrat (NO3) Sulfat ($04) — Senyawa-organik stabil Proses perombakan/penguraian/pembusukan biologis dilakukan oleh bakte} ‘Aerob dengan menggunakan/memanfaatkan O2 (yang terlarut dalam air Ii =f untuk mengoksidasi bahan organik terlarut sampai semuanya terurai lengkap. ‘Agar proses pembusukan biologis dapat berjalan dengan baik maka diperlpkja 02 yang terlarut dalam air limbah dalam jumlah cukup besar. Pengolahan Individual Pengolahan air limbah individual adalah pengolahan yang dilakukan seara ser sendiri pada masing-masing rumah terhadap limbah domestik yang dihasilkan. op penanganan/pengolahan air limbah domestik secara individual djuraikan dalant gram sebagai berikut Dapur > Lemak ——> Bak kontrol (cucian) (bush) Kamar——> Busa & Mandi Lemak ——> Bak kontrol aa Peresapan Tanah Air kotor Bahan ve (WC) ——> Organik ——— Septic Tank ‘Tripikon-§ —— aap 2 arm cies n 2. Pengolahan Individu pads Lingkungan Terbatas Pengolahan air limbah domestik secara individu pada lingkungan terbatas dilakukan secara verpadu dalam wilayah yang kecil/terbatas, seperti hotel, rumah sakit, bandar udara, pelabuhan dan fasilitas umum. Sistem penanganan/pengolahan air limbah domestik secara individual diuraikan dalam diagram sebagai berikut : - Air Limbah Dapur dati bangunan-bangunan. = ——> Bak kontrol - Air Limbah Kamar Mandi dari bangunan-bangunan —~—> Bak kontrol — Peresapan Tanah = Air kotor/Tinja dari bangunan-bangunan ————+ Septic Tank — 3. Pengolahan Komunal Pengolahan air limbeh komunal adalah pengolahan air limbah yang dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri, perdagangan seperti kota-kota besar (Jakarta, Bandung, Yogyakarta) yang pada umumnya dilayani/dibuang melalui jaringan riool Kota untuk kemudian dialirkan menuju ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan kapasitas besar. Pada umumnya Instalasi Pengolahan ini dikelola oleh Pemerintah Daerah atau Departemen terkait Sistem Penanganan/pengolahan air limbah secara komunal diuraikan dalam diagram sebagai berikut : = Daerah ——> Bak Pemukiman Kontrol ~ Daerah———> Bak Ss Industri Kontrol Jaringan Instalasi Riool Pengelolaan ~ Daerzh——> Bak Kota Lingkungan Perdagangan Kontrol = Daerah-——3 Bak Pendidikan Kontrol R paw sare 3.4. SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH mbah 3.4.1, Sistem dan Pola Pengaliran Air Untuk penanganan air limbah domestik secara komunal diperlukan saluran air li Pengolahan Air Limbah (IPAL). Saluran air limbah yang menyalurkan air limbah te berupa jaringan pipa yang ditanam di bawah permukaan tanah dan jaringan pipa te biasanya terdapat dikota-kota besar. Jaringan pipa air jimbah ini sering disebut d riool kota. Bagi kota yang memiliki jaringan riool kota maka masyarakataya memanfaatkan jaringan rioo! kota tersebut sebagai tempat pembuangan air limbah| dihasilkan dengan membayar sejumlah uang kepada pengelolanya (Pemerintah, PU), Beberapa hal spesifik yang terdapat dalam jaringan riool kota yang dapat mengalirkan air limbah mulai dari tempat sumbernya sampai ke fe Se ph asi Inghn lagat yahe Ap. Pipa saluran air limbah menjadi satu kesatuan dalam jaringan pipa air timbab] yahg semuanya tertanam di bawah permukaan tanah, pipa harus mampu menampung air gelontor dan pada daerah-daerah tertentd papa dapat memiliki fasilitas jalan inspeksi sehingga petugas dapat berjalan melaukan pemeriksaan di sepanjang pipa. Dimensi pipanya besar, karena disamping sebagai tempat penyaluran air li if pada tempat-tempat pertemuan pipa harus ada bak kontrol yang dapat digubaljan petugas untuk masuk ke jalan inspeksi, Bentuk-bentuk pipa yang digunakan dalam penyalur ar Limbah dapat berupa ling ellips, bulat telur dan tapal kuda sedangkan jenis bahan pipa yang digunakan bia} terbuat dari Galvanis Ikon Pipe (GIP), baja tuang, keramik, tanah liat, beton « PVC. Samat See ~ snot a 2 Main 22 Tonk sewer tection “ater or ranch Maia Defcon steeh for pes of sewers wae a calcio stems, cr mas 3 Are LIMBA Spigot end VC pipe with premolded joints 130-mnv anini (typical) Typical 300-mm VE pipe stub required at all connections to manhole Typical VC stub with stopper for future connection Class B concrete eeadle support 150-mm snininum Class B concrete cradle suppor ini 2s Clypi minim Base to be constructed on undisturbed material or compacted screened gravel 150-man, Section A-A manhole used with east-in-phice base for vitrified clay sewers 600 mn ty 14 reco ‘comerete BEM atte Foe concrete with steel ‘ing to receive tongue of barrel Clase A concrete base Typical mani 1 ame an cover ‘Aaj to requved grde Mil eames 2 minimus of wo: outa of bic 30007 Strcinfoeed-concete i Abuniowm ees Rubber gasket or sealant st reinforced groove in base vse womy | Conte soy ‘eet ‘ear Section BD hole used with cast-Oin-place base for vitrified-elay sewers 600 mm diameter and smaller. (From Metealf & Eddy, Inc. {6.8}.) 3.4.2. Kuantitas Air Limbah ‘Telah dijelaskan di atas bahwa air limbah yang akan masuk pipa harus digeloptoy bersih yang hal tersebut 4. Aliran dalam pipa dapat selalu lancar karena sedimentasi yang terjadh ‘besamnya sama atau lebih besar dari air timbahnya; air gelontor 2 air Timbah dimaksudkan sebagai berikut : dihilangkan pada saat ada penggelontoran. b. Dengan digetontor maka kepekatan air limbah akan berkurang. Untuk menghitung debit air limbahnya dapat dilakukan melalui 2 cara 1) Perhitungan berdasar debit air timbah domestik perkapita = 150 Ivorang/bpri air lapat mans An LEAs 15 Contoh Jumlah orang yang buang air limbah = 2000 orang Perbandingan air limbah : air glontor = 1 : 1, — q air limbah domestik = 150x20000 = 300.0001 /hari ~ q air gelontor 1,25x300.000 = 375.0001/hr air limbah yang masuk pipa = 675.000/nr 7.8125 Mdet air limbah tersebut dianggap mengisi pipa sebesar 70 s/d 75 % nya. Kekuatan/Kapasitas pipa yang direncanakan adalah Q pipa = 100/70 x 7,8125 = 11,1607 idee 2) perhitungan berdasar debit air minum/bersih rata-rata (1 1/det untuk 1000 orang) Contoh Jumlah orang yang buang air limbah = 2000 orang 25 4 air bersih rata-rata, qr = 2000/1000 = 2 1det Perbandingan air limbah : air gelontor 4 air bersih pada jam puncak, gp = 2,5x2 = 5 1/det debit air limbah domestik adalah 0,6 s/d 0,75 dari debit air bersih pada saat jam puncak = q air limbah domestik = 0,75 x 5 35 Ider 5 x35 4,375 Idet 875 Vdet air limbah tersebut dianggap mengisi pipa sebesar 70 s/d 75% nya. ~ q air gelontor q air limbah yang masuk pipa = Kekuatan/kapasitas pipa yang direncanakan adlaah Q pipa = 100/70 x 7,875 = 11,25 1/det 3.5. PENGOLAHAN AIR LIMBAH 3.8.1, Pengolahan Individu Bangunan pengolahan air limbah domestik yang dilakukan secara individu terdiri dari ‘Tangki Septik dan Bangunan Peresapan yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut : 6 an 3 ane L0 ‘Tangki Septik ‘Tangki Septik merupakan suatu bangunan yang berfungsi sebagai penampung af kotor/tinja (merupakan bahan organik) langsung dari WC dan urinoir, di dita tangki tersebut air limbah akan mengalami proses pembusukan/perombakai penguraian oleh mikroorganisme selama 3 hari. Proses pembusukkan/peromb: penguraiannya terjadi secara : = aerobie (mikroorganisme memerlukan 02) — anaerobic (mikroorgnanisme tidak membutuhkan 02). Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan Tangki st a. Dimensi Tangki Septik (TS) ditentukan oleh jumlah pemkai yang kan mer ‘Tangki Septik. b. Jumlah air kotor perkapita = 25 IWhari/orang. c Waktu tinggal di dalam Tangki Septik, T = 3 hari. d. Gerakan aliran air limbah di dalam Tangki Septik adalah : — pada saat masuk dan keluar Tangki Septik gerakannya adalah vertik — pada saat berada di dalam Tangki Septik gerakannya adalah horiz. gerakan aliran ini menjadi penting karena merupakan “gerakan prose pembusukan/perombakan/penguraian air limbah selama 3 hari schi iusahakan gerakan alirannya mengikuti bagian yang terpanjang dari T Septik (bagian memanjang). ce. Dimensi Tangki Septik = dalam minimum, h = 1,50 m panjang minimum, 1 = 1,00 m 75m Lebar (b) ~ lebar minimum, b = — perbandingan Panjang (1): ae 4 rk LIMBA nn 2. Bangunan Peresapan ‘Ada 2 (dua) jenis bangunan peresapan yang sering digunakan, yaitu a. Peresapan Memanjang Prinsip peresapan airnya (air dari Tangki Septik) adalah ke arah vertikal (meresap ‘menuju ke bawah seluas penampang dasar peresapan memanjang). Tinggi Peresapan memanjang ini ditentukan berdasar kedalaman muka airaya dan diusahakan muka dasar peresapan tetap berada 0,5 m di atas muka air tanah Tipe ini digunakan pada daerah yang ~ muke air tanabnya tinggi (dangkal) dengan kedalaman 0 sid 2,5 meter dari ‘muka tnah, ~ areal lahan yang tersedia untuk bangunan peresapan memanjang harus tersedia cukup tas, Untuk merencanakan dimensi peresapan memanjang digunakan rumus sebagai berikut Q=AD Azbl —> A= luas bidang peresapan (m2) D=vp —> v= kecepatan meresap (nV/bari) P = prosentase pori (%) Q=bLD —> L= panjang resapan = panjang pipa peresapan (m) Q debit air kotor (m3/hari) jebar peresapan (m) lebar efektif = 40 s/d 50 cm. D = daya resap tanah (m/hari 8 LMM bz4zem yas trash 24asdm Peresapan Sumuran Prinsip peresapan airnya adalah kearah vertikal (ke bawah seluas penathp4ng sumur) dan ke arah horizontal (ke samping). Tinggi peresapan sumut ditentukan berdasar kedalaman muka aimya dan diusabakan muka dasar per berada > 1 m di atas muka air nah. Tipe ini digunakan pada daerah yang : wr uka ai tanahaya cukup dalam (kedatamannya lebih besar 2,5 m dard mbka tanah), = areal lahan yang digunakan untuk luas. ‘ 4 | ygunian peresapan sumuran tidak sy. h | i n fini sapan alu san 9 AIR Lites ” Dalam merencanakan dimensi peresapan sumuran digunakan ramus seagai berikut : Q=AD A= I4.nd? ; A=luas bidang resapan (m?) Q= 14nd.D, 4Q nD Q = debit air kotor (m3Mhari, dm3/hari) daya resap tanah (den/hari, dm/etmal) ? diameter sumur resapan (m, dm) inggi peresapan, ditentukan berdasar tinggi muka air tanah Pengembangan Pengolahan Air Limbah Individu Kondisi tingkungan antara daerah satu dengan daerah lainnya di Indonesia tidak ‘sama sehingga penerapan bangunan pengolahan air limbah individu atau yang sering disebut dengan Tangki Septik, banyak mengalami kesulitan terutama apabila diterapkan pada dacrah rawa-rawa dan pemukiman yang berada ditepi sungai-sungai di derah Sumatera dan Kalimantan. Di daerah rawa-rawa dan sungai di Kalimantan yang memiliki muka air tanah yang sangat dangkal dan bahkan muka airnya sama dengan muka tanahnya telah dikembangkan Tangki Septik khusus yang sering disebut “Trippikon $”. ‘Tripikon-S, merupakan singkatan dari - Tri - pi kon = konsentris, - s Septic. Tripikon-S terdiri dari 3 (tiga) buah pipa pve (atau bahan lain yang sesuai dengan kondisi setempat) dengan dimensi berlainan yang dipasang secara konsentris (semua pipa dipasang pada satu sumbu/as) Tripikon-S merupakan tempat untuk pembusukkan Perombakan dan penguraian air Kotor/tinja oleh mikroorganisme secara aerobik dan anaerobik yang berlangsung selama 3 (tiga) hari sama seperti yang terjadi pada Tangki Septik. Perhitungan Tripikon-S sama dengan perhitungan Tangki Septik dengan ketentuan sebagai berikut ~ Volume Tripikon-$ sama dengan Volume air kotorfinja yang ditampung selama 3 hari, ae sain dhs Volume Tripikon-$ = 1/4.2.dt2.nt dimana, dt = diameter pipa terluar ht = tinggi/panjang pipa terluar panjang pipa Tripikon-S berkisar antara 4 - 6 m bangunan peresapan * untuk pemukiman ditepi sungai tidak perlu limbah yang telah diproses|palla Tripikon-S langsung dibuang ke sungai. * untuk pemukiman yang muka air tanahnya dangkal dapat dibuatkan bangu peresapan dari buis beton yang dipasang/ditempatkan mengelilingi Trighik SS (lihat gambar). Untuk menghitung bangunan peresapan Tripikon-S dapat digunakan rumus- sebagai berikut Debit air kotor Kecepatan meresap tanah Luas bidang resapai Luas buis beton = 1/4.2.db? Juas penampang Tripikon-S + Luas bidang resapan. Diameter buis beton = db Volume Air Kotor Luas bidang resapan Tinggi buis beton, hb = Cetsn Fenagelentors oe ab 3 AR LINEA 8t Outlet Outlet Outlet g POT AA Outiet cues oj POT B-3 3.5.2. Instalasi Pengolahan Air Limbah Pengolahan air limbah domestik pada suatu Instalasi Pengolahan air Limbah (IPAL) dilakukan secara bertahap melalui proses sebagai berikut 4. Pengolahan Primer, yang meliputi : - Penyaringan kasar bangunan ini melakukan penyaringan tethadap benda-benda kasar (plastik, logam, ‘kayu, daun-daun dan lainnya) yang tercampur dalam air limbah yang akan diolah, pasir yang terbawa oleh air limbah akan menghadap pada dasar bangunan penangkap pasir ini. = Pengendapan 1 butiran halus dan partikel kasar dari lumpur yang terlarut dalam air limbah akan 0.7 0) kg/em, fergantung dari volume dan desain pabrik yang membuatnya; sedangan tekanan maksimumnya antana (3,0 —> 4,0)kg/em (yang diizinkan). Dengan demikian, pada ‘ahapan perencanaan hal-hal semacam ini tidak boleh terlupakan pada penetapan tekanan kerja yang diinginkan. Komponen sistem digambarkan berikut ini. 8 sires te stn Pipa pease ait Tang awa pean aie Gy 00 Pompe Toy Muka sean Gambar 5.4: Penyedian air panas ke pancuran mandi dengan pemanas air gas 5.3.2 TANGKI-TANGKI AIR Penempatan tangki sir trhadapbatas persildisyaratkan untuk memenuhi Bataan jpra tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 5.5 Selanjutnya, Gambar 5.6 menyajikan shet contoh tangki atas. Tanghi sept dan insta Pigs oembvanexe —yerbahaya shnain ] t I 1 ‘Batas pecs teangea Gambar 5.5 Kritesia jarak penempatan tangki ane 5 STEM PLAMBING DALAM GED| AB 5 SISTEM PLAMBING DALAM GEDUNG U9 Papa nish, EB (eal sams aac z Ri fawan ae Gambar 5.6: Contoh tangki atas 5.4 SISTEM PEMBUANGAN DAN VEN 5.4.1 SISITEM PEMBUANGAN 5.4.1.1 Jenis Air Buangan Air buangan, atau sering pula disebut air limbah, adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbub-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri Air buangan dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan, Yaitu: () Air kotor: air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya (2) Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak mandi (bath tub),bak euci tangan, bak dapur, dsb. (3) Air hujan: dari atap, halaman, dsb. (4) Air buangan khusus : mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radio aktif atau ‘mengandung bahan radio aktif. 2 Sistem Pembuangan Air (a) Sistem pembuangan air kotor dan air bekas (1) Sistem campusan : yaitu sistem pembuangan, dimana air kotor dan air bekas 45° al SISTEM PLAMRING DALAM GEDENG 123 + bagian bawah dari pipa tegak atau didekatnya + pada pipa tegak gedung bertingkat, lubang pembersih dipasang setiap 2-3 lantai (b) Bak kontrol Bak kontrol dipasang di mana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya, bercabang, atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lubang pembersih. Ukuran bak Kontrol disesuaikan dengan ukuran pipa, dan cukup besar untuk memudahkan pembersian Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setebal 15 cm atau lebih, Jarak antara bak Kontrol sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter-dalam pipanya 5.4.2 SISTEM VEN 5.4.2.1 Tujuan Sistem Ven: (a) Menjaga sekat perangkap dari efeksifon atau tekanan balik (b) Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan (©) Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan $.4.2.2 Hilangnya sekat air (katup air): (a) Efek sifon sendiri (self-syphonege) (b) Efek hisapan (©) Bfek tiupan keluar (blow out) (@) fek kapiler (e) Penguapan (0) Efek momentum 5.4.2.3 Jenis Sistem Ven dan Pipa Ven: (a) Jenis sistem Ven sistem ven tunggal ~ sistem ven lup (loop vent) = sistem ven pipa tegak — atau sistem kombinasinya (b) Jenis pipa ven: — Ven tunggal:melayani satu alat plambing — Ven lup:melayani lebih dari dua perangkat alat plambing, dan disambungkan ke pipa ven tegak a ss 5 ssw Prayeivs DaLaw coubc (©) Ven pipa tegak: —perpanjangan pipa tegak air buangan ipa tegak tersendiri (d) Ven basah: bagian pipa Ven yang menerima air buangan dari alat plamping (keul Kloset) i (©) Ven bersama: melayani dua perangat alat plamping sekaligus (bertolak bel atau sejajar) (Ven pelepas : pelepas tekanan udara dalam pipa pembuangan (@) Pipa Ven balik: bagian pipa Ven tunggal yang membelok ke bawah setelah bdgifn tegak ke ata sampai pada possi lebih tinggi dari muka air banjcalatplambing| kemudian menuju pipa Ven tegak (h) Pipa Ven Yoke: suatu Ven pelepas yang menghubungkan pipa tegak air buspegn ‘dengan pipa ven tegak di tempat-tempat tertentu, untuk mencegah perubahan tel pada pipa tegak air buangan yang bersangkutan 5.5 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SISTEM PLAMBING 5.5.1 PEMERIKSAAN (a) Pemeriksaan parsial (b) pemeriksaan setelah selesai pemasangan (©) Pemeriksaan ulang 5.5.2, PENGUJIAN 5.5.2.1 Pemeriksaan Tekanan Uji: Dilakukan dengan kriteria harus mencapai semua bagian dari sistem 5.5.2.2. Pengujian sistem air dingin dan air panas: (a) Pengujian tekanan: tekanan uji setara dengan 2 kali tekanan Kerja, dan sekurpng kurangnya 8 kg/cm? selama 2¥30 menit (b) Pengujian tangki: setelah diisi tidak boleh ada gejala kebocoran selama 24 jain (©) Pengujian dengan aliran (d) Pemeriksaan kadar sisa khlor -BAB SISTEM PLAMBING DALAM GEDUNG 125 5.5.2.3, Pengujian pipa pembuangan dan pipa Ven: (a) Pengujian dengan pengisian air: tekanan uji 3 meter kolom air selama minimum 30 menit (b) Pengujian dengan tekanan air: tekanan uji 2 kali tekanan uar pompa selama mini- mum 30 menit (©) Pengujian dengan udara pompa (air pressure): tekanan uji 0,35 kg/cm? selama 15 menit secara Konstan (d) Pengujian dengan asap: tekanan uji 25 mm kolom air, dan harus Konstan selama 15 menit (e) Pengujian dengan poppermint (ban L): tekanan uji 25 mm kolom air, dan harus Konstan selama 15 menit 5.6 PROSEDUR PERENCANAAN 5.6.1. RANCANGAN KONSEP Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung, Oleh karenanya, perencanaan dan perancangan sistem plambing dilakukan secara simultan serta disesuaikan dengan tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu senditi, dengan memperbatikan secara cermat hubungannya dengan komponen konstraksi gedung dan peralatan lainnya, Dalam menyiapkan rancangan Konsep sistem plambing, beberapa faktor berikut merupakan pertimbangan awai yang perlu diketahui (2) Jenis dan penggunaan gedung (2) Denah bangunan (3) Jumlah penghuni 5.6.2 PENELITIAN LAPANGAN Penelitian lapangan merupakan bagian dari pekerjaan perencanaan dan perancangan sistem plambing, Penelitian lapangan mencakup beberapa kegiatan, yaitu (2) survai tapak dan lokasi gedung (2) konsultasi dengan instansi pemerintah (3) menjajagi kebijaksanaan instansi pengairan dan periksanan setempat (4) survai hak penggunaan air dan pembuangan air 126 BAD 5 SISTEM PLAMBING DALAM as lo 5.6.3 RENCANA DASAR (a) Masalah umum; dalam tahap ini disiapkan dasar-dasar perancangan dehgan menggunakan rencana konsep serta perolehan data penelitian lapangan (©) Pemilihan peralatan; setelah menetapkan dasar-dasar perancangan; dapat dilakbk4n penentuan sistem plambing, penyiapan data perancangan, serta alternatif pemifihan peralatan plambing yang akan digunakan, 5.6.4 RANCANGAN PENDAHULUAN Berdasarkanreneanadaser yang telah dist, maks dapet dilakukan penghajian Jf terinci tentang sistem dan perletakan peralatan plambing dengan menggunakan gan pendahuluan denah bangunan. 5.6.5 RANCANGAN PELAKSANAAN Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan dapat diterima dalam pengertian disqtupi oleh perancangan gedung serta pemilik proyek, maka perhitungan dan gambar pelaks4 +t dapat dibuat. Selain itu, dapat pula disusun dokumen spesifikasi dan perkiraan bia} pelaksanaan, 5.7. HITUNGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 5.7.1 FORMULA Qa , hh = —— ) er dimana: Qh: pemakaian air rata-rata (m3/jam) Qd_ = pemakaian air rata-rata sehat (m3) T —: jangka waktu pemakaian Qh maks = Qhm = C, * Qh ) dimana : Qhm : pemakaian air jam puncak Cc, = 1S —> 20 Qh QM pag = Qe = C % 60 dimana : Qmm : pemakaian ait menit puncak C30 —> 40 BAB § SISTEM PLAMBING DALAM GEDUNG 127 5.7.2 CONTOH HITUNGAN Diketahui : Gedung kantor dengan luas 10,000 m2. Pemberian untuk kantor 100 liter/orang/hari Hitung (@) Kebutuhan air total (b) Qh © Qhm @ Qmm Jawab : Bila untuk keperluan utilitas diasumsikan sebesar 40% Iuas lantai: maka Iuas lantai bangunan 0,6*10.000 m2 = 6.000 m? Bila setiap karyawan menempati ruang seluas : S ms maka kebutuhan air sebari 6.000 m? * 100 liter = 120.000 liter = 120 m* Sm Tambahan untuk keperluan (1) Tamu : 25% jumlah karyawan @ 25 liter/orang/hari (2) Cuci lantai : 2 titer/m2 (3) Kebutuhan lain-lain Jumlah tambahan diperkirakan : 20% Jadi (a) Qd = (100% + 20%) * 120 m3 = 144 m3/hari (b) Bila jam kantor ditetapkan selama 10 jamv/hari; maka: Qh = 144 m3/10 jam = 14,4 m3zjam (c) Dengan menetapkan C1=2; maka: Qhm = 2 * 14,4 m3/am = 28,8 m3/jam (@) Dengan menetapkan C2=3; maka Qmm = (3*14,4)/60 m3/menit = 0,72 m3/menit = 12 liter/detik 5.7.3. PENENTUAN VOLUME RESERVOIR BAWAH Referensi : menggunakan data dan basil hitungan di atas Volume reservoir bawah ditentukan: (50-100)%. Bila diambil 100%; maka volume reservoir bawah = 144 m3 Bila diambil 50%: maka volume reservoir bawah = 72 m3 128 AB SISTEM PLAMBING DALAM ED 5.7.4, PENENTUAN VOLUME RESERVOIR ATAS VE = (QP - Qmaks)*Tp - Qpn*Tpn dimana: VE: Volume reservoir atas (liter) Qp + Kebutuhan puncak (liter/menit) Qmaks ; Kebutuhan jam puncak (liter/menit) Qpn = Kapasitas pompa pengisi (liter/menit) Tp Jangka waktu kebutuhan puncak (menit) ‘Tpn —: Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit) Dengan referensi menggunakan data dan hasil pethitungan sebelumnya; maka: Qon = Qhm —> dipilih atau ditetapkan minimum, Qhm = 28,2 m3/jam = 480 liter/menit Bila ditetapkan ; Tp = 30 menit Tpn = 10 menit Jadi VE=(720 - 480) * 304(480 * 10) = 2.000 liter = 12 m3 Bila: Qp — =3*Qh = 720 liter/menit; 480 liter dimana ; Qhm = 2 * Qh; maka: Qh = = 240 liter/menit 5.7.5 KEBUTUHAN PEMADAM KEBAKARAN Dalam hubungannya dengan volume reservoir; maka volume air untuk kepprh pemadam kebakaran ditambahkan pada volume reservoir yang sudah ditentukan, se volume total menjadi Viotal = Volume reservoir bawah + Volume air pemadam kebakaran jan sea {RAB 6 PENGELOLAAN LIMBAH! PADAT DOMESTIR 129 Bab 6 Pengelolaan Limbah Padat Domestik 6.1. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pentingnya penanganan limbah padat untuk peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Limbah padat atau sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan oleh aktivitas hidup manusia dan hewan yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi atau tidak dikehendaki Gambaran mengenai meningkatnya jumlah dan macam limbah padat pada umumnya, sesuai dengan pertambahan penduduk dengan segala kegiatannya: seperti digambarkan pada geafik di bawah ini : Jormah Janta Pendudukk Sapa Gambar 6.1 Hubungan antara timbulan sampah, jumlah penduduk, dan lahan dengan perkembangan waktu Keterangan ; TPA = tempat pembuangan akhir 130 ‘AB 6 PENGELOLAAN LIMBAMl PADAT DO! Dari grafik di atas, terlihat dengan jelas bahwa dengan perkembangan waktw senantiasa diiringi dengan pertambahan penduduk; maka otomatis jumlah timbulan sa semakin meningkat, sementara lahan yang ada tetap. Lahan yang tersedia akan berkurang akibat penggunaan yang lain, misalnya: untuk perumahan, fasilitas umut Pengelolaan limbah padat (sampah) dilakukan untuk membuat lingkungan yang bagi masyarakat. Ancaman kesehatan dapat timbul disebabkan oleh digunak timbunan sampah, sebagai tempat berkembang-biaknya lalat dan tikus serta akh] ‘menularkan penyakit pada manusia, Di samping itu, timbunan sampah secara es ‘menampilkan pemandangan yang tidak menyenangkan, selain bau yang tidak sedap dekomposisi Contos penerapan penanganantimbah pada! yang banyak dlkukan eraama Wot jenis sampah yang banyak mengandung bahan organik adalah kompos. Yang dimakst el ae Ai dengan kompos adalah hasil akhir dari dekomposisi (pembusukan) sampah menjadi Hahkn yang dapat langsung diserap olch tumbuhan (zat organik dan anorganik). PROGRAM PEMERINTAH Program pemerintah untuk menanggulangi masalah persampahan adalah bagaifnaha mengantisipasi kuantitas sampah yang semakin bertambah, seperti ditunjukkan padaltatiel berikut : Tabel 6.1 Program Pemerintah dalam masalah persampahan Tingkat pelayanan (%) Jenis Peruntukan | Pelita V-1990 Pelita VI-1995 Pelita VII-20} Komersial 100 100 100 dan pasar Pemukiman 500%) 800) 100 (100% untuk wilayah dengan kepadatan > 150 orang/ha. 6.2. SUMBER DAN JENIS LIMBAH PADAT ‘Sumber-sumber timbulan sampah diakibatkan karena berbagai kegiatan sebagai berikut : (1) Pemukiman (2) Perdagangan AB 6 PENGELOLAAN LINRAH PADAT DOMESTIN 131 @) Industei (4) Institusi (kantor, sekolah) (3) Rumah sakit (6) Pertanian, petermakan, perkebunan (7) Tempat umum (tempat rekreasi, jalan, taman) (8) Lapangan udara, pelabuhan laut (9) Water and waste water treatment plant ‘Scmentara itu, jenis-jenis sampah terdiri atas (1) Garbage (sampah basab); yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik, dan yang mempunyai sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah serta temperatur optimum yang diperlukan untuk membusuk, yaitu (20-30)°C. Contoh : sampah rumah tangga, sampah rumah makan, dll. 2) Rubbish (sampah kering); yaita sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik we) Yi dan anorganik yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk. Contoh sampah logam yaitu misalnya kaleng, seng, dil Sampah non-logam: yang terbakar: Kertas, plastik, kay yang tidak terbakar: pecahan kaca, dll (3) Dust & Ash (debu dan abu); yaity sampah yang terdiri dari bahan organik dan ‘anorganik, yang merupakan partikel-partikel terkecil yang bersifat mudah beterbangan yang membahayakan pernafasan dan mata, Contoh: ‘abu : hasil pembakaran (proses kimia) debu : hasil proses mekanis (4) Demolition & Construction Wastes: yaitu sampah sisa-sisa bahan bangunan, misalnya: puing-puing, pecahan-pecahan tembok, genteng, dll. (5) Bulky Wastes: yaitu sampah barang-barang bekas, baik yang masih dapat digunakan atau yang tidak dapat digunakan. Contoh: lemari es bekas, kursi, TV. mobil rongsokan, dil (6) Hazardous Wastes: yaitu sampah yang berbahaya (B3: bahan buangan berbahaya). Contoh = patogen: rumah sakit, laboratorium klinis 132 6.3. KARAKTERISTIK LIMBAH PADAT Aa 6 PENGELOLAAW LIMDAH PADAT DOMESTI — beracun : kertas pembungkus pestisida — mudah meledak : mesiu — radio-aktif = sampah nuklir (7) Water & Waste Water Treatment Plant: yaitu sampah yang berupa hasil sampiqe} pengolahan air bersih maupun air kotor, biasanya berupa gas atau lumpur. ‘Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi macam, jenis, dan besarnya timbulan sampalf: (1) jenis bangunan yang ada (2) Tingkat aktivitas (3) Tktim (4) Musim (5) Letak geogratis (6) Letak topograti (7) Jumlah penduduk (8) Periode sosial-ckonomi (9) Tingkat teknoiogi Dengan mengetahui jenis dan macam serta besarnya timbulan sampah 4k mempermudah pengelolaannya, karena pengelolaan sampah dikota-kota besar biasn: dilakukan secara komunal, schingga dibutuhkan pengelolaan. dengan memanfaa} teknologi yang ada dan teknologi tersebut dipermudah oleh pengetahuan tentang fen} dan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan. Informasi tentang karakteristik sampah diperlukan untuk; (1) pemilihan peralatan, sistem, dan pergsllan, pensian mater dan ene jang bisa epulan, ©) wa perencanaan tempat pembuangan akhir (TPA). Berikut ini disajikan tabel contoh di Jakarta dan Pulau Batam. [BAD 6 PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK 133 Tabel 6.2: Komposisi Sampah di Jakarta dan Pulau Batam) Sampab Jakarta th, 1981 Pulau Batam th, 1986 me) Kertas Kayu Metal Tekstil Plastik Kava Karet TOTAL 100 100 0.8675 6.9 4 Penetapan karakteristik sampah pada umumnya tidak mudah. Dan cara yang paling sederhana adalah berdasarkan teknik random sampling dan analisis sampel di laboratorium. Karakteristik sampah dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan dan kecenderungan ini harus diamati dengan seksama terutama kadar senyawa organik, kertas dan plastik. Perubahan ini selaras dengan pola hidup dan kebudayaan masyarakat serta aplikasi teknologi baru. 6.4 SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK Sistem pengelolaan Limbah Padat Domestik terdiri dari (1) Aspek Teknik Operasional (2) Aspek Organisasi (3) Aspek Pembiayaan (4) Aspek pengaturan (9) Aspek Peran Serta Masyarakat 6.4.1. Aspek Teknik Operasional Secara umum, pengelolaan limbah padat ditinjau dari aspek teknik operasional di suatu tempat ditunjukkan pada gambar berikut : 134 {AB 6 PENGELOLAAN Lina Paar ods Sumber sarpa (imbetansanpah) Pewadahan ee = Pemindahan fe Pengangeutan n\_ Perniihan & Pengolaban Pernbuangin ‘ath Gambar 6.2: Sistem Pengelolaan Sampah secara unum, Dari gambar di atas dapat diambil pengertian bahwa sistem pengelotaan sampah fag dilakukan dengan berbagai macam jalur; misalnya timbulan sampah masuk ke pewadal kemudian dibawa oleh kendaraan pengumpul langsung dibuang ke tempat pembu: {nebn akhir, Atau jalur lain, misalnya setelah melalui bagian pengumpulan kemudian Gime ir ke bagian pemilahan dan pengolahan, setelah itu dibuang ke tempat pembuangan SUB-SISTIM PEWADAHAN Pada sub-sistem ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang beat dari tingkat sosial-ekonomi penduduk. Misalnya ada yang menggunakan bak saj dari beton, ada yang dari tong yang terbuat dari seng. mengunakan container. tik, dll. atau ada [yal Pada negara-negara maju, biasanya masyarakat yang membuang sampah melalukhn pemisahan berdasarkan jenis sampah. Sampah yang cepat membusuk (garbage) dipis. dengan sampah yang tidak cepat membusuk (rubbish, dust & ash, dll.) at {BAB 6 PENGELOLAAM LIMBAII PADAT DOMESTIR 135 B. SUB-SISTEM PENGUMPULAN Pada sub-sistem pelayanan, Penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung dari daerah ingkat sosial-ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana yagn dilayani. Secara ‘umum, sub-sistem ini digambarkan sebagai berikut : Keterangan ¥ +#—_] PhO HELE Sumber timbulan sampah Kendaraan pengumpulan ‘Transfer depo (stasiun pemindahan) Kendaraan pengangkut Wadah komunal Gambar 6.3: ‘Sub-sistem pengumpulan sampah secara umum 136 -aaa 6 PENGELOLAAN LMRAH PADaT DOMESTIE Dari gambar di atas tersebut, bisa dilihat berbagai jalur pengumpulan yaitu : (1) Pengumpulan individual tidak langsung, maksudnya adalah kendaraan pengump] (gerobak) mengambil timbulan sampah langsung dari pengguna jasa, misalnya: nh tangga. Kemudian diangkut ke transfer depo (stasiun pemindahan) lalu dibawalol Kendaran pengangkut (truk) untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir op. Biasanya pengumpulan ini digunakan apabila kendaran pengangkut tidak day mengambil secara langsung ke pengguna jasa. 2) Pengumpulan individual langsung, maksudnya adalah kendaraan pengangkut (ruk) Tangsung mengambil timbulan sampah dari pengguna jasa untuk kemudian dit ke TPA. secara komunal pada wadah komunal untuk diangkut oleh kendaraan pengayel 3) Pengumpulan komunal langsung; maksudnya pengguna jasa mengumpulkan heh i Jangsung dibuang ke TPA. (4) Pengumpulan komunal tidak langsung; maksudnya adalah pengguna| jaf ‘mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah Komunal untuk dibawal olfh Kendaraan pengumpul, kemudian dibawa ke transfer depo, lalu diangkut fs kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Sama seperti no J dimana kendprapn pengangkut tidak dapat mengambil secara langsung kepengguna jasa. Sub Sistim Pengumpulan dengan Menggunakan Container Container adalah wadah yang dipakai sebagai tempat timbulan sampah, difnafia penggunaannya bisa dilakukan secara individual atau secara bersama-sama (kompna). ‘Container ada dua jenis yaitu yang dapat dengan mudah dipindahkan Karena mengguqakhn roda (hauled) dan yang sifatnya tetap (station). Subsistim pengumpulan dengan menggunakan container ada dua jenis yaitu yang dapat dipindahkan (movable). Pada sistim ini terlihat bahwa terdapat alur di container yang sudah penuh digerakkan kearah transfer depo untuk dilal pemindahan sampah, ketika kosong container dipindahkan kembali ketempat semula, dan sistim ini dibagi menjadi 2 tipe : (1) Hauled Container System yaitu sistim pengumpulan dengan menggunakan =f 7 a). Conventional Mode seperti tergambar Keensgan [J co Ly comaier ono 1 tape Dep Gambar 6.4a Conventional Mode |B 6 PENGELOLAAN LIMBA PADAT DOMESTIR 137 @ Kelemahan sistim ini adalah dari segi waktu tidak efisien karena hanya menggunakan satu container, sehingga kemudian sistim ini dikembangkan menjadi Exchange Container Mode b) Exchange Container Mode A Gambar 6.4b Exchange Container Mode Pada sistim ini mempunyai kelebihan dibanding sistim konvensional, dimana cfektifitas waktu untuk pemindahan sampah ke transfer depo dapat ditingkatkan akan tetapi dari segi biaya relatif lebih mahal karena membutuhkan lebih dari satu container, Stationery Container System yaitu sistim pengumpulan dengan menggunakan con- tainer yang tidak dapat dipindahkan, sehingga sampah yang ada “dijemput” oleh kendaraan pengangkut, seperti digambarkan berikut ini > > > O Gambar 6.5 138 [BAB 6 PENGELOLAAN Liwaan PanaT DOYESTIE Pada sistim ini terlihat bahwa container yang tidak bergerak tersebut ketika penyh muatannya dipindahkan kekendaraan pengangkut. C. SUBSISTEM PEMINDAHAN DAN PENGANGKUTAN Pada sub sistim ini dibahas tentang stasiun pemindahan (transfer depo atau trapstr station), dimana fungsinya secara umum adalah sebagai tempat penampungan semebtaa (TPS) dan tempat bertemunya kendaraan pengumpul dengan kendaraan pengangkpe Istilah transfer depo lebih banyak digunakan di Indonesia sementara istilah transfef sth- tion biasanya digunakan di luar negeri (negara-negara maju) ‘Adapun jenis transfer depo atau transfer Station ditinjau dari cara pemuatannya aftalth sebagai berikut (1) Direct Discharge yang sudah terisi penuh dengan sampah dengan Kendaraan pengangkut, dimana fer depo ini didisain sedemikian rupa sehingga pemindahan sampah dapat § langsung dari kendaraan pengumpul dengan kendaraan pengangkut untuk dituahg ke TPA. Secara sederhiana dapat digambarkan berikut ini : ‘Adalah transfer depo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan kendaraan coe ‘gerobak container Gambar 6.6 Transfer depo Direct Discharge a. Denah b. Potongan Jenis ini ada tiga tipe sesuai dengan luasnya yaitu tipe besar, menengah dan}kefil Kelebihan dari transfer depo seperti gambar diatas adalah biaya yang dipe} relatif murah Karena dapat dibuat diluar ruangan tanpa menggunakan kons}rit khusus, dan sistim ini digunakan untuk jenis sampah yang mudah membusul bage) karena dapat langsung dibuang ke TPA, akan tetapi secara estetika dan ke: kurang baik karena tempat tidak terjaga atau tertutup. Karena hal tersebut (yaitu karena biaya yang relatif murah) maka sistim ini cocok di Indonesia. [AAD 6 PENGELOLAAN LIMBAM PADAT DOMESTIE: 139 (2) Indirect Discharge Adalah transfer depo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh sampah dengan kendaraan pengangkut, dimana sampah dari Kendaraan pengumpul dikumpulkan dalam suatu ruang tertentu untuk kemudian dengan menggunakan Crane sampah dipindahkan kekendaraan pengangkut, seperti tergambar dibawah ini 3) Tampa smpah Gambar 6.7 Contoh Indirect Discharge Keuntungan dari sistim ini adalah sampah yang sudah terkumpul dapat diadakan pemilihan menurut jenisnya, sehingga dapat dengan tepat ditentukan cara pengelolaannya dan secara estetika baik Karena tumpukan sampah tertutup di suatu ruangan. Akan tetapi cara ini cukup mahal, sehingga transfer station jenis ini banyak digunakan dinegara maju Combine Direct Discharge and indirect Discharge Merupakan kombinasi antara Direct Discharge dan Indirect Discharge. Pada sistim ini sampah dibedakan antara yang harus langsung dibuang dengan yang tidak Sistim ini juga banyak digunakan dinegara-negara maju. 140 D. SUBSISTIM PEMBUANGAN AKHIR ‘Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Yang seting digunakan adalah: E. SUB-SISTIM PEMILAHAN DAN PENGOLAHAN (1) Pemilaban fan 6 PENGELOLAAW LIMBAH PADAT DOMESHIR Open Dumping Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan begitu saja diatas tanab k atau sebelum digunakan tanah tersebut dibuat lubang dengan menggunakan tiki Cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena sampah yang dibung dibipe terbuka schingga dapat menjadi sarang binatang-binatang tertentu yang Hay membawa penyakit selain itu secara estetika kurang baik karena menimbpi pemandangan yang buruk dan bau yang busuk. Control Land Fill dengan traktor, kemudian apabila lubang tersebut sudah penuh baru ditutup ng lebih 20 cm. Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas Iubang yang I d Tapisan tanah setebal ku Sanitary Land Fill at at lan Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang yang qibjat dengan traktor, kemudian sampah yang ada ditutup oleh lapisan tanah yang penuthps dilakukan setiap hari sehingga terbentuk sel-sel dalamnya. Cara ini adalah card y terbaik dibanding dengan dua cara sebelumnya, seperti tergambar berikut : Lapisan penutup + 15 em Gambar 6.7 Sanitary Land Fill Pada bagian ini akan dibicarakan secara ringkas masalah pemilahan dan peng@l sampah yang merupakan bagian yang cukup penting dari sitim secara keselu} Akan tetapi bagian ini pada umumnya membutuhkan teknologi tinggi yang, terdapat dinegara-negara berkembang. ya re |e 6 PENGELOLAAN LuMRAH PACT DOMESTIE 141 ‘Dj Indonesia khususnya dan dinegara-negara berkembang yang paling sering dilakukan pada bagian pemilahan adalah dengan menggunakan tenaga manusia (pemulung), berhubung murahnya tenaga kerja. Sebaliknya negara-negara maju karena mahalnya upah tenaga Kerja maka pada bagian pemilahan pada umumnya sudah menggunakan teknologi canggih, Pemilahan dilakukan untuk menggolongkan jenis-jenis sampah sesuai dengan Karakteristiknya, sehingga ketika masuk pada pengolahan mempermudah prosesnys. (2) Pengolahan Pada bagian pengolahan istilah yang paling dikenal adalah Recycling, Reuse dan Recovery. Yang dimaksud dengan Recycling adalah “transforming waste materials into useful items by reprocessing them” maksudnya adalah suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan merubah bentuk material sampah secara fisis dengan memproses Kembali menjadi barang-barang yang berguna atau bermanfaat, misalnya mengubah sampah plastik menjadi kursi plastik, ember plastik dll Yang dimaksud dengan Reuse adalah “returning an item to productivie use for the same purpose as it was orginally intended, without changing its identity" maksudmya adalah mengembalikan barang yang sudah menjadi sampah (rongsok) menjadi barang berguna yang mempunyai manfaat yang sama seperti aslinya tanpa merubah identitasnya, Contohnya mengubah mobil rongsokan menjadi mobil baru. Yang dimaksud dengan Recovery atau Energy Recovery adaah “the use of solid wastes as fuel, supplementing woods waste, to produce energy in the form of steam or electricity” maksudnya adalah penggunaan sampah sebagai bahan bakar atau ‘memanfaatkan energi yang tersimpan dalam sampah misalaya untuk tenaga listrik Contohnya mengubah sampah kotoran hewan menjadi biogas. 6.4.2. Aspek Organisasi Dalam suatu sistim pengelolaan sampah, aspek organisasi sangat penting agar sistim bisa berjalan dengan baik. Unsur organisasi yang diperlukan dalam pengelolaan sampah menyangkut : — Tenaga Kerja, yaitu anggota masyarakat yang bertugas membuat, mengelola, dan memelihara sistim tersebut baik dengan tujuan mendapatkan upah atau secara suka rela — Struktue Organisasi, yaitu.perangkat organisasi yang diperlukan untuk sistim pengelolaan sampah, dimana semakin luas dan Kompleksnya sistim maka semakin ‘membutuhkan perangkat tersebut. Apabila sistim masih berujud sederhana, maka struktur organisasi terkadang tidak diperlukan. 142 AAR 6 PENGELOLAAN LIMBAd PADAT 6.4.3, Aspek Pembiayaan Merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan terutama untuk suatu sistim yang 1 komplcks. Apabila sistim pengelolaan sampah sudah demikian metuas dan kor I ‘maka setiap anggota masyarakat harus turut serta dalam aspek ini misalnya dalam “ft | Retribusi dapat dilakukan dengan menggunakan subsidi silang untuk membantu go| masyarakat yang tidak mampu. 6.4.4 Aspek pengaturan Aspek pengaturan senantiasa dipertukan untuk menjamin suatu sistim dapat b dengan baik dan lancar. Pada umumaya aspek ini diwujudkan dalam bentuk peraturan pemerintah pusat daerah, peraturan masyarakat dimana sistim tersebut digunakan baik yang tectulis nf yang tidak, dan dalam bentuk peraturan (hukur) adat, 6.4.5. Aspek Peran Serta Masyarakat eran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat arti ikut serta bertanggung jawab pasif maupun aktif, secara individu, keluarga, kel ‘dan masyaraket untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri dan lingkungan. Baik dikota maupun didesa pada umumnya sampah kurang diperhatikan oleh masyi hal ini disebabkan oleh - Kurangnya pengertian bahwa sampah yang tidak dikelola dengan bai mempunyai dampak negatif pada lingkungan maupun Kesehatan masyarakat = Kurang menyadari arti kebersihan dan keindahan - Kekurangpahaman teknologi maupun pengorganisasian pengelolaan sampah. — Adanya anggapan terutama dikota bahwa pengelolaan sampah adalah tangun; Pemda Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menumbubkan peran serta masyarakat pengelolaan sampah dengan membentuk program yang dilaksaakan secara terarah, dan berorientasi kepada penyebarluasan pengetahuan, penanaman kesadaran, pen sikap dan pembentukan prilaku, sehingga Masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungen, = Masyarakat turut aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, menu| kebiasaan hidup bersih pada anggota masyarakat lainnya dan memberikan saran yang membangun, = Masyarakat bisa mengikuti prosedur dan tata cara pemeliharaan kebersihan baik Masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah. s flan ks si . n qian spon at, akan larfan arpn- echira BAB 6 PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIC 143 6.5. LATIHAN Bagaimana anda menjabarkan permasalahan yang ada antara meningkatnya jumlah timbulan sampah dan semakin sempitnya lahan yang tersedia? Berikan contoh kasus yang ada didaerah anda. 6.5.2 Sebutkan sumber-sumber timbulan sampah dan bagaimana keterkaitannya dengan jenis- jjenis sampah, 65.3. Apa yang saudara ketahui dengan karakteristik sampah. Bagaimana menurut saudara dengan daerah tempat tinggal saudara. 6.5.4. Gambarkan aspek teknik operasional dalam sistim pengelolaan sampah dan sub-sub sistimnya dan rancanglah secara teknik untuk daerah atau kota anda (sesuai dengan Kondisi tersedianya lahan, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain) 6.5.5 Aspek-aspek apa saja yang terkait dengan aspek teknik operasional dalam sistem pengelolaan sampah Bab 7 Sistem Pengelolaan Limbah B3 7.1, PENDAHULUAN 7A.1. Latar Belakang sxe 7 sisveM Penceotaan usedair bt Industri di Indonesia berkembang baik jumiah maupun ragamnya sehingga limbah Iyduptrt semakin menjadi masalah, target tingkatpertumbutn ekonomi nasional selama permbangupan Jangka panjang (PJPT Il) rata-rata sebesar 7% pertahun. Di sisi lain pertumbuhan fel industri nasional ditargetkan sebesar 9 % pertahun, sehingga dapat diperkirakan dari akfiv indistri semakin intensif tumbub Jingkungan. Bank Dunia memperkirakan sampai Tahun 2000, nila beban pencemaran rta-tatf ins dihasilkan oleh limbah industri di Indonesia akan meningkat sebesar 280 % untuk kanqun} berbahaya dan beracun (Country study report, 1994). Hal ini dapat terjadi semakin interpsi penggunaan berbagai bahan kimia dalam suatu proses produksi yang menyebabkan fm} (or fas berkembang dengan segala dampak dan resiko péncearan an va ah industri mengandung bahan berbahaya beracun yang sulit diolah dengan sistem pengplahan limbah industri secara konvensional (end off pipe treatment). Aktivitas industri makin beragam, sehingga limbab yang dihasilkan meningkat kunt dan karakteristik limbah semakin kompleks. Akibatnya biaya investasi yang dibutuhkar] ut pengadaan sarana pengelolaan air limbah meningkat dan Jahan yang dibutuhkan s Juas. Sampai saat ini biaya penanganan limbah merupakan salah satu yang nen pihak industri, disamping kebutuban lahan juga merupakan masalah serius yang| hi dipecahkan karena ketersediaan lahan terutama di daerah perkotaan semakin sulit Pengelolaan limbah B3 di Indonesia belum dilaksanakan secara menyeluruh, di si industri terus berkembang dan tersebar. Dengan tidak terpusatnya Kawasan industri df s Kawasan merupakan salah satu. penyebab belum dapat terlaksananya pengclolaan|s menyeluruh. Industri dengan modal yang relatif kecil masib banyak dan lokasiny terpusat di kawasan industri, sehingga sangatlah berat bagi mereka untuk membangup s sistem pengolahan limbab yang sesuai dengan kualitas limbah yang dihasilkan. tas tuk kin agi rus at ara ldak ate AAR 7 SISTEM PENGELOLAAN LNGHAM ms 148 Penanganan pencemaran lingkungan yang dilaksanakan sclama ini bersifat kuratif, yaitu penaganan dilaksanakan setelah masalah dan dampak pencemaran timbul atau biasa disebut dengan istilah End off pipe solution, Kenyataannya pola penanganan cara ini umumnya tidak pernah tuntas dan relatif lebih mahal, dengan demikian perlu diterapkan pola pencegahan atau preventif. Pola penanganan limbah industri yang baik yang bersifat terintegrasi, yaitu penanganan dimmulai dari sumbernya (point of .generation). Tujuannya untuk mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan pengolahan akhir (ultimate disposal) yang dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penanganan seperti ini dikenal dengan istilah “cradle to garve’ yang populer di Amerika serikat, Dari sudut kepentingan pemerintah setiap kasus pencemaran lingkungan, pemerintah selalu dihadapkan pada kondisi yang sulit, yaitu masalah pencgakan upaya hukum terhadap industri yang terbukti mencemari lingkungan. Dalam upaya penegakan hukum pemerintah seringkali memberikan sangsi ekstrim berupa pemberhentian Kegiatan industrinya. Hal ini akan menimbulkan resiko sosial ekonomi politik seperti kehilangan pemasukan pajak, lapangan kerja dan gejolak sosial Masalah dampak ditimbulkan akibat penanganan fimbah B3 yang tidak benar akan mengganggu kesehatan. Masih ada industri membuang limbah ke badan air, sehingga masyarakat yang mengkonsumsi air tanah maupun air permukan dapat terkena dampak berupa asus keracunan limbah B3. Beberapa dampak Kesehatan yang disebabkan oleh jenis bahan kimia pencemar tertentu sering terdapat dalam timbah B3 antara fain + Cadmium (Cd), dapat melalui makanan , minuman, udara yang tercemar limbah industri yang mengandung cadmium yang dapat terakumulasi di ginjal dan hati pada manusia. Bila tanah dan air tercemari cadmium, akan diserap tanaman dan biota dan melalui rantai makanan dapat masuk ke dalam tubuh manusia, + Sianida (CN), sifat cianida mudah larut dalam air, sehingga industri tapioka, electroplat- ing yang membuang limbah ke badan air menyebabkan tercemar cianida, Bila terminum dalam jumlah melampui batas menyebabkan sistem transportasi dan metabolisme oksigen darah terganggu. Dari_uraian di atas menyatakan bahwa upaya pencegahan pencemaran dimaksud untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan akibat pembuangan limbah B3. 7.1.2. Peraturan Perundang Undangan Pengelolaan limbah B3 merupakan salah satu pogram dari kesehatan Tingkungan. menurut UU RINo, 23 Tahun 1992 tertulis bahwa upaya menyehatkan masyarakat dilaksanakan melalui 15 kegiatan dan mulai pelita V dinaikkan menjadi 18 kegiatan. Dari daftar kegiatan ini Kesehatan lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha menyehatkan masyarakat tersebut yang kesemuanya harus dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Didalam pelaksanaannya usaha ini merupakan usaha yang perlu didukung secara umum oleh ali rekayasa dan khususnya rekayasa lingkungan, Dengan dasar ini dirasakan bahwa ahli rekayasa lingkungan perlu mengetahui tentang pengelolaan limba B3 dalam kaitannya dengan pengadaan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, 146 sag 7 sisrem pancerowsan uleasy 83 Peraturan Pemerintah No.I2 Tahun 1985 yang merupakan salah satw peraturay] ypng ‘mengatur secara detail mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah penaygahan limbah B3 mulai dari sumber limbah yang dihasilkan sampai dengan pembuanga apie beserta ketentuan-ketentuan teknis dan administrasi yang mengatur masalah perizinan Yestrta segala sangsi atas segala ketidakbenaran dalam mengelola limbah B3, dikeluarkan berspmpan dengan berdirinya pusat pengolahan limbah B3 (PPLI-B3) pertama di Indonesiayaith desa Nambo Cilengsi Bogor. kuratif (pengumpulan,pengangkutan,penyimpsnan,pengolahan dan pembangunan). Yabg pda saatini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan yang bersifat preventif (minijnifasi dengan daur ulang dan penggunaan kembali) untuk menekan jumlah timbulan B3. Peraturan pemerintah No.12 Tahun 1995 ini merupakan strategi pemerintah yang eh 7.1.3. Permasalahan Limbah B3. keputusan Menteri KLH Nomer B/5226/MENKLIT /1991 dalain penanganan limb: Pembangunan dilaksanakan atas kerjasama antara pemerintah Indonesia (BAPEDAL) PY BIMANTARA CITRA bekerja dengan investor asing dalam hal ini adalah Wastel agement Internasional. Pusat pengolahan limbah industri B3 merupakan sarana fisik yang dibangun tan Sesuai dengan kebutuhan, maka pembangunan PPLI-B3 dilaksanakan secara beftahap dalam 3 tahapan yaitu : 2) TahapT alah pembangunan dan pemanfaatan faites stabil dan land pba tempat pengolahan dan pembuanganakhirimbah B3 seta penggonan limba 3 sEbpai bbahan baku tanur semen, 2), Tahap II adalah pembangunan dan pemanfaatan fasilitas untuk proses pengolahan ILmbah 'B3, yang akan dilakukan secara fisis dan kimiawi 3) Tahap Ill adalah pengadaan, pembangunan, dan pengoperasian insinerator untuk mess dan memusnahkan limbah B3 tertentu yang mempunyai nilai kalori untuk sekplifus dijadikan sebagai bahan bakar. PPLIB3 dan atau pembuangan akhir seluruh limbah B3. PPLI-B3 juga diproyeksikan dapat me} seluruh limbah B3 industri di wilayah Jawa Barat dan DKI. Berdasarkan pertimbangan ekonomi tidak menutup kemungkinan untuk menerima limbah B3 dari industri di we fin. berfungs sags szan penyinpanan pega, pembukscan, pemusfin Jaypni Diperkirakan PPLI-B3 akan menerima limbah B3 berkisar antara 39.000 - 59.000 tor (Feasibility and Basic Design Studies, Hazardous Waste Treatment and Disposal F: Jabotabek area Industrial Efficiency and Pollution Abatement Proyect, 1993). Meskipun telah disiapkan peraturan maupun sarana dan prasarana fisik penanganan I{mlfah 3 secara optimal dan menyeluruh, tetapi masih ada beberapa permasalahan. Masalah tefsebut antara lain masih rendahnya sikap kepedulian pihak industri penghasil limbah 33 afan bahaya pencemaran yang timbul apabila limbah B3 dibuang tanpa kontro}. Selain itu terbatasnya upaya pengendalian dan upaya penanganan sementara limbah B3 di tempat sebelhm diolah atau dibuang ketempat pembuangan yang telah ditentukan, masih sangat terbabsya dana dan tenaga profesional yang belum mampu menangani limbah B3 yang ada di Indgnekia saat ini [AR 7 SISTEM PENGELOLAAN Linas 82 147 7.2. SUMBER, JENIS DAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3- 7.2.1, Sumber Limbah B3 Merujuk pada Peraturan Pemerintah No.12/1995, tentang sumber penghasil Limbah B3 didefinisikan sebagai setinp orang atau Badan Usaha yang menghasilkan Limbah B3 dan ‘menyimpannya untuk sementara waktw di dalam lokasi atau area kegiatan sebelum Limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah, Selain itu sumber penghasil Limbah B3 lainnya yang cukup beragam diantaranya berasal dari rumah sakit, PLTN, Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Penelitian, Hasil penelitian dilakukan UI (Pusat Studi Lingkungan dan Sumberdaya manusia), ITB dan kantor menteri Negara KLH dari tahun 1985 - 1990, sumber penghasil limbah B3 yang potensial di Indonesia menunjukkan bahwa limbah terbesar dari Jabotabek (DKI dan Jabar) sejumlah 4.138.989 ton/tahun (1986/1987), diikuti oleh medan sejumtah 561.983 ton/tahun (1989), Status penanganan yang ada sampai dengan tahun 190, dilaksanakan dengan cara disimpan di lokasi pabrik, sebagian dibuang ke lingkungan, dan untuk limbah tertentu diekspor ke luar negeri. Limbah B3 ini bila penanganannya kurang sempurna akan menyebabkan gangguan pada manusia dan lingkungan hidup. 7.2.2. Jenis dan karakteristik limbah B3 Menurut PP No,12/1995 Limbah B3 didefinisikan sebagai setiap limbah yang mengandung, bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia. Definisi lain dari B3 adalah bahan buangan bentuk (padat, cair dan gas) yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun dari proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat, berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem karena dapat bersifat korosif, ekplosif, toksik, reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif dan bersifat karsinogenik maupun ‘mutagenik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, Di dalam PP No.12/1995 Limbah B3 dari jenis radioaktif tidak termasuk dalam kategori yang dikclola sebagai limbah hasil industri Berdasarkan definisi di atas, upaya pengelolaan limah B3 dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi sifat atau karakteristik berbahaya dan beracun yang dikandungnya agar tidak membahayakan kesehatan manusia sekaligus mencegah terjadinya segala resiko pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan. Kaitannya dengan lingkup wewenang dan tanggungjawab pengelolaan dilakukan oleh Bapedal. Limbah industri sangat beragam sehingga RCRA dan EPA mengembangkan metoda untuk menentukan tingkat bahaya limbah. Untuk keperluan yang praktis model telah disederhanakan oleh tim peneliti Pola Pembuangan Limbah Industri, Pusat Penelitian Sain dan Teknologi LP-Ul untuk memudahkan pengelompokkan tingkat bahaya limbah B3. Model tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.1. Adapun pengelompokan yang dimaksud oleh tim PPST-LPUI sebagai berikut : 1. Limbah yang sumbernya tidak spesifik, 2. Limbah yang sumbernya spesifik, 3. Limbah yang betul-betul berbahaya, 4, Limbah beracun (PPST-LPUI) 148 BAB 7 SISTEM PENGELOLANY Selanjutnya menurut PP No.12/1995, limbah B3 dikelompokkan berdasarkay afas sumnbernya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaita kegiatan tertentu * Limbat dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini berasal bukan dari utamanya, misalnya dari kegiatan pemelifiaraan alat, pencucian, inhibitor, koros perak, pengemasan dan lain-lain. *Limbah B3 dari bakan kadaluarsa, tumpahan, tidak memenuhi spesifikasi a Kemasan, atau buat produl Limbah dari sumber spesifik. Limbah B3 ini merupakan sisa proses suatu industi} afau opi Limbah jenis ini tidak memenuhi spesitikasi yang ditemtukan atau tidak dapat dimanfatian Kembali, sehingga memerlukan pengelotaan seperti limbah B3 lainnya Dengan metoda dari PPST-LPUI dipakai sebagai pedoman pengidentifikasian industri termasuk dalam Kategori berbshaya atau tidak. [dentifikasi diperlukan h k mempertimbangkan penentuan cara pengeloladh, termasuk penanganan, pengumpuldn, penyimpanan, penganekutan dan pengolahan akhir, diagram seperti berikut - 149 3 (e) veyng neye eg Yequil Uenjusued sye WelBeIg “1"Z JeqQUeD ‘ekeyeqieg xeph uedwes & PRE YodUI}ey, Wwerep ynseune) ueyedy eAeyequeg uedwes, eheyeqieg BA sayuered epe ueyedy EPH Pkeyequeg FeRS-eHS ISBN 2 eu vue6teng jisey ueyedy % 3 ‘L yodwiojey ‘eped yedepie} upyedy uisnpul yedwes 150 kimi labor pengaruinnya terhadap keschatan manusia. Sebagai contoh kandungan B3 yang dominan dal jimbah Pestisida adalah As, Cl-Hidrokarbon, CN, Pb, Hg. & Nelson L, 1991). |p 7 SISTEM PENGELOLAAN Lh Selain berdasarkan sumber, limbah B3 dibedakan atas jenis buangan: radioaktif. pal . biologi, mudah terbakar dan buangan mudah meledak atas jenisnya, yaitu : Buangan radioakaif, buangan yang mengemisikan radioaktif berbahaya, persisteance periode waktu yang lama Buangan bahan kimia, umumnya digolongkan lagi menjadi: (a) synthetic organic anorganic logam, garam-garam, asam dan basa; (c) flamable dan (d) explosive. lan Buangan biological, dengan sumber utama: rumah sakit, penelitian biologi. Sifat terpgnting sumber ini menyebabkan sakit pada mahluk hidup dan menghasilkan toxin, Buangan mudah terbakar (flamable), dengan bentuk baban kimia padat, cair, g ge nga paling umum berbentuk cairan, Tingkat bahaya jenis ini selama penyimp} pengumpulan dan pembuangan akhir, Buangan mudah meledak (Explosive), yang diasilkan dari pabrik bahan peledak. Potpng.al berbahaya pada waktu penyimpanan, pengumpulan dan pembuangan akhir. Pengelompokan limbah B3 yang lain dapat dibedakan berdasarkan sifainya, yait gesekan mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama pengangkutan, penyimpat atau pembuangan. Contoh jenis ini buangan BBM atau buangan pelarut (benzena, «flu aceton). ‘Mudah terbakar (Flamable). Buangan ini apabila dekat dengan api/sumber api. per St Mudah meledak (Explosive), yaitu buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkn es r ‘dengan cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan, Penanganan secara selama pengumpulan, penyimpanan, maupun pengangkutan. Menimbulkan karat (Corrosive), yaita buangan yang pH nya sangat rendah (pH <4 a pH > 12,5) karena dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat menyebabkan karat] bal besi dengan buangan lain, dapat menyebabkan karat baja/besi. Contoh: sisa asam Ful sulfat, limbah asam dan baterei Buangan pengoksidasi (Oxidizing waste), yaitu buangan yang dapat menyebgbl kebakaran karena melepaskan oksigen atau buangan peroksida (organik) yang tidak ftapil dalam suhu tinggi. Contoh : magnesium, perklorat dan metil etil keton peroksidal Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste), yaitu dapat menularkan penfaWji. Contoh : tubuh manusia, cairan tubuh manusia yang terinfeksi, imbah laboratorium| ya} terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Buangan beracun (Toxic waste), ya buangan berkemampuan meracuni, mebkhi, ‘menjadikan cacat sampai membunuh mahluk hidup dalam jangka panjang ataupun jan pendek, Sebagai contoh logam berat seperti Hg. Cr, pestisida, pelarut halogen. ‘Untuk tujuan penanganan, komposisi kimia dari setiap limbah harus siento ratorium dengan tujuan untuk dapat menentukan tingkat potensi toksisitasnya bqsel i, senyawa Organik (Nener 2See al n V8 > SISTEM PENGRTOANN entent BS 151 Dari hasil pemeriksaan dan penentuan tingkat bahaya dan toksisitasnya dapat ditentukan reneana pengelolaan dan pengolshan limbah B3 tersebut. 7.3, SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 7.3.1. Strategi pengelolaan Limbah B3 Penentuan atau pengidemtifikasian karakteristik berbahaya dan beracun dari limbah suatu bahan yang dicurigai, merupakan langkah awal yang paling mendasar dalam upaya penanganan limbah B3. Dengan diketahuinya karakteristik limbah, naka suatu upaya penanganan terpadu yang terdiri dari pengendalian (controll), pengurangan (reduction/minimitation, pengumpul (collecting), penyimpanan (storage), pengangkutan (transportation), pengolahan (treatment) dan pembuangan akhir (final disposal) akan dapat diterapkan Untuk mendapatkan suatu sistem pengelolaan yang optimum dan berhasil guna maka strategi penanganan yang diterapkan, pada prinsipnya dengan mengusahakan untuk : 1). Hazardous Waste Minimization, adalah mengurangi sampai seminimum mungkin jumiah limbah kegiatan industri 2). Daur Ulang dan Recovery. Untuk cara ini dimaksudkan memanfaatkan kembali sebagai bahan baku dengan metoda daur ulang atau recovery. 3). Proses Pengolahan. Proses ini untuk mengurangi kandungan unsur beracun sehingga tidak berbahaya dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis. 4). Secured Landfill. Cara ini mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan fiksasi kKimia dan pengkapsulan, selanjutnya dibuang ketempat pembuangan aman dan terkontrol. 5). Proses detoksifikasi dan netralisasi. Netralisasi untuk menghasilkan kadar racun. 6). Incenerator, yaitu memusnahkan denan cara pembakaran pada alat pembakar khusus, 7.3.2, Pengelolaan Limbah B3 Pengetolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak antara lain mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan/pembuangan akhir. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 untuk melindungi keschatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu untuk melindungi air tanah yang disebabkan cara penanganan limbah B3 yang belum memadai. Cara yang dilaksanakan dengan mengendalikan elemen fungsional dan menetapkan pola pengelolaannya. Keterkaitan pihak-pihak di atas dalam suatu sistem pengelolaan Limbah B3 sesuai Gambar 7.2, 152 sasie> are oesceconsyy urmpanpe 1. Penghasil Limbah B3 Limbah bahan buangan berbahayai (B3) dapat berasal dari industri, pertambangan, pertfif dan lain sebagainya, Kawasn pemukiman menghasilkan B3 seperti Kaleng bekas. oba ote deodoran, tetapi karena jumlahnya tidak banyak maka penanganannya dilakukan bers sama dengan sampah domestik. Bila suatu. daerah dengan tata ruang terencana baik kawasan industri terpisah dengan kawasan pemukiman, maka penanganan buangan Jebih mudah. Masalah akan timbul bila di wilayah pemukiman terdapat industri ——— Penghasil Limbah B3 — | Penyimpanan joe Eo Pengumpulan Pengangkutan J Pengolahan Pembuangan Akhir Gamar 7.2. Bagan alir penanganan limbah Penghasil limbah B3 bertanggungjawab mengelola limbah yang dihasilkannya nip aman, mulai dari proses awal penggunaan B3 sampai menghasilkan limbah B3. Pengeloldan diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan karakter dari B3 2. Penyimpanan (Storage) mencukupi untuk diangkut atau diolah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisien| ekonomis. Penyimpanan limbah B3 untuk waktu yang lama tanpa kepastian yang jelas memindahkan ke tempat fasilitas pengolahan, penyimpanan dan pengolahan diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlzh yang banyak dapat dikumpulkan di fokhsi pengumputan fimbah, Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah B3 sampai mt ya 153 Limbah cair maupun limbah padat dapat disimpan, untuk limbah cair dapat dimasukkan kedalam drum dan disimpan dalam gudang yang terlindungi dari panas dan hujan, Limbah B3 bentuk padat/lumpur disimpan dalam bak penimbun yang dasarnya dilapisi dengan lapisan kedap air, Penyimpanan harus mempertimbangkan jenis, jumlah B3 yang dihasilkan. Jenis dan Karakteristik B3 akan menentukan bentuk buhan pewadahan yang sesuai dengan sifat fimbah B3, sedangkan jumlah timbulan limbah B3 dan periode timbulan menentukan wi fiber ghiss. Pedoman umum jenis Kontainer yang dipakai sesuai denan Aarakteristik buangan, dan tipe dium yang umum dipakai untuk pewadahan B3 terlihat pada Gambar 7.3 3. Pengangkutan Apabita tidak ditangani di tempat. limbah BS diangkut ke sarana penyimpanan, pengotahant pembuangan akhir. Sarana pengangkutan yang dipakai mengangkut limbah B3: truk, Kereta api dan kapal. Pengangkutan dengan mengemasi limbah B3 kedalam Kontainet dengan drum Kapasitas 200 liter. Untuk limbah B3 cair jumlah besar digunakan tanker sedangkan limbah B3 padat digunakan lugger box dari baja. Untuk menjaga agar limbah B3 ditangani sesuai prosedur yang benar, harus dilakukan sejak sumber sampai ke tempat pembuangan akhir aracking system) 4. Pengolahan Limbah B3 memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke pembuangan akhir atau didaur tlang. Pengolahan limbab B3 dapat dilaksanakan secara fisik, kimia, biologis atau pembakaran Kombinasi dari cara pengolahan sertingkali diterapkan untuk memperoleh hasi) yang efektif tetapi murah biayanya dan dapat diterima oleh lingkungan. Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan racun/detoksitasi, merubah bshan berbahaya menjadi Kurang berbahaya atau untuk mempersiapkan proses berikutnya. Pengolahan teknologi secara tepat tergantung jenis yang akan diolah, kemampuan limbah untuk dapat diolah yang sangat tergantung dari bentuk limbah (padat, cair gas atau Lumpur). Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, a. Bahan kontainer harus sesuai dengan karakter dati limbah B3 Semua kontainer harus disimpan di areal yang tertutup untuk melindungi dari hujan dan berventilasi. cc. Lantai dasar bangunan harus kedap air untuk menghindari meresapnya ceceran atau bocoran. 4. Drum yang berisi limbah yang bisa bercaksi harus disimpan terpisah, untuk mengurangi kemungkinan kebakaran, ledakan dan atau keluarnya gas beracun. fe. Semua drum yang disimpan harus dalam keadaan baik yaitu tertutup dan tidak bocor. Semua drum harus diberi label yang memuat informasi jelas tentang ~ Pernyataan bahwa limbah adalah B3 154 = Nama dan alamat penghasit limbah —Nomor daftar Khusus (nomor lisensi) penghasil limbah ~ Tanggal pengangkutan ~ Uraian tentang limbah Gambar 7.3. Tipe drum baja untuk wadah limbah B3 -BAR 7 SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH 82 155 5. Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon, hidrogen dan oksigen dapat juga mengandung, halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi jimbah B3. Struktur molekul umumnya menentukan tingkat bahaya dari suatu zat organik tethadap Kesehatan manusia dan lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO,), air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran dengan panas ‘merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3. Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran dengan kondisi terkendali, Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa sederhana seperti co2 dan H20. Incinerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat. cair, gas, lumpur cair (sluries) dan lumpur padat (sludge). Proses ini tidak biasa digunakan limbah corganik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat karsinogenik- patogenik dapat dihilangkan dengan sempuma bila insenerator dioperasikan dengan benar Keletihan incerator dapat menghancurkan berbagai senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahian yaitu operator harus yang sudah terlatib. Selain itu biaya investasi lebib tinggi dibandingkan dengan metode lain dan potensi emist ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan operasional. Kinerja incinerator diukur berdasarkan effisiensi penghancuran dan penghilangan atau DRE (destruction and removal efficiency). Secara prinsip ada 3 jenis incinerator yaitu: a, Liquid Injection Incinerator, hanya dapat menerima limbah dalam bentuk cair, gas, lumpur cair (Slurry) yang dapat dipompakan melalui nozzle. Keterbatasan cara ini hanya dapat dipakai pada industri tertentu, b. Rotary Kiln Incinerator, dapat dipakai untuk mengolah limbah dalam bentuk padat termasuk limbah yang dimasukkan dalam drum, gas, cair, lumpur pekat (lihat Gambar 7.3b.) Gambar 7.3.b. Rotary Kiln Incinerator untuk limbah B3 156 7 sen pencenota ued c. Fluid Bed Incinerator Incinerator ini memakai media pasir sebagai penghantar panas. Sama dengan fo Kiln, incinerator ini dapat menerima berbagai bentuk limbah. Kelebihannya memjfu turbulensi yang sangat tinggi, luas daerah transfer panas untuk bercampurnya lift ‘oksigen dan media lebih besar. Pada Gambar 7.4. dan Gambar 7.5. dapat dilihat BRbl Fluid Bed Incinerator dan Sirculating Bed Incinerator. 6. Pembuangan Akhir (Disposal) Pembuangan akhit ke tanah dibedakan atas landfill dan sumur injeksi. Pembupnj akhir ke tanah bukan merupakan akhir permasalahan dari sistem pengolahan samp: Cara penimbunan ke tanah merupakan cara yang popular dan umum. Cara ini rhui dilaksanakan, tidak perlu keahlian khusus maupun alat Khusus, biaya awal rendal dibandingkan dengan biaya OM setelah penutupan iandfill maka penimbunan menjadi rhal Penimbunan dengan landfill untuk sampah ane Gambar 7.4 Buboling fluidzed bed Incinerator untuk limbah B3 (5) ty fi fan 3. lah al. AB 7 SISTEM PENGELOLAAN LIMBA 83 157 Gambar 7.5 Circulating fluid-bed Incinerator untuk limbah B3 (5) dlomestik yang biodegradabel masih diterima karena tidak ada masalah yang berkepanjangan, baik terhadap Kesehatan manusia maupun lingkungan, selama penimbunan sesuai aturan. Sebaliknya untuk buangan industri akan berakibat lain karena bahan kimia seperti hidrokarbon dan bahan kimia sintetis adalah non biodergradabel, sehingga bila ditimbun materi tersebut akan berada di sana untuk selemanya. 7.3.3, Teknik minimisasi B3 Industri Teknik minimisasi limbah B3 adalah suatu cara dalam penanganan yang ditujukan pada sumber masalzh pencemaran sebelum dampak terhadap lingkungan terjadi. Tehnik ini bersifat pencegahan (polution prevention) bukan suatu penanganan pencemaran lingkungan (pollu- tion control) Teknik minimisasi melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran, memberikan Keuntungan_penghematan biaya produksi industri dan dapat diterapkan untuk industri Tama/ ‘baru, Perbedaan prinsip dalam penanganan antara pollution control dan pollution prevention. antara lain 158 san 7 sisrew Penoevotaan vinden bs 2), Pollution Conte. Pollation contro! membutubkan biaya Gnvestasleperasi) upid pengendalian pencemaran, Untuk pollution prevention tidak membutuhkan biaya Yat pengedalian pencemaran. b) Pollution control. Pollution control perlu ketersediaan lahan, sedangkan pollution] pre vention tidak membutuhkan ketersediaan Iahan. ‘¢) Pollution Control tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah karena bersifat memindabkqn ‘masalah dari suatu bentuk ke bentuk lain, Pollution prevention mampu menyelesqikin masalah dan melindungi Kesehatan manusia dan lingkungan, Teknik minimisasi limbah dapat dilihat pada gambar 7.6. Klasifikasi minimasi lispb4h bentuknya: Pengelolaan Bahan Baku dan Produk, Modifikasi Proses, Reduksi dan Daur Ufanb. 7.3.4, Pengolahan Limbah B3 Pada bagian ini dibahas pengolahan limbah secara fisik-kimia. Secara fisik bqruy pemisahan dan mengkonsentrasikan komponen Jimbah tanpa mengubah struktur kimia, dang contoh sedimentasi untuk padatan tersuspensi dan filtrasi. Pengolahan cara kimia didasrk pada proses pengubahan struktur kimiawi kandungan limbah untuk mengubah limbah, eqn proses pengendapan logam berat dari larutan elektroplating Teknik Minimisasi Limbah Pengurangan pada sumber penghasil limbah B3 Daur Ulang On Site atau Off Site Penggantian Jenis Pengendalian Digunakan [ Reklampsi Produk Akhit Pada sumber Kembali | Penghasit Limbah B3 Penggantian Perbaikan Teknologi ] Perbaikan Sistem Bahan Baku Produksi | Operasi ambar 7.6, Diagram Teknik Minima (AH 7 SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH 2 159 Proses fisik dan kimia sering juga digunakan secara serempak dalam suatu rangkaian pengolahan, Contoh pengolahan kimia digunakan untuk mengendapkan logam berat, digumpalkan dan dikeluarkan dari suspensi menggunakan cara sedimentasi dan filtrasi. Padatan hasil saringan dapat dipadatkan secara fisis-kimia atau dibuang ke landfil, dimaksudkan untuk a. Mengurangi limbah yang akan ditanam (Landfilling), b. -Mengurangi sifat racun limbah, ¢. Menghentikan/mencegah pengotoran racun sebelum ditanam, 4. Mempekatkan/mengkonsentrasikan senyawa organik sebelum ke proses pembakaran (in- cineration) fe. Menghancurkan senyawa beracun dalam limbah. Sejumlah teknologi dapat digunakan untuk pengolahan fisik kimia, dan berikut ini digambarkan teknologi untuk mengenali tipe limbah B3 yang dapat diolahnya a). Reduksi kimia. Pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari kontaminan beracun diubah untuk menurunkan sifat racun kontaminan beracun diubah untuk menurunkan sifat racun Jimbah atau memperbaiki karakteristik limbah untuk diolah. Contoh: Chrom hexavalent dari electroplating direaksikan dengan natrium bisulfit menghasilkan chrom trivalent tidak beracun, selanjutnya dialihkan ke tangki pengendapan sebagai sludge hidroksida (Gambar 7.7,). b). Oksidasi kimiawi, Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan limbah diubah untuk mengurangi sifat racunnya secara kescluruhan. Contoh : Cianida dioksidasikan dengan sodium hipochlorid menghasilkan karbon dioksida dan nitrogen sebagai hasil samping yang kemudian dilepaskan ke atmosfir (lihat pada Gambar 7.8). ©). Netralisasi dan pengendapan. Netralisasi adalah, pH larutan limbah B3 dinetralkan menggunakan basa, zat-zat yang terlarut diendapkan/ dikeluarkan dari larutan sebagai hidroksida. Proses ini digunakan untuk melepaskan logam berat dari air limbah (lihat pada Gambar 7.9). 4). Pemisahan berdasarkan gaya berat. Pada proses ini gaya berat digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari larutan/cairan. zat padat akan mengendap di dasar tangki pengendapan (sedimentasi) di tempat pengumpulannya. ©). Solidifikasi Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum “dikubur”, dipadatkan terlebib dahulu dengan cara : 1) Mencampur limbah B3 dengan bahan semen schingga terjadi pengerasan. Proses ini disebut juga dengan istilah sementara, 2). Mencampur limbah B3 dengan aspal, sehingga terjadi pemadatan. Limbah yang dipadatkan ini kemudian dibuang ke TPA “khusus” (Gambar 7.10). 160 ‘BAB 7 SISTEM PENGELOLAAN UME ASAM SULFAT BAHAN KIMIA PEREDUKSI (NATRIUM META BISULFIT) LIMBAH YANG MENGANDUNG ASAM — CHROMIC BUANGAN CAIR YAN * DIALIRKAN KE TANG! PENGENDAPAN r- TT Gambar 7.7 Proses Pengolahan Fisik-Kimia (Reduksi Kimia) 161 AB 7 SISTEM PENGELOLAAN LIMBA 83 (cAMEIUTY, IsepIsYO) eRNY-YISHe] UEYRIOFUdg sosoug “g'7 eqUIED (0'8 Hd Vaya “19 NVHV@NWNad ‘01-86 Hd Vava (719 NVHY@WVNad INTV1SW NADOALIN NWd “OD IGVINAIN VANLOINWISS LIVIA SALVNVAD Ia WINGW ISVdISXOIG ISVISNO SALVNVAD (NO) VGINVID ‘I ISVGISO INDNYL VaVE ! ISVGISHO DIONVL (waINVAD DNNGNVONAIN +——— _oNvA HYSWTD LSM SCINVAD (HOWN) olsavo. e190 ANPIOHD NWaVaNaONad IMDNVL AN NVAHTTVIa. <— ONVA ¥IVO NVONWAE (HON) usnvo C19) ANPIOTHD. sam 7 SISTEM PENGELOLAAN Lima 162 (uedepusdusd 7 SUsHTENON) ERUDIAISIA UUyElOBuEG sos0rg “6; L FEqUIPD wan 163 Cuequir] ssestagens) IseUIPHOS sasoIg “OTL WED 164 Buatlah kelompok sebanyak S (lima) mahasiswa. ». 2). 2. Tugas : Membuat makalah untuk dipresentasikan sesuai dengan tata cara penulisan 8 7 SISTEM PENGELOLAAN Lita TUGAS KELOMPOK Mengamati suatu kawasan permukiman. dentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan limbah, Identifikasikan penggunaan lingkungan yang sering terjadi yang berkaitan dengan sumtfer Jimbah yang ada berlaku. (48 7 SISTEM PENGELOLAAN Liat 82 165 SOAL LATIHAN 1, Apa perbedaan antara limbah B3 dengan limbah lainnya, terutama berkaitan dengan masalah Kesehatan lingkungan ?, 2. Sebutkan sumber pencemaran yang dapat memberikan kontribusi untuk limbah B3 (buatkan tabel: sumber dan jenis limbah B3 yang dihasitkan) ! 3. Limbah dapat dikelompokkan menurut sifat dan jenisnya. Sebutkan macam-macam limbah tersebut dengan penjelasan seperlunya.t 4, Sebutkan dan jelaskan (dengan contoh) sistem pengelolaan limbah B3 dan sistem pengolahan limbah B3 !. 5. Untuk mendapatkan suatu pengelolaan limbah B3 yang optimum dan berhasil, bagaimana strategi yang dapat dilaksanakan ?. 6. Apa yang saudara ketahui dengan landfilling dan injection well (berikan gambar seperiunya), Jelaskan kelebihan dan kekurangannya ?. 7. Jelaskan metoda yang sesuai untuk penanganan limbah yang diidentifikasikan sebagai jenis limbah 3 yang berasal dari a. Rumah sakit 4d. Pabrik tekstil b. Pabrik penyamakan kulit cc. Industri pengolahan perak ¢. Pabrik baterei 8. Apa yang saudara ketahui tentang istilah di bawah ini : a. end off pipe solution d. recovery b. incineration e. recycling rotary kiln incinerator 9, Bagaimana pendapat saudara dengan perencanaan kawasan industri dan kawasan perumahan ? 10. Bagaimana pengelolaan limbah B3 yang terpaksa harus diekspor ke tempat lain ? 166 8.1. PENGERTIAN DASAR PENCEMARAN UDARA. -ale § USAHA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UI Bab 8 Usaha Penanggulangar Pencemaran Udara Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didgla udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalhyé Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jummlah tertentu serta berada din} dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengeanggu kehidupan manusia, hewan| op binatang. Bila keadaan seperti tersebut terjadi, maka udara dikatakan telah tercemr Kenyamanan hidup terganggu ! ‘Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak t tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungannya, Udara juga atmosfir yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehid} didunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (02) untuk bernafas, Karbondioksida ( untuk proses fotosintesis oleh khlorofil dalam ozone (03) untuk menahan sinar violet. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering, kira-kira tersusun oleh Nitrogen ) = 78,09 % volume Oksigen ©) 21,94 % Argon an 0,93 % Karbondioksida (co,) = 0.032 % Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen olsidh, hidrogen, methana belerang dioksida, amonia dan lain-lain. Apabila susunan data ‘mengalami perubaban dari susunan keadaan normal seperti tersebutditas dan Kemgifn aeaeecanaykehdupan anusa bean tmaan,banguae gen, da an seb ‘maka berarti udara telah tercemar. [Ai USAHA PENANCGULANGAN PENCEMARAN UDARA 167 8.2. PENTINGNYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA. Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap Kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya, seperti disebutkan diatas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematien yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kematian yang discbabkan oleh penyakit Jantung, kanker, AIDS dan lain sebagainya, Menurut para abli, pada sekitar tahun 2.000- an kematian yang disebabkan olch pencemaran udara akan mencapai angka 57.000 orang pertahunnya. Selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara naik mendekati 14% atau naik mendekati 0,7 % per tahun, Selain itu kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang dapat mencapai sekitar 12 - 16 juta US dollar per tahun; suatu angka yang sangat berarti bila dibelanjakan untuk kesejabteraan umat manusia 8.3. KLASIFIKAS] PENCEMAR ATAU POLUTAN. Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam industri dan teknologi serta meningkataya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak menyebabkan_udara yang kita hirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas- gas buangan hasil pembakaran. Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu : a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh : 1. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin. 2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi, berikut gas-gas vulkanik 3. roses pembusukan sampah organik dan lain-lain, b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil. 2. Debu / serbuk dari kegiatan industri 3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdesperesi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat. Udara bersih. yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh terutama. di kota-kota besar yang banyak industrinya dan padat lalu-lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan yekungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukungan alam yang selanjutnya akan 168 mengurangi kualitas hidup manusia. Di negara-negara industri banyak dijumpai kasus penyakit yang erat kaitannya dergga pencemaran udara dan pencemaran-pencemaran lainya, 8.3.1. Komponen Pencemaran Udara Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak Kegiatan industri dan tekn« serta lalu-tintas yang padat, udaranya sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah indy kotor terkena bermacam-macam pencemaran. Dari beberapa macam komponen penc udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah kompo} Komponen seperti yang terlihat pada table 8.1 Komponen pencem: dapat pula mencemari udara secara bersam tergantung kepada sumbernya. Untuk mendapatkan gambaran tersebut dapat pencemaran udara di Amerika serikat.Dat tahun 1968, Table 8.1. Bahan Pencemaran dan Pengaruhnya terhadap Kesehata tersebut diatas mencemari udara secara sendiri-sendiri, [AB 6 USAITA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UB sama, Jumlah Komponen pencemar uf ini diperoleh dari hasil pengukuran dh {no Bahan pencemar «coy | 1. | Karbon monoksiéa Nitrogen Oksida 3 Belerang Oksida Unsur (Nox | 80») Jenis Gangguang Yai ditimbulkan Kapasitas angkut O, darah menu Gangguan janin dalam kandungan. Gangguan pembuluh darah jantung. Fongsi panca indera berkurang, Penyakit paru (emphysema). Penyakit pembuluh darah jantang. Radang ginjal kronis. Bronchitis. Gangguan sensotik & pernafasan Kervsakan bangunan (korosi). Gejala penyakit jantung. Pandangan kabur. 4 Hidro karbon acy Iritasi pada selaput lendir, mata, perafasan 5 Partikel Pengotoran bangunan dan makanat Iritasi saluran pernafasan (ISPA) (Panicle) Penguranganpenaiatn [AD 8 USAIA PEXANCGULANGAM PENCEMARAN UDARA 169 Tabel 8.2, Sumber Pencemar Udara di AS tahun 1968 | Jumlah Komponen Pencemar (Juta Ton/Tahun) ‘Sumber pencemaran — “ co | xo] so, | wc | Paniket | * Total pin | ransportas wT oat fos | 66 | 12 905 Industri ot} o2 | 73] 46 | 75 293 Pembuangan Sampah | 78 | 06 | 01 | 6 | ta na Pembskaran Stationer 19 | 19 | 244 89 459 Lain wo} 17 | o6 | ss | 96 373 Sumber pencemaran udara di Indonesia pada saat ini masih terus diteliti. Akan tetapi kalau dilihat prosentase komponen pencemaran udara dari sumber pencemaran tranportasi seperti terlihat pada table 8.2, mungkin data tersebut dapat diolah dari data diatas karena sama-sama menggunakan bahan bakar fosil. Prakiraan prosentase komponen pencemaran udara di indonesia dari sumber pencemar transportasi dapat di lihat pada table 8.3 ‘Table 8.3. Prakiraan prosentasi komponen pencemaran udara dari sumber pencemar transportasi di Indonesia, Komponen Pencemar Prosentase NOX 8.89% co 70,50% SOX 0.88% HC Partike! Total Prakiraan prosentase tersebut diatas dengan anggapan bahwa gas buangan dari hasil pembakaran yang keluar dari corong knalpot kendaraan transportasi memenuhi persyaratan teknis pembakaran yang benar. Apabila gas buangan yang keluar dari knalpot kendaraan berupa asap tebal berwama hitam maka tentu saja prosentase HC dan partikelnya akan jauh lebih besar dari perkiraan dan tergebut diatas. 170 8.3.2. Nil sa 8 USAMA PeNaccuLANGAN PeNcEMARAN HA Ambang Batas. Untuk menghindari dampak yang diakibatkan pencemaran udara selain england sumbemya juga dilakukan pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Ia racun suatu bahan tergantung pada kualitas dan kuantitas bahan tersebut. Dengan jurplal sedikit sudah membahayakan manusia ini tidak lain Karena kualitasnya cukup membddi untuk membunuh, Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada karyawan yang bekerja bh perusahaan industri, yaitu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja selama mefel] bekerja dalam pabrik. Ager udara memenuhi syarat Kesehatan maka konsentrasi bahan dalam ufla ditetapkan batasnya. Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan penylakft atau kelainan selama 8 jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini menunjukan bah i tempat bekerja tidak mungkin bebas polusi udara. Nilai ambang batas adalah alterpatit ‘bahwa walau apapun yang terdapat dalam lingkungan Kerjanya, manusia merasa arpar Dalam perkataan lain, nilai ambang batas juga diidentikan dengan kadar maksimun Yan] Siperkenankan. Kedua pengertian ini mempunyai tujuan sama. Pada umumnya satuan yang dipakai untuk nilai ambang batas mg/m3_yaitu bal dalam sejuta yang disingkat dengan bds atau ppm (part per millon). Satuan m; biasanya dikonversikan kepada satuan m/it, : mg/liter 273+ 8C 760 pom == x 224 x ——"__ x M 273 > ppm — = part per millon (bagian dalam sejuta M = berat molekul P ‘ekanan dalam mm.Hg t why dalam derajat Celcius me/It. = satvan untuk ppm Antara satu senyawa dengan senyawa lain berbeda nilai ambang batasnya dan anf senyawa itu sendiri juga berbeda untuk waktu yang berbeda pula. Nilai ambang bp yang didapat harus lebih kecil atau sama dengan baku mutu udara ambien yang tflal dikeluarkan oleh Menteri Negera Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEI MENKLH/IU1991 tanggal I Februari 191 (Tabel 8.4), {AB 8 USAILA PEXANGGULANGAN PENCEMARAM UD&RA m Tabel 8.4 Baku Mutu Udara Ambien Waktu Pengusuran | Baku Mutu Sulfur dioksida (SO) 24 jam 0.1 ppm (260 ag/m3) Karbon Monoksida (CO) | 8 jam 20 ppm (2260 ugim3) Oksigen Oksida 24 jam 0.05 ppm (9: g/m3) Oksidan (03) 1 jam 0.10 ppm200 p/m) Debu 24 jam 0.26 yigfm3 Titmah Hitan 24 jam 0.06 yg Hidrogen Sulfida (H28) | 30m 0.03 ppm (42 yy Amonia 24 jam 2 ppm (1360 pgm) Higrokarbon 3 jam 0.24 ppm 8.3.3. Karbon Monoksida atau CO. Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -192°C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat latulintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan daerah pedesaan. Selain dari itu gas CO dapat pula berbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walapun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lainnya, Sumber pencemar gas CO yang terbesar, berdasarkan hasil penelitian di negara-negara idustri, adalah berasal dari pemakaian bahan bakar fosil (minyak, batubara) pada mesin- mesin penggerak transportasi. Hal ini bisa difihat pad tabel 8.5. Tabel 8.5 Sumber Pencemar Sumiber Pencemaran CO Jumish Prosentase ‘Transportasi 63.8 % Pembakaran Stasioner 19% Proses Industri 9.6 & Pembuangan Limbah Padat 18% Lain-lain 16,9 & 12 8.3.4, Nitrogen Oksida atau NOx. 8.3.5, Belerang Oksida atau SOx 8.3.6. Hidrokarbon atau HC. 8.3.7. Partikel. {BAB § USAHA PENANGGULANGAN PENCEMARAW Yai. Nitrogen oksida sering disebut dengan NO,., karena oksida nitrogen mempunyai 2 maka bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO, dan NO. Sifat gas NO, adalah berwhrn} (yaitu merah kecoklatan) dan berbau (tajam menyengat hidung), sedangkan gas NO tIdal berwama dan tidak berbau. Gas belerang oksida atau SO, terdiri atas gas CO, dan CO, yang keduanya mempupygi sifat berbeda Gas CO, berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas Fo. bersifat sangan reaktif dan mudah beraksi dengan wap air yang ada diudara uhto} membantu asam sifat atau H2 SO, Asam Sulfat ini sangat reaktif, mudah berpkdi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkarptal (korosi) dan proses kimia lainnya, Hidrokarbon atau sering disingkat dengan HC adalah pencemaran udara yang dl berupa gas, cairan maupun padatan. Dinarakan hidrokarbon karena penyusun utama adalah atom karbondan atom hidrogen yang dapat terikat (tersusun) secara ikatan I (iketan tantai) atau terikat secara ikatan cinein (ikatan tertutup). Jumlah atom karbor dalam senyawa hidrogen akan menentukan bentuknya, apakah akan berbentuk gas, c ataukan padatan, Pada suhu kamar umumnya HC suhu rendah (jumlah atom C sed akan berbentuk gas, HC suku menengah (jumlah atom C sedang) akan berbentuk c: dan HC suku tinggi Gumlah atom C banyak) akan berbentuk padatan. Seiasee Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan htal bentuk pencemar lainnya, Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebaegi bbahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih fu: dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemaran partikel dhpdt meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk sederhana sampai dengan beptu| yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udard, Siantaranya dapat berupa keadaan-keadaan sebagai berikut : 1. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang terhambur|da} melayang diudara, Fog atau kabut adalah aerosol yang berupa campuran antara butiran-butiran air Yank, berada diudara, 3. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan |da} cairan yang terhambur melayang diudara, 4, Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayan| diudara, Karena andanya hembusan angin. 5. Mist artinya mirip dengan kabut Penyebabnya adalah butiran-butiran zat cair Yan] terhambur dan melayang diudara (bukan butiran air) [AB 6 USAIA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UD4A 1B 6. Fume artinya mirip dengan asap hanya saja penyebabnya adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap panas (khususnya uap logam). 7. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik). 8. Haze adalah setiap bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di udara 9 Smog adalah bentuk campuran antara smoke dan fog 10. Smaze adalah bentuk campuran antar smoke dan haze, Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik Misalnya pencemaran partikel yang diakibatkan peristiwa alam ; Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin, abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat lentusan gunung berapi, semburan uap air panas disekitar daerah sumber panas bumi didacrah pegunungan. Sedangkan yang berasal dari ulah manusia sebagian bbesar berasal dari pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi. 8.3.7.1 Pembakaran Batu Bara. Pemakaian batu bara dalam kegiatan industri sangat banyak. Batu bara terutama digunakan sebagai bahan bakar pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang memasok kebutuhan cenergi listrik bagi industri tersebut. Pada pembakaran dan pemecahan (peristiwa crack- ing) batubara, selain dihasilkan gas buangan (CO.NOx, dan SOx), sebagai bahan pencemar. Partikel-partikel tersebut antara lain a.Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C) b.Karbon Silika (Si0,) c.Debu Alumina (Al, 05) d.Oksida - Oksida Besi (Fe, O, atau Fe, 04) Penelitian lebih jauh mengenai dampak pemakaian bahan bakar batu bara ternya sangat menarik, Karena selain mengeluarkan partikel-partikel seperti diatas, ternyata pada pemakaian bahan bakar batubara juga dilepaskan partikel-partikel radioaktif karena batubara sebagai bahan bakar fosil juga mengandung unsur-unsur radioaktif alam yang apabila dibakar unsur tersebut akan ikut keluar bersama-sama dengan Komponen hasil pembakaran lainnya. Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa selain mengeluarkan gas CO, NOx, SOx, C dan sejumlah abu maupun debu seperti tersebut diatas, yang menyebar kke Fingkungan. Unsur-unsur radioaktif yang ikut keluar dari pembakaran batubara cukup banyak, yaitu sekitar 36 unsur. Dari sekian banyak unsur tersebut yang paling dominan adalah : * Partikel Timbal 210 atau Pb 210 * Partikel Polanium 210 atau Po 210 * Partikel Proctactinium 231 Pa 2st 14 [BAR § USAHA PENANGGULANCAN PENCEMARAW pad 8.3.7.2. Proses Industri, 8.4. USAHA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA. 41 * Partikel Radium 226 atau Ra 6 * Partikel Thorium 232 atau Th 22 * Partikel Uranium 238 atau U8 Keenam macam unsur radioaktif tersebut termasuk golongan logam berat yang apabil masuk kedalam tubuht manusia akan mengikuti lever route yang berdampak pada tubu| ‘manusia, Berdasarkan hasil penelitian terakhir, ternyata bahwa paparan radiasi lingkut yang dihasilkan oleh PLTU yang memakai bahan bakar batubara relatif lebih dibandingkan dengan paparan radiasi lingkungan yang dikeluarkan oleh PLTN (Pbs: Listrik Tenaga Nuklir). Mengingat akan hal ini kiranya para pengelola PLTU bat perlu memperbatikan masalah dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan $lel pemakaian batubara tersebut. Berbagai macam proses industri ternyata ada yang menghasilkan partikel-partikel yan} dapat menyebar ke udara, Suatu industri atau pabrik yang memperhatikan masdlal keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan tentu akan melengkapi pabriknya dena penyaring atau filter Khusus yang akan menangkap partikel atau debu yang munj keluar dati lingkungan pabrik. Beberapa pabrik atau industri yang potensial sebagai sumber pencemaran partikel diantaranya adalah : Industri besi dan baja, industri semen, pengolahan batu bara, indst petrokimia, industri kertas dan pulp, pabrik tepung, Industri tekstil dan asbes, pabril insektisida, dan Industri elektronika. Usaha-usaha penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan melalui 2 machm| cara yaitu 1, Penanggulangan secara non-teknis, dan 2. Penanggulangan secara teknis Penanggulangan secara Non-teknis Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi dai ‘menanggulangi pencermaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundan| | yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegidfa industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penecmaran lingkungan Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan gambaran secara jelas tentang kegi industri dan teknologi yang akan dilaksanakan disuatu tempat, meliputi 1, Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) 2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) 3. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi 4, Menanamkan Perilaku Disiplin [BAD 8 USAHLA PENANGOULANGAN PENCEMARAN UDARA 175 4.2. Penanggulangan Secara Teknis ‘Apabila berdasarkan kajian AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul pencemaran lingkungan, maka langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan secara teknis. Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penganggulangan secara teknis. Diantaranya adalah 1. Mengubah Proses, Mengganti Sumber Energi, Mengelolah Limbah, 2. 3 4, Menambah Alat Bantu 5, . Perencanaan Manajemen Lalu-lintas (pada sistem transportasi). 4.2.1, Mengubah Proses Apabila dalam suatu proses industri dan teknologi terdapat bahan buangan (Limbah) yang berupa zat-zat kimia maka akan terjadi pencemaran lingkungan oleh zat-zat kimia tbaik melalui pencemaran udara, pencemaran air maupun melalui pencemaran daratan. Keadaan ini harus dihindari, yaitu dengan mengubah proses yang ada dan memenuhi kriteria dibawah ini 1. Mengutamakan keselamatan lingkungan 2. ‘Teknologinya telah dikuasai dengan baik 3. Secara teknis dan ckonomis dapat dipertanggung jawabkan Sebagai contoh pada industri pengolahan baban nuklir, untuk mendapatkan unsur uranium dari batuan uranium digunakan serangkaian proses yang melibatkan penggunaan zat-zat kimia, Pemakaian zat kimia seringkali menimbulkan masalah pada limbah buangannya. Sebagai ganti zat kimia, pada saat ini telah difikirkan pemakaian bakteri tertentu untuk memecah bantuan ini yang tidak membahayakan lingkungan. 8.4.2.2, Mengganti Sumber Energi ‘Sumber energi yang digunakan pada berbagai kegiatan industri dan teknolgi sebagian besar masih mengandalkan pada pemakaian bahan bakar fosil, yang menghasilkan Komponen pencemaran udara yang berupa gas. Hal ini bisa dikurangi dengan memakai bahan bakar LNG (Liquified Natural Gases) yang menghasilkan gas buangan yang lebih bersih. 8.4.2.3, Mengelola Limbah. Pengelolaan limbah industri dari bahan buangan industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, Cara pengelolaan limbah ini sering disebut dengan Waste Treatment atau Waste Management. Cara mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah secara permanen. 176 [BAD 8 USAHA PENANGGULANGAN PENCEMARAN. 3.4.2.4. Menambah Alat Bantu, Untuk n dengan menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengurangi atau menanggulangi pencemaran lingku: diantaranya adalah : 1. Filter Udara, Filter udara dimaksudkan untuk menangkap abu atau partikel yang keluar afi cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas kelingkungan sehingga udara basi saja yang keluar dari cerobong. 2. Pengendap Siklon (Cyclone Separator). Pengendap siklon adalah pengendap debu/abu yang ikut dalam gas buangan htal uudara dalam ruangan pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon a pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas buangan yang sengaja dihembudkea ‘melalui tepi dinding tabung siklon schingga partikel yang relatif berat akan kebawah. Bentuk skematis pengendap siklon dapat dilihat pada gambar 8.1 lengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan secara ce a ‘tut veara @ ne Gambar 8.1. Pengendap Siklon 3. Filter Basah (Serubbers/Wet Colectors) ~ Prinsip Kerja filter basah adalah membersinkan udara yang kotor dengan i menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari wa bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan semprotan air turun kebawah. {AB 8 USAHA PENANGGLULANGAN PENCEMARAN UDARA 7 ‘Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu, sehingga akan menghasilkan satu alat penangkap debu yang dinamakan pengendap sikon filter basah, seperti tampak pada gambar 8.2. - Gambar 8.2 penangkap Sikon Filter Basah. Pengendap Sistem Gravitasi. ‘Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan wdara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 y1 atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor kedalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, partikel akan jatuh terkumpul dibawah akibat gaya berat sendiri. Skema alat pengedap ini dapat dilihat pada gambar 8.3. 5. Pengendap Elektrostatik. ‘Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam jumlah relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air, alat dapat membersihkan ‘udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersib 178 A6 8 USAT PENANOGULANGAN PENCEMARAN Gambar 8.3. Alat Pengendap Sistem Gravitasi Alat pengendap ini menggunakan arus searah yang mempunyai tegangan 25-100 KV| Alat ini berupa tabung silinder dimana dindingnya diberi muatan positif, sedangka ‘ngah ada sebuah kawat_ yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding-tabung, diber] ‘muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan ko. rona discharge didaerah pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-« ‘mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran y$n; menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan ber di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar. Skema alat ini dapat dilihal pada gambar 8.4, 8.4.2.5 Menjauhkan Sumber Pencemar. Hal-hal yang mempengaruhi konsentrasi pencemaran udara, diantaranya adalah 1. Prosentase gas yang dikeluarkan (Emisi gas buang) 2. Jumlah sumber-sumber pencemar (Volume) 3. Waktu beroprasi (lamanya sumber beropetasi) _RAR 8 USKHA PENANGGULANGAM PENCEMARAN UDARA 179 8 Gambar 8.4. Alat Pengendap Elektrostatik ‘Agar Konsentrasi zat pencemar yang berasal dari sumber tidak melebihi ambang batas, maka perlu diadakan rekayasa agar jauh dari masyarakat, Sebagai Contoh 1. Untuk membangun sebuah pabrik/industri maka perlu dipilih lokasi yang tepat, misalnya dengan memperhatikan jumlah pabrik/industri (sumber pencemar) di daerah terscbut, adanya perumahan penduduk, pengembangan Kota, dan lain sebagainya, sehingga tidak banyak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. 2. Jika dalam suatu tempat (ruas jalan) terjadi Konsentrasi pencemaran udara yang melebihi ambang batas, maka dapat ditangani dengan cara mengurangi jumlah kendaraan yang akan melewati ruas jalan tersebut, yaitu bisa mengalihkan kendaraan yang akan melewati ruas jalan tersebut atau menyarankan kepada pemakai kendaraan pribadi untuk ‘menggunakan kendaraan_umum. Untuk mengetahui konsentrasi zat pencemar, dapat dipasang alat pemantau konsentrasi pencemaran udara pada tempat-tempat tertentu (gambar 8.5). Alat tersebut sudah dipasang di kota-kota besar di Indonesia, misalnya di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Namun sampai sejauh ini belum diadakan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut untuk mengendalikan pencemaran. 180 DAD 6 USANA PENANGCULANCAN PENCEMARAN ‘Tempel poto alat pemantan pencemaran Udara Gambar 8.5. Alat Pemantau pencemaran Udara Sebagai contoh dari tindak lanjut hasil pemantauan tersebut dapat dilakukan deqjeah beberapa tahap, diantaranya 1. Merubah Manajemen Lalulintasnya, seperti yang diuraikan pada contoh 2. TL. Jika pada tahap pertama ternyata konsentrasi udara masih diambang bata baku ruth ambien, maka harus segera menghentikan beropersinya pabrik/industri. III, Begitu pula jika langkah kedua masih belum berhasil, maka masyarakat didaerah terstbut segera dipindahkan. 8.5. TUGAS RUMAH. Bacalah materi kuliah tersebut, kemudian dibuat resume dan dikumpulkan. 2.6. Soal/Latihan 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penycbab pencemaran udara, berikan oT 2. Komponen atau bahan pencemar udara apa saja yang saudara ketahui dan jenis ganj yang timbul tethadap kesehatan masyarakat, 3. Sebutkan sumber pencemaran udara yang saudara ketahui. 4, Dalam masalah pencemaran lingkungan, pencemaran partikel dapat meliputi berb4ga} macam bentuk mulai dari yang sederhana dan yang rumit, sebutkan dan jelaskan. 5. Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berpsa} [AAD 8 USHHA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA 181 dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, sumber pencemaran partikel apa saja yang saudara ketahui yang berasal dari alam. 6. Jenis Industri apa saja yang saudara ketahui sebagai sumber pencemaran partikel dalam pencemaran udara. 182 LATIHAN 2, Apa menurut Saudara dampak yang akan terjadi akibat Perambahan Hutan ? 3. Dampak apa yang mungkin terjadi akibat pengeboran air tanah ? 4, Apa yang dimaksud pembangunan berwawasan lingkungan ? 5. Hal-hal apa saja yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan bagaithaita cara mencegahnya ? 6. Sebutkan media penerima dari suatu akibat pembangunan ? TUGAS Baca dan pelajari di rumah tan vain revaccuusnan rnceaea dope Apa pengaruh pembangunan fisik bendungan, Industri berat, Jalan Raya dan lainflain terhadap lingkungan ? |AAB 9 PENGELOLAAN UNGRUNGAN 183 Bab 9 Pengelolaan Lingkungan 9.1 PENDAHULUAN snusia pada awal sejarahnya telah hidup di bumi dalam keselarasan alamiah yang. sangat wajar, Tetapi penguasaannya akan alam pikiran membuatnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkannya seolah-olah menjadi penguasa dalam lingkungan. Dan karena kemampuannya itulah terjadi perubahan ekosistem yaitu Jingkungan alam menjadi lingkungan buatan, Sementara berkembang pula kebudayaan ‘manusia yang pada gilirannya melahirkan pranata sosial, baik dalam pemenuban kebutuhan bersama maupun kebutuhan dalam persaingan, Olch karena itu lingkungan hidup harus dilihat sebagai suatu kesatuan yang selaras ddan seimbang dan seimbang antara lingkungan hidup alam (ekosistem), lingkungan hidup ‘buatan (binaan) serta lingkungan hidup sosial Dalam UU No. 4/1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ditegaskan bahwa kebijaksanaan serta upaya melindungi dan mengembangkan lingkungan hhidup berkaitan erat dengan kebijaksanaan hubungen antar bangsa sesuai dan selaras dengan kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Hal ini mengandung arti bahwa selain setiap orang mempunyai hak untuk menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang lebih penting adalah bahwa selain setiap orang mempunyai hak untuk menikmati lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran. Ada hal penting yang perlu digarisbawahi bahwa hakikat pengelolaan Jingkungan bukan mengatur lingkungannya, tetapi mengatur dan mengendalikan berbagai kegiatan kita sendiri agar berlangsung dan berdampak dalam batas kemampuannya dan Keterbatasan lingkungan untuk mendukungnya. Ini berarti bahwa setiap orang, setiap melakukan kegiatan harus sekaligus melaksanakannya dalam rangka mengelola lingkungan (Socrjani, 1992). Dalam pasal 2 UU No. 4 tahun 1982 di definisikan bahwa pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam “Pemanfaatan, Penataan, Pemeliharaan, Pengawasan, Pengendalian, Pemulihan dan Pengembangan” lingkungan hidup. 184 {AB 9 PENGELOLAAN Lunc}NC imu pengetahuan yang mendukung kegiatan perencanaan maupun penelitias pengembangan di bidang pengelolaan tingkungan adalah ekologi, ekonomi, nook dasar-dasar teknik lingkungan. 9.2. TUJUAN DAN KOMPONEN PENGELOLAAN LINGKUNGH\ Tujuan pengelolaan lingkungan adalah untuk menyeimbangkan hubungan al manusia, kelembagaanvorganisasi yang dibuat oleh manusia, sumber daya alam cf teknologi yang diterapkan dalam sistem. Komponen-komponen dalam sistem lingkt hhidup adalah manusia, kelembagaan, Sumber Daya Alam, Teknologi. Tipe dan k alami dari setiap Komponen selalu berubah secara dinamis dari satu waktu ke waktu] di salah satu dari Komponen itu berubah, akan mempengaruhi keseimbangan yang ada) atqu akan membentuk keseimbangan bara yang mungkin akan merugikan/mengghngu kehidupan manusia, (Orang dalam interaksinya dengan komponen-komponen lain dalam lingkungan sdcaa otomatis akan menciptakan proses homeostatis, yang akan mempengaruhi koreksi-kofekbi alamiah, Respons manusia umumnya melalui pembentukan organisasi sosial atau ins{ituki yang menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menata kembali keseimbahgdn dari interaksi-interaksi juga akan menciptakan nilai pada manusia atau sistem nilai sbsift budaya yang melengkapi keseimbangan tersebut. 9.3. PENDEKATAN REKAYASA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Rekayasa lingkungan merupakan salah satu dari kegiatan dalam engel fap le Jingkungan, Ada dua konsep pendekatan penting dalam rekayasa lingkungan yaitu pe: ‘melalui pendekatan konservasi lingkungan dan kedua melalui proteksi lingkungan| Sasaran pokok dari konservasi lingkungan adalah mengembalikan fungsi-fungsi | dat Komponen dalam ekosistem di daerah sasaran tersebut hingga mencapai keadaan sefards dan seimbang. Sebagai contoh konservasi hutan di Indonesia. Obyektif dari progam proteksi htag. Tahan dan air sebagai berikut: - Pertama : kontrol banjir dan erosi - Kedua : meningkatkan penghasilan petani ~ Ketiga : memberikan dorongan dan memelihara para petani dan masyarakat seth sumber pemelihara dan pelindung hutan. Dengan demikian upaya yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi ekologis hutan}d sumber alam lainnya (lahan dan air), dirancang sebagai berikut = kontrol yang baik terhadap periode penanaman = reboisasi dan rehabilitasi ~ konservasi lahan dengan memfungsikan sejumlah DAS secara optimal — pengaturan pola penggunaan lahan (AH 9 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 185 = pengelolaan daerah hutan terlindung dan area lainnya yang di konservasi — _ kesadaran dan peran generasi muda, petani dan masyarakat lainnya dalam melindungi dan mengharmoniskan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dipercepat. 9.4, PERENCANAAN DALAM REKAYASA LINGKUNGAN. ‘Ada enam hal yang perlu diketahui dalam melakukan kegiatan perencanaan rekayasa Tingkungan yaitu a. Perencanaan konservasi lingkungan Perencanaan dalam hal ini memberikan prioritas kepada bahan masukan dan Penggunaan sumber-sumber daya yang ada. Kesalahan yang sering dibuat adalah terlalu berambisi, Dengan demikian yang adalah (i) penentukan level ambisi yang diinginkan dalam perencanaan ini. (ji) penentukan sasaran yang ingin dicapai, Sasaran pokok adalah menciptakan alat kerja yang fleksibel yang dapat dikembangkan secara paralel dengan pengembangan rencana itu sendiri. Sasaran kedua adalah memilih pedoman nilai untuk faktor-faktor lingkungan; melakukan inventarisasi dan survai kondisi alami lingkungan dan faktor-faktor yang mungkin membahayakan lingkungan; evaluasi kondisi awal; identifikasi segera penyebab kerusakan yang telah terjadi; identifikasi kemungkinan yang akan terjadi masa depan; evaluasi lingkungan ‘mendatang; menyiapkan rancangan detail untuk program jangka pendek. Informasi yang disajikan dalam suatu perencanaan adalah : A. Inventarisasi situasi yang ada Saat ini, B Program yang sedang berjalan dan kondisinya mencakup hal- hal tentang Peraturan, Usulan Program, Sistem Pengendalian dan Biaya. b. Penyajian faktor-faktor pencemaran yang membahayakan lingkungan alami. ‘Ada empat hal yang menyebabkan masalah lingkungan yaity pencemaran udara, pencemaran air; pencemaran tanah dan kebisingan. Penyelidikan kondisi lingkungan Hal-hal yang perlu diselidiki adalah orang dan keberadaannya serta aktivitas mendatang; atmosfir sekitar; air sekitar; tanah sekitar dan bising d. Standar faktor-faktor lingkungan yang digunakan Yang dimaksud disini adalah peraturan yang berlaku di daerah sasaran. Peraturan yang berlaku menyangkut baku mutu lingkungan. fe. Pengelolaan limbah cair. Yang dimaksud disini adalah sistem penanganan limbah cair dan pengolahan yang dilakukan serta hasil evaluasinya. f. Pengelolaan padat (B3 dan non B3) . Pengelotaan pencemaran udara h. Drainase 184 {AB 9 PENGELOLAAN Lunc}NC imu pengetahuan yang mendukung kegiatan perencanaan maupun penelitias pengembangan di bidang pengelolaan tingkungan adalah ekologi, ekonomi, nook dasar-dasar teknik lingkungan. 9.2. TUJUAN DAN KOMPONEN PENGELOLAAN LINGKUNGH\ Tujuan pengelolaan lingkungan adalah untuk menyeimbangkan hubungan al manusia, kelembagaanvorganisasi yang dibuat oleh manusia, sumber daya alam cf teknologi yang diterapkan dalam sistem. Komponen-komponen dalam sistem lingkt hhidup adalah manusia, kelembagaan, Sumber Daya Alam, Teknologi. Tipe dan k alami dari setiap Komponen selalu berubah secara dinamis dari satu waktu ke waktu] di salah satu dari Komponen itu berubah, akan mempengaruhi keseimbangan yang ada) atqu akan membentuk keseimbangan bara yang mungkin akan merugikan/mengghngu kehidupan manusia, (Orang dalam interaksinya dengan komponen-komponen lain dalam lingkungan sdcaa otomatis akan menciptakan proses homeostatis, yang akan mempengaruhi koreksi-kofekbi alamiah, Respons manusia umumnya melalui pembentukan organisasi sosial atau ins{ituki yang menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menata kembali keseimbahgdn dari interaksi-interaksi juga akan menciptakan nilai pada manusia atau sistem nilai sbsift budaya yang melengkapi keseimbangan tersebut. 9.3. PENDEKATAN REKAYASA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Rekayasa lingkungan merupakan salah satu dari kegiatan dalam engel fap le Jingkungan, Ada dua konsep pendekatan penting dalam rekayasa lingkungan yaitu pe: ‘melalui pendekatan konservasi lingkungan dan kedua melalui proteksi lingkungan| Sasaran pokok dari konservasi lingkungan adalah mengembalikan fungsi-fungsi | dat Komponen dalam ekosistem di daerah sasaran tersebut hingga mencapai keadaan sefards dan seimbang. Sebagai contoh konservasi hutan di Indonesia. Obyektif dari progam proteksi htag. Tahan dan air sebagai berikut: - Pertama : kontrol banjir dan erosi - Kedua : meningkatkan penghasilan petani ~ Ketiga : memberikan dorongan dan memelihara para petani dan masyarakat seth sumber pemelihara dan pelindung hutan. Dengan demikian upaya yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi ekologis hutan}d sumber alam lainnya (lahan dan air), dirancang sebagai berikut = kontrol yang baik terhadap periode penanaman = reboisasi dan rehabilitasi ~ konservasi lahan dengan memfungsikan sejumlah DAS secara optimal — pengaturan pola penggunaan lahan (AH 9 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 185 = pengelolaan daerah hutan terlindung dan area lainnya yang di konservasi — _ kesadaran dan peran generasi muda, petani dan masyarakat lainnya dalam melindungi dan mengharmoniskan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dipercepat. 9.4, PERENCANAAN DALAM REKAYASA LINGKUNGAN. ‘Ada enam hal yang perlu diketahui dalam melakukan kegiatan perencanaan rekayasa Tingkungan yaitu a. Perencanaan konservasi lingkungan Perencanaan dalam hal ini memberikan prioritas kepada bahan masukan dan Penggunaan sumber-sumber daya yang ada. Kesalahan yang sering dibuat adalah terlalu berambisi, Dengan demikian yang adalah (i) penentukan level ambisi yang diinginkan dalam perencanaan ini. (ji) penentukan sasaran yang ingin dicapai, Sasaran pokok adalah menciptakan alat kerja yang fleksibel yang dapat dikembangkan secara paralel dengan pengembangan rencana itu sendiri. Sasaran kedua adalah memilih pedoman nilai untuk faktor-faktor lingkungan; melakukan inventarisasi dan survai kondisi alami lingkungan dan faktor-faktor yang mungkin membahayakan lingkungan; evaluasi kondisi awal; identifikasi segera penyebab kerusakan yang telah terjadi; identifikasi kemungkinan yang akan terjadi masa depan; evaluasi lingkungan ‘mendatang; menyiapkan rancangan detail untuk program jangka pendek. Informasi yang disajikan dalam suatu perencanaan adalah : A. Inventarisasi situasi yang ada Saat ini, B Program yang sedang berjalan dan kondisinya mencakup hal- hal tentang Peraturan, Usulan Program, Sistem Pengendalian dan Biaya. b. Penyajian faktor-faktor pencemaran yang membahayakan lingkungan alami. ‘Ada empat hal yang menyebabkan masalah lingkungan yaity pencemaran udara, pencemaran air; pencemaran tanah dan kebisingan. Penyelidikan kondisi lingkungan Hal-hal yang perlu diselidiki adalah orang dan keberadaannya serta aktivitas mendatang; atmosfir sekitar; air sekitar; tanah sekitar dan bising d. Standar faktor-faktor lingkungan yang digunakan Yang dimaksud disini adalah peraturan yang berlaku di daerah sasaran. Peraturan yang berlaku menyangkut baku mutu lingkungan. fe. Pengelolaan limbah cair. Yang dimaksud disini adalah sistem penanganan limbah cair dan pengolahan yang dilakukan serta hasil evaluasinya. f. Pengelolaan padat (B3 dan non B3) . Pengelotaan pencemaran udara h. Drainase 186 1a 9 PeNaELOLAAN uNox}nghs 9.5. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGANN| Rekayasa lingkungan merupakan salah satu Komponen dari pembangunan sdcal menyeluruh, Pembangunan berkelanjutan adalah kegiatan terencana untuk meningkdt Kesejahteraan hidup rakyat generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan| dj kesempatan generasi selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Pembanghin berwawasan lingkungan adalah kegiatan pembangunan yang sccara teknis da diselenggarakan dan secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan serta secara ekofo, i upayakan tidak merusak mutu dan fungsi lingkungan ( F. Syarkowi, 1996). Masala pokok yang perlu mendapat perhatian dalam mengusahakan terlaksa if pembangunan berwawasan lingkungan atau yang berkelanjutan itu adpl diintegrasikannya perencanaan dan pengelolaan lingkungan serta diusahakannya pr peningkatan Kualitas lingkungan melalui pengelolaan dampak suatu kegiatan terhpd: Jingkungan, Setiap kegiatan yang diduga akan menimbulkan dampak pada lingkungan direncanakan sebaik mungkin dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin ti serta memadukannya dengan rencana pengelolaannya. Dengan demikian Analisis Meng Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan bagian terpadu dari studi kelayakan proyek. Kalau secara konvensional studi kelayakan suatu proyek harus mempertimban| kelayakan proyek dari segi teknologi dan ekonomi, maka dalam kegistan yang berwa Jingkungan Kelayakan Tingkungan diintegrasikan ke dalamnya. Disamping itu kelay ekonomi juga perlu diperluas dengan kelayakan sosial-ckonomi, sehingga keuntul yang diperoleh dari suatu proyek tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga be keuntungan sosial. 186 1a 9 PeNaELOLAAN uNox}nghs 9.5. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGANN| Rekayasa lingkungan merupakan salah satu Komponen dari pembangunan sdcal menyeluruh, Pembangunan berkelanjutan adalah kegiatan terencana untuk meningkdt Kesejahteraan hidup rakyat generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan| dj kesempatan generasi selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Pembanghin berwawasan lingkungan adalah kegiatan pembangunan yang sccara teknis da diselenggarakan dan secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan serta secara ekofo, i upayakan tidak merusak mutu dan fungsi lingkungan ( F. Syarkowi, 1996). Masala pokok yang perlu mendapat perhatian dalam mengusahakan terlaksa if pembangunan berwawasan lingkungan atau yang berkelanjutan itu adpl diintegrasikannya perencanaan dan pengelolaan lingkungan serta diusahakannya pr peningkatan Kualitas lingkungan melalui pengelolaan dampak suatu kegiatan terhpd: Jingkungan, Setiap kegiatan yang diduga akan menimbulkan dampak pada lingkungan direncanakan sebaik mungkin dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin ti serta memadukannya dengan rencana pengelolaannya. Dengan demikian Analisis Meng Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan bagian terpadu dari studi kelayakan proyek. Kalau secara konvensional studi kelayakan suatu proyek harus mempertimban| kelayakan proyek dari segi teknologi dan ekonomi, maka dalam kegistan yang berwa Jingkungan Kelayakan Tingkungan diintegrasikan ke dalamnya. Disamping itu kelay ekonomi juga perlu diperluas dengan kelayakan sosial-ckonomi, sehingga keuntul yang diperoleh dari suatu proyek tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga be keuntungan sosial. BAB 9 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 187 DAFTAR PUSTAKA = Azwar Azrul. 1986 “Pengamar Tmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta, ~ Soemirat Juli, 1994. keschatan Lingkungan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta = Soemarwoto Otto. 1994, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan . Djambatan Bandung. ‘Sten C, Arthur, ed 1977. Air Pollution, Vol. IV, Engineering Control of Air Pollution. ‘Academic Press. New York. 7 = Undang-undang Republik Indonesia no. 4 tahun 1982, Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. — Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1992, Tentang Kesehatan = Wiadnyana, IGP, dll. 1991. Pedoman Stratifikasi Puskesman Departemen kesehatan, Pusat Penyaluran Pegawai Jakarta. = Menteri Negara KLH, UU No. 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungen hidup. - + (1993) Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 1993 tentang AMDAL. - (1994) Peraturan Pemerintah RI o, 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya. Carter, L.W. Environ Mental Impact Assessment. New York : Mc. Grow Hill, 1979. = Soeriaatmadja, R.E. lmu lingkungan, Penerbit ITB, Bandung 1981 — {Fandeli, C. (1992) Analisis mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan Pemanfaatannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogykarta = Amirah, Sri. Ir. MS. Masalah Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup serta kaitannya dengan perencanaan wilayah, Materi Kursus tata ruang dan perancanaan wilayah di ITS Surabaya, 1995 = Dr. ALL, Slamet Ryadi. Skm, Ecology Hmu Lingkungan Dasar Dasar dan Pengertiannya, Usaha nasional Surabaya 1981 — Dr. Azrul Azwar. M.P-H, Pengantar Ilmu kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, 1986 = Barnes, et al, Water And Wastewater Engineering System, Logman Scientific And Tecnical, 1981 = Brian Grover, Water Supply and Sanitation Project Preparation Handbook = Departtemen pekerjan Umum Direktorat jenderal Cipta Karya Direktorat Air bersih, pedoman Teknis penyediaan Air Bersih IKK Pedesaan, januari 1990. — Didi Sarudji, MSC, Kesehatan Lingkungan, 1995 = Ir. M, Razif, Diktar Penyediaan Air Bersih, ITS {AI 9 PENGELOLAAN LING Ir. Sarwoko, Meng, Diktat Sistem Distribusi Air Minum, ITS Soegiharto. Msc. Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat, Proyek Pengembangan Tehaga sanitasi Pusat Pusdiknakes Depker RI. Hardjoso Prodjopangarso, Prof. Ir., Diktat Kuliah Teknik Penyehatan Al, A2 dah H, Lab. P4S Fak, Teknik UGM, 1979 Howard S. Peavy, Donald R, Rowe, George Techobanoglous “Environmental Engirfeet- ing", McGraw-Hill, 1985, J.Glynn Henry & ary W Heinke, “Environmental Science and Engineering”, Prenfice- Hall, Inc, 1989. R.K. Linsley & Joseph B. Franzini, “Water Resources Engineering 3rd Edition:,|MI Graw-Hill, Ine 1979. ‘Sugiharto, BSc, MSc, “Dasar-Dasar pengolahan Air Limbah”, Penerbit Universitas Indq- nesia, ULPress, 1987. Ir, El Kobar, 1995, Drainase, Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian, Jakarta Prof. Ir. Hardjoso Prajopangarso, 1997, Drainase, Universitas Gajah Mada, Yogyakdrtd, Direktorar Jenderal Cipta Karya, 1990, Modul TPM 4 Meteri Drainase. Ir. Sulistyoweni, 1986, Teknik Penyehatan, Universitas Indonesia, Jakarta Ir. Suyono Sosrodarsono, 1987, Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramitra, Jakdrta, ‘Noerbambang, SM. & Morimura, T. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambjng Pradnya Paramita. Jakarta 1991 Soelistyoweni. Diktat Kuliah Teknik Penyehatan. Jurusan Teknik Penychatan, Fakulta ‘Teknik, Universitas Indonesia, 1996. + Peraturan menteri kesehatan Nomor: 01/BIRHUKMAS/I/1975. Departesneq Kesehatan, Jakarta, 1975 Pedoman Plambing Indonesia, Direktorat jenderal Cipia Karya, Departerher Pekerjaan Umum, Jakarta, 1979 Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman, “Modul TPM 2, Materi Persampahd'| Program Pelatihan TPM Proyek Peningkatan Pengelolaan Teknis PLP, Direktorat Jend Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1990 Direktorat Penychatan Lingkungan Pemukiman, “Perencanan Teknik Pengelolaan Sampal 1 (Limbulan Kwalitas dan Komposisi,”, Training perencanaan PLP bidang Persampaifan| Direktorat Jenderal Cipta Karya, Depatemen Pekerjaan Umum, 1990. Perencanaan Teknis Persampahan,", Laporan, Pusat penelitian Sains dan Teknol Lembaga Penelitian Univer Pekerjaan Umum, 1987 Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman, “Petunjuk Umum con 8 indonesia, Direktorat Jenderal Cipta karya, Departe 184 {AB 9 PENGELOLAAN Lunc}NC imu pengetahuan yang mendukung kegiatan perencanaan maupun penelitias pengembangan di bidang pengelolaan tingkungan adalah ekologi, ekonomi, nook dasar-dasar teknik lingkungan. 9.2. TUJUAN DAN KOMPONEN PENGELOLAAN LINGKUNGH\ Tujuan pengelolaan lingkungan adalah untuk menyeimbangkan hubungan al manusia, kelembagaanvorganisasi yang dibuat oleh manusia, sumber daya alam cf teknologi yang diterapkan dalam sistem. Komponen-komponen dalam sistem lingkt hhidup adalah manusia, kelembagaan, Sumber Daya Alam, Teknologi. Tipe dan k alami dari setiap Komponen selalu berubah secara dinamis dari satu waktu ke waktu] di salah satu dari Komponen itu berubah, akan mempengaruhi keseimbangan yang ada) atqu akan membentuk keseimbangan bara yang mungkin akan merugikan/mengghngu kehidupan manusia, (Orang dalam interaksinya dengan komponen-komponen lain dalam lingkungan sdcaa otomatis akan menciptakan proses homeostatis, yang akan mempengaruhi koreksi-kofekbi alamiah, Respons manusia umumnya melalui pembentukan organisasi sosial atau ins{ituki yang menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menata kembali keseimbahgdn dari interaksi-interaksi juga akan menciptakan nilai pada manusia atau sistem nilai sbsift budaya yang melengkapi keseimbangan tersebut. 9.3. PENDEKATAN REKAYASA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Rekayasa lingkungan merupakan salah satu dari kegiatan dalam engel fap le Jingkungan, Ada dua konsep pendekatan penting dalam rekayasa lingkungan yaitu pe: ‘melalui pendekatan konservasi lingkungan dan kedua melalui proteksi lingkungan| Sasaran pokok dari konservasi lingkungan adalah mengembalikan fungsi-fungsi | dat Komponen dalam ekosistem di daerah sasaran tersebut hingga mencapai keadaan sefards dan seimbang. Sebagai contoh konservasi hutan di Indonesia. Obyektif dari progam proteksi htag. Tahan dan air sebagai berikut: - Pertama : kontrol banjir dan erosi - Kedua : meningkatkan penghasilan petani ~ Ketiga : memberikan dorongan dan memelihara para petani dan masyarakat seth sumber pemelihara dan pelindung hutan. Dengan demikian upaya yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi ekologis hutan}d sumber alam lainnya (lahan dan air), dirancang sebagai berikut = kontrol yang baik terhadap periode penanaman = reboisasi dan rehabilitasi ~ konservasi lahan dengan memfungsikan sejumlah DAS secara optimal — pengaturan pola penggunaan lahan (AH 9 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 185 = pengelolaan daerah hutan terlindung dan area lainnya yang di konservasi — _ kesadaran dan peran generasi muda, petani dan masyarakat lainnya dalam melindungi dan mengharmoniskan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dipercepat. 9.4, PERENCANAAN DALAM REKAYASA LINGKUNGAN. ‘Ada enam hal yang perlu diketahui dalam melakukan kegiatan perencanaan rekayasa Tingkungan yaitu a. Perencanaan konservasi lingkungan Perencanaan dalam hal ini memberikan prioritas kepada bahan masukan dan Penggunaan sumber-sumber daya yang ada. Kesalahan yang sering dibuat adalah terlalu berambisi, Dengan demikian yang adalah (i) penentukan level ambisi yang diinginkan dalam perencanaan ini. (ji) penentukan sasaran yang ingin dicapai, Sasaran pokok adalah menciptakan alat kerja yang fleksibel yang dapat dikembangkan secara paralel dengan pengembangan rencana itu sendiri. Sasaran kedua adalah memilih pedoman nilai untuk faktor-faktor lingkungan; melakukan inventarisasi dan survai kondisi alami lingkungan dan faktor-faktor yang mungkin membahayakan lingkungan; evaluasi kondisi awal; identifikasi segera penyebab kerusakan yang telah terjadi; identifikasi kemungkinan yang akan terjadi masa depan; evaluasi lingkungan ‘mendatang; menyiapkan rancangan detail untuk program jangka pendek. Informasi yang disajikan dalam suatu perencanaan adalah : A. Inventarisasi situasi yang ada Saat ini, B Program yang sedang berjalan dan kondisinya mencakup hal- hal tentang Peraturan, Usulan Program, Sistem Pengendalian dan Biaya. b. Penyajian faktor-faktor pencemaran yang membahayakan lingkungan alami. ‘Ada empat hal yang menyebabkan masalah lingkungan yaity pencemaran udara, pencemaran air; pencemaran tanah dan kebisingan. Penyelidikan kondisi lingkungan Hal-hal yang perlu diselidiki adalah orang dan keberadaannya serta aktivitas mendatang; atmosfir sekitar; air sekitar; tanah sekitar dan bising d. Standar faktor-faktor lingkungan yang digunakan Yang dimaksud disini adalah peraturan yang berlaku di daerah sasaran. Peraturan yang berlaku menyangkut baku mutu lingkungan. fe. Pengelolaan limbah cair. Yang dimaksud disini adalah sistem penanganan limbah cair dan pengolahan yang dilakukan serta hasil evaluasinya. f. Pengelolaan padat (B3 dan non B3) . Pengelotaan pencemaran udara h. Drainase 186 1a 9 PeNaELOLAAN uNox}nghs 9.5. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGANN| Rekayasa lingkungan merupakan salah satu Komponen dari pembangunan sdcal menyeluruh, Pembangunan berkelanjutan adalah kegiatan terencana untuk meningkdt Kesejahteraan hidup rakyat generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan| dj kesempatan generasi selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Pembanghin berwawasan lingkungan adalah kegiatan pembangunan yang sccara teknis da diselenggarakan dan secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan serta secara ekofo, i upayakan tidak merusak mutu dan fungsi lingkungan ( F. Syarkowi, 1996). Masala pokok yang perlu mendapat perhatian dalam mengusahakan terlaksa if pembangunan berwawasan lingkungan atau yang berkelanjutan itu adpl diintegrasikannya perencanaan dan pengelolaan lingkungan serta diusahakannya pr peningkatan Kualitas lingkungan melalui pengelolaan dampak suatu kegiatan terhpd: Jingkungan, Setiap kegiatan yang diduga akan menimbulkan dampak pada lingkungan direncanakan sebaik mungkin dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin ti serta memadukannya dengan rencana pengelolaannya. Dengan demikian Analisis Meng Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan bagian terpadu dari studi kelayakan proyek. Kalau secara konvensional studi kelayakan suatu proyek harus mempertimban| kelayakan proyek dari segi teknologi dan ekonomi, maka dalam kegistan yang berwa Jingkungan Kelayakan Tingkungan diintegrasikan ke dalamnya. Disamping itu kelay ekonomi juga perlu diperluas dengan kelayakan sosial-ckonomi, sehingga keuntul yang diperoleh dari suatu proyek tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga be keuntungan sosial. BAB 9 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 187 DAFTAR PUSTAKA = Azwar Azrul. 1986 “Pengamar Tmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta, ~ Soemirat Juli, 1994. keschatan Lingkungan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta = Soemarwoto Otto. 1994, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan . Djambatan Bandung. ‘Sten C, Arthur, ed 1977. Air Pollution, Vol. IV, Engineering Control of Air Pollution. ‘Academic Press. New York. 7 = Undang-undang Republik Indonesia no. 4 tahun 1982, Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. — Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1992, Tentang Kesehatan = Wiadnyana, IGP, dll. 1991. Pedoman Stratifikasi Puskesman Departemen kesehatan, Pusat Penyaluran Pegawai Jakarta. = Menteri Negara KLH, UU No. 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungen hidup. - + (1993) Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 1993 tentang AMDAL. - (1994) Peraturan Pemerintah RI o, 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya. Carter, L.W. Environ Mental Impact Assessment. New York : Mc. Grow Hill, 1979. = Soeriaatmadja, R.E. lmu lingkungan, Penerbit ITB, Bandung 1981 — {Fandeli, C. (1992) Analisis mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan Pemanfaatannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogykarta = Amirah, Sri. Ir. MS. Masalah Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup serta kaitannya dengan perencanaan wilayah, Materi Kursus tata ruang dan perancanaan wilayah di ITS Surabaya, 1995 = Dr. ALL, Slamet Ryadi. Skm, Ecology Hmu Lingkungan Dasar Dasar dan Pengertiannya, Usaha nasional Surabaya 1981 — Dr. Azrul Azwar. M.P-H, Pengantar Ilmu kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, 1986 = Barnes, et al, Water And Wastewater Engineering System, Logman Scientific And Tecnical, 1981 = Brian Grover, Water Supply and Sanitation Project Preparation Handbook = Departtemen pekerjan Umum Direktorat jenderal Cipta Karya Direktorat Air bersih, pedoman Teknis penyediaan Air Bersih IKK Pedesaan, januari 1990. — Didi Sarudji, MSC, Kesehatan Lingkungan, 1995 = Ir. M, Razif, Diktar Penyediaan Air Bersih, ITS {AI 9 PENGELOLAAN LING Ir. Sarwoko, Meng, Diktat Sistem Distribusi Air Minum, ITS Soegiharto. Msc. Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat, Proyek Pengembangan Tehaga sanitasi Pusat Pusdiknakes Depker RI. Hardjoso Prodjopangarso, Prof. Ir., Diktat Kuliah Teknik Penyehatan Al, A2 dah H, Lab. P4S Fak, Teknik UGM, 1979 Howard S. Peavy, Donald R, Rowe, George Techobanoglous “Environmental Engirfeet- ing", McGraw-Hill, 1985, J.Glynn Henry & ary W Heinke, “Environmental Science and Engineering”, Prenfice- Hall, Inc, 1989. R.K. Linsley & Joseph B. Franzini, “Water Resources Engineering 3rd Edition:,|MI Graw-Hill, Ine 1979. ‘Sugiharto, BSc, MSc, “Dasar-Dasar pengolahan Air Limbah”, Penerbit Universitas Indq- nesia, ULPress, 1987. Ir, El Kobar, 1995, Drainase, Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian, Jakarta Prof. Ir. Hardjoso Prajopangarso, 1997, Drainase, Universitas Gajah Mada, Yogyakdrtd, Direktorar Jenderal Cipta Karya, 1990, Modul TPM 4 Meteri Drainase. Ir. Sulistyoweni, 1986, Teknik Penyehatan, Universitas Indonesia, Jakarta Ir. Suyono Sosrodarsono, 1987, Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramitra, Jakdrta, ‘Noerbambang, SM. & Morimura, T. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambjng Pradnya Paramita. Jakarta 1991 Soelistyoweni. Diktat Kuliah Teknik Penyehatan. Jurusan Teknik Penychatan, Fakulta ‘Teknik, Universitas Indonesia, 1996. + Peraturan menteri kesehatan Nomor: 01/BIRHUKMAS/I/1975. Departesneq Kesehatan, Jakarta, 1975 Pedoman Plambing Indonesia, Direktorat jenderal Cipia Karya, Departerher Pekerjaan Umum, Jakarta, 1979 Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman, “Modul TPM 2, Materi Persampahd'| Program Pelatihan TPM Proyek Peningkatan Pengelolaan Teknis PLP, Direktorat Jend Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1990 Direktorat Penychatan Lingkungan Pemukiman, “Perencanan Teknik Pengelolaan Sampal 1 (Limbulan Kwalitas dan Komposisi,”, Training perencanaan PLP bidang Persampaifan| Direktorat Jenderal Cipta Karya, Depatemen Pekerjaan Umum, 1990. Perencanaan Teknis Persampahan,", Laporan, Pusat penelitian Sains dan Teknol Lembaga Penelitian Univer Pekerjaan Umum, 1987 Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman, “Petunjuk Umum con 8 indonesia, Direktorat Jenderal Cipta karya, Departe {AB 9 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 189 _ Flintoff, Frank, “Manangement of Solid Wastes in Developing Countries”, McGraw-Hill _ Tchobanoglous, George, “Solid wastes, Engineering Principles and Management Is- sues," Me Graw-Hill Gusniani, Irma, Hazardous Waste Management, Loka anya Bidang Teknik Sipil Dosen bagi PTS Se Indonesia Angkatan III, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIRIEN DIKTI Cisarua + 13-19 Oktober 1996 — Gusniani, Irma, Hazardous Waste management, Pelatihan Pengolahan Dan Pengelolaan Limbah Industri Dalam Rangka Pembangunan Berwawason Lingkungan, PPST-LPUI & PS Teknik Penyehatan dan Lingkungan FTUL, Jakarta ‘27 April - 7 Mei 1994. Henry Glyn, J and Heinke G.W, Environmental Science Engineering, Prentice Hall, USA, 1989 _ Masters, Gilbert M, Introduction To Environmental Engineering And Science, prentice Hall, USA, 1989 _ peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.12 Tahun 3995 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 1994 rentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbshaya dan Beracun, kantor Sekretariat Negara Rl Jakarta, 2 Mei 1995 Wentz, Charles, Hazardous Waste Management. McGraw-Hill Book Co., New York, NY, 1990 _ Wisma Arya Wardana, Dampak Pencemaran Lingkungan Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 1994. _ Perdana Ginting, Ir, Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Pustakan Sinar Harapan, Jakarta, Cetakan ketiga, 1995 _Fresna Sastrawijaya, Mse., Pencemaran Lingkungan, Penerbit Rincka Cipta, jakarta, 1991 Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Gadih Mada University Press. Yogyakarta, 1994 — Daryanto, Drs., Masalah Pencemaran, Penerbit Tarsito- Bandung, 1995 _srikandi Fardiaz, Polusi Air & Udara, Penerbit Kanisius. Yogyakarta, 1992 _ ristopher E., Nicholas L., Power sarge : Guide 10 the Coming Energy Revolustion, Worltatch Institute, 1994 Wisma Arya Wardana L., Telinik Analisis Radioaktivitas Lingkungan, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 1994 _ Darsono Vi, MS., It, Zmu Lingkungan, Universitas Atmajays Yogyakarta, 1995

You might also like