You are on page 1of 12

12 Dian Purwanti, et al.

Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru


berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU


BERDASARKAN SISTEM ZONASI DI KOTA BANDUNG

IMPLEMENTATION OF NEW STUDENT ADMISSION POLICY


BASED ON ZONING SYSTEM IN BANDUNG CITY
Dian Purwanti1*, Ira Irawati2, Jossy Adiwisastra3, Herijanto Bekti4
1Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia


2,3,4Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat,

Indonesia
*Korespondensi: Dian Purwanti. Email: purwantidian75@yahoo.com

(Diterima: 15 Maret 2019; Ditelaah: 25 Maret 2019; Disetujui: 4 April 2019)

ABSTRACT
The new student admission based on zoning system has been implemented in Indonesia since 2017
through the Ministerial Regulation of Education and Culture No. 17/2017, then renewed by the Ministerial
Regulation of Education and Culture No. 18/2018. The regulation has been enacted for the Local Office of
Education in all regencies/cities in Indonesia. To be implemented, every regency and city have enacted the
operational regulations in accordance with each local conditions. The Local Government of Bandung City has
implemented the zoning system since 2017, namely the Regulation of Mayor of Bandung No. 553/2017 and the
Regulation of Mayor of Bandung No. 456/2018. The both regulations have the different rule of game,
particularly the application of quota. The zoning quota of new student admission in 2017 was regulated only
for 40-50 percent, but Bandung City in 2018 applied the zoning system for 100 percent. The aims of applying
the zoning system were to closely bring the students to their residences, to reduce the costs of school
transportation, and to eliminate the dichotomy between the favorite and unfavorite schools. The research uses
the paired sample t-Test to compare the both Mayoral Regulations and to then find the dominant factor as the
cause for occuring the conflict in the process of new student admission in Bandung City. Matland’s ambiguity-
conflict model is used to explain the implementation of new student admission policy. Results of the research
indicate that the dichotomy of favorite and unfavorite schools can not be removed, not just because of the public
mindset, but also because of the unsupporting policy of local government, and the unreadiness of local
government to provide the qualified infrastructures for the education in all schools.
Keywords: School Dichotomy, Policy Implementation, New Student Admission, Zoning System.

ABSTRAK
Penerimaan peserta didik baru sistem zonasi telah diberlakukan di Indonesia melalui Permendikbud
No. 17/2017 jo. Permendikbud No. 18/2018. Kebijakan ini berlaku bagi seluruh Dinas Pendidikan kabupaten/
kota di Indonesia. Atas dasar ini, setiap daerah membuat kebijakan turunan sesuai dengan kondisi masing-
masing. Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan sistem zonasi melalui Perwal No. 553/2017 dan Perwal
No. 456/2018. Kedua Perwal ini memiliki aturan main yang berbeda, terutama dalam hal penerapan kuota.
Kuota zonasi pada penerimaan peserta didik baru tahun 2017 diatur hanya 40-50 persen, akan tetapi tahun
2018 menerapkan sistem zonasi 100 persen. Tujuan sistem zonasi adalah untuk mendekatkan peserta didik
dengan domisili siswa, mengurangi biaya transportasi pendidikan, serta menghilangkan dikhotomi sekolah
favorit dan tidak favorit. Penelitian ini menggunakan Paired Sample t-Test untuk membandingkan kedua
Perwal dan kemudian menemukan faktor paling dominan sebagai penyebab timbulnya konflik pada proses
penerimaan peserta didik baru di Kota Bandung. Ambiguity-conflict model Matland (1995) digunakan untuk
menjelaskan implementasi kebijakan penerimaan peserta didik baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikhotomi sekolah favorit dan tidak favorit belum dapat dihilangkan bukan semata karena pola fikir
masyarakat, melainkan juga karena kebijakan pemerintah daerah yang tidak mendukung, serta ketidaksiapan
pemerintah daerah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas di semua sekolah.
Kata Kunci: Dikhotomi Sekolah, Implementasi Kebijakan, Penerimaan Peserta Didik Baru, Sistem Zonasi.

Dian Purwanti. 2019. Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru berdasarkan Sistem Zonasi di
Kota Bandung.
Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019 13

PENDAHULUAN antaranya, Paul A. Sabatier dan Daniel A.


Penerimaan Peserta Didik Baru adalah Mazmanian mengemukakan: Implemen-
penerimaan peserta didik untuk jenjang tation is the carrying out a basic policy
taman kanak-kanak, sekolah dasar dan decision, usually incorporated in a statute but
sekolah menengah pertama yang dilaksana- which can also take the form of important
kan pada awal tahun pelajaran baru. PPDB executive or court decisions. Ideally that the
jenjang SMP dilakukan secara online, decision identitas the problems (s) to be
prioritasnya adalah anak usia 12-15 tahun addressed, stipulates the objective (s) to be
(Permendikbud No. 17 Tahun 2017). Seleksi pursued and in a variety of ways, structures
dilakukan melalui sistem zonasi. Peneri- the implementation process (1983: 20).
maan peserta didik baru Kota Bandung Sabatier dan Mazmanian menegaskan
mengusung asas objektif, transparan, bahwa implementasi kebijakan berarti
akuntabel, dan berkeadilan (Perwal No. 456 mewujudkan suatu keputusan kebijakan
Tahun 2018). yang memiliki legalitas hukum – dapat
Dalam implementasinya sejak tahun berbentuk undang-undang, peraturan
ajaran 2017/2018, Kota Bandung telah pemerintah, keputusan eksekutif, dan lain-
menerapkan sistem zonasi, yaitu sistem lain dalam bentuk program-program kerja
penerimaan peserta didik baru berdasarkan yang merujuk pada masalah yang akan
radius dan jarak, meskipun belum seratus ditangani oleh kebijakan.
persen. Melalui sistem zonasi ini diharap- Selain itu sebagai bagian dari proses
kan semua warga Kota Bandung bisa kebijakan, maka dari hasil implementasilah
mendapatkan pendidikan yang lokasinya kebijakan memperoleh umpan balik,
dekat dengan tempat tinggal. Menurut Dinas apakah perlu kebijakan direvisi atau tidak
Pendidikan Kota Bandung, kelebihan sistem sebagaimana yang dikatakan oleh Sabatier
zonasi ini adalah pemerataan pendidikan, dan Mazmanian: The process normally runs
lebih hemat waktu karena sekolah dekat, through a number of stages beginning with
lebih hemat biaya transportasi, kondisi passage the basic statute, followed by policy
peserta didik lebih bugar, serta mengurangi outputs (decisions) of the implementing
kemacetan. Namun dalam implementasinya agencies, the compliance of target groups
kebijakan PPDB di Kota Bandung selalu with those outputs, the perceived impacts of
menuai konflik. agency decisions, an finally important
Dalam penelitian ini, peneliti meng- revisions (or attempted revisions) in the basic
gunakan referensi dari jurnal penelitian statute (1983: 20).
terkait PPDB di berbagai kota di Indonesia Dari model sistem tersebut, fungsi
yang pernah dilakukan, data sekunder dari implementasi adalah mentransformasikan
pihak Dinas Pendidikan Kota Bandung, serta tujuan kebijakan ke dalam bentuk-bentuk
data primer yang diperoleh langsung dari kegiatan operasional yang dibutuhkan agar
para narasumber yang peneliti wawancarai, kebijakan mencapai tujuannya. Fungsi
maupun angket yang disebar kepada panitia implementasi tidak akan berubah, sekali-
penyelenggara penerimaan peserta didik pun kebijakan yang diimplementasikan
baru tingkat sekolah. Adapun proses berbeda, yang berbeda adalah hasil
analisisnya menggunakan uji dua vektor akhirnya. Sedangkan tujuan implementasi
rata-rata dari Wichern berdasarkan sampel itu sendiri adalah menghasilkan perubahan
dependent. sebagaimana yang dikehendaki oleh
kebijakan. Oleh karenanya jika dikatakan
MATERI DAN METODE bahwa sebuah kebijakan dibuat untuk
mengintervensi peri kehidupan publik,
Konsep/Teori yang Relevan maka implementasi adalah bentuk nyata
Beberapa teori terkait implementasi dari tindakan intervensi itu sendiri.
kebijakan dikemukakan oleh para ahli, di
14 Dian Purwanti, et al. Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung

Pressmann dan Wildavsky (1984: xiv– Tabel 1. Matriks Ambiguitas-Konflik


xv) menyatakan bahwa policy implemen- Matland
tation adalah menjalankan program kerja Low Conflict High Conflict
yang disusun setelah hipotesis permasa- Low Administrative Political
lahan ditemukan dan diterjemahkan ke Ambiguity Implementation implementation
dalam bentuk-bentuk tindakan yang telah Implementation Implementation
disahkan, atau jelasnya sebagai berikut: decided by decided by
A program consists of governmental action recources power
initiated in order to secure objectives whose Example: Example: busing
attainment is problematic. A program exists smallpox
eradication
when the initial conditions – the “if” stage of
the policy hypothesis – have been met. The High Experimental Symbolyc
Ambiguity implementation implementation
word “program” signifies the conversion of a
hypothesis in to governmental action. The Implementation Implementation
decided by s decided by
initial premises of the hypothesis have been contextual coalition
authorized. The degree to which predicated conditions strength
consequences (the “then” stage) take place Example: Example:
we will call implementation. headstart community
Sebagai tindakan intervensi, maka action agencies
faktor kritis dalam proses implementasi Sumber: Richard E. Matland, 1995
adalah merancang struktur implementasi-
nya, yakni memilih tindakan-tindakan Pada prinsipnya matriks Matland
operasional yang tepat, serta mengoperasi- memiliki “empat tepat” yang perlu dipenuhi
onalkan tindakan-tindakan tersebut secara dalam hal keefektifan implementasi
tepat pula ke dalam bentuk program dan kebijakan, yaitu:
proyek.
Pertama: Ketepatan Kebijakan.
Sementara itu Richard E. Matland Ketepatan kebijakan dinilai dari tiga hal,
(1995) mengembangkan Model Matriks yaitu:
Ambiguitas-Konflik untuk menjelaskan
bahwa implementasi secara admiministratif 1. Sejauh mana kebijakan yang ada telah
adalah implementasi yang dilakukan dalam bermuatan hal-hal yang memang
keseharian operasi birokrasi pemerintahan. memecahkan masalah yang hendak
Kebijakan di sini memiliki ambiguitas atau dipecahkan. Pertanyaannya adalah how
kemenduaan yang rendah dan konflik yang excelent is the policy.
rendah. Implementasi secara politik adalah 2. Apakah kebijakan tersebut sudah
implementasi yang perlu dipaksakan secara dirumuskan sesuai dengan karakter
politik, karena walaupun ambiguitasnya masalah yang hendak dipecahkan.
rendah, tingkat konfliknya tinggi. 3. Apakah kebijakan dibuat oleh lembaga
Implementasi secara eksperimen dilakukan yang mempunyai kewenangan (misi
pada kebijakan yang mendua, namun kelembagaan) yang sesuai dengan
tingkat konfilknya rendah. Implementasi karakter kebijakan.
secara simbolik dilakukan pada kebijakan
Kedua: Ketepatan Pelaksana. Aktor
yang mempunyai ambiguitas tinggi dan
implementasi kebijakan tidaklah hanya
konflik yang tinggi. Pemikiran Matland
pemerintah. Ada tiga lembaga yang bisa
dikembangkan lebih rinci sebagai berikut:
menjadi pelaksana, yaitu:
1. Pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang
bersifat monopoli, seperti kartu identitas
penduduk, atau mempunyai derajad
Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019 15

politik keamanan yang tinggi, seperti pelaksana kebijakan dan dengan lembaga
pertahanan dan keamanan, sebaiknya yang terkait. Donald J. Calista menyebut-
diselenggarakan oleh pemerintah. nya sebagai variabel endogen, yaitu
2. Kerjasama antara pemerintah-masya- authoritative arrangement yang berkena-
rakat/swasta. Kebijakan yang bersifat an dengan kekuatan sumber otoritas dari
memberdayakan masyarakat, seperti kebijakan, network composition yang
penanggulangan kemiskinan, sebaiknya berkenaan dengan komposisi jejaring
diselenggarakan pemerintah bersama dari berbagai organisasi yang terlibat
masyarakat/swasta. kebijakan, baik dari pemerintah maupun
3. Implementasi kebijakan yang diswasta- masyarakat, implementation setting yang
kan (privatization atau contracting out). berkenaan dengan posisi tawar-mena-
Kebijakan yang bertujuan mengarahkan war antara otoritas yang mengeluarkan
kegiatan-kegiatan masyarakat, seperti kebijakan dan jejaring yang berkenaan
bagaimana perusahaan harus dikelola, dengan implementasi kebijakan.
atau dimana pemerintah tidak efektif 2. Lingkungan Eksternal Kebijakan.
menyelenggarakannya sendiri, seperti Lingkungan ini oleh Calista disebut
pembangunan industri-industri berskala sebagai variabel eksogen, yang terdiri
menengah dan kecil yang tidak strategis, dari public opinion, yaitu persepsi publik
sebaiknya diserahkan kepada masya- akan kebijakan dan implementasi
rakat. kebijakan, interpretive institutions yang
Ketiga: Ketepatan Sasaran. Ketepatan berkenaan dengan interprestasi lemba-
sasaran (target) berkenaan dengan tiga hal, ga-lembaga strategis dalam masyarakat,
yaitu: seperti media massa, kelompok penekan,
1. Apakah target yang diintervensi sesuai dan kelompok kepentingan, dalam
dengan yang direncanakan, apakah tidak menginterpretasikan kebijakan dan
ada tumpang tindih dengan intervensi implementasi kebijakan, dan individuals,
lain, atau tidak bertentangan dengan yakni individu-individu tertentu yang
intervensi kebijakan lain. mampu memainkan peran penting dalam
menginterpretasikan kebijakan dan
2. Apakah targetnya dalam kondisi siap
implementasi kebijakan.
untuk diintervensi ataukah tidak.
Kesiapan bukan saja dalam arti secara Ke-empat “tepat” tersebut masih perlu
alami, namun juga apakah kondisi target didukung oleh tiga jenis dukungan, yaitu:
ada dalam konflik atau harmoni, dan 1. Dukungan politik;
apakah kondisi target ada dalam kondisi 2. Dukungan strategik; dan
mendukung atau menolak.
3. Dukungan teknis.
3. Apakah intervensi implementasi kebi-
Selain tiga dukungan di atas, penelitian
jakan bersifat baru atau memperbarui
ataupun analisis tentang implementasi
implementasi kebijakan sebelumnya.
kebijakan sebaiknya juga menggunakan
Terlalu banyak kebijakan yang tampak-
model implementasi sesuai dengan isu
nya baru namun pada prinsipnya
kebijakannya, sebagaimana yang digambar-
mengulang kebijakan yang lama dengan
kan oleh Matland sebagai berikut:
hasil yang sama tidak efektifnya dengan
kebijakan sebelumnya.
Keempat: Ketepatan Lingkungan. Ada
dua lingkungan yang paling menentukan,
yaitu:
1. Lingkungan Kebijakan. Lingkungan
kebijakan menyangkut interaksi antara
lembaga perumus kebijakan dengan
16 Dian Purwanti, et al. Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung

Gambar 1. Model Ambiguitas-Konflik memiliki pedoman bertindak dan


Matland bekerja.
f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja.
Salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemampuan bekerja
secara produktif, dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin
disediakan oleh Dinas Pendidikan.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien.
Bagaimanapun baiknya kebijakan sistem
zonasi apabila tidak diimplementasikan
secara efektif dan efisien maka Dinas
Pendidikan tidak akan mencapai
Sumber: Richard E. Matland, 1995 sasarannya, karena melalui implemen-
tasi kebijakan, organisasi semakin
didekatkan pada tujuannya.
Adapun kriteria atau ukuran
h. Sistem pengawasan dan pengendalian
mengenai pencapaian tujuan efektif atau
yang bersifat mendidik. Mengingat sifat
tidak, sebagaimana dikemukakan oleh
manusia yang tidak sempurna maka
Siagian (1978: 77) sebagai berikut:
efektivitas organisasi menuntut
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai. terdapatnya sistem pengawasan dan
Hal ini dimaksudkan agar panitia PPDB pengendalian. Begitu pula dalam proses
dalam melaksanakan tugas mencapai implementasi kebijakan sistem zonasi.
sasaran yang terarah dan tujuan Dinas
Pendidikan menerapkan sistem zonasi
dapat tercapai. Hipotesis Penelitian
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan. Adapun hipotesis penelitian dapat
Telah diketahui bahwa strategi adalah on dirumuskan sebagai berikut:
the track yang diikuti dalam melakukan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
berbagai upaya dalam mencapai sasaran- Sistem Zonasi efektif jika memenuhi syarat
sasaran yang ditentukan agar para ketepatan kebijakan, ketepatan pelaksana,
implementor tidak tersesat dalam ketepatan sasaran, dan ketepatan
pencapaian tujuan kebijakan sistem lingkungan.
zonasi.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan
yang mantap. Hal ini berkaitan dengan Metode Penelitian
tujuan yang hendak dicapai dan strategi Uji beda rata-rata dikenal juga dengan
yang telah ditetapkan artinya kebijakan nama uji-t (t-test ). Konsep dari uji beda
harus mampu menjembatani tujuan- rata-rata adalah membandingkan nilai rata-
tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan rata beserta selang kepercayaan tertentu
kegiatan operasional. (confidence interval) dari dua populasi.
d. Perencanaan yang matang. Hal ini pada Prinsip pengujian dua rata-rata adalah
hakekatnya berarti memutuskan melihat perbedaan variasi kedua kelompok
sekarang apa yang harus dikerjakan oleh data. Oleh karenanya diperlukan informasi
Dinas Pendidikan di masa depan. apakah varian kedua kelompok yang diuji
e. Penyusunan program yang tepat. Suatu sama atau tidak Dependent Sample t-Test
rencana yang baik masih perlu atau sering diistilahkan dengan Paired
dijabarkan ke dalam program-program Sample t-Test, adalah jenis uji statistika yang
pelaksanaan yang tepat sebab apabila bertujuan untuk membandingkan rata-rata
tidak, para pelaksana akan kurang dua kelompok yang saling berpasangan.
Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019 17

Sampel berpasangan dapat diartikan HASIL DAN PEMBAHASAN


sebagai sebuah sampel dengan subjek yang Kebijakan zonasi adalah sistem
sama namun mengalami dua perlakuan atau penerimaan peserta didik berdasarkan
pengukuran yang berbeda, yaitu pengukur- radius dan jarak. Melalui sistem zonasi
an sebelum dan sesudah dilakukan sebuah diharapkan semua warga Kota Bandung
perlakuan (treatment). bisa mendapatkan pendidikan yang lokasi-
Dalam penelitian ini, indikator- nya dekat dengan tempat tinggal. Kelebihan
indikator dari dimensi-dimensi tidak dari sistem zonasi di antaranya adalah
merupakan indikator reflektif melainkan pemerataan pendidikan, lebih hemat waktu
merupakan indikator formatif, sehingga karena sekolah dekat, lebih hemat biaya
untuk mengevaluasi kualitas pengukuran transportasi, kondisi peserta didik lebih
tidak menggunakan uji validitas dan bugar, serta mengurangi kemacetan.
reliabilitas secara tradisional. Karenanya Jika pada proses penerimaan peserta
dalam penelitian ini, kualitas pengukuran didik baru tahun 2017, penerapan kuota
dievaluasi melalui Analisis Komponen zonasi hanya 40 sampai dengan 50%
Utama (Johnson & Wichern, 2007). Dalam persen, maka pada tahun 2018 Dinas
hal ini, ukuran-ukuran statistik yang Pendidikan Kota Bandung memberlakukan
dipergunakan untuk mengevaluasi model kuota zonasi hingga 90% sesuai dengan
pengukuran formatif adalah relevansi tuntutan Permendikbud. Jika pada tahun
indikator (Hair dkk., 2014: 132). Relevansi 2017 masih terlihat perbedaan antara
indikator formatif dilihat dari signifikansi sekolah favorit dan tidak favorit, maka pada
koefisien bobot komponen utama. Koefisien proses implementasi kebijakan tahun 2018
bobot yang signifikan menunjukkan Dinas Pendidikan Kota Bandung melakukan
dimensi tersebut relevan. Pengujian meng- pengelompokan sekolah menjadi tiga
ikuti prosedur pengujian koefisien bobot kelompok, yaitu:
komponen utama di dalam Johnson dan
Wichern (2007). 1. Pertama: Kelompok A untuk sekolah
yang berlokasi di dalam kota, di tengah
pemukiman warga, dikenai aturan zonasi
Pengujian Hipotesis 90% termasuk calon siswa dari kalangan
Pengujian hipotesis dalam penelitian RMP (rawan melanjutkan pendidikan)
ini menggunakan statistik uji: yang sebelumnya dikenal dengan istilah
siswa miskin. Kelompok A terdiri dari 36
 n  p  n dS1d ~ F sekolah.
F  p ,n  p  . 2. Kedua: Kelompok B untuk sekolah yang
 n  1 p d berlokasi di dalam kota namun jauh dari
pemukiman warga karena berada di
jika hasil uji rata-rata semua vector kawasan perkantoran. Untuk sekolah di
signifikan dilanjutkan dengan uji vector kelompok B ini dikenai aturan zonasi
menggunakan rumus Statistik uji sebagai bertahap, yaitu 50% zonasi dan 40%
berikut: akademik. Ada 5 sekolah yang masuk ke
dalam Kelompok B.
3. Ketiga: Kelompok C untuk sekolah yang
dj
tj  ~ tn 1 . lokasinya berbatasan dengan wilayah
s 2j kabupaten. Untuk Kelompok C ini dikenai
n aturan zonasi perbatasan, yaitu 80%
berasal dari dalam daerah Kota Bandung
Kriteria uji pada taraf signifikansi  : “tolak dan 10% dari luar daerah Kota Bandung.

H 0 jika nilai  p  2 P  tn 1  t   ” Terdapat 16 sekolah yang masuk ke
p dalam Kelompok C.
18 Dian Purwanti, et al. Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung

Jika dianalisis dari segi ketepatan dengan implementor tingkat bawah,


kebijakan, pada proses implementasi sehingga banyak terjadi ketidaksesuaian
kebijakan penerimaan peserta didik baru antara aturan yang tertuang dalam
sistem zonasi di Kota Bandung, proses kebijakan dengan implementasi di lapangan
formulasi kebijakan tidak mempertimbang- setelah melalui proses intervensi berupa
kan pemetaan wilayah padat penduduk dan memo oleh oknum yang berwenang atas
tidak padat penduduk usia sekolah, serta kebijakan penerimaan peserta didik baru
tidak ada standarisasi pendidikan di semua sistem zonasi di Kota Bandung. Kurangnya
sekolah yang mengarah pada upaya sosialisasi kebijakan kepada implementor
menghilangkan dikhotomi sekolah favorit kebijakan membuat implementor dan
dan tidak favorit. masyarakat kebingungan saat kebijakan
Jika dianalisis dari segi ketepatan diimplementasikan akibat tidak ada kesatu-
pelaksana, dalam proses implementasi paduan antara perumus kebijakan dengan
kebijakan penerimaan peserta didik baru implementor kebijakan. Hal ini membuat
zonasi di Kota Bandung, penerbitan kartu wibawa implementor kebijakan turun di
keluarga yang menjadi dasar penentuan mata masyarakat.
radius domisili calon peserta didik baru Dinas Pendidikan Kota Bandung pada
hanya bisa dilakukan oleh Dinas implementasi kebijakan PPDB sistem zonasi
Kependudukan dan Catatan Sipil, namun tahun ajaran 2018/2019 membagi SMP
upaya pemalsuan data yang dilakukan oleh Negeri ke dalam tiga kelompok, dimana
orang tua siswa dengan cara memasukkan Kelompok A terdiri dari sekolah-sekolah
nama calon peserta didik ke dalam kartu yang dikenai aturan 90% zonasi termasuk
kelurga orang lain yang domisilinya dekat siswa Rawan Melanjutkan Pendidikan
dengan sekolah yang dituju, luput dari (RMP). Kelompok B terdiri dari lima sekolah
pengawasan dan tidak ada proses verifikasi favorit yang berada di kawasan perkantoran
ke lapangan oleh Panitia Penerimaan dan dikenai aturan zonasi bertahap, yaitu
Peserta Didik Baru, meskipun dalam 50% zonasi 40% akademik. Selanjutnya
struktur organisasi kepanitiaan terdapat Kelompok C adalah sekolah yang letaknya di
bidang verifikasi. perbatasan kota sehingga dikenai aturan
Jika dianalisis dari segi ketepatan zonasi perbatasan, dimana 80% siswa
sasaran, pada proses penerimaan peserta berasal dari dalam daerah, 10% dari luar
didik baru zonasi tingkat SMP di Kota daerah. Berikut ini gambar datanya:
Bandung, target yang akan diintervensi
tidak jelas, apakah calon peserta didik dari Gambar 2. Persentase Kuota PPDB SMP,
kalangan rawan melanjutkan pendidikan Tahun 2018.
atau anak-anak pejabat dan aparat agar
tetap bisa masuk ke SMP negeri favorit. A
Karena menurut data yang ada pada Dinas 100% 90%
Pendidikan Kota Bandung, kuota RMP di 80%
sekolah favorit tidak terpenuhi meskipun 60%
sudah disediakan, karena tidak ada anak- 40%
anak RMP yang mendaftar ke sekolah
20%
favorit, sehingga membuka peluang untuk 5% 5%
0%
melakukan praktek jual-beli kursi.
Prestasi Khusus Zonasi
Jika dianalisis dari segi ketepatan
lingkungan, pada proses implementasi
kebijakan penerimaan peserta didik baru
sistem zonasi tingkat SMP di Kota Bandung
kurang interaksi antara perumus kebijakan
Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019 19

Ketiga: Pada indikator Meningkatnya


B APK RMP, terkonfirmasi saat penelitian
60% lapangan bahwa dengan sistem zonasi
50%
50% murni otomatis seleksi kemampuan
40%
40% akademik calon siswa tergeser oleh zona.
30%
Dibukanya kran radius tempat tinggal
terdekat ke sekolah membuat siswa yang
20%
domisilinya di sekitar sekolah dapat masuk
10% 5% 5%
tanpa seleksi akademik ke sekolah terdekat.
0% Sisi positifnya adalah bahwa anak-anak
Prestasi Khusus Akademik Zonasi
yang rawan melanjutkan pendidikan namun
domisilinya dekat dengan sekolah otomatis
C dapat diterima di sekolah terdekat, sehingga
100% dalam tanda kutip Angka Partisipasi Kasar
80%
80% (APK) dari siswa Rawan Melanjutkan
Pendidikan (RMP) meningkat. Mengapa
60%
tanda kutip ? karena belum ada data yang
40%
pasti mengenai kebenaran siswa RMP 100%
20% 10%
5% 5% melanjutkan sekolah, faktanya surat
0% keterangan miskin masih bisa dibuat oleh
Prestasi Khusus Dalam Luar
daerah daerah
masyarakat yang mampu secara ekonomi
bahkan orang tua siswa yang memiliki
Sumber: hasil penelitian, 2018 jabatan dan kewenangan untuk menekan
aparat demi meluluskan keinginan putra-
putrinya masuk ke sekolah favorit tanpa tes,
Berdasarkan gambar di atas dapat
tidak sedikit masyarakat yang “cerdas” dan
dilihat bahwa untuk Dimensi Ketepatan
dekat pada penguasa melakukan tindakan
Sasaran terdapat empat indikator yang
curang dengan menitipkan putra-putrinya
menunjukkan peningkatan pada imple-
kepada famili yang domisilinya dekat
mentasi kebijakan tahun 2018 meskipun
sekolah.
nilainya tidak signifikan.
Keempat: Selanjutnya untuk indikator
Pertama: Indikator Dukungan Agen
Mendekatkan Sekolah Dengan Domisili
Pelaksana. Hal ini terkonfirmasi saat
Siswa, sudah pasti mengalami peningkatan,
penelitian bahwa sudah menjadi sifat
karena pada sistem zonasi murni kali ini
birokrat patuh dan taat pada pimpinan.
90% siswa yang diterima adalah siswa yang
Karenanya walaupun hati nurani para
domisilinya dekat dengan sekolah. Kriteria
pelaksana (Panitia PPDB) menyatakan
utama kedekatan domisili dengan sekolah
penolakan, dalam implementasinya Panitia
inilah yang menjadi pertentangan di
PPDB tetap melaksanakan apa yang menjadi
kalangan masyarakat maupun panitia
keputusan Dinas Pendidikan selaku
pelaksana. Karena dengan kriteria ini
organisasi induknya.
prestasi akademik siswa menjadi kurang
Kedua: Indikator selanjutnya adalah dihargai, akhirnya masyarakat berfikir tidak
Kesesuaian Tindakan, sebagaimana telah perlu giat belajar untuk masuk ke sekolah
dijelaskan pada indikator pertama Panitia favorit, cukup mengontrak rumah di dekat
PPDB yang menjadi pelaksana di tingkat sekolah agar dapat diterima di sekolah
sekolah selalu berusaha melakukan favorit.
tindakan sesuai dengan kebijakan yang
Selain keempat indikator yang
telah ditetapkan karena adanya
mengalami peningkatan, hasil penelitian
pengawasan dari Dinas Pendidikan.
menunjukkan adanya dua indikator yang
mengalami penurunan, yaitu indikator
20 Dian Purwanti, et al. Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung

mengubah persepsi sekolah favorit dan pelaksana, kesesuaian tindakan, meningkat-


menurunkan angka tidak melanjutkan nya APK RMP, dan mendekatkan sekolah
sekolah. Data hasil penelitian menunjukkan dengan domisili siswa lebih baik diban-
adanya penurunan nilai, yang maknanya dingkan dengan implementasi kebijakan
bahwa implementasi kebijakan sistem sistem zonasi tahun 2017. Namun tidak
zonasi tahun 2018 belum mampu merubah efektif jika diukur dari indikator mengubah
persepsi masyarakat terhadap keberadaan persepsi masyarakat terhadap sekolah
sekolah favorit meskipun menurut Humas favorit dan menurunkan angka tidak melan-
Dinas Pendidikan Kota Bandung semua jutkan sekolah.
sekolah sudah sesuai standar nasional Terlepas dari dampak negatif yang
namun dalam kenyataannya tingkat ditimbulkan, harus diakui bahwa jika
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas ditinjau dari segi ketepatan sasaran, imple-
sekolah masih belum berubah. Keinginan mentasi kebijakan sistem zonasi pada tahun
Dinas Pendidikan Kota Bandung mengubah 2018 lebih baik jika dibandingkan dengan
persepsi masyarakat terhadap keberadaan implementasi kebijakan pada tahun ajaran
sekolah favorit ternyata tidak didukung 2017. Artinya, walaupun tidak signifikan
oleh kebijakan yang dibuatnya. Setidaknya harus diakui ada upaya dari Pemerintah
hal ini terkonfirmasi saat peneliti Kota Bandung untuk memperbaiki kebi-
melakukan penelitian lapangan, ironinya jakan sebelumnya, walaupun hasilnya tidak
sistem PPDB Kota Bandung tahun 2018 sesuai harapan.
justru secara tegas mengelompokkan
sekolah ke dalam 3 Kelompok A, B, C,
Rekomendasi
dimana kelompok B dihuni oleh sekolah-
sekolah yang difavoritkan oleh masyarakat Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan sistem seleksi yang berbeda dengan dilakukan secara komparatif terhadap
sistem seleksi yang digunakan untuk kebijakan sistem zonasi yang diimplemen-
sekolah yang ada di Kelompok A dan C. tasikan pada tahun 2017 dan tahun 2018,
Kebijakan sistem zonasi tahun 2018 peneliti memberikan rekomendasi sebagai
ternyata tidak menjamin menurunnya berikut:
angka tidak melanjutkan sekolah. Hal ini Pertama: Untuk menghilangkan
terkonfirmasi saat peneliti melakukan dikhotomi sekolah favorit dan tidak favorit,
wawancara kepada Panitia PPDB dan warga Pemerintah Kota Bandung harus mem-
Kota Bandung yang menyatakan bahwa perbaiki kualitas seluruh sekolah negeri
sistem zonasi tahun 2018 mengakibatkan yang ada di wilayah Kota Bandung, baik
anak-anak yang kurang mampu secara sarana maupun prasarananya agar sesuai
ekonomi namun unggul dalam prestasi dengan standar nasional.
tidak dapat diterima di SMP Negeri Kedua: Pemerintah Kota Bandung
manapun karena radius tempat tinggalnya harus mengubah kebijakan kuota bagi tiap
jauh dari lokasi sekolah, sementara kuota kelompok/golongan agar tidak menimbul-
sekolah terdekat sudah penuh terisi. kan kecemburuan sosial dan menutup
peluang untuk praktek jual-beli kursi, yang
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI selama ini selalu menjadi sumber pemicu
Kesimpulan konflik.
Hasil penelitian tentang kebijakan
sistem zonasi yang diimplementasikan pada DAFTAR PUSTAKA
tahun 2017 dan tahun 2018 menunjukkan Buku
bahwa implementasi kebijakan penerimaan Anderson, J. E. 1979. Public Policy Making:
peserta didik sistem zonasi tahun 2018 jika An Introductin. Boston: Houghton
diukur dari indikator dukungan agen Miffin Company.
Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019 21

Baedhowi. 2009. Kebijakan Otonomi Daerah Shafritz, Jay M and Hyde, Albert C.
Bidang Pendidikan: Konsep Dasar dan Classic of Public Administration.
Implementasi. Semarang: Pelita Insani. Callifornia: Brooks/Cole Publishing
Creswell, John W. 1994. Research Design: Company.
Qualitative & Quantitative Approaches. Purwanto, E. Agus dan Sulistyastuti, D.
California: Sage Publication. Ratih. 2012. Implementasi Kebijakan
Dunn, William N. 1994. Public Policy Publik: Konsep dan Aplikasinya di
Analysis: An Introduction, New Jersey: Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gava
Prentice-Hall Inc. Media
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2004. Kebi- Sabatier, Paul A. 1993. “Top-Down and
jakan Publik, Formulasi, Implementasi, Bottom-Up Approaches to Implemen-
dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia. tation Research”, dalam Hill Micheal.
The Policy Process: A Reader. Halm
Grindle, Merilee. 1980. “Polities and Policy
266-293. Hertfordshire. Haruester
Implementation in the Third World.
Wheatsheaf.
New Jersey: Princestown Univercity
Press. Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan
Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Wahab, Solichin Abdul. 2002. Analisis
Yogyakarta: Gava Media Kebijaksanaan dan Formulasi Imple-
mentasi Kebijaksanaan Negara. Jakar-
Islamy, Irfan. 2002. Prinsip-Prinsip Peru-
ta: Penerbit Bumi Aksara.
musan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi
Aksara. Wibawa, Samudra. Yuyun Purbokusumo.
Agus Pramusinto. 1994. Evaluasi Kebi-
Jones, Charles O. 1984. An Introduction to
jakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo
the Study of Public Policy. Monterey-
Persada.
California: Brooks/Cole Publishing
Company. Winarno, Budi. 2002. Prosedur dan Proses
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Lane, E. J. 1993. The Public Sector: Concepts,
Pressindo.
Models, and Approaches, London: Sage
Publication. Jurnal
Lilik Ekowati, Mas Roro. 2004. Perencanaan, Ardhi, Mohammad. 2015. “Evaluasi Manaje-
Implementasi dan Evaluasi Kebijakan men Penerimaan Peserta Didik Baru
atau Program. Surakarta: Pustaka Sistem Real Time Online Dinas Pendi-
Cakra. dikan Kota Yogyakarta”.
Mazmanian, D. A. & Paul. A. Sabatier. 1983. Becker, Rosa. 2012. “International Student
Implementation and Public Policy. Recruitment:Policies and Developments
London: Scott, Forestnan and Company. in Selected Countries”.
Meter, Donald Van dan Carl Van Horn. 1975. Borchert, Michael. 2002. ”Career Choice
“The Policy Implementation Process, A Factors of High School Students”.
Conceptual Frame Work”. Administra- Dadson, Richard L. 2015. “An Analysis of The
tion and Society 6, 1975. London: Sage Relationship Between State Education
Publication. Quality and Principal Preparation
Nugroho. D. Riant. 2009. Kebijakan Publik Practices”.
Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Fitz, John. 2015. ”Implementation Research
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo and Education Policy: Practice and
Kelompk Gramedia. Prospects”.
Pressman, Jeffrey L and Wildavsky Aaron. Flannery, K. Brigid. 2016. “Implementation
1978. “Implementation”, dalam of SWPBIS in High School”.
22 Dian Purwanti, et al. Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru
berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung

Fumasoli, Tatiana. 2013. ”Organizational Tansel, Aysit. 2013. ”Supplementary Edu-


Studies in Higher Education: A Reflec- cation in Turkey: Recent Developments
tion on Historical Theme and Prospec- and Future Prospects”.
tive Trends”. Kuo, Yu-Ying. 2012 “Taiwan’s Public Policy
Levy, Daniel C. 2013. “The Decline of Private Education: US-Style”.
Higher Education“. Wang, Zhenmin. 2007. “Key Factors That
Lin, Shufang, etc. 2016. “An Empirical Study Influence Recruiting Young Chinese
of Institutional Research in A Senior Student”.
High School”. Disertasi
Locke, William. 2009. “Evidence Based Policy Purwanti, Dian. 2019. Pengaruh Kebijakan
In Practice In National and Intrnational Pemerintah terhadap Pelaksanaan
Contexts”. Penerimaan Peserta Didik Baru,
Marbun. H. E. B. 2014. ”Kebijakan Peneri- Perbandingan Pelaksanaan PPDB SMP
maan Peserta Didik Untuk Golongan Tahun 2017 dan 2018 di Bawah
Keluarga Miskin (GAKIN) Di Sekolah Peraturan Walikota Bandung Nomor
Menengah Pertama Negeri 5 Balik- 553 Tahun 2017 dan Nomor 456 Tahun
papan”. 2018. Bandung: Pascasarjana FISIP
Moja, Teboho. 2000. ”Nigeria Education Universitas Padjadjaran.
Sector Analysis: An Aanlytical Syntesis Peraturan
of Performance and Main Issues”. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Mowen, Thomas J. 2014. ”Punishment in Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penge-
School: The Role of School Security lolaan Penyelenggaraan Pendidikan.
Measures”. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebu-
Mulford, Bill. 2003. ”School Leaders: dayaan Republik Indonesia Nomor 17
Challenging Rolesand Impact on Tahun 2017 tentang Penerimaan
Teacher and School Effectiveness”. Peserta Didik Baru.
Matland. E. Richard. 1995. “Synthesizing the Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuda-
Implementation Literature: The yaan Republik Indonesia tentang
Ambiguity-Conflict Model of Policy Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem
Implementation”, Journal of Public Zonasi.
Administration Research and Theory: Peraturan Walikota Bandung Nomor 610
J-PART, Vol. 5, No. 2 (Apr.,1995), pp. Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis
145-174. Pelaksanaan Penerimaan Peserta
Stavrou, Sophia. 2016. ”Pedagogising in Didik Baru Di Kota Bandung.
University: On Higher Education Policy Peraturan Walikota Bandung Nomor 553
Implementation and its Effects on Social Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis
Relations “. Pelaksanaan Penerimaan Peserta
Sopianto Basofi. 2015. “Implementasi Kebi- Didik Baru di Kota Bandung.
jakan Penerimaan Peserta Didik Baru Peraturan Walikota Bandung Nomor 456
(PPDB) Online Tingkat Sekolah Mene- Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis
ngah Atas Di Kota Pekanbaru Tahun Pelaksanaan Penerimaan Peserta
2011-2013”. Didik Baru di Kota Bandung.
Stephan, Sharon. 2014. ”School Mental
Health: The Impact of State and Local
Cpacity Building Training”.
Jurnal GOVERNANSI, p-ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019 23

TENTANG PENULIS
1Dian Purwanti, S.Sos, M.AP adalah dosen

Universitas Muhammadiyah Suka-


bumi, yang sedang menempuh
Program Doktor di Pascasarjana FISIP
Universitas Padjajaran.
2Dr. Dra. Hj. Ira Irawati, M.Si adalah dosen

Program Pascasarjana FISIP Univer-


sitas Padjadjaran Bandung yang meru-
pakan Promotor dari penulis1.
3Prof. Dr. Drs. H. Jossy Adiwisastra, M.S

adalah dosen Program Pascasarjana


FISIP Universitas Padjadjaran Ban-
dung yang merupakan Promotor dari
pemulis1.
4Dr. Drs. Herijanto Bekti, M.Si adalah dosen

Program Pascasarjana FISIP Univer-


sitas Padjadjaran Bandung yang
merupakan Promotor dari penulis1.

You might also like