Professional Documents
Culture Documents
Analisis Partisipasi Lansia PDF
Analisis Partisipasi Lansia PDF
ABSTRACT
Background: At the time of the elderly, people suffered various setbacks that affect the function and the
body's capabilities because it is caused by changes in anatomical, physiological, and biochemical in the
body. The government's efforts to provide health care facilities for the elderly is to hold health development
activities. However, the participation of the elderly in these activities is still low.
Method: This research is use an observational study with cross sectional design. The analysis using chi-
square test and multiple logistic regression. The samples were taken by purposive sampling with 96
respondents.
Result: The results of chi-square test showed that age (p=0.011), sex (p=0.035), occupation (p=0.000),
attitude (p=0.001), needs (p=0.000), and family support (p=0.000) have an influence on the participation of
the elderly in health development activities. Meanwhile, education (p=0.075), knowledge (p=0.092), distance
(p=0.596), and the role of cadres (p=0.461) did not have an influence on the participation of the elderly in
health development activities. Based on multiple logistic regression, the most dominant variable affecting the
participation of the elderly is a job, attitude, and needs.
Conclusion: The participation of the elderly in health development activities is influenced by age, gender,
occupation, attitudes, needs, and family support. We expect that the parties concerned to be able to take
measures to increase the participation of the elderly in health development activities, such as through the
promotion and health education about the benefits of health elderly development activities.
Keywords: participatio, elderly, health development activities
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada masa lanjut usia manusia mengalami berbagai kemunduran yang mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh karena disebabkan oleh perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada
tubuh. Upaya pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan bagi lansia adalah dengan mengadakan kegiatan
pembinaan kesehatan. Akan tetapi, partisipasi lansia dalam kegiatan tersebut masih rendah.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi observational dengan desain Cross Sectional. Analisis
menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda. Sampel ditarik secara purposive sampling dengan
jumlah 96 responden.
Hasil Penelitian: Hasil uji chi-square menunjukkan umur (p=0,011), jenis kelamin (p=0,035), pekerjaan
(p=0,000), sikap (p=0,001), kebutuhan (p=0,000), dan dukungan keluarga (p=0,000) mempunyai pengaruh
terhadap partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Sedangkan, pendidikan (p=0,075),
pengetahuan (p=0,092), jarak tempuh (p=0,596), dan peran kader (p=0,461) tidak mempunyai pengaruh
terhadap partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Berdasarkan uji regresi logistik ganda,
variabel yang paling dominan mempengaruhi partisipasi lansia adalah pekerjaan, sikap, dan kebutuhan.
Kesimpulan: Partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pekerjaan, sikap, kebutuhan, dan dukungan keluarga. Diharapkan kepada pihak terkait agar dapat melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan antara lain
melalui promosi dan penyuluhan kesehatan tentang manfaat kegiatan pembinaan kesehatan lansia.
Kata Kunci: partisipasi, lansia, kegiatan pembinaan kesehatan
PENDAHULUAN
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tabel 1.
Gambaran Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia, Faktor
Internal, dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhinya
Variabel Dependen
Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan
Kesehatan
Tidak Berpartisipasi 53 55,2%
Berpartisipasi 43 44,8%
Variabel Independen
Faktor Internal Partisipasi
Umur Responden
Pra Lansia (45-59 tahun) 55 57,3%
Lansia (>60 tahun) 41 42,7%
Jenis Kelamin Responden
Laki-laki 32 33,3%
Perempuan 64 66,7%
Pendidikan Terakhir
rendah ( SMP) 61 63,5%
35 36,5%
tinggi (> SMP)
Pekerjaan
Bekerja 49 51%
Tidak Bekerja 47 49%
Pengetahuan Responden tentang Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Kurang 50 52,1%
Baik 46 47,9%
Variabel Independen
Faktor Internal Partisipasi
Sikap Responden terhadap Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
1. Negatif 53 55,2%
2. Positif 43 44,8%
Kebutuhan Responden akan Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Tidak membutuhkan 36 37,5%
Membutuhkan 60 62,5%
Faktor Eksternal Partisipasi
Jarak Tempuh ke Pos Pembinaan Kesehatan
Lansia
Dekat 94 97,9%
Jauh 2 2,1%
Peran Kader
Tidak aktif 52 54,2%
Aktif 44 45,8%
Dukungan Keluarga terhadap Lansia dalam
Mengikuti Kegiatan Pembinaan Kesehatan
Lansia
Tidak ada dukungan 32 33,3%
Ada dukungan 64 66,7%
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat tahun) yaitu sebesar 57,3% (55 orang
bahwa responden yang berpartisipasi dalam responden). 64 orang (66,7%) responden
kegiatan pembinaan kesehatan lansia dalam penelitian ini berjenis kelamin
berjumlah 43 orang dari 96 orang responden perempuan. 61 orang responden (63,5%)
atau sebesar 44,8%. Pada penelitian ini, dalam penelitian ini diantaranya
frekuensi kelompok umur responden yang berpendidikan rendah. Sebanyak 46 orang
berusia 45-59 tahun (pra lansia) lebih tinggi responden (47,9%) memiliki pemahaman
dibandingkan dengan kelompok lansia ( > 60 yang baik mengenai kegiatan pembinaan
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tabel 2.
Hasil Tabulasi Silang Faktor Internal dan Faktor Eksternal Partisipasi dengan
Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia
Partisipasi
Faktor-faktor Tidak PR (95%CI) P
Berpartisipasi
Berpartisipasi
Faktor Internal
Umur Responden
Pra Lansia (45-59 tahun) 37 69,8% 18 41,9% 1,67 (1,12-2,47) 0,011
Lansia (>60 tahun) 16 30,2% 25 58,1%
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 43,4% 9 20,9% 2,07 (1,08-4) 0,035
Perempuan 30 56,6% 34 79,1%
Pendidikan Terakhir
Rendah (< SMP) 29 54,7% 32 74,4% 0,73 (0,54-1) 0,075
Tinggi (> SMP) 24 45,3% 11 25,6%
Pekerjaan
Bekerja 44 83% 5 11,6% 7,14 (3,1-16,42) 0,000
Tidak Bekerja 9 17% 38 88,4%
Pengetahuan Responden tentang
Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia
Baik 23 43,4% 27 62,85% 0,69 (0,47-1,02) 0,092
Kurang 30 56,6% 16 37,2%
Sikap Responden terhadap Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Negatif 38 71,7% 15 34,9% 2,06 (1,32-3,2) 0,001
Positif 15 28,3% 28 65,1%
Kebutuhan Responden akan Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Tidak membutuhkan 34 64,2% 2 4,7% 13,79 (3,51- 0,000
Membutuhkan 19 35,8% 41 95,3% 54,18)
Faktor Eksternal
Jarak Tempuh
Dekat 51 96,2% 43 100% 0,96 (0,91-1,02) 0,569
Jauh 2 3,8% 0 0%
Peran Kader
Tidak aktif 31 58,5% 21 48,8%
1,2 (0,82-1,75) 0,461
Aktif 22 41,5% 22 51,2%
Dukungan Keluarga
Tidak ada dukungan 28 52,8% 4 9,3% 5,86 (2,16-14,94) 0,000
Ada dukungan 25 47,2% 39 90,7%
Data Primer, 2015
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tabel 3.
Hasil Regresi Logistik dengan Metode Backward
spesialis. Sebanyak 79 orang (82,3%) perempuan dengan jumlah 79,1% (34 orang).
responden menyatakan bahwa kader tidak Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
pernah menjelaskan manfaat kegiatan yang dilakukan oleh Harianto (2004) dalam
pembinaan kesehatan lansia. Kader juga Ningsih, dkk. (2014) yang menyatakan
jarang melakukan sweeping ke rumah warga perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap
untuk mengetahui keadaan kesehatan lansia penggunaan pelayanan kesehatan termasuk
yang menyebabkan mereka tidak kegiatan pembinaan kesehatan lansia.5
berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan Peneliti berasumsi bahwa perempuan
kesehatan. lebih rentan terhadap berbagai macam
penyakit dibandingkan laki-laki, dan
Umur perempuan lebih banyak berkonsultasi dengan
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil petugas kesehatan untuk memeriksakan
penelitian Purnawati (2014) yang menyatakan fisiknya karena perempuan lebih sensitif
bahwa umur merupakan faktor yang terhadap perasaan sakit. Perempuan
mempengaruhi kunjungan lansia dalam cenderung lebih rajin untuk mengikuti
kegiatan posyandu di Desa Plumbon, kegiatan pembinaan kesehatan, sebaliknya
Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.8 Peneliti lansia laki-laki cenderung lebih malas
berasumsi bahwa bertambahnya umur lansia mengikuti berbagai kegiatan pembinaan
akan semakin meningkatkan kesehatan.
ketergantungannya kepada kaum yang lebih Menurut Meijer (2009) dalam Ningsih,
muda. Hal ini disebabkan secara alami lansia dkk. (2014), perempuan lebih mudah
mengalami perubahan fisik, mental, ekonomi, menerima saran dan nasihat dari petugas
dan psikososial, sehingga menyebabkan lansia kesehatan, hal inilah yang menyebabkan
memerlukan pelayanan kesehatan seperti perempuan lebih mudah mengatasi berbagai
kegiatan pembinaan kesehatan lansia. masalah kesehatannya, sehingga dapat
Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata meningkatkan kualitas hidupnya dengan salah
umur responden yang berpartisipasi dalam satu cara yaitu mengunjungi dan
kegiatan pembinaan kesehatan adalah 59 memanfaatkan posyandu lansia untuk
tahun, usia yang hampir mendekati lansia (pra memeriksakan kesehatannya.5
lansia). Para responden kelompok umur pra
lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya Pendidikan
Kabupaten OKU merasa bahwa mereka belum Berdasarkan Tabel 2, responden yang
memerlukan kegiatan pembinaan kesehatan tidak berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan
lansia karena merasa masih sehat dan kesehatan lansia sebagian besar berpendidikan
produktif, padahal usia pra lansia merupakan rendah yakni sebanyak 29 orang responden
salah satu sasaran langsung dari kegiatan (45,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
pembinaan kesehatan lansia. Ada hasil penelitian dari Henniwati (2008),
kecenderungan, semakin tua umur seseorang Rosyid, dkk., (2009), dan Manunde, dkk.,
semakin sering mereka mengalami sakit (2013) yang menyatakan tidak adanya
sehingga semakin sering pula mereka hubungan yang bermakna antara pendidikan
memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk dengan partisipasi lansia dalam kegiatan
kegiatan pembinaan kesehatan lansia. pembinaan kesehatan.9,10,11
Menurut Hadrywinoto (2007) dalam
Jenis Kelamin Henniwati (2008), biasanya semakin tinggi
Berdasarkan Tabel 2, yang paling tingkat pendidikan seseorang akan pula
sering berpartisipasi dalam kegiatan meningkatkan pengetahuan dan informasi
pembinaan kesehatan lansia adalah responden yang didapat, sehingga tuntutan dan
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
kebutuhan akan pelayanan kesehatan menjadi dibandingkan dengan responden yang tidak
meningkat. Sebaliknya, seseorang dengan bekerja.10
pendidikan yang rendah akan mengakibatkan
mereka sulit untuk menerima penyuluhan atau Pengetahuan
informasi tentang kesehatan termasuk tentang Hasil penelitian ini sesuai dengan
manfaat kegiatan pembinaan kesehatan penelitian yang dilakukan oleh Yuniati (2012)
lansia.9 dan Dewi, dkk. (2013) tentang faktor-faktor
Peneliti berasumsi tidak adanya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke
pengaruh pendidikan dalam penelitian ini posyandu lansia yang menyatakan bahwa
disebabkan karena sebagian responden yang pengetahuan tidak berpengaruh secara
berpendidikan rendah memiliki pemahaman signifikan terhadap kunjungan lansia ke
yang cukup tentang kegiatan pembinaan posyandu lansia.13,14
kesehatan lansia. Pendidikan pada dasarnya Menurut Notoatmodjo (1993) dalam
tidak hanya dapat diperoleh dari bangku Rosyid, dkk. (2009), pengetahuan didapatkan
sekolah (formal), tetapi juga dari lingkungan setelah seseorang melakukan penginderaan
keluarga, pengalaman, masyarakat, dan dari terhadap suatu objek tertentu melalui panca
media lainnya. inderanya. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Pekerjaan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
Berdasarkan Tabel 2, responden yang yang sangat penting untuk terbentuknya
paling sering tidak berpartisipasi dalam tindakan seseorang (ovent behaviour).10
kegiatan pembinaan kesehatan lansia berasal Peneliti berasumsi tidak adanya hubungan
dari kelompok responden yang bekerja yakni yang bermakna antara variabel pengetahuan
sebesar 44 orang (83%). Hasil penelitian dan partisipasi lansia dalam kegiatan
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh pembinaan kesehatan, disebabkan karena
Andersen (1975) dalam Priyoto (2014) yang tingkat pengetahuan seseorang tidak selalu
menyatakan bahwa pekerjaan merupakan mendorong perilakunya, artinya responden
faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi yang berpengetahuan baik tentang kegiatan
seseorang dalam memanfaatkan pelayanan pembinaan kesehatan lansia belum tentu mau
kesehatan.12 Peneliti mengasumsikan keadaan berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan
fisik yang melemah pada lansia kesehatan lansia, karena dipengaruhi juga oleh
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi berbagai faktor lain seperti sikap, informasi
dari sistem-sistem tubuh yang menyebabkan yang diperoleh, pengalaman, dan sosial
lansia tidak mampu untuk melakukan ekonomi.
pekerjaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sikap
penelitian Rosyid, dkk. (2009) yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
menyatakan bahwa pekerjaan merupakan penelitian yang dilakukan oleh Yuniati
faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia (2012), Mengko, dkk. (2015), dan Muzakkir
ke pos pembinaan kesehatan lansia dimana (2012) yang menyatakan bahwa sikap
lansia yang tidak bekerja lebih baik dalam berpengaruh secara signifikan terhadap
memanfaatkan kegiatan pembinaan kesehatan partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan
lansia. Responden yang bekerja akan lebih kesehatan.13,15,16 Peneliti berasumsi bahwa
sibuk sehingga mempunyai waktu yang responden bersikap negatif terhadap kegiatan
sedikit untuk menyempatkan hadir dalam pembinaan kesehatan lansia karena mereka
kegiatan pembinaan kesehatan lansia menganggap kegiatan tersebut tidak terlalu
penting dikarenakan sebagian besar responden
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
pembinaan kesehatan lansia belum memasuki dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia,
masa lansia (pra lansia), sehingga merasa apabila pada saat terjadi keluhan sakit
belum membutuhkan kegiatan pembinaan bertepatan dengan jadwal kegiatan pembinaan
kesehatan lansia. Sebagian responden kesehatan lansia.
menyatakan lebih senang berobat ke fasilitas Peneliti berasumsi bahwa alasan utama
kesehatan yang lain dan tidak terlalu percaya responden memilih berobat ke pos pembinaan
dengan pemeriksaan kesehatan yang kesehatan lansia adalah karena mudah
dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan di dijangkau/dekat dengan tempat tinggal
pos pembinaan kesehatan lansia. mereka. Sebagian lain yang menyatakan
Menurut Notoatmojo (2007) dalam bahwa mereka lebih senang berobat di
Yuniati (2012), lansia yang mempunyai sikap fasilitas kesehatan lain karena sudah
positif terhadap kegiatan pembinaan mempunyai asuransi kesehatan. Sebanyak
kesehatan lansia cenderung lebih aktif 50% responden menyatakan membutuhkan
berkunjung ke pos pembinaan kesehatan.13 kegiatan pembinaan kesehatan lansia untuk
Sikap seseorang biasanya dipengaruhi oleh melakukan pemeriksaan kesehatan secara
pendidikan dan pengetahuan. Ada beberapa berkala.
faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap seseorang antara lain pengalaman Jarak Tempuh
pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan Hasil penelitian ini didukung oleh
pengaruh kebudayaan. Apabila individu hasil penelitian Dewi, dkk. (2013) mengenai
dalam mengekspresikan sikapnya tidak faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan
mendapat tekanan atau hambatan yang lansia ke posyandu lansia, dimana tidak
mengganggu, maka akan menghasilkan terdapat hubungan yang bermakna bermakna
bentuk perilaku yang sebenarnya, dalam hal antara jarak dengan partisipasi lansia dalam
ini adalah partisipasi lansia dalam kegiatan kegiatan pembinaan kesehatan.14 Dalam
pembinaan kesehatan. penelitian ini, didapatkan jarak tempuh rata-
rata responden adalah 351 meter yang
Kebutuhan termasuk dalam kategori jarak dekat. 38 orang
Hasil penelitian menunjukkan dari 43 responden menyatakan bahwa jarak menjadi
orang responden yang berpartisipasi dalam hambatan mereka dalam berpartisipasi pada
kegiatan pembinaan kesehatan lansia, yang kegiatan pembinaan kesehatan. Alasan
menyatakan membutuhkan kegiatan utamanya karena tidak ada yang mengantar ke
berjumlah 41 orang (95,3%). Hasil penelitian pos pembinaan kesehatan lansia. Sebesar
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan 72,9% responden menuju pos pembinaan
oleh Handayani (2012) yang menyatakan kesehatan lansia dengan berjalanan kaki.
bahwa ada hubungan yang bermakna antara Berdasarkan hasil penelitian
kebutuhan dengan pemanfaatan posbindu Aryantiningsih (2014) tentang faktor-faktor
lansia di Kecamatan Ciomas, Kabupaten yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu
Bogor.17 lansia di Kota Pekanbaru diketahui bahwa
Menurut Andersen (1975) dalam responden yang jarak tempat tinggalnya dekat
Priyoto (2014), apabila predisposing factors dengan posyandu lansia berpeluang 2,13 kali
dan enabling factors sudah ada, maka lipat untuk memanfaatkan posyandu lansia
kebutuhan merupakan dasar dan stimulus dibandingkan dengan responden yang tempat
langsung dari seseorang untuk memanfaatkan tinggalnya jauh.18 Akan tetapi, pendapat
pelayanan kesehatan.12 Sebanyak 44,8% tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian
responden menyatakan bahwa mereka akan ini, responden yang tidak berpartisipasi dalam
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
kegiatan pembinaan kesehatan lebih banyak partisipasi lansia diantaranya masih rendahnya
berasal dari kelompok responden yang tempat dukungan keluarga, kesibukan para lansia,
tinggalnya berjarak dekat dengan pos sikap lansia terhadap kegiatan pembinaan
pembinaan kesehatan lansia. Peneliti kesehatan, dan budaya yang dianut
berasumsi bahwa tidak adanya hubungan diantaranya masih menganggap bahwa
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa kunjungan ke pos pembinaan kesehatan lansia
faktor lain seperti, sikap, pekerjaan, maupun hanya diperlukan bila sudah sakit atau sudah
dukungan keluarga. renta, dan terkadang menganggap bahwa
kondisi sakit sangat wajar dialami oleh lansia.
Peran Kader
Menurut Wiyono (2000), pelayanan Dukungan Keluarga
kader yang baik dapat mempengaruhi Menurut Akhmadi (2009) dalam
keaktifan kunjungan lansia ke pos pembinaan Pratiwi, dkk. (2014), upaya mendorong minat
kesehatan lansia. Interaksi yang baik dengan atau kesediaan lansia untuk berpartisipasi
cara saling menghargai, menghormati, dalam kegiatan pembinaan kesehatan, sangat
responsif, dan memberikan perhatian dapat diperlukan dukungan keluarga. Keluarga
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dapat berperan sebagai motivator kuat bagi
dari lansia terhadap kader. Apabila hubungan lansia jika sedang malas datang ke pos
kader dan lansia baik, maka kegiatan pembinaan kesehatan, selalu menyediakan diri
pembinaan kesehatan dapat berlangsung lebih untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
efektif. Sebaliknya, lansia yang diperlakukan posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
kurang baik cenderung untuk mengabaikan jadwal posyandu, dan berusaha membantu
saran dan nasihat kader atau tidak akan mau mengatasi segala permasalahan bersama
lagi datang dalam kegiatan pembinaan lansia.20
kesehatan lansia.19 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 dari 43 orang responden yang berpartisipasi
orang responden yang berpartisipasi dalam dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia,
kegiatan pembinaan kesehatan yang sebanyak 39 orang responden (90,7%)
menyatakan kader berperan aktif adalah mengaku mendapat dukungan dari anggota
sebesar 51,2% tidak jauh berbeda proporsinya keluarga untuk berpartisipasi dalam kegiatan
dengan responden yang berpartisipasi tetapi pembinaan kesehatan. Hasil penelitian ini
menyatakan kader tidak berperan aktif yakni sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sebesar 48,8%. Kurniati (2014) mengenai faktor-faktor yang
Penelitian ini didukung oleh hasil mempengaruhi rendahnya pemanfaatan
penelitian yang dilakukan oleh Yuniati (2012) posyandu lanjut usia (lansia) di Desa
mengenai pemanfaatan posyandu lansia yang Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten
mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh Banyumas, yang menyatakan bahwa adanya
yang signifikan antara peran kader dengan pengaruh yang signifikan antara dukungan
pemanfaatan posyandu oleh lansia.13 Peneliti keluarga dengan pemanfaatan posyandu
berasumsi bahwa tidak terdapatnya hubungan lansia.21
yang bermakna antara peran kader dengan Berdasarkan hasil wawancara kuesioner
partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan diketahui bahwa dukungan paling banyak
kesehatan dimungkinkan karena meskipun berasal dari anak/menantu yakni sebesar
peran kader merupakan salah satu faktor 32,3%. Bentuk dukungan yang paling sering
eksternal yang diduga mempengaruhi diberikan oleh anggota keluarga adalah
partisipasi lansia, namun terdapat faktor lain mendorong dan memotivasi untuk hadir
yang masih sangat mempengaruhi tingkat dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat