You are on page 1of 9

REPRESENTASI PENDIDIKAN MASYARAKAT TERPENCIL DALAM FILM

SOKOLA RIMBA KARYA MIRA LESMANA

Oleh: Reni Damayanti


Dosen Pembimbing: Nita Rimayanti, M.Comm

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru – Pekanbaru
Telp/fax 0761-63277

Abstract

Sokola Rimba is a film full of education and humanity. This film reveals the life story of a
teacher who devotes himself to fellow humans, especially the jungle people. Education is a process
with certain methods so that someone acquires knowledge, understanding and the way people behave
according to their needs. This study aims to provide knowledge to the people who live in remote
areas, especially the suku rimba, on the importance of education so that there is no more land
transfer and to know the denotation, connotation and myths of education in remote communities in the
Sokola Rimba film.

This study uses descriptive qualitative research methods, using Roland Barthes's semiotic
method which includes denotations, connotations and myths. the subject of this research is the scenes
that identify education itself in the film Sokola Rimba. While the object of this research is the Sokola
Rimba film. Data collection techniques used are observation, documentation and literature. In
achieving the validity of the data in this study, the authors used triangulation.

The results of the study show that: (1) The meaning of denotation in the film sokolah rimba is
how the actual state of education is in the jungle tribe that is in the learning process only by using
tools that have natural surroundings such as rubber seeds. (2) The meaning of connotation is
generally the education factor in remote communities is education carried out in the open or open
world, not using buildings either semi or permanent. (3) The myth in the film sokolah rimba is seen
from several perceptions that have been embedded that the people who live in remote areas is an
innocent, primitive, and illiterate society.

Keywords: Film, Semiotics, Education, and Sokola Rimba

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 1


PENDAHULUAN pengalaman-pengakaman baru dengan cara
Pendidikan merupakan sesuatu proses membaca. Dengan membaca seseorang akan
pembelajaran agar menjadi lebih baik, yang lebih tinggi daya pikirnya, mempertajam
kebanyakan masyarakat menganggap pandangannya, serta memperluas wawasan.
pendidikan itu sangat penting dan itu Untuk itu membaca merupakan langkah awal
tercantum dalam Undang-Undang Dasar seseorang yang ingin maju dan meningkatkan
dimana semua masyarakat berhak diri mereka.
mendapatkan pendidikan 9 tahun tanpa Pendidikan dapat diartikan sebagai
terkecuali. Kenyataannya ketidak merataan sebuah proses dengan metode-metode
pendidikan itu masih banyak kita jumpai tertentu sehingga seseorang memperoleh
terlebih di suatu daerah yang berada jauh dari pengetahuan, pemahaman dan cara orang
pusat pendidikan itu sendiri. bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.
Setiap orang memiliki pandangan Proses pendidikan itu adalah suatu proses
masing-masing mengenai pendidikan, penyesuaian terus menerus pada setiap fase
terlihat dengan bagaimana mereka menyikapi yang menambah kecakapan kedalam
seberapa besar pengaruh pendidikan dalam pertumbuhan seseorang (Muhibbin,
kehidupan mereka. Kesadaran akan 2005:10). Nilai pendidikan sebuah film
pentingnya pendidikan yang sangat rendah mempunyai makna sebagai pesan-pesan
mengakibatkan banyaknya anak yang tidak moral film yang semakin halus pemutaanya
sempat memperoleh pendidikan. Cara akan semakin baik. Pesan pendidikan sebuah
pandang masyarakat terpencil yang lebih film bila dibuat dengan halus akan
memprioritaskan untuk bekerja dan menimbulkan kesan bahwa khalayak tidak
menghasilkan uang untuk memenuhi merasa digurui. Hampir semua film
kehidupan sehari hari dibandingkan untuk mengajari atau memberitahu khalayak
meraih pendidikan itu sendiri. tentang sesuatu karena dengan menonton
Masalah yang sering muncul dalam film khalayak dapat belajar bagaimana
pendidikan yang ada di masyarakat terpencil bergaul, bertingkahlaku, berpenampilan dan
adalah kurangnya sarana dan prasarana yang sebagainya dengan orang lain. Selain sebagai
memadai. Seperti jarak yang cukup jauh dari alat informasi, film juga sebagai tempat
tempat tinggal mereka, gedung sekolah yang untuk menyadarkan masyarakat tentang
tidak layak, fasilitas yang kurang memadai, berbagai hal seperti pendidikan, maupun
dan kualitas tenaga pengajar. Kondisi kebudayaan. Film itu sendiri memberikan
tersebut menjadikan kondisi yang lumrah pandangan baru kepada khalayak akan
bagi masyarakat yang tinggal di daerah pentingnya sebuah pendidikan baik itu secara
terpencil. formal, non-formal, maupun informal.
Pendidikan biasa mulai diterapkan Masyarakat yang berada jauh dari pusat
kepada anak-anak, dimana pada usia tersebut keramaian dengan masyarakat lainnya dan
lebih mudah dan cepat pendidik memberikan bisa dibilang sebagai masyarakat pedalaman
pembelajaran baik yang berupa membaca, biasanya tidak mengenal pendidikan baik
menulis maupun pendidikan moral. berupa bacaan maupun tulisan sert masih
Membaca merupakan suatu keterampilan adanya dogma atau kepercayaan bahwa
yang sangat unik dan berperan penting bagi pendidikan dapat mencaput akar kebudayaan
perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat dan warisan nenek moyang mereka,
komunikasi bagi keberlangsungan hidup contohnya yaitu suku-suku yang berada di
manusia. Seseorang akan memperoleh daerah pedalaman Jambi khususnya
informasi, ilmu pengetahuan serta masyarakat rimba, yang masih memegang

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 2


adat istiadat mereka, salah satunya adalah film cerita yang menghibur seperti film-film
melarang anak-anaknya untuk menerima yang sebelumnya seperti laskar pelangi atau
ilmu dari luar. Mereka menganggap bahwa sang pemimpi. Seperti halnya laskar pelangi
hidup yang pada umunya dijalani oleh yang berangkat dari sebuah novel dan
masyarakat di luar rimba atau disebut dengan kemudian mengubahnya dalam bentuk audio
“orang luar” dianggap sebuah pelanggaran video. Penghargaan yang diperoleh sejak
adat bagi masyarakat rimba. film ini dirilis antara lain:
Beberapa aktivis atau orang-orang yang 1. Piala Maya 2013 sebagai Best Feature
perduli akan pendidikan bagi masyarakat Film
terpencil terlebih kepada pendidikan bagi 2. Cinemas Movie Awards RCTI 2015
masyarakat suku rimba itu sendiri. Salah sebagai Most Favorite Actress(Prisia
satunya yaitu Saur Marlina Manurung atau Nasution) dan Best Child Actor
lebih dikenal sebagai Butet Manurung. Di (Nengkabau)
dalam film Sokolah Rimba diperlihatkan 3. Focus on Asia fukuoka Internasional
bahwasannya pendidikan untuk masyarakat Film Festival 2014 “Audience Awards”
yang tinggal didaerah terpencil khususnya 4. Indonesia Film Festival 2014 “Best
suku rimba tidak bisa disama ratakan dengan Adapted Script” dan “Special Aword
kurikulum nasional dimana seluruh peserta for Best Cild Actor”.
didik di wajibkan untuk mengikuti ujian
nasional melainkan dengan menggunakan Rumusan Masalah
sistem yang dapat dimengerti oleh orang Berdasarkan pada latar belakang yang
rimba yaitu dengan cara bermain dengan telah dikemukakan diatas, maka rumusan
alam. Mengajar orang rimba bukan hanya masalah dalam penelitian ini adalah
memberdayakan mereka tetapi juga Bagaimana Representasi Pendidikan
memperkaya nasionalisme mengenai cara Masyarakat Terpencil Dalam Film Sekola
pandang, budaya, prilaku dan kehidupan Rimba Karya Mira Lesmana?
orang rimba. Pendidikan yang penting adalah
pendidikan yang membuat mereka (orang Identifikasi Masalah
rimba) siap untuk menghadapi tekanan Bertitik tolak dari rumusan masalah
perubahan. tersebut, maka identifikasi masalah yang
Untuk itu Riri Riza dan Mira Lesmana dikemukakan yaitu sebagai berikut:
terinspirasi oleh cara pandang Butet terhadap 1. Bagaimana makna denotasi pendidikan
orang rimba. Setelah membaca buku catatan masyarakat terpencil dalam film Sokola
pengalaman Butet serta kekaguman mereka Rimba?
terhadap Butet yang memiliki kepedulian 2. Bagaimana makna konotasi pendidikan
yang sangat tinggi terhadap masyarakat masyarakat terpencil dalam film Sokola
marjinal di Indonesia dan keunikan kultur Rimba?
orang rimba inilah yang mendorong mereka 3. Bagaimana mitos pendidikan
memfilmkan Sokola Rimba. Sokolah adalah masyarakat terpencil dalam film Sokola
organisasi non-profit yang menyediakan Rimba?
kesempatan pendidikan bagi masyarakat
marjinal di plosok Indonesia. Film sokolah Tujuan Penelitian
rimba merupakan sebuah film drama yang Adapun tujuan yang ingin dicapai
sarat akan unsur pendidikan dan berdasarkan permasalahan yang diambil dari
kemanusiaan. Film ini berdurasi sekitar 1 jam penelitian ini adalah:
30 menit, dan juga film ini dikemas dalam

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 3


1. Untuk mengetahui makna denotasi tanda’ (gambar, suara, dan sebagainya) untuk
pendidikan masyarakat terpencil dalam menampilkan ulang sesuatu yang diserap,
film Sokola Rimba. diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam
2. Untuk mengetahui makna konotasi bentuk fisik.
pendidikan masyarakat terpencil dalam 2. Pendidikan Masyarakat Terpencil
film Sokola Rimba. Pendidikan dapat diartikan sebagai
3. Untuk mengetahui mitos pendidikan sebuah proses dengan metode-metode
masyarakat terpencil dalam film Sokola tertentu sehingga seseorang memperoleh
Rimba. pengetahuan, pemahaman dan cara orang
bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.
TINJAUAN PUSTAKA Proses pendidikan itu adalah suatu proses
1. Representasi penyesuaian terus menerus pada setiap fase
Representasi adalah tindakan yang menambah kecakapan kedalam
menghadirkan atau merepresentasikan pertumbuhan seseorang (Muhibbin,
sesuatu baik orang, peristiwa, maupun objek 2005:10).
lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, Sedangkan pendidikan menurut Ki
biasanya berupa tanda atau simbol, Hajar Dewantara adalah segala upaya untuk
representasi ini belum tentu bersifat nyata memajukan pertumbuhnya budi pekerti
tetapi bisa juga menunjukkan dunia (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek),
khayalan, fantasi, dan ide-ide abstrak dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan
(Menurut Hall (1997:28) dalam Saputra, hidup dan keselarasan dengan dunianya.
2014:4). Representasi juga merupakan Pendidikan itu membentuk manusia yang
sebuah proses bagaimana sebuah refren berbudi pekerti, berpikiran cerdas, pintar dan
mandapatkan bentuk tertentu dengan tanda- bertubuh sehat (dalam Sambo dan Oscar,
tanda. Menurut Turner, makna film sebagai 2010:28).
representasi dari realitas masyarakat, berbeda Pendidikan dapat ditempuh melalui tiga
dengan film sekadar sebagai refleksi dari jalur, yaitu:
realitas. Sebagai representasi dari realitas, a. Pendidikan Formal
film membentuk dan menghadirkan kembali Menurut Undang-Undang No 20
realitas berdasarkan kode-kode, konvensi- Tahun 2003 pendidikan formal
konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya didefinisikan sebagai jalur pendidikan
(Sobur,2006:127-128). Film selalu yang terstruktur dan berjenjang yang
mempengaruhi dan membentuk masyarakat terdiri atas pendidikan dasar,
berdasarkan muatan pesan (message) di pendidikan menengah, dan perguruan
baliknya. Dengan kata lain film tidak bias tinggi. Adapun lembaga pendidikan
dipisahkan dari konteks masyarakat yang formal adalah sekolah.
memproduksi dan mengkonsumsinya. Selain b. Pendidikan Non-Formal
itu sebagai representasi dari realitas, film Pendidikan non formal dapat
juga mengandung muatan ideologi didefinisikan sebagai jalur pendidikan
pembuatnya sehingga sering digunakan diluar pendidikan formal yang dapat
sebagai alat propaganda. dilaksanakan secara terstruktur dan
Marcel Danesi (2010:16) berjenjang (Undang-Undang No 20
mendefinisikan representasi sebagai, proses Tahun 2003). Lembaga pendidikan non
perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan formal atau pendidikan luar sekolah
secara fisik. Secara lebih tepat dapat (PLS) ialah semua bentuk pendidikan
didefinisikan sebagai penggunaan ‘tanda- yang diselenggarakan dengan sengaja,

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 4


tertib dan berencana diluar kegiatan mengakui adanya mitos yang telah ada dan
persekolahan. sekumpulan gagasan yang bernilai yang
c. Pendidikan Informal berasal dari kebudayaan dan disampaikan
Pendidikan menurut Undang-Undang melalui komunikasi (Denesi, 2010:97)
No 20 Tahun 203 adalah jalur Salah seorang pengikut Saussure,
pendidikan keluarga dan lingkungan Roland Barthes membuat sebuah model
yang berbentuk kegiatan secara mandiri sistematis dalam menganalisis makna dan
(Suprijanto, 2005: 6-8). Dalam lembaga tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih
pendidikan informal kegiatan tertuju kepada gagasan tentang signifikasi
pendidikan tanpa organisasi yang ketat dua tahap (two order of signification) seperti
tanpa adanya program waktu (tak gambar dibawah ini (Sobur, 2012:126-127)
terbatas) dan tanpa adanya evaluasi. Gambar 1. Signifikasi Dua Tahap
Adapun alasan diatas pendidikan Roland Barthes:
informal ini tetap memberikan
pengaruh kuat terhadap pembentukan
pribadi seseorang/ peserta didik.
3. Semiotika Roland Barthes
Semiotika sebagai suatu model dari
ilmu pengetahuan sosial memahami dunia
sebagai sistem hubungan yang memiliki unit
dasar yang disebut dengan tanda. Dengan Melalui gambar di atas, Barthes, seperti
demikian semiotika mempelajari hakikat
dikutip Fiske, menjelaskan signifikansi tahap
tentang keberadaan suatu tanda. Secara pertama merupakan hubungan antara
etimologi istilah semiotika berasal dari kata signifier dan signified di dalam sebuah tanda
yunani “semeion” yang berarti tanda. Tanda terhadap realitas eksternal. Barthes
itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi
atas dasar konvensi sosial yang terbangun adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
sebelumnya dan dapat mewakili suatu yang
signifikansi tahap kedua. Hal ini
lain (Sobur, 2012:95) menggambarkan interaksi yang terjadi ketika
Analisis semiotik adalah suatu ilmu tanda bertemu dengan perasaan atau emosi
atau metode analisis untuk mengkaji tanda. dari pembaca serta nilai-nilai dari
Semiotika disefinisikan oleh Ferdinand de kebudayaannya. Pada signifikansi tahap
Saussure di dalam Course in General kedua yang berkaitan dengan isi, tanda
Linguistik sebagai ilmu yang mengkaji
bekerja melalui mitos (Sobur, 2012: 127-
tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan 128).
sosial (menurut Piliang dalam Sobur, 2012: 1. Makna Denotasi
300). Semiotik berusaha menggali hakikat Makna denotasi adalah makna awal
sistem tanda yang beranjak diluar kaidah tata utama dari sebuah tanda, teks, dan
bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti sebagainya. Makna ini tidak dibisa
teks yang rumit, tersembunti dan bergantung
dipastikan dengan tepat, karena makna
kepada kebudayaan. Hal ini menimbulkan denotasi merupakan generalisasi.
perhatian pada makna tambahan (konotatif) Dalam terminologi Barthes, denotasi
dan arti penunjuk (denotatif) kaitan dan adalah sistem signifikansi tahap
kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan pertama
melalui penggunaan dan kombinasi tanda.
2. Makna Konotasi
Pelaksanaan hal ini dilakuakan dengan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 5


Makna yang memiliki sejarah budaya sehingga dapat ditemukan tema dan dapaat
di belakangnya yaitu bahwa ia hanya dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
bisa dipahami dalam kaitannya dengan disarankan oleh data.
signifikansi tertentu. Konotasi adalah
mode operatif dalam pembentukan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
penyandian teks kreatif seperti puisi, Film Sokolah Rimba termasuk kedalam
novel, komposisi musik, dan karya- genre Drama. Film yang ber-gendre drama
karya seni. bercerita tentang kehidupan dan prilaku
3. Mitos manusia sehari-hari. Film ini menceritakan
Mitos adalah bagaimana kebudayaan tentang seorang yang bekerja di suatu
menjelaskan atau memahami beberapa lembaga yang perduli akan pendidikan bagi
aspek tentang realitas atau gejala alam. orang rimba agar tidak dibodoh-bodohi oleh
Dalam kerangka Barthes, konotasi orang luar. Film Sokolah Rimba
identik dengan operasi ideologi yang menggambarkan bagaimana kondisi orang
disebut dengan mitos dan berfungsi rimba yang jauh akan moderenisasi. Dan juga
untuk mengungkapkan dan keperdulian seorang perempuan yang
memberikan pembenaran bagi nilai- bernama Butet Manurung akan pendidikan
nilai dominan yang berlaku dalam suatu untuk orang rimba yang ada di sepanjang
periode tertentu, jadi mitos memiliki sungai Makekal.
tugasnya untuk memberikan sebuah Gambar 2. Makna denotasi, konotasi
justifikasi ilmiah kepada kehendak dan mitos pada scene 18
sejarah, dan membuat kemungkinan Visual
tampak abadi.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam Tipe of Medium Long Shot
penelitian ini adalah metode penelitian shot Close up
kualitatif dengan menggunakan teori Dialog berapa kalau aku ambil tiga
semiotika Roland Barthes yang meliputi dari sepuluh?
denotasi, konotasi dan mitos. Adapun jadwal Denotasi dalam scene 18 pada menit ke
penelitian yang dilakukan dimulai dari bulan 09.51 Medium Long Shot,
April 2017 sampai dengan September 2018. mengvisualisasikan anak-anak sedang
Subjek dari penelitian ini adalah scene-scene mencoba berhitung dengan menggunakan
yang mengenail pendidikan itu sendiri dalam papan tulis dan kapur sebagai medianya.
film Sokola Rimba. Sedangkan objek pada Dipondok yang butet gunakan sebagai tempat
penelitian ini adalah film Sokola Rimba. anak-anak rimba belajar terdapat beberapa
Teknik pengumpulan data menggunakan buku, kapur dan juga papan tulis dan dengan
observasi, dokumentasi dan study pustaka. beralaskan tikar yang terbuat dari daun
Untuk menganalisis data menggunakan pandan, ada 5 orang anak suku rimba yang
teknik analisis data berdasarkan siklus yang sedang belajar termasuk beindah. Salah satu
dilukiskan oleh Huberman dan Miles yaitu teman beindah mencoba mengajarkan
Model Analisis Data Interaktif. Menurut beindah tentang pengurangan dengan
Maleong (dalam Kriyanto, 2012: 167), membuat garis dipapan tulis dan bertanya
analisis data sebagai proses kepada beindah, ada 10 garis kalau akau
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke ambil 3 berapa sisianya? Kemudian beindah
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar menjawab 7, anak-anak rimba lainnya

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 6


bersorak hebat dan ketika ditanyakan Dialog “suara dari beberapa anak
kembali soal yang sama menggunakan jari rimba yang sedang belajar”
beindah salah menjawabnya itu membuat Denotasi dalam scene 46 pada menit ke
teman-temannya sedikit kesal ke beindah. 32.25 Medium Long Shot,
Dan dimenit ke 10.35 Close up, dan tak kalah mengvisualisasikan anak-anak sedang belajar
akal kemudian butet datang dan membantu mengenal huruf. Ternyata selain di hulu
beindah menyelesaikan perhitungannya sungai makekal butet juga merambah ke
dengan membawa beberapa buah biji karet bagian hilir sungai makekal untuk mendidik
sebagai alat bantu berhitung dan meminta dan juga memperkenalkan pendidikan untuk
beindah menghitungnya untuk menjawab anak-anak rimba hilir agar mereka tidak
pertanyaan dari teman-temannya. hanya tahu bermain saja melainkan bisa
Konotasi dalam scene ini adalah memanfaatkan waktu dengan belajar,
Penggunaan media abakus dengan meskipun keadaan tempat ia mengajar tidak
pemanfaatan potensi alam sekitar yaitu biji berbeda jauh dengan dihulu. Butet mengajar
karet dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anak rimba dihilir dengan beralaskan
siswa terhadap konsep pembelajaran dedaunan yang gugur di hutan tanpa sebuah
matematika, adanya pertumbuhan nilai rasa pondok dengan menggunakan papan tulis,
ingin tahu anak-anak. kapur dan juga beberapa buku yang ia bawa.
Mitos dalam scene ini adalah Dihari pertama ia mengajar butet mencoba
Pengertian pendidikan menajdi hal yang memperkenalkan huruf dan juga bagaimana
sebaiknya kita juga perlu ketahui untuk cara mengeja sebuah huruf. Butet merasa
menambah wawasan kita terhadap hal yang senang karena antusias anak-anak rimba hilir
selalu berkaitan dnegan kehidupan kita akan belajar juga besar terutama bungo yang
sehari-hari, karena kita selalu melewati semenjak kedatangannya ia merasa senang
proses pendidikan, maka oleh sebab itulah sekali.
kita sebagai pelaku harus paham juga apa Konotasi dalam scene ini adalah salah
pengertian pendidikan itu sendiri. Pengertian satu langkah pertama untuk menjadi pembaca
pendidikan bukan hanya untuk diketahui yang sukses adalah belajar mengenali konsep
belaka melainkan dengan memahaminya lalu huruf abjad. Kita perlu mengetahui bahwa
berusaha untuk menjalankan prosesnya "konsep huruf abjad" adalah proses awal
berdasarkan apa yang memang tertuang seorang anak membedakan karakter satu
dalam pengertain pendidikan tersebut. Kita huruf dengan huruf lainnya yang bila
terlalu sering melihat berbagai kejadian nyata dirangkaikan akan menimbulkan keragaman
yang mencoreng nama baik dari pendidikan bunyi. Proses ini adalah tahap dimana anak
tersebut mungkin salah satu peneyebabnya mulai mengidentifikasi bunyi yang ada dalam
adalah dikarenakan mereka tidak menguasai kata, setelah itu barulah dapat diajarkan
nilai-nilai apa yang diartikan dalam kata bagaimana huruf-huruf abjad itu dapat
pendidikan itu sendiri. membentuk suatu kata yang bermakna
Gambar 3. Makna denotasi, konotasi berbeda satu dengan lainnya.
dan mitos pada scene 46 Mitos dalam scene ini adalah ketika
Visual sampai pada proses pengenalan huruf-huruf
abjad pada anak, ada hal penting lain yang
patut menjadi perhatian. Mencermati
Type of Medium Long Shot kemampuan memori pada anak perlu
shot Long shot dilakukan agar jangan sampai anak merasa
dipaksa untuk menghafal semua huruf dalam

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 7


waktu singkat. Meskipun membaca memang ada di dalam suku rimba yang dalam
merupakan suatu proses yang mewajibkan proses belajar mengajar hanya dengan
seseorang mampu menggunakan menggunakan alat yang ada alam
keterampilan diskriminasi visual suara juga seperti biji karet.
adanya proses perhatian dan memori. Karena 2. Makna konotasi pada umumnya faktor
itu, latihan yang cukup sering harus diberikan pendidikan masyarakat terpencil adalah
pada anak. Menerapkannya dalam suasana pendidikan yang dilakukan di alam
belajar yang tidak formal akan lebih baik. bebas/terbuka, tidak menggunakan
Tujuan utama memahami konsep huruf abjad gedung baik yang semi maupun
adalah agar anak-anak memahami apa yang permanen.
mereka baca, sehingga membaca huruf dan 3. Mitos dalam film sokolah rimba ini
suara yang serasi itu juga harus adalah dilihat dari beberapa persepsi
menghubungkan kata-kata dan makna. yang selama ini tertanam bahwa
Belajar membaca adalah proses yang relatif masyarakat yang tinggal didaerah
panjang yang dimulai sangat awal dalam terpencil merupakan masyarakat yang
pembangunan dan jelas sebelum anak-anak lugu, primitif, dan juga buta aksara.
memasuki sekolah.

SARAN
KESIMPULAN 1. Berdasarkan dari proses analisis peneliti,
Berdasarkan hasil dan pembahasan peneliti menyarankan bahwa penelitian
pada penelitian ini, maka diperoleh ini dapat dikembangkan dan juga
kesimpulan sebagai berikut: dianalisis lebih mendalam dengan
Penulis menyimpulkan bahwasannya menggunakan sudut pandang yang
masyarakat yang tinggal didaerah terpencil berbeda.
itu lugu, dan juga primitif. Ketika mereka 2. Untuk lebih memperkaya pengetahuan
disejajarkan untuk dapat meraih pendidikan mahasiswa tentang film, peneliti
maka mereka tidak berbeda jauh dengan menyarankan kepada peneliti yang
masyarakat pada umumnya yang tinggal selanjutnya yang meneliti tentang film
diperkotaan. Terdapat beberapa scene yang agar menggunakan teori lain dan juga
menggambarkan bagaimana antusiasnya meneliti film bukan hanya dari segi
anak-anak rimba ingin belajar, mereka juga cerita melainkan juga dari segi teknik
dapat membaca dan berhitung. Selain itu kamera, editing dan unsur
dalam film ini kita diajarkan untuk perduli sinematografi lainnya yang ada
terhadap sesama manusia dan juga hubungannya dengan komunikasi.
lingkungan. Karena film ini mengajarkan kita
agar tidak terus menerus mengeksploitasi DAFTAR PUSTAKA
hutan karena dapat merusak ekosistem yang Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami
ada dan pada akhirnya juga akan merugikan Semiotika Media. Yogyakarta:
kita sebagai mahluk hidup. Film ini juga Jalasutra
memiliki pesan moral bagaimana kita Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis
bersikap kepada kelompok yang baru kita Riset Komunikasi: Disertai Contoh
temui. Praktis Riset Media, Public Relations,
1. Makna denotasi dalam film sokolah Advertasing, Komunikasi Organisasi,
rimba ini adalah bagaimana keadaan Komunikasi Pemasaran Edisi Pertama.
yang sebenarnya pendidikan itu yang Jakarta:Kencana Prenada Media Group

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 8


Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sambo, Bartolomeus dan Oscar
Yasunari.2010. Konsep Pendidikan Ki
Hajar Dewantara dan Tantangan-
Tantangan Implementasi Di Indonesia
Dewasa Ini. Bandung:Universitas
Katolik Parahiyangan
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
-------.2012. Analisis Teks Media Suatuu
Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, Dan Analisis
Framing. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Januari – Juni 2019 Page 9

You might also like