You are on page 1of 10

Pengaruh Senam Kegel Untuk Pengurangan Nyeri Dyspareunia Pada Wanita Menapouse

Ayu Puspita Pratiwi


Prodi D-IV Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya; Ayupuspita222@gmail.com
Rijanto, S.Kp., M.Kes
Prodi D-IV Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya
Yuni Ginarsih, SST., M.Kes
Prodi D-IV Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya

ABSTRACT

Pain Dyspareunia is a disorder that is much experienced by menopausal women. Complaints of dyspareunia
pain are influenced by the structural changes in the vaginal muscles. The presence of decreased estrogen
hormones causes reduced vaginal elasticity so that menopause women risk dyspareunia pain. One of the efforts
that can be done is to do kegel gymnastics. The purpose of this research is to determine the influence of kegel
gymnastics on pain reduction of dyspareunia in menopausal women. This method of research is pre-
experimental research with a research plan of one group pre-test post-Test. The population in this study was 75
people with a sample of 14 menopausal women. The research site was conducted in Posyandu elderly Cluring
village in March-May 2019. Sampling techniques using purposive sampling techniques. The free variables on
this research are Kegel gymnastics and the bound variable is pain dyspareunia. Pain assessment Instruments
using the Numerical Rating Scale pain scale. The Data is then analyzed using the wilcoxon test with α 0.05. The
results of the study were obtained before kegel gymnastics most of the menopause woman 71.4% experienced
moderate pain after a kegel exercise in total 100% decreased to mild pain. Wilcoxon test Results obtained p
value = 0.001 or p value < (0.05) which means there is an influence of kegel gymnastics to decrease pain
dyspareunia in menopausal women. Healthcare personnel are expected to provide counseling on the importance
of kegel gymnastics and form kegel gymnastics classes to reduce the complaints of dyspareunia pain in
menopausal women.
Keyword : Kegel gymnastics; Pain Dyspareunia; Menopausal

ABSTRAK

Nyeri dyspareunia merupakan gangguan yang banyak dialami oleh wanita menopause. Keluhan nyeri
dyspareunia dipengaruhi oleh perubahan struktur otot-otot vagina. Adanya penurunan hormon estrogen
menyebabkan elastisitas vagina berkurang sehingga wanita menopause berisiko mengalami nyeri dyspareunia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan senam kegel. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh Senam Kegel Terhadap Penurunan Nyeri Dyspareunia Pada Wanita Menopause. Metode
penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 75 orang dengan sampel sebanyak 14 orang wanita menopause. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Posyandu lansia Desa Cluring pada bulan Maret-Mei 2019. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah senam kegel dan
variabel terikat adalah nyeri dyspareunia. Instrument penilaian nyeri menggunakan skala nyeri Numerical
Rating Scale. Data kemudian dianalisis menggunakan uji wilcoxon dengan α 0,05. Hasil penelitian didapatkan
sebelum dilakukan senam kegel sebagian besar wanita menopause 71,4% mengalami nyeri sedang kemudian
sesudah dilakukan senam kegel seluruhnya 100% mengalami penurunan menjadi nyeri ringan. Hasil uji
Wilcoxon diperoleh p value = 0,001 atau p value <(0,05) yang berarti ada pengaruh senam kegel terhadap
penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause. Tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan
penyuluhan tentang pentingnya senam kegel dan membentuk kelas senam kegel untuk mengurangi keluhan
nyeri dyspareunia pada wanita menopause.
Kata Kunci : Senam Kegel; Nyeri Dyspareunia; Menopause

PENDAHULUAN

Latar Belakang (Opsional)


Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014 pada tahun 2030 jumlah perempuan di
seluruh dunia yang memasuki stadium menopause diperkirakan mencapai 1,2 miliar orang, di Indonesia pada
tahun 2025 akan ada 60 juta perempuan menopause. Di Indonesia tahun 2016 mencapai 14 juta perempuan
menopause atau 7,4 % dari total populasi yang ada (1). Provinsi Jawa Timur menurut Badan Pusat Statistik tahun
2016, jumlah penduduk yang berusia >45 tahun diperkirakan telah memasuki stadium menopause sebanyak
3.840.492 jiwa dan pada tahun 2017 sebanyak 4.004.933 jiwa. Sedangkan di Kabupaten Lamongan, tahun 2016
diperkirakan terdapat 283.542 jiwa dan di tahun 2017 sebanyak 286.745 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap tahunnya wanita menopause mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah tersebut menyebabkan masalah
kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia menjadi semakin kompleks, terutama yang berkaitan dengan gejala
penuaan(2).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hekhmawati (2016) menunjukkan bahwa perubahan fisik
yang sering terjadi pada wanita menopause yaitu hot flush (81,3%), insomnia (65,3%), vagina kering (58,7%),
nyeri sendi (57,3%), dan dyspareunia (33,3%). Kebanyakan wanita menopause tidak terlalu memperhatikan
masalah terkait kesehatan dirinya apalagi mengenai seksualitasnya. Kuswardani (2009) mengungkapkan 7l,7%
lansia melakukan pemeriksaan kesehatan, dan yang menjalani konsultasi dengan petugas kesehatan mengenai
masalah seksualitasnya hanya sekitar 23,6%. Akibatnya akan memperburuk keadaan sehingga mengganggu
keharmonisan rumah tangga yang dapat berujung perceraian. Tentu saja jumlah kasus perceraian yang terjadi di
Indonesia juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan pada tahun 2016 berjumlah 365.654 kasus dan pada
tahun 2017 sebanyak 374.516 kasus (3).
Dyspareunia merupakan nyeri yang dirasakan ketika berhubungan seksual. Pada wanita menopause
terjadi penurunan hormon estrogen menyebabkan epitel vagina menjadi atrofi dan tidak adanya aliran darah
kapiler. Akibatnya permukaan vagina menjadi pucat dan kurang lubrikasi sehingga akan dirasa nyeri saat
berhubungan seksual(4). Beberapa faktor yang memicu terjadinya dyspareunia sendiri menurut Anurogo (2013)
antara lain; faktor vulva, faktor vagina, faktor penggunaan obat, faktor psikis, serta faktor psikososial.
Dyspareunia berdampak pada biopsikososial wanita menopause. Wanita menopause akan merasakan
ketidaknyamanan seksual secara fisik sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap psikologisnya seperti
kecemasan, perasaan tidak layak dan tidak mampu lagi melakukan hubungan seksual. Dyspareunia juga dapat
menimbulkan gangguan atau disfungsi seksual(5).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dyspareunia bisa dengan cara farmakologis dan
nonfarmakologis. Terapi farmakologis dapat menggunakan pemberian terapi sulih hormon (TSH)(6). Baziad
(2008) menyebutkan penggunaannya di Indonesia masih jarang karena harga obat TSH dan pemeriksaannya
relatif mahal, serta efek samping yang sering timbul berupa bercak (spotting). Sedangkan secara
nonfarmakologis meliputi: latihan kegel, penggunaan vagina dilator, pengunaan lubrikan (gel), dan menghindari
penggunaan sprai vagina atau tampon(7). Senam kegel dapat digunakan sebagai terapi untuk mengurangi
nyeri dyspareunia karena bisa menguatkan otot-otot dasar panggul, membuat relaks otot vagina, serta
membantu vagina menjadi basah(7).
Peran pemerintah dalam membantu menangani kejadian dyspareunia ini yaitu dengan mengupayakan
pelayanan kesehatan reproduksi secara terpadu, berkualitas, dan memperhatikan hak reproduksi perorangan.
Pelayanan tersebut dapat dilakukakan pemerintah melalui program Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Posyandu
Lansia. Sedangkan peran bidan dalam membantu menangani kasus ini tercantum dalam PERMENKES RI NO.
28 tahun 2017 tentang bidan berwenang memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. Diharapkan bidan dapat memaksimalkan perannya dalam preventif dan
promotif. Sehingga dalam kasus ini upaya promotif yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan senam
kegel.
Untuk memaksimalkan peran tersebut, bidan dapat memberikan senam kegel di tempat pelayanan
kesehatan salah satunya Posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan kegiatan dibidang pelayanan kesehatan
khusus bagi lansia di suatu wilayah tertentu berbasis masyarakat dan didukung petugas kesehatan puskesmas
terdekat, tujuannya untuk meningkatkan mutu kehidupan lansia melalui pelayanan kesehatan dasar (8). Kegiatan
yang dilakukan di posyandu lansia antara lain : pemeriksaan aktifitas sehari-hari, pemeriksaan status mental,
pemeriksaan hemoglobin, pemberian vitamin, pemeriksaan status gizi, pemeriksaan diabetes mellitus,
pengukuran tekanan darah, dan penyuluhan kesehatan(9).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 wanita menopause di Desa
Cluring Kecamatan Kalitengah, terdapat 5 orang wanita menopause mengatakan jarang berhubungan seksualitas
terhadap pasangannya dikarenakan kurang bergairah dan ketika melakukan hubungan seksualitas merasakan
nyeri (dyspareunia), 3 diantaranya tidak merasakan nyeri, dan 2 wanita menopause sudah tidak aktif
berhubungan seksualitas bahkan menilai suami hanya sebagai teman tidur saja karena mengganggap
berhubungan di usia tua sudah tidak penting lagi.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh senam kegel
terhadap penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause di Posyandu lansia Desa Cluring.

Tujuan Penelitian (Opsional)

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh senam kegel terhadap penurunan nyeri dyspareunia pada wanita
menopause di Posyandu lansia Desa Cluring.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.Mengidentifikasi tingkat nyeri dyspareunia sebelum diberikan senam kagel pada wanita menopause di
Posyandu lansia Desa Cluring.
2.Mengidentifikasi tingkat nyeri dyspareunia sesudah diberikan latihan kegel pada wanita menopause di
Posyandu lansia Desa Cluring.
3.Menganalisis pengaruh senam kegel terhadap penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause di
Posyandu lansia Desa Cluring.

Hipotesis (Opsional)

1. Ada pengaruh senam kegel terhadap penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause di Posyandu
lansia Desa Cluring

METODE
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode pra eksperimen dimana penelitian rancangan ini digunakan untuk
mengungkap hubungan sebab-akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, sehingga tidak ada
kontrol yang ketat terhadap variabel(10).
3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Rancangan yang digunakan adalah one group pretest posttest, yaitu rancangan yang tidak ada
kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program) (11).
3.3 Kerangka Operasional Penelitian

Populasi
Menopause usia 45-59 tahun di Posyandu lansia Desa Cluring sejumlah 75 wanita menopause

Non-probability random (Purposive Sampling)

Sampel
Sebagian Menopause usia 45-59 tahun di Posyandu lansia Desa Cluring sejumlah 14 wanita menopause

Variabel Independen Variabel Dependen


Senam Kegel Nyeri Dyspareunia
Pengumpulan Data
Pretest menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
Pengolahan Data
Editing, dan Tabulating

Analisis Data
Uji Wilcoxon

Penyajian Hasil Penelitian

Gambar 3.2 Kerangka Operasional Pengaruh Senam Kegel Terhadap Penurunan Nyeri Dyspareunia

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Balai Desa Cluring Kalitengah Lamongan yang dilaksanakan pada bulan
Oktober 2018-Mei 2019.
3.5 Populasi Penelitian
Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (12).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah wanita menopause usia 45-59 tahun di Posyandu lansia Desa
Cluring.
3.6 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
3.6.1 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik sampling, jumlahnya
ditentukan oleh rumus atau suatu formula, dengan tujuan untuk mewakili populasi dalam suatu uji olah data dari
suatu penelitian tertentu(10). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita menopause di Posyandu lansia
Desa Cluring yang mempunyai riwayat dyspareunia. Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam memilih
sampel yang representative, maka peneliti menetapkan kriteria. Pada penelitian ini sampel yang diambil dari
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (11).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
1. Wanita usia 45-59 yang memasuki stadium menopause
2. Memiliki suami dan masih melakukan hubungan seksual
3. Mengalami dyspareunia baik primer maupun sekunder
4. Bersedia untuk menjadi responden
Kriteria eksklusi dalam penelitiaan ini adalah:
1. Wanita menopause yang sedang atau akan melakukan terapi hormon, antihistamin, lubrikasi, atau radiasi
3.6.2 Besar Sampel Penelitian
Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, peneliti membuat perhitungan besar sampel
minimal dengan menggunakan uji komparatif numerik berpasangan dengan pengukuran berulang (13).
Perhitungan sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan:
n1 = n2 = Besar sampel minimal
Alpha = kesalahan tipe satu, ditetapkan 5%
zα = nilai standart alpha 5, yaitu 1,64
Beta = kesalahan tipe dua, ditetapkan 20%
zβ = nilai standart beta 20%, yaitu 0,84
x1-x2 = selisih minimal nilai rerata yang dianggap bermakna antara sesudah dan sebelum terapi,
ditetapkan sebesar 2
S = simpang baku gabungan sebesar 3
2
= = 13,8 = 14
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 14 responden.

3.6.3 Cara Pengambilan Sampel Penelitian


Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti(11).
3.7 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (12). Adapun variabel dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut :
3.7.1 Variabel Independent
Variabel independent adalah Karakteristik yang dimanipulasi oleh peneliti dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel independent yang digunakan dalam
penelitian ini adalah senam kegel.
3.7.2 Variabel Dependent
Variabel dependent adalah karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi,
pengubah atau mengganti variabel bebas. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah nyeri dyspareunia.
3.8 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang
diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena(14). Adapun definisi operasional pada penelitian ini tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Definisi operasional pengaruh senam kegel terhadap penurunan nyeri dispareunia pada wanita
menopause di Posyandu lansia Desa Cluring.
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Kriteria
Operasional Variabel Ukur
Senam Kegel Latihan untuk 1. Mengontraksik Checklist Nominal 1. Iya = Apabila
memperkuat an lubang melakukan senam
dan vagina, anus kegel secara teratur
membuat relaks dan uretra 2 sesi setiap hari
otot dasar seperti selama 4 minggu.
panggul, menahan 2. Tidak = Apabila
membantu kencing selama senam kegel
vagina menjadi 10 detik dilakukan tidak
basah, serta 2. Merelaksasikan secara teratur setiap
dapat lubang vagina, harinya atau bahkan
mengurangi anus, dan tidak dilakukan
nyeri saat uretra selama sama sekali selama
berhubungan 10 detik 4 minggu.
seksual 3. Gerakan
kontraksi
dilakukan
berulang 10
kali persesi.
Dilakukan
selama 2 sesi
(10 kontraksi
lambat dan 10
kontraksi
cepat)

Nyeri Suatu keadaan Nyeri daerah Numeral Rasio Skala nyeri dalam rentang
Dyspareunia yang tidak introitus vagina, Rating 0-10 yang mempunyai arti
menyenangkan vagina, uretra, Scale sebagai berikut:
yang diikuti kandung kemih (NRS)/sk 0 = tidak nyeri
oleh reaksi fisik dan pelvis ala 1-3= mulai terasa dan dapat
dan emosional penilaian ditahan (nyeri ringan)
yang bersifat numeric 4-6=nyeri yang
subjektif yang mengganggu dan
dirasakan ibu memerlukan usaha untuk
menopause di menahan (nyeri sedang)
daerah alat 7-10= nyeri yang tidak
kelamin pada dapat ditahan (nyeri berat)
saat atau
sesudah
melakukan
hubungan
seksual

3.9 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Penelitian


3.9.1 Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan memberikan informed consent terlebih
dahulu pada peserta kegiatan Posyandu Lansia agar bersedia menjadi responden. Tahap selanjutnya dilakukan
wawancara kepada responden untuk mendapatkan responden yang merasa nyeri saat berhubungan seksual.
Responden yang mengalami nyeri dyspareunia dikumpulkan untuk kemudian dilakukan pretest dengan
menggunakan Numeral Rating Scale (NRS)/skala penilaian numerik agar mengetahui di titik mana responden
merasakan nyeri dyspareunia. Setelah itu dilakukan senam kegel bersama instruktur senam dan dilakukan
evaluasi kebenaran gerakan senam kegel yang dilakukan. Cara melakukan evaluasi yaitu menggunakan checklist
dan dengan cara mempersilahkan responden memegang pantat masing-masing pada saat vagina, anus, dan uretra
dikontraksikan, apabila pantat teraba tertarik ke dalam berarti gerakan yang dilakukan sudah benar. Selesai
melakukan senam kegel, kemudian peserta diberi kartu berisikan jadwal dan memberi arahakan kepada
responden agar melakukan senam kegel setiap hari dirumah. Kartu dapat diisi oleh responden setelah
melakukan gerakan senam kegel selama 4 minggu. Setiap minggu peneliti tetap mengadakan pertemuan rutin
untuk senam kegel bersama. Pada minggu ke 4, kemudian dilakukan post test menggunakan Numeral Rating
Scale (NRS)/skala penilaian numerik untuk menilai kembali apakah ada perubahan nyeri pada responden.
3.9.2 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (15). Instrumen
yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Numeral Rating Scale (NRS)/ skala
penilaian numerik.

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian


3.10.1 Teknik Pengolahan Data Penelitian
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
Peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali data yang telah diperoleh dari responden. Hal ini dilakukan di
lapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan ataupun salah maka dapat ditanyakan lagi kepada
responden.
2. Tabulating
Tabulating atau penyusunan data ini menjadi sangat penting karena akan mempermudah dalam analisis
data secara sistematik. Tabulasi dengan menggunakan komputer merupakan metode tabulasi dengan
memasukkan data yang telah diberi kode tertentu (untuk data kategorikal) atau langsung memasukkan angka
yang sudah ada (bila data bersifat numerik). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan splikasi SPSS.
3.10.2 Analisis Data Penelitian
1. Analisis Univariate
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap masing-masing variabel dan hasil
penelitian dan dianalisis untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap variabel (11). Data Univariat
yang di analisis pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nyeri dyspareunia pada wanita
menopause sebelum dan sesudah diberikan senam kegel.
2. Analisis Bivariate
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari korelasi atau pengaruh
antara dua variabel atau lebih yang diteliti, yaitu menganalisis pengaruh senam kegel terhadap
penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test.
3.11 Etik Penelitian
Aspek penelitian dalam etika yang berkaitan dengan responden yang akan diteliti meliputi :
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed Consent adalah subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya(16).
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (16).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada ahsil riset(16).

HASIL

4.1 Data Pendidikan


Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pendidikan wanita menopause
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Dasar 12 85,7
Menegah 1 7,1
Tinggi 1 7,1
Jumlah 14 100
Sumber: Data primer bulan maret-april 2019

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dari 14 responden didapatkan hampir seluruhnya
(85,7%) berpendidikan dasar.
4.2 Usia
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia wanita menopause
Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
45-49 Tahun 1 7,1
50-54 Tahun 7 50,0
55-59 Tahun 6 42,9
Jumlah 14 100
Sumber: Data primer bulan maret-april 2019

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dari 14 responden setengahnya (50%) berusia 50 tahun
sampai dengan 54 tahun.

4.3 Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan wanita menopause
Pekerjaan Frekuensi () Persentase (%)
Tidak bekerja 12 85,7
Bekerja 2 14,3
Jumlah 14 100
Sumber: Data primer bulan maret-april 2019

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa dari 14 responden hampir seluruhnya (85,7%)
diantaranya tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga biasa.

4.4 Perbedaan nyeri dyspareunia sebelum dan sesudah dilakukan senam kegel
Tabel 4.4 Perbedaan nyeri dyspareunia pada wanita menopause sebelum dan sesudah dilakukan senam
kegel
Sebelum Sesudah
Skala Nyeri Frekuensi() Persentase(%) Frekuensi() Persentase(%)
0 0 0 0 0
1-3 4 28,6 14 100
4-6 10 71,4 0 0
7-10 0 0 0 0
Jumlah 14 100 14 100
P Value*) 0,001
*)Menggunakan uji wilcoxon

Berdasarkan tabel 4.4 dapat hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat sebelum dilakukannya
senam kegel sebagian besar responden 10 (71,4%) merasakan nyeri dyspareunia berada pada skala nyeri 4-
6, dimana skala nyeri tersebut mempunyai arti sebagai nyeri sedang dan sesudah dilakukannya senam kegel
seluruh responden yang berjumlah 14 (100%) merasakan nyeri dyspareunia berada pada skala nyeri 1-3,
yang mempunyai arti nyeri ringan. Hasil uji statistik dengan uji wilcoxon di dapatkan p value 0,001 lebih
kecil dari nilai alpha (p < α (0,05). Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya senam kegel berpengaruh
dalam menurunkan nyeri dyspareunia pada wanita menopause.

PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukannya senam kegel sebagian
besar wanita menopause (71,4%) merasakan nyeri dyspareunia pada skala nyeri 4-6 atau nyeri sedang dan
sesudah dilakukannya senam kegel seluruh wanita menopause (100%) merasakan nyeri dyspareunia pada skala
nyeri 1-3 yang dikatakan sebagai nyeri ringan. Dapat disimpulkan bahwa nyeri yang dirasakan wanita
menopause mengalami penurunan dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Hasil uji statistik dengan uji wilcoxon
didapatkan p value 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa senam kegel pada wanita menopause sangat bermanfaat
untuk menurunkan nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia).
Menopause adalah berhentinya haid. Menurut Yudomustopo (2015) menopause merupakan
suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang
dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik
maupun psikis. Usia wanita yang bertambah tua menyebabkan sel telur (folikel) yang terdapat pada kedua
ovarium akan berkurang. Berkurangnya jumlah folikel yang berkembang menyebabkan pembentukan hormon di
ovarium juga semakin berkurang yaitu hormon estrogen. Berkurangnya hormon estrogen mengakibatkan haid
menjadi tidak teratur hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun
haid pun berhenti, yang disebut sebagai proses menopause (17). Penurunan hormon estrogen akan berdampak pada
hasrat dan kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual karena menimbulkan rasa sakit (18). Mira, dan
Ermiati (2018) meneliti tentang adaptasi gejala perimenopause dan pemenuhan kebutuhan seksual wanita usia
50-60 tahun. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa sebagian besar wanita tidak terpenuhi pada aspek
kebutuhan seksualnya dikarenakan mengalami dyspareunia (56,75%).
Dyspareunia atau nyeri saat berhubungan seksual disebabkan karena pada wanita menopause
terjadi penurunan hormon estrogen akibatnya dinding vagina menjadi tipis, atrofi epitel vagina, rugae-rugae
vagina ikut berkurang sehingga kondisi fleksibilitas vagina menjadi berkurang. Keadaan inilah yang membuat
wanita menopause akan merasa kesakitan ketika berhubungan seksual karena gesekan antara vagina dengan
penis(19).
Skala nyeri dyspareunia pada wanita menopause akan berbeda beda pada setiap individu. Hal
ini dikarenakan individu mempunyai latar belakang pengalaman dan pemikiran yang berbeda-beda, sehingga
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Senam kegel adalah latihan fisik berupa gerakan kontraksi dan relaksasi pada otot
pubococcygeal. Senam kegel bertujuan untuk menguatkan otot yang menyokong kandung kemih, meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot dasar panggul serta meningkatkan sensasi seksual (20). Manfaat dari senam kegel
sendiri antara lain dapat mencegah terjadinya turunnya rahim, meningkatkan aliran darah ke daerah panggul
yang akan membantu vagina tetap sehat, dan membuat berhubungan seksual terasa lebih nyaman serta
menyenangkan karena kondisi vagina menjadi lembab sehingga dapat mencapai orgasme. Senam kegel dapat
dilakukan dengan berbagai posisi baik saat berjalan, bekerja, ataupun istirahat. Ketepatan gerakan dan lamanya
waktu yang diperlukan dalam melakukan senam kegel juga harus diperhatikan agar mendapatkan manfaat yang
diinginkan.
Hasil penelitian menunjukkan p value = 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
senam kegel terhadap penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Iryanti dan Susi Hermaningsih (2014) tentang pengaruh senam kegel terhadap
dyspareunia pada perempuan menopause di Kelurahan Pamoyanan wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki
Bandung dengan sampel sebanyak 36 responden. Hasil pengujian statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p <
0,05) yang artinya terdapat perbedaan nyeri dyspareunia pada perempuan menopause sebelum dan sesudah
melakukan senam kegel.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dwi Susilawati dan Elsa Naviati (2014) tentang efektivitas
senam kegel pada ibu terhadap tingkat nyeri saat melakukan hubungan seksual di Kelurahan Bandarjo dengan
populasi sebanyak 60 responden meliputi 30 untuk kelompok intervensi dan 30 untuk kelompok kelompok
kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nyeri sebelum dan
sesudah dilakukannya senam kegel pada kelompok intervensi dimana p value = 0,000.
Puspasari Devi, et al (2013) mengemukakan pada penelitiannya yang berjudul latihan kegel
dan nyeri saat berhubungan seksual pada perempuan pasca terapi kanker di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung bahwa dari 58 responden yang terbagi menjadi 29 kelompok intervensi dan 29 orang kelompok
kontrol, hasil penelitian menunjukkan adanya berbedaan yang bermakna pada kedua kelompok dengan nilai p =
0,002 yang artinya latihan kegel terbukti menurunkan nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia) sebanyak
3,897 kali (0R=3,897).
Senam kegel yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi nyeri dyspareunia karena
dengan mengkontraksikan dan merelaksasikan otot dasar panggul dapat membantu elastisitas vagina. Hal ini
sesuai dengan pendapat Weerapong, dkk (2005) dalam Rahayu, dkk (2015) dimana dengan melakukan senam
kegel akan merangsang kerja troponin dan tropomiosin menjadi aktif guna menghambat reaksi aktin-myosin
dalam kata lain, aktin-myosin tidak dalam keadaan aktif. Kemudian otot akan terjadi rileksasi
(mengendur/menjadi lentur).
Elastisitas vagina dapat membantu wanita menopause tidak merasakan kecemasan lagi untuk
melakukan hubungan seksual karena yang dirasakan vagina menjadi lebih lentur dan basah sehingga ketika
bergesekan dengan penis tidak akan menimbulkan rasa sakit. Sesuai dengan pendapat Graziottin (2003) dalam
Utami (2015) dimana struktur vagina yang elastis menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam
mengatasi masalah dyspareunia yang dapat memberikan dampak lebih lanjut seperti disfungsi seksual.
Keluhan nyeri dyspareunia tidak bisa dibiarkan begitu saja karena wanita menopause akan
merasakan ketidaknyamanan seksual baik secara fisik maupun psikologis sehingga dapat menimbulkan
gangguan. Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian dan teori terkait, senam kegel mempunyai
hubungan dengan nyeri dyspareunia, dalam melakukan senam kegel tersebut otot dasar panggul dapat terlatih
semakin elastis lagi dan tidak mengalami kekakuan serta memberikan efek relaksasi bagi wanita menopause,
dengan semakin seringnya wanita menopause melakukan senam kegel ini maka elastisitas otot semakin baik,
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada saat berhubungan seksual. Itulah mengapa senam kegel dikenal
sebagai senam seks.
Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi nyeri dyspareunia yang terjadi pada
wanita menopause. Sebaiknya wanita menopause lebih rutin menerapkan senam kegel untuk membantu
mengatasi keluhan dyspareunia yang dirasakan. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang dekat dengan
masyarakat, memiliki peran yang sangat penting terutama dalam memberikan asuhan pada wanita yang
mengalami masalah dyspareunia. Bidan dapat meningkatkan komunikasi informasi edukasi dan motivasi pada
wanita menopause yang mengalami dyspareunia agar dapat mengaplikasikan senam kegel untuk terciptanya
menopause yang berkualitas.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa seluruh wanita menopause
mengalami nyeri dyspareunia dengan kategori ringan setelah dilakukannya senam kegel. Senam kegel
mempunyai pengaruh terhadap penurunan nyeri dyspareunia pada wanita menopause ditunjukkan dengan
terdapat perbedaan (penurunan) tingkat nyeri pada kelompok wanita menopause yang diberikan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tsuraya, M., R. Zulfitri, dan Arneliwati. 2018. Gambaran Mekanisme Koping Wanita Dalam
Menghadapi Perubahan Fisik Akibat Menopause. JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018.
2. Satriawan. 2017. Hubungan Kecemasan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas Pada Lansia di
Dusun Cokrokonteng Sidoarum Godean Sleman Yogyakarta. Naskah Publikasi. Program Sudi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Aisyiyah, Yogyakarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/2598/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf (diakses tanggal 04 Desember
2018).
3. Hibatullah, T.A. 2018. Tiga Provinsi Dengan Jumlah Perceraian Tertinggi.
https://smartlegal.id/layanan/2018/12/20/tiga-provinsi-dengan-jumlah-perceraian-tertinggi/ (diakses
tanggal 22 Januari 2019).
4. Iryanti; Susy. 2014. Pengaruh Senam Kegel Terhadap Dispareunia pada Perempuan Menopause di
Kelurahan Pamoyanan Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkalili Bandung. Jurnal Riset Kesehatan. Vol. 7,
No.1 Oktober 2014.
5. Puspasari, Devi., M. Trisyani, dan R. Widiasih. 2013. Latihan Kegel dan nyeri Saat Berhubungan
Seksual pada Perempuan Pasca Terapi Kanker. Volume 1 Nomor 1 April 2013.
6. Silviawati, D. 2015. Dispareunia pada Wanita Menopause di Serangan RT 1-RT 4 Ngampilan
Yogyakarta. Naskah Publikasi, Program Studi Bidan Pendidik Jenjang DIV, STIKES Aisyiyah,
Yogyakarta. http://digilib.unisayogya.ac.id/367/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20DANI.pdf (diakses
tanggal 04 Desember 2018).
7. Utami, B., H. Setyowati, dan K. Wijayanti. 2015. Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Gairah Seksual
Istri pada Masa Menopause di Desa Banyubiru Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Jurnal
Keperawatan Maternitas, volume 3, No. 1, Mei 2015.
8. Astuti, T.F. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Posyandu
Lansia di Posyandu Melati Klawisan Seyegan Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan,
STIKES Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta. http://repository.unjaya.ac.id/2096/2/TRI%20FIDIAR
%20ASTUTI_2213087_pisah.pdf (diakses tanggal 04 Desember 2018).
9. Susesno, Evan. 2016. Hubungan Antara Persepsi Kegiatan Posyandu Lansia dan Keluhan Fisik
Terhadap Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Desa Lengkung Kecamatan Bulu
Kabupaten Sukoharjo. Publikasi Ilmiah, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah, Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/48303/18/NASKAH
%20PUBLIKASI%20rev.pdf (diakses tanggal 15 Januari 2019).
10. Machfoedz, Ircham. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan,
Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Edisi Revisi 2013. Yogyakarta: Fitramaya.
11. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
12. Sugiyono. 2013. Metode Penilaian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
13. Dahlan Sopiyudin, M. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
14. Hidayat, A.Aziz Alimul, 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Health
Book.
15. Suharsimi, 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
16. Hidayat, A.Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
17. Rebbecca, F.S., Brown, P. 2015. Menopause. Jakarta: Erlangga.
18. Mulyani S. 2013. Menopause Akhir Siklus Menstruasi pada Wanita di Usia Pertengahan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
19. Redjeki, Sri. 2017. Hubungan Persepsi Fisik, Psikis dan Karakteristik dengan Sikap pada Wanita
Menopause di Kecamatan Cinere Depok Tahun 2010. Volume. 1 November 2017.
20. Suyatni. 2017. Efektivitas Bladder Training Kegel Exercise Terhadap Inkontinensia Urine pada Wanita
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja Banyumas Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
http://repository.ump.ac.id/4265/2/Suyatni%20BAB%20I.pdf (diakses tanggal 15 Januari 2019).

You might also like