Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background : Adolescene is a priode of transition signed by physical, emotional
and psychological changes, which occurred maturation of human reproductive
organs (puberty). Santri in islamic boarding are teenagers that in growth is often
accompanied by juvenile common problems such as physical changes, social
adjustment, and issues relating to the opposite sex. This condition is exacerbated
by the globalization that is characterized by increasingly the flow of information,
which is the relationship behavior that is not healthy tends the teenager doing
premarital sex, including santri. Survey Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) in Semarang in 2010 about reproductive health showed 43,22%
their knowledge are low and 63% of teenagers who are dating is not ashamed to
do petting. The purpose of this study is to determine the impact of giving the
education of reproductive health towards knowledge, attitude and practice of
santri in islamic boarding in Semarang.
Method : This research is a kind of pre-experimental study with static group
comparison approach. The population in this research is the santri of MA Nurul
Huda Azzuhdi 174 people then the samples were taken by 50 santri using
proportional stratified random sampling method. The data analyzed by T-test,
Mann Whitney and Crosstab.
Result : The result showed that 66% og santri knowledge are “less”, 40% their
attitude are “permissive”, and 24% their practice are “high risk”. Then the result of
statistical test T-test showed the difference between knowledge of santri in
islamic boarding intervention and control with value of p=0,001. While Mann
Whitney statistical test results showed no difference between the attitude and
practice of santri in islamic boarding intervention and control, each with value of
p=0,111 and p=0,057. In the Crosstab statistical test results showed difference
between the attitude og the santri of the man and the woman with value of
p=0,001, while the knowledge and practice there is no difference with value of
p=0,232 and p=0,321.
Conclusions : From this study it can be conclude that the reproductive health
education that is given, impacted significant in changing the knowledge, but can
not increase the knowledge good enough, and less significant in changing the
attitude and practice og santri.
Keywords : education, health, reproductive, teenagers, santri
898
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
899
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menimpa kelompok belia dan produktif dalam menjaga diri dengan berbekal
(usia 20-39 tahun) sebanyak 78,8%. pengetahuan dan pemahaman yang
Penyebab utama atau cara penularan benar mengenai kesehatan reproduksi
terbanyak adalah melalui hubungan remaja.3
heteroseksual (51,3%).8 Begitu pula di Penyebaran informasi bagi
Semarang, salah satu kota besar di remaja dilakukan di sekolah dan luar
Indonesia yang merupakan ibukota sekolah, termasuk pondok pesantren.
Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Peranan pesantren sebagai sebuah
data Dinas Kesehatan Kota Semarang lembaga pendidikan yang sangat intensif
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja membahas masalah agama Islam yang
Kelompok Umur 10-19 Tahun, terdapat berguna bagi masyarakat luas, sudah
jumlah kasus hamil diluar nikah pada semestinya membahas seksualitas
tahun 2009 sebanyak75 kasus dan pada melalui pendidikan seks atau pendidikan
tahun 2010 sebanyak 173 kasus. kesehatan reproduksi. Akan tetapi
Kemudian di tahun 2011 terdapat 95 realitasnya, bahasan kesehatan
kasus IMS dan tahun 2012 ditemukan reproduksi masih tergolong tema yang
dua kasus HIV/AIDS. sangat jarang di kalangan pesantren.
Suatu fenomena yang menarik Pola kehidupan di pondok pesantren
adalah bahwa hubungan seksual mewajibkan santri untuk menetap di
pranikah justru banyak dilakukan oleh pondok selama masa pendidikan dan
remaja yang berpacaran. Meskipun tidak melakukan segala aktifitas sehari-hari di
semua remaja berpacaran melakukan areal pondok pesantren, tidak terkecuali
hal tersebut, tetapi dari fakta tersebut saat menghadapi masa remaja. Hal ini
menunjukkan kecenderungan yang membuat masalah kesehatan reproduksi
mengkhawatirkan dan memprihatinkan.9 remaja sangat penting untuk
Seiring dengan pesatnya arus diinformasikan kepada remaja di pondok
perkembangan ilmu pengetahuan dan pesantren.11
teknologi, terutama teknologi informasi Berdasarkan data Dinas
yang telah menghadirkan berbagai Kesehatan Kota Semarang tentang
kemudahan fasilitas informasi seperti Kesehatan Reproduksi Remaja
kemajuan internet sebagai bagian dari Kelompok Umur 10-19 Tahun, kasus
media massa, majalah, handphone (HP), reproduksi remaja salah satunya terjadi
TV, DVD dan sebagainya memberikan di wilayah kerja Puskesmas Rowosari.
banyak informasi yang dapat Puskesmas Rowosari merupakan lima
mempengaruhi bahkan menyesatkan besar puskesmas dengan jumlah kasus
remaja. Semakin menggejalanya reproduksi remaja terbanyak. Data
perilaku seksual remaja khususnya Puskesmas Rowosari Tahun 2011,
dengan pacar, maka semakin diperlukan terdapat 14 pondok pesantren yang
pendekatan yang lebih efektif untuk masuk wilayah kerja Puskesmas
memasyarakatkan informasi yang benar Rowosari dengan jumlah total santri 418
mengenai seks (reproduksi) sehat orang, diantaranya 224 santri laki-laki
kepada remaja.10 dan 194 santri perempuan. Dengan
Pendidikan kesehatan reproduksi jumlah tersebut, santri belum terfasilitasi
masih diposisikan sebagai wacana program penyuluhan kesehatan yang
daripada langsung diinformasikan dan menyentuh kesehatan reproduksi
diajarkan kepada remaja melalui remaja. Namun ada satu pondok
berbagai metode dan sistem. Tujuannya pesantren wilayah kerja Puskesmas
agar remaja dapat Rowosari yang telah aktif memberikan
mengimplementasikan pengetahuan pendidikan kesehatan reproduksi secara
kesehatan reproduksinya dengan mandiri, yaitu Pondok Pesantren Nurul
bersikap positif sehingga dapat menjadi Huda Azzuhdi.
remaja yang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan keluarga METODE PENELITIAN
900
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
901
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pendidikan kesehatan reproduksi yang pribadi, dan pengaruh orang lain yang
dilakukan oleh pondok pesantren dianggap penting.13
intervensi dijabarkan secara rinci 2. Media
sebagai berikut. Media yang digunakan oleh fasilitator
1. Metode pondok pesantren intervensi adalah
Pondok pesantren intervensi media cetak berupa poster dan media
memberikan pendidikan kesehatan elektronik berupa gambar-gambar
reproduksi kepada santrinya dengan yang disajikan dalam bentuk
menggunakan metode personal presentasi PowerPoint. Notoatmodjo
(bimbingan konseling) dan metode (2007) mengemukakan bahwa media
kelompok (ceramah, diskusi kelompok atau alat peraga berfungsi untuk
dan curah pendapat). Hal ini sesuai membantu dan memperagakan
dengan teori Notoatmodjo (2007), sesuatu di dalam proses
bahwa metode untuk belajar penyampaian pendidikan kesehatan.12
pengetahuan lebih baik menggunakan Secara teori, media yang digunakan
metode ceramah.12 Meskipun begitu, fasilitator untuk meningkatkan
metode ceramah dan diskusi yang pengetahuan santri perlu dikemas
digunakan belum dapat meningkatkan lebih menarik dan bervariasi seperti
pengetahuan santri menjadi baik. pemutaran film atau VCD yang dapat
Secara teori, metode yang digunakan mendekatkan daya imajinasi santri,
fasilitator dalam menyampaikan juga dengan membagikan leaflet atau
materi kurang bervariasi, sehingga booklet yang lebih banyak berisi
memungkinkan santri bosan dan pesan-pesan kesehatan reproduksi
kurang berminat untuk mengikuti dibandingkan poster yang lebih
pendidikan kesehatan secara banyak bersifat pemberitahuan
kontinyu. Kondisi ini didukung oleh melalui gambar saja. Semakin banyak
hasil penelitian Campbell (2005) indera yang digunakan untuk
bahwa kesuksesan suatu program menerima sesuatu, maka semakin
pelatihan dapat dirancang dengan jelas pula pengetahuan yang
menggunakan metode berbeda diperoleh.12 Media berupa alat peraga
seperti diskusi kelompok, curah juga bisa digunakan seperti replika
pendapat (brainstorming), bermain organ reproduksi manusia ketika
peran (role play) dan drama.4 menjelaskan materi tentang organ-
Sehingga dengan metode yang organ reproduksi dan fungsinya, atau
bervariasi, diharapkan dapat dengan alat-alat kontrasepsi asli
meningkatkan retensi pengetahuan ketika menjelaskan jenis-jenis alat
santri. kontrasepsi, sehingga santri dapat
Untuk merubah sikap, perlu adanya melihat dan menyentuh langsung
pengembangan metode yang pada benda aslinya. Hal tersebut bisa
digunakan, seperti psikodrama dan menarik perhatian santri dan
bermain peran, serta media yang mendekatkan pemahaman santri
menampilkan video berduka dan terhadap materi. Penggunaan media
kesaksian pribadi dari seseorang pendidikan kesehatan yang
yang mengalami masalah kesehatan mempunyai intensitas yang paling
reproduksinya, sehingga dapat tinggi adalah benda asli, sedangkan
menghasilkan peningkatan yang memiliki intensitas penerimaan
pengalaman emosional. Azwar (2011) kepada sasaran yang paling rendah
menuturkan, bahwa untuk adalah dengan kata-kata.12
memperoleh sikap yang mendukung 3. Fasilitator
tidak hanya diperlukan pengetahuan Pondok pesantren intervensi hanya
saja, tetapi diantaranya dipengaruhi memiliki satu fasilitator pendidikan
oleh faktor emosional, pengalaman kesehatan reproduksi. Peer educator
(pendidik sebaya) juga perlu
902
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
903
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
904
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
905
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
906
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Ditinjau dari Harga Diri Berdasarkan dan Sikap Remaja Tentang Seks
Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi, Pranikah Sebelum dan Sesudah
(Online), No.2, 120-127, 2000. Penyuluhan di SMA Islam Sultan
(http://psikologi.ums.ac.id/wp- Agung 3 Semarang. Semarang :
content/uploads/2013/12/Perilaku- Program Studi Diploma III Kebidanan.
Seksual-Ditinjau-dari-Kualitas- 2012.
Komunikasi-Orang-Tua- 17. Velicer,Prochaska, J.O.Fava,
Anak.pdf,diakses 10 Desember 2013). J.L.Norman, G.J. and Redding, C.A.
10. Setiawan, Roni dan Nurhidayah. Smoking Cessation and Stress
Pengaruh Pacaran terhadap Perilaku Management: Applications of The
Seks Pranikah. Jurnal Soul, (Online), Transtheoritical Model of Behavior
Vol. 1, No. 2, September 2008. Change. Homeostatis, 38, 216-233.
(http://download.portalgaruda.org/artic 18. Fatimah, Siti. Pengaruh
le.php?article=94974&val=1228, Intervensi Promosi Kesehatan
diakses 10 Desember 2013). Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
11. Khasib, Faisal. Implementasi Praktek Perilaku Hidup Bersih dan
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sehat Siswa Kelas 4 dan 5 SDN
Pondok Pesantren Miftahussa’adah Kembaran Kecamatan Loano
Mijen Semarang. Skripsi tidak Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa
diterbitkan. Semarang : Fakultas Tengah Tahun 2012. Skripsi tidak
Tarbiyah IAIN Walisongo. 2009. diterbitkan. Fakultas Kesehatan
12. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Masyarakat Universitas Indonesia
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Program Studi Sarjana Kesehatan
PT Rineka Cipta. 2007. Masyarakat Peminatan Kebidanan
13. Maolinda Nisa, Sriati Aat dan Komunitas. 2012.
Maryati Ida. Hubungan Pengetahuan
dengan Sikap Siswa terhadap
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja di SMA N 1 Margahayu. E-
Jurnal Mahasiswa Universitas
Padjadjaran, (Online), Vol. 1, No.1,
2012.
(www.portalgaruda.org/download_arti
cle.php?article=103848&val=1378,
diakses 10 Desember 2013).
14. Moeliono, Laurike. Proses Belajar
Aktif Kesehatan Reproduksi
Remaja.Jakarta: BKKBN. 2004.
15. Puspitaningrum, Dewi. Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Praktik
Perawatan Organ Genitalia Eksternal
pada Anak Usia 10-11 Tahun yang
Mengalami Menarche Dini di Sekolah
Dasar Kota Semarang. Seminar Hasil-
Hasil Penelitian LPPM Unimus,
(Online), 2012.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1
28/jtptunimus-gdl-dewipuspit-6364-1-
dewipus-m.pdf, diakses 24 Desember
2013).
16. Sari Lita Ruwantika, Dewi
Puspitaningrum dan Agustin
Rahmawati. Perbedaan Pengetahuan
907