Professional Documents
Culture Documents
ID Hubungan Stunting Dengan Prestasi Belaja PDF
ID Hubungan Stunting Dengan Prestasi Belaja PDF
45-52
Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar ... (Prisca Petty Arfines, Fithia Dyah Puspitasari)
E - mail :prisca.arfines@gmail.com/prisca_arfines@litbang.depkes.go.id
Keywords: stunting, learning achievements, school-aged children, slum area, learning concentration
Abstrak
Masalah kekurangan gizi dapat terjadi pada semua kelompok umur, demikian pula pada anak umur
sekolah (6–12 tahun). Keluarga yang hidup di daerah kumuh memiliki kecenderungan kurang dalam
pemenuhan kebutuhan gizi beserta sanitasi lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko
penyakit infeksi pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status
gizi pendek (stunting) dengan prestasi anak sekolah dasar di daerah kumuh di Kotamadya Jakarta
Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang. Pengambilan
data dilakukan pada bulan Juni hingga November 2012 dari siswa/i dari 6 sekolah dasar di Kelurahan
Kramat dan Tanah Tinggi. Data yang diambil meliputi karakteristik dasar, kadar hemoglobin (Hb),
antropometri, skor konsentrasi, prestasi dan food recall 1x24 jam. Responden sejumlah 141 anak
yang terdiri dari 86 anak perempuan (61%) dan 55 anak laki-laki (39%). Didapatkan proporsi status
gizi pendek sebesar 21.5% dari pengukuran skrining. Dari analisis bivariat dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara z-score TB/U (indikator stunting) dengan prestasi belajar anak.
Kata kunci: status gizi pendek, prestasi belajar, anak sekolah, daerah kumuh, konsentrasi belajar.
45
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 1, Maret 2017: 45 - 52
46
Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar ... (Prisca Petty Arfines, Fithia Dyah Puspitasari)
Populasi dari penelitian ini adalah anak usia Karakteristik dasar subyek disajikan
Sekolah Dasar yang bersekolah dan bertempat berdasarkan uji univariat pada beberapa variabel
tinggal di daerah kumuh yang termasuk dalam penelitian meliputi jenis kelamin, status gizi
administrasi Kota Jakarta Pusat. Sedangkan yang pendek (TB/U), status gizi (IMT/U), status
menjadi subyek penelitian ini adalah anak yang anemia, kebiasaan sarapan, frekuensi sarapan
duduk di bangku kelas 4, 5 dan 6 dari SDN 01, 02, dalam seminggu, riwayat infeksi, distribusi
03, 04 Kramat dan SDN 03 dan 07 Tanah Tinggi kelas, asal sekolah, pekerjaan ayah dan ibu serta
Jakarta. pendidikan ayah dan ibu. Pengujian bivariat
Besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan
141 anak. Pada awal penelitian telah dilakukan Chi-Square untuk melihat hubungan antara
skrining status gizi TB/U bagi seluruh anak yang masing-masing variabel dengan prestasi belajar
masuk dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi anak. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
meliputi bertempat tinggal di area kelurahan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan
dimana sekolah berada, dan bersedia menjadi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada
subyek dalam penelitian ini. Sedangkan kriteria tahun 2012.
eksklusi sampel adalah anak-anak dengan
kebutuhan khusus (hiperaktif, autis dan gangguan HASIL
psikologis lainnya).
Untuk pemilihan sampel anak per-kelas 1. Karakteristik Subyek
dilakukan dengan consecutive sampling dimana Subyek penelitian berjumlah 141 anak
anak yang memenuhi kriteria inklusi akan terpilih yang berasal dari 6 sekolah dasar yang terpilih
menjadi sampel hingga memenuhi jumlah minimal menjadi lokasi penelitian. Subyek penelitian
besar sampel . Data yang dikumpulkan meliputi ini memiliki rentang umur 9-15 tahun dengan
data antropometri (penimbangan berat badan karakteristik dasar dapat dilihat pada Tabel 1.
menggunakan timbangan berat badan digital merk
Seca dengan ketelitian 0.01 kg dan pengukuran Tabel 1. Karakteristik dasar Subyek Penelitian (n=141)
tinggi badan menggunakan micotoise dengan Karakteristik Jumlah
ketelitian 0,1 cm), data konsumsi makronutrien n %
dan mikronutrien (menggunakan recall 1x24 jam), Jenis Kelamin Laki-laki 55 39,0
data prestasi belajar (rata-rata skor pengetahuan Perempuan 86 61,0
dari 3 mata pelajaran: Matematika, Bahasa Kelas Kelas 4 48 34,0
Indonesia dan IPA), data konsentrasi belajar Kelas 5 49 34,8
(menggunakan tes aritmatika dan tes digit span), Kelas 6 44 31,2
data karakteristik dasar subyek (umur, jenis Asal Sekolah SDN 01 Kramat Pagi 27 19,1
kelamin), data pekerjaan dan pendidikan orang SDN 02 Kramat Petang 15 10,6
tua, data riwayat penyakit, data kebiasaan sarapan, SDN 03 Kramat Pagi 65 46,1
dan data anemia (menggunakan pemeriksaan SDN 04 Kramat Petang 8 5,7
darah). SDN 03 Tanah Tinggi Pagi 9 6,4
Tes aritmatika digunakan untuk salah satu SDN 07 Tanah Tinggi Pagi 17 12,1
instrumen yang mengukur segi akademis anak. Pekerjaan Ayah Pendapatan rendah 51 41,1
Sedangkan tes digit span merupakan bagian dari (n=124)* Pendapatan menengah 57 46,0
Weschler Intelligence Scale for Children (WISC Pendapatan tinggi 16 12,9
test) yang mengevaluasi perhatian dan fungsi Pekerjaan Ibu Pendapatan rendah 92 73,6
eksekutif (ingatan) anak.9 Instrumen pengukuran (n=125)* Pendapatan menengah 27 21,6
prestasi belajar menggunakan tes khusus yang Pendapatan tinggi 6 4,8
disusun oleh tim dengan bimbingan guru Pendidikan Ayah Tinggi(≥ SMA) 51 36,2
pengampu mata pelajaran untuk tiap tingkatan Rendah (< SMA) 90 63,8
kelas. Jumlah pertanyaan untuk instrument ini Pendidikan Ibu Tinggi (≥ SMA) 36 25,5
adalah 20 pertanyaan untuk tiap mata pelajaran Rendah(< SMA) 105 74,5
dengan skor nilai 0-10.
* Perbedaan jumlah ini terkait kelengkapan isian kuesioner.
47
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 1, Maret 2017: 45 - 52
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terdapat Tabel 3. Rata-rata Pengetahuan di Tiga Mata Pelajaran
proporsi seimbang pada jenis kelamin dan (n=141)
distribusi berdasarkan kelas. Terkait variabel Kategori Pengetahuan Rata-Rata
Standar
demografi, pekerjaan ayah didominasi oleh Deviasi (SD)
kategori pekerjaan dengan pendapatan menengah Pengetahuan Matematika 4,9 1,39
Pengetahuan Bhs. Indonesia 5,5 1,94
(46%) yang mencakup wiraswasta. Sebagian besar
Pengetahuan IPA 5,3 1,88
ibu tidak bekerja/ menjadi ibu rumah tangga dan Rata-rata Pengetahuan 5,2 1,29
memiliki tingkat pendidikan yang rendah (74,5%).
Tabel 4. Rata-rata konsumsi makronutrien dan
Sedangkan untuk variabel terkait pengukuran
mikronutrien
antropometri dapat dilihat pada Tabel 2.
Zat Gizi Rata-Rata SD
Tabel 2. Karakteristik Pengukuran Gizi Subyek Energi (kcal) 1440 544
Penelitian (n=141) Protein (g) 46,8 19,3
Lemak (g) 55,9 24,5
Jumlah
Karakteristik Karbohidrat (g) 187 78
n %
Vitamin A (ug) 809 802
Status Gizi Pendek (TB/U) Pendek 62 44,0
Vitamin C (mg) 19,7 40,4
Normal 79 56,0
Zat Besi (mg) 5,5 7,1
Status Gizi (IMT/U) Baik 115 81,6
Zink (mg) 4,7 2,0
Kurang 21 14,9
Lebih 5 3,5 Berdasarkan tabel di atas, rata-rata
Status Anemia Anemia 24 17,0 konsumsi makronutrien yang memiliki SD
Tidak 117 83,0 terbesar adalah energi sedangkan vitamin A adalah
zat gizi dengan SD terbesar untuk mikronutrien.
Hampir setengah dari subyek penelitian Besarnya SD ini menunjukkan sebaran data yang
ini memiliki status gizi pendek (stunting) (44,0%), cukup lebar dari rata-ratanya, atau dengan kata lain
dan didominasi oleh status gizi baik berdasarkan terdapat variasi akan asupan energi dan vitamin A
parameter IMT/U (81,6%). dari subyek penelitian ini.
2. Analisis Univariat Angka Kecukupan Gizi (AKG)
a. Proporsi Status Gizi Pendek dari siswa kelas 4,5 dan merupakan rujukan baku yang digunakan di
6 (Hasil Skrining) Indonesia untuk pembanding dari pemenuhan
Telah dilakukan proses skrining untuk gizi pada level populasi/ komunitas. Tabel. 5
mendapatkan status gizi pendek (stunting) di awal menampilkan gambaran pemenuhan konsumsi
proses penelitian. Dari 442 anak yang diskrining, gizi subyek penelitian jika dibandingkan dengan
didapatkan 95 anak dengan status gizi pendek. AKG (berdasarkan tiap kategori umur) dimana
Proporsi status gizi pendek dari siswa kelas 4,5 pemenuhan kebutuhan baik zat gizi makro dan
dan 6 di SDN 01, 02, 03, 04 Kramat dan 03, 07 mikro masih belum memenuhi anjuran terutama
Tanah Tinggi adalah sebesar 21,5%. energi (zat gizi makro) dan zink (zat gizi mikro).
Untuk makronutrien, pemenuhan energi dan
b. Uji Pengetahuan karbohidrat memiliki persentase terendah. Untuk
Didapatkan hasil tes pada mata pelajaran mikronutrien, hampir seluruhnya tergolong pada
matematika memiliki rerata terendah dibandingkan kategori asupan yang kurang.
dengan 2 mata pelajaran lainnya (tabel 2). Di
Tabel 5. Pemenuhan konsumsi gizi dibandingkan AKG
dalam tabel di bawah ini ditampilkan rata-rata
untuk hasil uji pengetahuan untuk keseluruhan Zat Gizi Kategori n %
sampel penelitian. Energi Baik 45 31,9
Kurang 96 68,1
c. Konsumsi, Makronutrien, Mikronutrien dan
Protein Baik 65 46,1
Prosentase Angka Kecukupan Gizi
Kurang 76 53,9
Rata-rata konsumsi gizi dari subyek Lemak Baik 66 46,8
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
48
Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar ... (Prisca Petty Arfines, Fithia Dyah Puspitasari)
49
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 1, Maret 2017: 45 - 52
pada penelitian ini lebih banyak menghabiskan 51% variasi tinggi rendahnya tingkat pengetahuan
waktu di lokasi jalur kereta dibandingkan dengan anak ditentukan oleh konsentrasi belajarnya,
jalanan. Walau terdapat perbedaan gambaran sedangkan 18% nya ditentukan oleh status gizi
lokasi area kumuh pada penelitian ini dengan pendek. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi
penelitian terdahulu, akan tetapi hasil dari belajar anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Di
keduanya ini menunjukkan bahwa lingkungan mana kemungkinan dalam penelitian ini tidak
memegang peranan penting pada status gizi anak. turut dikontrol.
Stunting mencerminkan suatu kegagalan proses Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan linier sebagai hasil ketidak optimalan prestasi belajar anak adalah pendidikan dan
kesehatan atau kondisi yang berhubungan dengan pendapatan orang tua mempengaruhi prestasi
gizi. Penduduk kawasan kumuh perkotaan terpapar akademis anak melalui peran tidak langsung yaitu
oleh kondisi lingkungan yang buruk (kepadatan kepercayaan dan perilak.14 Selain itu pekerjaan ibu
penduduk, kualitas air minum dan sanitasi yang berkontribusi terhadap status ekonomi keluarga
buruk serta sistem pembuangan limbah yang secara langsung dan status sosial ekonomi dalam
buruk). Rendahnya pengetahuan kesehatan di keluarga erat kaitannya dengan status gizi pendek. 15
daerah kumuh cenderung menghasilkan kebiasaan Sebuah penelitian di Filipina mengenai
makanan yang tidak tepat, penggunaan fasilitas riwayat stunting pada usia 2 tahun pertama
kesehatan yang rendah, kurangnya kesadaran akan kehidupan, berkaitan pada efek pada pencapaian
kebersihan dan kurangnya pengetahuan mengenai sekolah hingga usia dewasa.16 Terkait dengan
kesehatan. Anak-anak yang hidup dalam kondisi pencapaian pada usia dewasa, analisis data dari
seperti itu beresiko sangat tinggi untuk masalah Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007
kesehatan dan gizi.10 Hal inilah yang kemungkinan mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan pada
besar menjadi penyebab terjadinya status gizi pendapatan berdasarkan tinggi badan pekerja.
pendek pada komunitas daerah kumuh. Kenaikan 10 cm pada tinggi badan berhubungan
Permasalahan lain terkait gizi anak di dengan peningkatan pendapatan sebesar 7,5%
daerah lingkungan kumuh adalah kurangnya pada laki-laki dan 13% pada wanita.17 Hal ini
asupan gizi baik makronutrien dan mikronutrien. menggarisbawahi pentingnya gizi anak sejak
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian anak usia dini, mengingat bahwa stunting berkait erat
usia sekolah yang tinggal di daerah pasar di Kota dengan produktivitas di kemudian hari.
Manado, dimana proporsi asupan makronutrien Hasil penelitian ini, terdapat beberapa
yang kurang mencapai 60-70%. Tingginya masukan dalam penanggulangan stunting bagi
angka ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti anak-usia sekolah. Hal yang pertama adalah
kemampuan ekonomi keluarga serta perhatian Ibu tumbuh kejar untuk mencapai pertumbuhan normal
di dalam keluarga.12 Untuk daerah kumuh, maka sesuai usia dan jenis kelamin. Salah satu upaya
secara ekonomi anak sangat rawan mengalami intervensi dalam mengejar tumbuh kembang ini
masalah gizi. adalah melalui pemberian suplemen mikronutrien
Pengaturan makan sehat untuk anak terfortifikasi yang juga akan menurunkan kejadian
sekolah harus memenuhi kebutuhan gizi makro anemia pada anak stunting.18 Anak-anak di daerah
yang terdiri dari karbohidrat (45-65% dari total kumuh merupakan kelompok yang rentan akan
energi), protein (10-25%) dari total energi dengan malnutrisi. Dari hasil penelitian ini didapatkan
perbandingan protein hewani dengan nabati 2:1, persen pemenuhan AKG yang masih kurang,
lemak (25-40% dari total energi). Selain itu juga selain itu dari pengamatan jenis makanan yang
wajib untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro dikonsumsi didominasi makanan instan dan
yang mencakup vitamin dan mineral.13 jajanan anak sekolah yang tinggi dalam risiko
Dari analisis bivariat, jika kita kaji keamanan pangan.
berdasarkan kekuatan korelasi, konsentrasi belajar Terkait dengan makanan jajanan di
memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan sekolah, beberapa negara telah melakukan suatu
stunting. Dengan tingkat kepercayaan 95% sekitar program intervensi pada kelompok anak sekolah
yaitu pemberian makanan di sekolah (School
50
Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar ... (Prisca Petty Arfines, Fithia Dyah Puspitasari)
feeding program). World Food Program (WFP) lebih lanjut pada program school feeding yang
menitikberatkan pentingnya program school dikombinasikan dengan program pemberantasan
feeding sebagai salah satu sistem proteksi sosial kecacingan dan penguatan program fortifikasi
nasional, mendukung perkembangan anak, makanan, serta peningkatan sanitasi lingkungan
dan pada prakteknya dapat mendukung produk 19,21–23
.
agrikultur lokal.19 Dari laporan WFP tahun 2013 Penelitian ini memberikan beberapa hasil
dipaparkan cakupan program school feeding di 35 yang sesuai dengan pustaka dan beberapa yang
negara low-middle-income adalah sebesar 49,5% tidak. Salah satu keterbatasan dari penelitian
dan Indonesia menduduki rangking terendah ini adalah pemilihan lokasi penelitian secara
dengan cakupan 0%. purposive sehingga data yang didapatkan tidak
Program school feeding memberikan memiliki varians yang berbeda. Akan lebih baik
dampak positif pada energi intake dan status untuk melakukan random sampling menggunakan
mikronutrien anak sekolah selain itu juga listing seluruh daerah kumuh di Jakarta Pusat
meningkatkan akses pendidikan (kedatangan, sehingga didapatkan data yang lebih kaya.
pendaftaran) dan menurunkan morbiditas. Selain itu untuk melihat hubungan kausalitas
Apabila program ini dikombinasikan dengan apakah status gizi pendek (stunting) memang
fortifikasi makanan dan program pemberantasan mempengaruhi prestasi belajar anak sebaiknya
kecacingan, maka program ini akan menguatkan menggunakan desain studi kohort/ penelitian
status kesehatan anak-anak dan menurunkan kasus longitudinal.
defisiensi zat gizi mikro.20
Di dalam artikel prespektif empat tahun KESIMPULAN
terakhir telah menggarisbawahi hal terpenting Status gizi pendek (stunting) berhubungan
dalam upaya mengurangi kejadian stunting yaitu dengan rendahnya tingkat prestasi anak di sekolah.
fokus intervensi pada remaja wanita, terutama Selain itu yang memiliki hubungan dengan
pada usia setahun sebelum pubertas.21 Kejadian kekuatan terbesar adalah konsentrasi belajar.
stunting ada di dalam siklus gizi yang melibatkan Saran berdasarkan hasil penelitian ini antara lain:
wanita usia subur. Jika intervensi yang tepat
dilakukan pada remaja wanita akan menghasilkan 1. Perlunya upaya untuk meningkatan
efek antar generasi seperti mengurangi risiko pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
kejadian stunting pada anaknya kelak. gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan
Kondisi lingkungan, sanitasi dan personal anak bagi orang tua di daerah kumuh.
higiene merupakan masalah utama di daerah 2. Perlunya progam promosi kesehatan yang
kumuh. Penelitian analisis lanjut dari data IFLS dapat menyentuh seluruh kalangan bagi
tahun 1997-2000 menunjukkan bahwa anak yang perencana program untuk meningkatan
menggunakan sumur sebagai sumber air dan tidak perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
memiliki saluran pembuangan air memiliki risiko 3. Perlunya meningkatkan sanitasi lingkungan
1,31 kali menjadi stunting dibanding anak yang daerah kumuh perkotaan bagi pemerintah
menggunakan sistem pipa dalam mendapatkan daerah terkait dengan program intervensi
air dan memiliki saluran pembuangan air. Dari spesifik seperti penyehatan sumber air dan
analisis data penelitian longitudinal ini didapatkan pembuangan air di masyarakat.
hasil bahwa sumber air, akses pada toilet pribadi
dan memiliki saluran pembuangan air di tingkat UCAPAN TERIMA KASIH
keluarga merupakan prediktor signifikan pada
kejadian stunting.22 Terimakasih disampaikan kepada
Dapat disarankan dari literatur pendukung, Balitbangkes yang telah mendanai penelitian
dalam meminimalisir kejadian stunting di anak Risbinkes ini dan kepada Dr. Ir. Anies Irawati,
sekolah perkotaan dapat menitik beratkan pada M.Kes atas bimbingan selama pelaksanaan
upaya edukasi gizi pada remaja wanita, pengkajian penelitian .
51
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 1, Maret 2017: 45 - 52
52