Permenkes83tahun2015tentangstandarpelayananfisikamedik 160205075454 PDF

You might also like

You are on page 1of 38
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIKA MEDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 66 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Fisika Medik; 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran - Negara__—_—=Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 298 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977); Menetapkan Z MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIKA MEDIK. Pasal 1 Delam Peracuran Menteri ini yang dimaksud dengan: 1h Stander Pelayanan Fisika Medik adalah pedoman yang diikuti fisikawan medis dalam melakukan pelayanan fisika medik:. Pelayanan Fisika Medik adalah pelayanan kesehatan profesional terhadap pengendalian parameter fisika berupa radiasi dan "imejing pada __peralatan radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. Fisikawan Medis adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan fisika medi pada rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain Klien adalah tenaga kesehatan dan pasien yang menaapatkan pelayanan fisika medile. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun Fisikawan Medis di Indonesia. Pasal 2 Pengaturan Standar Pelayanan Fisika Medik bertujuan untuk: a. memberikan acuan bagi penyelenggaraan Pelayanan Fisika Medik yang bermutu dan_— dapat dipertanggungjawabkan; memberikan acuan dalam pengeinbangan Pelayanan Fisika Medik di rumah sakit dan fasilitas keschatan lain; memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi Fisikawan Medis dalam menyelenggarakan pelayanan isika medik; dan melindungi kien dan masyarakat sebagai penerima pelayanan fisika medik. QQ) (2) (3) (4) () (2) (3) Pasal 3 Pelayanan Fisika Medik meliputi pelayanan fisika pada: a, _radiologi diagnostik, imejing, dan intervensional; b. radioterapi, mencakup pelayanan dosimetri, pelayanan simulasi radiasi, pelayanan teleterapi dan brachyterapi; dan c. kedokteran nuklir, mencakup pelayanan in vivo diagnostik, in vitro diagnostik dan terapi internal. Pelayanan fisika medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain. Dalam hal pelayanan fisika medik dilaksanakan di fasilitas kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pelayanan yang diberikan berupa pengujian dan kalibrasi kesaran parameter fisika radiasi (pengion dan non pengion) serta imejing kecuali parameter kelistrikan. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan secara mandiri atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, Pasal 4 Standar Pelayanan ‘Fisika Medik_—meliputi penyelenggaraan pelayanan, manajemen pelayanan, dan Sumber daya. Standar Pelayanan Fisika Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diterapkan dalam pemberian pelayanan Fisika Medik kepada klien. Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan Fisike Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 5 (1) Menteri Kesehatan, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan dan penerapan Standar Pelayanan Fisika Medik sesuai dengan kewenangan masing-masing. (2) Dalam melakukan pembinaen dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Kesehatan, Gubernur, Bupati/Walikota dapat melibatkan organisasi profesi. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk: a. meningkatkan mutu pelayanan Fisika Medik; dan b. mengembangkan pelayanan Fisika Medik yang efisien dan efektif. (4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimeksud pasia eyat (1) dilaksanakan melalui: a. advokasi dan sosialisasi; b. _pendidikan dan pelatihan; dan/atau c. pemantauan dan evaluasi. Pasal 6 Peraturarn. Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri_ ini. dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Z pada tanggal 10 Desember 2015 MENTERI KESEHATAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2015 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. REPUBLIK INDONESIA, 7 WIDO! TJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 2012 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIKA MEDIK STANDAR PELAYANAN FISIKA MEDIK BABI PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang radiologi yang semakin meningkat, terdapat beberapa kejadian yang termasuk dalam kategori kecelakaan rediasi di Indonesia. Pada bideng radiologi diagnostik kecelakaan dapat terjadi pada wanita hamil yang secara tidak sengaja teradiasi karena pemotretan dengan sinar x, flucroskopi, atau imejing. Hal ini terjadi karena awal kehamilan sering tidak disadari, sehingga pada saat pemeriksaan radiologi pasien menyatakan tidak dalam keadaan hamil. Pada bidang radioterapi telah terjadi kecelakaan radiasi sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1998 dengan pesawat LINAC yang mengakibatkan satu orang pasien meninggal dunia karena dosis penyinaran yang tinggi dan tahun 2000 pada penggunaan pesawat Caesium-137 yang tidak menimbulkan korban jiwa. Sedangkan kecelakaan radiasi pada. bidang kedokteran nuklir dapat terjadi akibat tumpahnya zat radiofarmaka, sehingga berpotensi terjadinya kontaminasi dan pencemaran lingkungan. Pelayanan Radiologi di bidang radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir harus menjamin bahwa pemeriksaan dan terapi yang dilekekan dengan menggunakan radiasi memenuhi aspek keselamatan dan keamanan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan pada fasilitas pelayanan keschatan ‘agar dapat memberikan pelayanan dengan baik. Salah satu unsur dalam manajemen pelayanan radiologi antara lain adalah manajemen mutu yang merupakan upaya dalam rangka menegakkan standar pelayanan prima sehingga pelayanan dapat 2 diaudit dan hasilnya dapat. dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Tujuan dari pelayanan kesehatan pada ‘asilitas pelayanan Kesehatan adalah menyediakan pelayanan yang aman dan berkualitas. Pelayanan menjadi tidak berkualitas (diskualitas) apabila terjadi kesalahan dalam ‘pelayanan sehingga menimbulkan ketidakpuasan pasien dan/atau stake holders. Diskualitas merupakan kesenjangan antara persepsi atau harapan dengan kenyataan yang diperoleh dari pelayanan kesehatan. Proses pelayanan yang bervariasi merupakan penyebab terjadinya diskualitas yang dapat diatasi melalui standarisasi, perbaikan proses ataupun kesiapan organisasi untuk berubah dari semua pelaku pelayanan termasuk fisika medik. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya diskualitas pelayanan rumah sakit dan untuk mencegah terjadinya kecelakaan radiasi maka disusunlah standar pelayanan fisika medik. Dengan tersusunnya standar pelayanan fisika medik dan implementasinya secara optimal, diharapkan mutu pelayanan dapat ditingkatkan serta kecelakaan radiasi dan kesalahan di dalam pelayanan fisika medik dapat diminimalkan. SASARAN 1. Fisikawan Medis 2. Pimpinan fasiitas pelayanan kesehatan tingkat rujukan, dan fasilitas kesehatan lainnya Pemerintah/Pemerintah Daerah 4. Masyarakat dan organisasi profesi terkait FALSAFAH PELAYANAN Standar pelayanan fisixa medik saat ini difokuskan pada bidang pelayanan radiologi diagnostik, imejing dan intervensional, radioterapi, kedokteran nuklir dan fisika kesehatan. Falsafah dalam pelayanan Fisika Medik meliputi : 1. Filosofi Fisika Medik memandang bahwa parameter fisika yang digunakan harus dilakukan pengendalian untuk menjaga tingkat keakurasian, kepresisian dan aspek keselamatan bagi pengguna dan klien sehingga tujuan pelayanan kesehatan dapat tercapai Visi Mewujudkan pelayanan fisika medik berkesetaraan global dan tertelusur sesuai dengan standar primer parameter fisika sehingga mampu memecahkan masaiah kesehatan bidang fisika medik sebagai individu, kelompok, masyarakat secara holistik paripurna. Misi a) Melakukan proses pelayanan fisika medik berbasis besaran parameter fisika dasar maupun turunan b) Memotivasi fisikawan medis dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan fisikawan medis secara berkala c) Membangun suasana kesetaraan dan kemitraan antar profesi dalam pelayanan kesehatan d) Melakukan penelitian pengendalian parameter fisika dalam meningkat}an layanan fisika medik ) Melakukan advokasi kolegial pelayanan fisika medik ‘Tujuan Memberikan pelayanan fisika medik pada klien. Memecahkan masalah dan kebutuhan pemanfaatan besaran paranieter fisika dalam pelayanan kesehatan bidang diagnostik maupun terapi dengan menerapsan ilmu pengetahuan dan teknologi sevara tertelusur, aman, bermutu, efektif dan efisien dengan pendekatan secara menyeluruh, dituntun oleh kode etik dan mengacu kepada besaran parameter fisika. A. BAB IL PENYELENGGARAAN PELAYANAN ALUR DAN PROSES PELAYANAN 1. Pelayanan Fisika Medik di Bidang Radiologi Diagnostik, Imejing, dan Intervensional a) Alur Pelayanan Pada pelayanan radiologi diagnostik, umumnya fisikawan medis tidak berhubungan langsung dengan pasien, tetapi jika fisikawan medis dibutuhkan pada kasus-kasus tertentu maka permintaan tersebut dilakukan oleh dokter atau tenaga keschatan lainnya secara tertulis. Kasus tertentu tersebut misalnya pasien dengan dugaan hamil, foto serial dengan banyak penyinaran pada satu orang pasien, atau foto ulang. Kegiatan fisikawan medis meliputi proteksi radiasi, QA dan QC peralatan radiologi diagnostik, imejing, dan intervensional, pengujian pesawat sinar x dan imejing, QA dan QC modalitas imejing, serta dosimetri radiasi. Alur pelayanan radiologi diagnostik dan medikal imejing digambarkan di bawah ini. pelayanan faa medik ‘lagnostik Pereneanoonkegiatan | bee TT Pesioanaat | ls Tidak Proteat asia Aa ac psu Raciodiagnosile Penguin sina) dan imesing ‘a4 a a modaltas imaling 2 Rosine ei ——_—_ | evatust Gambar I. 1. Alur Pelayanan Fisika Medik Di Bidang Radiologi Diagnostik dan medikal imejing -10- b) _Proses Pelayanan 1) Penetapan Protokol Penetapan protokol mengacu pada Quality Assurance in Diagnostic Radiology (QUADRIL) dan TRS 457 yang merupakan standar yang ditetapkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA), Peraturan Menteri Kesehatan dan Peraturan Kepala Bapeten. 2) Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan dimulai dari penyiapan alat, prosedur, pengolahan data, dan evaluasi. 3) Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan protokol pelayanan fisika medik yang sudah ditetapkan. Jika menéapatkan hasil pengukuran yang melebihi nilai batas toleransi, maka harus dilakukan — pengukuran ulang; setting ulang/perbaikan alat (koordinasi dengan bagian teknik) 4) Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa keluaran alat yang dilakukan pengukuran masih compliance/sesuai untuk digunakan dalam pelayanan ke klien/pasien 2, Pelayanan Fisika Medik di Bidang Radioterapi a) Alur Pelayanan Prosedur pelayanan radioterapi merupakan seranglaian tahapan pemberian terapi radiasi kepada pasien mulai dari pasien datang ke ruang konsultasi sampai dengan pemberian terapi radiasi. Alur pelayanan fisika medik dalam radioterapi digambarkan dibawah ini : b) -ll- pelayanan fs medical radiot ——* — aa en eee = r ’ Perbatkan slat | Gambar II.2. Alur Pelayanan fisika medik di Bidang Radioterapi Z Peran ‘isikawan medis bertanggung jawab pada proses TPS, proteksi radiasi, kalibrasi keluaran pesawat radioterapi vadiasi eksternal dan brakhiterapi, QA dan QC pesawat radioterapi serta dosimetri radiasi. Proses Pelayanan 1) Penetapan Pretokol Penctapan protokol mengacu pada Quality Assurance Team for Radiation Oncology (QUATRO) dan ‘TRS 398 yang merupakan standar yang ditetapkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA), Peraturan Menteri Kesehatan dan Peraturan Kepala Bapeten. 2) Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan dimulai dari penyiapan alat, prosedur, pengolahan data, dan evaluasi. nia 3) Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan protokol pelayanan fisika medik yang sudah ditetapkan. Jika mendapatkan hasil pengukuran yang melebihi nilai batas toleransi, maka harus dilakukan — pengukuran ulang/setting ulang/perbaikan alat (koordinasi dengan bagian teknik). 4) Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa keluaran alat yang dilakukan pengukuran masih compliance/sesuai untuk digunakan dalam pelayanan ke ktien/pasien 3. Pelayanan Fisika Medik di Bidang Kedokteran Nuklir a) Alur Pelayanan Pada pelayanan fisika medik di kedokteran nuklir untuk terapi, peran fisikawan medis antara lain melakukan pengukuran proteksi radiasi, kalibrasi keluaran radiofarmaka, QA dan QC pesawat kedokteran nuklir dan dosimetri radiasi (dosis radio farmaka yang akan diberikan ke pasien, melakukan pengukuran sisa dosis yang telah diberikan, melakukan pengukuran paparan radiasi hambur pasien setiap hari sampai paparannya <1 mR/jam), sebagaimana digambarkan pada alur dibawah ini: b) Sky Penetopan protokel pelayanan fiska medlk il Kedokteran Nuklr + [ eeaguhuran ¢————- alas! keluaran radiofarmaka WGC paw, Kedokteran Nuklir * Dosimeteradiast Ya — — Gambar II.3. Alur Pelayanan Fisika Medik di Bidang pea Perbaikan “Tidak Kedokteran Nuklir Pada pelayanan Kedokteran Nuklir untuk Diagnostik invivo peren Fisikawan Medis antara lain melakukan QC dosis, QC gamma camera, mengukur dosis sisa. Sedangkan pada pelayanan Kedokteran Nuklir invitro peran fisikawan Medis melakukan QC gamma atau beta counter. Proses Pelayanan 1) Penetapan Protokol Penetapan _protokol Assurance in Nuclear Atomic Energy Agency mengecu Medicine ( merupakan standar yang ditetapkan olch International (IAEA), pada (QUANUM), Peraturan Kesehatan dan Peraturan Kepala Bapeten. 2) 3) 4) -14- Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan dimulai dari penyiapan alat, prosedur, pengolahan data, dan evaluasi. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan protokol pelayanan fisika medik yang sudah ditetapkan. Jika mendapatkan hasil pengukuran yang melebihi nilai batas toleransi, maka harus dilakukan —_ pengukuran ulang/ setting ulang/perbaikan alat (koordinasi dengan bagian teknik). Evaluasi Evaluasi dilakukan juntuk memastikan bahwa keluaran elat/radiofarmaka yang dilakukan pengukuran masih compliance/sesuai ; untuk digunakan/diberikan dalam pelayanan ke klien/pasien Pelayanan Fisika Medik di Bidang Fisika Kesehatan a) Alur Pelayanan Pada pelayanan Fisika Medik di bidang Fisika Kesehatan, antara lain melakukan penguluran proteksi radiasi, kalibrasi besaran dasar, pengujian besaran dasar dan turunan, QA dan Qc alat ukur fisika, dan dosimetri radiasi, sebagaimana digambarkan pada alur dibawah i -15- T penetapan protokol peloann fa mea iaarg isa Kesehtan Perencanasn egiaten rr il Persiopan alt —__. [= Proteks! radia * Kallbrasibesaran dasar nguian besaran dasar & turunan 2 GAC alatukur fsa = Dosimetrl radiag Tidak Ya + Gambar II.4. Peleyanan Fisika Medik di Bidang Fisika Keschatan b) Prose Pelayanan y) 2) 3) Penetapan Protokol Penetapan protokol mengacu pada ISO/IEC 17025, Standar Nasional Indonesia (SNI), Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Kepala BSN, Peraturan Kepala KAN, Peraturan Kepala Bapeten, peraturan Kepala LIPI, dan Peraturan Kepala BATAN. Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan dimulai dari penyiapan alat, prosedur, pengolahan data, dan evaluasi. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan protokol pelayanan fisika medik yang sudah ditetapkan. Jika mendapatkan hasil pengukcuran yang melebihi nilai batas toleransi, maka harus dilakukan —_ pengukuran ulang/setting ulang/perbaikan alat (koordinasi dengan bagian teknik Klien) fie 4) Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa keluaran alat yang dilakukan pengukuran masih compliance/sesuai dengan standar. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pelayanan fisika medik wajib disertai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk setiap alat dan setiap kegiatan pelayanan fisika medi, SPO disusun mengacu pada peraturan perundang-undangan dan standar internasioned. PENGELOLAAN LIMBAH Pengelolaan limbah pada pelayanan fisika medik bidang radiologi diagnostik adalah limbah dari sisa-sisa proses pencucian film radiografi seperti developer dan fixer. Kedua bahan tersebut dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Pengelolaan limbah radiologi diagnostik dilakukan bekerja sama dengan bagian IPAL sanitasi/kesehatan lingkungan rumah sakit. Pengelolaan limbeh pada pelayanan fisika medik bidang bidang radioterapi adalah limbah dari bahan radioaktif sebagai sumber radiasi dengan memastikan adanya surat re-export sumber radioaktif kembali ke negara asalnya, hal tersebut harus tertuang dalam kontrak pengadaan/pembelian sumber radioaktif, atau koordinasi dengan BATAN dalam hal penyimpanan limbah radioaktif. Pengelolaan lirmbah pada pelayanan fisika medik bidang kedokteran nuklir, sebagai berikut: 1. Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion yang tidak digunakan lagi. Jenis Limbah yang ada di Bagian Kedokteran Nuklir adalah limbah cair, limbah padat dan limbah gas 3. Tajuan Pengendalian Limbab adalah : a) Melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja, enggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi serta kontaminasi. -17- b) Pengelolaaft berdasarkan asas proteksi radiasi yang meliputi asas justifikasi, limitasi dan optimasi. ¢) Pengelolaan dilakukan dengan mempertimbangkan aspelx keselamatan, aspek teknis berupa pengurangan volume dan aktivitas limbah radioaktif, serta aspek ekonomis. 4. Prosedur pengelolaan limbah yang ada di bidang kedokteran nuklir dilaicukan dengan cara mengelompokkan limbah, menyimpan limbah, dengan menunggu proses peluruhan secara penundaan (delay) dan peluruhan (decay) pada ruangan khusus. Pengelolaan ini mengacu kepada peraturan kemenkes, kementerian lingkungan hidup, Bapeten, dan standar Interasional lainnya. Sebagian limbah akan dikelola bersama dengan Batan, dan bersama pihak lainnya. HAK. KLIEN/PASIEN Fisikawan medis menghormati kebutuhan klien/pasien yang berkaitan dengan pelayanan fisika medik yang dibutuhkan. Fisikawan Medis membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan klien/pasien. Fisikawan Medis memahami kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hak klien/pasien, menghormati hak klien/pasien dan keluarga untuk mendapatkan semua informasi yang berhubungan dengan pelayanan fisika medik yang diberikan, termasuk informasi sumber-sumber pelayanan fisika medik yang dapat diakses dengan mudah oleh klien/ pasien. Klien/pasien berhak mendapatkan informasi tentang standar acuan dan ketertelusuran (trecebility) alat ukur yang digunakan Fisikawan Medis dalam menjalankan pelayanan fisika medik. PENGEMBANGAN PELAYANAN Pengembangan pelayanan fisika medik masing-masing bidang pelayanan difokuskan pada pengembangan telnologi dan kualitas pelayanan Fisika Medik, Dengan demikian updating ilmu pengetahuan herus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. -18- BAB II MANAJEMEN PELAYANAN ORGANISASI Pelayanan fisika medik di fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan lain meliputi pelayanan radiologi diagnostik, imejing dan intervensional; radioterapi; kedokteran nuklir; fisika keschatan, dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat yang membutuhkan dengan memperhatiken unsur bahaya radiasi pengion dan non pengion. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta unsur cost-benefit ratio. Pelayanan fisika medik harus mempunyai bagan organisasi yang jelas untuk menjamin kepastian hukum, batesan wewenang, uraian tugas dan tanggung jawab semua personel yang terlibat. Pelayanan radiologi diagnostik, imejing dan intervensional; radioterapi; kedokteran nuklir dan fisika Kesehatan merupakan pelayanan kolektif multi disiplin dengan melibatkan berbagai profesi. Salah satunya adalah fisikawan medis yang berperan dalam menjamin keselamatan pasien dan keamanan radiasi pengion / non pengion serta secara komprehensif dan berkesinambungan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu fisikawan medis perlu didukung oleh semua pihak agar dapat bekerja dan berkembang maksimal dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya. Struktur organisasi pelayanan radiologi diagnostik, imejing dan intervensional, radioterapi, kedokteran nuklir, dan fisika kesehatan paling sedikit terdiri. dari pimpinan/koordinator dan pelaksana yang memiliki tugas, kewenangan, dan tanggung jawab masing-masing dengan mempertimbangkan perencanaan kebutuhan pengembangan pelayanan. HUBUNGAN KERJA DENGAN PROFESI LAIN Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya fisikawan medis akan menjalin hubungan Intern dengan sesama fisikawan medis atau Extern dengan profesi lainnya, Hubungan kerjasama dalam tindakan radioterapi bersifat_ komplementer dan sederajat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing profesi, Pelayanan radioterapi merupakan teamwork dari berbagai disiplin ilmu yang harus -19- dilaksanakan secare proporsional dan professional sehingga didapatkan kualitas pelayanan yang maksimal. PENGENDALIAN MUTU Hasil pencatatan dan pelaporan pelayanan fisika medik harus dievaluasi secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan behan penelitian, kajian atau laporan kepada rumah sakit, Kegiatan ini juga dapat untuk diseminasi hasil dalam bentuk penyajian pada seminar (nasional dan Internasional) atau penulisan di jurnal ilmiah. Adapun aspek kendali muta pelayanan fisika medik bidang pelayanan radiologi diagnostik, imajing, intervensional, radioterapi, kedokteran nuklir dan fisika kesehatan, antara lain : Quality Assurance Quality Control Pelayanan dosimetri radiasi pengion dan non pengion Kualitas citra fadiografi imajing dan Gaferomic Uji kesesuaian pesawat sinar x / imejing Acceptance test Manajemen perelatan radiasi pengion dan non pengion S@rnanspeoner Penelitian dan pengembangan KESELAMATAN KLIEN Keselamatan klien/pasien termasuk pekerja radiasi pengion/non pengion, lingkungan/masyarakat umum merupakan hal utama. Sumber radiasi ada 2 (dua) yaitu: 1. Pengion Fisikawan medis harus memastikan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang pemeriksaan dengan sumber radiasi pengion, yaitu apron, thyroid shield,sarung tangan timbal, gonad shield, kaca mata Pb, tirai Pb pada peralatan mode fluoroskopi, lampu merah di atas pintu masuk ruang pemeriksaan, dan shielding, Selain itu bagi pekerja harus dilengkapi dengan personal ronitoring radiasi (Film badge/TLD/OSL, pocket dosemeter). Selain APD tersebut, dari segi bangunan/sarana pra sarana harus sesuai dengan persyaratan/perundangan yang berlaku untuk sumber radiasi pengion. © -20- Non pengion Fisikawan medis harus memastikan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang pemeriksaan dengan sumber radiasi non pengion, yaitu kaca mata khusus cahaya/panjang gelombang tertentu, detektor logam, thermo hygrobarometer, dehumidifier. Selain APD terseout, dari segi bangunan/sarana prasarana harus sesuai dengan, persyaratan/perundangan yang berlaku untuk sumber radiasi non pengion. BABIV SUMBER DAYA SUMBER DAYA MANUSIA Untuk dapat memberikan pelayanan secara maksimal dan berperan dalam menjamin keselamatan pasien dan keamanan radiasi, maka fisikawan medis harus memenubi kualifikasi dan jumlah yang mencukupi. Kualifikasi Fisikawan Medis meliputi jenjang pendidikan S1/profesi, $2, dan $3 dari program studi fisika/fisika medik atau teknik nuklir dengan peminatan fisika medik sesuai dengan transkip dan skripsi/tesis/disertasi yang disusun. Jumlah fisikawan medis pada masing-masing cakupan pelayanan fisike. medik sebagai berikut: 1. Pada bidang racliologi diagnostik, imejing dan intervensional, jumlah fisikawan medik di rumah sakit kelas A/B/C minimal 1 (satu) orang. 2. Pada bidang radioterapi, jumlah fisikawan medis di rumah sakit kelas A/B minimal 1 (satu) orang dan penambahan 1 (satu) orang fisikawan medis setiap kenaikan jumlah klien 400 kunjungan/tahun. 3. Pada bidang kedokteran nu‘dir, jumlah fisikawan medis di ramah sakit yang mempunyai pelayanan kedokteran nuklir tipe pratama/madya/utama, minimal 1 (satu) orang untuk satu instalasi. 4. Pada bidang fisika kesehatan, jumlah fisikewan medis minimal 1 orang untuk setiap fasilitas kesehatan. Pengembangan sumber daya manusia fisikawan medis dapat dilakxkan melalui: 1. Peningkatan Pendidikan formal Fisikawan Medis Pendidikan formal jenjang $1/Profesi, S2 dan $3 Fisikawan Medis mengagu pada peraturan yang berlaku. 2. Clinical Training’ Dibutuhkan untuk mempercleh pengalaman klinik yang memadai di bidang radiologi diagnostik, imejing dan intervensional, radioterapi, kedokteran nuklir. B. c -22- 3. Pendidikan berkelanjutan untuk Fisikawan Medis. Pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan teknologi dan melalui penerapan nilai-nilai moral serta etika profesi melalui felatihan, workshop, short course, bench marking, fellowship, perterauan ilmiah berkala dan pengabdian masyarakat di bidang fisika medik. 4, Penelitian dan pengembangan bidang fisika medik. SARANA DAN PRASARANA Sarena yang dibutuhkan antara lain ruang kerja untuk fisikawan medis, ruang penyimpanan alat ukur dan ruang penyimpanan dokumen pelayanan fisika medik. Prasarana yang dibutuhkan antara lain termohigrometer ruangan, dehumidifier, peralatan komunikasi, komputer, dan sainbungan internet sesuai kebutuhan pelayanan. PERALATAN Peralatan yang digunaken dalam pelayanan fisika medik mengacu pada standar internasional ISO/IEC, dan IAA, sesuai dengan bidangnya, antara lain : 1. Peralatan pada pelayanan fisika medik di bidang radiologi diagnostik, imejing dan intervensional : eralatan Fisikay7].-- Peralatan Fisi jedi Level "| Medi Level lll | Pesawat Sinar x ~X Ray Muli] i. x Ray Mule onvensional Meter Meter (termasuk dental | 2. Sensitometer, 2. Sensitometer, 2. Sensitometer, dan panoramik) | densitometer, | densitometer, | densitometer, dantermometer | dan dan. termometer 3. Colimator =| termometer_ | 3. Colimator- Beam Beam Aligment| 3. Colimator and | Aligment Tool test Tool Beam Aligment| 4, Survey Meter 4, Survey Meter | test Tool 5. Dosimeter salu 5. Dosimeter saku | 4. Survey Meter | 6. Grid - image 5. Dosimeter saiu | receptor test tools 6. Grid - image) 7. Computer system receptor test| 8. Focal spot test tools tool 7. Computer —_|9. Image evaluation | system | test tots -23- Pergiatan Fisika i [TPeralntan Fisika | Medike Level Il Poralatanhisika = Medik 2 | Pesawat Sinar x Fluoroskopi 7. Aluminiua filters 2. Copper attenuators (> 99 % purity}; tebal 1 mm, 2.5mm 3. Fluoroscopic test objects 4. Lead block (@ mm x 50 mm x 50 mm) 5. Survey Meter Dosimeter saku J 1. Aluminium filters 2. Copper attenuators {> 99 % purity); tebal 1 mm, 25mm 3. Fluoroscopic test objects 4. Lead block (3 mm x 50 mm x 50 mn) 5, Survey Meter Dosimeter salu 7. Geometric test pattern (2 om grid) 1. Aluminium filters 2. Copper attenuators (> 99% purity): tebal 1 mm, 2.5 mm 3. Fluoroscopic test objects 4, Lead block (3 mm x 56 mm x 50 mm) Survey Meter Dosimeter saica tee Geometric . test pattern (2 cm grid) Abdominal phantom of variable thickness for ABC tests2 Mammnograli T. Aluminiune filters Mammography 2. Collimator test toot Densitometer Light Meter Survey Meter Phantont ase Resolusi Mammography 7. Survey Meter 8, Dosimeter saku oF “Aluminium fitters Mammography . Collimator test toot . Densitometer Light Meter Survey Meter Phantom Resolusi Mammography 7. Survey Meter . Dosimeter saku Aluminium filters | Mammography 2. Collimator test tool Densitometer 4. Light Meter Survey Meter Phantom Resolusi Mammography 7. Survey Meter Dosimeter salu 4 | Quality Control Of| |_| Photestimutable Phosphor Systems/ Computerized Radiography Phartom Resolusi CR + Software Phantom Resolusi CR + Software Phantom — Resolusi CR + Software Digital Subtraksi Angiografi (DSA) Cardiac Cathete rization (Cathe Lab}: C-Arm variable thickness for AEC tests 2 2. Aluminium jilters 3. Copper attenuators (> 99 % purity tebal 1 mm dan 25 4, Fluoroscopic | test objectsGeometri ¢ testpattern (2 can grid) 5. Lead block (3 mmm x 50 mm x 50 mm) 2, Aluminium 3. Copper 4, Fluoroscopic 5. Lead block (3 phantom of | variable thickness for AEC tests 2 (filters attenuators (> 99 % purity) tebal 1 mm dan 2.5 mm. test objects | Geometric testpattem (2 em grid) mm x 50 mm x 50 mm) Copper attenuators (> 99 % purity); tebal 1 mm dan 2.5 mm, 2 5. 6. ‘Abdominal phantom of variable thickness for AEC tests 2 Aluminium fitters Copper attenuators (> 99 % purity), tebal = Imm dan 2.5 mm Fluoroscopie test | objects Geometric testpattern (2 om grid) Lead block (3 mm x 50 mm x 50 mm) | Copper attenuators (> 99 % purity}, tebal 1 mm dan 2.5 mm TX Ray Mult Tester Too! 2. Focal spot test tool 3. Image evatuation test tools 4, Sensitometer, densitometer, dan thermometer 3. Image TX Ray Multi Tester Toot 2. Focal spot test tool evaluation test tools 4. Sensitometer, densitometer, den thermometer 2. . Image evaluation Ray Tester Too! Focal spot test tool test tools Sensitometer, densitometer, dan thermorneter Grid and image receptor test tools No: Fisikas) ledik Level III Colimator and . Grid and image 6. receptor test| receptor test|_ Beam —Aligment tools tools test Tool 6. Colimator and| 6. Colimator and |7. Computer system Beam

You might also like