You are on page 1of 5

584

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 7 No. 4, April 2019: 584–588
ISSN: 2527-8452

Uji Keberhasilan Persilangan Dua Varietas Kedelai


(Glycine Max (L.) Merill)
Success Rate of Crossing Among Two Varieties in Soybeans
(Glycine Max (L.) Merill)
Akhmad Zainuri Alvi*) dan Afifuddin Latif Adiredjo

Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University


Jl. Veteran, Malang 65154, Indonesia
*)
Email: akhmadzainurialvi@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT

Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah Soybean (Glycine max (L.) Merill) is one
salah satu tanamanlegum semusimyang seasonal legume plant that is used by its
dimanfaatkan bijinya dan layak untuk seeds and is suitable for consumption every
dikonsumsi setiap hari. Akan tetapi, day. However, national soybean production
produksi kedelai nasional hingga saat ini has not been able to keep up with the
masih belum dapat mengimbangi dari national soybean consumption needs that
kebutuhan konsumsi kedelai nasional yang are too high. The effort that can be done is
terlampau tinggi.Adapun upaya yang dapat by conducting a plant breeding program,
dilakukan adalah dengan melakukan one of the programs by crossing. The
program pemuliaan tanaman, salah satu success of soybean crosses generally
programnyadengan melakukan persilangan. results in a percentage of success below
Keberhasilan persilangan kedelai umumnya 60%. This is due to the many factors that
memperoleh persentase keberhasilan influence the success of crossing. The
dibawah angka 60%. Hal tersebut disebab- research was conducted at the Glasshouse
kan karena banyaknya faktor yang mempe- Faculty of Agriculture, Brawijaya University,
ngaruhi keberhasilan persilangan. Lowokwaru Subdistrict, Malang City in
Penelitian dilaksanakan di Glasshouse December 2017 until April 2018. The
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, crossing was done by hand pollination
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada method using 2 sets of crosses. The
bulan Desember 2017 sampai bulan April success of the percentage of crosses on the
2018. Persilangan dilakukan dengan Dena 1 x Dega 1 crossing set gained 10%
metode handpollination menggunakan 2 set while the Dega 1 x Dena 1 crossing set
persilangan. Keberhasilan persentase gained 29%. The average percentage of
persilangan pada set persilangan Dena 1 x success from both sets of crosses obtained
Dega 1 memperoleh 10% sedangkan set a percentage of 19.5% which is included in
persilangan Dega 1 x Dena 1 memperoleh the low success category.
29%. Adapun rerata persentase keberhasil-
an dari kedua set persilangan memperoleh Keywords: Low Category, Percentage
persentase sebesar 19,5% yang termasuk Success of Crosses, Soybeans, Two
kedalam kategori keberhasilan rendah. Varieties of Crossing.

Kata kunci: Kategori Rendah, Kedelai, PENDAHULUAN


Persentase Keberhasilan Persilangan,
Persilangan Dua Varietas. Kedelai (Glycine max (L.) Merill)
adalah salah satu tanamanlegum semusim
yang dimanfaatkan bijinya. Kedelai
merupakan komoditas pertanian penghasil
585

Alvi, dkk, Uji Keberhasilan Persilangan Dua Varietas...

biji yang memiliki kandungan protein nabati Oleh sebab itu, penelitian uji
tinggi sehingga layak untuk dikonsumsi keberhasilan persilangan dua varietas
setiap hari. Menurut Aditiasari (2015), kedelai perlu dilakukan didalam rumah
konsumsi kedelai nasional pada tahun 2015 kaca. Karena hal tersebut bertujuan agar
mencapai 2,54 juta ton. Namun beberapa faktor yang menghalangi
berdasarkan data dari BPS (2016), produksi keberhasilan persilangan dapat termini-
kedelai nasional tahun 2015 masih belum malisir sehingga persentase keberhasilan
dapat mencukupi dari kebutuhan konsumsi persilangan yang diperoleh dapat
kedelai nasional yakni hanya 0,96 juta ton. meningkat (Rosmayati et al., 2015).
Berdasarkan data diatas, pemerintah
perlu melakukan upaya untuk meningkatkan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
produksi kedelai nasional agar dapat
memperoleh angka yang selaras dengan Penelitian dilaksanaan pada bulan
kebutuhan konsumsi kedelai nasional. esember 2017 hingga bulan April 2018
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah bertempat di Glasshouse Fakultas
adalah dengan melakukan program- Pertanian ,Universitas Brawijaya, Keca-
program pemuliaan tanaman. Salah satu matan Lowok-waru, Kota Malang. Bahan
program pemuliaan adalah hibridisasi atau yang digunakan dalam penelitian adalah
persilangan yaitu dengan menggabungkan benih kedelai varietas Dena 1 dan Dega 1,
karakter potensial seperti karakter produksi alkohol 70%, pupuk kompos, pupuk
tanaman menjadi tanaman baru yang kandang sapi atau kambing, pupuk NPK
unggul (Sulistyo, 2015). mutiara dan juga tanah. Peralatan yang
Salah satu cara agar dapat digunakan dalam penelitian ini meliputi
memperoleh karakter unggul baru dapat polybag, pinset, gunting, lup, label benang,
dilakukan penelitian-penelitian persilangan selotipe, cetok, ajir bambu, kamera, buku
kedelai. Penelitian persilangan kedelai dan alat tulis.
umumnya memperoleh rata-rata persentase Persilangan dilakukan dengan
keberhasilan persilangan dibawah 60% metode handpollinationmenggunakan 2
(Lubis et al., 2015). Sesuai dengan hasil varietas berbeda (Dega 1 dan Dena 1).
penelitian Kartono (2005) dan Alia dan Wilia Persilangan dilakukan dengan cara
(2011), menyatakan bahwa rata-rata resiprok, sehingga terdapat 2 pasang
persentase keberhasilan persilangan persilangan, serta juga ada beberapa yang
sebesar 30,6% dari 12 set persilangan dan dibiarkan selfing dengan tujuan kontrol dari
20,5% dari 6 set persilangan.Hal tersebut keberhasilan persilangan. Pengamatan
disebabkan oleh adanya beberapa faktor dilakukan terhadap beberapa variabel
penghalang keberhasilan persilangan pengamatan diantaranya yakni persentase
seperti faktor lingkungan yang kurang terbentuknya polong per tanaman (%),
mendukung, faktor pemeliharaan, dan faktor jumlah biji hasil persilangan, jumlah polong
breeder. Namun beberapa faktor tersebut berbiji 1, jumlah polong berbiji 2, jumlah
dapat diminimalisir dengan menggunakan polong berbiji 3, bobot 10 biji (gr). Data
rumah kaca atau glasshouse. Faktor yang variabel pengamatan persentase terbentuk-
dapat diminimalisir diantaranya yakni faktor nya polong per tanaman (%) diuji antar set
lingkungan yang kurang mendukung dan persilangan. Sedangkan beberapa data
faktor ketersediaan polen (Gionggo et al., variabel seperti jumlah biji hasil persilangan,
2008). Seperti pada saat musim hujan, jumlah polong berbiji 1, jumlah berbiji 2,
penyerbukan tetap dapat dilakukan pada jumlah polong berbiji 3, dan bobot 10 biji (g)
masa reseptif dan anthesis bunga dengan tidak hanya diuji antar set persilangan tetapi
tepat, serta kapasitas polen akan tersedia juga diuji dengan tanaman kontrol. Data
maksimal karena tanaman telah ternaungi keseluruhan variabel pengamatan yang
atap sehingga polen yang siap menyerbuki dihasilkan antar set persilangan dianalisis
tidak dapat terhantam oleh derasnya air menggunakan uji t – tidak berpasangan
hujan (Sallam dan Scott ,1987). taraf 5%. Sedangkan
586

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 4, April 2019, hlm. 584–588

data yang diperoleh dari set persilangan lebih rendah serta lebih rentan terhadap
dengan hasil tanaman tetua (kontrol) penyakit, sehingga tetua Dega 1 dapat
dianalisis dengan menggunakan uji t – menghasilkan bunga lebih banyak dari pada
berpasangan taraf 5%. tetua Dena 1. Sesuai dengan penelitian
Lubis et al. (2015), menyebutkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN persilangan antar varietas kedelai
menunjukkan hasil berbeda sangat nyata
Persentase terbentuknya polong yang disebabkan karakter yang dimiliki
antar set persilangan menunjukkan hasil kedua tetua berbeda sehingga bunga yang
yang berbeda, pada set persilangan Dena 1 dihasilkan tetua jantan lebih sedikit dari
x Dega 1 memperoleh keberhasilan 10 % pada bunga tetua betina. Hal ini juga
dari 72 persilangan dan pada set didukung dengan pernyataan Alia dan Wilia
persilangan Dega 1 x Dena 1 memperoleh (2011),menyatakan bahwa faktor yang
keberhasilan 29 % dari 100 persilangan. mempengaruhi dari keberhasilan persila-
Adapun rerata persentase keberhasilan dari ngan tanaman kedelai yakni ketersediaan
kedua set persilangan yakni 19,5%. bunga, ketahanan tanaman terhadap
Menurut penelitian Kartono (2005), Alia dan penyakit, ketepatan waktu persilangan,
Wilia (2011), dan Lubis et al. (2015), metode persilangan dan tingkat keteram-
menyatakan bahwa umumnya rerata pilan peneliti. Pada penelitian ini terdapat
keberhasilan persilangan kedelai statis beberapa tanaman kedelai yang terserang
pada kisaran angka terkecil 20% hingga penyakit SMV (Soybean Mosaic Virus).
yang terbesar 60 %. Sesuai dengan Penyakit SMV menyerang tanaman kedelai
pernyataan diatas rerata keberhasilan mulai umur 33 hst(Manshuri., 2011). Oleh
persilanganpada penelitian ini yakni 19,5% karena itu, pengendalian penyakit SMV
termasuk kedalam kategori rendah karena penting untuk dilakukan karena dapat
hasil yang didapat berada di bawah angka mengganggu perkembangan tanaman pada
20%. Hal ini disebabkan banyaknya faktor fase generatif dan mempengaruhi dari
yang mempengaruhi dari keberhasilan keber-hasilan persilangan.
persilangan. Beberapa faktor yang mem- Menurut Alia dan Wilia (2011), selain
pengaruhi keberhasilan persilangan ketahanan tanaman terhadap penyakit
diantaranya yakni ketersediaan bunga, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
ketahanan tanaman terhadap penyakit, keberhasilan persilangan yakni ketepatan
ketepatan waktu persilangan, metode waktu persilangan. Ketepatan waktu
persilangan dan tingkat keterampilan persilangan pada tanaman kedelai dapat
peneliti. Ketersediaan bunga pada kedua ditandai oleh masa reseptif dan anthesis
tetua berbeda. Tetua Dega 1 menghasilkan bunga (Kaur et al., 2005). Masa reseptif dan
lebih dari 200 bunga sedangkan tetua Dena anthesis bunga tanaman kedelai hanya
1 hanya menghasilkan 84 bunga.Menurut berlangsung sebentar, seperti tanaman
pernyataan Alia dan Wilia (2011), kedelai yang digunakan hanya dimulai pukul
ketersediaan bunga yang berbeda dapat 07.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB
disebabkan karakter-karakter yang dimiliki (Lal et al., 2004; Alia dan Wilia, 2011).Oleh
tiap tetua berbeda. Tetua Dega 1 memiliki karena itu, pelaksanaan persilangan harus
karakter produksi tinggi serta tahan menyesuaikan saat berlangsungnya masa
terhadap penyakit, sedangkan pada tetua reseptif dan anthesis bunga agar
Dena 1memiliki karakter produksi sedikit persilangan yang dilakukan banyak yang

Tabel 1. Rerata Persentase Terbentuknya Polong Antar Set Persilangan


Set Persilangan Jumlah Persilangan Persentase Keberhasilan (%)
DN1 x DG1 72 10
DN1 x DG1 100 29
Rerata - 19,5
Keterangan: DN1=Dena 1; DG=Dega 1.
587

Alvi, dkk, Uji Keberhasilan Persilangan Dua Varietas...

Tabel 2 Hasil Analisis Uji T Rerata Pada Keseluruhan Variable Antar Set Persilangan
Uji-T
Jumlah Jumlah Jumlah
Tetua Persilangan Persentase Jumlah Bobot
Polong Polong Polong
TerbentuknyaPolong Biji 10 Biji
Berbiji 1 Berbiji 2 Berbiji 3
DN1 x DG1 dan DG1
4,64** 4,64** 0 4,64** 0 4,15**
x DN1
Keterangan: DN1=Dena 1; DG=Dega 1; (**)=berbedasangatnyata.

Tabel 3 Hasil Analisis Uji-T Rerata Pada Keseluruhan Variable Hasil F1 dan Tanaman Kontrol
Uji-T
Jumlah Jumlah Jumlah
Tetua Persilangan Jumlah Bobot 10
Polong Polong Polong
Biji Biji
Berbiji 1 Berbiji 2 Berbiji 3
DN1 x DG1 dan Kontrol DN1 15,59** 0 6,93* 5* 18,41**
DN1 x DG1 dan Kontrol DG1 16,00** 0 3,50tn 5* 26,22**
DG1 x DN1 dan Kontrol DN1 12,12** 0 12,12** 0 38,89**
DG1 x DN1 dan Kontrol DG1 22,31** 0 3,20tn 0 19,56**
Keterangan: DN1=Dena 1; DG=Dega 1; tn=tidak berbeda nyata; (*)=berbeda nyata; (**)=berbeda
sangat nyata.

berhasil dan persentase keberhasilan tahan terhadap penyakit SMV dibandingkan


persilangan dapat meningkat. tetua Dena 1. Sedangkan pada rerata
Metode persilangan yang sering keseluruhan variabel pengamatan pada
digunakan pada penelitian persilangan hasil persilangan antar varietas lebih rendah
tanaman kedelai yakni metode hand dari pada hasil tanaman kontrol. Hal ini
pollination atau persilangan yang dilakukan disebabkan karena karakter alami pada
dengan tangan. Kendala yang sering tanaman kedelai adalah tanaman yang
dihadapi yakni kurang telitinya peneliti saat menyerbuk sendiri (self pollination) (Chiari
melakukan emaskulasi sehingga pinset et al., 2005).
yang digunakan secara tidak sengaja
merusak putik sehingga dapat KESIMPULAN
menyebabkan gagalnya persilangan yang
dilakukan (Alia dan Wilia, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil analisis uji-t keseluruhan data telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
variabel pengamatan antar set persilangan persilangan dua varietas kedelai yang
menunjukkan hasil yang berbeda sangat berbeda telah berhasil dilakukan. Pada set
nyata, kecuali pada variabel pengamatan persilangan Dega 1 ♀ X Dena 1 ♂
jumlah polong berbiji 1 dan jumlah polong memperoleh persentase keberhasilan
berbiji 3. Hasil yang berbeda sangat nyata persilangan yang lebih tinggi dari pada set
pada beberapa variabel pengamatan ini persilangan Dena ♀ X Dega ♂. Adapun
menunjukkan bahwa tetua Dega 1 lebih rerata persentase keberhasilan persilangan
sinkron menjadi tetua betina dari pada tetua pada kedua set persilangan memperoleh
Dena 1. Faktor penyebab tetua Dega 1 19,5% yang termasuk dalam kategori
lebih sinkron menjadi tetua betina dari pada keberhasilan rendah.
tetua Dena 1 diantaranya yakni bunga yang
dihasilkan tetua Dega 1 jauh lebih banyak DAFTAR PUSTAKA
dari pada tetua Dena 1, sehingga jumlah
persilangan pada set persilangan Dega 1 ♀ Aditiasari D. 2015. RI Masih Defisit
X Dena 1 ♂ dapat memenuhi target yang Produksi Kedelai 1,5 Juta Ton.
telah ditentukan pada metode penelitian Retrived from
serta tanaman tetua Dega 1 juga lebih
588

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 4, April 2019, hlm. 584–588

http://finance.detik.com/berita- Lal, S.K., C. Devkumar, R.L. Sapra,


ekonomi- bisnis/ 2960212/2015- ri- and K.P. Singh. 2004. Use Of
masih- defisit- produksi- kedelai- 15- Gametocide For Emasculation In
juta-ton. Diakses pada 30 Juni 2017. Soybean (Glycine max (L)
Alia, Y. dan W. Wilia. 2011. Persilangan Merr.).Genetics Division. New Delhi.
Empat Varietas Kedelai Dalam India. 31(2): 1-4.
Rangka Penyediaan Populasi Awal Manshuri, A.G. 2011. Laju Pertumbuhan
Untuk Seleksi. Jurnal Penelitian Vegetatif dan Generatif Genotipe
Universitas Jambi Seri Sains. Jambi. Kedelai Berumur Genjah. Penelitian
13(1): 39-42. Pertanian Tanaman Pangan. Malang
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi 30(3): 204-208.
Kedelai Menurut Provinsi (ton), 1993- Rosmayati, M.B. Sitepu dan M. Bangun.
2015. Retrieved from 2015. Persilangan Genotipe-genotipe
https://www.bps.go.id/linkTableDinam Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.)
is/view/id/871/. Diakses 19 Juni 2017. Hasil Seleksi Pada Tanah Salin
Chiari, W.C., V.A.A. Toledo, M.C.C. dengan Tetua Betina Varietas
Ruvolo-Takasusuki, A.J.B. Oliviera, Anjasmoro. Jurnal Agroekoteknologi.
E.S. Sakaguti, V.M. Attencia, F.M. Medan. 3(1): 257-263.
Costa, and M.H. Mitsui. 2005. Sallam, A. dan H.D. Scott. 1987. Effects Of
Pollination of Soybean (Glycine max Prolonged Flooding On Soybeans
L. Merril) by Honeybees (Apis During Early Vegetative Growth. Soil
mellifera L.). Brazilian Archives of Science. USA. 144(1): 61-66.
Biology and Technology. Brazil. Sulistyo, A. 2015. Seleksi Kedelai Populasi
48(1): 31-36. F2 Hasil Persilangan Antara Galur
Giongo, A., A. Ambrosini, L.K. Vargas, Kedelai Toleran Kutu Kebul Dengan
J.R.J. Freire, M.H. Bodanese- Varietas Grobogan. Prosiding
Zanettini, and L.M.P. Passaglia. Seminar Nasional Masyarakat
2008. Evaluation of Genetic Diversity Biodiversitas Indonesia. Malang. 1(5):
of Bradyrhizobia Strains Nodulating 1142-1146.
Soybean [Glycine max (L.) Merrill]
Isolated from South Brazilian Fields.
Applied Soil Ecology. Brazil. 38(1):
261-269.
Kaur, S., H. Nayyar, R.K. Bhanwra, and S.
Kumar. 2005. Precocious
Germination.Of Pollen Grains In
Anthers Of Soybean (Glycine max
(L.) Merr.). Soybean Genetic.New
Delhi. 32(1): 1–10.
Kartono. 2005. Persilangan Buatan Pada
Empat Varietas Kedelai. Buletin
Teknik Pertanian.Bogor. 10(2): 49-52.

You might also like