You are on page 1of 8

Analisis Perencanaan Pembagian Beban Dan Instalasi Listrik Pada

Hotel Golden Tulip Di Kota Pontianak

Edi Ridwan1), M. Iqbal Arsyad2), Abang Razikin3)


1,2,3)Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Email: ridwanedi77@gmail.com

ABSTRACT
One of building sector which is developing in Pontianak city is the raise of hotels in the center city. Hotel needs
large enough electric energy. It’s proved by the used of transformator capacity, till 1250 KVA and the use of
genset as big as 1000 KVA. This must be followed by a good and efficient electric distribution to get high
electric energy supply. The hotel building that become a research object in Pontianak city is located in Jl. Teuku
umar is Golden Tulip. It stand on 11 floors that consume big enough electric energy. This hotel has had a good
distribution system, effectif and efficient instalation such as balance dividing load, safe and standart electric
instalation, PUIL 2000 and professional electric system to minimize the waste of electric energy while
distribution because of the loses power. Based on accounting result, data analiz, dividing load and electric
instalation in hotel Golden Tulip Pontianak must be divided and categoried spread evenly between stand by load
and unstand by load to get the balance dividing load, otherwise on the measuring result in the basemant floor
until five floor, there is unbalance load that cause by the unspread evenly load categories to get the safe MCB
result, MCCB and grounding cabel is different with planning result. This is happened because 1 feeder pull for 3
different panel in basemant floor, 1 st floor and 2nd floor. Same cases with the 3rd floor panel, 4th floor and 5th
floor only need 1 feeder pull. Based on planning analize result for the effeciency distribution of electric power
can be done by 1 feeder pull directly to each panel / floor.

Keyword : Load dividing, electric instalation, PUIL 2000.

Salah satu sektor bangunan yang


1. PENDAHULUAN berkembang di kota Pontianak adalah
Energi listrik merupakan salah satu energi berdirinya hotel-hotel di pusat kota yaitu Hotel
yang sangat vital peranannya dalam kehidupan Golden tulip. Hotel ini terdiri atas 11 lantai
sehari-hari. Kenyataan ini memicu permintaan yang mengkonsumsi tenaga listrik cukup
akan energi listrik dari tahun ke tahun semakin besar. Itu dibuktikan dengan kapasitas trafo
meningkat, dengan semakin berkembangnya yang digunakan sebesar 1250 KVA, serta
sektor perumahan, hotel, mall, dan lain Genset yang berkapasitas sebesar 1000 KVA.
sebagainya. Dengan peningkatan tersebut Hotel Golden Tulip harus mempunyai sistem
maka harus diikuti dengan pendistribusian distribusi dan instalasi yang efektif dan efisien
energi listrik yang baik dan efisien supaya seperti pembagian beban yang seimbang,
dapat diperoleh energi listrik yang memiliki instalasi listrik yang aman dan sesuai standar,
kontinuitas suplai yang tinggi. Belakangan ini serta sistem kelistrikan yang handal, hal ini
sering kali terjadi kebakaran pada suatu dimaksudkan agar dapat mengurangi energi
bangunan baik rumah ataupun gedung-gedung listrik yang terbuang selama pendistribusian
lainnya yang penyebabnya diduga karena akibat rugi-rugi.
hubungan singkat atau secara umum karena
listrik pada gedung banyak ditemukan instalasi 2. URAIAN PENELITIAN
listrik yang mengabaikan peraturan umum A. Hubungan Bintang (Y, wye)
instalasi listrik (PUIL). Perencanaan sistem Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-
instalasi listrik pada suatu bangunan haruslah ujung tiap fasa dihubungkan menjadi satu dan
mengacu pada peraturan dan ketentuan yang menjadi titik netral atau titik bintang.
berlaku sesuai dengan PUIL 2000, standar Tegangan antara dua terminal dari tiga
nasional indonesia (SNI) dan undang-undang terminal a – b – c mempunyai besar magnitude
ketenagalistrikan 2002. dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan
tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan
Va, Vb dan Vc disebut tegangan “Fasa” atau
Vf. Dengan adanya saluran / titik netral maka
besaran tegangan fasa dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk
sistem tegangan 3 fasa yang seimbang dengan
magnitudenya.(Lumbanraja, 2008).
.

Gambar 3. Hubungan bintang dan segitiga yang


seimbang

Dari gambar diatas daya pada kedua jenis


hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada
kedua jenis hubungan adalah sama, yang
membedakan hanya pada tegangan kerja dan
arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada
kondisi beban yang seimbang.(Badaruddin,
Gambar 1. Hubungan Bintang 2012).

B. Hubungan Segitiga D. Daya Sistem 3 Fasa Pada Beban


Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) yang Tidak Seimbang
ketiga fasa saling dihubungkan sehingga Sifat terpenting dari pembebanan yang
membentuk hubungan segitiga 3 fasa dengan seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan adalah sama dengan nol, begitupula
tegangan saluran dihitung antar fasa, karena dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga
tegangan saluran dan tegangan fasa fasa juga sama dengan nol. Jika impedansi
mempunyai besar magnitude yang sama. beban dari ketiga fasa tidak sama, maka
Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak
dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat sama dengan nol dan beban dikatakan tidak
diperoleh dengan menggunakan hukum seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat
kirchoff.(Lumbanraja, 2008) saja terjadi karena hubung singkat atau hubung
terbuka pada beban.
Dalam sistem 3 fasa ada 2 jenis
ketidakseimbangan, yaitu:
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. Ketidakseimbangan pada sumber listrik
(sumber daya).
Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan
sangatlah rumit untuk mencari pemecahan
permasalahannya, oleh karena itu kami hanya
Gambar 2. Hubungan Segitiga akan membahas mengenai ketidakseimbangan
beban dengan sumber listrik yang seimbang.
C. Daya Sistem 3 Fasa Pada Beban
Yang Seimbang
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu
generator 3 fasa atau daya yang diserap oleh
beban 3 fasa, diperoleh dengan menjumlahkan
daya dari tiap-tiap fasa. Pada sistem yang
seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga
kali daya fasa, karena daya pada tiap-tiap
fasanya sama.
Gambar 4. Ketidakseimbangan beban pada sistem
3 fasa

Pada sistem tenaga listrik tiga fasa,


idealnya daya listrik yang dibangkitkan,
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya 3. Pengaman Akhir Sirkit Cabang
seimbang. Daya pembangkitan sama dengan Untuk menentukan rating pengaman akhir
daya pemakaian dan juga pada tegangan sirkit cabang yang digunakan sebagai
seimbang. Pada tegangan yang seimbang pengisolasi area ruangan atau jika ada
terdiri dari tegangan satu fasa yang gangguan adalah dihitung sebagai berikut: (M.
mempunyai magnitude dan frekuensi yang Basri, 2008).
sama, tetapi antara satu fasa dengan yang 𝐼𝑃𝐴 =(𝐼𝑁𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 250%) + 𝐼𝑁2+ 𝐼𝑁3
lainnya mempunyai beda fasa sebesar 1200 dan Dengan,
dapat dihubungkan secara bintang (Y) atau 𝐼𝑃𝐴 = Nilai rating maksimum pengan
delta (∆).(Badaruddin, 2012). arus lebih pada sirkit akhir
(ampere)
E. Rumus Tarikan Kabel dan 𝐼𝑁𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 =Nilai rating maksimum
Pengaman Arus Lebih pengaman arus lebih (ampere)
Untuk menentukan persamaan tarikan 𝐼𝑁2 dan 𝐼𝑁3 = Nilai-nilai rating pengaman lain
kabel dan pengaman arus lebih dapat dihitung yang lebih kecil daripada
dengan menggunakan rumus berikut 𝐼𝑁𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (ampere)
berdasarkan standar PUIL 2000, adalah
sebagai berikut ini: 4. Kabel Akhir Sirkit Cabang
1. Tarikan Kabel 𝐼𝑁 = (𝐼𝑃ℎ𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 125%)+𝐼𝑃ℎ2+𝐼𝑃ℎ3
Besar luas penampang kabel tembaga Dengan,
yang digunakan dalam instalasi tarikan kabel 𝐼𝑁 = Nilai kemampuan hantar arus
adalah mengacu pada cara hitung di PUIL kabel pada sirkit akhir (ampere)
2000. 𝐼𝑃ℎ𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = Nilai rating maksimum
𝑃
𝐼𝐾𝐻𝐴 = 125% ×( 𝑉𝐹𝐴𝑆𝐴 ) pengaman arus lebih (ampere)
𝐹𝑁
Dengan, 𝐼𝑃ℎ2 dan 𝐼𝑃ℎ3 = Nilai-nilai rating pengaman
𝐼𝐾𝐻𝐴 = Nilai nominal kemampuan hantar arus lain yang lebih kecil daripada
pengantar (ampere) 𝐼𝑃ℎ𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (ampere)
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴 = Daya beban yang melewati kabel
disalah satu fasa yang dihitung (watt) 5. Kabel Pentanahan
𝑉𝐹𝑁 = Tegangan salah satu fasa yang dihitung Besar luas penampang kabel pentanahan
ke netral (volt) yang digunakan sebagai pentanahan panel ini
dapat ditentukan dengan melihat besarnya
Dalam PUIL 2000, luas penampang kabel
kabel penghantar pada sirkit akhir yang
instalasi penerangan yang terpasang tidak
menjadi sisi incoming panel yaitu: (M. Basri,
boleh kurang dari 1,5 𝑚𝑚2 . Sedangkan untuk 2008).
beban instalasi stop kontak luas penampang 𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × 𝐴𝐹𝐸𝐸𝐷𝐸𝑅
kabelnya minimal berdiameter 2,5 𝑚𝑚2 . 𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × 10 𝑚𝑚2
Besarnya kabel dapat di lihat pada tabel PUIL,
dengan acuan nilai 𝐼𝐾𝐻𝐴 ini. (M. Basri, 2008).
F. Data Pengukuran
2. Pengaman Arus Lebih Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan
Untuk pengaman arus lebih beban secara langsung pada tanggal 4 juli 2015 pukul
instalasi dapat dihitung dengan rumusan 19.00 dan tanggal 7 juli 2015 pukul 14.00 di
berikut: (M. Basri, 2008). Hotel Golden Tulip. Data pengukuran yang di
𝑃
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250% × 𝑉𝐹𝐴𝑆𝐴 ambil tanggal 4 juli 2015 pukul 19.00 yaitu
𝐹𝑁
Dengan, pada lantai Basemant, lantai 1, lantai 2, lantai
𝐼𝑅𝐴𝑇 = Nilai rating pengaman arus lebih 4, dan lantai 5, karena beban rata-rata sudah
beban instalasi (ampere) menyala. Sedangkan tanggal 7 juli 2015 pukul
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴 = Daya beban yang melewati kabel 14.00 yaitu pada lantai 3 saja, itu dikarenakan
disalah satu fasa yang dihitung lantai 3 merupakan tempat manajement hotel
(watt) Golden Tulip.
𝑉𝐹𝑁 = Tegangan salah satu fasa yang Dari hasil pengukuran data dari lantai
dihitung ke netral (volt) basemant sampai lantai 5 total beban yang
didapat adalah sebesar 186,66 ampere. Ini
bukan merupakan beban puncak yang di ukur.
Dengan menggunakan alat ukur yaitu Tang  Langkah-langkah Analisa Perhitungan
Instalasi Listrik
Lantai Basemant  Dapatkan data perencanaan Instalasi
Fasa Arus (Ampere)
Listrik.
R 6,69
S 5,42
 Menghitung Tarikan Kabel.
T 2,66  Menghitung Pengaman Arus Lebih.
Lantai 1  Menghitung Kabel Akhir Sirkit Cabang.
Fasa Arus (Ampere)  Menghitung Kabel Pentanahan.
R 18,75  Analisa perhitungan dengan perencanaan
S 17,88 Instalasi hotel golden tulip.
T 6,84 Kemudian dari analisa tersebut dapat kita
Lantai 2 ketahui apakah pembagian beban seimbang
Fasa Arus (Ampere) atau tidak pada pengukuran pembebanan serta
R 19,22 hasil perhitungan dengan rumus Instalasi
S 9,12 listrik apakah sesuai standar SNI dan PUIL
T 11,3
2000.
Lantai 3
Fasa Arus (Ampere)
R 6,1
B. Diagram Alir Penelitian
S 12,6
T 4,6
Lantai 4
Fasa Arus (Ampere)
R 6,9
S 6,6
T 11,9
Lantai 5
Fasa Arus (Ampere)
R 15,22
S 9,88
T 14,98
ampere didapat data tabel sebagai berikut ini :

Tabel 1. Data Pengukuran

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian


3. METODELOGI PENELITIAN
A. Analisa Pembagian Beban
4. ANALISA PERHITUNGAN
 Langkah-langkah Analisa Pembagian PEMBAGIAN BEBAN DAN
Beban INSTALASI LISTRIK
 Dapatkan data perencanaan pembagian A. Obyek Rancangan
beban.
 Lakukan pengukuran beban langsung pada
hotel golden tulip.
 Lakukan perencanaa perhitungan beban
tiap fasa yaitu pada lantai basemant smpai
dengan lantai 5.
 Setelah hasil perencanaan perhitungan
apakah pembagian tiap fasa seimbang atau
tidak.
 Lakukan perbandingan beban perencanaan
dengan beban pengukuran langsung. Gambar 6. Rancangan Gedung Hotel
Golden Tulip
Gedung yang dimaksud berada dijalan Pada hasil pengukuran dan perencanaan
teuku umar pontianak, hotel golden tulip ini pembagian beban besar dari arus Fasa R, S,
terdiri dari 11 lantai dan memiliki 186 kamar. dan T tidak seimbang. Hal ini dikarenakan
Lantai Basemant berfungsi sebagai tempat tidak semua beban menyala pada waktu
parkir. Lantai 1 berfungsi sebagai tempat Cafe bersamaan. Pada Fasa R, Beban stop kontak
dan Reseptionis. Lantai 2 berfungsi sebagai lantai, IU/OU-B.1, IU/OU-B.3, Lp.TL Tipe
tempat meeting room. Lantai 3 berfungsi Balk/Battery, tidak semua menyala. Hal ini
sebagai office. Lantai 4 berfungsi sebagai yang menyebabkan nilai dari pengukuran
tempat kolam renang. Lantai 5 dan seterusnya hanya sebesar 6,69 A, berbeda dengan nilai
berfungsi sebagai kamar hotel. arus perencanaan sebesar 30 A. Itu
dikarenakan nilai arus perencanaan merupakan
B. Analisa Pembagian Beban nilai arus beban puncak.
Pada Fasa S, beban stop kontak,
Tabel 2. Perencanaan Lantai Basemant Pompa Greastraf, Pompa Sampit, Lp.Tangga
TL/ Battery, tidak semua menyala. Hal ini
yang menyebabkan nilai dari pengukuran
hanya sebesar 5,42 A, berbeda dengan nilai
arus perencanaan sebesar 15 A. Itu
dikarenakan nilai arus perencanaan merupakan
nilai arus beban puncak.
Pada Fasa T, beban stop kontak, stop
kontak lantai, Pompa Greastraf, Pompa
Sampit, Lp.TL Tipe Balk / Battery, tidak
semua menyala. Hal ini yang menyebabkan
nilai dari pengukuran hanya sebesar 2,66 A,
berbeda dengan nilai arus perencanaan sebesar
23 A. Itu dikarenakan nilai arus perencanaan
merupakan nilai arus beban puncak.
Jadi beban peralatan listrik yang selalu
menyala sebaiknya dibuat seimbang pada
setiap fasa R, S, dan T. Sama halnya dengan
beban peralatan listrik yang tidak selalu
menyala sebaiknya dibuat seimbang antara
fasa R, S, T.

C. Analisis Rancang Hitung Elektrikal


Analisis rancangan membahas mengenai
jenis ukuran Kabel, Pengaman Arus Lebih,
Pengaman Akhir Sirkit Cabang, Kabel Akhir
Sirkit Cabang, dan Kabel Pentanahan.
 Panel Lantai Basemant
Tabel 3. Hasil Pengukuran Lantai Basemant
1. Kabel Instalasi
Besar luas penampang kabel tembaga
FASA ARUS (Ampere) yang digunakan dalam instalasi tarikan ini
dapat ditentukan dengan mencari kemampuan
hantar arus kabel terlebih dahulu yaitu :
R 6,69
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴
𝐼𝐾𝐻𝐴 =125% ×( )
S 5,42 𝑉𝐹𝑁
1100
𝐼𝐾𝐻𝐴 =125% ×( 220 )
T 2,66
𝐼𝐾𝐻𝐴 = 6,25 ampere
Besar luas penampang dapat ditentukan Arus sebesar 72 ampere ini adalah hasil
dengan melihat tabel yang ada di dalam PUIL perhitungan dengan menggunakan rumus
2000. diatas, sedangkan dari data perencanaan
Di dalam PUIL 2000, juga ditentukan bahwa menggunakan MCCB sebesar 50 ampere. Jadi
luas penampang kabel beban instalasi hasil perhitungan menggunakan rumus sebesar
penerangan adalah tidak boleh kurang dari 1,5 72 ampere, seharusnya yang digunakan dalam
m𝑚2 dan untuk luas penampang kabel beban perencanaan pengaman sirkit akhir
instalasi stop kontak adalah minimal menggunakan MCCB sebesar 72 ampere.
berdiameter 2,5 m𝑚2 . Sehingga pada diagram
satu garis di fasa R dapat ditulis bahwa tarikan 4. Penghantar Sirkit Akhir
kabel adalah dengan kabel NYM 3 × 2,5 m𝑚2 . Besar luas penampang kabel tembaga
yang digunakan sebagai penghantar sirkit
2. Pengaman Arus Lebih akhir ini dapat ditentukan dengan mencari
Besar pengaman terhadap arus lebih yang kemampuan hantar arus kabel terlebih dahulu
rencana akan digunakan dalam tarikan kabel yaitu :
instalasi dengan beban AC ini, dapat
ditentukan dengan mencari arus nominalnya 𝐼𝑁 = (𝐼𝑃ℎ𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 125%)+𝐼𝑃ℎ2+𝐼𝑃ℎ3
terlebih dahulu yaitu : 5284 2666 4014
𝐼𝑁 = ( 220 × 125%) + 220
+ 220

𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250% ×
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴 𝐼𝑁 = 60 ampere
𝑉𝐹𝑁
1100
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250% × 220 Dengan kemampuan hantar arus sebesar
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 12,5 A 60 ampere tersebut, besar luas penampang
dapat ditentukan dengan melihat tabel yang
ada didalam PUIL 2000 dan brosur kabel
Arus sebesar 12,5 ampere ini adalah besar
metal sesuai standar SNI. Sehingga pada
rating arus untuk pengaman seperti MCB.
diagram satu garis dapat ditulis bahwa
Sehingga dengan melihat data perencanaan
penghantar sirkit akhir yang akan menjadi sisi
pada diagram satu garis dapat ditulis untuk
incoming panel adalah dengan kabel tembaga
tarikan pertama adalah sebesar 10 A. Tetapi
yaitu NYY 4 × 10 m𝑚2 . Pada tabel
dalam perhitungan menggunakan rumus diatas
perencanaan penghantar sirkit akhir
didapat sebesar 12,5 A, dalam menggunakan
menggunakan kabel tembaga NYY 4 × 240
MCB tidak terdapat MCB sebesar 12,5 A
namun sebesar 16 A. Jadi seharusnya m𝑚2 , itu dikarenakan sisi incoming panel
menggunakan MCB sebesar 16 A, bukan Basemant, panel lantai 1, dan panel lantai 2
sebesar 10 A. merupakan satu tarikan kabel.

3. Pengaman Sirkit Akhir 5. Kabel Pentanahan


Besar pengaman terhadap arus lebih yang Besar luas penampang kabel pentanahan
yang digunakan sebagai pentanahan panel ini
rencana akan digunakan dalam sirkit akhir di
dalam panel, dapat ditentukan dengan mencari dapat ditentukan dengan melihat besarnya
arus nominalnya terlebih dahulu yaitu : kabel penghantar pada sirkit akhir yang
menjadi sisi incoming panel yaitu :
𝐼𝑃𝐴 = (𝐼𝑁𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 250%) + 𝐼𝑁2 + 𝐼𝑁3
2600
𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × 𝐴𝐹𝐸𝐸𝐷𝐸𝑅
𝐼𝑃𝐴 = ( 220 × 250%)+ 𝐼𝑁2 + 𝐼𝑁3 𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × 10 m𝑚2
𝐼𝑁2 =
1100 1100 836 800 660 600
+ 220 + 220 + 220 + 220 + 220 + 𝐴𝐺𝑁𝐷 = 5 m𝑚2
220
414 400 400 400 324
220
+ 220 + 220 + 220 + 220 Besar luas penampang dapat cocok dan
286 252 250 250 250 216 lazim digunakan dapat ditentukan dengan
𝐼 𝑁3 = 220 + 220 + 220 + 220 + 220 + 220 +
melihat tabel yang ada di dalam PUIL 2000.
216 200 150 150 108
220
+ 220 + 220 + 220 + 220 Sehingga pada diagram satu garis dapat ditulis
𝐼𝑃𝐴 = 72 ampere bahwa kabel pentanahan yang akan menjadi
grounding dari panel adalah dengan kabel
grounding BC 6 m𝑚2 . Sedangkan pada tabel
perencanaan menggunakan kabel BC 70 m𝑚2 Feeder untuk 3 Panel. Sehingga kabel yang
dikarenakan ukuran kabel yang besar. Untuk digunakan, MCCB dan Kabel Grounding yang
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7. digunakan ukuran yang besar.
dibawah ini.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa
terhadap data-data dari penelitian Pada Hotel
Golden Tulip, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Dalam Pembagian Beban harus dibagi
dan dikelompokan secara merata antara
beban yang selalu digunakan atau standby
dengan beban yang digunakan tidak
standby seperti, lampu emergency dan
stop kontak yang terhubung ke fasa R, S,
dan T. Agar didapatkan pembagian beban
yang seimbang.
2. Dari data hasil pengukuran di Hotel
Golden Tulip Pontianak didapatkan data
pengukuran yang tidak seimbang pada
Lantai Basemant, Lantai 1, Lantai 2,
Lantai 3, Lantai 4, dan Lantai 5. Itu
disebabkan karena pengelompokan beban
yang tidak merata atau tepat, antara beban
yang digunakan standby dengan tidak
standby dalam tiap fasa.
3. Dari hasil perhitungan didapat hasil
perhitungan Pengaman Arus Lebih,
Pengaman Sirkit Akhir, Penghantar Sirkit
Gambar 7. Diagram Satu Garis Lantai Basemant Akhir, dan Kabel Pentanahan berbeda
dengan hasil Perencanaan. Itu
D. Analisa dikarenakan 1 tarikan Feeder untuk 3
Dari hasil analisa perhitungan pembagian panel yang berada pada Lantai Basemant,
beban dan instalasi listrik pada hotel golden Lantai 1, dan Lantai 2. Sama halnya
tulip di kota pontianak pengambilan data dengan Panel Lantai 3, Lantai 4, dan
langsung pada saat beban tidak penuh itu Lantai 5, cuma 1 tarikan Feeder. Khusus
disebabkan bangunan hotel yang baru untuk beban AC tidak dilakukan
beroperasi sehingga belum banyak beban yang perhitungan karena mempunyai panel
terpakai, serta pengambilan data yang hanya pembagian beban tersendiri.
lantai basemant sampai lantai 5 saja karena 4. Untuk Efesiensi penyaluran daya listrik
lantai 6 smpai lantai 11 belum selesai dapat dilakukan 1 tarikan Feeder langsung
dikerjakan. hasil pembagian beban yang tidak menuju per Panel / Lantai. Agar ketika
seimbang antar fasa R, S dan T pada lantai terjadi gangguan pada Lantai Basemant
basemant sampai lantai 5, itu dikarenakan tidak berakibat pada Lantai 1 dan Lantai
pada perencanaan pembagian beban dan 2. Begitu juga dengan lantai 3 ketika
pengelompokan beban tidak merata antar fasa terjadi gangguan tidak berakibat pada
seperti pengelompokan beban stop kontak, lantai 4 dan lantai 5.
lampu emergency.Untuk instalasi listrik hasil
perhitungan Tarikan Kabel, Pengaman Arus
Lebih, Pengaman Sirkit Akhir, Penghantar B. Saran
Sirkit Akhir dan Kabel Pentanahan berbeda Melalui tugas akhir ini penulis
dengan hasil perencanaan itu dikarenakan menyampaikan kepada pihak pengelola dalam
perencanaan merencanaakan 1 tarikan Kabel hal ini yaitu Hotel Golden Tulip Pontianak
disarankan agar seharusnya reseptionis atau
petugas hotel mengetahui pembagian beban Menyetujui,
fasa R, S dan T pada setiap kamar hotel untuk Pembimbing Utama,
menjaga keseimbangan beban.

REFERENSI
[1] Suswanto, Daman. 2009. “Sistem
Distribusi Tenaga Listrik”,Universitas Dr. Ir. H. M. Iqbal Arsyad, MT.
Negeri Padang. NIP. 19660907 199203 1 002
[2] Suryadi, Roni. 2012. Penyediaan Daya
Generator Set Serta Kualitas
Penyaluran Energi Listrik Di Restaurant
Mc. Donald’s Tasikmalaya.Universitas Pembimbing Pembantu,
Siliwangi Tasikmalaya.
[3] Sirait, Bonar.2012. Sistem Distribus.
Universitas Tanjungpura Pontianak.
[4] Suharno, Dedi. 2003. Teori Rangkaian
Listrik, Polban. Ir. Abang Razikin, MT.
[5] M. Basri, Hasan. 2008. Rancangan NIP. 19550125 198303 1 003
Bangun Diagram Satu Garis Rencana
Sistem Distribusi Tenaga Listrik Di
Gedung Bertingkat. Universitas
Indonesia.
[6] Lumbanraja, Hotdes. 2008. Pengaruh
Beban Tidak Seimbang Terhadap
Efesiensi Transformator Tiga Fasa
Hubungan Open – Delta.
[7] Persyaratan Umum Instalasi Listrik
(PUIL), Yayasan PUIL 2000.
[8] Badaruddin. 2012. Pengaruh
Ketidakseimbangan Beban Terhadap
Arus Netral dan Losses Pada Trafo
Distribusi Proyek Rusunami Gading
Icon. Universitas Mercu Buana.
[9] Ismansyah. 2009. Perancangan Instalasi
Listrik Pada Rumah dengan Daya
Listrik Besar. Universitas Indonesia.
Depok.

BIOGRAFI

Edi Ridwan, lahir di


Sambas (Kab. Sambas),
Kalimantan Barat,
Indonesia, pada tanggal
16 April 1989.
Memperoleh gelar
Sarjana dari Program
Studi Teknik Elektro
Universitas Tanjungpura, Pontianak,
Indonesia, 2015.

You might also like