You are on page 1of 8

ARTIKEL

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU


DI KOTA SEMARANG
Oleh :
Rizky Kustyardhi, Sri Suwitri, Titik Djumiarti
Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Profesor Haji Sudarto, Sarjana.Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

Abstrack

Trash problem becomes quite serious problems that faced by government of


Semarang city. The volume of trash grows every year. The Law No. 18 Year 2008 about
Trash Management is a reference for government of Semarang city to change the way of
trash management from get-haul waste into friendly environmental trash management
by using the principle of the 3Rs (reduce, recycle, dan reuse).
The purpose of this study is not only to describe and to analyze the
implementation of integrated trash management in Semarang city but also to identify
the inhibiting factors that occur in integrated trash management of Semarang city.
To answer the problem and the purpose of this research, the writer uses
descriptive qualitative approach by using management theory that focuses on the
function of implementation of the plan, staffing, and coordination.
The research shows that the inhibitor in the integrated trash management in
Semarang city due to inadequate government budget, the difficulties in marketing the
products of processed junk, poor coordination, and low public awareness in trash
management.
To improve the integrated trash management in Semarang city, the advices that
can be given by writer to the Department of Hygiene and Gardening of Semarang city
are to cooperate with the agencies that concerned in the problems of trash, to improve
the coordination systems, to enforce regulations strictly, and to raise awareness
continually in order to be wise in trash management.

Keywords: trash management, improvement of coordination, enforce regulations

PENDAHULUAN ibu kota provinsi Jawa Tengah dan


A. LATAR BELAKANG termasuk salah satu kota
Masalah sampah menjadi perdagangan yang terbesar dengan
permasalahan yang cukup serius jumlah penduduk yang cukup padat
yang juga dihadapi oleh Kota sudah barang tentu berpotensi
Semarang. Masalah sampah muncul memproduksi sampah yang besar
sebagai dampak negatif dari dan membutuhkan penanganan yang
pesatnya pembangunan di Kota serius.
Semarang. Kota Semarang sebagai

1
Di Kota Semarang pengelolaan B. TUJUAN
sampah dengan konsep 3R sudah Penelitian adalah suatu usaha
diterapkan mulai tahun 1992 dengan untuk menemukan,
disediakannya Tempat Pemrosesan mengembangkan dan menguji ilmu
Akhir (TPA) di Jatibarang. Namun, pengetahuan, yaitu dengan
upaya Pemkot Semarang tersebut menggunakan metode yang
ternyata belum mampu mengatasi disesuaikan. Tujuan dari penelitian
permasalahan sampah. Volume ini adalah sebagai berikut:
sampah di TPA Jatibarang semakin 1. Mendeskripsikan dan
bertambahnya tahun ternyata tidak menganalisis pengelolaan
semakin berkurang, malah semakin sampah terpadu di wilayah
bertambah. Kota Semarang.
Secara teknis, Dinas Kebersihan 2. Mengidentifikasi hal-hal yang
dan Pertamanan (DKP) Kota menjadi faktor penghambat
Semarang menangani permasalahan dalam pengelolaan sampah
sampah dengan cara mengambil, terpadu di Kota Semarang.
menampung di Tempat
Penampungan Sampah (TPS), dan C. TEORI
membuangnya ke TPA Jatibarang. Teori yang digunakan adalah
Dengan pola penanganan semacam teori manajemen yang lebih
ini, Kota Semarang akan selalu menitikberatkan pada fungsi
menghadapi kendala kurangnya actuating yang menitikberatkan
tempat penampungan sampah dan pada fungsi pelaksanaan rencana,
beberapa permasalahan sebagai staffing, dan koordinasi.
akibat kompleksitasnya Luther M. Gulick (Handoko,
permasalahan perkotaan. 2003: 11) mendefinisikan
Untuk mengantisipasi kelebihan manajemen sebagai suatu bidang
muatan di TPA Jatibarang tersebut, ilmu (science) pengetahuan yang
Pemerintah Kota Semarang melalui berusaha secara sistematis untuk
DKP Kota Semarang menerapkan memahami mengapa dan bagaimana
sistem pengelolaan sampah terpadu manusia bekerja bersama untuk
melalui Tempat Pengolahan Sampah mencapai tujuan dan membuat
Terpadu (TPST) yang berada di sistem kerjasama ini lebih
wilayah kecamatan. Pengelolaan bermanfaat bagi kemanusiaan.
sampah terpadu bertujuan untuk Terry dan Rue (2001:1)
mengurangi volume timbulan menyatakan bahwa manajemen
sampah yang akan diangkut ke TPA adalah suatu proses atau kerangka
Jatibarang, mengantisipasi kerja yang melibatkan bimbingan
penggunaan lahan TPA yang atau pengerahan suatu kelompok
semakin terbatas, mengurangi biaya orang-orang ke arah tujuan-tujuan
pengangkutan sampah dari TPS ke organisasional atau maksud-maksud
TPA, meningkatkan kemandirian yang nyata.
masyarakat serta meningkatkan Actuating, atau disebut juga
peran aktif masyarakat dalam “gerakan aksi” mencakup kegiatan
mempertahankan kebersihan yang dilakukan seorang manajer
lingkungan melalui pengelolaan untuk mengawali dan melanjutkan
sampah yang ramah lingkungan. kegiatan yang ditetapkan oleh unsur
perencanaan dan pengorganisasian

2
agar tujuan-tujuan dapat tercapai dalam menentukan pembagian
(Terry, 2009: 17). tugas. dan wewenang dengan tepat.
Ada berbagai macam daftar Praktisnya, penyusunan staf sebuah
pertanyaan yang tersedia untuk organisasi diawali dengan
membantu terlaksananya sebuah penyusunan tugas-tugas yang
rencana. Alat-alat bantu itu berkisar dibentuk dalam bentuk uraian
pada lima pertanyaan (5W + 1H). pekerjaan (job description)
Urutan-urutannya adalah sebagai kemudian dibuat spesifikasinya.
berikut (Terry, 2009: 67-68): Awal dari kegiatan staffing ialah
a. Mengapa (why) harus membuat tugas, pada umumnya
dikerjakan? Pertanyaan memakai sistem identifikasi tugas
tersebut mengungkapkan (Terry, 2009: 114). Setiap jabatan
urgensi pekerjaan tersebut. dalam struktur organisasi tentu
b. Apa (what) yang diperlukan? mempunyai isi atau beban tugasnya
Jawabannya menunjukkan masing-masing yang mencakup
jenis dan jumlah kegiatan kewajiban, tugas yang harus
berikut peralatan yang dilaksanakan, tanggung jawab, sifat-
dibutuhkan. sifat utama dari pekerjaan tersebut
c. Dimana (where) akan dan hasil-hasil yang diharapkan.
dikerjakan? Penekanannya Kondisi tersebut menunjukkan
pada tempat pekerjaan tersebut perlunya suatu uraian tugas.
akan dikerjakan. Menurut Henry Fayol (Siswanto,
d. Kapan (when) akan dikerjakan? 2006: 35), coordinating atau
Disini ditekankan pada pengkoordinasian berarti
pertimbangan waktu. Kapan memastikan bahwa sumber daya dan
dimulai dan berakhirnya setiap aktivitas organisasi bekerja secara
bagian pekerjaan. harmonis untuk mencapai tujuan.
e. Siapa (who) yang akan Keban (2008: 95) menjelaskan
mengerjakannya? Pertanyaan bahwa coordinating adalah suatu
tersebut untuk mengetahui pengintegrasian kegiatan-kegiatan
jenis ketrampilan dan dan target atau tujuan dari berbagai
pengalaman yang ada untuk unit kerja dari suatu organisasi agar
dapat melaksanakan pekerjaan dapat mencapai tujuan secara
yang sudah direncanakan itu efisien. Tanpa koordinasi, individu-
dengan memuaskan. individu dan bagian-bagian yang
f. Bagaimana (how) ada akan bekerja menuju arah
melaksanakannya? Pertanyaan berlainan dengan irama atau
tersebut ingin mengarahkan kecepatan yang berbeda-beda.
perhatian kepada cara Demikian pula, tanpa koordinasi,
menyelesaikan pekerjaan masing-masing individu atau
tersebut. bagian akan bekerja sesuai dengan
Staffing atau menyusun staf kepentingannya masing-masing
organisasi adalah suatu proses untuk dengan mengorbankan kepentingan
memperoleh tenaga yang tepat, baik organisasi secara keseluruhan.
dalam jumlah maupun kualitas Sedangkan Terry (Sutarto, 2002:
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan 144) menjelaskan bahwa koordinasi
dalam organisasi (Keban, 2008: 95). adalah sinkronisasi yang teratur
Staffing perlu sekali dilakukan dari usaha-usaha untuk

3
menciptakan kepastian kuantitas, PEMBAHASAN
waktu, dan pengarahan pelaksanaan A. HASIL PENELITIAN
yang menghasilkan keselarasan dan Pelaksanaan Rencana
kesatuan tindakan untuk tujuan Peengelolaan sampah terpadu di
yang telah ditetapkan. Kota Semarang dilaksanakan setelah
Kebutuhan akan koordinasi diterbitkannya UU No 18 Tahun 2008
tergantung pada sifat dan tentang Pengelolaan Sampah. Program
kebutuhan komunikasi dalam ini bertujuan untuk mengurangi
pelaksanaan tugas dan derajat timbulan sampah dari lingkungan
saling ketergantungan bermacam- masyarakat dengan cara meningkatkan
macam satuan pelaksananya. Bila partisipasi masyarakat sehingga volume
tugas-tugas tersebut memerlukan sampah yang akan diangkut ke TPA
aliran informasi antar satuan, Jatibarang bisa dikurangi dari tataran
derajat koordinasi yang tinggi rumah tangga.
adalah paling baik. Kunci dari Untuk bisa melaksanakan kegiatan
kegiatan koordinasi yang efektif pengelolaan sampah terpadu di perlukan
adalah komunikasi. Koordinasi beberapa sarana pendukung untuk
bergantung pada perolehan, mengelola sampah. Dinas Kebersihan
penyebaran, dan pemrosesan dan Pertamanan Kota Semarang
informasi (Handoko, 2003: 196). memberlakukan beberapa syarat
tertentu untuk mendapatkan bantuan
D. METODE sarana pendukung tersebut.
1. Desain Penelitianmenggunakan Pelaksana pengelolaan sampah
tipe Penelitian Deskriptif. terpadu adalah masyarakat yang
2. Lokasi dan Fokus Penelitian tergabung dalam Kelompok Swadaya
 Dinas Kebersihan dan Mayarakat (KSM). Dinas Kebersihan
Pertamanan Kota dan Pertamanan Kota Semarang
Semarang berperan sebagai pembina KSM. Selain
 Peenelitian ini berfokus itu, Pemkot Semarang juga melibatkan
pada praktek pengelolaan aparat pemerintah di tingkat kelurahan
sampah terpadu yang dan kecamatan. Pengelolaan sampah
dilaksanakan di Kota terpadu di Kota Semarang dilaksanakan
Semarang. dengan menggunakan prinsip 3R
3. Sumber Data (Reduce, Recycle, Reuse) dengan
Sumber data menggunakan menggunakan berbagai sarana
sumber data primer dan sumber pendukung yang dimiliki oleh para
data sekunde KSM. Sampah dipilah menjadi dua
4. Tehnik penentuan informan jenis, organik dan non organik. Sampah
penelitian menggunakan organik diolah menjadi kompos
purposive sampling sedangkan sampah non organik ada
5. Tehnik pengumpul data dengan yang diolah menjadi barang kerajinan
wawancara, dan dokumentasi dan ada pula yang langsung dijual.
6. Tehnik analisis data
menggunakan reduksi data
(data reduction), penyajian data Staffing
(data display), dan verifikasi KSM bertugas sebagai pelaksana
(conclution drawing). teknis pengelolaan sampah terpadu.
Sedangkan untuk pengangkutan sampah

4
dari Tempat Penampungan Sementara diperhatikan oleh pemerintah. Sehingga
(TPS) dilaksanakan oleh aparat dari keberlanjutan jalannya TPST bisa
masing kecamatan di Kota Semarang. dikendalikan oleh pemerintah.
Selain pihak kecamatan, pihak
kelurahan juga berkewajiban dalam B. ANALISIS
menangani permasalahan di lingkungan Pelaksanaan Rencana
kelurahannya. Sedangkan Dinas Setiap hari TPA Jatibarang
Kebersihan dan Pertamanan Kota menampung sampah dari seluruh
Semarang mempunyai tugas dalam wilayah di Kota Semarang. Untuk
pembinaan para KSM. Hasil penelitian mencegah overload, sampah harus
menemukan bahwa beberapa KSM dikurangi secepat mungkin dari sumber
kehilangan para anggotanya karena sampah yaitu dari lingkungan
mereka merasa tidak bisa berkembang masyarakat. Dengan demikian
di KSM dan adanya keterlambatang dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk
pengangkutan sampah dari TPS menuju mendukung upaya Pemkot Semarang
TPA Jatibarang. untuk mengantisipasi besarnya muatan
Dalam pengelolaan sampah terpadu sampah di TPA Jatibarang.
tidak semua KSM mendapatkan Pengurangan sampah yang dilakukan
penyuluhan dan pelatihan untuk mulai dari lingkungan masyarakat
mengelola sampah dengan baik dan dilakukan dengan cara memilah sampah
benar. Khususnya hal tersebut dialami yang memungkinkan utuk didaur ulang
oleh para KSM yang mendapatkan sehingga bisa digunakan kembali
sarana bantuan dari Dinas Kebersihan Pengelolaan sampah terpadu dengan
dan Pertamanan Kota Semarang. menggunakan prinsip 3R sebenarnya
Akibatnya adalah kualitas produk sudah dirintis di Kota Semarang
olahan sampah yang dihasilkan belum sebelum Undang-undang Nomor 18
diakui oleh masyarakat dan tidak Tahun 2008 tentang Pengelolaan
mampu bersaing di pasaran. Sampah disahkan oleh pemerintah
pusat. Hal ini dibuktikan dengan adanya
Koordinasi lembaga lain yang memberikan
Dalam perkembangannya, program penyuluhan dan bantuan kepada
pengelolaan sampah terpadu kurang masyarakat tentang pentingnya
begitu mendapatkan perhatian dari mengelola sampah dan tata cara
pemerintah daerah. Hal ini terlihat dari mengelola sampah.
tidak adanya suatu bentuk koordinasi Sedangkan tempat pelaksanaannya
yang berkesinambungan yang berada di tengah-tengah lingkungan
diterapkan oleh Dinas Kebersihan dan masyarakat dimana KSM berada di
Pertamanan Kota Semarang. Bentuk kelurahan tertentu. Tempat yang
koordinasi yang dilakukan oleh Dinas dijadikan untuk melaksanakan kegiatan
Kebersihan dan Pertamanan Kota pengelolaan sampah terpadu ditentukan
Semarang dilakukan jika pemerintah oleh masyarakat setempat sehingga bisa
akan menghadapi suatu momen atau meminimalisir munculnya
kegiatan tertentu yang membutuhkan permasalahan terganggunya masyarakat
kontribusi para KSM. di sekitar TPST.
Dalam hal ini, koordinasi antara Untuk mendapatkan sarana
pihak pemerintah dengan KSM sangat pendukung pengelolaan sampah
diperlukan karena dengan adanya tersebut, Dinas Kebersihan dan
koordinasi para KSM akan merasa Pertamanan Kota Semarang

5
menyatakan bahwa masyarakat harus aneka ragam jenis kerajian hanya
mengajukan proposal untuk dilakukan oleh sebagian kecil KSM.
mendapatkan bantuan tersebut. Dengan Sebagian besar KSM yang lain lebih
pengajuan proposal tersebut, pihak memilih menjual sampah non organik
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota kepada pengepul sampah.
Semarang akan menilai seberapa serius
keinginan masyarakat dalam mengelola Staffing
sampah. Namun berdasarkan temuan Dalam pengelolaan sampah terpadu
yang didapatkan oleh penulis di di Kota Semarang, Dinas Kebersihan
lapangan, KSM yang mengelola TPST dan Pertamanan Kota Semarang melalui
(khususnya yang didanai oleh APBD Seksi Pengolahan Limbah berperan
Kota Semarang) menyatakan tidak sebagai pembina KSM. Pemerintah
mengajukan proposal untuk kelurahan dan kecamatan juga
mendapatkan bantuan sarana mempunyai tugas dalam terlaksananya
pendukung pengelolaan sampah program pengelolaan sampah terpadu di
terpadu. Para KSM tersebut menyatakan Kota Semarang. Pemerintah kelurahan
bahwa mereka ditunjuk untuk mempunyai tugas atau kewajiban untuk
mengelola sampah di tempat yang telah menangani masalah kebersihan di
didirikan dan peralatannya telah tingkat kelurahan. Sedangkan
disediakan oleh pemerintah kota. pemerintah kecamatan mempunyai
Dalam program pengelolaan sampah tugas atau kewajiban pengangkutan
terpadu ini, pihak yang lebih sampah menuju TPA Jatibarang yang
mempunyai peran penting adalah berasal dari TPST atau TPS.
masyarakat yang tergabung dalam KSM Keterlambatan pengangkutan sampah
sebagai pelaksana aktivitas pengelolaan dari TPS menuju TPA lebih disebabkan
sampah terpadu di masing-masing karena keterbatasan sarana truk
TPST. Sedangkan Pemerintah Kota pengangkut yang dimiliki oleh pihak
Semarang melalui Dinas Kebersihan kecamatan.
dan Pertamanan Kota Semarang Pengetahuan pengelolaan sampah
berperan sebagai pembina. Selain itu, yang sekarang ini dimiliki oleh
pemerintah di tingkat kelurahan dan masyarakat yang tergabung dalam KSM
kecamatan juga berperan dalam diperoleh dari penyuluhan dan pelatihan
pengelolaan sampah secara umum di yang diberikan oleh berbagai lembaga
Kota Semarang. baik lembaga pemerintah maupun LSM
Pengelolaan sampah terpadu di Kota dan berbagai lembaga lainnya. Dinas
Semarang dilaksanakan dengan Kebersihan dan Pertamanan Kota
menggunakan prinsip 3R (Reduce, Semarang menyatakan bahwa selain
Recycle, Reuse). Namun tidak semua memberikan bantuan berbentuk fisik,
KSM melakukan kegiatan pendaur penyuluhan dan pelatihan juga
ulangan sampah, khususnya untuk diberikan kepada para KSM yang
sampah jenis non organik. Hampir mengelola sampah di TPST. Namun,
semua KSM yang mengelola sampah menyatakan demikian. Bahkan hampir
mendaur ulang sampah organik menjadi semua KSM yang menerima bantuan
pupuk kompos baik dengan TPST yang anggarannya berasal dari
menggunakan teknik takakura maupun APBD Kota Semarang juga menyatakan
dengan menggunakan teknologi mesin. tidak memperoleh penyuluhan dan
Sedangkan kegiatan pendaurulangan pelatihan untuk mengelola sampah.
sampah jenis non organik menjadi

6
Koordinasi menyelesaikan permasalahan yang
Dinas Kebersihan dan Pertamanan sedang dihadapi.
Kota Semarang mengakui bahwa Pengelolaan sampah terpadu tidak
memang suatu bentuk koordinasi secara bisa hanya dipasrahkan begitu saja
formal memang belum dilakukan karena kepada pemerintah maupun para KSM.
keterbatasan anggaran. Dengan adanya Kesadaran masyarakat di luar KSM
forum koordinasi antara Dinas dalam mengelola sampah rumah tangga
Kebersihan dan Pertamanan Kota akan sangat berpengaruh terhadap
Semarang dengan seluruh KSM yang efisiensi program ini. Jika masyarakat
mengelola sampah sangat diharapkan mempunyai kesadaran untuk mengelola
oleh para KSM. Para KSM berharap sampah, setidaknya berkenan untuk
dengan adanya forum tersebut para memilah sampah dari jenis organik dan
KSM bisa saling bertukar fikiran baik non organik tentu akan meringankan
dengan aparat pemerintah maupun beban kerja para KSM.
dengan sesama KSM tentang kondisi
terkini yang dialami oleh para KSM. PENUTUP
Dampak dari minimnya atau A. SIMPULAN
buruknya koordinasi ini adalah terdapat Aktivitas pengelolaan sampah
para KSM yang sudah tidak produktif terpadu tidak harus membutuhkan
lagi dalam mengelola sampah. TPST, tempat khusus untuk mengelola
Permasalahan seperti ini kurang sampah dan peralatan atau teknologi
mendapatkan respon positif dari yang canggih. Pengelolaan sampah
pemerintah kota. Artinya perlu ada terpadu bisa dilaksanakan langsung dari
perubahan pola koordinasi yang harus masing-masing rumah tangga. Masih
dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan banyaknya KSM yang tidak
Pertamanan Kota Semarang. mendapatkan pelatihan dan penyuluhan
dalam mengelola sampah berpengaruh
Faktor Penghambat terhadap kemampuan produksi
Keterbatasan anggaran menjadi masyarakat dalam mendaur ulang
alasan Dinas Kebersihan dan sampah.
Pertamanan untuk meningkatkan Upaya Pemerintah Kota Semarang
pengelolaan sampah terpadu baik secara untuk melibatkan pemerintah
kuantitas maupun kualitas. Kendala kecamatan maupun kelurahan bersama
biaya juga dialami oleh beberapa KSM masyarakat telah didukung oleh sarana
karena kesulitan memasarkan produk yang memadai. Sayangnya, pihak
olahan sampah. Akibatnya produktivitas Pemkot Semarang melalui Dinas
menurun Karen KSM tersebut Kebersihan dan Pertamanan Kota
kekurangan modal. Semarang sarana pendukung tersebut
Buruknya koordinasi antara Dinas tidak disertai kemampuan masyarakat
Kebersihan dan Pertamanan Kota yang memadai pula. Tidak semua KSM
Semarang dengan para KSM berdampak yang melaksanakan kegiatan
pada tidak adanya pengawasan terhadap pengelolaan sampah terpadu
aktivitas para KSM. KSM yang mendapatkan penyuluhan dan pelatihan
mengalami kesulitan dan tidak bisa untuk mengelola sampah dengan baik
mengatasinya tidak segera mendapatkan dan benar. Akibatnya adalah produk
tanggapan dari Dinas Kebersihan dan olahan sampah yang dihasilkan tidak
Pertamanan Kota Semarang untuk mampu bersaing di pasaran.

7
Tidak adanya koordinasi secara Terry, George R dan Rue Leslie W.
berkala, menjadikan pengawasan 2002. Dasar-dasar Manajemen.
pemerintah terhadap KSM lemah. KSM Jakarta: PT. Bumi Aksara
yang kesulitan dalam menghadapi Terry, George R. 2009. Prinsip-prinsip
masalah tidak segera mendapatkan Manajemen. Jakarta: PT. Bumi
solusi untuk menyelesaikan masalah Aksara.
yang dihadapi. Hal tersebut
menimbulkan kesan bahwa pemerintah
telah memberikan sarana pengelolaan
sampah terpadu, namun perihal
keberlangsungan pelaksanaannya
menjadi tanggung jawab masyarakat
sepenuhnya.

B. REKOMENDASI
Rekomendasi yang bida diajukan
berdasarkan kesimpulan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Adanya kerjasama antar lembaga-
lembaga yang mempunyai fokus
menangani persoalan sampah di
Kota Semarang
b. Meningkatkan koordinasi antara
pemerintah sebagai pembina
dengan masyarakat sebagai
pelaksana pengelolaan sampah
terpadu di Kota Semarang
c. Mempertegas pelaksanaan
peraturan yang mendukung
pengelolaan sampah terpadu di
Kota Semarang
d. Meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat agar lebih
bijak dalam mengelola sampah

DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen
Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta
Keban, Yeremias. 2008. Enam Dimensi
Strategis Administrasi Publik:
Konsep, Teori, dan Isu.
Yogyakarta: Gava Media
Siswanto. 2006. Pengantar Manajemen.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sutarto. 2002. Dasar-dasar Organisasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

You might also like