You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan karunia, hidayah dan nikmat sehat yang diberikan-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang Orientasi Psikologis yang Mempengaruhi
Filsafat Pendidikan yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Pendidikan, Pak Irwanto.

Adapun isi makalah ini berisi beberapa penjabaran tentang psikologi yang
mempengaruhi filsafat dalam lingkup pendidikan. Maksud dan tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk mengumpulkan pendapat para ahli lalu mengkaji dan
mempelajari pemikiran mereka yang memuat tema pokok makalah kami.

Kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Dan kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki isi makalah ini supaya lebih
baik lagi. Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat yang berguna bagi kita
semua.

Serang, 4 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
c. Tujuan Makalah ............................................................................................................ 1
d. Manfaat Penulisan Makalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
a. Psikologi Humanistik .................................................................................................... 3
b. Psikologi Behavioristik ................................................................................................. 6
c. Psikologi Kontruktivistik .............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11
a. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
b. Saran ........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Filsafat Pendidikan merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat
yang dipelajari untuk memahami kaidah pendidikan dalam sudut pandang
filsafat. Filsafat sendiri merupakan ilmu yang didapat dari penarikkan
kesimpulan melalui pikiran dan perenungan tanpa melakukan pengujian
secara berulang.
Dewasa ini, berkembangnya daya pikir manusia pada perkembangan
filsafat dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang dibantu dengan teknologi
yang sudah canggih dan sangat memadai di era globalisasi ini. Padahal filsafat
sendiri merupakan pengetahuan yang mampu menangkap dan memperlihatkan
wawasan secara luas, umum dan universal.
Oleh karena itu, melalui orientasi psikologi tentu saja filsafat
pendidikan memiliki peranan yang penting dalam setiap proses pendidikan.
Baik itu secara psikologi humanistik, psikologi behavioristik maupun
psikologi kontruktivistik.

b. Rumusan Masalah
a. Bagaimana psikologi humanistik dapat mempengaruhi filsafat pendidikan?
b. Bagaimana psikologi behavioristik dapat mempengaruhi filsafat
pendidikan?
c. Bagaimana psikologi kontruktivistik dapat mempengaruhi filsafat
pendidikan?

c. Tujuan Makalah
a. Untuk mempelajari bagaimana psikologi humanistik dapat mempengaruhi
filsafat pendidikan.
b. Untuk mempelajari bagaimana psikologi behavioristik dapat
mempengaruhi filsafat pendidikan.

1
c. Untuk mempelajari bagaimana psikologi kontruktivistik dapat
mempengaruhi filsafat pendidikan.

d. Manfaat Penulisan Makalah


a. Dapat mengetahui bagaimana psikologi humanistik dapat mempengaruhi
filsafat pendidikan.
b. Dapat mengetahui bagaimana psikologi behavioristik dapat
mempengaruhi filsafat pendidikan.
c. Dapat mengetahui bagaimana psikologi kontruktivistik dapat
mempengaruhi filsafat pendidikan.

2
BAB II PEMBAHASAN

a. Psikologi Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasidiri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha nenahani perilaku belajar dari sudut sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantusiswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli
humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar ialah.
1. Proses memperoleh informasi baru
2. Personalia informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistic secara teoretikus antara


lain Arthur W.Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. (Hamdayama,
2016: 41)

Pandang pelakunya, bukan dari Psikologi humanistik atau disebut juga


dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset
terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian
pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional
behaviorisme dan psikoanalis.
Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi
pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik
(humanistis keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek

3
emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus
dalam model pendidikan humanistic. (Rachmahana, 2008: 99)
Hamdayama (2016:41) mengemukakan, menurut teori humanistis
tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Agar tidak terjadi kesenjangan hubungan antara peserta dan pendidik,
perlu dilakukan negosiasi dalam perancangan pembelajaran secara
keseluruhan (Harsono, 2007). Perancangan pembelajaran ini didik dalam
penentuan tujuan belajar secara individual. Tanggung jawab peserta didik dan
pengajar harus dibuat secara eksplisit dalam perancangan pembelajaran.
Partisipasi para peserta didik dalam penentuan tujuan belajar akan membuat
mereka lebih berkomitmen terhadap proses pembelajaran.
Tujuan filsafat pendidikan islam menurut pandangan humanisme yang
diiktisarkan oleh mary johson (Zuhairini, 2004: 186), sebagai berikut:
a) Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri
yang melibatkan perkembangan konsep diri dan system nilai.
b) Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip
pendidikan yang memperhatikan factor perasaan, emosi, motivasi, dan minat
siswa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi
secara pribadi.
c) Perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki
kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan
dan bagaimana ia belajar.
d) Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan
pribadi yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat

4
mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dari memenuhi tanggung
jawab secara efektif serta mampuh memilih tentang apa yang akan dilakukan
dan bagaimana melakukannya.
e) Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan
perubahan yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar
pengetahuan hari kemarin. Pendidikan humanisti mencoba mengadaptasikan
siawa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam
perubahan, tentang bagaiman belajar, bagaimana memecahkan masalah, dan
bagaimana melakukan perubahan di dalam kehidupan.
Di dalam prakteknya teori belajar humanistic cenderung mengarahkan
siswa untuk berpikir induktif., memetingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun
secara eksplisit belum ada pedoman baku paling tidak langkah-langkah
pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang
dimaksud adalah:
a. Menemukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Menentukan materi pembelajaran
c. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
d. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa
secara aktif melibatkan diri dalam belajar.
e. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran
f. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran
g. Membimbing siswa belajar untuk memenuhi hakikat atau makna
dari pengalaman belajarnya.
h. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman
belajarnya

5
i. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru
ke dalam situasi nyata.
j. Mengevaluasi proses dan hasil belajar (Hatimah, Ihat.dkk.
2007:110)

Dalam konteks humanisme, pendidik harus mendorong peserta


didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta
memberikan penghargaan atas prestasi yang tinggi, memberikan penghargaan
atas prestasi yang mereka capai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan
verbal maupun melalui ungkapan non-verbal. Penghargaan yang tulus dari
seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri peserta didik
serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi tinggi untuk berusaha
mencapai kesuksesan. Kalau terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu
diberi penghargaan atas segala kemauan, semangat dan keberanian dalam
melakukan suatu aktivitas. (Nursikin, 2016)

b. Psikologi Behavioristik
Hamdayama (2016:34) mengemukakan, menurut teori belajar
behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diasumsikan sebagai proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol
instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang
bergantung pada faktor – faktor kondisional yang diberikan lingkungan.
Uyoh (2011:175) mengatakan Behavioristik didasarkan pada prinsip
bahwa perilaku manusia yang diinginkan merupakan produk desain bukannya
kebetulan. Menurut kaum ini, suatu ilusi yang mengatakan bahwa manusia
memiliki suatu keinginan yang bebas. Sekalipun kita mungkin bertindak
seakan-akan kita bebas, perilaku kita mungkin bertindak seakan-akan kita

6
bebas perilaku kita benar-benar ditentukan oleh tekanan-tekanan lingkungan
yang membentuk perilaku kita.
Secara garis besar pokok pikiran psikologi behavioristik tentang
pendidikan sebagai berikut:
a. Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku untuk mencapai
tujuan sesuai standar tertentu
b. Proses perubahan tingkah laku dilakukan engan menggunakan
teknik-teknik pembiasaan berbasis stimulus-respon-asosiasi
c. Teknik-teknik utama pendidikan versi behavioristic adalah teladan,
penguatan positif, penguatan negative, penghapusan, dan
pengalihan.
d. Guru adalah pelaksanaan pembelajaran sesuai standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu oleh pihak-pihak du luar dirinya
e. Siswa wajib menjalankan tuntutan guru tanpa kompromi sebagai
implikasi logis dari adanya ketentuan standar yang harus dicapai
guru
f. Tujuan pembelajaran agar terjadi perubahan tingkah laku berupa
bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam diri
siswa
g. Isi pembelajaran bersifat objektif, terstruktur, permanen, dan
berstandar tunggal
h. Dalam hal strategi pembelajaran, metode ceramah dan “drill”
merupakan metode utama
i. Dalam penataan iklim pembelajaran digunakan teknik motivasi,
penguatan positif, penguatan negative, dan hukuman.
j. Dalam hal evaluasi pembelajaran acuan yang tepat adalah kriteria
atau patokan dengan penekanan pada hasil belajar. (Toenlioe,
Anselmus JE. 2016:18-19)

7
Perubahan tingkah laku ini, menurut Hamalik (2002: 42), mengandung
perubahan segi jasmani (struktural) dan rohani (fungsional), yang keduanya
saling berinterkasi. Pola tingkah laku yang semacam ini terdiri atas aspek
pengetahuan, pengertian, sikap, keterampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti,
apresiasi, jasmani, hubungan sosial, dan lain-lain.
Menurut Muflihin, teori behaviorisme yang menekankan adanya
hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat
dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan
belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses
pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa
lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement
(penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini
berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang,
maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus
diperhatikan.

c. Psikologi Kontruktivistik
Menurut Pannen (2001) pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari
kenyataan (realitas). Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi
kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang
dalam hal ini mahasiswa. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi kita sendiri. Menurut Hamdayama (2016:45), Teori kontruktivistik
memahami belajar sebagai proses pembentukkan pengetahuan oleh si
pembelajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang
mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru
kepada para siswa.
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa
memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep

8
pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran
yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun
konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah
mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi
pengetahuan yang bermakna.(Rifai, 2009: 43)

Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali


dike-mukakan oleh Giam batista Vico tahun 1710, ia adalah seorang
sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata“Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia
menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat
sesuatu”. Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat
menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Filsafat
konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pe-ngalaman dan
lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno bahwa
konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri.

Demikian pula menurut Poedjiadi bahwa “konstruktivisme bertitik


tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah
mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau
dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan
lingkungannya (Widodo, Hendro. 2014:89-90) Metode konstruktivisme
merupakan suatu proses pembelajaran. Proses yang mengondisikan peserta
didik membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan
dikelola dengan baik sehingga mampu memotivasi peserta didik untuk
mengorganisasir pengalaman hidup menjadi pengetahuan yang bermakna bagi

9
dirinya dan masyarakat. Teori ini menerima kebebasan berpikir peserta didik
yang bersifat eklektik. Berarti peserta didik memanfaatkan teknik belajar
apapun asal tujuan belajar dapat tercapai (Suparno,2001: 18)

Konstruktivisme yang dikembangkan Jean Piaget dalam bidang


pendidikan dikenal dengan nama kontruktivisme kognitif atau personal
contructivisme. Jean Piaget menyakini bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Aliran
konstruktivisme adalah satu aliran filsafat yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah kontruksi (bentukan). Pengetahuan bukanlah suatu tiruan
dari kenyataan (realitas), pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang. Seseorang dapat membentuk skema,
kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk
pengetahuan. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dan setiap kali
akan mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru
(Suparno, 2008: 123).

10
BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
Landasan psikologi merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan. Landasan psikologi memiliki peran dalam dunia
pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi
sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih,
pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak
guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti
dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi,
dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat
berlangsung secara optimal dan maksimal.

b. Saran
Dalam teknologi pendidikan diperlukan teori psikologi ( psikologi pendidikan
dan psikologi belajar ), karena subjek dalam teknologi pendidikan adalah manusia
( peserta didik ). Setiap peserta didik memiliki karateristik tersendiri yang berbeda
satu sama lain. Oleh sebab itu diperlukanlah teori psikologi. Selain itu juga, dalam
membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka terlbih
dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: Bumi Aksara

Hamdayama, Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harsono, 2007. Student Centered Learning: Peningkatan Pembelajaran melalui SCL.


Yogyakarta: FPISB UII

Hatimah, Ihat.dkk. 2007. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:


Unoversitas Terbuka

Hendri, Widodo. 2014. KONSEP PENDIDIKAN HUMANIS MENURUT


PEMIKIRAN KONSTRUKTIVISME JEAN PIAGET. Jurnal Tajdidukasi Prodi PGSD
Universitas Ahmad DahlanYogyakarta, vol IV No 2, Hal 89-90

Muflihin, M.H. 2009. APLIKASI DAN IMPLIKASI TEORI BEHAVIORISME


DALAM PEMBELAJARAN (Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran). Jurnal
Khasanah Pendidikan, DOI: 10.30595/jkp.v1i2.620, ISSN: 1979-6668

Nursikin, Mukh. 2016. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


DANIMPLEMENTASINYA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM. Attarbiyah, Journal of Islamic Culture and Education, Vol. I,
No. 2, Desember 2016, pp.303-334, DOI: 10.18326/attarbiyah.v1i2.303-334

Pannen P., Mustafa D., & Sekarwinahyu M. 2001. Konstruktivisme dalam


pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI-UT.

Rachmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam


Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam ‘El-Tarbawi’, vol 1 no 1

Rifai dkk. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

12
Suparno, P. 2008. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suparno, P. 2001.Teori Perkembanga Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius

Toenlioe, A.J.E. 2016. Teori dan Filsafat Pendidikan. Malang: GUNUNG


SAMUDERA

Uyoh, Sadulloh, 2011. Pengantar filsafat pendidikan. Bandung: ALVABETA

Zuhairini, dkk. 2004, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

13

You might also like