You are on page 1of 7

BIOMA, Juni 2015 ISSN: 1410-8801

Vol. 17, No. 1, Hal. 27-33

Kualitas Simplisia Tanaman Biofarmaka Curcuma domestica


Setelah Proses Pemanasan Pada Suhu Dan Waktu Bervariasi

Hermin Pancasakti Kusumaningrum*1) , Endang Kusdiyantini2) dan Sri Pujiyanto3)


1)
, Laboratorium Genetika, Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, UNDIP, Tembalang,
Semarang. 50275. Email herminsakti@gmail.com
2)
Laboratorium Biokimia, Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, UNDIP, Tembalang,
Semarang. 50275. Email kusdiyantini@undip.ac.id
3)
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, UNDIP,
Tembalang, Semarang. 50275. Email spujiyanto@hotmail.com

Abstract

Curcuma domestica is one of traditional medicinal plants that is found in Gunungpati Semarang. However the
dried product do not achieve optimal standard quality for simplicia in terms of microbial contaminant and in an
industrial scale household. Knowledge on how to use sterilization to produce better simplicia and reducing
contaminant has not been known by farmers, yet. The purpose of this activity was to obtain the best heating
treatment on sterilization of Curcuma simplicia using several temperature under sunlight and oven device. It was
also want to show microbial growth after heating at several times and their influence on the quality of simplicia
after treatment. The method was conducted by simplicia sterilization of C. domestica using sunlight sterilization for
a week and using oven at a temperature of 300C, 400C, 500C and 600C for 1, 3, 6, 9, 12, 24, and 48 hours. The results
showed that heating at temperature of 500C for 48 hours obtained the best simplicia, followed by heating at a
temperature of 600C for 16-48 hours without contaminants after storing period for 3 months.

Key words :Curcuma, sterilization, heat, microbia

PENDAHULUAN diferuloyl metan), thiosianat, nitrat, klorida dan


Indonesia sangat kaya dengan berbagai sulfat, pati dan tanin, saponin, terpenoid,
ragam tanaman obat atau obat. Saat ini industri polipeptida dan lektin. Kurkumin merupakan obat
tanaman obat tradisional telah berkembang pesat yang dapat digunakan pada penyakit diabetes dan
di Indonesia. Kunyit atau kunir (Curcuma longa gagal ginjal (Trujillo et al., 2013), kanker, sakit
Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah salah perut (Kösslera et al., 2012), epilepsi, stress dan
satu tanaman biofarmaka anggota famili gangguan kognisi (Ahmad, 2013).
Zingiberaceae yang berasal dari Asia Tenggara Penyiapan kunyit sebagai produk terstandar
yang tersebar ke Malaysia, Indonesia, Australia patut diperhatikan dan dicermati. Jika penanganan
dan Afrika. C. longa merupakan tanaman yang ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu
mempunyai kemampuan sebagai anti mikroba, anti produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau
oksidan, anti jamur dan anti inflamasi (Ferreira et kemungkinan dapat menimbulkan toksin apabila
al., 2013). Rimpang kunyit mengandung minyak dikonsumsi. Toksin yang dihasilkan oleh mikrobia
asiri dengan senyawanya antara lain fellandrene, biasanya berasal dari jamur dikenal sebagai
sabinene, sineol, borneol, zingiberene, curcumene, mikotoksin sebagai produk metabolit sekunder.
turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam Jamur yang biasa mendominasi produk pertanian
kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. adalah Aspergillus, Fusarium dan Penicillium
Selain itu rimpang kunyit juga mengandung (Ferreira et al., 2013). Standar nasional Indonesia
tepung dan zat warna yang mengandung alkaloid untuk tanaman obat dijumpai pada tanaman kencur
kurkumin (Mateblowski, 1991). Senyawa aktif (Badan Standardisasi Nasional, 2005). Pada
kunyit terdiri dari kurkumin (1,7-bis(4-hidroksi-3- standar tersebut khamir dan kapang yang
metoksifenil)-1E,6Eheptadiene-3,5-dione atau
diperkenankan sejumlah 1104, sedangkan menimbulkan beberapa akibat yaitu menimbulkan
mikroba patogen harus negatif. perubahan produk karena hidrolisis oleh enzim,
Kegiatan Pengabdian masyarakat yang telah pencokelatan, fermentasi dan oksidasi (Ahmad,
dilakukan adalah merancang alat sterilisasi 2013). Sterilisasi tanaman obat diawali sejak
portable berbasis teknologi Accumulated Sunlight proses penyiapan tanaman obat, pengolahan
Sterilization yang memadukan kemampuan sampai pengemasan. Tujuan dari kegiatan ini
sterilisasi cahaya, listrik, lampu dan gas serta adalah untuk memperoleh perlakuan sterilisasi
bersifat mobile yang diaplikasikan untuk menggunakan pemanasan sinar matahari dan oven
pengeringan tanaman obat bagi masyarakat yang menghasilkan kualitas simplisia kunyit
Gunungpati. Sterilisasi merupakan proses yang terbaik. Pemanasan dengan oven dilakukan
sangat mendasar dalam mempersiapkan bahan menggunakan variasi suhu dan waktu. Selain itu
tanaman obat atau obat herbal berkualitas dan juga ingin dilihat pertumbuhan mikrobia pada
terstandar agar tidak dijumpai mikroorganisme simplisia setelah proses pemanasan untuk melihat
yang berbahaya, lebih higienis dan aman untuk pengaruh proses pemanasan terhadap kualitas
dikonsumsi. Dibandingkan dengan beberapa simplisia kunyit.
metode yang biasa dilakukan di laboratorium maka
metode sterilisasi yang paling tepat untuk BAHAN DAN METODE
mengurangi kontaminan sekaligus meningkatkan Kegiatan dilakukan melalui beberapa tahap.
produk dan kualitas tanaman obat adalah dengan Tahap pertama adalah pemilihan bahan baku.
pengeringan. Pengeringan yang biasa dilakukan Bahan dalam pembuatan simplisia kunyit adalah
oleh petani tanaman obat adalah menggunakan rimpang kunyit dari daerah Gunungpati dari hasil
sinar matahari langsung. Permasalahannya panen. Rimpang diambil yang berukuran besar dan
penggunaan cahaya matahari secara langsung berumur 9 - 12 bulan, segar dan tidak busuk.
mempunyai cukup banyak kelemahan antara lain Tahap kedua adalah melakukan pencucian
kontaminasi, membutuhkan waktu yang lama yaitu simplisia untuk menghilangkan kotoran dan
lebih dari satu minggu, pemanasan yang tidak mengurangi mikroba yang menempel pada
teratur akibat suhu yang naik turun dan tidak rimpang kunyit. Pencucian dilakukan beberapa
terkontrol, panas yang tidak kontinyu saat malam kali.
hari atau hari hujan, dan penurunan kualitas bahan Tahap berikutnya adalah penimbangan
atau produk tanaman obat. Selain itu masyarakat bahan dilakukan pada tahap awal untuk
Gunungpati sebagai salah satu produsen tanaman mengetahui bobot bahan yang akan digunakan.
obat tertinggi di Semarang kurang memiliki Selanjutnya dilakukan perajangan secara
pengetahuan tentang cara memproses bahan membujur ataupun melintang. Perajangan
tanaman obat yang baik sehingga lebih terhindar dilakukan untuk memperoleh ketebalan yang
dari kontaminan pada proses penyiapan maupun memudahkan proses pengeringan dan seragam.
penyimpanan. Pengirisan terlalu tebal membuat bahan tidak
Penggunaan ruang sterilisasi yang mudah kering dan lebih cepat terkontaminasi oleh
menggunakan kombinasi penggunaan sinar mikrobia sehingga mempengaruhi kualitas. Jika
matahari secara langsung dengan blower, lampu, terlalu tipis akan mudah patah dan mengurangi
dan termostat selain akan membantu akumulasi kandungan bahan aktif.
dan sustainabilitas cahaya juga kontrol suhu yang Tahap pemanasan dan pengeringan
baik akan menghasilkan produk yang lebih steril, dilakukan menggunakan cahaya matahari dan
banyak, dan optimal. Kelebihan teknologi ini oven dengan mempertahankan suhu konstan dalam
adalah produk lebih steril, waktu pengeringan waktu tertentu. Suhu pengeringan yang digunakan
lebih cepat yaitu sekitar 6 - 8 jam, tempat tertutup, adalah suhu ruang sesuai dengan cahaya matahari
dan lebih higienis. Selain itu suhu dapat diatur dan suhu dalam oven sebesar 30 oC, 40 oC, 50 oC,
untuk pengeringan bahan obat yang optimal yaitu 60 oC dan 70oC selama 1, 2, 3, 16, 24, 48 dan 72
suhu 40 – 600C supaya kadar air tercapai ± 8 - jam.
10%. Pengeringan yang tidak tepat akan
HASIL DAN PEMBAHASAN agar didapatkan hasil yang benar-benar kering.
Sterilisasi pemanasan untuk memperoleh Disisi lain, pengeringan menggunakan alat
kualitas simplisia kunyit yang baik dilakukan pada suhu 70oC selama 3 hari menghasilkan
menggunakan sinar matahari dan pengeringan simplisia yang terlalu kering.
menggunakan alat. Hasil pengeringan antara
tanaman obat yang dikeringkan menggunakan
oven diperlihatkan pada Gambar 1.
Pengeringan menggunakan sinar matahari
membutuhkan waktu lebih dari satu minggu

1 2 3
Gambar 1. Kunyit (1) dan hasil pengeringan dengan oven (2) serta sinar matahari (3)

Proses pengeringan untuk menghasilkan tidak menurun (Balai Penelitian Tanaman


kualitas simplisia kunyit yang optimal Obat dan Obat Tradisional, 2007).
menggunakan variasi suhu dan lama waktu Hasil penjemuran menggunakan alat
pengeringan memperlihatkan penurunan yang ditambah blower dan kompor gas dapat
pertumbuhan mikroorganisme. Hasil proses dilakukan pada suhu 40 - 500C dan
pengeringan yang diperoleh dan inkubasi pada membutuhkan waktu lebih singkat yaitu
suhu ruang selama 1 - 48 jam pada suhu 30 – sekitar 8 - 10 jam. Bila hanya menggunakan
60 0C memperlihatkan pertumbuhan jamur sinar matahari akan membutuhkan waktu lebih
yang sangat intensif pada pengeringan suhu dari 1 minggu.
30-60 oC selama 1-16 jam. Inkubasi selama 24 Hasil pengamatan kualitas berdasarkan
– 48 jam mulai memperlihatkan penurunan pertumbuhan mikrobia pada cawan metri pada
pertumbuhan jamur pada suhu 50oC selama media jamur (PDA) dan media bakteri (NA)
48 jam, suhu 60oC selama 16 jam. Sedangkan memperlihatkan tumbuhnya beberapa jenis
pemanasan menggunakan suhu 70oC selama mikrobia yang didominasi oleh jamur dilihat
48 - 72 jam telah membuat simplisia tidak dari keberadaan miselia, seperti terlihat pada
ditumbuhi jamur walaupun telah disimpan Gambar 2 dan Gambar 3. Beberapa peneliti
selama 3 bulan, namun simplisia sangat kering menyatakan bahwa mikrobia yang sering
dan kandungan zat aktif didalamnya mencemari simplisia tanaman obat umumnya
berpotensi mengalami penurunan kualitas. merupakan anggota genus Penicillium,
Pengeringan simplisia yang dilakukan Mucor, Rhizopus, dan Aspergillus. Sedangkan
menggunakan sinar matahari, bakteri yang menjadi kontaminan simplisia
oven, blower atau fresh dryer juga umumnya adalah Escherichia coli dan Coliforms
dilakukan pada suhu 30 - 500C. agar mutunya (Imandel dan Adibnia, 2000; Pundir dan Jain,
2000; Stević et al., 2012). Meskipun demikian pertumbuhan mikrobia, Selain itu suhu
kandungan zat aktif dalam ekstrak kunyit pemanasan Jamur tumbuh dengan subur dan
diperkirakan tidak mengalami perubahan. baru terhambat lagi pada suhu. Inkubasi
Senyawa kimia kunyit berupa tanin, polifenol, simplisia kunyit pada suhu 50oC sampai 24
poliasetilen, flavonol, sterol dan alkaloid akan jam akan membuat pertumbuhan mikrobia
menekan memperlambat dan menghambat khususnya jamur tidak lagi tertekan oleh
pertumbuhan sejumlah mikrobia (Ivanovska, senyawa aktif yang terlarut dalam air.
1996; Darout et al., 2000). Periode inkubasi Sedangkan suhu 60oC selama 16 jam dan
juga mempengaruhi jumlah dan jenis jamur seterusnya akan menghambat pertumbuhan
yang tumbuh. Kandungan senyawa aktif mikrobia, namun patut diperhatikan bahwa
kunyit juga akan menghambat pertumbuhan inkubasi lebih lama senderung menurunkan
bakteri E. coli, S. aureus, Bacillus dan P. kualitas simplisia. Pengeringan dapat
aeruginosa. menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan enzimatis, perubahan warna menjadi coklat,
jamur dan bakteri pada suhu inkubasi 30 oC - fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
40oC selama 1 – 16 jam memperlihatkan pengeringan sudah berakhir apabila simplisia
bahwa simplisia kunyit tidak kehilangan dapat dipatahkan dengan mudah dengan kadar
kandungan air dalam jumlah besar sehingga air ± 8 - 10%. Kualitas simplisia dengan
cukup untuk melarutkan senyawa aktif yang kadar air tersebut cukup baik untuk
dalam air yang menghambat pertumbuhan pengolahan lebih lanjut dan penyimpanan.
jamur dan mikrobia. Inkubasi pada waktu
yang lebih lama akan mengurangi hambatan
Gambar 2. Inkubasi simplisoia pada alat pengering pada suhu dan waktu bervariasi

Simplisia kunyit yang telah mengalami Secara keseluruhan pengolahan


proses pengeringan selama periode waktu simplisia kunyit yang diperoleh
yang bervariasi antara 1- 48 jam telah memperlihatkan bahwa suhu dan lamanya
ditumbuhkan pada medium pertumbuhan waktu inkubasi sangat mempengaruhi jumlah
untuk jamur dan bakteri. Hasil pengamatan dan jenis kontaminan yang pada akhirnya
pada Gambar 3. memperlihatkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kualitas. Simplisia
50oC - 60oC selama 24-48 jam telah tanaman obat lain akan membutuhkan waktu
menghambat pertumbuhan bakteri, namun inkubasi dan suhu yang berbeda pula untuk
tidak menghambat pertumbuhan jamur. menghasilkan simplisia yang berkualitas dan
tidak merusak senyawa aktif di dalamnya.
Gambar 3. Inkubasi simplisia pada alat pengering pada suhu dan waktu bervariasi

Pengetahuan petani setelah penyuluhan obat, Balai tanaman obat dan obat. Sumber:
tentang sterilisasi dan pengamatan kualitas Bagem Sembiring, Warta Puslitbangbun
simplisia telah menambah pemahaman mereka (13)2.
akan pentingnya proses tersebut dalam Darout IA, Christy AA. Skaug N. 2000.
Identification and quantification of some
pengolahan simplisia kunyit dan tanaman obat
potentially antimicrobial anionic
lainnya. Sterilisasi panas menggunakan suhu components in miswak extract. Indian J. of
dan waktu yang tepat memperlihatkan Pharmacology 2000; 32: 11-14
penurunan kontaminasi mikrobia. Ferreira F. D. , C. Kemmelmeier., C.C. Arrotéia,
C.L. da Costa, C. A. Mallmann, V. Janeiro.,
KESIMPULAN F. M.D. Ferreira, S. A. G. Mossini, E. L
Hasil pemanasan memperlihatkan bahwa Silva, and M. Machinski Jr. 2013. Inhibitory
suhu 500C selama 48 jam menghasilkan produk effect of the essential oil of Curcuma longa
simplisia C. domestica terbaik. Mikrobia L. and curcumin on aflatoxin production by
kontaminan tidak dijumpai setelah pemanasan Aspergillus flavus Link. Food Chemistry
pada suhu 600C selama 16-48 jam setelah 136:789–793
penyimpanan 3 bulan. Imandel K dan Adibnia H. 2000. Microbial
contamination of spices (turmeric, black
UCAPAN TERIMAKASIH pepper, and sumac) in western part of
Terimakasih pada Ditlitabmas Ditjen Dikti Tehran. Iranian J.l of Public health 29(1-
Kemendikbud yang telah membiayai kegiatan 4):37-44.
pengabdian masyarakat ini melalui DIPA UNDIP Ivanovska N, Philipov S, Istatkova R and
No : 023.04.02. 1891 85 /2014 tanggal 05 Georgieva P. 1996. Antimicrobial and
Desember 2013 immunological activity of ethanol extracts
and fractions from Isopyrum thalictroides. J.
DAFTAR PUSTAKA Ethnopharmacol., 54: 14-15.
Ahmad, M. 2013. Protective effects of curcumin Kösslera S, Nofzigera C, Jakabb M, Dossenaa S,
against lithium–pilocarpine induced status and Paulmichla M. 2012. Curcumin affects
epilepticus, cognitive dysfunction and cell survival and cell volume regulation in
oxidative stress in young rats. Original human renal and intestinal cells.
article. Saudi Journal of Biological Toxicology. 292 : 123– 135
Sciences.20:155–162 Mateblowski, M. 1991. Curcuma xanthorrhiza
Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 01-7085- Roxb, penerbit PMI Verlag, ISBN 3-89119-
2005 Standar Simplisia Kunir. 173-1, ISBN 978-3-89119-173-6, halaman
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Obat 36
Tradisional (Balittro). 2007. Teknologi Pundir R.K. and Jain P. 2010. Comparative studies
Penyiapan Simplisia terstandar tanaman on the antimicrobial activity of black pepper
(piper nigrum) and turmeric (Curcuma Belgrade, DOI:10.2298/ABS1201049S. 64
longa) extracts. International J. of Appl (1): 49-58
Biology and Pharmaceutical Technology Trujillo J, Chirino Y I, Molina-Jijón E, Andérica-
www.ijabpt.com ISSN 0976-4550. I(2):491 Romero AC , Tapia ET and Pedraza-
Stević T, Pavlović S, Stanković S and Savikin K. Chaverrí J. 2013. Renoprotective effect of
2012. Pathogenic microorganisms of the antioxidant curcumin : Recent findings.
medicinal herbal drugs Arch. Biol. Sci., Mini Review. Redox Biology. p. 448–456

You might also like