You are on page 1of 27
TeLaal PERKEMBANGAN KOTA BARU Oleh Djoko Sujarto ‘Sebagal suatu kote, perayudan ota lama’ Kota yang sudah tumbun dan berkembang-- dengan ‘kota baru'“ola yang dironcanakan dan Sbangun bard sacara utun dan longkap = pada hakeksinya same Saja Keduanya mompunyal batasan dan perwatakan yang sama (Von Mertzsn, Sprevegon, 1976). Namun domikian, sejak awa! dikembangkannya kota baru, maka dari segi Isiah, kniteria, pola Kehidupan sorta dampak sosial budaya, sosial-ekonom dan fiografs, kote baru dtampilkan sebagal wud torsenci yang mempunyai pengertian, batasan serta perweatakan yang dibedakan dengan kota lama ‘Kenyataan itu dapat oiouktkan dengan (uas dan berkembangnya wawasen seita sorotan tarhadap ‘masaleh, fata lak dan por Kehidupan Kola bars" sebaga’ wujud wadah kohidupen perkotoan yang soak Pamiiran pengembangannya, perencanaannya, pengisian dan perkombanganiva kemudian mompunvat Siri tercendin. Wawasan terhadop pongorian, batasan sorta porwatokan ‘kota baru’ yang dlkemukakan ‘para pakar mencakup kota-kota baru yang drencanakan dan ckembangkan sejak masa Siar, KAUSUSIYD Sejak kobanghtan peradaban budaya Masa Yunani Kuno (Gideon Golany, 1976) Wawasan selanjutnya yang berkaitan erat dengan portumbuhan kote-kota baru modern selalu dikeitkan dengan Konsep pemikitan kota bart yang dikembangkan sejax dkenalnya fsafal perencanaan modern {yang dimulai aki aad ke 19, yaiu sejak dicetuskannya konsops) "Garden City olen Ebenezer Howard a Inggris (A.C. But, 1964). Sebagai suatu Konsepsi. kota baru kemusian dlanggap merupakan salah saly cara dalam pemecahan masalah perumahan dan permukiman sola. Konsepel dasar mengenal Kota baru’ yang pada awalnya Gihembangkan’ ch Inggrs ersobut telah berkembang menjadi Tandasan pomivran Konsopsual UntOk memecahkan masalah perumahan dan pormukiman kote Gi belahan bul ainhya, Domitian spesitk dan tipikalnya poriaku ‘kota baru’ ni, sehingge pongertian, batason dan porwatakannya {efah mengelami perkembangan yang tipikal untuk settap negara. GerbagalIteratur membenkan wavacan ang Sool borate Whas’ don barbaga udu pandang (Loyd Rodun, 1964, Jorge &. Hardoy, 1864 ilam A. Robson, 1964: Peter Hel, 1980). Sosa goowons misanya, ahora! wanason Yat enteng Kole Bay gprs (Btan's Now Towns) Kota aru Amonka' American New Tonns). Kola Baru ropa’ (European New fowns), bahkan juga berkembang Wawasan mengena! Kola baru di negara dunia kellga, sepert! Latin Amencan New Towns: African NeW Jeune! dan ‘sian Now Towne, Secara stant Hola Baru’ mempnyal walk yang tipkal lon cog kehidupan porekonomian, sosial-budaye Serta pemmatakan pola faiknya (Bolesiaw Mallsz, 1970; Athons Tochnological hetlulo, 1968). i Indonosia, konsopsi ‘kota boru' juga dikenal mos relatt baru diperkensikan, sejak awal penerapan ‘konsepsi perencanaan kota modem’ sekitar awa! abad ke 20. Penerapan Konsapel kota baru modem yang naa Bart dima cor doxado 4050 n,soport Kola Bary Rebayoran dh sabola seat Jonata fad ita Baru Banjrboru a Sebtahtonngara Borjamasn siau Rela Bor Palankaraya oi Kemantan Konsepsi kota baru" sampai saat ini telah mengalami porkombangan di nogara kita, sebagai salah salu 213, fan’ mengupayakan ‘pemecahan ‘alah porumahan ‘dan pormukiman fata (Rope $a: Ponihran yang Keak akan merjad dosar pengembongen pola a bar’ d Indonesian morupakan tantangan’ yang sangat esencial. Untuk memperofan rentang Wawasan kote bar: maka pengenalan dan pamanoman fora pongoria, batasan don parwalakon Nota bar akan renjed landecan lam Upaya Pengembangen kota-kota baru di Indonesta, Anggota Dewan Redaksi Jumal PYK Staf Pengajar Jurusan Teknik Planologi FTSP.1TB enna 87 strona 1383 stm pen 3 Pengertian dan Faktor Perkembangan Kota Baru Esensi tinjauan terhadap pengertian dan evolusi kota baru dimaksudkan untuk mengenali hake- kat kota baru yang dapat mengarahkan pada u- saha pengungkapan: a. Landasan pemikiran konsepsi kota baru, b. Proses tumbuh kehidupan dan penghidupan di kota baru, ¢. Masalah internal dan eksternal kota baru, 4. Dampak eksistensi kota baru setelah riclalui kurun waktu tertentu. Hal pokok yang akan dibahas berikut adalah: a. Pengertian umum kota baru, b, Perkembangan kota baru, ¢. Klasifikasi jenis kota baru. A. Pengertian Umum Kota Banu Secara terminologis, pengertian kota baru telah berkembang di berbagai negara sesuai dengan perwatakan serta tata lakunya yang tipikal. Di samping terminologi umum sebagai New Town, misalnya dikenal juga newton; neustadt; niew- estad; villeneuve; novgorod; atau novigrad (Von Hertzen; Spreiregen, 1978) Pengungkapan pengertian umum mengenai kota baru merupakan hal yang esensial sebelum kita memahami pengertian kota baru yang tipikal serta yang dapat dikembangkan di indonesia. Tulisan ini diarahkan pada upaya mengungkap- kan pengertian dasar tentang kota baru yang ‘akan menjadi landasan dalam upaya pengem- bangan Konsep Kota Baru di Indonesia. Hal yang perlu menjadi arahan pemikiran adalah bahwa uraian ini periu ada signitikan-nya de- gan kebijaksanaan pengembangan kota dan kota baru secara nasional. Namun sebelum sampai pada pemfokusan ruang lingkup terse- but, maka untuk menunjang pemahaman masa- lahnya ini diperlukan wawasan yang lebih luas mengenai pengertian tentang kinerja, motivasi porkembangan dan pengembangannya serta si fat dan jenis kota baru yang telah ada . Pertama, untuk memberikan definisi yang tegas mengenai kota baru akan mempunyai kaitan dengan suatu kurun waktu tertentu. Jadi, suatu kota dikatakan baru saat dibangun, tetapi tidak au baru lagi setelah berkembang dan tumbuh de- gan berbagai dampak dan akibatnya (Heikki von Hertzen; Paul D. Spreiregen, 1973} Boberapa tinjauan mengemukakan, bahwa pada dasarnya pengertian kota baru bertolak dari: a. Masa/kurun waktu pembangunan/pendirian, bb. Letak geografis, . Fungsi dan jangkauan pelayanan, d.Kemampuan berperan secara internal mau- pun eksternal Berdasarkan faktor waktu, memang sangatlah relatif dalam memberikan pengertian kota baru. ‘Semua kota pada dasarnya mempunyai waktu awal, yaitu saat kota itu didirikan (F.J. Osborn; A. Whittick, 1963). Pengertian yang selalu di- kaitkan dengan kota baru adalah sebagaimana yang dikatakan Lloyd Rodwin berikut: Kota atau kota-kota yang direncanekan didi- rikan dan kemudian dikembangkan secara leng- kap telah ada kote atau kota-kota lainnya yang telah tumbuh dan berkembang terlebih dahutu. Urban Land Institute, Amerika Serikat (1 Verma, 1972), memberikan definisi tentang Ko- ta Baru sebagai: Suatu proyek pengembangen lehan yang lu- asnye mampu menyediakan unsur-unsur leng- kap yang mencakup perumahen, perdagangan dan industri yang secara keseluruhan dapat ‘memberikan: 2. Kesempatan untuk hidup dan bekerja di de: Jam linkungen tersebut, . Suatu spektrum jenis dan harga rumah yang Tengkap. c, Ruang terbuka bagi kegiatan pasif dan aktit yang permanen serta ruang-ruang terbuka yang melindungi kawasan tempat tinggal dari dampak kegiatan industri, d. Pengendalian segi estetika yang kuat, e. Pengadean biaya/investasi yang cukup besar untuk keperiuan pembangunan awal. Advisory Commision on intergovernmental Re- lations memberikan pengertian tentang kota baru sebagai berikut (Pei; Verma, 1972): Permukiman yang mandiri dan berencana de- ngan skala yang cukup besar sehingg: a. Memungkinkan untuk menunjang kebutuhan berbagai atau jenis rumah tinggal dan ke- giatan ekonomi sebagai lepangan kerja bagi penduduk aidalam permukiman itu sendiri. . Dikeliling/ oleh jalur hijau yang menghubung- kan secara langsung dari wilayah pertenian Wowan 3/sereunes 1983 di sekitarnya den juga sebagai pembetas per- kembangan kota dari segi jumlah penduduk dan (uas wilayahnya. ¢. Dengan mempertimbangkan kendala dan li- mitasi yang ada, dapat menentukan suatu proporsi peruntukan lahan yang sesuai untuk kegiatan industri; perdagangan; perumahan; fasittas dan utilitas umum serta ruang ter- buka, pada proses perencansannya. d. Dengan mempertimbengkan fungsi kota ser- ta lahan yang tersedia dapat ditentukan pola kepadatan penduduk yang serasi. Berdasarkan masa perencanaan dan pengem- bangannya, Osborn dan Whittick memberikan batasan dan pengertian, bahwa kota baru di Inggris dan di negara lainnya, umumnya adalah kota-kota yang direnanakan dan dibangun sejak awal abad ke-20, yaitu sejak masa pasca re volusi industri Osbom dan Whittick menekankan, bahwa kota baru _sebenarnya merupakan alternatif upaya untuk memecahkan dan mengatasi_masalah pertumbuhan permukiman tersebar yang tidak terkendali dan kemacetan kota-kota besar, ka- tena semakin berkembangnya kegiatan usaha dan penduduk kota besar akibat perkembangan industri secara besar-besaran pada awal abad ke-20 (FJ. Osborn; A. Whittick, 1968). Batasan yang sama, yaitu berdasarkan kurun waktu ini, juga dipakai landasan oleh beberapa pakar (Lloyd Rodwin, 1965; Athens Technologi Institute, 1964) untuk memberikan pengertian mengenai kota baru. Von Hertzen dan Spreiregen yang lebih mene- kankan dari segi letak geogratisnya memberikan pengertian kota baru sebagai kota yang diren- canakan, didirikan dan dibangun di atas Iahan perawan yang terlepas sampai jarak tertentu yang jelas dari kota induk yang lebih besar. Bertolak dari tinjauan fungsional, Golany me- nekankan pengertian kota baru sebagai kota- kota khusus yang dikembangkan sehubungan dengan upaya pengembangan fungsi tertentu, seperti kota pengusahaan industri, kota pengu- sahaan pertambangan, kota pengusahaan per- kebunan (estate), kota penunjang instalasi ter- tentu seperti instalasi_ militer, instalasi perco- baan atau instalasi pusat ketenagaan. Dalam wawasan yang lebih tuas, dikemukakan pula suatu pengertian, bahwa kota baru tidak owen 9/seproune selalu dibangun sama sekali baru di atas lahan Perawan, tetapi juga mungkin merupakan pe- Agembangan dan pembaharvan permukiman pedesaan atau kota kecil secara total menjadi kota lengkap yang mandiri (Gideon Golany, 1978). Secara umum kota baru dapat diartikan sebagai 1.Kota baru adalah kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada saat suatu atau beberapa kota lainya yang direncanakan dan dibangun sebelumnya telah tumbuh dan berkembang. 2. Kota lengkap yang ditentukan, direncanakan, dibangun dan dikembangkan di wilayah yang belum terdapat konsentrasi penduduk. 3.Kota lengkap yang direncanakan dan diba- gun dalam rangka meningkatkan kemam- puan dan fungsi permukiman atau kota kecil yang telah ada di sekitar kota induk untuk membantu pengembangan wilayah sekitar kota atau mengurangi beban kota induk. 4. Kota yang cukup mampu untuk berfungsi se- bagai kota yang mandiri, dalam arti dapat memenuhi kebutuhan pelayanan serta kegi- atan usahanya sendiri atau sebagian besar dari penduduknya, 5.Kota baru juga dapat berupa suatu ling kungan permukiman berskala besar yang direncanakan dan dibangun untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan di kota be- sar. Secara fungsional, kota baru demikian masih banyak tergantung pada peran dan fungsi kota induknya. Dari segi jarak, loka- sinya berdekatan dengan kota induknya. Ko- ta baru ini dikatakan juga sebagai kota sa- telit dari kota induk tersebut B. Perkembangan Kota Baru Dari tinjauan historis dapat diamati, bahwa pe- Agembangan kota sangat beragam. Proses evo: lusisangat dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor peradaban dan kebudayaan, toknolo: tuntutan kebutuhan dan komunikasi. Berdasarkan beberapa studi literatur, maka pe- ngertian dan batasan kota baru dapat dilan- daskan pada masa pendirian dan pengemba- ngannya. Dalam dimensi masa, tahapan evolusi perkembangan kota baru dapat dibagi menjadi: a. kota baru masa silam dan masa pra revolusi induste, b, kota baru masa revolusi industri, ¢. kota baru masa pasca revolusi industti, 4G. kota baru masa kini. SUM +5 Bedasarkan tuntutan kebutuhan serta dasar ke- mampuan teknologinya, maka motivasi, dasar pertimbangan dan penampilan fisik kota baru pada keompat tahapan masa tersebut berbeda. Studi fiteratur juga menunjukkan, bahwa ben- ‘tuk, fungsi dan penampilan kota baru yang di- kembangkan kemudian pada masa tertentu me- rupakan upaya perbaikan dan pengembangan kota baru pada masa sebelumnya. Antara kota-kota baru yang direncanakan dan dikembangkan pada masa pra revolusi industri dengan masa sesudahnnya terdapat perbedaan motivasi perencanaan dan pendirian yang cu- kup mendasar. Kota baru yang dikembangkan pada masa pra revolusi industri pada dasarnya dilandasi pertimbangan yang berkaitan dengan Pertahanan wilayah kolonisasi atau yang baru dikuasai dan prestise kekuasaan. Kota-kota ba- ru yang dikembangkan sejak masa revolusi dustri melandaskan pada pertimbangan sebagai upaya untuk mengatasi masalah perkembangan kota besar yang semakin hebat karena tekanan penduduk dan kegiatan usahanya. Jadi, usaha memecahkan masalah permukiman dan peru- mahan masih merupakan sasaran dan tujuan u- ‘tama. Motivasi ini bahkan berkembang terus ‘sampai saat ini (T.C. Peng; N.S. Verma, 1972). Berlandaskan motivasi dan hakekat pengemba- gan dan perkembangan kota baru tersebut, maka beberapa literatur memberikan batasan bahwa kota-kota baru yang direncanakan dan dikembangkan sejak masa pasca revolusi indus- tri dikategorikan sebagai kota baru kontem- borer atau Contemporary New Towns. Jadi, evolusi perkembangan kota-kota baru menjadi cerminan dari keseluruhan rangkaian perkembangan kota baru itu. Karena rangkaian proses perkembangan yang berkaitan satu sa- ma lain, maka tinjauan tentang evolusi perkem- bangan kota baru menjadi hal yang esensial dalam upaya mengungkapkan perilaku dan per- watakan kota baru untuk memperoleh wawa- san pemikiran mengenai konsepsi kota baru, khususnya di Indonesie ‘Ada dua hal pokok yang perlu diungkapkan: a. Evolusi perkembangan kota baru dimaksud- kan untuk dapat melacak dasar-dasar_per- timbangan serta motivasi, mengapa kota ba- tu menjadi salah satu upaya pemecahan ma- salah perkotaan. Dalam hubungan ini, uraian soma Pa ‘akan menyangkut kupasan diskriptif tentang hubungan masa pengembangan kota baru, landasan pertimbangan dan motivasi pe- Agembangan serta dampak dari pengemba- gan kota baru tersebut Dengan memfokuskan pada kota-kota baru yang dikembangkan sejak masa pasca in- dustri, yakni kota-kota baru kontemporer, maka selanjutnya akan diidentifikasi batasan dan klasifikasi kota baru dari segi letak geografis, ukuran penduduk serta fungsinya. Esensi uraian ini adalah untuk dapat me ngungkapkan perwatakan umum kota baru. . Evolusi perkembangan kota baru sangat di- tentukan serta dipengaruhi oleh berbagai fak- tor. Oleh karena itu, perlu dikupas mengenai faktor-faktor yang berpengarun dan menen- tukan perkembangan berbagai jenis kota ba- tu, sehingga dapat dikenali landasan serta dasar keberadaannya (raison o’etrel. Kota Baru Masa Silam dan ‘Masa Pra Revolusi Industri Dalam arti yang hakiki, kota baru sebenarnya dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi Kuno dan kemudian pada masa peralihan atau Renaissance di Eropa (Golany, 1976). Motivasi pembangunan kota baru pada masa itu, terutama dilandaskan pada prestise keku- ‘asaan dan pemerintahan, kepentingan militer untuk mempertahankan teritorial yang baru dikuasai, pertukaran barang, atau pembukaan wilayah frontir untuk penghunian baru oleh Para imigran (Gideon Golany, 1976). Beberapa permukiman lama yang dapat di- contohkan sebagai kota baru pada masa Yu- nani, misalnya kota-kota yang terdapat di sepanjang Mediterania sampai ke kota-kota yang didirikan Bangsa Romawi di Mesopo- tamia dan Afrika Utara. Pada abad Peralihan misalnya, kota-kota di sepanjang lembah Ga- ronne di Perancis. Peralihan dari masa silam ke masa menjelang Revolusi Industri di Eropa Barat ditandai ber- kembangnya jenis kota baru lain, yaitu yang bermotif pembukaan wilayah baru atau pe- manfaatan sumber daya alam, khususnya per- tambangan (T.C. Peng: N.S. Verma, 1972). Pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 didi- rikan pula kota-kota baru di wilayah frontier Amerika, seperti Savannah, Georgia (1733), Washington DC (1791), Pullman, Illinois (1880), bahkan lebih tua lagi sey delphia yang direncanakan oleh dan Thomas Holme (1685). Wowon 8 seproanen 1983 Beberapa kota baru yang dikembangkan pada masa silam ini memang sat ini sudah tidak dapat dikenali lagi. Namun beberapa kota, khususnya di eropa Barat dan Amerika, bah kan menjadi awal bertumbuhnya kota masa kini, seperti London, Paris, Washington DC, Philadelphia dan lain-lain. Kota Baru Masa Revolusi Industri Kota baru yang boleh dikatakan lebih kontem- porer pada masa itu baru dikembangkan ber- samaan/menjelang masa revolusi industri. Ko- ta yang diartikan sebagai kota baru pada ma- i ada dua jenis (John Ratcliffe, 1980), yaitu kota pekerja (workers’- town) berupa permukiman skala besar yang dibangun intensif, meliputi rumah gandeng di dekat/sekitar pusat perindustrian pada kota besar yang sudah tumbuh dan berkembang. Pada negara-negara industri saat itu, misalnya Saltaire, New Lanark dan Port Sunlight di Ing- gris dan Skotlandia; kota industri Krupp di Jerman; kota baru Chaux di Perancis; Lowell dan Pullman di wilayah perindustrian Amerika Serikat. Jenis kedua adalah kota baru yang pertama dikenal sebagai kota satelit (satelite town}, yaitu kota yang didirikan untuk me- nempatkan pekerja tetapi tidak terletak dida- lam kota yang sudah tumbuh dan berkem- bang sebelumnya, melainkan di lokasi tersen- diri yang berjarak tidak terlalu jauh dari kawa- san pusat perindustrian. Kota baru yang dapat dikatakan sebagai pe- lopor jenis kota satelit adalah Le Vesenet di sekitar Paris; Riverside, ilionis yang diren- canakan seorang pelopor kota baru Frederick Law Olmsted (Hertzen; Spreiregen, 1973). Sebutan sebagai kota baru terhadap kedua bentuk kota pekerja pada masa revolusi in- dustri ini telah mendapat tentangan yang keras dan menjadi dasar reaksi terhadap ben- tuk kota baru masa industrialisasi. Penentang terkeras adalah Ebenezer Howard, yang mengatakan sebagai kota yang ‘tidak manusiawi’ (FJ. Obsborn, ed., 1966). Kedua bentuk kota pekerja ini direncanakan dan di bangur dengan motivasi kaum industrialisasi besar-besaran. Jadi, pembangunan kedua je- nis kota baru itu terutama ditujukan untuk menunjang perindustrian sehingga dapat di- peroleh keuntungan sebesar-besamya, yaitu melalui penyediaan tenaga kerja yang murah. Dengan tersedianya permukiman pekerja, ma- oun 9/sePToHNE 1983 ka diharapkan dapat dihimpun tenaga kerja ‘semurah-murahnya (Nicholson, 1971). Dengan pertimbangan tersebut, maka poia fi- sik kota baru pada awal dan masa industri- alisasi ini dicirikan dengan penggunaan lahan yang sangat intensif, yaitu dalam bentuk ru- mah susun gandeng dengan ukuran unit ber- kepadatan tinggi, penyediaan prasarana dan sarana lingkungan yang sangat efisien. Dengan motivasi kapitalistik tersebut, maka lingkungan permukiman di kawasan industri semakin mengalami degradasi sosial, ekonomi maupun lingkungan fisiknya. Namun justru kemunculan kedua jenis kota baru tersebut merupakan dasar tumbuhnya ide kota baru modern sebagai reaksi terhadap kegagalan-kegagalannya (Hertzen; Spreiregen, 1978). Kota Baru Generasi Pertama Reaksi yang penting terhadap_permukiman pekerja dan permukiman satelit pada masa revolusi industri tidak lain hanya merupakan suatu cara kapitalistik untuk mempertinggi produktivitas. Bertolak dari reaksi inilah ke- mudian berkembang wawasan baru, yaitu kota baru masa pasca revolusi industri de- gan dikembangkannya konsepsi Garden City yang untuk prtama kalinya dicetuskan sebagai suatu inovasi untuk memecahkan masalah permukiman di kota-kota yang padat industri oleh seorang reformis kemasyarakatan bangsa Inggris, Ebenezer Howard. Masa ini, bahkan dikatakan sebagai awal ke- munculan kota baru kontemporer yang se- sungguhnya (Peng; Verma, 1972), The true contemporary New Town, originally called the Garden City movement, was star- ted in the beginning of the 20th century by an Englishman, Sir Ebenezer Howard (1850- 1928), who first put forward the concept of New Towns as an instrument to improve ‘man's environment. Dasar falsafah Howard tentang kota baru adalah, bahwa bagian-bagian dari kota harus merupakan suatu organisme yang berkaitan satu sama lain serta ada pembatasan fung- sional, sehingga setiap perkembangan mem- punyai kaitan dengan perkembangan kota ter- sebut secara kesoluruhan. ‘Atas dasar falsafah inilah kemudian ia me- gembangkan ide Garden City yang prin- SIWEL POR-7 sipnya adalah mengembalikan manusia pada lingkungan permukiman yang manusiawi; me- gembalikan hubungan erat antara_manusia dan lingkungan; meningkatkan kualitas kehi- dupan secara bermasyarakat dan ekonomis (Osborn, 1966): The main objectives of Garden City Concopt is, in short, to raise the standard of health and comfort of all true workers of whatever grade - the means by which these objects are to be achieved being healthy, natural, and ‘econommie combination of town and country life, and this on land owned by the muni cipality, Secara konsepsual, ide Garden City ini dida- sarkan pada kenyataan yang perlu diper- baiki, yaitu suatu kehidupan yang sudah di- anggap ‘tidak manusiawi’ di kota besar yang mengutamakan kegiatan kerjanya di bidang industei. Keadaan permukiman pekerja_pabrik-pabrik khususnya, dilukiskan sebagai suatu lingku- gan yang telah mengalami degradasi dras- tis di segala bidang kehidupan dan penghi- dupan, yaitu degradasi kemasyarakatan dan moral, degradasi lingkungan fisik dan degra- asi kehidupan ekonomi, Penduduk pedesaan yang melihat kesempatan kerja di kota besar semakin tertarik untuk pin- dah ke kota. Keadan inilah yang kemudian di- lihat oleh Ebenezer Howard sebagai suatu hal yang makin memperbesar degradasi tersebut. Di samping itu, Garden City juga akan ber- Peran untuk menghambat perpindahan pen- duduk pedesaan ke kota besar, seperti dika- takannya sebagai ‘A Concept of Town Coun- ter Magnet’. Pengejawantehan konkret konsepsi ini baru dimulai sekitar awal abad ke-20, yaitu dengan didirikannya Garden City yang pertama di se- kitar London, Letchworth Garden City (1905) dan Welwyn Garden City (1919). Disusul ko- ta baru jenis yang sama yang diselesaikan ta- hun 1947-1948 seperti Crawley, Hemel Hempstead, Harlow, Aycliffe, East Kilbride, Peterlee dan Glenrothes. Kemudian konsepsi pengembangan kota baru juga ditujukan sebagai cara untuk mengupa- yakan pemecahan masalah perumahan di kota besar. Kota-kota baru ini, seperti Bracknell, Basildon dan Cumbernauld diselesaikan tahun 1949. Berdasarkan konsepsi Garden City, Joma Pa kemudian beberapa negara Eropa, Ame rika Serikat seperti Forest Hills Gardens (1903); Radburn, New Jersey (1929); Greenbelt, Ma- ryland (1935); Greendale, Wisconsin (1936). Di Rusia, sejak 1928 juga telah dikembang- kan kota baru, seperti Kota Baja Stalinsk di Iembah Kuzentsk; kota pertambangan batu bara Karabanda di Kazakhstan; kota pusat metalurgi Mazintosorsk di Ural Selatan dan kota baru industri Komsomolik di Siberia. Jadi, konsepsi Garden City Ebenezer Ho- ward bertitik tolak dari reaksi terhadap keme- rosotan kualitas dan kondisi kehidupan di ko- ta besar akibat revolusi industri, Maka untuk mengembalikan lingkungan kehidupan yang manusiawi perlu dikembangkan lingkungan baru yang dapat mengurangi atau menghi- langkan kemerosotan kehidupan di kota besar dengan cara menyerap sebagian penduduk dan kegiatan usaha kota besar tersebut ke lingkungan baru di sekitar kota besar. Jenis kota baru ini kemudian disebut sebagai Kota Baru Generasi Pertama atau Mark / New Towns (J, Ratcliffe, 1978). Perkembangan ko- ta baru generasi pertama atau Mark 1 New Towns telah memberikan berbagai dampak sosiologis, ekonomis maupun segi pertanahan dan lingkungan telah mendorong berbagai u- paya modifikasi dan pengembangan konsepsi Garden City lebih lanjut ke bentuk Kota Baru Generasi Kedua atau Mark 1/ New Town. Kota Baru Generasi Kedua Hampir di seluruh kota-kota negara maju dan negara sedang berkembang, berakhirnya Pe- rang Dunia 1! ditandai oleh meningkatnya pen- duduk kota-kota. Salah satu masalah paling penting dalam hubungan pertumbuhan pen- duduk di wilayah perkotaan adalah semakin membesarnya kota-kota metropolitan, sehin ga penataan kembali dan pengendaliannya anggap kurang efisien dari berbagai segi Dengan berlandaskan pada pengalaman yang telah dilakukan sejak dicetuskan konsepsi ko- ta baru sebelum perang, maka konsepsi kemudian dipertimbangkan sebagai salah satu cara dalam menghadapi masalah perkotaan pada masa pasca PD Il. Jadi kota baru masa akhir PD Il, yaitu antara 1948 sampai perte- ngahan dasawarsa 50-an didirikan dengan motivasi utama pengembangan kota baru belum terbangun. Jenis kota baru ini disebut Kota Baru Generasi Kedua atau Mark i New Town (John Ratcliffe, 1980). own 9/serrou Kota-kota yang dikategorikan sebagai Kota Baru Generasi Kedua di Inggris yang dibangun antara 1960-1955, seperti Corby dan Cum- bernauld. Dibangun antara 1960-1970 se- perti Skelmersdale; Livingstone; Telford; Red- ditch; Runcom; Washington New ‘Town; Ir- vine; Milton Keynes; Peterborough; Newtown; Northampton; Warrington; Central Lancashire; Stonehouse. Di Eropa, antara 1960-1970 terdapat beberapa kota baru di Negeri Belanda seperti Beverwijk, Emmerloord, Em- men, Randstad, Almere Zoetermeer; di Fin- land seperti Tapiola; di Perancis seperti Can- teleu New Town, Mourenx, Surville, Toulouse le Mirail; di Jerman seperti Cologne New Town. Di Asia, Petaling Jaya (Malaysia); Chandigar (india); Islamabad (Pakistan). Di Amerika Latin, seperti Brasillia (Brazil). Di Jepang seperti Hino, Yokaichi. Di Rusia B00 kota baru telah dikembangkan dalam kaitan pengembangan industrian dan pertambangan. Selanjutnya, pengembangan wilayah baru ju- ga telah mendorong pengembangan kota ba- ru, Berbagai jenis kota baru telah dikem- bangkan sejak dekade 1950-an. Motivasi uta- ma yang mendasari perencanaan dan pemba- ngunan kota baru masa ini dkaitkan dengan upaya untuk menunjang pengembangan kegi- atan usaha atau kegiatan seperti eksploatasi sumber daya alam (pertambangan, perkebu- nan), pengembangan industri atau kegiatan Khusus seperti instalasi milter, instalasi pe- ngairan atau pusat pemerin- tahan baru. Motifasi lain adalah, pengembangan lingku- gan atau kota baru sehubungan dengan upa- ya pengembangan wilayah belum berkem- bang atau frontier region. Pengembangan lingkungan atau kota baru ini dilandasi tujuan untuk memindahkan penduduk ke suatu wila- yah frontier dalam rangka pembukaan wila- yah baru, misainya permukiman transmigrasi. Pemukiman ini tidak hanya akan menjadi awal perkembangan suatu wilayah baru, tetapi ju- ga akan merupakan pembentukan pusat-pusat pengembangan wilayah berupa kota baru. Berdasar tinjauan deskriptif, maka perkemba- gan kota baru dari segi masa, proses per- kembangan dan motivasinya dapat disimpul- kan seperti tersaji pada Tabel 1. C. Faktor Perkembangan Kota Baru Seperti telah diungkapkan pada uraian ter- dahulu, bahwa pengembangan dan perkem- owen 9/serrames 1803, bangan kotabaru berbagai kurun masa dilan- dasi berbagai motivasi yang berbeda. Perwu- judan perkembangan kota-kota baru ini kemu- dian sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai faktor. Didalam tinjauan deskriptif di atas dapat diamati, bahwa faktor-faktor ter- sebut untuk berbagai negara juga akan berbe- da, Namun secara umum, dari tinjauan terse- but dapat dildentifikasikan, bahwa faktor-fak- tor yang berpengaruh dan menentukan pe- Agembangan dan perkembangan kota baru ‘mencakup faktor sosial dan ekonomi, Faktor Sosial Dua faktor sosial utama yang sangat berpe- garuh dan menentukan pengembangan dan perkembangan kota baru umumnya adalah: . Faktor Kependudukan Revolusi industri yang terjadi pada akhir abad ke-19 dan disusul dengan dampak- ‘nya pada awal abad ke-20 telah menye- babkan arus urbanisasi dari pedesaan ke kota-kota. _Kesempatan kerja yang m: meningkat sehubungan dengan industrial asi besar-besaran telah menyebabkan se- makin meningkatnya penduduk kota-kota industri (Lesley E.White, 1965). Perkembangan penduduk kota besar yang semula telah menarik mereka karena ter- bukanya kesempatam kerja telah menga- lami berbagai degradasi. Keadaan inilah yang memacu timbulnya berbagai reaksi dan arah pemikiran baru untuk mencari pemecahannya. Kalau kita amati keadaan kependudukan tersebut, maka sampai ki tampaknya masih merupakan faktor berp ngaruh dan menentukan dalam permasa- lahan perkotaan, khususnya masalah pem- bangunan kota baru. . Kualitas kehidupan bermasyarakat; Makin padat penduduk kota industri, ma- kin menurun pola kemasyarakatan karena lingkungan kehidupan yang mengutama- kan efisiensi ekonomis, telah menimbulkan berbagai degradasi sosial. Keadaan di kota industri pada masa pasca revolusi industri mengalami penurunan dalam pelayanan pendidikan, Kesehatan, peribadatan, rekre- asi_ dan. hubungan antarpenduduk. Kea- dan demikian dikemukakan para reformis kemasyarakatan, antara lain Ebenezer Ho- ward sebagai keadaan lingkungan yang ‘ti dak manusiawi’. Situasi sosial ini kemu- dian menjadi salah satu pertimbangan sa- gat penting dalam pengembangan kon- sep-konsep dasar kota baru. SAL 9 Tabel 1 Perkembangan Kota Baru dari Segi Masa, Proses Evolusi dan Motivasi Pengembangan ssa worwasi idewoancan proses evs! ee Fea Bara asa iy vast Wigrast ~ Prestee Kehuasaan as BG an nann eee Phan roots | Et nore so dr sa ve a es BEE aan reer Bghgpogunen 777 eh scare” co SE mm sitar bangsa Industraisasi besaet Intensit Urbantsast Ekondmi Kapitalistk Peningkatan Produlvitas Ekspldtasi suber ddoya iam dan manusia ola Bary Masa Pasca lngusiaizas an Meningkatian alas ke jt Indust Ubanisasi faerie omsetasan kepadatan snduduk Degratiasisosial ekonomi 2, Pembentukan ti an tinghungan tie layak yang mands casi Kuatas kone ‘upon arising 4. Kocorasian lingkungan Sostl dan lnglungan fisik cae 5. Pengendaiaa ponggunaan lengmibatkan kehidu- pan yaa aya dan ma Grbanisasi dan Tncustialsast Eemortan smbangunan + Fema er Wilyan Nefopoltan kiman dan porumahan, eee Pesta besar [ Porkembangen ko Spotncls dan kort Menghambat arus urbanisash dan momporbetki Kualtas fefictpar owen 97 erroueen 198 Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang berpengaruh dan me- nentukan dalam pengembangan dan perkem- bangan kota baru (P.B. Desai, Ashish Bose, 1965; T.C. Peng, N.S. Verma, 1972) menca- kup dua hal pokok, yaitu: a. Kegiatan Usaha Kehidupan masyarakat, khususnya di ko- tarkota, akan sangat ditentukan pula oleh kegiatan usahanya. Sebagaimana dapat di- ungkapkan dari fakta historis, bahwa ter- jadinya arus perpindahan penduduk sema- sa industrialisasi besar-besaran dikarena- kan semakin luasnya lapangan kerje dan usaha di kota-kota besar. Terbukanya ke- sempatan kegiatan usaha pada pusat-pu- sat atau kota-kota yang baru, memung- kinkan untuk membelokkan perhatian ali ran penduduk ke arah tersebut (P.B. De- sai; Ashish Bose, 1965). Pemikiran mu- takhir menyimpulkan, bahwa upaya men- dekonsentrasikan kegiatan usaha dapat membantu mengurangi beban yang harus ditanggung kota-kota besar yang umum- nya merupakan pemusatan berbagai lapa- rngan kegiatan usaha. ». Politik Ekonomi Berdasarkan sistem politik perekonomian, T.C. Peng dan N.S. Verma mengemuka- kan 3 jenis pembangunan kota baru, yaitu: 1. Kota baru yang dikembangkan di nega- ranegara dengan sistem politik pereko- nomian campuran atau mixed economy system. Dalam sistem ini sebagian sistem pere- konomian ditangani oleh sektor swasta, sesuai dengan pengaweasan, pe- ngendalian dan perencanaan yang disu- sun oleh sektcr pemerintah. Inggris me- rupakan salah satu contoh jelas negara yang menyelenggarakan pola _pemba- Agunan kota baru yang dilandasi sistem Perekonomian campuran. Pembangunan kota baru di inggris sudah merupakan bagian dari pola Kebijaksanaan Pemba- Agunan Nasional yang mengikutsertakan swasta yang dikendalikan dan berdasar rencana pemerintah. 2.Kota baru yang dikembangkan di nega- ranegara dengan sistem perencanaan perekonomian terpusat atau centrally planned economic system. Sistem perekonomian demikian terdapat pada _negara-negara sosialis. Kegiatan Perekonomian sepenuhnya_tergantung pada investasi sektor pemerintah yang neuen s/strroane 1939 berazaskan konsep sosialisik. Atas dasar sistem ini, maka perencanaan dan pem- bangunan’ kota-kota baru di beberapa negara sosialis, khususnya di Sovyet Rusia sepenuhnya menjadi wewenang dan kebijaksanaan pemerintah, 3.Kota baru yang dikembangkan di nega- ra yang mempunyai sistem perekonomi an bebas atau free or private enterprise economic system. Dalam sistem ini, sistem perekonomian tergantung sepenuhnya pada mekanis- me pasar. Amerika Serikat_merupakan contoh yang menganut sistem ini. Di bawah sistem perekonomian bebas ini Perencanaan dan pembangunan kota baru berada dalam wewenang sektor swasta. Dengan demikian, maka moti- vasi keuntungan merupakan landasan u- tama. Investasi yang besar termasuk berbagai bentuk resiko finansial menjadi tanggung jawab swasta. Pembangunan kota baru menarik bagi swasta (real estate) apabila mekanisme pasar sedang berada dalam keadaan baik. Faktor Lahan Dua hal dari faktor pertanahan yang berpe- ngaruh dan menentukan dalam perencanaan dan pembangunan kota baru, yaitu: a, Pola Guna Lahan (Robin H. Best, 1981); Kota baru merupakan proyek pembangu- nan permukiman berskala besar yang me- meriukan lahan ivas. Salah satu yang menjadi permasalahan, adalah pembangu- an kota baru yang menyebabkan peru- bahan pola penggunaan lahan pertanian a- tau konservasi menjadi lahan terbangun. Lebih jauh lagi, bahwa perubahan peng- ‘gunaan lahan ini juga mempunyai dampak terhadap perubahan pola sosial ekonomi di wilayah pertanian. Para petani yang semu: la menggarap lahan usaha terdesak dan harus mencari lapangan pekerjaan_ lain. Dengan demikian, maka pertimbangan po- la penggunaan fahan merupakan faktor penting dalam perencanaan kota baru. b. Harga Lahan (P.A.Stone, 1970); Kenaikan nilai dan harga lahan umumnya merupakan konsekwensi dari perubahan Penggunaan dan pemanfaatan lahan. La- han yang semula penggunaannya tidak pasti, dijadikan kawasan yang produktif akan ‘menaikkan nifai dan harga lahan. Pembangunan kota baru yang memerlukan lahan lvas akan membutuhkan investasi pengadaan lahan yang sangat besar. Pada pembangunan kota baru yang secara sana PAK = Iengkap terdapat komponen-komponen ke- giatan fungsional yang bersifat produktif, memeriukan suatu yang sangat peka ter- hhadap kemungkinan kenaikan harga lahan. Dalam hubungan ini, spekulasi lahan meru- pakan salah satu dampak yang umum. Pe- fanan pemerintah yang memungkinkan un- tuk melakukan pengendalian atas harga la- han sesuai dengan peraturan yang ada, ‘akan sangat penting peranannya dalam perencanaan dan pembangunan kota baru. Atas dasar ini, maka dalam perencanaan dan pembangunan kota baru di Inggris, peranan pemerintah dalam pengendalian Jahan sangat besar (Peng, Verma, 1972). Kategorisasi Kota Baru Dari tinjauan secara deskriptif mengenai evolusi kota baru, maka dapat diidentifikasikan bahwa sesuai dengan fungsi dan tujuannya, kota baru sangat bervariasi dari segi lokasi, jenis serta po- la fisiknya. Namun secara fungsional, pada da- sarnnya, dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama. A. Kategori Umum. a. Kota baru yang direncanakan dan dikem- bangkan dalam kaitan dengan kota yang telah tumbuh dan berkembang. Umumnya jenis kota baru demikian dimak- sudkan sebagai salah satu upaya mem- bantu memecahkan masalah di kota yang telah ada. Kota baru demikian dimaksud kan, misalnya, untuk memecahkan masa- lah kekurangan perumahan atau dalam rangka perluasan kota. Kota baru demikian dikatakan sebagai supporting new town atau kota baru penunjang, karena berpe- ran sebagai penunjang bagi eksistensi kota yang telah ada serta berkembang. Kota baru penunjang secara ekonomis dan sosial, fungsinya tmempunyai_ ketergan- tungan pada kota induk. Pendirian dan pe- ngembangannya didasarkan pada kebutu- han untuk membangun permukiman baru berskala besar yang akan membantu me- mecahkan masalah kekurangan perumah- an di kota besar yang berperan sebagai kota induk. Di samping itu, kota baru pe- nunjang dapat juga dikembangkan dari ko- ta kecil di sekitar kota besar yang berjarak tidak jauh. Secara geografis, kota baru penunjang dibangun pada wilayah tertentu 12 soma Pa yang jaraknya berdekatan dengan kota in- duk. Dengan demikian, maka pada umum- nya terdapat suatu pola mobilitas ulang- alik (commuting) antara kota baru dengan kota induk. Secara fisik, kota baru penun- jang terpisah oleh wilayah tidak terba- gun, seperti pertanian hortikultur atau ja- ur hijau, Jarak fisik dari kota induk umum- nya kurang dari 60 kilometer. Dari beberapa studi literatur dapat dike- mukakan suatu batasan, bahwa kota-kota baru penunjang ini adalah: 1.Permukiman lengkap berskala besar di pinggiran/di tuar kota induk (dormitory town) yang disebut sebagai kota satelit (satellite town), 2. Kota kecil di sekitar kota induk yang di- tingkatkan dan dikembangkan, Kedua jenis kota baru penunjang ini juga dapat merupakan kota baru metropolitan, yaitu kotayang berada di wilayah metro: politan yang menunjang fungsi sebagai ko- ta utama wilayah metropolitan tersebut. Kota baru yang direncanakan dan dikem- bangkan tersendiri, meski fungsinya berka- itan dengan kota-kota yang telah tumbuh dan berkembang, tetapi kota-kota ini di- kembangkan dengan fungsi khusus yang bekaitan dengan potensi tertentu. Kota demikian dapat dibangun sama sekali baru di atas_wilayah perawan atau dari suatu permukiman atau kota kecil yang kemu- dian dikembangkan, sehingga memiliki ke- lengkapan sebagai suatu kota. Kota baru demikian dikatakan. sebagai independent new town atau self sufficient new town atau kota baru manditi. Kota baru mandiri secara ekonomis, sosial dapat_memenuhi_kebutunannya_ sendiri, paling tidak sebagian besar penduduknya. Dari segi geografis, kota baru mandiri ber- lokasi di wilayah tersendiri yang berjarak cukup jauh dari kota yang ada, dan secara fisit terpisah oleh wilayah bukan_permu- kiman seperti pertanian, hutan, jalur hijau ‘atau wilayah non urban lainnya. Jarak fi- sik dari kota induk umumnya lebih besar dari 80 kilometer. Termasuk kota baru mandir’ ini adalah: 1. Kota pusat pemerintahan, 2. Kota industri, 3. Kota pertambangan, 4. Kota usaha kehutanan, oon 9 serreuoea 1883 5. Kota instalasi ketenagaan, Berbagai metode dikemukakan dalam berba- 6. Kota instaiasi milter, ‘gai studi yang pernah dibuat untuk menen- 7. Kota pusat rekreasi (recreation resort), tukan besaran penduduk optimum kota baru 8. Permukiman khusus berskala besar. Studi yang pernah dibuat oleh Marcial Eche- nique, David Crowther dan Walton Lindsay Pengertian dan kategorisasi kota baru terse- (1969), yaitu dengan membuat analisis ban- but secara singkat dapat disajikan datam Ta- dingan antara tiga kota baru di Inggris Steve- bel 2 berikut ini. nage (Kota Baru Gonerasi Pertamal; Hook (Kota Baru Generasi Kedua) dan Milton Key- ness (Kota Baru Kontemporer} dengan sebuah Peseran(Kota| Bard kota_yang telah tumbuh dan berkembang Seperti hainya menelaah ukuran kota dari segi (Reading) dan studi dari Sundaram (1977) da- jumnlah penduduk, maka untuk kota baru pun pat disimpulkan: sangat sukar untuk menentukan batas besa- Pada desarnya, beseran atau ukuren kote s2- ran jumlah penduduk paling ideal. Berbagai gat ditentukon oleh vkuran_ ponduduknya, literatur telah mengemukakan batasan ukuran Penentuan bessran penduduk ini dilandaskon Optimal yang bervariasi pada ukuran optimum atau optimum size Tabel 2 Pengertian dan Kategorisasi Kota Baru SIFAT JENIS FUNGS! DASAR LETAK KEMAMPUAN "KOTA BARU KOTA, PENGEMBANGAN —GEOGRAFIS. KOTA BARU KOTA Mandi. Kola umum ~ Pusat Pemerintahan - Dikembangkan pada- Pada wilayah baru hanporawan '"- Bojarakigomn car = Dikombangkan dai 60 kilometer dar kota Rots Rect yang Socaratau hola merengah telah ada fatnnya 2. Kota perusa: ~ Kota Indust) = Dikembangkan pada~ Pada wilayah tahan perawan isan Kola perlambangan ” lanan perawan flaw paca’ pormuxinan. Rota Usaha hutan if atau fota vec yang telah + Okembangian pads Setkerbong din umbuh ermokiman aac kote Fang berdelatan = Pada umumaya beriarak Gergamlagiian —” lobit beta dar co tometer ‘icemBangaan kota menengah laianya += Tegpisah olah wilayah bokan kota 3.Kotakhusus - lnstalas! milter = Oikombangkan «Pada wil Instalas pada laa perewan!” frukimanila Reel yeng ada 2 Busat felayah berg «Borja isi fobnh bosar ercobaan Bikembangkan dari” ‘Gali 60 Keomater dar kota ~ Batat rotroasi armani sia’ besa’ atau Hota mesongah (reson rota hecl yang teleh Tainnya, = Peimukiman krusus ada = Faepah en witayan buen Penunjang 1. Kotabaru sa - Perumahanipemuki- - Dkembangkan pada Wil, Pinggiran Luar Kota Yard uRata ““" ” fanengkap (dere, lahankosohg dn = Beqjaraiemaksimum 20 Saas ping. tary own igen 1900 eae dct gu dantusr G - Eormeniman ber- Majdipiaggiran "°° ~ Narpisahelek auata four inbosar Skala bosar uaskoa hse (aroun Batt) 2.Kotabary, | - Perumanenipamut pan tas hots ei Movopottan "man berskala jangembangan rt ‘sda ef SEryanatengkap —perukimarcateu ~ Boravek sampai $0 Klome: {tabi hegialan ota kectyag {pr dar ola Iaduk KeGa'sethgian be ausah ade « Yecotan oleh wayah bukan Ssrpendudvinya oi fowtarkotarmoto kote etd indo polis di wiayen fretropotitat omen 9/StPromes 1999, ena AK 13 kota. Jadi, dasar penentuan jumlah penduduk kota yang direncanakan, pada hakekatnya adalah suatu prinsip optimasi, yaitu dengan dasar anggapan, bahwa perlu ada batas jum- lah penduduk terkecil yang masih dapat diper- timbangkan sebagai jumlah yang dapat dipa- kai sebagai kaidah pemerataan dan efisiensi dari berbagai upaya pengadaan bagi kebutu- han kota tersebut. Beberapa_pengalaman mengemukakan cara penentuan ukuran penduduk optimal yaitu yang merupakan hasil pengembangan perhi- tungan yang didasarkan kepada prinsip opti- masi yang menyangkut: a.Ukuran optimum lahan tempat tinggal yang layak bagi setiap keluarga atau uku: ran optimum lahan yang paling ekonomis untuk digarap. Dalam hal ini, perhitungan didasarkan pa- da analisis input-output yang akan meng- hasilkan pendapatan tertinggi. Untuk lahan bukan pertanian, pendapatan ini dapat di- dasarkan pada pajak terbesar yang dapat Giperoleh dari berbagai variasi proporsi la- han persil dan bangunan. Sedangkan un- tuk permukiman yang mata pencaharian penduduknya di sektor pertanian, maka erhitungan didasarkan pada jumlah petani yang dapat ditampung, besar pendapatan dari garapan lahan dan nilai investasi un- tuk menggarap lahan tersebut. b.Jumlah penduduk minimum yang dapat mendukung pengoperasian yang efi dan ekonomis dari pengadaan fasilitas dan prasarana_pelayanan kebutuhan kota yang esensial. Dalam hal ini yang harus dihitung adalah jumlah penduduk pendukung mini- mum untuk dapat mengoptimalkan peng: operasian fasilitas pelayanan. cc. Jumlah penduduk minimum yang dapat menunjang biaya pemeliharaan dan opera- sional dari berbagai pelayanan kebutuhan kota yang akan disediakan. Jadi dasar yang diperhitungkan adalah besarya pe- masukan minimal yang dapat dipakai un- ‘tuk membiayai pemelinaraan dan pengo- perasian fasilitas yang disediakan. Untuk perhitungan-perhitungan_tersebut diperlukan data yang cukup berdasarkan penelitian empirik. Tetapi dengan menda sarkan pada beberapa studi bandingan dari beberapa kota baru di beberapa negara termasuk di Indonesia, dapatlah kiranva mempunyai gambaren umum tentang ba- tas jumlah penduduk optimal tersebut, Berikut ini dikemukakan hasil_pengamatan dari literatur mengenai besaran kota baru dari 14 sum Pv segi jumlah penduduk, jarak dari kota induk atau kota menengah dan kota besar lain, ser- ta perkiraan besarnya penduduk yang tergan- tung kegiatan kerjanya dan pelayanannya ke- pada kota induk, kota menengah atau kota besar tainnya. Gambaran tentang jenis, jarak fisik dari kota lain dan keadaan kependudukan serta keter- gantungan penduduk berdasarkan studi ban- dingan pada beberapa kota baru dapat dilihat pada Tabel 3. Secara umum, konsepsi peren- canaan kota baru yang dikembangkan di Inggris dan negara Eropa lain, mengemukakan beberapa batasan seperti terlihat di Tabel 4. Perkembangan Kota di Indonesia Porkembangan kota dan kota baru, umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor-faktor berkaitan dengan tata nilai, pola sosial-budaya, keadaan sosial-ekonomi, keadaan sosial-politik dan letak geogratis. Indonesia, yang mempunyai pola sosial-budaya, sejarah perkembangan, pola so- sial-politik serta letak geografsi tertentu, de- gan sendirinya juga akan mempunyai faktor pengaruh dan penentu tertentu dalam perkem- bangan kota-kota dan kota-kota barunya. Untuk menggali faktor yang mendasari konsep- si perencanaan dan pengembangan kota baru di Indonesia, maka penelusuran mengenai hake- kat dan perwatakan perkembangan kota baru Indonesia akan merupakan hal sangat esensial. A.Perkembangan Kota Masa Pra VOC dan Masa Kolonial 1. Perkembangan kota zaman pra-VOC, yaitu kota-kota yang direncanakan dan’ diba- ngun pada masa sebelum kedatangan VOC. Kota-kota pada masa ini seperti Ma- japahit (Trowuian), Mataran, Banten Lama yang direncanakan berdasarkan_pertim- bangan-pertimbangan tradisional. Motivasi utama pengembangan kota pada masa ini didasarkan pada pertimbangan kekuasaan pemerintahan dan penguasaan wilayah. 2.Perkembangan kota zaman VOC, yaitu pada masa kota-kota kolonial dikembang- kan di Indonesia, Kota-kota masa ini bia oman 9/serrouatn 1983 Tabel 3 Gambaran Hasil Studi Banding Beberapa Kota Baru Joni Kota Jarake Jumiah —Prosentas!_Proseniase penduduk Kota Baru Bary fisik dart penduduk pekerla yang manggunakan ota Iainikota optimal dl kot ina (im) va)” Kenning (m) Inggris Basiidon satelidormitory a 80.000 82 ez Crawley sateliviengkap © 62.000 75 2 Stevenage satelitiengkap © 50.000 62 1s Newtown Ayclife mandir e 20.000 2 : Cumbernauld — mandi 72 0.000 India Chandigarh mandi 0 42.000 2 - Durgapur ‘mandisi 250 125.000 at 10 Faridabad porusahaan 7 40.000 2 4“ Jagannatnnagar satel 2 60.000 85 92 epang Hino satelt “4 30.000 a a Yokkaichi mandi 49 100.000 10 10 Malaysia Potaling Jaya —_satelt 5 70.000 % 65 Hong Kong. Tsuen Wan satel 10 84.000 80 8 Bolanda Boverwie ‘metopalitan 20 150.000 2 20 Emmeloors mandir ey 10000-12000 2 Alms ‘metropotitan Zootemeer ‘metropolitan Moxico Bernardino Indust 10 60.000 10 20 Venezuela Santo Tome mandidl 850 35.000 : : 0 Guyana owen 9/seoreuen 1889, ve PeK- 18 16- sum Pa Tabel 4 Beberapa Batasan dalam Konsepsi Perencanaan Kota Baru yang Dikembangkan di Inggris dan Beberapa Negara Eropa _— Konseps! Penunjang Kota Baru Menairl SSS es Gardon City (Ebenezer Howard) : Penduduk (wa) 120.000 - 95.000 Ketergantungan ppokerjaan ke kota indukfiota tain (%) 60-20% Ketergantungan fasiitas pelayanan ko kota indukfain (%) 75-90% Jarak fist ko kota ind (torneter) 10-20 Indian New Towns (Sundaram,t977)) Penduduk gia) 15,000 40.000 Ketergantungan ekerjaan ko kota Indukfkota tain (%) 7 Ketergantungan faciltas pelayanan ke kota indukfain (8) 5 Jake fii ke hota Indukykota lain (on) 8-20 European Now Towns/Contemporary Bath New Towne (Gaye Rodhrn) Penduduk Gia) 20000-35000 Jorak Fisk ho kota lain 5-20 150.000 - 80.000 10-25% 5.10% 40 49,000 100.000 18 35.000 - 100.000 100 gee owen 9/serrovaan 1383 sanya berupa perbentengan yang berpola kote abad pertengahan di Eropa Barat, seperti benteng yang berfungsi sebagai kota di Sunda Kelapa, Batavia (1627); Se- marang (1708) dan beberapa kota ben- teng lain di kepulauan Maluku, Sulawesi Selatan dan lainnya. Kota masa VOC me: rupakan suatu_bentuk awal_pertumbuhan kota kolonial (Terry McGee, 1969). Kota-kota kolonial yang lebih terbuka ke- ‘mudian berkembang sampai akhir abad ke- 19, seperti Batavia sampai ke Weltervre- den (1858-1870) dan pada tahun 1883 dikembangkan pula sampai ke Tanjung Pri- ok di sebelah timur laut. Motivasi pengembangan kota benteng ter- utama didasarkan pada pengamanan wila- yah kekuasaan, pertahanan terhadap sera- gan dari dalam maupun dari luar dan penguasaan perekonomian tanah jajahan. Perubahan besar dalam perkembangan ko- ta di Indonesia ini terjadi menjelang dan a~ wal abad ke-20. Pada masa ini mulai di kembangkan kota-kota kolonial yang dida- sarkan pada kaidah perencanaan modern IT. Nix. 1949; Wertheim, 1955} B. Perkembangan Kota Masa Kolonia Abad Ke-20 Kota koloniat awal abad ke-20 adalah kota yang dikembangkan sejak aval abad ke-20. Sekalipun beberapa petunjuk sejarah telah mengindikasikan, bahwa pola kota berencana di Indonesia telah ada sejek masa sebelum datangnya kaum Kolonial, tapi kota yang di- landasi pemikiran perencanaan kota modern baru muncul sebelum awal abad ke-20. Bebe- rapa peristiwa pada masa sebelum perang sangat penting peianannya sebagai tonggak perkembangan perencanaan kota modem Indonesia adalah a.Revolusi industri di Eropa paling tidak memberikan dua pengaruh penting. Per- tama, bahwa meningkatnya kebutuhan ba- han mentah bagi perindustrian di Eropa se~ perti produk perkebunan (karet, kina, teh dan lainnya}, rempah-rempah dan bahan mineral telah menyebkan timbulnya kota- kota administratur di Indonesia. Kedua, bahwa konsep-konsep perencana- an modern pada masa itu yang dicetuskan reformis fingkungan hidup Patrick Geddes atau konsep kota taman (garden city concept! yang dikembengkan oleh seorang revormis kemasyarakatan bangsa Inggris telah pula menjadi landasan beberapa kota ‘Nenen 9/serrowne 1293 ‘modern di Indonesia yang dikembangkan oleh perencana kota bangsa Belanda masa ‘tu, yaitu I.Thomas Karsten pada dekade pertama abad ke-20. Politik kufturstelse! pada masa Van Den Bosch menimbulkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pe- rencanaan wilayah dan kota, ditandai_la- himya UU Agraria (Agrarische Wet) 1870. Dikembangkannya perkebunan tanaman keras dapat dianggap pula sebagai awal perkembangan wilayah pertanian dan ko- ta-kota administratur perkebunan dorp ru- imteljke vormgeving (T. Nix, 1949), khu- susnya di Jawa. Politik Etika (Etische Politiok); berdasarkan reaksi para reformis Belanda telah dikem- bangkan politik balas budi. Politik ini telah berdampak penting dalam perkembangan Perencanaan kota di Indonesia antara lain perbaikan mutu lingkungan kota, salah sa- tu adalah dikembangkannya upaya perba- ikan kampung kota tempat tinggal pribumi (kampung verbeeterings} pada 1934; pro- gram transmigrasi ke Lampung (1905) un- tuk mengurangi kepadatan penduduk Ja- wa, di samping juga untuk membuka wila- yah potensial baru. |.Pengembangan perangkat institusi_ dan konstitusi baru, khususnya dengan terbit nya Undang-undang Desentralisasi (0. centralisatie Besluit Indische Steatblad 1905/1371. Berdasarkan UU ini terbentuk sistem kota- praja (stadsgemeente) yang bersifat oto- nom. Juga berkembang konsepsi perenca- naan kota kolonial modern, khususnya garden city-tunstad (T, Nix, 1949). Dalam hubungan ini kemudian Ir-Thomas Karsten mulai memperkenalkan konsep pembangu- nan kota di Jawa serta draft undang- undang pembangunan kota, yaitu Toelich- ting op de stadsvormingsordonantie stads- gemeenten Java (Erica Bogaers, 1983) Selanjutnya, pada 1948 telah diterbitkan peraturan (Ordonansi) perencanaan pem- bangunan kota yang terkenal dengan na- ma Stadsvormingsordonantie (SVO) Staat- sblad 1948/ 168 sebagai peraturan pokok perencanaan fisik kota khususaya untuk Batavia, Salatiga, Pekalongan, Semarang, Tegal, Surabaya, Malang, Padang, Palem- bang, Banjarmasin, Cilacap, Tangerang, Bekasi dan wilayah sekitar Kebayoran dan Pasar Minggu (Supangkat, 1971). Sebagai peraturan pelaksanaannya, pada 1949 di terbitkan Stadsvormingsverordening (SVVI Steatsblad 1949/40. sma wR 17 €. Perkembangan Kota Dekade 1950-an Dekade 50-an dapat dikatakan merupakan ‘masa transisi dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan yang menyangkut berbagai bi- dang pembangunan di Indonesia (Benjamin Higgins, 1958). Dalam bidang pombangunan kota, juga terjadi gejolak menyangkut perkem- bangan penduduk perkotaan dan pembangu- nan kota, Sebelum perang, kota-kota di Indonesia, khu- susnya kota-kota yang dikategorikan sebagai kota besar seperti Jakarta, Semarang, Sura- baya, Medan, Bandung, Ujungpandang (Maka- sar) telah mengalami perkembangan dan per- ‘tumbuhan yang pesat. Tetapi, sejak awal dekade 50-an perkemba- Agan penduduk telah memperlihatkan kadar yang lebih tajam. Berdasarkan tinjauan statis- tik, Indonesia pernah melampaui angka tak- siran penduduk di daerah perkotaan Indonesia yang diproyeksikan akan mencapai 9,1 % pa- da 1960, kenyataannya berdasarkan sensus penduduk 1961, dengan memakai kriteria sa- ‘ma, menunjukkan angka 15,6%. Dari pertum- buhannya, dalam kurun 1950-1960 besarnya rata-rata 3% per tahun; antara 1961-1971 sebesar 3,6% por tahun dan antara 1971- 1981 per tahun rata-rata 5%. Dibandingkan dengan negara berkembang la- innya memang secara agregatif tingkat urba- nisasi di Indonesia ini relatif masih rendah. ini bisa dilihat dari beberapa analisis. statistik yang menunjukkan, bahwa negara-negara A- merika Latin dalam kurun waktu 20 tahun antara_ 1950-1970 mengalami_peningkatan sebesar 22%; sedangkan beberapa negara di Afrika Barat antara tahun 1960-1970 menga- lami kenaikan sebesar 11,2%. Indonesia an- tara tahun 1961-1971 hanya mengalami pe- nningkatan dari 15% menjadi 17,2% saja. Pelonjakan ini hanya terjadi pada beberapa ko- ta besar (Suroso Zadjuli, 1976), sehingga spesifik untuk beberapa kota, khususnya di Jawa dan Sumatera perlu perhatian serius, Pertambahan penduduk ini secara statistik menunjukkan indikasi akibat pertambahan yang disebabkan perpindahan penduduk desa ke kota. Beberapa faktor dikemukakan, bahwa perpindahan ini terutama disebkan faktor eko- nomi, yaitu berkembangnya kesempatan kerja di kota; faktor politik terutama karena kurang amannya situasi di pedesaan yang menyebab- ego ew, kan menurunnya produksi pertanian; faktor daya tarik kota yang memberi kemudahan lebih besar ketimbang di pedesaan; faktor psikologis yang berkaitan dengan suasana merdeka dimana masyarakat dari pedesaan memiliki kesempatan lebih besar untuk me- nikmati kota dibandingkan jaman sebelumnya Jadi, pada hakekatnya, faktor yang menye- babkan perkembangan kota kita umumnya sa- ma, sebagaimana yang berpengaruh pada perkembangan kota-kota di negara yang se- dang berkembang lainnya, yaitu pertambahan penduduk secara alami maupun karena migra- si desa-kota dan perkembangan atau peru- bahan kegiatan usaha dan kehidupan pendu- duk yang berkembang itu. Kedua hal ini telah berakibat pada meningkatnya kebutuhan ber- agai fasilitas dan sarana pelayanan seperti perumahan, pelayanan sosial, perangkutan, air bersih dan lainnya Dengan berbagai keterbatasan sumber daya, kemampuan sarana, ketersediaan lahan dan dari segi-segi perangkat tunak seperti aspek manajemen, perangkat peraturan dan pelak- sanaan_koordinasi, keadaan ini kemudian ‘menjadi masalah kota yang cukup pelik untuk dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi ko: ta Indonesia dalam masa transisi adalah peru- mahan, fasilitas pelayanan terutama sarana angkutan dan prasarana kota seperti jaringan jalan dan utilitas termasuk air bersih, sistem drainase dan sanitasi kota, listrik dan telepon. Dari segi non fisik, masalah yang timbul an- tara lain melemahnya pelaksanaan ketera- turan dan ketertiban hukum, dampak sosial budaya dan sosial psikologis bagi masyara- kat kota... Segi non fisik lain yang penting adalah masalah sosial-ekonomi perkotaan ti- pikal Indonesia, seperti kegiatan sektor formal dan informal. Masa transisi ini berlangsung sampei akhir dekade 60-an, sampai lahinya Repolita D. Perkembangan Kota Masa Repelita Perkembangan kota-kota indonesia pada awal pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Ta- hun Nasional (Repelita) pertama, yaitu pada tahun 1969, masih tetap ditandai oleh ma- salah perkembangan penduduk perkotaan. Berdasarkan sensus 1971, penduduk perko- taan mencapai angka 17,2%; tahun 1980 se. besar 22,3% dan pada tahun 1983 mencapai S/Serramen 193 sekitar 23,7%. Pada akhir Repelita IV diper- kirakan angka tersebut akan mencapai 28%. Prosentase pertumbuhan penduduk rata-rata Indonesia antara 1971-1980 adalah 4,0%, sedangkan untuk kota berpenduduk antara 200 ribu sampai 500 ta berpenduduk 500 ribu sampai 1 juta 4.29% dan untuk kota-kota berpenduduk di atas 1 juta sebesar 4.51% (NUDS, 1982). Yang cukup menarik adalah, bahwa banyak kota-kota diluar Jawa berkembang dengan tingkat pertumbuhan lebih tinggi daripada kota-kota di Jawa dalam dua dekade terakhir ini, Untuk beberapa kota bahkan sangat me- nyolok dibandingkan dengan angka nasional Keadaan ini diperkirakan karena_perkemba- gan di \uar Jawa (S. Soegijoko; Budhy Tjah- ati Sugijanto, 1976), yaitu : ‘a. Karena berkembangnya usaha eksploitasi sumber daya alam, b. Karena berkembangnya kota-kota sebagai dampak pembukaan kawasan transmigra- si di sekitar kota, terutama di Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan, c. Karena berkembangnya kota sebagai pu- ‘sat administrasi pemerintahan Tingkat | atau Tingkat Il. Permasalahan kota merupakan kelanjutan dari masa transisi dekade 50-an. Masalah utama kota adalah menyangkut tidak seimbangnya perkembangan penduduk kota dengan terse- dianya perumahan, prasarana utilitas umum. dan fasilitas pelayanan. Selanjutnya, kekurangan tanah merupakan masalah pokok pada perkembangan kota ma- sa ini. Perkembangan wilayah terbangun se- cara sporadis di pinggiran dalam atau luar kota merupakan fenomena yang terjadi pada kebanyakan kota-kota besar. Lingkungan pe- rumahan padat di bagian tengah kota atau kampung merupakan masalah perumahan yang juga mendapat perhatian khusus. Perkembangan Kota Baru di Indonesia Dengan pola yang sama seperti uraian terda- hulu mengenai perkembangan kota-kota baru u- mumnya di berbagai negara, maka paparan be- rikut ini akan mengulas khusus perkembangan kota baru di Indonesia, mencakup batasan dan pengertian; evolusi pengembangan; kategori- ‘owen or sertonaes 1092 sasi; besaran serta prospek perkembangannya sehubungan dengan kebijaksanaan dan strategi pengembangan perkotaan nasional. Dalam hu- bungan ini ulasan akan didasarkan pada bebe- rapa kasus kota baru di Indonesia Dengan berdasar pada kurun waktu yang di- mulai sejak masa kolonial pada awal abad-20, maka dari perkembangannya dapat dikemuka- kan 3 generasi kota baru Indonesia, yaitu: a. Kota Baru Masa VOC, yaitu kota-kota VOC yang dibangun pada wilayah-wilayah penda- ratan berupa perbentengan, b. Kota Baru Masa Kolonial awal abad-20, yai tu bagian-bagian kawasan permukiman kota berskala besar yang dibangun untuk meme- ‘uhi kebutuhan perumahan bangsa Belanda, c. Kota Baru Masa Pasca Perang, yaitu kota baru satolit dan kota baru khusus yang diba gun sejak masa awal dekade 50-an sampai masa Repelita, yaitu permukiman berskala besar dan kota baru yang direncanakan pada masa Repelita sampai sekarang. A, Kota Baru Indonesia Generasi Pertama Walaupun kota perbentengan yang didirikan pada masa VOC dapat disebut sebagai pro- duk pembangunan kota baru, tetapi dalam arti yang direncanakan berdasarkan kaidah- kaidah ‘perencanaan kota modern’ baru terja- di pada awal abad ke-20 hampir bersamaan dengan perkembangan kota baru di negara industri. ‘Masa yang hampir bersamaan ini dapat dime- Agerti apabila dihubungkan dengan kenyata- an, bahwa dampak revolusi industti terhadap Indonesia sebagai tanah jajahan adalah pe- ningkatanhasil bahan mentah. Upaya pe- ningkatan produk bahan mentah ini telah mendorong pemerintah kolonial Bolanda un- tuk membangun kota-kota pusat pemerinta- han di Indonesia. Perkembangan kota yang dapat diartikan sebagai bentuk perkembangan kota baru di Indonesia terjadi pada masa kolonial awal abad-20. Dalam hubungan ini, ada dua hal penting ber- kaitan dengan perkembangan kota baru di In- donesia, yaitu: 1. Diundangkannya_Undang-undang Desen- tralisasi 1905, dimana beberapa kota be- sar di Hindia Belanda diberikan status oto- nomi sebagai kotapraja atau _stadsge- ‘meente antara tahun 1905-1907. Berda- OAL PK 19 sarkan_undang-undang ini, kotapraja oto- tom diberi wewenang merencanakan dan membangun kota. 2. Pada masa tersebut juga mulai dikembang- kan pemikiran perencanaan kota berdasar- kan kaidah perencanaan kota modern- modern steedebouwkunde (Wertheim, 1955). Pengembangan konsepsi_peren- canaan kota modern ini merupakan pe- ngaruh dari konsepsi kota-kota di negara industri maju. Hal ini dapat dikaitkan iInya konsep Tunsted - kota dikembangkan oleh Thomas Karsten sekitar awal dekade 1930-an un- tuk beberapa kota di Jawa seperti Ban- dung, Malang, Bogor. Berdasarkan dua kejadian tersebut, maka da- pat dipastikan bahwa pengembangan kota da- lam skala besar, khususnya kota berstatus kotapraja, mulai_ dilaksanakan, Sehubungan dengan masa inil kemudian dikenal kawasan baru yang dikategorikan sebagai kota baru. Bagian kota baru ini umumnya merupakan upaya pengadaan permukiman bagi penduduk bangsa Belanda seperti di Bandung bagian Utara; Wilayah Menteng, Jakarta; Kota Baru, Yogyakarta; Candi, Semarang; Wilayah Darmo, Surabaya dan wilayah-wilayah permukiman ta besar lainnya. Kota baru ini tidak merupakan lingkungan permukiman tersendiri melainkan merupakan perluasan dari kota yang sudah ada, sebagai kota baru dalam kota (new town in town). Bagian kota yang disebut sebagai kota baru ini dapat dikategorikan sebagai Kota Baru Indonesia Generasi Pertama. B., Kota Baru Indonesia Generasi Il dan Ill Permasalahan kota yang utama pada masa transisi dekade 1950-an adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang melonjak, Dampak dari keadaan ini adalah permasalahan keku- rangan perumahan, sarana fasilitas pelayanan kota dan prasarana jalan dan utilitas umum. Di samping itu ketersediaan lahan di dalam kota juga semakin kecil mengingat pemba- agunan fisik yang semakin intensif. Dengan didasari rencana-rencana yang telah dikembangkan pada masa sebelumnya, yaitu pada masa menjelang berakhimya perang ke- merdekaan, maka pada awal dekade 50-an mulai dirintis perencanaan pengembangan ko- ta-kota baru. 20- JURA PK Rencana-rencana ini kemudian diwujudkan dalam bentuk pembangunan kota-kota baru ‘sebagai berikut: 1. Pembukaan wilayah permukiman baru ber- skala besar dan kota satelit pada beberapa kota besar. Upaya ini dimaksudkan untuk ‘memenuhi kekurangan rumah terutama untuk pegawai negeri Kota baru jenis ini dibangun sejak tahun 11950 sampai tahun 1960 seperti misainya Kebayoran Baru, Jakarta; kawasan-kawé san permukiman berskala besar di kot kota besar seperti Jakarta, Bandung, Sura- baya. Dengan berkembangnya kegiatan sektor pemerintah dan swasta di bidang pembangunan perumahan (Perum Perum- nas dan Usaha Real Estate) sejak tahun 1970-an, maka pembangunan kawasan permukiman dan perumahan berskala be- sar semakin berkembang di kota-kota be- sar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, ‘Semarang, Malang, Medan, Palembang, U- jungpandang, dan kota besar tainnya. 2.Pembangunan kota baru yang berfungsi sebagai pusat kedudukan pemerintahan bagi propinsi seperti Patangkaraya (Kal mantan Tengah); Banjarbaru (Kaimantan Selatan) atau kota kabupaten seperti Sum- ber di Cirebon; Bale Endah di Bandung, Gresik di Surabaya dan lainnya, 3. Pembangunan kota-kota baru dalam kaitan dengan industri, eksploitasi sumber daya alam dan pertambangan, seperti Tembaga- pura, Asahan, Bontang, Soroako, Cilegon. Pemikiran dan upaya pemecahan masalah per- kotaan dengan melalui pengembangan kota- kota baru generasi kedua dan ketiga ini ber- fanjut. Perencanaan pembangunan kota baru telah digariskan sebagai salah satu pola kebi- jaksanaan pengadaan perumahan dan pusat- pusat kegiatan usaha baru pada Repelita !V. Dari tinjauan deskriptif di atas, maka proses evolusi dan motivasi pengembangan kota ba- ru Indonesia dapat disajikan pada Tabel 5. C. Jenis Kota Baru di indonesia Dari letak geografis. kota baru dapat dibeda- kan menjadi 4 jenis (Jambmest Billeyed, 1971), yaitu kota baru dalam kota (new town in town); kota baru satelit; kota baru di ping- giran dalam dan pinggiran laur kota induk; ko- ta baru yang berdiri menyenditi. owen 9/serrounen 1889, Tabel 5 Proses Evolusi dan Motivasi Pengembangan Kota Baru Indonesia MASA PENGEMBANGAN PROSES EvOLUS! MOTWVASI PENGEMBANGAN KOTABARO ROTA BANU Kova Banu Wasa Pra VOC eruassan ves Kehuasaan pemeriia Femerntahan tan aisonal | - Perindungan kepada udu Prati Porindungen Ponguasaan «= Ponguasaunwilaysh fepadapem sual wiayah Yang cided Soave - Pengendafan aan jajanan ota Tacsional_Portenahon Sonal Gan pengenda- fan koa Prbon tenga Pstuazan feasean basa Kooi otatama——_Pengokepk + Pangambangan pusst thea he20 | fataneumber parsrntanan a Gaya aon - Poraitankawasan permutan woos engitatusan - Pangadminstsian reapela perkebunan, pean Pangan Pengembangan puna admin Pangembangan ravesen bau bert bosar vasa parca Umanisasi_Pengembangan—_—Ekepotasi_——_- Ubanisasipningka- pena prouraibare suber aya tan penducporkotaan ekurangan poumahon erneahon mes feta tslnperanen ; Pembuteanlapangan fotacan apangan Pengermbangan —Kawasan- i ‘ora pusstagmns, Indust esi pomrntahan tnaesa ota Permukan Osama ‘owen 9 servounen 1393 sama Pe 2b Berdasarkan penelaahan pada beberapa kota baru di Indonesia, secara geografis kota baru di Indonesia juga menunjukkan keempat pola tersebut, yaitu: a. Kota baru dalam kota, suatu lingkungan baru berskala besar yang dikembangkan pada wilayah kantong yang belum terba- gun dalam kota atau bagian wilayah be- Jum terbangun di pingiran yang berbatasan lang- sung dengan kota induk. Pola demi: kian dapat dilihat misalnya di Bandung (Plan Cipaganti_ 1953-1955; Pontianak; Malang; Semarang; Surabaya; Jakarta, Medan dan beberapa kota besar lainnya. b. Kota baru satelit, suatu lingkungan baru berskala besar yang dikembangkan seba- gai tempat tinggal yang letaknya terpisah pada jarak tertentu dari kota induk tetapi secara fungsional sangat tergantung pada kota induk. Kota baru satelit ini juga se- ring disebut sebagai dormitory town. Contoh kota satelit di Indonesia adalah Kebayoran Baru (1950); _ Banjarbaru (1953); Kota satelt Surabaya (1980); Bale Endah Kabupaten Bandung (1976). ¢. Kota baru mandiri, suatu kota baru yang dikembangkan dengan tujuan membentuk kota yang dapat mandiri dalam memenuhi Kehidupan dan kegiatan usaha penduduk- ‘nya. Kota baru mandiri ini dapat terbentuk dari kota perusahaan (company town), ibu kota pemerintahan, kota pertambangan, dan kota baru yang dikembangkan dari kota kecil atau kota yang berkembang dari permukiman transmigrasi 4. Kota baru khusus, yaitu kota yang dikem- bangkan sehubungan dengan kegiatan ter- tentu seperti instalasi militer, kegiatan rek- reasi, atau kegiatan khusus lainnya. Kota baru ‘khusus ini dapat bersifat mandiri atau satelit dari suatu kota iaduk. Contoh jenis kota ini adalah Asahan, Lhokseumawe, Soroako, Bontang, Tembagapura, Batam Centre, Cilegon. Berdasarkan penelaahan pendahuluan menge- nai kota baru di Indonesia, maka jumiah ber- agai jenis kota baru tersebut yang dibangun sejak tahun 1950 disajikan pada Tabel 6. D, Perwatakan Umum Kota Baru Indonsia Dati penelaahan kepustakaan serta perkem- bangan dan pertumbuhan berbagai jenis kota baru di Indonesia yang dikembangkan sejak tahun 1950-an, terutama kasus kota baru di Jakarta (Kebayoran Baru), Bandung (Cijagra, 22 Ju Pa Plan Cipaganti), Kalimantan Tengah (Palang- karayal, Kalimantan Selatan (Banjarbaru), Ka- limantan Timur (Botang}, Cilegon (Kota Baj Cilegon) dan rencana pengembangan Batam Centre, Kabupaten Tangerang (Bumi Serpong dan Tigaraksa) serta di Kabupaten Bekasi (Kota Terpadu Bekasi dan Bekasi 2000), diperoleh gambaran perwatakan umum kota- kota baru tersebut berdasarkan jenis-jenisnya Dengan mendasarkan pada pertimbangan segi prinsip dan teknik pengembangan kota, Khususnya dari segi fisik, dapat disimpulkan bahwa penampilan kota-kota baru di Indone- sia dibandingkan dengan kota baru di negara industri maju tidaklah terdapat perbedaan. Kekhususan yang dapat membedakan kota- kota baru di indonesia dengan di negara in- dustri maju terutama adalah ‘keunikan’ pola masyarakat dan kegiatan usahanya dan sis- tem politik kelembagaan yang dianut yang ke- mudian terejawantahan dalam unsur-unsur lingkungan fisik. Hal tersebut kemudian men- jadi dasar dalam perkembangan selanjutnya. Penelitian terhadap beberapa kota baru di In- donesia berdasarkan jenisnya dari segi sosial budaya, kependudukan, ekonomi, pola ling- kungan fisik dan dari kelembagaan telah me- unjukkan_ perwatakan yang khusus untuk berbagai jenis kota baru tersebut. Hal inilah yang mungkin membedakannya de- gan keadaan kota-kota baru di negara maju. Memang perlu diakui, bahwa berdasarkan pe- elitian tersebut masih belum mampu untuk merampatkannya sebagai suatu perwatakan umum bagi kota-kota baru Indonesia mengi- gat pengembangan kota-kota baru tersebut dilandasi motivasi dan alasan yang berbeda. Namun demikian, dari penelaahan pendahu- luan ini telah dapat diungkapkan suatu per- watakan umum yang akan menjadi titik tolak untuk memahami hakekat pengembangan ko- ta baru di Indonesia yang kelak akan menjadi pertimbangan dalam pengembangan kota ba- Fu yang sesuai untuk Indonesia. E. Profil Beberapa Kota Baru di Indonesia Profit umum beberapa kota baru yang telah dan sedang dikembangkan di Indonesia ber- dasarkan kategori tersebut disajikan pada Tabel 7 pada halaman berikut. own 9/seProune 1989 Tabel 6 Jumlah Tiap Jenis Kota Baru di Indonesia yang Dibangun Sejak 1950 ‘Tenis Kola Bary Jawa Sumatera] Kalimantan | Sulawesl | Pulau Laianya avTe{als;a,elalselyals Kota Baru dalam Kota + 3% 7] -| 2 “| 5 ota Baru Nandi 7 TT Pol) Poimukiman berskala bosarfkota satel 1] x] -| 6 2 1] -| 3 Kota a Perusahaan/pertambangan +] 2} ef a} af ifo-f2 Kesimpulan Dari studi deskriptif yang mengacu pada litera- tur dan hasil studi perencanaan yang pernah dilakukan sebelumnya serta observasi yang dila- kukan penulis pada beberapa kota yang berda- sarkan definisi yang diungkapkan pada tulisan ini dapat dikategorikan sebagai kota baru, maka beberapa kesimpulan dapat dikemukakan. ‘A. Wawasan tentang Kota Baru Umumnya ‘Studi kepustakaan yang dikemukakan di atas dimaksudkan untuk mengungkapkan hakekat dan perwatakan umum kota baru yang dikenal ‘sampai saat ini. Pengungkapan tersebut ditelu- suri melalui tinjauan tentang pengertian kota baru yang disoroti berbagai ruang lingkup; evo- lusinya; kategorisasi serta batasan yang me- Ayangkut besaran kota baru. ‘Memang disadari, bahwa hal yang diungkapkan tersebut menyangkut kota baru di negara in- dustri maju, yaitu negara pencetus atau yang telah mewujudkan secara ekstensif. Tetapi dari jauan yang didasari studi kepustakaan jini dapat ditarik beberapa hal yang berarti dalam memberi pengertian, batasan, besaran yang ke- mudian akan diarahkan pada pola kebijaksanaan pengembangan kota baru di Indonesia. Dari studi kepustakaan mengenai hakekat kota baru sebagaimana dikemukakan pada uraian di atas beberapa hal dapat ditarik sebagai kesim- pulan penting adalah: owen 9/seeronaen 1993 Pengertian dan batasan ‘kota baru’ perlu ditinjau dari suatu wawasan yang luas yaitu menyangkut: a. Pengertian dari faktor masa pengem- bangannya, b. Pengertian dari sifat pendiriannya, ¢. Pengertian dari segi motivasinya, 4d. Pengertian dari lokasi geografisnya. Ditinjau dari faktor waktu, maka pemba- tasan kota baru adalah relatif, dalam arti se- tiap kota beridentitas baru saat pertama kali didirikan. Demikian vas dan relatifnya pe: ngertian dan batasan mengenai kota baru ini menyebabkan periunya membagi jenis kota baru dalam suatu rangkaian ge- nerasi Tinjauan historis_menunjukkan, bahwa se- tiap generasi kota baru direncanakan, diba- gun dan berkembang dengan tujuan, mo: tivasi serta landasan falsafah yang berbeda Bedasarkan masa pengembangannya, kota baru dapat dibagi menjadi 4 generasi, yaitu: a. Kota Baru Masa Silam dan Masa Pra Revo- lusi Indistri, b. Kota Baru Masa Revolusi Indistri, ¢. Kota Baru Masa Pasca Revolusi Industri, 4. Kota Baru Masa Kini Dua generasi kota baru yang terakhir dika- takan juga sebagai kota baru kontemporer, yaitu kota baru yang direncanakan dan di- kembangkan berdasarkan kaidah-kaidah pe- rencanaan kota modern. .Berdasarkan kebutuhan dan motivasi pe- ngembangannya, maka secara garis besar sum m= 23 Tabel 7 Profil Beberapa Kota Baru di Indonesia DIBANGUN PENDUDUK FUNGS! & KOTA BARU (Tahun) LOKASI {uiwal | KOMPONEN UTAMA | KOWA BARU DALAM KOTA Pian Gipagent 1952-1955 | Bojonagere, Kae, Suke- |Ditanoanskan: | Perumahsn yang dilayari indi, Kedya Bandura | 2.000-3.000; | sebuah pasar 1988: 12.500 igre 1969 | Koreas, Koo. Lengkong, | Dirncanckan: | Perumahon yang Kedya Bandung |8.000 lilengkepi pelayanan = = 1988: 26.000_|kebutunon seher. has ROTA Bai = Kebayoran Bara 1949 | Jakarta Selatan, OKI _[Direncanakan: | Porumahan,perkantoran, akara | 60.000 porbelanjaan, industs | 1988: 280.000 | pusat sosia-budavea ~ Bonjarborw 1954 | Bonjarnasin, Dironcenskan: |Pemerintshan, poruma- Kalimantan Selatan [150.000 [han, pusat ngkungan, | 1985: 52.000 |pordagangen, induste | = ale Endah 1974-1975 | Kebupaten Bandung, _Disencanakan: |Pemerintahan, powume- | Jawa Baret 60.000 han, palayanan tingks- 1988: 16.000 _|ngen (perelarjaan! ROTA BARU MANIA ~ Palangkaraya 1952 |kimantan Tengsh _Direncanskan;_ | Pusat pemerintanan Kal | | 200,000, |tengi i 1985: 185.000 | Perumahan, perkantoran } perdagangen, indust, | Perumahan, pelsyanan Pee ota KOTA BARU FERUSAHAAR Bontang 1975 | Kalimantan Timur Dironcanskan: | Pusat penambangan 40.000 LNG, polabuhen knusus, 1995: 20.000 |perkantoran, perumahen, | erqudangan. pelayanan | kota - cegon 1964 Kabupaten Sorang, | Dironcanakan: Indust, pelayanan, | wn Barat | 28.000 perumahan ____|1988: 40.000 ROTA BARU SEDANG DIBANGUN i Batam Conter 1981 Pulau datam, Riaw | Dirancanskan: | Indust, perurnahan, pa | 250,000 rivesata, pelayanan kota, | perhotalan, plabuhan | Kehusus - Buri Serpong Ooms 1986 | Tangerang, Jawa Baat Perumahan, pusat kota | dengan pelayanan tend: | rap dan kotor she + Boks 1986 | Jews Barat irencanaken: | Perumahan dan petaya | 400.000 an ingkungen | 1988: 20.000 Tig hase 1287 [Rangung tne Baer foencanaan: [Put pmetinan Kb | }250.000° | Tangerang.; perkantoran, | imahan, indust, __-[pelayanan kote 24- Jon ower 9/sertone 1982 kota baru dapat diklasifikasikan menjadi kota baru penunjang atau supporting new towns, yaitu kota baru yang tidak berdiri secara mandiri melainkan merupakan bagian integral dari kota induk atau kota metropolis. Kedua, kota baru mandiri atau full independent new town, yaitu kota baru yang dikembengken secara mandiri dalam arti dapat memenuhi kebutuhan fungsi-fungsi sosial dan ekonomi penduduknya. 4.Motivasi utama_pengembangan kota baru kontemporer lebih banyak dilandaskan pada alasan-alasan tekanan penduduk (urbanisa- si), pengembangan lapangan kerja, pemera- tgan pembangunan kota dan yang berkaitan dengan kegiatan usaha produksi seperti in- dustri atau eksploitasi sumber daya alam. 5.Perencanaan dan pengembangan kota baru dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor-fak- tor sosial, yaitu menyangkut kependudukan dan kesejahteraan masyarakat; faktor ekono- mi menyangkut kegiatan atau lapangan usa- ha dan politik perekonomian negara; faktor pertanahan, menyangkut pola penggunaan lahan dan harga lahan. 6. Subtansi penting yang dapat ditarik sebagai landasan bandingan dalam pengembangen kota baru di Indonesia dari studi kepustake an ini adalah: a. Landasan falsafah perencanaan dan pe- ngembangan baru umumnya, b. Motivasi perencanaan dan pengembangan kota baru, Batasan dan besaran kota baru yang op- timal, Komponen kota baru, Penentuan lokasi sesuai dengan tujuan fungsioanal pengembangan kota baru, . Landasan pola kebijaksanaan perencanaan dan pembangunan kota baru, B. Wawasan dan Pengembangan Kota Baru di Indonesia Dari deskripsi peninjauan atas perkembangan kota di indonesia umunya dapat ditelusuri, bah- wa perkembangan kota umunya dan kota baru khususnya di negara kita dimulai terutama sejak pengaruh kolonial Belanda_memasuki Indone- sia kira-kira pada abad ke 17. Beberapa studi mengungkapkan, bahwa permu- kiman yang tumbuh dan berkembang sebelum masa tersebut dapat dikategorikan sebagai ‘ko- ta’. Permukiman yang tumbuh dan berkembang pada masa sebelum masuknya pengaruh koloni- al tersebut pada umumnya hanya merupakan suatu pemusatan kekuasaan dengan jangkauan Sosial ekonomi yang masih sangat terbatas, Kota baru dalam pengertian suatu kota yang dikembangkan berdasarkan perencanaan_mo- dem barulah muncul pada abad ke 20. Kota kota baru modern yang dikembangkan di Indo: nesia menurut kurun waktu, dapat dikatego- rikan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Kota Baru yang dikembangkan sebelum pe- rang yang dapat pula dikatakan sebagai Kota Baru Indonesia Generasi Pertama. Kota baru ini dikembangkan untuk kepen- tingan pemerintahan kolonial atau sehubu- gan dengan pemanfaatan sumber alam se- perti pertambangan minyak dan batu bara. 2.Kota-kota Baru yang dikembangkan_sojak dasawarsa 50-an sampai akhir dasawarsa 60-an yang dapat dikatakan sebagai Kota Baru Generasi Kedua. Kota baru ini dikembangkan sehubungan dengan perlunya tempat kedudukan pusat pemerintahan provinsi dan mengatasi masa- lah kekurangan perumahan di kota besar. Jadi dalam hal kota baru generasi kedua ini sudah mulai adanya landasan pertimbangan kepentingan mengatasi masalah urbanisasi. 3.Kota-kota baru yang dikembangkan_ sejak awal dasawarsa 70-an khususnya sejak pe- laksanaan Repelita Pertama hingga kini. Kota-kota baru ini dapat dikatakan sebagai Kota Baru Indonesia Generasi Ketiga.. Kota Baru generasi ketiga ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan: a. Pengembangan industri dalam lingkup wi- fayah yang cukup luas dan _memerlukan permukiman khusus untuk para _pekerja, maka dikembangkan permukiman pekeria dalam skala besar sehingga dapat dikate- gorikan sebagai suatu kota, b. Pemanfaatan sumber daya alam, yaitu di bukanya wilayah baru untuk eksploitasi sumber mineral atau perkayuan yang bu- ‘tuh jumlah pekerja banyak sehingga me- merlukan permukiman berskala besar di tengkapi dengan berbagai sarana dan pra- sarananya. ¢. Usaha pemecahan masalah kekurangan pe rumahan di kota-kota besar. Untuk me- nunjang kebutuhan ini, maka sojak Repe- lita Il telah dikembangkan pembanguanan perumahan berskala besar di dalam, ping- Giran atau luar kota besar. oan 97 strvouaea 1293 Sm eK 25 PERKEMBANGAN. KOTA BARU DALAM PETA KOTA BARU GENERAS! AWAL INDUSTRIALISAS! KOTA BARU GENERASI KEDUA [MILTON KEYNES, INGGRIS. ‘CUMBERNAULD, SKOTLANDIA, UPL SHRM PK 1 PERKEMBANGAN KOTA BARU DALAM PETA ¢ é 3 a : 2 26 & 28 38 83 a2 g ae g Pe 5 53 88 53 ee 83 A 3 Hy a a é A a gs g S 4 £3 g§ ‘UPLB JUBA PUK -2 PERKEMBANGAN KOTA BARU DALAM PETA PROFIL BEBERAPA KOTA BARU INDONESIA (1) PERKEMBANGAN KOTA BARU DALAM PETA PROFIL BEBERAPA KOTA BARU INDONESIA (2) Kota Baru Perusahaan: Batam Centre, Riau Kota Baru Metropolitan: Bumi Serpong Damai, Tangerang UPL SERN PK

You might also like