You are on page 1of 25
‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 3. Kegiatan Belajar 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 3.1. Indikator keberhasilan Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mempu menguraikan kembali pengertian dan isi anggaran negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang mencakup ruang lingkup, siklus, dan pengertian aspek-aspek reformasi pengelolaan APBN. 3.2, _Uraian dan Contoh 3.2, . Pengertian APBN Membahas pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perlu dimulai dari pengertian anggaran negara, Anggaran adalah suatu rencana keuangan yang merupakan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang, sedangkan anggaran negara berarti rencana keuangan yang disusun dan dilaksanakan oleh pemerintah, Anggaran negara menjadi sangat penting, karena rencana tersebut merupakan keputusan politik antara pemerintah dan badan legsilatif, yakni Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga apa yang tercantum dalam anggaran pendapatan, anggaran belanja dan anggaran pembiayaan merupakan hasil perhitungan yang kemudian merupakan kebijakan politik yang menyangkut keuangan negara, Anggaran negara juga bisa dipandang sebagai alat pengendalian keuangan negara, karena merupakan batas-batas yang diatur dalam perundangan, Kebijakan yang tercantum dalam anggaran negara mencakup kebijakan fiskal dan moneter. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang anggaran negara, berikut akan kita lihat beberapa pengertian anggaran negara yang telah dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: (a) Due (1973) menyatakan bahwa anggaran belanja negara memuat data- data keuangan mengenai pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan- penerimaan dari tahun tahun yang lalu, jumlah-jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan, dan jumlah-jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan datang, 19 (b) Suparmoko (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan anggaran (budget) ialah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun. (©) UU Nomor 17 tahun 2003 menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana kewangan_ tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pada dasarnya, APBN mengandung perkiraan jumlah pengeluaran dan perkiraan jumlah pendapatan untuk menutupi pengeluaran tersebut serta pembiayaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada Pemerintah, Arah keuangan negara menurut Musgrave (1989) adalah untuk mengusahakan stabilitas ekonomi, mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata, dan mengusahakan alokasi sumber-sumber secara efisien, Pendapat Musgrave ini menunjukkan bahwa keuangan negara dapat dijadikan landasan kebijakan untuk mencapai apa yang diinginkan oleh pemerintah. Menurut sejarahnya, urutan sasaran yang dikemukakan oleh Musgrave di atas ada kaitannya dengan keadaan perekonomian Amerika Serikat pada waktu Musgrave mengadakan penelitian. Stabilitas ekonomi dan pembagian pendapatan menjadi perhatiannya karena merupakan titik kritis perekonomian Amerika Serikat. Sistem ekonomi liberal yang dianut Amerika Serikat dimana perekonomian sebagian besar dikendalikan oleh mekanisme pasar sering mengakibatkan fluktuasiperekonomian yang besar/konjungtur. Untuk mengurangi fluktuasi seperti ini, keuangan negara dapat dijadikan salah satu alat anti Konjungtur. Dalam sistem ekonomi kapitalis, modal memegang peranan yang sangat penting karena pemilik modal mempunyai pendapatan yang tinggi Sebaliknya mereka yang tidak memiliki modal mempunyai pendapatan yang sangat rendah, Dengan demikian terjadi kesenjangan pendapatan yang sangat besar. Dalam keadaan demikian, keuangan negara dapat dijadikan alat untuk menjadikan pendapatan yang lebih merata melalui perpajakan, Alokasi sumber-sumber juga menjadi sorotan Musgrave karena faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian) merupakan piranti yang sangat penting dalam sistem ekonomi kapitalis, dan dengan demikian keuangan 20 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat I negara harus diarahkan agar jangan sampai tejadi pengangguran atas faktor- faktor produksi tersebut. UU Nomor 17 tahun 2003 antara lain menyatakan bahwa pihak yang menyiapkan rancangan APBN adalah pemerintah yang kemudian diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapat persetujuan, Dalam prakteknya, RUU APBN itu setelah disetujui oleh DPR baru dinyatakan berlaku setelah disahkan oleh Presiden, 3.2.2. Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pengelolaan APBN secara keseluruhan dilakukan melalui 5 tahap, yaitu: 1. Tahap perencanaan APBN 2, Tahap penetapan UU APBN 3, Tahap pelaksanaan UU APBN 4, Tahap pengawasan pelaksanaan UU APBN, dan 5. Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Pentahapan pengelolaan APBN tersebut dapat digambarkan seperti pada siklus di bawah ini, Tee noe et ecu @ 0 ay % % o ” UU Gambar 2: Pokok-Pokok Proses Perencanaan dan Penganggaran Negara 21 1) Tahap Perencanaan APBN ‘Tahap perencanaan APBN dapat diuraikan sebagai berikut: Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, tahap perencanaan APBN dimulai ketika Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Rancangan APBN, yang terdiri atas a) anggaran pendapatan negara, b) anggaran belanja negara dan c) pembiayaan. Besaran anggaran belanja negara didasarkan atas kapasitas fiskal yang dapat dihimpun oleh Pemerintah. Dalam hal rencana belanja negara melebihi dari rencana pendapatan negara, Pemerintah dapat melampaui kapasitas fiskal dengan menjalankan anggaran defisit yang ditutup dengan pembiayaan, Besaran anggaran belanja negara dapat disesuaikan dengan perubahan kapasitas fiskal dan/atau perubahan pembiayaan anggaran sebagai akibat dari: a. perubahan asumsi makro; b, perubahan target pendapatan negara; ©. perubahan prioritas belanja negara; dan/atau 4. penggunaan saldo anggaran lebih tahun-tahun sebelumnya ‘Anggaran belanja negara disusun berdasarkan RKA-K/L (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga) dan Menteri Keuangan menetapkan pola pendanaan pembiayaan, Mari kita lihat proses penyusunan RKA yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga. Penyusunan RKA-K/L RKA-K/L disusun untuk setiap Bagian Anggaran dan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran wajib menyusun RKA-K/L. atas Bagian Anggaran yang dikuasainya, Selain menyusun RKA-K/L atas Bagian Anggaran Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan menyusun RDP-Bendahara Umum Negara, Penyusunan RKA-K/L harus menggunakan pendekatan: a. kerangka pengeluaran jangka menengah; b. penganggaran terpadu; dan c. penganggaran berbasis Kinerja RKA-K/L disusun secara terstruktur dan dirinci menurut Klasifikasi anggaran, yang meliputi a, klasifikasi organisasi 22 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 b. klasifikasi fungsi c Klasifikasi jenis belanja Penyusunan RKA-K/L menggunakan instrumen: a. indikator Kinerja; b, standar biaya; dan ¢ evaluasi Kinerja. Menteri/Pimpinan Lembaga menetapkan indicator Kinerja__setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan. Proses Penyusunan RKA-K/L dan Penggunaannya dalam penyusunan Rancangan APBN Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional pada bulan Januari untuk tahun direncanakan berdasarkan hasil evaluasi Kebijakan berjalan. Berdasarkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional, Kementerian/Lembaga mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan berjalan. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan berjalan, Kementerian/Lembaga dapat menyusun rencana Inisiatif Baru dan indikasi kebutuhan anggaran yang diselaraskan dengan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional untuk disampaikan kepada Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dari program yang sedang berjalan dan mengkaji usulan Inisiatif Baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya. Kementerian Perencanaan mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan pengintegrasian hasil evaluasi. Uraian tahapan penyusunan RKA-K/L dapat dirinci sebagai berikut: Tahap1 1. Kementerian Keuangan menyusun per! ‘an kapasitas fiskal_ untuk penyusunan Pagu Indikatif tahun anggaran yang direncanakan, termasuk penyesuaian indikasi pagu anggaran jangka menengah paling lambat pertengahan bulan Februari. 23, Pagu Indikatif disusun oleh Menteri Keuangan bersama Menteri Perencanaan, dengan memperhatikan kapasitas fiskal dan pemenuhan prioritas pembangunan nasional. . Pagu Indikatif yang disusun oleh Menteri Keuangan bersama Menteri Perencanaan dirinci menurut unit organisasi, program, kegiatan, dan indikasi pendanaan untuk mendukung Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden. Pagu Indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas pembangunan nasional yang dituangkan dalam rancangan awal RKP disampaikan kepada Kementerian/Lembaga dengan surat yang ditandatangani Menteri Keuangan bersama Menteri Perencanaan pada bulan Maret, Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Renja-K/L dengan berpedoman pada surat pada poin 4. . Renja-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun dengan pendekatan berbasis Kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu yang memuat kebijakan, program dan kegiatan, Dalam proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan. |. Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan Renja-K/L kepada Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan untuk bahan penyempurnaan rancangan awal RKP dan penyusunan rincian pagu menurut unit organisasi, fungsi, program, dan kegiatan sebagai bagian dari bahan pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN. Tahap2 . Menteri Keuangan dalam rangka penyusunan RKA-K/L, menetapkan Pagu Anggaran K/L dengan berpedoman kapasitas fiskal, besaran Pagu Indikatif, RenjaK/L, dan memperhatikan —hasil_—evaluasi_—“Kinerja Kementerian/Lembaga. Pagu Anggaran K/L menggambarkan Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden dirinci paling sedikit menurut unit organisasi dan program. . Pagu Anggaran K/L disampaikan kepada setiap Kementerian/Lembaga paling lambat akhir bulan Juni . Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L berdasarkan: 24 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 a. Pagu Anggaran K/L b. Renja-K/L c._ RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalampembicaraan pendahuluan Rancangan APBN, dan ._standar biaya. Penyusunan RKA-K/L termasuk menampung usulan Inisiatif Baru Tahap 3 RKA-K/L menjadi bahan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang APBN setelah terlebih dahulu ditelaah dalam forum penelaahan antara Kementerian/Lembaga dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan, Dalam hal Kementerian/Lembaga melakukan pembahasan RKA-K/L dengan DPR dalam rangka pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN, pembahasan tersebut difokuskan pada konsultasi atas usulan Inisiatif Baru. . Dalam pembahasan RKA-K/L dengan DPR dapat dilakukan penyesuaian terhadap usulan Inisiatif Baru, sepanjang: a. sesuai dengan RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN b._pencapaian sasaran Kinerja Kementerian/Lembaga, dan c. tidak melampaui Pagu Anggaran K/L. Menteri Keuangan mengoordinasikan penclaahan RKAK/L dalam rangka penetapan Pagu RKA-K/L yang bersifat final. Penelaahan dilakukan secara terintegra i, yang meliputi: a. _kelayakan anggaran terhadap sasaran Kinerja yang direncanakan; dan b. konsistensi sasaran Kinerja Kementerian/Lembaga dengan RKP. Penelaahan RKA-K/L diselesaikan paling lambat akhir bulan Juli Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara penclaahan RKA-K/L diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Tahap 4 Kementerian Keuangan menghimpun RKA-K/L hasil penelaahan untuk digunakan sebagai a, bahan penyusunan Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN; dan b. dokumen pendukung pembahasan Rancangan APBN. 25 2. Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN dibahas dalam Sidang Kabinet. 3. Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN hasil Sidang Kabinet disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR pada bulan Agustus, 2) Tahap Penetapan UU APBN Selanjutnya, Nota Keuangan dan Rancangan APBN beserta Himpunan RKA- KL yang telah dibahas dalam Sidang Kabinet disampaikan Pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan Agustus untuk dibahas dan ditetapkan menjadi Undang-Undang APBN selambat-lambatnya pada akhir bulan Oktober. Proses penyelesaian pada tahap ini melalui beberapa tingkat pembicaraan, yaitu: Tingkat 1 Pada tingkat ini disampaikan keterangan atau penjelasan Pemerintah tentang Rancangan UU APBN. Pada kesempatan ini Presiden menyampaikan pidato Pengantar Rancangan UU APBN didepan Sidang Paripurna DPR. Tingkat IT Dilakukan pandangan umum dalam Rapat Paripurna DPR dimana masing- masing Fraksi di DPR mengemukakan pendapatnya mengenai RUU APBN dan keterangan Pemerintah. Jawaban pemerintah atas pandangan umum tersebut biasanya diberikan oleh Menteri Keuangan. Tingkat 11 Pada tingkat ini dilakukan pembahasan dalam Rapat Komisi, Rapat Gabungan Komisi atau Rapat Panitia Khusus. Pembahasan dilakukan bersama-sama Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan. Tingkat IV Diadakan rapat Paripurna DPR yang kedua, Pada rapat ini disampaikan laporan hasil pembicaraan pada tingkat III dan pendapat akhir dari masing- masing fraksi DPR Apabila ada dan dianggap perlu dapat juga pendapat- pendapat itu disertai dengan catatan tentang pendirian fraksinya Setelah penyampaian pendirian akhir masing-masing fraksi selanjutnya dengan menggunakan hak budget yang dimilikinya DPR menyetujui RUU APBN. Setelah DPR menyetujui RUU APBN, pada kesempatan ini pula DPR mempersilahkan Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan untuk 26 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 menyampaikan sambutannya bertalian dengan keputusan DPR tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang ada, agar RUU APBN yang telah disetujui DPR dapat berlaku efektif maka Presiden mengesahkan RUU APBN itu menjadi UU APBN. 3) Tahap Pelaksanaan UU APBN UU APBN yang sudah disetujui DPR dan disahkan oleh Presiden, sudah disusun dengan rinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja harus mendapat persetujuan DPR, Selanjutnya pelaksanaan UU APBN dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga negara dalam melaksanakan anggaran. Penuangan dalam Keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal- hal yang belum dirinci di dalam UU APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian/lembaga negara, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian/lembaga negara. Selain itu, penuangan tersebut juga meliputi alokasi dana perimbangan untuk propinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima Kondisi tersebut berbeda dengan penyusunan UU APBN sebelum diundangkannya UU Nomor 17 Tahun 2003. Ketika itu, UU APBN baru memuat ketentuan-ketentuan secara garis besar yaitu rincian sampai sektor dan subsektor. Agar rencana pengeluaran dan pendapatan itu dapat dilaksanakan, maka diadakan pengaturan yang lebih rinci. Pengaturan demikian dituangkan dalam Keputusan Presiden. Setelah sektor dan subsektor, anggaran rutin diadakan perincian lebih lanjut kedalam program, kegiatan, jenis pengeluaran dan bagian anggaran, Anggaran pembangunan dirinci lebih lanjut kedalam program, proyek dan bagian anggaran, Bila masih ada hal-hal yang perlu diatur lebih khusus lagi, hal ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam _rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diatur tersendiri dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan Negara, yakni UU Nomor 1 ‘Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, cE mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administrastif antar kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah. Selama tahun anggaran dilaksanakan_penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran wang, yang kesemuanya ini harus dibukukan secara cermat, Pengeluaran wang terutama ditujukan untuk pengadaan barang, pembayaran jasa dan pembiayaan proyek-proyek pembangunan_ serta pembayaran cicilan hutang dan bunga. Seperti halnya dalam hal keuangan, dalam hal pengadaan barang, masalah penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran perlu pembukuan yang memadai, Demikian pula dalam hal piutang dan kekayaan negara. Dalam rangka usaha mengadakan pemantapan dan penertiban penerimaan dan pengeluaran negara, telah ditetapkan Inpres No. 4 tahun 2000 tanggal 11 Mei tahun 2000, tentang Penertiban Rekening Departemen dan Lembaga Non Departemen, Secara garis besarnya isi Inpres tersebut adalah sebagai berikut: (a) Semua Departemen dan semua Lembaga Non Departemen harus menyampaikan data tentang rekening yang ada pada Departemen/ Lembaga Non Departemen yang bersangkutan kepada Departemen Keuangan/Direktorat Jenderal Anggaran, yang meliputi: 1) Nama 2) Nomor Rekening 3) Saldo per 30 April 2000 4) Nama Bank di mana rekening itu dibuka 5) Laporan paling lambat harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Mei tahun 2000 6) Selanjutnya harus melaporkan saldo rekening pada setiap akhir bulan, (b) Agar Menteri Keuangan melaksanakan penyempurnaan sistem pengelolaan Kas Negara tersebut dalam rangka usaha efisiensi dan efektivitas administrasi keuangan negara, Tujuan pemantapan dan penertiban penerimaan dan pengeluaran Negara di atas kemudian disempurnakan secara signifikan dalam UU No, 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara melalui penerapan Treasury Single Account (TSA) dalam pengelolaan kas negara yang memungkinkan dana pemerintah dikelola secara optimal untuk mendukung pelaksanaan APBN. Dalam Sistem Kas 28 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 Tunggal (Treasury Single Account), semua rekening keuangan negara berada di tangan satu otoritas yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara. Pasal 70 ayat 4 UU Nomor 1 Tahun 2004 mengamanatkan agar penyimpanan uang negara dalam Rekening KUN pada Bank Sentral dilaksanakan secara bertahap, schingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006 4) Tahap Pengawasan Pelaksanaan UU APBN Di tingkat intern pemerintah, pengawasan pelaksanaan UU APBN dilakukan oleh Inspektorat Jenderal untuk lingkup masing-masing Kementerian/ Lembaga dan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk lingkup semua Kementerian/Lembaga. _Instansi-instansi__tersebut _ melakukan pemeriksaan/pengawasan atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pembukuan uang, barang, _piutang/kekayaan dan hutang negara, Pemeriksaan/pengawasan dilakukan secara periodik selama tahun anggaran berjalan, Sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat § UUD 1945, pengawasan ekstern dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Seperti halnya Inspektorat Jenderal dan BPKP, BPK mengadakan pemeriksaan/pengawasan atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pembukuan uang, barang, piutang/kekayaan dan hutang negara. BPK ditetapkan dengan undang-undang tersendiri dan memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada DPR. Walaupun demikian sesuai dengan penjelasan ayat 5 Pasal 23 UUD 1945, BPK bukanlah badan yang berdiri di atas Pemerintah Dalam kaitannya dengan pengawasan DPR, pada tiap semester Pemerintah membuat Laporan Semesteran. Dalam laporan ini dicantumkan prospek keuangan untuk semester berikutnya, Prospektus demikian perlu diberitahukan kepada DPR agar DPR dapat mengantisipasi kemungkinan adanya Anggaran Belanja tambahan (ABT) untuk semester/tahun yang akan datang. Selain Laporan Semesteran, sebelum tahun anggaran berakhir, Pemerintah membuat laporan sementara pelaksanaan APBN tahun yang berjalan. Apabila ada dan dianggap perlu bersama-sama laporan tahunan sementara ini disertakan RUU APBN 1/P (Tambahan dan Perubahan) yang menggambarkan setiap perubahan rencana keuangan dari yang sudah disetujui DPR terdahulu, Karena 29 laporan ini masih bersifat sementara (tahun anggaran masih belum berakhir), maka angka-angka yang tertera didalamnya masih mengandung perkiraan- perkiraan, Adapun prosedur pembicaraan RUU APBN 1/P, sama dengan prosedur pembicaraan RU APBN seperti telah diuraikan di atas. 5) Tahap Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan UU APBN. ‘Tahap pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN ini dapat digambarkan dalam skema seperti di bawah ini Gambar 3. Hubungan Kontrak Prinsipal - Agen: Solusi Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN berupa laporan keuangan yang disusun atas dasar realisasi yang sudah diaudit BPK, Laporan keuangan tersebut disiapkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya APBN tahun anggaran yang bersangkutan, Laporan keuangan tersebut, sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, setidak-tidaknya terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya). 30 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 Pada Laporan Realisasi Anggaran, tugas pemerintah adalah menyajikan realisasi pendapatan dan belanja negara serta menjelaskan prestasi kerja yang dicapai oleh masing-masing kementerian negara/lembaga. Laporan keuangan tersebut sesungguhnya merupakan upaya konkret dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang disusun secara tepat waktu serta mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. 3.2.3. Struktur dan Format Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Sejak tahun anggaran 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN disusun dalam bentuk rekening scontro (T account). Di sebelah debet, dicantumkan semua penerimaan dan di sebelah kredit dicantumkan semua pengeluaran. Mulai tahun anggaran 2000 struktur dan format APBN disusun dalam bentuk stafel (/ account). Struktur APBN yang demikian itu disesuaikan dengan standar yang berlaku secara internasional sebagaimana digunakan dalam statistik keuangan pemerintah (Government Finance Statistics). Struktur dan format APBN seperti ini dapat digunakan untuk beberapa tujuan yaitu: 1) Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN 2) Mempermudah melakukan analisis komparasi mengenai perkembangan operasi fiskal pemerintah dengan berbagai negara lain. 3) Mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian pelaksanaan dan pengelolaan APBN sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk memperkecil diskripensi dengan data pembiayaan Bank Indonesia, 4) Menghadapi pelaksanaan desentralisasi fiskal sesuai dengan dengan UU No, 33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Mulai Maret 2003 seiring dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, format RAPBN meski menggunakan I-Account mengalami perubahan format pada struktur anggarannya, UU Keuangan Negara mengamanatkan format baru yang disebut format anggaran terpadu (unified budget), yakni tidak ada pemisahan antara anggaran belanja ru dan anggaran belanja pembangunan, tetapi digabungkan menjadi satu. Adapun struktur dan format pokok RAPBN yang berlaku saat ini dapat dilihat pada tabel berikut. 31 32 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 ‘STRUKTUR DAN FORMAT RINGKAS APBN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENERIMAAN DALAM NEGERI Penerimaan Perpajakan Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan SDA Bagian Pemerintah atas Laba BUMN PNBP Lainnya PENERIMAAN HIBAH BELANJA NEGARA, BELANJA PEMERINTAH PUSAT Belanja Pegawai Belanja Baran; Belanja Modal Pembayaran Bunga Hutan; Subsidi Belanja Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain BELANJA DAERAH Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum. Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian KESEIMBANGAN PRIMER ‘SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A-B) PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI Perbankan Dalam Negeri ‘Non Perbankan Dalam Negeri PEMBIAYAAN LUAR NEGERI Pinjaman Proyek Pembayaran Cicilan Pokok Hutan; Pinjaman Program dan Penundaan Cicilan Hutan Dari struktur APBN tersebut dapat kita ketahui bahwa pendapatan negara bersumber dari Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah, Penerimaan Dalam Negeri terdiri atas Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penerimaan Perpajakan terdiri atas Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Pajak Dalam Negeri terdiri atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas 33 Tanah dan Bangunan (BPHTB)}, Cukai, dan Pajak Lainnya. Pajak Perdagangan Internasional terdiri atas Bea Masuk dan Pajak Ekspor. Penerimaan Negara Bukan Pajak, terdiri atas Penerimaan Sumberdaya Alam, Bagian Pemerintah atas Laba BUMN, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya, Belanja Negara terdiri atas Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Belanja untuk Daerah. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Hutang, Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Belanja lain-lain, Sedangkan, belanja untuk Daerah terdiri atas Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dana Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Otonomi Khusus yaitu dana yang disediakan untuk Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Papua sehubungan dengan diberinya Otonomi Khusus kedua Provinsi tersebut. Dana Penyesuaian yaitu dana yang disediakan agar dana Alokasi Umum yang diberikan kepada setiap Provinsi jumlahnya tidak lebih kecil dari jumlah yang diberikan pada tahun anggaran sebelumnya. Jumlah Pendapatan Negara (A) dikurangi dengan jumlah Belanja Negara (B) merupakan Surplus/Defisit Anggaran (A - B) = D. Surplus/defisit anggaran tersebut biasa dinamakan Keseimbangan Umum, Karena mulai tahun 2000 dianut anggaran defisit, maka D merupakan defisit anggaran, Defisit Anggaran tersebut akan ditutup dengan Pembiayaan Anggaran (E), yang terdiri atas Pembiayaan Dalam Negeri dan Pembiayaan Luar Negeri. Pembiayaan Dalam Negeri terdiri atas Perbankan Dalam Negeri dan Non Perbankan Dalam Negeri. Pembiayaan Non Perbankan Dalam Negeri terdiri atas tiga sumber pembiayaan yaitu Privatisasi, Penjualan Asset Program Restrukturisasi Perbankan, dan Obligasi Negara. Privatisasi yaitu penjualan saham-saham BUMN kepada masyarakat (perorangan dan atau perusahaan), baik masyarakat dalam negeri maupun * Berdasarkan UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menggantikan UU No 18 tahun 1997 tentang hal yang sama, sejak 1 januari 2010, pengelolaan PBB Perdesaan dan Perkotaan dan BPHT dalihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kabupaten/Kota, Meskipun pengalihan kedua jenis penerimaan ini dilakukan secara bertahap dengan masa transisi sampai dengan tahun 2014 berdasarkan kesiapan infrastruktur daerah, modul Pengelolaan Keuangan Negara yang ditujukan untuk pegawai pemeirntah pusat ini tidak mencakup PBB dan BPHTB, 34 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 masyarakat luar negeri. Penjualan Asset Program Restrukturisasi Perbankan yaitu penjualan asset bank-bank yang telah diambil alih oleh BPPN Pembiayaan Luar Negeri yang menjadi sumber pembiayaan adalah pembiayaan luar negeri bersih yaitu penarikan pinjaman luar negeri bruto setelah dikurnangi pembayaran cicilan hutang pokok luar negeri, Dalam setiap penyusunan APBN selalu digunakan asumsi, maksudnya sebagai pedoman agar jumlah dan sasaran APBN itu dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan 3.2.4, Reformasi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyusunan APBN dimaksudkan sebagai penjabaran rencana_ kerja Pemerintah untuk kurun waktu satu tahun, Penyusunannya disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara, Dalam penyusunan ini diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan Menurut UU Nomor 17 tahun 2003, dalam hal anggaran diperkirakan mengalami defisit, defisit yang terjadi dibatasi maksimal 3 % dari Produk Domestik Bruto dan jumlah pinjaman untuk membiayai defisit tersebut maksimal adalah 60 % dari Produk Domestik Bruto. Apabila anggaran diperkirakan akan surplus, Pemerintah dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada DPR dengan mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar generasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial. Mekanisme pembahasan dan penyusunan APBN dimulai ketika pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro ‘tahun anggaran berikutnya kepada DPR yang akan diikuti dengan pembahasan dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Kegiatan ini selambat-lambatnya dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei tahun anggaran berjalan. Pada bulan Agustus, Pemerintah mengajukan RUU tentang APBN untuk tahun anggaran yang akan datang beserta nota Keuangan dan dokumen-dokumennya kepada DPR. Pembahasan atas RUU dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. Pada tahap ini, DPR dapat mengajukan usul yang berakibat pada perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU 35 APBN tersebut. Perubahan ini limungkinkan sepanjang tidak berakibat pada peningkatan defisit anggaran. Selanjutnya, selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan, DPR sudah harus mengambil keputusan mengenai RUU APBN yang diajukan Pemerintah. Apal DPR tidak memberi persetujuan atas RUU APBN maka Pemer melakukan pengeluaran _setinggi tah dapat ingginya sebesar angka APBN tahun sebelumnya, Mulai APBN tahun 2005, format penyusunan APBN menggunakan format baru yakni format anggaran terpadu (unified budget) yang melebur anggaran rutin dan pembangunan ke dalam satu format anggaran, Penggabungan belanja rutin (meliputi gaji, pemeliharaan, perjalanan dinas dan belanja barang) dengan belanja pembangunan diharapkan akan mengurangi alokasi yang tumpang tindih. Bersamaan dengan itu, dilakukan juga reklasifikasi belanja negara, Khususnya belanja negara untuk pemerintah pusat. Beberapa perubahan pokok dalam format anggaran ditampilkan dalam gambar berikut: eR ult Gambar 4: Perubahan Dalam Sistem Penganggaran Negara. Disamping format anggaran terpadu, akan dilakukan perbaikan efisiensi dan efekti itas pengelolaan belanja negara serta penyempurnaan manajemen negara melalui anggaran berbasis kinerja, rencana anggaran berjangka menengah 36 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 (medium term expenditure frame work), standar akuntansi pemerintah, reklasifikasi belanja menurut fungsi, organisasi dan jenis. Penerapan anggaran terpadu dan reklasifikasi belanja negara tersebut dimaksudkan untuk: 1. Meng! pemisahan antara kegiatan operasional dengan proyek, khususnya proyek- ngkan duplikasi anggaran yang disebabkan tidak tegasnya proyek non-fisik 2. Memudahkan penyusunan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) guna memperjelas keterkaitan antara output/outcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi. 3. Memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan keuangan pemerintah, 4, Meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah dengan mengacu kepada format keuangan pemerintah sesuai standar internasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, penyusunan APBN mulai tahun 2005 disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang didukung oleh Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). RKP merupakan dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang berisi kebijakan pembangunan untuk periode 5 (lima) tahun, baik yang terkait dengan APBN maupun yang diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan, Sedangkan RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian negara/lembaga, yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis kementerian negara/lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya Berbeda dengan penyusunan APBN tahun-tahun sebelumnya yang lebih bersifat top down, penyusunan APBN mulai tahun 2005 dilakukan melalui proses penganggaran yang mengkombinasikan antara pendekatan top down dan pendekatan bottom up. Dalam penyusunan APBN yang baru, masing-masing kementerian negara/lembaga menyusun rencana kerja (RK-KL) yang didalamnya memuat program-program yang akan dilaksanakan oleh unit-unit organisasi_ yang 7 bersangkutan. Selanjutnya, RK-KL dari semua kementerian negara/lembaga dihimpun menjadi satu Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Bersamaan dengan itu, Pemerintah bersama-sama Panitia Anggaran DPR menetapkan pagu anggaran sementara untuk setiap kementerian negara/lembaga berdasarkan program. RK- KL dan pagu sementara tersebut menjadi dasar bagi masing-mas 1g kementerian negara/lembaga bersama dengan komisi-komisi yang menjadi mitra kerjanya di DPR membagi pagu anggaran sementara ke dalam kegiatan yang direncanakan dan menurut jenis belanja, sehingga tersusun rencana kerja dan anggaran Kementerian negara/lembaga_(RKA-KL). _Selanjutnya, -_kementerian negara/lembaga menyusun dan sekaligus menyampaikan RKA-KL dimaksud kepada Menteri Keuangan, Akhimya, RKA-KL dari semua kementerian negara/lembaga dan RKP dijadikan pedoman dalam penyusunan nota keuangan dan RAPBN dan sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari UU APBN. Salah satu aspek reformasi keuangan negara yang menyangkut penganggaran adalah penerapan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting). Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) adalah penyiapan anggaran negara dimana mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran (outputs) dan manfaat yang dihasilkan (outcomes) dari belanja yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan demikian, anggaran negara akan dituangkan dalam program dan kegiatan untuk mencapai kinerja tahunan dan terintegrasi dari rencana kinerja tahunan (Renja)/operasional Renstra dan anggaran tahunan yang konsisten dari tahun ke tahun sesuai dengan kerangka belanja jangka menengah (Medium Term Expenditure Framework) yang sudah anda pahami. 3.2.5. Reformasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pemerintah bersama DPR, pada tangal 14 Januari 2004, mensahkan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU perbendaharaan Negara tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut atas disahkannya UU Nomor 17 Tahun 2003, Menurut UU Nomor 1 Tahun 204, yang dimaksud dengan Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang 38 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Berdasarkan definisi tersebut, cakupan ruang lingkup Perbendaharaan Negara meliputi 1. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah, Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara/daerah, Pengelolaan kas negara/daerah, Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah awe eer Penyelenggaraan akuntanst dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah 7. Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD 8, Penyclesaian kerugian negara/daerah 9. Pengelolaan keuangan badan layanan umum, dan 10. Perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan Keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pelaksanaan anggaran dilakukan melalui pembagian tugas antara Menteri Keuangan selaku pemegang kewenangan kebendaharaan dengan Menteri Negara/Lembaga selaku pemegang, kewenangan administratif, Dalam Penjelasan Umum UU Nomor 1 Tahun 2004 dijelaskan bahwa kewenangan administratif- yang dimiliki__menteri negara/lembaga mencakup kewenangan untuk melakukan perikatan atau tindakan lain yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, kewenangan melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada menteri negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran. Sedangkan dalam upaya melaksanakan kewenangan kebendaharaan, Menteri Keuangan merupakan pengelola keuangan yang berfungsi sebagai kasir, pengawas keuangan, dan sekaligus sebagai manajer keuangan, Fungsi pengawasan yang di menteri keuangan terbatas pada aspek rechmatigheid (ketaatan pada aturan hukum) dan wetmatigheid (ketaatan pada aturan perundangan) serta hanya dilakukan pada saat terjadinya penerimaan atau pengeluaran, schingga berbeda dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh menteri negara/lembaga atau post-audit yang dilaksanakan oleh aparat pengawasan fungsional. 39 Dalam pelaksanaannya, setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua _—menteri/pimpinan —lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran, Atas permintaan ini, Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden. Dalam dokumen pelaksanaan anggaran dimaksud, masing-masing _kementerian/lembaga menguraikan: 1. sasaran yang hendak dicapai, 2. fungsi, 3. program dan rincian kegiatan, 4, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan 5. rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta 6. pendapatan yang diperkirakan diterima. Pada dokumen pelaksanaan anggaran tersebut dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalam lingkungan kementerian negara yang bersangkutan, Selanjutnya, dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada: 1. Menteri/pimpinan lembaga, 2. Kuasa bendahara umum negara, dan 3, Badan Pemeriksa Keuangan. Untuk memberikan gambaran lebih rinci, pembagian wewenang dan pelaksanaan anggaran belanja disajikan gambar berikut: Gambar 5: Pemisahan Kewenangan dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara 40 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 Mari kita lihat penjelasan atas pembagian wewenang dan pelaksanaan anggaran belanja seperti pada gambar di atas. 1. Tahapan Pembuatan Komitmen Pada tahapan ini, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan. Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/ perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan, 2. Tahapan Pengujian dan Perintah Pembayaran Setelah kegiatan dilaksanakan, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk: a, melakukan pengujian, b. membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan ¢. memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang: a, menguji kebenaran material surat-surat bukti_ mengenai hak pihak penagih; b, meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa; ¢. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan; d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan; e, memerintahkan pembayaran atas beban APBN. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APED bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud, 4) 3. Tahapan Pembayaran Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh Bendahara Umum Negara (BUN)/Kuasa BUN. Dalam rangka pelaksanaan pembayaran BUN/Kuasa BUN berkewajiban untuk: a, meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran; b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum dalam perintah pembayaran; c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; d, memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara; ¢, menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Apabila persyaratan pencairan dana telah terpenuhi, atas tagihan yang menjadi beban negara tersebut dilakukan pembayaran oleh bendaharawan pengeluaran dengan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima. b. Untuk kelancaran —pelaksanaan = stugas_——kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. c. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah: 1, meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran; 2, menguji Kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam. perintah pembayaran; 3. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan d. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan tidak dipenuhi. e. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya, £, Pengecualian dari ketentuan ini diatur dalam peraturan pemerintah, 42 ‘Modul Pengelalaan Keuangan Negara Ujian Dinas Tingkat 1 3.3, Latihan2 ‘A, Jelaskan secara umum maksud dan tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dikelola oleh pemerintah! Sebutkan siklus APBN secara lengkap! Uraikan secara ringkas proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran yang dilakukan oleh Kementerian atau Lembaga! D, Sebutkan rincian isi belanja negara seperti diatur dalam Undang Undang APBN! E. Apa saja isi reformasi keuangan negara di bidang penganggaran? Sebutkan dan uraikan! 3.4, Rangkuman 2 APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Yang menjadi dasar hukum APBN adalah UU APBN, Siklus pengelolaan APBN melalui lima tahap yaitu tahap perencanaan, tahap penetapan, tahap pelaksanaan, tahap pengawasan pelaksanaan, dan tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Mulai tahun 2000 kebijakan APBN antara lain ditentukan bahwa tahun anggaran mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Dilihat dari strukturnya, APBN disusun dalam reker 1g I (1 account) dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan transparansi, dan mempermudah analisis komparasi mengenai perkembangan operasifiskal. Reformasi dalam pengelolaan APBN dimulai dari penganggaran yang menerapkan prinsip anggaran terpadu, anggaran berbasis kinerja, yang menggunakan format I account, bukan lagi T account. Kemudian, pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran secara substantif berada pada pengguna anggaran (Kementerian/Lembaga), dan secara administratif berada pada Kementerian Keuangan. 43

You might also like