Professional Documents
Culture Documents
Pemeriksaan Conto Air - Okt 2012
Pemeriksaan Conto Air - Okt 2012
Pengukuran contoh air yang dilakukan adalah 46 contoh, yang terdiri dari : Sumur, pada 27
titik lokasi (ID AP); Mata air, pada 14 titik lokasi (ID MP); Sungai, pada 4 titik lokasi (ID SP); Sawah,
pada 1 titik lokasi (ID SaP). Lokasi penelitian diperlihatkan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Pengukuran contoh air dilakukan dengan menggunakan alat EC/pH METER WM-22 EP, SN
637640, TOA dkk, dan dilakukan secara in situ. Jumlah pemeriksaan dengan alat TOA dkk terdiri dari
6 parameter yang meliputi pH, Daya Hantar Listrik (DHL), salinitas, resistivity, Oksidasi Reduksi
Potensial (ORP), dan suhu. Selain itu dilakukan juga pengukuran muka airtanah, pengukuran Total
Dissolve Solid (TDS) dan pengamatan jenis tanah.
Berdasarkan pengertian dalam Chemistry for Environmental Engineering (Sawyer, 1994) dan
Telaah Kualitas Air (Effendi, 2003), diketahui bahwa pH merupakan gambaran konsentrasi ion
hidrogen dalam air. DHL merupakan gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan
aliran listrik. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat di
konversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan
organik telah dioksidasi. Resistivity merupakan gambaran kekuatan air untuk menahan arus listrik,
resistivity yang rendah menunjukan bahan dimungkinkan untuk dilewati muatan listrik. ORP
menggambarkan aktivitas elektron di perairan, yaitu potensi larutan untuk mentransfer elektron
dari suatu oksidan kepada reduktan. Dan suhu merupakan kondisi badan air yang dipenaruhi oleh
musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan
dan aliran serta kedalaman badan air. Kondisi suatu badan air, akan dipengaruhi oleh parameter-
parameter diatas.
Selain dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat TOA dkk, dilakukan juga pengukuran
Muka AirTanah (MAT) menggunakan alat ukur panjang serta pengukuran TDS menggunakan metoda
Gravimetri. Pengukuran MAT dilakukan bersamaan dengan alat TOA dkk, sementara pengukuran
TDS dilakukan di laboratorium, untuk 8 contoh air. Hasil pengukuran beberapa parameter diatas,
diperlihatkan pada Tabel 2 - Tabel 4.
Tabel 2. Hasil Pengukuran contoh airtanah di sekitar daerah rawan longsor,
Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
ID Koordinat Koordinat DHL Salinitas Resistivity ORP Suhu MAT
ID Air PH Batuan Ukuran
Sampel X Y (uS/cm) (%) (Ωm) (mV) (°C) (m)
S1 AP1 768641 9265326 8,03 119 0,01 84,6 25,4 13 Vulkanik Pasir lempungan
S2 AP2 768641 9265326 7,5 74 0 134,5 25 11 Vulkanik Pasir lempungan
S3 AP3 768630 9265348 5,01 77 0 129,6 123 25 12,6 Vulkanik Pasir lempungan
S4 AP4 768677 9265313 5,74 24 0 416 77 25 15,2 Vulkanik Lempung pasiran
S7 AP5 769167 9265265 6,36 173 0,01 57,7 45 25,4 1,3 Breksi Pasir
S9 AP6 769779 9265374 6,79 398 0,02 25,1 13 26,4 5,3 Breksi Pasir
S10 AP7 768256 9265673 7 235 0,01 42,3 8 26,2 1,2 Pasir Pasir
S14 AP8 771279 9266314 7,06 641 0,03 15,59 4 26,6 2,1 Pasir Pasir
S19 AP9 768184 9265362 7,98 51 0 193,4 -58 26 12,95 Breksi Lempung pasiran
S23 AP10 767136 9265654 7,05 45 0 237 15 25,1 Lempung Lempung
S24 AP11 767085 9265677 6,22 43 0 231 47 24,9 Lempung Lempung
S25 AP12 767021 9265709 5,64 201 0,01 49,8 85 25,4 Pasir lanauan
S26 AP13 766995 9265743 6,41 136 0,01 73,7 38 25,8 16,2 Pasir lanauan
S27 AP14 767007 9265795 6,08 31 0 324 55 25,8 16,2 Pasir lanauan
S28 AP15 767043 9265859 5,22 32 0 313 108 25,3 12 Pasir lanauan
S29 AP16 767091 9265823 6 105 0 95,3 85 25,1 15,6 Lempung? Pasir lanauan
S30 AP17 767132 9265883 5,88 42 0 240 6,8 25,7 15,6 Lempung?
S31 AP18 766970 9265807 6,67 218 0,01 46 26 23,6 17,5 Lempung?
S32 AP19 766946 9265878 6,49 402 0,02 24,9 33 26,2 23,6 Pasir Pasir
S33 AP20 766933 9265755 6,94 143 0,01 69,7 20 25,3 14,6 Lempung
S34 AP21 766922 9265678 6,74 248 0,01 40,4 19 25,4 12 Lempung
S38 AP22 767276 9265760 7 186 0,01 53,9 17 25,8 18,6 Pasir lempungan
S39 AP23 768589 9265365 6,7 67 0 149,3 44 25,7 9,3 Lempung?
S42 AP24 768917 9265142 7,4 21 0 480 -17 24,8 11,2 Lempung
S43 AP25 768881 9265103 6,52 30 0 339 12 25,1 12,95 Lempung
S44 AP26 768650 9265384 6,73 309 0,01 32,5 22 25,4 12,7 Lempung
S46 AP27 768616 9265382 6,85 38 0 263 22 25,7 13,3 Pasir
Tabel 4. Hasil Pengukuran contoh air permukaan (sungai dan sawah) di sekitar daerah rawan
longsor, Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
ID Koordinat Koordinat DHL Salinitas Resistivity ORP Suhu MAT
ID Air PH Batuan Ukuran
Sampel X Y (uS/cm) (%) (Ωm) (mV) (°C) (m)
S13 SP1 771317 9266288 7,85 309 0,01 32,4 -45 29,2 0 Pasir Pasir
S17 SP2 768477 9266093 7,94 1105 0,05 9,04 -52 26,6 0 Lempung Lempung
S18 SP3 768539 9266051 7,68 612 0,03 16,34 -34 27,5 0 Lempung Lempung
S22 SP4 768201 9265189 7,48 160 0,01 62,7 -26 24,4 0 Lempung Lempung
S16 SaP1 768418 9266142 8,86 921 0,05 10,86 -106 31,3 0 Lempung Lempung
Pengukuran TDS metoda Gravimetri hanya dilakukan terhadap 8 contoh air. Menurut
Canadian Water Quality Guidelines kandungan TDS dapat diperkiraan dengan mengkalikan nilai DHL
dengan bilangan 0,55 – 0,75 (konstanta), hal ini karena nilai DHL berhubungan erat dengan nilai TDS,
Tebbut (1992) memperlihatkan hubungan TDS dan DHL dengan persamaan dibawah ini:
Nilai konstanta TDS untuk setiap conto air berbeda-beda, namun umumnya tetap berada dalam
rentang 0,55 – 0,75. Kandungan TDS pada 8 contoh air yang diperiksa, dan konstantan DHL/TDS dari
contoh air diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan TDS dan konstanta DHL/TDS dari contoh air di sekitar daerah rawan
longsor, Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
S2 AP2 55 74 0,743243243
S6 MP2 177 231 0,766233766
S9 AP6 274 398 0,688442211
S10 AP7 172 235 0,731914894
S13 SP1 190 309 0,614886731
S14 AP8 366 641 0,570982839
S23 AP10 23 45 0,511111111
S30 AP17 28 42 0,666666667
Rata rata nilai konstanta 0,661685183 = 0,6617
Untuk melihat hubungan antara pengukuran TDS Gravimetri dengan TDS perhitungan
diperlihatkan dalam Grafik 2. Perhitungan regresi linear yang didapatkan adalah R2=0,8854, nilai R2
menunjukan kedekatan hubungan (korelasi) antar parameter, semakin mendekati 1 maka
korelasinya semakin dekat.
350
y = 38.25x
300
R² = 0.8854
250
200
150
100
50
0
30 28 49 155 153 204 263 424
TDS Perhitungan (mg/L)
Gambar 2. Grafik hubungan TDS Gravimetri dan TDS perhitungan contoh air di daerah
rawan longsor Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
Dari 46 conto air di lokasi penelitian, pengukuran TDS gravimetri hanya dilakukan untuk 8
contoh air. Kandungan TDS untuk 38 lainnya diperkirakan dengan menggunakan konstanta dari
Canadian Water Quality Guidelines, yaitu DHL*(0,55-0,75), disebut sebagai TDS perkiraan 1.
Sementara TDS perkiraan 2 menggunakan konstanta rata-rata hasil pengukuran TDS gravimetri dari
8 contoh air. Prediksi nilai TDS dari conto air diperlihatkan pada Tabel 6 – Tabel 8.
Tabel 6. Hasil Pengukuran perkiraan TDS contoh airtanah di sekitar daerah rawan longsor,
Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
ID Sampel ID Air DHL (uS/cm) TDS Gravimetri (mg/L) TDS Perkiraan 1 (mg/L) TDS Perkiraan 2 (mg/L)
S1 AP1 119 65 - 89 79
S2 AP2 74 55 41 - 56
S3 AP3 77 42 - 58 51
S4 AP4 24 13 - 18 16
S7 AP5 173 95 - 130 114
S9 AP6 398 274 219 - 299
S10 AP7 235 172 129 - 176
S14 AP8 641 366 353 - 481
S19 AP9 51 28 - 38 34
S23 AP10 45 23 25 - 34
S24 AP11 43 24 - 32 29
S25 AP12 201 111 - 151 133
S26 AP13 136 75 - 102 90
S27 AP14 31 17 - 23 21
S28 AP15 32 18 - 24 21
S29 AP16 105 58 - 79 69
S30 AP17 42 28 23 - 32
S31 AP18 218 120 - 164 144
S32 AP19 402 221 - 302 266
S33 AP20 143 79 - 107 95
S34 AP21 248 136 - 186 164
S38 AP22 186 102 - 140 123
S39 AP23 67 37 - 50 44
S42 AP24 21 16-Des 14
S43 AP25 30 17 - 23 20
S44 AP26 309 170 - 232 204
S46 AP27 38 21 - 29 25
Tabel 7. Hasil Pengukuran perkiraan TDS contoh mataair di sekitar daerah rawan longsor,
Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
ID Sampel ID Air DHL (uS/cm) TDS Gravimetri (mg/L) TDS Perkiraan 1 (mg/L) TDS Perkiraan 2 (mg/L)
S5 MP1 243 134 - 182 161
S6 MP2 231 177 127 - 173
S8 MP3 169 93 - 127 112
S11 MP4 526 289 - 394 348
S12 MP5 209 115 - 157 138
S15 MP6 240 132 - 180 159
S20 MP7 170 94 - 128 112
S21 MP8 199 109 - 149 132
S35 MP9 135 74 - 101 89
S36 MP10 90 50 - 68 60
S37 MP11 143 79 - 107 95
S40 MP12 113 62 - 85 75
S41 MP13 154 85 - 116 102
S45 MP14 173 95 - 130 114
Tabel 8. Hasil Pengukuran perkiraan TDS contoh air permukaan (sungai dan sawah) di sekitar
daerah rawan longsor, Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
ID Sampel ID Air DHL (uS/cm) TDS Gravimetri (mg/L) TDS Perkiraan 1 (mg/L) TDS Perkiraan 2 (mg/L)
S13 SP1 309 190 170 - 232
S17 SP2 1105 608 - 829 731
S18 SP3 612 337 - 459 405
S22 SP4 160 88 - 120 106
S16 SaP1 921 507 - 691 609
Berdasarkan Tabel 6 – Tabel 8, terlihat adanya variasi kandungan TDS dalam contoh air. TDS
merupakan bahan bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa kimia dan bahan bahan lain, yang
tidak tersaring pada kertas bediameter 0,45µm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan bahan
anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan (Effendi, 2003).
Kandungan TDS dalam air permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan TDS dalam
airtanah dan mataair karena mudahnya penambahan material lain untuk terlarut pada air
permukaan. Variasi kandungan TDS dalam airtanah dan mataair dipengaruhi oleh lokasi pengambilan
contoh air, semakin jauh lokasi pengambilan contoh air dari recharge area, maka kandungan TDS
akan meningkat. Pada Gambar 3 dan Tabel 9 akan dilihat perbedaan kandungan TDS pada lokasi
sebelum terjadi longsor dan lokasi sesudah terjadi longsor.
Sesudah longsor
Sebelum longsor
Gambar 3. Lokasi pengukuran contoh air di daerah sebelum terjadi longsor, dan daerah sesudah
terjadi longsor di daerah rawan longsor Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
Kandungan TDS bergantung pada bahan-bahan yang terlarut dalam air, proses pelarutan pada
airtanah bergantung pada lamanya waktu kontak dan jarak yang ditempuh air. Berdasarkan
pengamatan di lokasi penelitian, diketahui bahwa daerah longsoran umumnya berada pada daerah
lereng, sehingga pengambilan airtanah sebelum longsor diasumsikan pada daerah dataran yang
lebih tinggi, sementara lokasi pengambilan airtanah sesudah longsor diasumsikan pada daerah
dataran yang lebih rendah.
Berdasarkan Tabel 9, kandungan TDS pada daerah sebelum terjadi longsor berada pada
rentang 16 – 79 mg/L. Sementara kandungan TDS pada lokasi sesudah terjadi longsor adalah 112 –
348 mg/L. Namun terdapat satu nilai anomali yaitu pada conto airtanah AP26 dengan kandungan
TDS sebesar 204 mg/L. Hal ini karena lokasi pengambilan contoh airtanah terletak paling dekat
dengan lokasi longsor, sehingga kemungkinan terjad akumulasi air yang cukup tinggi sebelum terjadi
longsor.
Tabel 9. Hasil Pengukuran perkiraan TDS contoh airtanah dan mataair pada lokasi sebelum
terjadi longsor dan lokasi sesudah terjadi longsor pada daerah rawan longsor,
Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
contoh airtanah pada lokasi sebelum longsoran contoh airtanah pada lokasi sesudah longsoran
TDS TDS TDS TDS TDS TDS
ID ID
ID Air gravimetri Perkiraan 1 Perkiraan 2 ID Air gravimetri Perkiraan 1 Perkiraan 2
Sampel Sampel
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
S1 AP1 65 - 89 79 S7 AP5 95 - 130 114
S2 AP2 55 41 - 56 - S10 AP7 172 129 - 176 -
S3 AP3 42 - 58 51
S4 AP4 13 - 18 16
S19 AP9 28 - 38 34
S39 AP23 37 - 50 44
S42 AP24 16-Des 14
S43 AP25 17 - 23 20
S44 AP26 170 - 232 204
S46 AP27 21 - 29 25
contoh mataair pada lokasi sebelum longsoran contoh mataair pada lokasi sesudah longsoran
TDS TDS TDS TDS TDS TDS
ID ID
ID Air gravimetri Perkiraan 1 Perkiraan 2 ID Air gravimetri Perkiraan 1 Perkiraan 2
Sampel Sampel
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
S40 MP12 62 - 85 75 S5 MP1 134 - 182 161
S6 MP2 177 127 - 173 -
S8 MP3 93 - 127 112
S11 MP4 289 - 394 348
S12 MP5 115 - 157 138
S15 MP6 132 - 180 159
Berdasarkan pada Gambar 3, diketahui bahwa pada setiap dataran rendah dari lokasi
ditemukannya longsor dapat ditemukan mataair, dan kandungan TDS dalam contoh mataair pada
lokasi sesudah longsoran akan lebih tinggi dibandingkan kandungan TDS pada lokasi sebelum
longsoran. Sementara Kandungan TDS pada lokasi pengambilan conto airtanah dan mataair dari
lokasi yang jauh dari longsoran tidak memperlihatkan pola yang sama, seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Pengukuran perkiraan TDS contoh airtanah dan mataair pada lokasi jauh dari
lokasi terjadi longsor di daerah rawan longsor, Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani,
Kab Purwakarta.
contoh airtanah pada lokasi jauh longsoran contoh mataair pada lokasi jauh longsoran
TDS TDS TDS TDS TDS TDS
ID ID
ID Air gravimetri Perkiraan 1 Perkiraan 2 ID Air gravimetri Perkiraan 1 Perkiraan 2
Sampel Sampel
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
S9 AP6 274 219 - 299 - S20 MP7 94 - 128 112
S14 AP8 366 353 - 481 - S21 MP8 109 - 149 132
S23 AP10 23 25 - 34 - S35 MP9 74 - 101 89
S24 AP11 24 - 32 29 S36 MP10 50 - 68 60
S25 AP12 111 - 151 133 S37 MP11 79 - 107 95
S26 AP13 75 - 102 90 S41 MP13 85 - 116 102
S27 AP14 17 - 23 21 S45 MP14 95 - 130 114
S28 AP15 18 - 24 21
S29 AP16 58 - 79 69
S30 AP17 28 23 - 32 -
S31 AP18 120 - 164 144
S32 AP19 221 - 302 266
S33 AP20 79 - 107 95
S34 AP21 136 - 186 164
S38 AP22 102 - 140 123
Gambar 4. Zonasi DHL di daerah rawan longsor Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani, Kab Purwakarta.
Gambar 4 memperlihatkan zonasi DHL di Desa Pasirmunjul dan Desa Cianting, pada daerah
tersebut contoh air ditemukan di banyak lokasi. Sedangkan pada lokasi lain tidak ditemukan
airtanah, mataair maupun air permukaan. Potensi airtanah pada setiap lokasi berbeda, dan
kemungkinan berhubungan dengan kondisi tanah atau geologi setempat. Berdasarkan informasi
yang didapatkan dari warga, diketahui bahwa Desa Pasirmunjul merupakan daerah rawan longsor,
sementara di Desa Cianting tidak terjadi longsor. Perbandingan tanah di kedua lokasi tersebut
diperlihatkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Tanah Permukaan di sekitar daerah rawan longsor, Ds Pasir Munjul, Kec Sukatani,
Kab Purwakarta.
contoh airtanah pada lokasi sebelum longsoran contoh airtanah pada lokasi sesudah longsoran
ID Sampel ID Air Batuan Ukuran ID Sampel ID Air Batuan Ukuran
S1 AP1 Vulkanik Pasir lempungan S7 AP5 Breksi Pasir
S2 AP2 Vulkanik Pasir lempungan S10 AP7 Pasir Pasir
S3 AP3 Vulkanik Pasir lempungan
S4 AP4 Vulkanik Lempung pasiran
S19 AP9 Breksi Lempung pasiran
S39 AP23 Lempung?
S42 AP24 Lempung
S43 AP25 Lempung
S44 AP26 Lempung
S46 AP27 Pasir
contoh mataair pada lokasi sebelum longsoran contoh mataair pada lokasi sesudah longsoran
ID Sampel ID Air Batuan Ukuran ID Sampel ID Air Batuan Ukuran
S40 MP12 Lempung S5 MP1 Vulkanik Lempung pasiran
S6 MP2 Breksi Lempung pasiran
S8 MP3 Breksi Pasir
S11 MP4 Pasir Pasir
S12 MP5 Pasir Pasir
S15 MP6 Breksi
contoh airtanah pada lokasi jauh longsoran contoh mataair pada lokasi jauh longsoran
ID Sampel ID Air Batuan Ukuran ID Sampel ID Air Batuan Ukuran
S9 AP6 Breksi Pasir S20 MP7 Lempung Lempung
S14 AP8 Pasir Pasir S21 MP8 Lempung Lempung
S23 AP10 Lempung Lempung S35 MP9 Lempung? pasir lempungan
S24 AP11 Lempung Lempung S36 MP10 Lempung?
S25 AP12 Pasir lanauan S37 MP11 Lempung
S26 AP13 Pasir lanauan S41 MP13 Breksi
S27 AP14 Pasir lanauan S45 MP14 Lempung
S28 AP15 Pasir lanauan
S29 AP16 Lempung? Pasir lanauan
S30 AP17 Lempung?
S31 AP18 Lempung?
S32 AP19 Pasir Pasir
S33 AP20 Lempung
S34 AP21 Lempung
S38 AP22 Pasir lempungan
Daftar Pustaka
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisiun, Yogyakarta. Hal 64.
Tebbutt, THY. 1983. Principles of Water Quality Control 3RD Edition (Revised and Enlarged).
University of Birmingham UK. Pegamon Press. 8p
Sawyer, C. N., McCarty, P. L., dan Parkin G. F., Chemistry for Enviromental Engineeringand Science
fifth edition, McGraw-Hill, Singapore, 2003.