MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 1 Agustus 2019
Yth, Ketua DPRD Provinsi
di-
Seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
NOMOR 903 / 7328 / SJ
TENTANG
PRIORITAS ANGGARAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2020
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Angeran (TA) 2020, dimohon perhatiannya atas hal-hal
sebagai berikut
1. Bahwa dalam Pasal 2 eyat (1) Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020
menyatakan Pedoman Penyusunan APBD TA 2020 meliputi:
sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dengan kebijakan Pemerintah,
prinsip penyusunan APBD:
kebijakan penyusunan APBD:
teknis penyusunan APBD; dan
e. hal khusus lainnya
Oleh karena itu, Pemeriniah Daeran agar mensinergikan penganggaran
program dan kegialan dalam penyusunan APBD TA 2020 dengan kebijakan
nasional, dalam rangka penguatan pembinaan dan — pengawasan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sebagai pelaksanaan Pasal 14 ayat
(2) Peraturan Pemerinteh Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
2. Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran pengawasan dalam APBD
TA 2020 yang penghitungannya berdasarkan total belanja daerah,
sebagaimana telah diamanatkan dalam lampiran bagian V angka 54
Permendagri 33 Tahun 2019, dengan klasifikasi sebagai berikut
eesoe
@.Pemerintah Daerah dengan total belanja_sampai_ dengan
Rp4.000.000.000,000,00 (empat triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar
0,90% (nol koma sembilan puluh persen) dari total belanja daerah;
b. Pemerintah Daerah dengan total belanja di atas Rp4.000,000.000.000,00
(empat triliun rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh
triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,60% (nol koma enam puluh
Persen) dari total belanja daerah dan di atas Rp36.000.000.000,00 (tiga
puluh enam miliar rupiah);
¢. Pemerintah Daerah dengan total belanja di atas Rp10.000,000.000.000,00
(sepuluh triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,30% (nol koma tiga
Puluh persen) dari total belanja daerah dan di atas Rp60.000.000.000,00
(enam puluh miliar rupiah)
Dalam hal besaran alokasi anggaran dalam APBD tahun sebelumnya telah
melebihi perhitungan tersebut di atas, pengalokasian anggaran program dan
kegiatan pembinaan den pengawasan Tahun Anggaran 2020 Pemerintah
Daerah tidak diperkenankan mengurangi besaran persentase alokasi anggaran
dimaksud.
3. Besaran kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 diprioritaskan untuk
a. Kegiatan Pengawasan
1) Kinerja rutin pengawasan, meliputi: reviu RPJMD, reviu RKPD, reviu
RKA SKPD, reviu LKPD, reviu laporan kinerja, reviu penyerapan
anggaran, reviu penyerapan pengadaan barang dan jasa, pemeriksaan
Kinerja Perangkat Daerah, pemeriksaan dengan tujuan_ tertentu
pemeriksaan serentak kas opname, pemeriksaan pajak pusat dan
PNBP, reviu DAK Fisik, evaluasi SPIP, evaluasi_ penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, monitoring dan evaluasi TLHP BPK dan TLHP
APIP;
2) Pengawasan prioritas nasional, meliputi: monitoring dan evaluasi Dana
Desa, monitoring dan evaluasi dana BOS, evaluasi perencanaan dan
Pengganggaran responsif gender, operasionalisasi sapu bersih pungutan
liar, tindak lanjut perjanjian kerjasama APIP dan APH dalam penangan
Pengaduan masyarakat yang berindikasi korupsi dan peyelenggaraan
koordinasi Tim Pengawal dan Pengamanan Pemerintah dan
Pembangunan Daerah (TP4D);
3) Pengawalan reformasi birokrasi, meliputi: penilaian mandiri reformasi
birokrasi, penanganan pengaduan masyarakat terhadap perangkat
daerah, penanganan pengaduan masyarakat terhadap bupatiwali kota,
dan evaluasi pelayanan publik:
4) Penegakan integritas, meliputi: penanganan laporan _gratifikasi,
monitoring dan evaluasi aksi pencegahan korupsi, verifikasi pelaporan
Aksi Pencegahan Korupsi (Aksi PK), verifikasi LHKPN/LHKASN,
penilaian internal zona integritas, penanganan benturan kepentingan,
survei penilaian integritas dan penanganan Whistle Blower System:
». Pendidikan profesional berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatinan serta
bimbingan teknis minimal 120 jam/tahun per APIP;
c. Sarana dan prasarana pengawasan, seperti: laptop, alat pengukur beton
dan lain-lain3
4. Guna menjamin efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan
pada angka 3 agar memperhatikan hal — hal sebagai berikut:
a. Untuk kegiatan pengawasan agar dilakukan sinergi tugas dan fungsi auditor
maupun Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
(P2UPD), yang diintegrasikan pengorganisasiannya dalam satu Tim;
b. Untuk kegiatan non pengawasan, khususnya peningkatan kapasitas APIP
berkelanjutan, agar diprioritaskan penyediaan anggaran untuk pendidikan
dan pelatihan bersertifikat yang dikeluarkan pihak yang kompeten, serta
penataan jenjang karier bagi auditor dan P2UPD;
c. Untuk penyediaan sarana dan prasarana pengawasan, agar dilakukan
sesuai ketentuan dan mekanisme pengadaan barang dan jasa Instansi
Pemerintah;
d, Untuk mendukung penguatan integritas, agar dilakukan Survei Penilaian
Integritas (SPI) dengan melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah,
serta dialokasikan anggaran sesuai ketentuan perundang-undangan;
e. Reviu DAK Fisik agar dilakukan koordinasi dengan instansi pemberi DAK;
{, Membentuk asesor di Inspektorat Provinsi, untuk memfasilitasi pelaksanaan:
Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi, Penyusunan LAKIP, Penyusunan
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) bagi Pejabat
Pemda dan DPRD, Penyusunan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil
Negara (LHKASN) pada OPD;
5. Bagi Pemerintah Daerah yang memerlukan informasi lebih lanjut terkait dengan
pelaksanaan surat edaran ini, dapat menghubungi Inspektorat Jenderal
Kementerian Dalam Negeri melalui email ahmad.husin@kemendagri.go.id atau
melalui telepon nomor (021) 3846391 Ext. 156.
6. Pelaksanaan Surat Edaran ini agar dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri,
Demikian disampaikan untuk menjadi pedoman lebih lanjut, atas
perhatiannya disampaikan terima kasih.
MENTERI DALAM NEGERI,
rN
TJAHJO KUMOLO.
Tembusan:
1. Presiden Republik Indonesia;
2. Wakil Presiden Republik Indonesia;
3. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi;
4, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;
5. Menteri Sekretaris Negara;
6. Sekretaris Kabinet;
7. Kepala Staf Kepresidenan;
8. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS;
9, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; dan
10. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi.