I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya setiap orang dalam kehidupannya mengalami peristiwa penting
yang terdiri dari: kelahiran, masa menginjak dewasa, perkawinan, masa tua dan
kematian. Setiap peristiwa yang dianggap penting dilalui dengan upacara tertentu
baik bersifat ritual maupun keagamaan, Dalam siklus kehidupan manusia
perkawinan merupakan peristiwa terpenting, melalui perkawinan sescorang akan
mengalami perubahan serta peralihan status dari tingkat hidup remaja ke tingkat
lup berkcluarga, Tata cara pelaksanaan perkawinan disctiap dacrah berbeda-
beda, begitu juga dengan pelaksanaannya. Didalam pelaksanaan upacara
perkawinan mempelai biasanya mengenakan pakaian adat. Kebesaran adat
ditunjuk dengan adanya sarana-sarana adat yang menggambarkan kebesaran
setiap etnis, Sarana yang digunakan terdiri dari berbagai jenis dan mengandung
makna atau falsafah yang merupakan perwujudan ide-ide yang dikandung dalam
masyarakat pendukungnya.
Secara universal pakaian dan perhiasan pengantin didaerah Sumatera banyak
persamaannya. khas suatu suku bangsa mengembangkan keterampilan
membuat baju dan perhiasan tradisional berjalan beriringan dengan perkembangan
kebudayaan masing-masing sehingga ciri lokal tercermin dengan kental pada
ventuk, m0
‘ormamen babkan makna simbolik yang terkandung didakamnya,Dalam masyarakat pengakuan sosial memegang peranan penting, bahkan pakaian
dan perhiasan yang dipakai dapat berupa lembaga yang mengandung simbol yang
dikenal dan dianut oleh masyarakat pendukungnya
Setiap jenis maupun model pakaian dan perhiasan sebagai perlengkapan adat
pengantin tradisional memiliki simbol atau perlambang yang sama, berintikan
pada makna dan tujuan perkawinan yang bersifat sakral dan agung. Makna
simbolik yang ada dapat diartikan sebagai nasihat, harapan dan pesan-pesan hidup
yang berkaitan dengan tradisi masyarakat, Oleh karena itu perlu adanya
pelestarian sehingga keberadaan pakaian dan perhiasan pengantin tradisional tetap
dikenal dan dipakai masyarakat sebagai salah satu aset budaya bangsa Indonesia
tidak terkecuali bagi Masyarakat Lampung,
Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang letaknya berada
disebelah barat Pulau Sumatera dan terdiri dari dua masyarakat adat yaitu adat
Pepadun dan adat Saibatin.
ampung berada disebelah barat Sumatera, terdiri dari dua masyarakat adat
atau dua jurai (khua jukhai), yaitu jurai Pepadun dan jurai Saibatin. Orang
lampung jurai Pepadun pada umumnya berada discpanjang aliran sungai
vane bermuara kelaut jawa dan orang Lampung jurai Saibatin bermuara di
ir pantai dan sepanjang aliran sungai yang bermuara ke Samudera
Indonesia (Ali Imcon, 20031)
Secara mendasar kedua kelompok adat tersebut memiliki budaya tertentu yang
sangat menonjol yaitu kepunyimbangan
"Secara keadatan masyarakat Suku Lampung dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu masyarakat Suku Lampung beradat Pepadun dan Masyarakat
Suku Lampung beradat Saibatin, Secara mendasar kedua kelompok adat
tersebut imemiliki budaya erent yang sangat”menonjol—yaitkepunyimbangan. Punyimbang artinya orang yang dituakan karena ia
pewaris mayor dalam keluarga kerabat atau kebuwaian" (UPTD Museum
Negeri Propinsi Lampung “Ruwa Jurai”, 200/:2).
Lampung Saibatin adalah kelompok masyarakat yang berusaha menjaga
kemurnian darah dalam mendudukan seseorang pada jabatan adat, yang untuk
kelompok masyarakat lazim —disebut__kepunyimbangan, —_(Depdikbud,
1982/1983:22).
Masyarakat Suku Lampung Pepadun dan Saibatin pada dasarnya menganut pola
perkawinan Bujujogh dan Semanda dan terdapat beberapa perlengkapan adat dan
perhiasan pengantin wanita pada saat perkawinan yang dibagi berdasarkan tata
rias kepala, badan dan busana badan bagian bawah, Pada perlengkapan adat
bagian kepala, mempelai wanita menggunakan sanggul malang atau kelantung
tebang yang di hiasi dengan bunga melati, mengenakan siger dilengkapi dengan
berbagai perhiasan mahkota. Tata rias badan, pengantin wanita menggunakan
pakaian dengan warna putih, emas dan keemasan yang melambangkan kejayaan
sedangkan untuk perhiasan menggunakan Aulung buah jukung, gelang burung dan
sebagainya. Busana badan bagian bawah pengantin wanita menggunakan kain
tapis atau kain tumpal yang merupakan kain tradisional masyarakat Suku
Lampung serta alas kaki yang disebut selop.
Siger adalah Mahkota kebevaran pengantin wanita (Iskandar Syah, 2004;23).
Siger yang digunakan oleh Masyarakat Suku Lampung yang beradat Saibatin
yaitu Siger yang bergerigi tujult bush yang melambangkan kedudukan dari
punyimbang-punyimbang.Siger yang digunakan oleh Masyarakat Suku Lampung yang beradat
Saibatin yaitu siger yang bergerigi tujuh buah yang melambangkan tujuh,
buay masyarakat pesisir. Setiap gerigi juga melambangkan kedudukan dari
punyimbang punyimbang. Seperti halnya siger Pepadun, siger yang dipakai
oleh Masyarakat Suku Lampung Beradat Saibatin juga mempunyai hiasan
berupa daun bambu atau daun skala yang berjumlah tujuh buah. Pada siger
juga terdapat ornament hiasan berupa bunga melati atau daun paku lamiding
dan pakis. Dibelakang siger terdapat Swai Kikha yang menghubungkan
uujung sebelah Kanan dan ujung sbelah kiri yang bentuknya melengkung.
Lengkungan ini melambangkan prinsip hidup masyarakat_ Lampung
Saibatin, (UPTD Museum Negeri Propinsi Lampung “Ruwa Jurai”,
2004:41)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan yang juga selaku Ketua
Dewan Adat Kepaksian Pernong Bpk. H. Mat Agus diterangkan bahwa tujuh
kedudukan dari punyimbang-punyimbang yang dimaksud yaitu Sultan, Raja,
Batin, Khadin, Minak, Kimas, Mas. Ada beberapa macam makna Siger yang
terdapat pada masyarakat Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak
ntaranya Makna Fundamental, Eksplisit, Implisit, Konseptual, dan Makna
Simbolik. Makna Fundamental adalah makna yang bersifat dasar dari sebuah
Siger, Makna Eksplisit adalah makna yang tegas dan terus terang dari siger,
Makna Implisit adalah makna yang terkandung dalam sebuah hal. Makna
Konseptual, makna yang berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
konsep siger. Sedangkan Makna Simbolik adalah suatu maksud yang tergambar
atau dilambangkan pada Siger.
Dari beberapa macam makna diatas, peneliti menganalisis makna simbolik siger
pada masyarakat Suku Lampung Saibatin khususnya di Kepaksian Pemong Paksi
Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat.B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Setiap masalah perlu diidentifikasi, karena permasalahan tersebut_memiliki
jawaban sebagai pemecahan, Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah masalah sebagai berikut
1, Makna Fundamental Siger pada masyarakat Suku Lampung Saibatin di
Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak
Kabupaten Lampung Barat.
2. Makna Eksplisit Siger pada masyarakat Suku Lampung Saibatin di Kepaksian
Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat,
3. Makna Implisit Siger pada masyarakat Suku Lampung Saibatin di Kepaksian
Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat.
4, Makna Konseptual Siger pada masyarakat Suku Lampung Saibatin di
Kepaksian Pernong Paksi Pak Sckala Deghak Kecamatan Batu Brak
Kabupaten Lampung Barat,
5. Makna Simbolik Siger pada masyarakat Suku Lampung Saibatin di Kepaksian
Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat,2. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang dibahas dalam penelitian ini pada : Makna
Simbolik Siger pada masyarakat Suku Lampung Saibatin di Kepaksian Pernong
Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat,
3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah “Apakah makna simbolik Siger pada masyarakat Suku Lampung
Saibatin di Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak
Kabupaten Lampung Barat 2”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui makna simbolik Siger pada masyarakat
Suku Lampung Saibatin di Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak di
Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat
D. Kegunaan Penelitian
‘Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1, Sebagai bahan informasi kepada peminat kebudayaan yang ingin mengetahui
Makna Simbolik Siger pada mayyarakal Suku Lampung Saibatin di Kepaksian
Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya kebudayaan Lampung tentang Siger pada masyarakat SukuLampung Saibatin di Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan
Batu Brak Kabupaten Lampung Barat
3. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca serta masyarakat pada
umumnya tentang Siger yang digunakan pada Masyarakat Suku Lampung
Saibatin di Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak Kecamatan Batu
Brak Kabupaten Lampung Barat
E. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat masalah diatas cukup umum, maka dalam hal ini peneliti memberikan
kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup:
1, Subyek Penelitian
2. Obyek Penelitian :
3. Tempat Penelitian
4, Waktu Penelitian
5. Disiplin imu
Siger yang digunakan oleh masyarakat Suku Lampung
Saibatin di Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala
Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat.
Makna Simbolik Siger pada masyarakat Suku Lampung
Saibatin di Kepaksian Pernong Paksi Pak Sckala
Beghak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung
Barat
Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak di
Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2012
Antropologi BudayaREFERENSI
Ali Imron. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Universitas Lampung: Bandar
Lampung. Halaman 100
Zuraida Kherustika, Dkk, 2004. Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional
Lampung. UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”: Bandar
Lampung. Halaman 2.
Zuraida Kherustika. Dkk. Op.Cit. Halaman 41
Depdikbud. 1982/1983. Upacara Tradisional Daerah Lampung. Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Lampung. Halaman 22
Iskandar Syah, 2004. Sejarah Hukum Adat Lampung Pepadun Way Kanan,
Universitas Lampung: Bandar Lampung, Halaman 23.
Narasumber:
Ketua Dewan Adat Kepaksian Pernong : Bpk. H. Mat Agus.