You are on page 1of 9

Mahakam Nursing Journal Vol 2, No.

1, Mei 2017 : 09-17


ARTIKEL PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN KOMUNIKASI


EFEKTIF OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

Hilda1), Noorhidayah1), Arsyawina1)


1
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim, Jl. W. Monginsidi No. 38
Samarinda, 75123

Email : hildahilda71@gmail.com

Abstract

Cases of sentinel hospital often occur because of ineffective communication. Effective communication is
the key for nurses to make patient safety based on the standard of patient safety in hospitals. This study
aimed to analyze the factors that affect nurses in implementing effective communication in inpatient
hospitals AW. Sjahranie Samarinda.
The study was observational analytic with cross-sectional approach. The study was conducted in April
and May 2016. The samples included 71 nurses drawn randomly. Instrument data collection using
questionnaires and observation sheets. Data were analyzed with chi-square test and multivariate multiple
logistic regression prediction models
The results showed a significant difference between employment status, duration of work, ethics,
language barriers and the preparation of communication with the implementation of effective
communication. Long work and ethics is the most variable part of the implementation of effective
communication with p <0.05.
Conclusion: Long work and ethics are the factors that most influence the nurse in implementing effective
communication in inpatient hospitals AW.Sjahranie.

Keywords: Effective Communication - ethics, language barriers, openness, communication preparation,


logistics.

Abstrak

Kasus-kasus sentinel di rumah sakit sering terjadi karena komunikasiefektif tidak diterapkan dengan baik.
Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi perawat untuk mencapai keselamatan pasien berdasarkan
standar keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perawat pelaksana dalam menerapkan komunikasi efektif di ruang rawat inap RSUD AW.
Sjahranie Samarinda.
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan
pada bulan April sampai Mei 2016. Sampel penelitian berjumlah 71 orang perawat pelaksana yang
diambil secara acak sederhana. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar
observasi.Data dianalisisdengan uji chi squaredan multivariat dengan uji regresi logistik ganda model
prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara status kepegawaian, lama bekerja,
etika,hambatan bahasadan persiapan komunikasidengan penerapan komunikasi efektif. Lama bekerja dan
etika merupakan variabel yang paling berperan dalam penerapan komunikasi efektifdengan nilai p< 0,05.
Kesimpulan:Lama bekerja dan etika merupakan faktor yang paling mempengaruhi perawat dalam
menerapkan komunikasiefektif di ruang rawat inap RSUD AW.Sjahranie.

Kata kunci: Komunikasi efektif - etika, hambatan bahasa, keterbukaan, persiapan komunikasi, logistik.

9
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

PENDAHULUAN saat perawat menerima instruksi verbal


Komunikasi merupakan aspek per telpon dari dokter menggunakan
pentingyang harus dimiliki oleh komunikasi verbal dengan TBAK
pemberian jasa pelayanan kesehatan (tulis, baca, konfirmasi kembali)
terutama pelayanan keperawatan karena sedangkan saat perawat melaporkan
sumber daya manusia yang terbanyak di kondisi pasien kepada dokter
rumah sakit adalah perawat dan selama menggunakan komunikasi verbal
24 jam berkesinambungan selalu dengan SBAR (situation, background,
mendampingi pasien.Komunikasi assestment, recommendation).
efektif dalam praktik keperawatan Komunikasi efektif
profesional merupakan unsur utama menggunakan teknik SBAR adalah
bagi perawat dalam melaksanakan kerangka teknik komunikasi yang
asuhan keperawatan dalam mencapai disediakan untuk berkomunikasi antar
hasil yang optimal. Salah satu kegiatan petugas kesehatan dalam
keperawatan yang memerlukan menyampaikan kondisi pasien
komunikasi efektif adalah saat serah (Permanente, 2011). SBAR merupakan
terima tugas (handover) dan komunikasi kerangka yang mudah diingat,
lewat telepon. mekanisme nyata yang digunakan untuk
Komunikasi lewat telpon menyampaikan kondisi pasien yang
merupakan komunikasi verbal kritis atau perlu perhatian dan tindakan
dilakukan jika menurut perawat kondisi segera.
pasien membutuhkan tindakan Raharjo (2011) melaporkan
kedokteran. Konsultasi via telpon selama periode 2005 - 2010 ada 126
adalah tindakan pelaporan kondisi kasus tuduhan malpraktik terhadap
pasien kepada dokter melalui telpon. rumah sakit karena kurangnya
Untuk perintah verbal atau melalui komunikasi yang baik.Menurut The
telepon, perawat yang menerima pesan Joint Comissionhampir 60 % dari
harus menuliskan dan membacakan kesalahan medis disebabkan karena
kembali kepada pemberi pesan dan masalah komunikasi (Flicek, CL,
keesokan harinya dokter 2012).Penelitian sebelumnya
penanggungjawab pasien memberikan menjelaskan bahwa faktor faktor yang
konfirmasi. Menurut teori KARS (2013) menghambat komunikasi antara perawat

10
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

dengan dokter, seperti: lemahnya efektif oleh perawat di ruang rawat inap
struktur komunikasi, hirarki, bahasa, RSUD AW. Sjahranie.
budaya, jenis kelamin dan perbedaan
gaya komunikasi. Kegagalan METODE PENELITIAN
komunikasi dengan teleponantara Penelitian ini menggunakan
perawat dengan dokter bisa disebabkan metode observasional analitik dengan
oleh ketidaksiapan perawat pendekatan cross sectional. Sampel
berkomunikasi, profesionalisme yang penelitian berjumlah 71 orang perawat
lemah, kolaborasi yang tidakadekuat, pelaksana yang diambil secara acak
sulit ketika menghubungi sederhana. Penelitian dilakukan di
dokter,kurangnya perhatian dokter saat ruang rawat inap RSUD AW. Sjahranie
ditelepon dankemampuan dokter pada bulan April sampai Mei 2016.
menerima pesan dari perawat(Nazri, Instrumen pengumpulan data
2015). menggunakan kuesioner yang berisi
Ruang rawat inap merupakan faktor faktor yang menghambat
salah satu instalasi di rumah sakit yang komunikasi antara perawat dengan
merawat pasien dengan berbagai dokter dan lembar observasi untuk
keluhan dimana perawat bekerja 24 jam mengukur penerapan komunikasi efektif
mendampingi pasien dan berkewajiban oleh perawat dengan dokter melalui
untuk melakukan komunikasi dengan telepon.
dokter penanggungjawab pasien tentang Kuesioner komunikasi diadopsi
keadaan pasien. Dalam penanganan dari The Schmidt nursing home quqlity
pasien di ruangan perawat dan dokter of nurse-physician communication scale
sering berkomunikasi lewat telepon. yang digunakan di Swedia dan telah
Aktivitas komunikasi perawat dan dimodifikasi, divalidasi dan uji
dokter melalui telepon cenderung realibilitas oleh Tjia et al (2009) untuk
menyebabkan terjadinya kesalahan digunakan kepada perawat keluarga di
komunikasi (Rabol, 2011; WHO,2007). Amerika Serikat (Ouslander et al,
Penelitian ini bertujuan untuk 2011;Tjia et al,2009).Uji validitas dan
mengetahui faktor-faktor yang reliabilitas peneliti lakukan
mempengaruhi penerapan komunikasi kembalipada perawat di ruang rawat
inap RSUD AW. Sjahranie

11
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

menggunakan korelasi pearson product


moment.Kuesioner dengan skala Tabel 1. Karakteristik Responden
likertmeliputi keterbukaan atau Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
kolaborasi,logistik, etika, hambatan Laki-Laki 11 15,5
Perempuan 60 84,5
bahasa dan persiapan komunikasi.Hasil Total 71 100.0
Umur
uji validitas terdapat dua subvariabel
20-40 37 52,1
pernyataan yang tidak valid sehingga 41-60 34 47,9
Total 71 100
tidak digunakan dalam penelitian ini. Status Kepegawaian
PNS 37 52,1
Data dianalisis secara univariat, Non PNS 34 47,9
bivariat dengan uji chi square dan Total 71 100
Tingkat Pendidikan
multivariat dengan uji regresi logistik Vokasi 55 77,5
Akademis 16 22,5
model prediksi. Uji chi square Total 71 100
digunakan untuk pemilihan variabel Lama Bekerja
<20 thn 52 73,2
kandidat. Variabel yang saat dilakukan > 20 thn 19 26,8
Total 71 100
uji memiliki p< 0,25 dan mempunyai
Status Pernikahan
kemaknaan secara substansi dijadikan Menikah 19 26,8
Belum menikah 52 73,2
sebagai kandidat yang dimasukkan Total 71 100
Sumber : Data primer 2016
dalam model multivariat, sedangkan
Dari tabel diatas dapat dilihat
variabel yang uji p >0,25 namun secara
bahwa sebagian besar respondenadalah
substansi penting maka variabel tersebut
perempuan (84,5%), sebagian besar
tetap dimasukkan dalam model
berumur 20-30 tahun (52,1 %), sebagian
multivariat.
besarstatus kepegawaian adalah PNS
(52,1%), sebagian besar lama bekerja
HASIL PENELITIAN DAN
kurang dari 20 tahun (73,2%) dan
PEMBAHASAN
sebagian besar belum menikah (73,2).
Penelitian ini dilaksanakan di ruang
Keterkaitan karakteristik
rawat inap RSUD AW. Sjahranie
responden dengan penerapan
dengan sampel yang memenuhi kriteria
komunikasi efektif dapat terlihat dalam
inklusi sebanyak 71 orang perawat
tabel dibawah ini.
pelaksana. Karakteristik responden
penelitian adalah sebagai berikut:

12
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

Tabel 2. Pengaruh Karakteristik perawat non PNS menerapkan


Responden Dengan Penerapan komunikasi efektif dan 10 orang (30%)
Komunikasi Efektif perawat non PNS tidak
Menerapk menerapkan.Lama bekerja dapat
an OR
p 95% CI meningkatkan penerapan komunikasi
komunika /
Variabel val
si efektif Val
ue efektif sebesar 10,717 (95%CI=2,243-
Ya Td ue Lo Up
k wer per
51,208). Terdapat 23 orang (44%)
Umur
0,66 2,46 0,93 6,46
20-40 17 20 perawat yang bekerja < 20 tahun
0 0 6 7
41-60 23 11
Jenis menerapkan komunikasi efektif dan 29
kelamin 0,89 1,09 0,29 3,96
Laki-laki 6 5 6 0 9 7 orang (56%) perawat yang bekerja < 20
Perempuan 34 26
Tingkat tahun tidak menerapkan. Perawat yang
pendidikan 0,24 0,51 0,16 0,15 bekerja > 20 tahun yang menerapkan
Vokasi 33 22 9 9 8 98
Akademik 9 7 komunikasi efektif sebanyak 17 orang
Status kepegawaian
0,02 0,31 0,11 0,84
PNS 16 21
0 7 9 9
(89%) dan 2 (10,5%) perawat tidak
Non PNS 24 10
Lama Bekerja menerapkan komunikasi efektif.
0,00 10,7 2,24 51,2
<20 tahun 23 29
>20 thn 17 2
1 17 3 08 Pengaruh pengalaman
Sumber : Data primer, 2016 berkomunikasi perawat dengan
penerapan komunikasi efektif dapat
Dari tabel diatas terlihat
dilihat pada tabel berikut.
bahwaumur, jenis kelamin dan tingkat
Tabel 3. Pengaruh Pengalaman
pendidikan tidak berpengaruh dengan
Berkomunikasi Dengan Penerapan
penerapan komunikasi efektif.
Komunikasi Efektif
Sedangkan status kepegawaian
95% CI
(p=0,020) dan lama bekerja (p=0,001) Sub p OR /
Variabel Lowe Uppe
2variabel value Value
r r
berpengaruh terhadap penerapan Pengala Keterbukaan 0,075 0,409 0,152 1,104
komunikasi efektif. Status kepegawaian man Logistik 0,777 1,146 0,447 2,934
berkomu Etika 0,004 0,161 0,042 0,619
dapat meningkatkan penerapan nikasi Hambatan 0,029 0,288 0,092 0,909
bahasa
komunikasi efektif sebesar 0,317 Persiapan 0,039 0,348 0,126 0,960
komunikasi
(95%CI=0,119–0,849). Terdapat16 Sumber : Hasil analisis data, 2016
orang (43%) perawat PNS yang Dari tabel diatas terlihat bahwa
menerapkan komunikasi efektif dan 21 etika, hambatan bahasa dan persiapan
orang (57%) perawat PNS tidak komunikasi berpengaruh signifikan
menerapkan. Terdapat 24 orang(70%)

13
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

terhadap penerapan komunikasi efektif Tabel 5. Model Terakhir Prediksi


(p=<0,005). Variabel Independen Terhadap
Tabel 4. Analisa Model Prediksi Variabel Dependen
Variabel Independen Dengan 95% CI
Variabe
B p OR Lowe
Variabel Dependen l Upper
r
95% CI - 0.13
Etika 0.012 0.028 0.649
Variabel B P OR 2.003 5
Lo Uppe Persiap
wer r an 0.27
nilai_etika - 0.01 0.13 0.02 -1.3 0.072 0.066 1.124
0.649 komuni 3
(1) 2.003 2 5 8 kasi
nilai_persi Lama 46.5 492.08
0.07 0.27 0.06 3.841 0.001 4.409
apankom( -1.3 1.124 bekerja 77 1
2 3 6
1) Konsta
Lamabeke 0.01 1.84
n
rja 4
lamabeker 0.37 2.17 0.39 12.04 Sumber : Hasil analisis data, 2016
0.778
ja(1) 3 7 3 8 Dari analisis multivariat ternyata
lamabeker 0.85 1.17 0.20
0.161 6.836
ja(2) 8 5 2 variabel yang berhubungan bermakna
lamabeker 0.00 46.5 4.40 492.0
3.841
ja(3) 1 77 9 81 dengan penerapan komunikasi efektif
0.01 6.29
Constant 1.840 adalah lama bekerjadengan nilai OR
7 7
Sumber : Hasil analisis data, 2016
terbesar dibandingkan dari variabel
Dari tabel diatas diperoleh
lainnya, sehingga memiliki hubungan
persamaan regresi logistik adalah
paling kuat terhadap penerapan
y=1,840+(-2,003) nilai_etika(1)+(-
komunikasi efektif 46,577 kali setelah
1,300) nilai_persiapan kom(1)+
dikontrol variabel etika dan persiapan
0,778+0,161 lamabekerja(2)+ 3,841
komunikasi. Hal ini berarti variabel
lama bekerja(3)
lama bekerja memiliki pengaruh yang
Penelitian ini bersifat cross sectional
paling besar terhadap penerapan
sehingga model regresi logistik tidak
komunikasi efektif.
dapat digunakan. Interpretasi yang
Penelitian ini menunjukkan
dapat dilakukan hanya menjelaskan
beberapa faktor yang mempengaruhi
nilai OR (Exp B) pada masing-masing
penerapan komunikasi efektif diantara
variabel.
dokter dan perawat sebagai suatu tim
dalam perawatan pasien di rumah sakit.
Penerapan komunikasi efektif
dipengaruhi oleh lama bekerja, etika
dalam berkomunikasi dan

14
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

persiapankomunikasi yang terkait bekerja lebih lama tentu akan


dengan data atau informasi tentang mempunyai banyak pengalaman,
keadaan pasien yang diperlukan banyak pelatihan yang pernah diakui
sebelum komunikasi diadakan. dan sudah kenal dengan dokter. Hal
Penelitian Dingley (2010) tersebut menyebabkan perawat dengan
menunjukkan persepsi atau pemahaman masa kerja lebih lama akan lebih
perawat dalam budaya safety, respon memahami pentingnya penerapan
dari tim perawat pada setiap ruangan komunikasi efektif. Semakin lama
perawatan dan keadaan psikologis seseorang berkarya dalam suatu
dokter yang berbeda ketika diberi atau organisasi akan semakin tinggi
mendapatkan laporan pasien. produktivitasnya (Siagian, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan Selain itu permasalahan
sebagian besar perawat di instalasi komunikasi yang tidak efektif
rawat inap memiliki lama kerja kurang disebabkan oleh beberapa faktor.
dari 20 tahun yaitu 73,2%. Hasil uji Penelitian ini menemukan bahwa etika
statistik menunjukkan terdapat mempunyai pengaruh yang signifikan
hubungan yang signifikan antara lama dengan penerapan komunikasi efektif
bekerja dengan penerapan komunikasi dengan nilai p=0,012.Subvariabel etika
efektif dengan nilai OR 46,58 yang berhubungan adalah dokter
(95%CI=4,409-492,081), hal ini menghentikan pembicaraan telepon
menunjukkan bahwalama bekerja dapat sebelum perawat mengakhiri laporan
meningkatkan penerapan komunikasi pasien (p=0,003) dan perawat merasa
efektif sebesar 46,58 kali. Penelitian ini dokter berkata tidak sopan ketika
sejalan dengan penelitian yang ditelepon tentang pasien (p=0,001).Dari
dilakukan Aprilia (2011)yang hasil wawancara mendalam, alasan
menyatakan bahwa ada hubungan yang yang terkait dengan kedua masalah
signifikan antara lama kerja perawat diatas adalah dokter terkesan terburu-
dengan perilaku penerapan IPSG. buru ketika berkomunikasi dengan
Periode lama berkerja perawat perawat sehingga memberikan kesan
merupakan faktor yang paling tidak sopan. Kesan terburu buru tersebut
berpengaruh dalam penerapan dilakukan dokter ketika sedang dalam
komunikasi efektif. Perawat yang perjalanan, melayani pasien dan atau

15
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

mempersiapkan operasi. Penelitian ini berkomunikasi. Kelemahan lain adalah


sejalan dengan studi yang dilakukan karena terkait dengan perilaku dokter
Nazri (2015)di Kepanjen menemukan peneliti tidak melakukan wawancara
dokter menghentikan pembicaraan yang mendalam dengan dokter sebagai
telepon sebelum perawat mengakhiri pembanding dan konfirmasi.
laporan pasien sebanyak 67%. SIMPULAN
Memahami situasi ketika proses Lama bekerjadan etika
komunikasi akan dilakukan harus merupakan faktor yang paling
dipahami oleh perawat seperti mempengaruhi perawat dalam
menanyakan apakah dokter sibuk atau menerapkan komunikasi efektif di ruang
tidak sangat berperan dalam etika rawat inap RSUD AW.Sjahranie.
berkomunikasi. Penyampaian paduan
pikiran, perasaan seseorang pada orang UCAPAN TERIMAKASIH
lain dengan menggunakan satu sarana Terimakasih peneliti sampaikan
seperti telepon mempunyai hambatan kepada bapak direktur Poltekkes
fisiologis, psikologis, teknologi dan Kemenkes Kaltim, direktur RSUD AW.
budaya (Effendy,2002). Dengan Sjahranie Samarinda, ketua unit
demikian mengacu pada teori Effendy penelitian dan pengabdian masyarakat
proses pemutusan komunikasi yang Poltekkes Kemenkes Kaltim.
dilakukan dokter mungkin disebabkan Terimakasih juga disampaikan kepada
karena struktur laporan yang tidak ketua unit subkomite keselamatan
lengkap, tidak percaya diri dalam pasien dan kepala ruang rawat inap
menyampaikan laporan, signal telepon RSUD AW. Sjahranie yang banyak
yang tidak baik. memberikan bantuan dan informasi
Kelemahan penelitian ini adalah dalam pelaksanaan penelitian ini.
proporsi responden perawat laki-laki
DAFTAR PUSTAKA
dan perempuan tidak seimbang.
Meskipun dalam menetapkan sampel Aprilia S.(2011). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perawat dalam
penelitian peneliti sudah berupaya
penerapan IPSG di Instalasi Rawat
menyeimbangkan sampel berdasarkan inap RS Swasta X tahun 2011.
Skripsi.
jenis kelamin. Hal ini mempunyai
Dahlan,S (2012). Analisis Multivariat
pengaruh psikologis dalam Regresi Logistik, seri 9, Jakarta :
Epidemiologi Indonesia

16
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 1, Mei 2017 : 09-17

De Meester K, Verspuy M, Monsieurs PraktikKedokteran,Yogyakarta:


KG, and Van Bogaert P. (2013). Kanisius
SBAR Improves Nurse-Physician Rabol LI, Andersen ML, Ostergaard D,
Communication and Reduces Bjorn B, Lilja B, and Mogensen T.
Unexpected Death: APre and Post (2011).Descriptions of verball
Intervention Study. Resuscitation, Communication Errors between
84(9):1192-1196. Staff. An Analysis of 84 Root Cause
Dingley C, Daugherty K, Derieg MK, Analysi s-Reports from
Persing R (2010) Improving Patient DanishHospitals. British Medical
safety through provider Journal Quality& Safety.20(3): 268-
communication stategy 274.
enhancements. Siagian,S.P.(2009). Manajemen sumber
www.ahrg.gov/downloads/pub/adva daya manusia. Ed 1. Cet.17. Jakarta:
nces2/vol3advances-dingley_14.pdf Bumi Aksara.
diakes tanggal 23 oktober 2016 Tjia J, Mazor KM, Field T, Meterko V,
Effendy, OU. (2002). Hubungaan Spenard A, and Gurwitz
masyarakat suatu studi komunologis. JH.(2009).Nurse-Physician
PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Communication in the Long-Term
Flicek,CL. (2012). Communication: A Care Setting: Perceived Barriers and
Dynamic Between Nurses and Impact on Patient Safety. Journal of
Physicians, MEDSURG Nursing, Patient Safety.
November-Desember 2012. Vol 21 Word Health
no 6. Organization.(2007).Communication
KARS. (2013). Pelatihan Patient Safety During Patient Hand-Over. Patient
FK Unair. KARS. Surabaya. Tidak Safety Solution (Online).
dipublikasikan. http//www.who.int/patient
Nazri F, Juhairiah S, Arif M (2015). safety/solutions/patient safety/PS-
Implementasi komunikasi efektif Solution3.pdf
perawat-dokter dengan telepon di
ruang ICU rumah sakit Wava
Husada, Jurnal Kedokteran
Brawijaya, vol. 28, Suplemen no.2.
Ouslander JG, Lamb G, Tappen R, et al.
(2011). Interventions to Reduce
Hospitalizati ons from Nursing
Homes: Evaluation of the
INTERACT II Collaborative Quality
Improvement Project. Journal of the
AmericanGeriatrics Society.
Permanente, K. (2011). SBAR
Technique For Communication: A
Situational BriefingModel,
Evergreen, Colorado, USA,(online),
(http://www.ihi.org, diakses
12agustus 2016)
Raharjo. (2011). Membangun Budaya
KeselamatanPasien Dalam

17

You might also like