Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Schizophrenia is a chronic mental illness that affects the brain and cause impaired thinking, perceptions,
emotions, movement and strange behavior. The problem is getting higher Schizophrenia is characterized by
positive symptoms and negative. And of the symptoms of schizophrenia are often encountered are
hallucinations. Hallucination is a state of a person experiencing a change in the pattern and amount of
stimulation initiated internally or externally to any stimulation. Treatment for hallucinations take a long time. In
general, patient behavior is difficult to be directed hallucinations. They tend to be inexpensive bored and lazy to
do taking medication is the degree to which patients follow the advice of the treating physician. Quasi
Experiment study design pre-post test. Total population in this study 323 patients were identified based on the
estimate (approximate) so that the number of samples of 20 patients with 10% droop out so that the sample to
18 patients and a total sample of 18 patients. The results using Paired T-Test (Test T dependent) that shows
health education adherence to changing client hallucinations in schizophrenia symptoms (0.009) .This means
that there is an influence of health education adherence to changing client hallucinations in schizophrenia
symptoms. The study recommends to the Regional Mental Hospital nurse Prof.Dr.MuhammadIldremProvsu
Medan to provide health education to patients or families of patients.
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronis yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan
pikiran,persepsi,emosi,gerakan dan perilaku yang aneh. Masalah Skizofrenia sudah semakin tinggi ditandai
dengan gejala-gejala positif maupun negatif. Dan dari gejala skizofrenia yang sering dijumpai adalah Halusinasi.
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan jumlah stimulasi yang
diprakarsai secara internal atau eksternal terhadap setiap stimulasi.. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 12
Februari sampai dengan tanggal 18 Juli 2015. Tujuan Umum dilakukan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien
skizofrenia. Dan Tujuan Khusus penelitiannya untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat sebelum
pemberian pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien
skizofrenia. Desain penelitian Quasi Experimen pre-post test. Jumlah populasi dalam penelitian ini 323 pasien
ditentukan berdasarkan estimasi(perkiraan) sehingga jumlah sampel 20 pasien dengan droop out 10% sehingga
sampelnya menjadi 18 pasien dan total sampel 18 pasien. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Paired T-
Test (uji T dependen) yang menunjukkan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan
gejala halusinasi pada klien skizofrenia (0,009).Hal ini berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan
minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. Penelitian ini merekomendasikan
kepada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga dari pasien.
1
Skizofrenia
Pendahuluan
Kesehatan Jiwa merupakan keadaan diri delusi dan halusinasi. Perubahan dalam
yang mampu bertanggung jawab, adanya perasaan ambivalen, perasaan konstriksi
kesadaran diri, tidak kuatir dengan apapun, atau tidak sesuai dan hilangnya empati
dapat mengatasi ketegangan sehari-hari, kepada orang lain yang berupa menarik
diterima dalam suatu kelompok serta diri, regresif atau aneh (Shander, 1994
berfungsi dengan baik dimasyarakat yang dalam Dongoes, 2007) dan Rhoads (2011)
pada umumnya puas dengan kehidupannya juga mengatakan bahwa skizofrenia
(Shivers, 2012). merupakan penyakit kronis, parah dan
melumpuhkan, gangguan otak yang
Menurut data yang didapat oleh WHO ditandai dengan pikiran kacau, waham,
(2009) diperkirakan 450 juta orang halusinasi dan perilaku aneh atau
diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa, katatonik.
sekitar 10% orang dewasa akan mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk Prevalensi skizofrenia yang cukup tinggi
diperkirakan akan mengalami gangguan bukan hanya didunia dan perilaku yang
jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. muncul pada klien skizofrenia antara lain:
Gangguan jiwa mencapai 13% dari motivasi kurang sebesar 81% isolasi sosial
penyakit secara keseluruhan dan sebesar 72% , perilaku makan dan tidur
kemungkinan akan berkembang menjadi yang buruk sebesar 72%, sukar
25% ditahun 2030.Gangguan jiwa tersebut menyelesaikan tugas sebesar 72%, sukar
berhubungan dengan bunuh diri setiap mengatur keuangan sebesar 72%,
tahunnya akibat gangguan jiwa, hingga penampilan yang tidak rapi/bersih 64%
sekarang penanganan penderita gangguan lupa melakukan sesuatu sebesar 64%
jiwa belum memuaskan sehingga terjadi kurang perhatian pada orang lain sebesar
peningkatan seperti yang terlihat diatas, 56% sering bertengkar sebesar 47% bicara
sesuai dari data yang telah dipaparkan pada diri sendiri 41% tidak teratur minum
bahwa gangguan jiwa berat yang obat sebesar 40% (Pardede, Keliat, &
mempunyai prevalensi paling tinggi adalah Wardani, 2013).
skizofrenia.
Berdasarkan simptom dan paparan di atas
Skizofrenia menggambarkan suatu kondisi menunjukkan bahwa pada skizofrenia
psikotik yang kadang-kadang ditandai banyak ditemukan masalah-masalah
dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, keperawatan diantaranya waham,
sosial, afek tumpul, dan alogia yang dapat halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan
mengalami gangguan dalam pikiran, harga diri rendah (Keliat, 2006). Masalah
persepsi dan perilaku yang skizofrenia sudah semakin tinggi sesuai
dimenifestasikan pada gangguan bentuk dengan prevalensi yang telah disebutkan
konsep yang sewaktu-waktu dapat diatas baik didunia maupun di Indonesia,
mengarah ke salah mengartikan kenyataan, sehingga perawat juga ikut adil dalam
merawat pasien skizofrenia berdasarkan
2
asuhan keperawatan yang sudah mengalami kekambuhan/ relaps yang
ditetapkan, klien skizofrenia 70% mencakup factor penyakit yang
mengalami halusinasi (Stuart, 2009) . Hal mempengaruhi ketidak patuhan minum
ini juga didukung oleh fontaine (2009) obat sebanyak 81 orang (81,2%) tidak
menyatakan halusinasi dengar merupakan patuh, faktor regimen terapi yang
gejala skizofrenia yang paling sering mempengaruhi ketidak patuhan minum
dijumpai yang mencakup 50% - 80% dari obat sebanyak 73 orang (73,7%) tidak
keseluruhan halusinasi. patuh, dan faktor interaksi klien dengan
professional kesehatan yang
Halusinasi merupakan keadaan seseorang memepengaruhi ketidak patuhan minum
mengalami perubahan dalam pola dan obat sebanyak 58 orang (58,6%) tidak
jumlah stimulasi yang diprakarsai secara patuh. Kesimpulannya bahwa tingginya
internal atau eksternal disekitar dengan angka ketidak patuhan minum obat pasien
pengurangan berlebihan, distorsi, atau skizofrenia akan mengalami kekambuhan
kelainan berespon terhadap setiap dan harus dirawat kembali di rumah sakit
stimulasi (Townsend, 2009) dan halusinasi untuk mendapatkan pengobatan ataupun
juga merupakan perubahan dalam jumlah perawatan.
dan pola dari stimulasi yang diterima dan
disertai dengan penurunan berlebihan Kekambuhan sebagai akibat dari regimen
distorsi atau kerusakan respon beberapa teraupetik tidak efektif dapat lebih parah
stimulasi (NANDA, 2009). Halusinasi dan bahaya dari pada klien gangguan
juga merupakan persepsi yang salah atau awitan awal (Weiden, 2007 dalam
palsu tetapi tidak ada rangsangan yang wardani, 2009)dan banyak alasan
menimbulkannya (tidak ada objeknya). pengobatan antara lain: (1) Kesulitan
Halusinasi muncul sebagai suatu proses mengingat kapan dan apakah obat sudah
panjang yang berkaitan dengan diminum. (2) Kesulitan memenuhi jadwal
kepribadian seseorang.Karena rutin minum obat.(3) Memutuskan untuk
itu,halusinasi dipengaruhi oleh mengurangi dosis obat tanpa anjuran dari
pengalaman psikologis seseorang dokter. (4) Menghentikan pengobatan
(Baihalqi, 2007).Kebanyakan klien yang karena merasa pengobatan sudah tidak
mengalami halusinasi sering tidak patuh diperlukan. Kegagalan dalam minum obat
dengan terapi minum obat secara teratur sesuai program adalah alasan paling sering
sehingga dapatmemicu terjadinya dalam kekambuhan sehingga kembalilagi
kekambuhan pada klien itu sendiri. masuk kerumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan maupun perawatan.
Kekambuhan merupakan keadaan penyakit
setelah berada pada periode pemulihan Oleh sebab itu, berdasarkan pendekatan
yang disebabkan 3 faktor yaitu: aspek psikososial, dalam pemberian treatment,
obat, aspek klien, aspek keluarga terapi media atau biologis tidak dapat
(Wardani, Hamdani dan Wiarsih, 2009) berdiri sendiri. Salah satu cara agar dapat
dan hasil penelitian Siahaan dan Wardani patuh minum obat dengan memberikan
(2012) menyatakan bahwa faktor-faktor pendidikan kesehatan kepada pasien juga
yang mempengaruhi ketidak patuhan keluarga agar dapat mengerti pentingnya
minum obat klien halusinasi yang minumobat (Saputra & Hidayat, 2010).
3
Dan klien juga harus dimotivasi dan rawat jalan sebanyak 11.059 atau 77.1%
yakinkan pada klien dengan patuh minum dan dirawat inap sebanyak 2006 atau
obat klien akan cepat sembuh dan 96.9% sehingga peneliti tertarik untuk
terhindar dari kekambuhan penyakitnya melakukan penelitian pada klien halusinasi
dan dapat meneruskan pengobatan itu dengan melakukan pendidikan kesehatan
dengan benar tanpa pengawasan kepatuhan minum obat terhadap penurunan
(Purnamasari et al, 2013). gejala halusinasi pada klien skizofrenia.
4
inap dan sampel yang digunakan dalam kriteria dan bersedia menjadi responden.
penelitian ini adalah Purposiv sampling Penelitian memberikan penjelasan kepada
dengan jumlah sampel 18 responden. responden tentang penelitian yang
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini dilakukan, tujuan penelitian, dan mengisi
adalah: Klien dengan masalah utama informed consent bagi responden yang
halusinasi,Tidak sedang dalam mengalami bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
halusinasi, Mampu berbahasa Indonesia, Kepada responden diingatkan untuk
Memiliki kemampuan baca tulis yang mengisi semua pertanyaan yang ada, dan
baik,Mau bekerja sama dan Kriteria setelah di isi dikembalikan kepada peneliti
ekslusi : Tidak bersedia menjadi respon. saat itu juga. Selanjutnya data di
Penelitian ini menggunakan instrumen kumpulkan dan di lakukan pengolahan
berupa kuesioner. data dengan menggunakan program
komputer. Analisa data terdiri dari :
Prosedur pengumpulan data dalam Analisa Univariat dan analisa Bivariat.
penelitian ini dilakukan dengan cara Dalam Penelitian ini mendapat izin dari
setelah mendapatkan izin dari ketua Direktur Rumah Sakit Jiwa
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu
Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Medan untuk melakukan penelitian di
Indonesia. Selanjutnya peneliti mendatangi Ruangan rawat inap.
responden penelitian yang memenuhi
Hasil Penelitian
5
Gejala Mean Mean Mean St. Devisiasi P
Halusinasi Sebelum Sesudah Selisih
Kognitif 7.50 5.89 .1.611 2.852 .028
Afektif 7.11 5.89 .1.222 3.154 .119
Perilaku 6.89 5.17 .1.722 3.006 .026
Sosial 6.78 5.89 .889 3.270 .265
Komposit 28.07 22.84 5.444 12.282 .438
Pembahasan
6
kekambuhan. Menurut asumsi peneliti digunakannya, serta dukungan moral yang
bahwa sangat penting dukungan keluarga membangkitkan semangat terhadap pasien
bagi klien karna dapat membantu klien sehingga mencegah kekambuhan lagi pada
dalam membangun kepercayaan untuk dapat klien halusinasi.
sembuh dari penyakitnya, tanpa dukungan
keluarga klien tidak dapat berbuat apa-apa. Penelitian lain juga memberikan terapi
keperawatan pada klien skizofrenia dengan
Penelitian ini mendapatkan hasil yang masalah halusinasi dengan menurunkan
meningkat setelah diberikan pendidikan gejala seperti yang dilakukan Wahyuni
kesehatan kepatuhan minum obat,dimana (2010) mengajarkan untuk mengubah
terjadi peningkatan rata-rata skor berarti keyakinan terhadap pikiran yang tidak
membuktikan terjadi penurunan gejala rasional dan pernyataan negative tentang
padaresponden skizofrenia dengan dirinya sendiri kearah yang lebih positif atau
halusinasi di Rumah sakit jiwa Daerah rasional sehingga perilaku yang timbul
Provinsi Sumatra Utara Medan. Menurut menjadi lebih baik. Hayes (2005)
Teori Pendidikan Kepatuhan Minum Obat, menegaskan bahwa pendidikan kesehatan
dimana pendidikan kepatuhan minum obat klien untuk tidak menghindari tujuan
membantu klien untuk lebih mampu untuk hidupnya atau mampu menerima dan
patuh minum obat dan mengajarkan klien berkomitmen terhadap dirinya sehingga
untuk tidak berhenti minum obat dan mampu mengatasi masalahnya, hal ini
mencengah kekambuhan pada klien didukung oleh Stuart (2009) yang
halusinasi dan didukung juga menurut mengatakan klien harus bisa bertahan
Skiner(1938,dalam Notoatmodjo,2007) dengan apa yang sudah dipilihnya
bahwa kepatuhan minum obat pada pasien ketikasudah berkomitmen sehingga dengan
merupakan suatu perilaku terbuka (overt mampu menerima dan berkomitmen klien
behavior),pendidikan kepatuhan minum obat diharapankan tidak akan mengalami
mengajak klien lebih berperilaku terbuka kekambuhan lagi. Asumsi peneliti dengan
dan mampu menerima keadaanya sehingga pemberian kepatuhan minum obat ini
bisa berkomitmen dengan keputusan yang diharap dapat menurunkan gejala halusinasi
dia buat. Menurut asumsi peneliti bahwa dan betapa pentingnya mempunyai
kepatuhan minum obat dapat komitmen untuk membangun rasa percaya
ditingkatkan.Jika dilakukan pendidikan diri bahwa mereka dapat sembuh dengan
kesehatan kepada pasien,agar pasien tersebut cara teratur minum obat.
lebih mengerti dan memahami obat yang
7
b. Analisa Gejala Halusinasi Klien Diberikan Pendidikan Kesehatan
Skizofrenia Sebelum dan sesudah
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa kesehatan pada klien halusinasi dalam
sebelum dilakukan pemberian pendidikan mengontrol halusinasi akan mempengaruhi
kesehatan terhadap klien halusinasi analisa kemampuan kognitif dan psikomotor klien,
gejalanya menunjukkan buruk karena sehingga klien halusinasi akan mengalami
responden sulit untuk mengontrol emosi. penurunan terhadap intensitas tanda dan
Menurut Morisson (2009) mengatakan gejala halusinasi yang muncul. Dan
pemberian pendidikan kesehatan terkait didukung oleh Copel (2007) bahwa
dengan gejala Halusinasi kognitif pemberian pendidikan kesehatan dapat
,afektip,perilaku dan sosial dapat mengontrol membantu klien untuk mengembangkan
perilaku marah, mengontrol klien yang pola pikir yang rasional.Asumsi peneliti
berbicara sendiri atau halusinasi yang dapat bahwa sangatlah penting untuk penerapan
meningkatkan hubungan interaksi klien pendidikan kesehatan kepadaklien halusinasi
dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan untuk dapatmengontrol emosi maupun
penelitian yang dilakukan oleh Caroline, gejala lainnya agar tidak muncul dan dapat
Keliat, & Sabri (2008) bahwa penerapan menurunkan gejala halusinasi tersebut.
standar asuhan keperawatan pendidikan
c. Analisa Perubahan Gejala Halusinasi
Klien Skizofrenia sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa dalam otak manusia, dimana pendidikan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan kesehatan akan menjadi penentu dalam
terdapat perubahan pada klien halusinasi menjelaskan bagaimana manusia
karena klien dapat mengontrol emosi dan berpikir,merasa, dan bertindak. Menurut
menghindari suara-suara yang mereka Halgin dan Whitbourne (2007) bahwa
dengar dengan cara mengardisk yang penerapan latihan komunikasi dalam
mereka dapat dari pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan melakukan interaksi
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan orang lain adalah intervensi perilaku
Oemarjoedi (2003) bahwa pemberian yang meliputi pemberian penguatan
pendidikan kesehatan meyakini pola terhadap perilaku yang sesuai khususnya
pemikiran manusia terbentuk melalui proses dalam hal membina hubungan interpersonal.
rangkaian stimulus-kognisirespon yang Asumsi peneliti bahwa dengan pemberian
saling terkait dan membentuk jaringan pendidikan kesehatan kita dapat membantu
8
klien untuk berinteraksi dengan orang lain kesempatan untuk bertanya apa yang mereka
dengan cara memberikan mereka tidak mengerti.
d. Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi
Klien Skizofrenia sebelum dan sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa Ramdhani dalam Prawitasari (2002) bahwa
sangat berbeda sesudah dilakukan dan pada penerapan pendidikan kesehatan
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan ini memberikan ketrampilan berkomunikasi
dapat kita lihat dari nilai, rata-rata uji diajarkan cara bertanya untuk konfirmasi,
statistic ini menunjukkan bahwa pendidikan cara memberi dan menerima pujian, cara
kesehatan sangat membantu untuk mengeluh dan menghadapi keluhan, cara
menurunkan gejala halusinasi. Menurut menolak, cara meminta pertolongan, cara
Davis (2005) mengatakan pemberian menuntut hak, cara berempati, dan cara
pendidikan kesehatan pada klien skizofrenia berinteraksi dengan orang lain. Asumsi
untuk intervensi meningkatkan kepercayaan peneliti untuk tetap menerapkan pendidikan
yang positif bagi klien sehingga muncul kesehatan pada klien skizofrenia karena ini
perilaku yang positif juga pada klien. Hal ini sangat membantu mereka untuk
sesuai dengan yang disampaikan oleh menurunkan gejala halusinasi.
9
penting kita memberikan pendidikan sebagai bahan informasi dan mencegah
kesehatan kepatuhan minum obat untuk terjadinya kekambuhan kembali.
10
Clinical psychology,5; 1129- Prof.V.L.Ratu umbuysang
1139 Manado
11
Pardede.J.P,Keliat.B.A.&Wardani.I.Y. Sakit Jiwa Pemprovsu
(2013) Pengaruh Acceptance Medan.Tesis-FIK-UI.Tidak di
And Commitmen Therapy Dan publikasikan
Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat Wardani (2009) hubungan perilaku tidak
Terhadap Gejala: Kemampuan patuh minum obat pada pasien
Menerimadan Berkomitmen Skizofrenia
Pada Pengobatan Dan 2014,http://www.google.co.id/
Kepatuhan Klien Skizofrenia webhp?sourceid=chrome
Tesis FK UI. instant&ion=1&espv=2&ie=U
TF-
Rhoads,J.(2011). Clinical Consalt, For 8#Daftar+pustaka+Wardani+20
Psychiatric Mental Health 09
Care.New York: Springer
Publishing Company. Wardani, I.Y.,Hamid, A.Y.,& Wiarsih,
W.(2009). Pengalaman
Shives L.R. (2012). Basic Concepts Keluarga Menghadapi ketidak
Psychiatric Mental Health patuhan Anggota keluarga
Nursing. (8𝑡ℎ ed). Philadephia: dengan skizofrenia dalam
Lippincott. Wiliam & Vilkins mengikuti cipta regimen
teraupetik:
Stuart.Gail W & Laraia, Michele pengobatan.Tesis.Tidak
T.(2005)Principles & Practice dipublikasikan
of Psychiatric Nursing (8𝑡ℎ ed).
Philadelphia: Elseveir Mosby WHO (2009) Mental Health : who Library
cataloging-in-Publication Data
Suliha. (2002). Pendidikan Kesehatan
Keperawatan,Jakarta :EGC WHO (2010) Mental Health and
Devolopment : Targetting
Videbeck, S. L. (2008). Psychiatric- People With Mental Heath
Mental Heath Conditions as a Vilnerable
𝑡ℎ group : Who Library
Nursing, (4 ed).Philadelhia :
Lippincott Williams & Vilkips. cataloging-in-Publication Data
12