Professional Documents
Culture Documents
Hukuman Menuduh-nuduh
Perempuan baik-baik dan terhormat yang disebut dalam bahasa al-Quran Muhshanat
yaitu yang terbenteng, aman damai dalam rumahtangganya, kasih setia bersuami-isteri,
pengaruh yang santun terhadap anak-anaknya, dihormati oleh seluruh pelayan dalam rumah
amat baik hubungannya dengan tetangganya. Fikiran mereka hanyalah melaksanakan tugas
sebagai isteri setia atau ibu yang kasih.Menyediakan makanan suami dan menyelenggarakan
pendidikan anak-anak. Seluruh hati, jiwa dan raganya telah diserahkannya kepada suaminya.
Tidak ada ingatan lain.
Dia jujur, sebab itu disangkanya orang lain jujur seperti dia pula. Dia qana'ah
mencukupkan apa yang ada. Jika dia berhias dan bersolek, kasih suaminya lah yang
diharapkannya, bukan supaya menarik minat laki-laki lain. Tidak banyak dia bertandang ke
rumah perempuan lain untuk mengumpat dan memuji, sanjung cela keadaan orang lain. Dapat
saja dia menegakkan ketenteraman rumahtangganya, dia sudah merasa syukur. Sebab dia
merasai sebagai isteri, atau sebagai ibu, bahwa dia mempunyai tanggung jawab besar dan berat,
yang tidak kurang besar dan beratnya daripada tanggung jawab suaminya, yang pagi-pagi
keluar dari rumah, mencari rezeki menurut wadah hidup masing-masing. Dan sore membawa
perolehan berapa dapatnya.
Si suami pun merasalah kebahagiaan besar karena rumahtangga yang demikian. Dia
tidak bermata ke belakang. Dia tidak merasa cemburu dan ragu terhadap isterinya, bahkan
isterinyalah yang akan pemah ragu kepadanya karena matanya lepas buat memandang
perempuan lain. Dia sendiri perempuan terhormat itu, tidak ada yang dipandangnya, melainkan
suaminya serta anak-anaknya. Itulah kebahagiaannya.
Itulah yang dinamai MUHSHANAT. Perempuan yang terbenteng. Kadang mereka
dinamai pula GHAFILAT. Perempuan yang lengah. Segala kelengahan adalah tercela, tetapi
bagi perempuan demikian menjadi pujian. Bila dia berjalan di jalan raya, fikirannya hanya
tertuju kepada urusan yang akan diurusnya, tidak menoleh ke kiri-kanan, tidak bemiat hatinya
hendak lenggang-lenggok supaya mata orang tertarik. Tidak diperdulikannya, bahwa dia tidak
tahu sama sekali bahwa mata pemuda-pemuda jahat sedang menukik kepada wajahnya, menilai
rupanya yang cantik, kadang-kadang ditegur orang dia dengan teguran yang salah, namun
dijawabnya dengan jawaban jujur jua. Dia lengah, sebab dia menyangka hati orang baik semua,
sebaik hatinya yang belum rusak. Hidupnya hanya untuk suaminya, untuk anaknya.
Inilah yang dikatakan Muhshanat dan Ghafilat. Inilah perempuan-perempuan yang
lengah, sebab dia percaya bahwa dalam dirinya tidak ada "penyakit" apa-apa, dia percaya
bahwa ticlak ada orang terhormat yang akan mengganggu itu.
Adalah suatu keajaiban dalam jiwa manusia! Apabila seorang perempuan Muhshanat
dan Ghafilat itu, sekali telah jatuh bentengnya, karena tak dapat menahan hawa nafsunya, atau
rayuan iblis yang mengganggu kesuciannya; sekali saja dia terjatuh, wajahnya pun berubah
sekali, lenggangnya berubah, sikapnya berubah, gunting pakaiannya berubah. Kalau tadinya
dia lengah, tidak ada mengingat hal yang lain kecuali urusannya, apabila dia telah jatuh, maka
segala sikap langkah dan tingkah lakunya itu tidak "lengah" lagi, melainkan semuanya dengan
"perhitungan", yaitu "laki" kepadanya. Dia telah rusak ! Sekali lihat, orang yang arif sudah
dapat mengetahui bahwa perempuan ini telah rusak jiwanya. Sekarang bagaimana dengan
perempuan yang terbenteng dan masih terpelihara kesuciannya itu? .
http://kongaji.tripod.com/myfile/an-nur-ayat-4-5.htm