You are on page 1of 9
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 19, No. 3, November, 2012, 238-246 DAMPAK PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN TERHADAP HASIL SEDIMEN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI GALEH KABUPATEN SEMARANG (The Impact of Agriculture Land Management to The Sediment Yield in Galeh Watershed Semarang District) Forita Dyah Arianti’, Suratman’’, Edhy Martono”, dan Slamet Suprayogi” “BPTP Jawa Tengah “*Fakultas Geografi,” Dosen pada Fakultas Pertanian, UGM Yogyakarta E-mail: dforita@yahoo.com Diterima: 13 Agustus 2012 Disetujui; 2 Oktober 2012 Abstrak Perubaban jumlah manusia dan bentuk kegiatannya aken mengakibatkan perubshan dalam pengelolaan lahan, Sistem pengelolean lahan pertanian pade daerah aliran sungai (DAS) Galeh umumnya ‘masih belum memperhatikan kemampuan dan kesesuaian lahan, Masyarakat yang bermukim di DAS Galeh didominansi oleh peteni. Dinamika pengelolean lehan pada sistem DAS aken mempengaruhi kondisi alin sungai, yang menyebabkan terjadi perubshan debit aliran sungai sebagai keluaran DAS, sehingge mengakibetkan perubahan dalam kualitas lingkungan, Dampak yang sering terlihat edalah ‘terjadinya Kerusakan lahan karena meningketnya erosi tanah dan sedimeniasi, Kajian ini dilakukan dati bulan Pebruari sampai bulan Juli tahun 2010 di DAS Oaleh, Kabupaten Semarang dengen tajuan untuk ‘mengetahui hasil sedimen yeng diakibatkan oleh pengelolaan lahan pertenien yang berbeda di daerah aliran sungai Goleb. Kajian dilakukan dengan cara menganalisis sampel-sampel sedimen melayang (Guspended sediment) yang diambil dari ourlets ketiga sungai utama yang bermuara ke Sungai Galeh. Perameter — parameter yang diukur untuk keperluan analisis hasil sedimen ini, yaitu konsentmasi sedimen melayang Cs (mg/l), debit alan air sungai Q (m3/detik) dan debit sedimen melayang Qs (gridetik), Dari hhasil kajian tampak bahwa terdapat debit aliran yang berpengaruh terhedap debit suspensi, di mana semakin besar debit aliran maka semakin besar debit suspensi. Pengelolaan lahan sawah memiliki debit aliran dan debit suspensi yang lebih tinggi dibanding pengelolaan lahan kebun dan Iakan tegalan, ‘Sedimen yang dihasilken pada pengelolaan lahan sawah sebesar 14,593 ton/haris pengelolaan lahan kebun sebesar 1,308 ton/hari, pengelolaan lahan tegalan sebesar 0,718 ton/hari. Kata Kunci; Lahan Pertanian, Sedimen, DAS Galeh Abstract The change of the number of people and the activity ype will cause a change in cultivation land. “Agriculture land culivation system in Galeh Wetershed (DAS) generally sill has not pay attention to the ability and appropriate land. The residents who stay in DAS Galeh are dominated by farmer, The dynamics of cultivation land on the DAS system will influence the river current condition, which causing the change of river current debit occurred as output of DAS, thus result in the change in environment quality, Impact that often observed is occurred damage of land because the increased of land erosion and sedimentation. This study was done from February until July 2010 in DAS Galek, Semarang District, aimed 10 know the sediment result which caused by different cultivation of agriculture land in the river current area Galeh. The study conducted with the methods is analyzing samples of suspended sediment that taken from cutlets of the third main river which flow into downstream Galeh river. The parameters ‘measured to analyze requirements ofthis sediment result, were concentration of suspended sediment Cs (ng/), discharge debit Q (mi/second) and discharge of suspended sediment debit Qs (gramsecond). The result of the study is showed that there is current debit which affecting the suspension debit, whereas ‘greater the current debit thus greater the suspension debit, November 2012 ARIANTI, .D, DKK.: DAMPAK PENGELOLAAN LAHAN 239 Cultivation land of rice field is 14.593 ton/day; cultivation land of plantation is 1,308 ton/day, cultivation land of garden is 0.718 ton/day. Keywords: Agriculture land, Sediment, Gaieh Watershed PENDAHULUAN Deereh aliran sungei (DAS) Galeh menempati 28,92 % dari luasan daerah tangkapen air (DTA) Rawa Pening yang lahannye didominansi oleh Jahan pertanian. Dinas PSDA (2004); BAPPEDA Provinsi Jawa ‘Tengah (2008) dan Sutarwi (2008), melaporkan DAS — Galeh memberikan sumbangan air ke Rawa Pening terbesar dibanding 8 DAS lainya yang ada di DTA Rawa Pening dengan debit air rata-rata 2,734 m’ / dt. Wilayah DAS Galeh didominansi oleh wileyah Kecamatan Jambu dan Kecamatan Banyubiru, dari data BPS tahun 2010, pada 2 (dua) tahun terakhir (th. 2007 - 2009) lahan Icritis. yang terdapat di kecamatan Jambu meningkat hingga 49,6 %, dan di kecamatan Banyubiru penambahan tuas lahan kritis mencapai 64,6 %. Deerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah darstan yang membentuk satu kesatuan wilayah tata air yang menampung, menyimpan dan mengalicken air hujan yang jatuh di atasnya menuju ke lout atau danau melalui satu sungai utama, Kawasen ini dibatesi olch pemisahan geografis yang berupa punggung bukit atau pegunungan, dengan topografi. yang scmakin ke hulu semakin bergelombang dan __berbukit, sehingga kemiringan lahan semakin curam (Asdak, 2007 dan Dirjend, PLA, 2009). ‘Sedimen dihasilkan dari proses erosi yang terjadi sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak memenuhi kaidah konservasi pada daerah tangkapan air di bagian hulu, baik berasal dari erosi permukean, erosi parit dan jenis erosi tanah lainnya dan terbawa oleh aliran air permukaan dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti (Morris dan Fan, 1998 ; Asdak, 2007). Besamya volume —_sedimen — terutama tergantung pada perubahan kecepatan aliran, arena perubahan pada musim penghyjan dan kemaray, serta perubahan Kecepetan yang dipengeruhi oleh aktivitas manusia, Besamya hasil sedimen dinyatakan sebagai volume atau berat sedimen per satuan daerah tangkapan air per satuan waktu (Asdak, 2007), Sebagei akibat dari perubahan volume sedimen adalah terjadinya penggerusan di beberapa tempat serta terjadinya juga pengendapan pada dasar sungai yang nantinya dapat mempengaruhi perubahen dasar sungai, Perubehan ini akan berakibat pada kondisi muka air yang terjadi, dan aliran pada sungai tersebut dapat berakibat uber dari palung sungai (banjir luberan air kiriman), sehingga fungsi dari sungai aken mengalami perubahan. Hal ini aken berdampak langsung kepada data perhitungan sedimen yang terjadi. Data perhitungan sedimen merupakan proses yang rumit dengan kompleknya parameter yang © mempengaruhinya, —_schingga pengukuran volume sedimen —masih merupskan perkiraan yang terbaik terhadsp besarnya hasil sedimen, Berdasarkan pertimbangan di atas maka ‘keajian ini bertujuan untuk mengetahui hasil sedimen yang dickibatkan olch pengelolaan lahan pertanian yang berbeda di daerah aliran sungai (DAS) Galeh di kebupaten Semarang. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di DAS Galch yang merupakan salah satu DAS di daereh tangkapan air (DTA) Rawa Pening Kabupaten Semarang pada bulan Pebruari sampai dengan Juli 2010. Pengembilan sampel sedimen didasarkan pada Sub-Das di DAS Galeh yang dapat mewakili satu bentuk pengetolaan lahan pertanian, yaitu sub-DAS —_Banyutarung ——_mewakili pengelolaan lahan Kebun, sub-DAS Malang mewakili pengelolaan lahan tegalan, dan sub-DAS Candisari mewakili pengelolaan Jehan sawah. Lokasi pengambilan sampel 240 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN sedimen dilaksanakan pada ketiga muara (outlet) sungai, yaitu Sungei Banyutarung, Sungai Malang dan Sungai Candiseri yang secara keseluruhan bermuara ke Sungai Galeh. Pada tiap outlet sungsi dipasang LOGER untuk memantau Tinggi Make Air (TMA). Parameter — parameter yang diukur untuk eperluan dalam = analisis ini, _yaitu Konsentrasi sedimen melayang Cs (mg/l), debit aliran air sungai Q (m3/detik) dan debit sedimen melayang Qs (gr/detik). Beberepa tahapan untuk menentukan nilai ~ nilai Cs, Q dan Qs menggunakan rumusan sebagai berikut: a. Analisis Konsentrasi muatan sedimen melayang dilakukan dengan cara penentuan konsenwasi yang dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut (Ven Te Chow, 1964; ‘Sukresno,1996): Konsentrai kadar muatan suspensit Cs =(1.000/V x (b-a) x 1.000) i mana: Cs= konsentrasi suspensi (gr/Itt) a = berat kerlas filter kosong (gr) b = berat filter berisi muatan sedimen (gr) v= volume air yang disaring (ltr) , Debit aliaran air sungai diperoleh dengan cara pengukuran luas penampang baszh limpasan air sungai dan kecepatan limpasan air sungai pada masing-masing seksi tempat pengukuran can pengambilan ‘contoh yang telah ditentukan, Debit aliran Q = AV (m’/dt) i mana: Q = Debit alan (m’/ét) Kecepatan ra‘a-rata(avdt) Luas penampang basah (m’) A Debit suspensi: Qs =K.Cs.Qw (Sukresno, 1996) i mana: Qs = debit sedimen sesaat (ton/hari) K_ = Faktor konversi, = 0, 0864. Cs = Konsentrasi suspensi (mg/tr) Qw= Debit aliran (m’/ ct) Vol. 19, No. 3 ‘Untuk §mendapatkan hubungan debit aliran sungai dengan debit suspensi diperlukan pasangan-pasangan data antare dua variabel tersebut pada berbagai ketinggian muka air sehingga akan didapatkan persamaan “Suspended sediment rau curve”, Hal ini sangat berguna untuk ‘memperkirakan debit muatan suspensi pada saat tidak terukur. Persamaan debit aliran dengan debit suspensi: Qs =a.(Qw)? (Sukresno, 1996) i mana; Qs = debit suspensi _(ton/heri) Qw = debit aliran (m’/ dt) a. danb = konstanta a dan b ditentukan dengan cara ‘mensubstitusi dua persamaan: (X)- nloga -b X (KY)- (X)loga—b (x)? = 0 di mana Y = logaritma dari debit suspensi (Qs) X = logaritma dari debit aliran (Q) n =Jumlah data HASIL DAN PEMBAHASAN ‘Konsentrasi Sedimen Melayang (Concentration of Suspended Sedimen) Hasil pengembilan sampel _sedimen melayang pada ketiga bagian outlet sungai- sungei yang bermuara ke Sungai Galeh, setelah dianalisis di laboratorium make selanjutnya dihitung besamya konsentrasi sedimen melayang (Cs). Muaten sedimen adalah fragmen-fragmen material yang terangkut dalam suspensi atau fragmen- fragmen yeng terendapkan oleh angin atau air (Linsley, 1982), Kadar muatan sedimen adalah jumlah material yang tersuspensi kering per satuan volume cairan total, yang umumnya dinyatakan dalam satuan berat per satuan volume (Ven Te Chow,1964). Hasil perhitungan Cs tersebut sccara inci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan behwa nilai konsentrasi sedimen melayang rataan dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah berturut-turut terjadi pada outlet sungai di sub-DAS Banyutarung, sub-DAS Candisari November 2012 ARIANTIF.D., DKK.: DAMPAK PENGELOLAAN LAHAN 241 ‘Tabel 1. Konsentrasi Sedimen Melayang Rataan pada Ketiga Outlet Sungai yang bermuara ke ‘Sungai Galeh KonsentasiSedmen No. Lokasi Sampling Melayang Ratan Es Cs (mprite) 1 Outlet Sungai DAS Banyulanung (Pengelolian Lahan Kebun) or 2 Outlet Sungai DAS Nalang (Pergelolaan Lahan pei ‘Tegalin) ‘Ontlet Sungai DAS Cendisa (Pengelolin ree} han Savat) Tabel 2. Kategori Konsentrasi Sedimen Melayang (Cs) berdasarkan Standar Skala Kualitas Li Isles Koneniraa Selimen > 500 pl a ee alas oe Lin loge sine cies eas ‘Nin din Reng KuaitasLinghangan “Sangat Tee Slang Bak Sagat — 7350 306 an Bale 100-359-1000 Metayang Cs (ng/itr ‘Tabel 3, Debit Aliran Rataan Pada Masing-Masing Outlet Sungai di DAS Galeh SDAST Pengelctaan lahan Banyatarang (Reban) Malang (Tegalas) Candisri Sewab) Debit Alvan @ (ide) an 407 36912 23089 dan outlet sungai di sub-DAS Malang. Khususnye konsentrasi sedimen melayang pada outlet sungsi di sub-DAS Malang didapatkan paling rendah, dan yang tertinggi pada out let sungai di sub-DAS Banyutarung. Kondisi demikian terjadi Karena pada saat pengamatan banyak petani yang sedang melakukan pengolahan tanah pada Ishan kebunnya Karena banyak petani yang, memanfaatkan lahannya untuic tanaman semusim di bawah tanaman keras atau tanaman tahunan yang diusahakannya, ‘Untuk mengetahui Kategori konsentrasi sedimen melayang pada tiap sub-DAS tersebut digunakan standar skala kualitas ingkamgan dari Keputusan Mentri KLH ‘No. 2/1988 (Departemen Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1988) yang disajikan pada Tabel 2, Apabile merujuk peda Standar Skala ‘Koualitas Lingkungan pada Tebel 2 tersebut, make Konsentrasi sedimen melayang rataan yang dihasilkan pada masing-masing outlet ‘Ketiga sungai yang bermuara ke Sungai Galeh yang disajiken pada Tabel 1, untuk Sub-DAS —Banyutarung dan Sub-DAS Candisari termasuk dalam kategori sangat Jjelek, sedangkan pads sub-DAS Malang alam kategori jelek. Debit Aliran Air Sungai (Discharge) Pengukuran debit aliran air sungai yang dinotasikan Q, dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan sampel beban sedimen melayang pada ketiga outlet sungai tersebut yang bermuara ke Sungai Galeh, Hasil perhitungan debit aliran rataan pada masing- masing sungai di DAS Galeh disajikan pada Tabel 3 Hubungan antara tinggi muka air dengan debit aliran sering disebut Lengkung Aliran (Stage Discharge Rating Curve). Dalam melakuken penelitian ini berbagai tinggi muka air pada masing-masing sungai yang 242 J, MANUSIA DAN LINGKUNGAN bermusra ke sungai Galch dihitung debit alirannya, sehingga didapatkan pasangan- pasangan antara tinggi muka air dengen debit sliran. Dari perhitungan persamaen hhubungan antara tinggi muka air dan debit aliran yang diperoleh di lapangan, maka didapatkan hhubungan tinggi muka air den debit aliran (lengkung sliran) pada masing- masing sungai yang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pada Tabel 4, terlihat bahwa nilai kocffisien Korelasi (t) pada ‘masing-masing sungai scbesar 0,997; 0,999 dan 0, 998. dengan derajat kepercayaan 99 %, yang berarti hubungen antara debit aliran dengan tinggi muka air adaleh ‘hubungan positif yang kuat dan signifikan, Debit Sedimen Melayang (Discharge of ‘Suspended Sediment) Debit sedimen adalah jumlah seluruh muatan yang tersuspensi yang lewat melalui penampang sungai tertentu, dan dinyatakan dalam satuan berat persatuan waktu. Hasil perhitungen nilai debit sedimen (Qs) pada ke tiga outlet sungai dari masing-masing sub- DAS yang mewakili berbagai pengelolaan lahan pertanian tersebut disajikan pada ‘Tabel 5 Berdasarkan hasil perhitungan pada Vol. 19, No. 3 Tabel 5 tersebut, terlihat bahwa nilai debit sedimen melayang pada Ketiga out let sungai tersebut dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil berurut-turut yaitu outlet sungai Candisari pada Sub-DAS akan sawah 48,643,159 gram/detik, outlet sungai Banyutarung pada Sub-DAS lohan Kebun 4.35886 gram/detik dan out let sungai Malang pada Sub-DAS Ishan Tegalan 1,282,742. gramv/detik. Dari Tabel 5 terscbut tampak — bahwa terdapat debit aliran yang berpengaruh ‘erhacap debit suspensi, di mana semakin tinggi debit aliran maka semakin besar debit suspensi Nilai debit sedimen melayang pada outlet sungai-sungai tersebut secara umum relatif besar, Hal ini menggambarkan bahwa Kondisi biogeofisik sebagian besar DAS Galeh relatif mengelami gangguan terutama kondisi hidroorologinya, yang diduga diakibatkan oleh adanya pengelolaan lakan pertanian yang umumnya belum sepenubnya menerapian teknologi konservasi dan pola penggunaan lahan yang kurang tepat alau tidak sesuai dengan —_potensi__daya dukungnya, dominasi topografi DAS Galeh yang bergelombang smpai berbukit, curah hujan tahunan relatif tinggi den pola Tabel 4. Persamasn Hubungan Tinggi Muka Air dengan Debit Aliran (Lengkung Aliran) dari bulan Pebruari —Juli Tahun 2010 ni Tokasi DAST Persemean Rocilisien _ Koelisien 10 Penggunean Lahen Lengkung Aliran __Korelasi(r]__Determinasi (R?) 1 Banyutarung (Kebun) Q = 2,14 (h-0005)!” 0,997 0,999 2 Malang (Tegalan) Q = 5,62 (h- 0,12)" 0,999 0,976 3 CandisariSawah) 27 SI7HH-O15P ggg 0,995 ‘Tabel 5. Hasil Perhitungan Debit Sedimen Melayang pada Ketiga Outlet Sungai yang Bermuara ke Sungai Galeh di DAS Galeh dari bulan Pebruari Juli 2010. ‘Sungat dan Pengguncan Raraia a ‘Volume Rat-Rata Volume ‘shan Debit Alin (Qa) Debt Suspensi(Q)(grm —_Solimen Seeimencton/) (atldaik) eet) ion) Banyutarang (Reba) Sener aa ce Tor Malang (Tegalan) 36912 Las 16055 ons Candis (Sawai) 928,089 3.60 481,507 14,593 November 2012 ARIANTIF1 jaringan sungai scbagien besar berbentuk seperti percabangan pohon (dendritic pattern) yang versifat cepat mengelirkan Jimpasan air sungai, Hasil pethitungan terhadap volume sedimen tertera pada Tabel 5. Sedimen yang dinasitkan sungaiCandisari dengan pengelolaan Jahan sawah pada sub-Das Candisari_sebesar 14,593 towhari;sedimen dari sungai Banyutarung dengan pengelolaan lahan Kebun pada sub-DAS Banyutarung sebesar 1,308 ton/hari, dan sedimen yang dikasilkan sungai_ Malang dengan pengelolaan lahan tegelan pada sub-Das Malang sebesar 0,718 ton/hari, Perbedaan kondisi fisik dari sub-Das yang mewakili pengelolaan — lahan__pertanian berbeda_menyebabkan perbedaan sedimen sungai yang terukur di masing-masing muara sub-Das tersebut. Hal demikian terjadi karena enggunaan Jahan merupaken wujud dari pengelolaan suatu lahan yang terkait dengan kkebutuhan hidup, dan tentunya akan berdampak pada degradasi_lingkungan apabila tidak sesuai dengan kondisi lahannya. Arsyad (2006) dan Hardjowigeno dan ‘Widiatmaka, (2007) mendefinisikan bahwa penggunaan Iahan merupaken_hasil intereksi antara aktivitas manusia terhadap satu bidang aban untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia saat ini baik secara_langsung ‘maupan tidak langsung. Di samping itu perbedasn kemiringan lereng, panjang lereng, sistem pertanaman seperti kebun yang diusahakan maupun yang tidak, tegalan yang diusahakan untuk Kopi maupun cabe serta yang tidak diusahakan dan sawah, tindakan kkonservasi tanah yang diterapkan dan sifat- sifat taneh atau erodibilitas tanah, jumlch dan kecepatan aliran permukaan, kekasaran DKK.: DAMPAK PENGELOLAANLAHAN 243 permukaan atau Manning’s, seluruhnya ‘mempengarchi sedimen sungei, Beberapa hasil penelitian yang = menunjang dikemukakan oleh Frangipane dan Paris (1984) dan Kuhale ef al (1996), bahwa perbedsan penggunaan lahan’ menyebabkan pertedaan hasil sedimen di muara DAS. Ditambahkan oleh Takken ef al. (1998), bila Jereng semakin miring akan menyebabkan debit semakin besar. Sedimen yang dihasilkan dari Sub-Das Candisari dengan pengelolaan lahan sawah adalah yang tertinggi (481,567 ton), hal

You might also like