You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325128546

Survival and Growth of Nila Saline [Oreochromis niloticus] Introduction at


Pilot Pond Tritih Kulon Cilacap [Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Nila
Saline (Oreochromis niloticus) I...

Conference Paper · May 2018

CITATIONS READS

0 186

7 authors, including:

Florencius Eko Dwi Haryono Isdy Sulistyo


Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman
11 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   251 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Purnama - Sukardi Amron Amron


Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman
20 PUBLICATIONS   20 CITATIONS    13 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Population dynamique View project

Poverity alleviation on unproductive pon farmers in urban village West Tritih - Cilacap (Unsoed Risearch Institution) 2017 View project

All content following this page was uploaded by Florencius Eko Dwi Haryono on 14 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Nila Saline [Oreochromis


niloticus] Introduksi di Tambak Percontohan Tritih Kulon Cilacap

Survival and Growth of Nila Saline [Oreochromis niloticus] Introduction


at Pilot Pond Tritih Kulon Cilacap

F. Eko Dwi Haryono1*), Isdy Sulistyo2), Tjahyo Winanto1), Purnama Sukardi3),


Amron1), Bintang Marheni1), Lilik Kartika Sari3)
1)
Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
2)
Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
3)
Program Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
*)
Author : marine_2807@yahoo.com

Abstract

Pond farmers in Tritih Kulon Cilacap village have cultivated freshwater tilapia preserved
at the beginning of the rainy season, but very high mortality due to tidal salinity changes
and cultivating can not be done throughout the year. The cultivation technology
innovation has been able to produce the seeds of tilapia [Oreochromis niloticus] which
can be cultivated on seawater and known by saline tilapia. The technology diversifies the
new species to fill the void of aquaculture species from fast-growing freshwater species
resistant to salinity changes. The introduction of saline tilapia was carried out on a
20x100 m model pond. The objective of this research is to analyze the growth of saline
tilapia with traditional cultivation system plus. Before the rearing the pond bottom were
process for soil oxidation, drying to kill bacteria, liming to neutralize pond bottom soil,
manure for provider of zooplankton. Water filling followed by urea fertilization to
stimulate the growth of clot, clot [moss] grow after 3 days of fertilizer. Based on the
visual observation on D1-D7, the survival of saline tilapia introduced in the pilot pond is
optimum because no floating seeds are found. The growth of tilapia during the first month
of rearing was obtained by length increase to 12,88 ± 4.5 cm and weight gain was 21,54 ±
9,2 g. The daily growth rate is obtained 0.326 cm and the daily weight is obtained 0.539
g. Water quality of aquaculture media in the first month of rearing supports the survival
and growth of saline tilapia

Abstrak

Petani tambak di kelurahan Tritih Kulon Cilacap telah membudidayakan ikan nila air
tawar yang dipelihara pada awal musim hujan, namun mortalitas sangat tinggi dampak
perubahan salinitas akibat pasang surut dan budidaya tidak dapat dilakukan sepanjang
tahun. Inovasi teknologi budidaya telah mampu memproduksi benih ikan nila
[Oreochromis niloticus] yang dapat dibudidayakan pada media air laut dan diketahui
dengan nila saline. Teknologi diversifikasi spesies baru tersebut untuk mengisi
kekosongan spesies budidaya dari spesies yang berasal dari air tawar yang cepat tumbuh
dan tahan terhadap perubahan salinitas. Introduksi nila salin dilakukan pada tambak
percontohan berukuran 20x100 m. Tujuan penelitian adalah menganalisis pertumbuhan
ikan nila saline dengan sistim budidaya tradisionil plus. Sebelum pemeliharaan dilakukan
pengolahan dasar tambak untuk oksidasi tanah, pengeringan untuk mematikan bakteri
pengganggu, pengapuran untuk menetralkan tanah dasar tambak, pupuk kandang untuk
penyedia zooplankton. Pengisian air dilanjutkan pemupukan urea untuk merangsang
pertumbuhan klekap, klekap [lumut] tumbuh setelah 3 hari pemberian pupuk.
Berdasarkan pengamatan visual pada d1-7 nila salin yang di introduksi pada tambak
percontohan diperoleh kelangsungan hidup optimum yaitu tidak diperoleh benih yang
terapung mati. Pertumbuhan ikan nila selama bulan pertama pemeliharaan diperoleh
pertambahan panjang 12,88 ± 4,5 cm dan pertambahan berat diperoleh 21,54 ± 9,2 g.
Pertumbuhan panjang harian adalah 0.326 cm dan pertambahan berat harian adalah 0.539
Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

g. Kualitas air media budidaya pada bulan pertama pemeliharaan mendukung


kelangsungan hidup dan pertumbuhan nila saline

Pendahuluan
Budidaya tambak dengan media air laut atau payau dan memanfaatkan dinamika
ketinggian pasang surut sebagai suplai air laut tersebut kedalam kolam budidaya. Banyak
juga diaplikasikan mesin pompa air untuk suplai air laut ke dalam tambak. Tambak
dengan kondisi demikian adalah tambak dengan kontruksi dasar tambak yang lebih tinggi
dari ketingian air pasang surut. Aspek kualitas air media budidaya sangat dipengaruhi oleh
kondisi musim dan kondisi kualitas saluran pembuangan ke perairan atau sungai. Air dari
saluran ke perairan dapat mempengaruhi kualitas air karena sungai atau saluran outlet
tersebut terakumulasi bahan pencemar. Konsentrasi amonia nitrogen berpengaruh pada
grouwth rate ikan [nila] Gullian-Klanian [2013]. Pengaruh musim dapat mengakibatkan
kualitas air perairan berfluktuasi, yaitu dapat menyebabkan salinitas sangat tinggi pada
musim kemarau, rendah pada musim hujan dan fluktuatif pada musim transisi dari kedua
musim tersebut.
Tilapia atau nila tilapia merupakan sembilan besar spesies penting yang dibudidaya
skala global. Spesies penting budidaya dan merupakan produk eksport tersebut meliputi
nila tilapia [ O. niloticus], Java tilapia [ O. mossambicua], red tilapia [ O. hybrids],
zanzibar tilapia [O. hornorum] dan blue tilapia [O. aureus] [Boyd, 2004]. Selanjutnya
FAO [2011] menyatakan bahwa ikan nila merupakan ikan budidaya terbesar ke dua setelah
ikan mas dan produksi untuk semua jenis ikan nila skala global 1,5 juta ton tahun 2003
menjadi 2,5 juta ton tahun 2010. Ikan nila diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1969 dari
Afrika dan Timur Tengah yang diintroduksi ke wilayah tropis dan sub tropis, termasuk ke
Indonesia melalui ke BPAT Bogor yang merupakan spesies air tawar.
Karakteristik spesifik spesies tersebut bersifat omnivora sehingga memiliki laju
pertumbuhan yang cepat apabila lingkungan mendukung. Kualitas air merupakan faktor
pembatas kelangsungan hidup spesies yang dibudidayakan, termasuk dalam hal ini adalah
temperatur media budidaya. Temperatur yang terlalu dingin atau terlalu panas akan
menyebabkan terganggunya metabolisme internal dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Temperatur optimum untuk pertumbuhan ikan nila antara 22 sampai 370 C
[Amri dan Khairuman, 2003]. Santos et al. [2013] merekomendasikan temperatur yang
optimum untuk pemeliharaan nila adalah 300 C. Nandlal [2004] mengaplikasikan
Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

pemeliharaan ikan nila dengan padat penebaran 4 m-2 dan diperoleh Survival rate 95 % ,
FCR 1,5:1dan berat panen 200 g. Pada penelitian yang lain pada pemeliharaan ikan nila
tentang hubungan kualitas lingkungan terhadap produktifitas organ genetal khususnya ikan
jantan menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan nila jantan pada kualitas lingkungan
berbeda tidak menunjukan perbedaan kualitas spermatozoa [Herdiana, 2013].
Kemampuan toleransi yang tinggi terhadap variasi salinitas menjdikan dasar
diproduksi nila saline, namun pertumbuhan nila saline dapat terganggu berkaitan dengan
kepadatan dalam pemeliharaan [Saparwi, 2014]. Introduksi nila saline telah berhasil
dibudidayakan di beberapa lokasi di Indonesia, salah satunya di desa Matang Speng
Kecamatan Banda Mulia Aceh [Agustin, 214]. Pemeliharaan ikan nila dengan padat
penebaran yang tinggi tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup nila yang dipelihara
pada air laut dengan salinitas 2 g L-1 [Luz et al. 2013]. Selain itu juga tidak terdapat
perbedaan yang nyata pada salinitas yang berdeda dalam pengkonsumsian pakan harian
namun berbeda nyata dalam pertumbuhan, konversi makan dan kelangsungan hidup
O. niloticus serta diperoleh hasil optimum pada pemeliharaan nila pada salinitas 7 g L-1.
[Azevedo, 2015]. Pemeliharaan nila pada salinitas yang sangat tinggi [hipersaline]juga
telah diteliti dan diperoleh bahwa salinitas yang sangat tinggi dapat merubah secara genetik
pertumbuhan O.niloticus yaitu menjadi lebih tinggi [El-Zaeem et al. 2010] khususnya
pada salinitas diatas 16 - 32 ppt.
Pemeliharaan nila diberi makan dengan persentase pakan harian 10 % dari berat
tubuh dan pemberian pakan dibagi dalam 3 kali pemberian pakan [Workagegn et al. 2014].
Pemeliharaan dengan diet protein tinggi [33,20, 34,0 dan 36,10 %] diperoleh tingkat
kelangsungan hidup 100 % dan FCR 2,58 – 3,08 dan Protein Convertion Ratio [PCR] 2,21-
2,47. [Ogunji et al. 2008]. Gullian-Klanian [2013] pemeliharaan nila sistem hiper intensif
dengan berat awal dari 2,07 g dipelihara selama 60 hari dengan kepadatan sangat tinggi
atau 1,05 kg L-1 diperoleh bahwa kepadatan tidak menunjukan perbedaan terhadap
kelangsungan hidup dan growth rate terbaik pada kepadatan 500 ikan L-1. Genotip tidak
menunjukkan perbedaan pada nila yag berasal dari lingkungan yang berbeda [Khaw et al.,
2014].
Petani tambak di Tritih Kulon Cilacap dalam pengelolaan media pemeliharaan
dengan memanfaatkan kondisi dinamika ketinggian air pasang surut dan telah lama
memelihara ikan nila air tawar. Selanjutya ikan dipelihara di tambak dengan media air
yang dipengaruhi pasang surut air laut dengan salinitas yang bervasiasi sesuai dengan
Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

kondisi curah hujan. Ikan nila air tawar ditebar umumnya pada awal musim hujan dan
pada musim kemarau dengan salinitas tinggi tidak dilakukan pemeliharaan. Sehingga
kegiatan budidaya tidak dapat dilakukan sepanjang tahun atau hanya satu kali masa
pemeliharaan. Keterbatasan pengetahuan petani menyebabkan kematian benih nila dalam
jumlah besar setelah beberapa hari penebaran akibat perubahan kualitas air dalam hal ini
salinitas, dari yang semula hidup di air tawar ke air berkadar garam, bahkan dinyatakan
oleh petambak kegiatan budidayanya mengalami kegagalan total. Berdasarkan kondisi
tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengintroduksi nila saline guna mengetahui
kelangsungan hidup dan pertumbuhan nila saline di lokasi tambak percontohan.
Diharapkan penelitian ini menjadi usaha yang dapat dilakukan petani sepanjang tahun
pemeliharaan ikan nila sehingga tambak tidak mengalami kekosongan kegiatan budidaya
atau menjadi tambak yang produktif.
Metode
Introduksi pemeliharaan nila saline yang dipelihara di tambak percontohan adalah
sistem tradisionil plus, dengan pemberian pakan alami dan pakan tambahan dan metode
pemeliharaan berdasarkan pada metode pemeliharaan nila saline Saparwi dkk. [2013] yang
dimodifikasi. Tambak percontohan berukuran 20x100 m. Lokasi penelitian dilaksanakan
di tambak Kelurahan Tritih Kulon Ciacap. Sebelum pemeliharaan dilakukan pengolahan
dasar tambak untuk oksidasi tanah, pengeringan untuk mematikan bakteri pengganggu,
pengapuran untuk menetralkan tanah dasar tambak dengan cara ditabur di permukaan dasar
tambak sebanyak 10 karung kapur, pupuk kandang ayam dalam karung untuk penyedia
zooplankton . Pengisian air sebagai pembilasan dan selanjutnya pemupukan urea 2 kg
setiap dua minggu untuk merangsang pertumbuhan klekap. Benih nila saline hasil
teknologi Balai Besar Budidaya Air Payau [BBAP] Jepara. Benih sebelum di tebar
diaklimatisasi dengan memasukan air tambak sedikit demi sedikit sebagai langkah benih
untuk menyesuaikan dengan kualitas air tambak. Tahap aklimatisasi selama 2 jam.
Penebaran setelah klekap tumbuh dengan padat penebaran 5 ekor m-2 atau 10.000 ekor
berukuran panjang rata-rata 3 cm [D20] dan berat rata-rata 5 g, Metode penebaran benih
dengan membuka kantong benih dan meletakkan di tambak dan membiarkan benih keluar
dari kantong ke media air tambak. Air media budidaya masuk dan keluar melaui pintu
sesuai kondisi pasang surut. Selama pemeliharaan diberi makanan tambahan pelet halus
pada 2 minggu pertama dan dilanjutkan dengan pelet nomor nomor 1000 setelah mencapai
Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

panjang 5 cm. Parameter yang diukur adalah kelangsungan hidup dan pertumbuhan
[panjang dan berat] harian pada bulan pertama pemeliharaan nila saline.

Hasil

Tambak introduksi nila saline merupakan tambak yang selama 2 tahun tidak
dilakukan kegiatan budidaya. Persiapan yang dilakukan untuk pemeliharaan meliputi
pembuatan galeng selebar 1,5 m dengan dalam 20 cm keliling di dasar pematang tambak.
Tanah pembuatan galeng dipindahkan ke dinding pematang sebagai upaya untuk
memperkuat pematang sisi bagian dalam. Perbaikan pematang yang rusak dan perbaikan
pintu outlet dan inlet, serta pemasarangan waring bermata 1 mm agar supaya air laut dapat
keluar dan masuk ke dalam tambak sesuai kondisi pasang dan surut. Perbaikan-perbaikan
yang dilakukan telah menghasilkan air dapat tertampum dalam tambak dengan ketingian
120 cm pada saat pasang dan 60 cm pada kondisi surut. Pada saat surut dilakukan
pemupukan dengan urea untuk merangsang pertumbuhan pakan alami klekap dan tumbuh
menggerombol di permukaan pada siang hari setelah 3 hari pemberian pupuk urea.
Penebaran benih nila salin setelah tiga hari pemupukan yang sebelumnya dilakukan
aklimatisasi dengan pemberian air tambak ke dalam kantong benih sedikit demi sedikit dan
aklimatisasi berlangsung selama 3 jam. Ikan nila salin sampel yang ditebar dengan
panjang minimum 2,9 dan maksimum 3,2 dengan panjang rata-rata 3,1 ± 0.141 cm.
Sedangkan berat awal dengan berat minimum 5,1 g dan berat maksimum 5,8 g, serta berat
rata-rata 5,36 ± 0,21 g. Kelangsungan hidup benih berdasarkan pengamatan visual setiap
hari selama satu minggu pengamatan tidak diperoleh benih yang mengambang. Benih
yang mengambang dan tidak bergerak merupakan benih yang telah mati sebagai akibat
gagal dalam menyesuaikan dengan kondisi kualitas air tambak. Hasil pengamatan harian
selama satu bulan pemeliharaan dengan tidak didapatkan benih yang mengambang dan
mati, maka kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kelangsungan hidup benih adalah
100 % hidup selama bulan pertama pemeliharaan.
Pertumbuhan merupakan pertambahan ke semua dimensi panjang, lebar dan berat
suatu spesies. Spesies tidak mengalami pertumbuhan bila spesies tersebut tidak mengalami
pertambahan panjang dan berat. Spesies ikan akan tumbuh bila kualitas air berada pada
kisaran hidup ikan dan kualitas air dalam kondisi optimum dan ketersediaan pakan
mencukupi. Pada lingkungan dengan kualitas air yang jelek maka energi yang dimiliki
dimanfaatkan untuk penyesuaian terhadap lingkungannya dan bahkan spesies tersebut
Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

tidak makan. Pada kondisi demikian maka batas toleransi terhadap kondisi kualitas air
yang jelek tidak dapat dicapai maka spesies tersebut mengalami stress. Ikan dalam kondisi
stress mudah sekali terserang penyakit dan pada akhirnya ikan tersebut mati. Salinitas
media budidaya selama bulan pertama pemeliharaan 5-10 0/00. Nilai salinitas reatuf rendah
tersebut adalah karena musim pada saat pemeliharaan adalah karena kondisi awal musim
penghujan dan kondisi hujan Pertumbuhan ikan nila selama bulan pertama pemeliharaan
diperoleh pertambahan panjang menjadi 12,88 ± 4,5 cm dan pertambahan berat mencapai
21,54 ± 9,2 g. Pertumbuhan harian selama pemeliharaan pada bulan pertama, untuk
pertumbuhan panjang harian 0.326 cm dan pertambahan berat harian ikan nila 0.539 g
Kesimpulan

Introduksi ikan nila saline [ O. niloticus] yang dipelihara selama 30 hari di tambak
percontohan Tritih Kulon Cilacap dengan kelangsungan hidup sangat tinggi dan
pertumbuhan optimum, serta kualitas air media budidaya mendukung kelangsungan hidup
dan pertumbuhannya.
Daftar Pustaka

Agustin. 2014. Analisis kesesuaian lahan dan strategi pemanfaatan lahan tambak terlantar
di pesisir Aceh Tamiang untuk budidaya ikan nila salin [Oreochromis niloticus].
Tugas Akhir Program Magister. Universitas Terbuka. Jakarta [tidak dipublikasikan]
Amri dan Khairuman. 2003. Budidaya ikan nila secara intensif. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 146 hlm.
Azvedo, R. V., Costa, K. S., Oliveira, K. F., Fores-Lopes, F., Teixeira-Lanna and Tavares-
Braga, L. G. 2015. Respon of nile tilapia to different levels of water salinity. Lat.
Am. J. Aquat. Res. 43(5):835-835.
Boyd, C. E. 2004. Farm-level issues in aquaculture certification. Report Commisioned.
WWF-US in 2004. FAO 2005.
El-Zaeem, S. Y., Ahmed, M. M. M., Salama, M. El-Sayed and Maremie. Production of
salinity tolerant nile tilapia Oreochromis niloticus through traditional and modern
breeding methods : II/ Aplication of genetically modified breeding by introducing
foreign DNA into fish gonads. African Journal of Biotechnology. 10[4]. pp.684-695.
FAO Fisheries and Aquacultur Development. 2011. Cultured Aquatic Species
Information Programme : Oreochromus niloticus [Linnaeus, 1758]
Gullian-Klanian, M. and Aramburu-Adame, C. 2013. Performance of nile tilapia
Oreochromus niloticus] fingerlings in a hyper-intensive recirculating aquaculture
system with low water exchange. Lat. Am. J. Aquat. Res. 41[1]:150-162.
Herdiana, L. 2013. Kajian aspek reproduksi ikan nila merah [Oreochromis sp.] jantan
yang dipelihara pada kondisi lingkungan yang berbeda. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. [tidak dipublikasikan].
Luz. R. K., Silva, W. de S., Fitho, R. M., Santos, A. E. H., Takata, R., Alvarenga, E. R and
Turra, E. M. 2012. Stocking density in larvicultur of nile tilapia in saline water. R.
Bras. Zootec. 41:12. P. 2385-2389.
Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”
17-18 November 2017 Purwokerto

Khaw, H. L., Bovenhuis, H., Ponzoni, R. W., Rezk, M. Z., Charo-Karisa, H and Komen,
H. 2009. Genetik analysis of nile tilapia [Oreochromus niloticus] selection line
reared in two input environment. Aquacultur. 294. 37-42
Ongunji, J., Toor, R. S., Schulz, C and Kloas, W. 2008. Growth performance, nutrient
utikization of nila tilapia [Oreochromus niloticus] fed housefly maggot meal
[magmeal] diets. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science. 8:141-147.
Nandlal, S. 2004. The potential of farming tilapia [Oreochromus niloticus] and freshwater
prawn [Macrobranchium rosenbergh] in Vanuatu. FAO of the USA. Noumea, New
Caledonia. p:54.
Santos, V. B., Mareco, E. A. and Silva, M. D. P. 2013. Growth curve of nile tilapia
[Oreochromis niloticus] strains cultivated at different temperatures. Acta
Scientiarum : Animal Science. 35:2 p. 235-242.
Supardi, A., Nasution, I., Basuki F dan Hastuti, S. 2014. Analisis kelulusanhidupan dan
pertumbuhan benih nila saline. Jurnal of Aquaculture Management and Technology.
3[2]
Workagegn, K., Ababboa, E. D., Yimer, G. R. and Amare, T. A. 2014. Growth
performance of the nile tilapia [Oreochromus niloticus] fed difference types of diets
formulated from varieties of feed ingredients. J. Aquac Res Development. 5 issue 3.

View publication stats

You might also like