You are on page 1of 3
Vth. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Jan Jan Gat Suro No. 4.2 Teeson, ghz atione ara 90 ‘Stemi 20260) aos 1 Witte Ap hw ik o'¢ 1, Para Kepala Kantor Wilayan DJP 2. Para Kepala KPP Pratama seluruh Indonesia SURAT EDARAN NOMOR SE-48 /PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN C Dalam rangka memberikan pemahaman yang sama dalam pengenaan PBS Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut A Pengertian Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan 1. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NJOP adalah harga rata- rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti 2. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang, 3. Wilayah kuasa pertambangan adalah Wilayah iin Usaha Pertambangan (WIUP) atau Wilayah jin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK). 4. Areal produktif adalah areal yang telah diekspioitasi atau telah menghasilkan galian tambang (tahap eksploitasi) 5. Areal belum produktif adalah: ateal yang belum menghasilkan galian tambang tetapi sewaktu-waktu akan menghasikkan galian tambang (tahap penyelidikan umum eksplorasi, studi kelayakan, dan konstruksi). ©. Areal tidak produktif adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan galian tambang, 7. Areal emplasemen adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan/atau pekarangan. & Areal lainnya adalah areal perairan yang digunakan untuk menunjang kegiatan usaha pertambangan (pelabuhan Khusus) 8. Hasil bersih galian tambang adalah pendapatan kotor satu tahun dikurangi dengan biaya eksploitasi atas objek dimaksud 10. Harga patokan penjualan mineral dan batubara adalah harga mineral dan batubara pada suatu tik serah penjualan (at sale point) secara Free On Board (FOB) di atas, kapal pengangkut (vessel) untuk masing-masing komoditas tambang sebagaimana ditetapkan setiap bulan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tata Cara Penentuan Besarnya NJOP 1. Areal produktif adalah sebesar 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan 2. Areal belum produktif, areal tidak produktif, dan areal emplasemen di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan adalah sebesar NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan, 3. Area! perairan adalah sebesar luas perairan cikalkan dengan NJOP perairan yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus ke samping dengan Klasifixasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitamya sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/168 Tanggal 30 Desember 1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP atas nama Menteri Keuangan. 4. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan NJOP angunan yang disusun berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan. C. Tata Cara Penentuan Hasil Bersih 4, Hasil bersin galian tambang sebagaimana dimaksud pada huruf B angka 1 ditentukan dengan cara, pendapatan kotor hasil penjualan galian tambang di mulut ‘tambang (Run On Mine/ROM) dikurangi dengan biaya eksploitasi Pendapatan kotor hasil penjualan galian tambang di mulut tambang sebagaimana dimaksud pada angka 7 ditentukan dengan cara, harga patokan penjualan mineral dan batubara untuk masing-masing komoditas tambang dikalikan dengan hasil produksi galian tambang, dan dikurangi dengan biaya-biaya sebagai berikut a. Biaya pengolahan dan pemurnian galian tambang (washing, crushing, dll.) meliputi 41) biaya pembersinan dan pemisahan galian tambang_utama dari bahan galian ikutannya, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Kegiatan membersinkan dan memisahkan galian tambang dengan mineral atau bahan ikutan lainnya seperti: tanah, abu, lempung, pasir, belerang, lumpur, atau mineral pengotor iainnya yang dilakukan dengan menggunakan air, bahan kimia (proses kimia), alat pencuci, atau saringan: biaya pembentukani ukurar/besarnya galian tambang, yaitu penghancuran galian tambang yang berukuran besar menjadi ukuran sesuai dengan ukuran yang ditetapkan perusahaan (Crushing) menggunakan mesin penghancur (crusher), sehingga layak dijual atau diolah lebih lanjut Biaya pengangkutan galian tambang (Hauling), meliputi biaya-biaya yang terkait dengan kegiatan untuk mengangkut galian tambang dari lokasi penambangan (pit) ke stasiun pengumpul di pelabuhan khusus. Biaya tongkang/ponton, meliputi biaya-biaya yang terkait dengan kegiatan Pengangkutan galian tambang dari pelabuhan khusus ke kapal pengangkut (vessel), termasuk dalam biaya ini antara lain 1) blaya angkutan dengan menggunakan tongkangiponten (barge); 2) biaya surveyor. Harga patokan penjualan mineral dan batubara untuk masing-masing komoditas tambang sebagalmana dimaksud pada angka 3 menggunakan harga pada bulan Desember sebelum tahun pajak berjalan 4. Biaya eksploitasi sebagaimana dimaksud pada angka 1, meliputi a. Biaya pengupasan lapisan tanah (stripping/overburden removal), yaitu biaya- biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengupasan lapisan tanah selama masa operasi produksi, meliputi kegiatan’ penagaruanidorong, gali/muat, dan engangkutan tanah dari jokasi penggalian ke lokasi penimbunan. Biaya pengambilan galian tambang (mine excavation), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengambilan galian tambang dengan cara yang sesuai dengan sifat dan karakteristix galian tambang yang bersangkutan, seperti penggalian, penyemprotan dengan air, pengerukan dengan kapal keruk, dan peledakan. D. Lain-ain 4. Dalam hal harga patokan penjualan menggunakan satuan mata uang US $, maka harus dikonversi ke dalam satuan mata uang Rupiah (Rp) berdasarkan kurs mata ang pada tanggal 1 Januari tahun pajak berjalan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan 2. Bentuk formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak dan formulir daftar perhitungan PBB adalah sebagaimana contoh pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ‘Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku untuk pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C ‘Tahun Pajak 2011 4, Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, pengenaan PBB Sekior Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C untuk Tahun Pajak 2010 dan untuk tahun sebelumnya, tetap menggunakan ketentuan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ.6/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Dirlen Pajak No. KEP-16/PJ.6/1098 Tanggal 30 Desember 1998 Khusus Untuk Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C. Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ.6/1999 tentang Pelunjuk Pelaksanaan Keputusan, Ditjen Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 Tanggal 30 Desember 1998 Khusus Untuk Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Demikian disampaikan untuk dilaksanaken dengan se! aiknya, Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Agustus 2011 <4 “Direktur Jenderal, “7 rt wut “A Fuad Rahmany NP 195417111981121001 ‘Tembusan: 1 ‘Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak 2. Para Direktur, Tenaga Pengkaji, dan Kepala Pusat di ingkungan Kantor Pusat OJP

You might also like