You are on page 1of 10

Accounting Of Fishing Captures In TPI Siung, Batu Putih, Sekotong West

Lombok District
Selamet Kurniawan Riandinata1*, M. Safari Ilham1, Siskawati1, Brigitta Amara Fanny Debra
Geraldine1, Muhammad Qadri1 and Yuliadi Zamroni1

1)
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Mataram Jl. Majapahit 62
Mataram 83125 Indonesia, *Corresponden author: Selamet Kurniawan Riandinata, S.Si (email:
kriandinata7@gmail.com)

Abstract

TWP Gita Nada is a conservation area consisting of three zoning, covering the core zone,
utilization zone and sustainable fisheries zone. TWP Gita Nada has very high fishery potential
both pelagic fish and demersal fish. Availability of fish stocks in Indonesian waters has
overfishing. This can be seen from the decreasing productivity of the waters, the smaller the size
of the fish caught, and the fishing areas that are further from the coast. If this condition continues,
it will disrupt fish stock in the waters and indirectly disrupt the economy of the community. In
connection with that, there is a need for data collection and control in handling fisheries activities
in the community to prevent overfishing. This study aims to determine fisheries management in
the conservation area and find out the types of reef fish caught by fishermen from the Gita Nada
TWP. The method of data collection is in the form of species identification and interviews. Based
on the results of the study, there were 16 families of fish with 41 types of demersal fish caught by
fishermen. Family Lethrinidae is the most caught family and Lethrinus simicinctus is the most
caught fish species by fishermen. For fisheries management at TPI Siung, the Gita Nada TWP
area is still relatively traditional and quite good.
Keywords: overfishing, reef fish, fisheries, TWP Gita Nada

1. Introduction
Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi Nusa
tenggara Barat, secara geografis terletak di belahan barat dan selatan Pulau Lombok. Wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) Kabupaten Lombok Barat mengandung sistem ekologi
yang kompleks dan keanekaragaman ekosistem yang tinggi yang membutuhkan pengelolaan
untuk menjamin (1) terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan
bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia; (2) terpeliharanya keanekaragaman
hayati sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati
bagi kesejahteraan; dan (3) terkendalinya cara-cara pemanfaatan sumber daya alam sehingga
terjamin kelestariannya.
Secara tradisional, WP3K Kabupaten Lombok Barat juga menjadi tumpuan bagi
sebagian masyarakatnya yang masih menggantungkan pencahariannya dari hasil-hasil laut
dan menggunakan pantai sebagai bagian dari kelangsungan mata pencahariannya.
Pendayagunaan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan perairan pesisir dan pulau-pulau
kecil cenderung akan berkembang pesat seiring dengan perkembangan pembangunan
kepariwisataan, kelautan dan perikanan dan sektor-sektor lainnya yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan kepariwisataan (Pemda Lombok Barat, 2015). Salah satu
kawasan yang masuk ke dalam WP3K adalah Taman Wisata Perairan Gita Nada.

Luas kawasan konservasi TWP Gita Nada mencapai 21.556 hektare yang telah
dijadikan sebagai target wilayah konservasi, meliputi target sumber daya (bioekologis),
diantaranya ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove dan ekosistem padang lamun.
Untuk target sosial, budaya dan ekonomi meliputi dukungan dalam pengelolaan kepatuhan
terhadap zonasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wilayah TWP Gita Nada, dibagi
dalam tiga zonasi, meliputi zona inti, zona pemanfaatan dan zona perikanan berkelanjutan.
TWP Gita Nada memiliki potensi yang cukup besar.

Ketersediaan ikan atau Stok di berbagai wilayah perairan Indonesia telah mengalami
tangkap berlebihan (overfishing). Produktivitas mengalami penurunan, ikan yang tertangkap
semakin kecil, dan daerah penangkapan yang menjadi pusat operasi penangkapan memiliki
jarak yang semakin jauh dari pantai (Zulbainarni, 2012). Penurunan produktivitas
sumberdaya dan terjadinya penangkapan secara berlebihan pada suatu wilayah perairan
disebabkan oleh perubahan kapasitas tangkap yaitu penambahan jumlah serta ukuran alat
tangkap dan kapal. Perubahan kapasitas tangkap ini mengakibatkan ketersediaan sumber-daya
ikan pada suatu perairan akan habis ditangkap pada upaya penangkapan yang lebih sedikit
(Cunningham et al., 1985). Bila penangkapan ikan ini dilakukan terus menerus dikuatir-kan
populasinya cenderung berkurang karena siklus hidupnya dapat terganggu bila tanpa diikuti
dengan pertumbuhan dan reproduksi; bahkan tidak ada lagi habitat yang kondusif untuk
melepaskan telur. Apabila populasi cenderung berkurang bahkan sampai tidak ada sama
sekali, maka akan berdampak pula pada perekonomian masyarakat nelayan (Kawimbang et
al., 2012).
Sehubungan dengan itu, maka perlu adanya penanganan secara terkontrol terhadap
penangkapan yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kepatuhan nelayan yang ada di kawasan TWP Gita Nada dalam pengelolaan perikanan dan
mengetahui jenis ikan karang yang ditangkap oleh nelayan yang berasal dari TWP Gita Nada.
Selain itu, data inventarisasi ikan karang hasil tangkapan nelayan yang berasal dari TPI
kawasan TWP Gita Nada, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat belum memadai
walaupun telah ada di Dinas Kelautan dan Perikanan namun dirasa belum lengkap karena
kurang detail. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan.

2. Materials and Method


2.1 Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan waktu pelaksanaan pada bulan
Maret 2018. Tempat penelitian dilakukan di TPI Siung Batu Putih, Kecamatan Sambelia,
Kabupaten Lombok Timur. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode observasi langsung dengan teknik sensus jenis (spesies) ikan yang didaratkan di TPI
dan wawancara. Wawancara ditujukan pada nelayan dan pengepul ikan untuk mendapatkan
data tambahan mengenai pengelolaan perikanan di kawasan tersebut.

2.2 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel ikan terumbu karang pada
tempat pelelangan ikan di lokasi yang ditentukan. Jenis ikan yang diambil pada penelitian ini
adalah ikan yang memiliki ukuran morfologi lengkap atau jelas. Selanjutnya ikan sampel
difoto sebagai dokumentasi dan diidentifikasi jenis-jenisnya. Untuk pemberian nama ilmiah
ikan sampel yang diperoleh dilakukan dengan memperhatikan deskripsi morfologi tubuh ikan
berdasarkan Allen (2000), Kimura & Matsuura (2003) dan Kuiter & Debelius (2006). Data
yang telah didapatkan kemudian dihitung menggunakan tekhnik analisis data kemudian
dideskripsikan dalam bentuk pembahasan.

2.3 Analisis Data

Data yang sudah didapatkan dianalisis dengan Microsoft office excel 2016 untuk
mengetahui persentase jenis ikan yang didapat. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel
dan gambar yang diberikan penjelasan secara deskriptif sehingga mudah untuk dipahami.
3. Result and Discussion
3.1 Kegiatan Penangkapan Ikan

Hasil penelitian mengenai kegiatan penangkapan ikan di lokasi pendaratan ikan Siung,
Batu Putih Kawasan TWP Gita Nada didapatkan bahwa jumlah nelayan yang berasal dari
pelabuhan Siung adalah 10 nelayan. Jumlah ini termasuk banyak berdasarkan hasil
wawancara dengan para nelayan. Pada bulan Maret intensitas dan curah hujan sudah mulai
menurun, namun gelombang laut masih cukup tinggi sehingga beberapa nelayan masih belum
bisa melaut secara maksimal. Secara umum tingkat kepatuhan nelayan terhadap peraturan
dalam pengelolaan perikanan sudah sangat baik. Pendataan tingkat kepatuhan nelayan di TPI
Siung, Kawasan TWP Gita Nada disajikan dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1. Kegiatan Penangkapan Ikan di TPI Siung, Kawasan TWP Gita Nada.

Pelabuhan Lokasi Zonasi Alat Tangkap Kategori Biaya


Asal Penangkapan Mesin Operasional (Rp)
Siung Pemalikan, Gili Zona Pancing Sampan dan 50.000,00-
Layar, Bangko- Perikanan Ketinting 90.000,00
(5,5-6 PK)
Bangko Berkelanjutan

Berdasarkan tabel 1 dapat dikatakan kegiatan penangkapan ikan masih dikatakan baik.
Hal tersebut dilihat dari zonasi tempat penangkapan yang berada di Zona perikanan
berkelanjutan. Lokasi penangkapan ikan dilakukan di Pemalikan, Gili Layar dan Bangko-
bangko yang merupakan kawasan perikanan berkelanjutan. Artinya kawasan tersebut adalaha
kawasan yang diperbolehkan melakukan penangkapan ikan di wilayah tersebut. Alat tangkap
yang digunakan yaitu pancing dengan mata pancing yang berukuran sedang sampai besar.
Ukuran mata pancing yang digunakan mulai dari mata pancing no 12 sampai mata pancing no
17 yang aman bagi ikan-ikan yang masih juvenile. Kategori mesin yang digunakan adalah
ketinting dan sampan dengan kekuatan mesin dari 5,5 PK, dan 6 PK. Biaya operasional yang
dikeluarkan oleh nelayan untuk sekali melaut yaitu untuk nelayan pancing Rp 50.000-90.000.

Pengelolaan perikanan di kawasan tersebut masih tradisional. Dimana pengepul akan


membelikan umpan untuk nelayan yang akan pergi melaut. Kemudian nelayan akan menjual
ikan hasil tangkapannya ke pengepul. Ikan hasil tangkap yang sesuai standar konsumsi
(biasanya berbobot 1 kg per ekor) akan dijual ke pengepul yang lebih besar. Adapun ikan
yang berbobot kurang dari 500 gram akan dijual ke pasar tradisional dan atau ada pembeli
yang datang ke pengepul tersebut.

3.2 Jenis Ikan Hasil Tangkap


Hasil penelitian diperoleh 40 jenis ikan yang masuk kedalam 10 famili ikan yang
didaratkan oleh nelayan di kawasan TPI Siung. Ikan karang yang paling dominan atau sering
didapatkan berasal dari family Holocentridae dan Lethrinidae dengan 8 spesies. Ikan karang
yang paling sedikit adalah dari family Priacanthidae dengan 1 spesies (Gambar 1).

Gambar 1. Persentase jenis ikan yang dikelompokkan berdasarkan Famili masing-


masing.

Famili Holocentridae dan Lethrinidae menjadi family dengan jumlah jenis yang paling
dominan (20%). Pada penelitian ini tidak semua jenis ikan dapat didaratkan di TPI Siung,
kawasan TWP Gita Nada, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya cuaca yang
tidak mendukung sehingga banyak nelayan yang tidak pergi ke laut dan memilih tinggal di
rumah karena hasil tangkapan sering tidak sebanding dengan biaya operasional. Kalaupun ada
yang melaut, biasanya hanya di kawasan pinggir pantai yang memang menjadi lokasi nelayan
tradisional menangkap ikan.

Tabel 1. Jenis-jenis ikan yang didaratkan di TPI Siung, Kawasan TWP Gita Nada.
No Famili Nama Ilmiah Frekuensi (100%)
1. Lutjanidae Lutjanus gibbus 100
Lutjanus fulviflamma 88
Lutjanus rufolineatus 57
Lutjanus quinquelineatus 88
Lutjanus bengalensis 100
Lutjanus bohar 100
Aprion virescens 43
2. Lethrinidae Lethrinus ornatus 100
Lethrinus rubrioperculatus 88
Lethrinus harak 88
Lethrinus nebulosus 88
Lethrinus microdon 57
Lethrinus semicinctus 100
Lethrinus atkinsoni 88
Monotaxis grandoculis 71
3. Serranidae Epinephelus fasciatus 71
Epinephelus faveatus 57
Variola albimarginata 88
4. Caesionidae Caesio cuning 57
Caesio teres 43
5. Nemipteridae Nemipterus hexodon 43
Scolopsis lineatus 57
6. Holocentridae Sargocentron melanospilos 28
Sargocentron praslin 28
Sargocentron rubrum 28
Sargocentron caudimaculatum 43
Myripristis chryseres 57
Myripristis murdjan 77
Myripristis violacea 43
Myripristis melanostictus 43
7. Haemulidae Plectorhinchus polytaenia 57
Plectorhinchus lessonii 28
Plectorhinchus vittatus 71
Plectorhinchus lineatus 14
Diagramma pictum 43
8. Siganidae Siganus canaliculatus 43
Siganus sp 43
9. Mullidae Parupeneus cyclostomus 14
Parupeneus crassilabris 14
10. Priacanthidae Priacanthus hamrur 28

Menurut Nontji (2002) perubahan cuaca akan dapat mempengaruhi kondisi laut,
misalnya angin yang sangat menentukan terjadinya gelombang dan arus dipermukaan laut.
Para nelayan umumnya sudah memahami terjadinya fluktuasi tahunan hasil tangkapan seiring
datangnya musim pancaroba. Curah hujan di berbagai daerah akan mempengaruhi sebaran
salinitas (kegaraman) dipermukaan laut sehingga mempengaruhi komposisi makanan bagi
ikan-ikan di laut menjadi lebih rendah, hal ini membuat ikan-ikan banyak bermigrasi untuk
mendapatkan asupan pangan yang lebih banyak. Selain itu penelitian ini dilakukan pada saat
Musim Barat, hal ini menyebabkan hasil tangkapan nelayan lebih sedikit. Pada Musim Barat
terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Auastralia. Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju Australia yang di
Indonesia dikenal dengan angin Musim Barat, Musim Barat dilalui dengan cuaca buruk yang
ditandai gelombang tinggi dan angina kencang (Nontji, 2002). Musim tangkapan sangat
mempengaruhi hasil tangkapan ikan dengan demikian sangat dimungkinkan masih banyak
jenis-jenis ikan yang belum diinventarisasi.

Selain itu, terdapat variasi waktu nelayan pergi melaut. Nelayan yang melaut siang
hari akan pergi sekitar pukul 04.00-06.00 wita dan kembali pukul 11.00-16.00 wita, adapun
nelayang yang melaut pada malam hari akan pergi sekitar pukul 17:00-21.00 wita dan
kembali pukul 07:00-10.00 wita. Perbedaan waktu tangkap ikan akan mempengaruhi jenis-
jenis ikan yang tertangkap baik antara ikan nocturnal dan ikan diurnal.

4. Conclusion
Berdasarkan hasil penelitian jenis-jenis ikan karang hasil tangkapan nelayan yang
didaratkan di TPI kawasan TWP Gita Nada, dapat disimpulkan bahwa terdapat 14 famili dan 60
jenis ikan yang didaratkan di TPI kawasan TWP Gita Nada. Selain itu, tingkat kepatuhan nelayan
dalam pengelolaan perikanan sudah cukup baik.

References
Abdullah, 2014, Jenis-jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan yang Didaratkan di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tuha Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
Sumber jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/download/1040/97.
Allen, G., 2000, A Field Guide for Angelers and Divers Marine Fishes of South-East Asia.
Singapore: Periplus Editions (HK) Ltd.

Cunningham, S., M.R Dunn, and D. Whitmarsh, 1985, Fisheries Economics: An Introduction.
Mansell Publishing Limited Edition. St. Marthin’s Press, New York.

Direktorat Pelabuhan Perikanan, 2006, Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan: Pemasaran dan
Investasi, Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pemasaran_investasi_index.html.

Dewi, D., 2010, Analisa Bioekonomi Untuk Pengelolaan Sumberdaya Kerang Simping (Amusim
plueronectes) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, [Tesis], Universitas Diponegoro Jawa
Tengah.

Fauzi, A., 2006, Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Praktek, Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Fujaya, Y., 2004, Fisiologi Ikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Gulland, J. A., 1983, Fish Stock Assement: A Manual of Basic Method, NewYork, John Wiley and
Sons. Inc.

Kawimbang E., I.J. Paransa, dan M.E. Kayadoe, 2012, Pendugaan stok dan musim penangkapan
ikan julung-julung dengan soma roa di Perairan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(1), 10-17.
Kimura, S. & Matsuura K., 2003, Fishes of Bitung Northem Tip of Sulawesi, Indonesia, Tokai
University Press, Japan.

Kuiter, R. H. & Debelius, H., 2006, World Atlas of Marine Fishes, IKAN-Unterwasserarchiv,
Germany.

Lubis, E., 2000, Pengantar Pelabuhan Perikanan, Bogor: Bagian Kepelabuhan Perikanan dan
Kebijakan Pengelolaan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Lubis E., Solihin, I., Nugroho, T., Muninggar, R., 2010, Diktat Pelabuhan Perikanan Bogor,
Bogor: Bagian Kepelabuhan Perikanan dan Kebijakan Pengelolaan. Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Moyle, P. B., and J. J. Cech, 1988, Fisher and Introduction to Ichtiologi, Prentice Hall,
Englewood New York.

Nontji, A., 1987, Laut Nusantra, Jakarta, Djambatan.

Pemda Lombok Barat, 2015, Profil Desa Sekotong Barat, Gerung, PEMDA Lombok Barat.

Primawati, S. N., Ismail E. & Marnita, 2016, Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di
Pantai Jeranjang, Pendidikan Mandala, (1), 73-78.

Rosmatun, S. M., 1997, Budidaya Udang Windu dan Ikan, Edisi ke 10, Jakarta, Penebar
Swadaya.

Saanin, H., 1968, Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II, Jakarta, Binatjipta.
Syakila, S., 2009, Studi dinamika stok ikan tembang (Sardinella fimbriata) di perairan Teluk
Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, [Skripsi], Manajemen
Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Terangi, 2004, Panduan Dasar untuk Pengenalan Ikan Karang Secara Visual Indonesia, Diakses
pada bulan April 2018 dari http//:www.Terangi.or.id/Indonesia.article/terangiterumbu.
Zulbainarni, N., 2012, Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam Pengelolaan Perikanan
Tangkap, Bandung, IPB Press.

You might also like