Professional Documents
Culture Documents
7962 15057 1 PB
7962 15057 1 PB
Fajar Sidik
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”, Yogyakarta
el_sdk88@yahoo.com
Abstract
This article analyzes the implementation of a tourism village in Bleberan Village, Playen District, Gunungkidul Regency. Before
a village-owned enterprises (Badan Usaha Milik Desa/BUMDes) was established in Bleberan, this village was known as a re-
mote, and isolated area. It was lacking of water and had high rates of poverty which became major problems faced by the locals.
However, after the village government together with local residents succeeded in forming BUMDes, now Bleberan Village grows
and becomes the best tourism village in the province of Yogyakarta Special Region (DIY). This study uses descriptive qualitative
research methods. Data are collected through observation, interviews, and documentation. Meanwhile, the data analysis carried
out through (1) data reduction; (2) data presentation; and (3) conclusion/verification. In order to make the results credible, the
data triangulation technique is used in validation phase. The results showed that in the implementation of the tourism village in
Bleberan (2010-2014), local village’s revenue has increased significantly. Local social capitals such as Village Organisation, Trust,
Norms, and Networks played their role in this case. However, the management of BUMDes is still considered less effective because
it is not transparent and accountable. Then, efforts to become independent village also face social challenges, namely the jealousy
among the subvillages associated with the fund given by the village government and the emergence of economic players around
tourismareas who come from economically established family.
Keywords: Bleberan Village, BUMDes, independent village, social capital
Abstrak
Artikel ini menganalisis pelaksanaan desa wisata di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Sebelum ada
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Desa Bleberan dikenal sebagai desa pelosok, terisolir, dan kekurangan air. Tingginya an-
gka kemiskinan menjadi masalah utama yang dihadapi masyarakat setempat. Namun, setelah Pemerintah Desa bersama warga
setempat berhasil membentuk BUMDes, kini Desa Bleberan berkembang dan menjadi desa wisata terbaik di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara, analisis data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut; (1) re-
duksi data, (2) penyajian data, dan (3) kesimpulan/verifikasi. Agar hasil kajian dapat kredibel, maka teknik triangulasi data
digunakan saat validasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Desa Wisata di Bleberan (2010-2014),
pendapatan asli desa secara signifikan meningkat. Hal tersebut tidak lepas dari peran modal sosial yang dimiliki warga yang
telah berkembang dengan baik seperti Organisasi Desa, Kepercayaan, Norma, dan Jaringan. Namun, pengelolaan BUMDes
dinilai kurang efektif karena belum dikelola secara transparan dan akuntabel. Kemudian, upaya mewujudkan desa mandiri
juga menghadapi tantangan sosial yaitu adanya kecemburuan antar dukuh terkait dengan dana bantuan yang diberikan serta
munculnya pelaku ekonomi di sekitar area wisata yang berasal dari keluarga berekonomi mapan.
Kata kunci: BUMDes, desa mandiri, Desa Bleberan, modal sosial.
115
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
116
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
117
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
cayaan dalam melakukan pembangunan desa Pemerintah desa menjadi sentrum gover-
secara kolektif untuk mencapai kebaikan ber nance desa yang mempunyai relasi dengan
sama (common good). BPD, elemen-elemen masyarakat sipil, dan
Good governance secara umum dimaknai masyarakat ekonomi. Kedudukan kepala desa
sebagai konsensus yang dicapai pemerintah, adalah sebagai personifikasi pemerintah desa.
warga negara, dan sektor swasta dalam penye Pemerintah desa dan kepala desa merupa
lenggaraan pemerintah yang baik dan ber kan bagian dari mata rantai birokrasi negara
tanggung jawab (UNDP, 1997). Namun, pan yang menjalankan fungsi regulasi dan kon
dangan komprehensif dan lebih kontekstual trol pada wilayah tersebut melalui pelayanan
di level desa dijelaskan oleh Dwipayana dan administratif, implementasi proyek-proyek
Eko (2003) bahwa mainstream wacana good pembangunan, mobilisasi masyarakat untuk
governance selama ini menekankan pada tiga mendukung kebijakan pemerintah dalam
poros utama yaitu negara, masyarakat sipil, melakukan pelayanan bagi warganya di desa.
dan pasar. Maka, pemetaan governance di desa Sementara itu, menurut Sunartiningsih
terdiri dari empat elemen utama yaitu negara (2004) pemberdayaan desa dalam konteks
(pemerintah desa), masyarakat politik (Badan masyarakat desa adalah kemampuan indivi
Perwakilan Desa), masyarakat sipil (insti du yang bersenyawa dalam mayarakat dan
tusi dan organisasi sosial), dan masyarakat membangun keberdayaan masyarakat yang
ekonomi (organisasi masyarakat ekonomi, bersangkutan. Suatu masyarakat yang seba
arena produksi dan distribusi yang dilakukan gian besar anggotanya sehat fisik dan mental,
pelaku dan organisasi ekonomi desa). terdidik dan kuat, tentunya memiliki tingkat
Adapun potret pemetaan good governance keberdayaan yang tinggi. Namun, selain hal
level desa seperti Tabel 1 di bawah ini. fisik seperti itu juga berkembang nilai-nilai
intrinsik seperti nilai kekeluargaan, kegotong-
118
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
royongan, dan kebinekaan. Keberdayaan terse B. Kedudukan dan Peran Penting BUMDes
but kemudian menjadi unsur dasar yang me Salah satu instrumen penting dalam mewu
mungkinkan suatu masyarakat bertahan dan judkan desa mandiri adalah membentuk
dalam pengertian dinamis mengembangkan BUMDes. BUMDes dapat dijadikan sebagai
diri mencapai tujuan. Pemberdayaan masya wadah warga setempat dalam melakukan
rakat lebih menekankan pada upaya untuk pemberdayaan dan kemandirian desa dari des
meningkatkan harkat dan martabat lapisan tinasi desa wisata yang telah ditawarkan. Se
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak bab desa dipandang sebagai sebuah kesatuan
mampu melepaskan diri dari perangkap ke masyarakat hukum atau badan hukum publik
miskinan dan keterbelakangan. juga memiliki kewenangan meskipun tidak se
Dengan kata lain, memberdayakan masya luas kewenangan yang dimiliki oleh pemerin
rakat sama artinya dengan memampukan dan tah daerah. Kewenangan desa adalah hak desa
memandirikan masyarakat. Widjaja (2011) untuk mengatur, mengurus, dan bertanggung
telah menjelaskan bahwa inti dari pember jawab atas urusan pemerintah dan kepenting
dayaan adalah upaya membangkitkan segala an masyarakat setempat; apa yang dimaksud
kemampuan desa yang ada untuk mencapai dengan “mengatur” dan “mengurus” serta apa
tujuan. Pencapaian tujuan dilakukan melalui yang dimaksud dengan “urusan pemerinthan”
penumbuhan motivasi, inisiatif, dan kreati dan “kepentingan masyarakat setempat”.
vitas untuk memajukan perekonomian dan Eko (2015) menjelaskan mengatur dan
membawa kesejahteraan bagi desa. mengurus tersebut dalam beberapa makna yak
Dalam konteks kajian ini, kemandirian ni: (1) mengeluarkan dan menjalankan aturan
Desa Bleberan dimaknai sebagai upaya yang main (peraturan), tentang apa yang boleh dan
dilakukan oleh warga setempat melalui kapa tidak boleh dilakukan, sehingga mengikat ke
sitas institusi pemerintah desa dan emansipasi pada pihak-pihak yang berkepentingan; (2)
warga yang dimiliki agar mampu mendaya bertanggung jawab merencanakan, mengang
gunakan kemampuan, prakarsa/inisiatif dan garkan dana dan menjalankan kegiatan pem
gerakan desa secara kolektif (bekerja sama) da bangunan atau pelayanan, serta menyelesaikan
lam mengembangkan sumber-sumber poten masalah yang muncul; (3) memutuskan dan
si-aset daerah yang dimiliki baik fisik maupun menjalankan alokasi sumber daya (baik dana,
nonfisik sebagai desa wisata yang dimilikinya. peralatan maupun personil) dalam kegia
Berbagai aktor terlibat dalam pengembangan tan pembangunan atau pelayanan, termasuk
desa wisata ini baik dari institusi pemerintah membagi sumber daya kepada penerima man
yaitu Pemerintah Desa, organisasi masyarakat faat; dan (4) mengurus berarti menjalankan,
desa, pelaku ekonomi yang tergabung dalam melaksanakan, maupun merawat public goods
pengelolaan kelompok sadar wisata (POK yang telah diatur tersebut. Implementasi pem
DARWIS), bahkan juga melibatkan kerja bangunan maupun pelaynan publik merupa
sama dengan pihak eksternal seperti keterli kan bentuk konkretnya.
batan swasta. Kemudian, upaya pemberdayaan Sementara itu, dalam UU No 6 Tahun
warga desa ini diwujudkan melalui BUMDes 2014 tentang Desa, BUMDes adalah badan
yang telah berhasil dibentuk di dalamnya. usaha yang secara keseluruhan atau sebagian
Dengan berkembangnya desa wisata, tujuan besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
dan harapannya adalah desa mampu menja penyertaan secara langsung yang berasal dari
di mandiri dan dapat meningkatkan derajat kekayaan desa yang dipisahkan guna menge
ekonomi warga sekitar. lola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya,
119
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
120
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
Konsep teori modal sosial pada intinya tisipasi bertindak bersama-sama secara lebih
merupakan teori yang paling tegas. Pasal efektif untuk mencapai tujuan bersama.
nya, tesis sentralnya dapat diringkas dalam Modal sosial dapat menjadi modal pro
dua kata: soal hubungan. Dengan memban duktif untuk mencapai suatu tujuan. Sebab,
gun hubungan antarsesama, dan menjagan tujuan institusi masyarakat yang tidak akan
ya agar terus berlangsung sepanjang waktu, tercapai bila modal sosial tidak ada (Putnam,
orang mampu bekerja bersama-sama untuk 1993). Modal sosial juga dipandang dari sisi
mencapai berbagai hal yang tidak dapat mer ekonomi sebagai bentuk modal yang sangat
eka lakukan sendirian. Orang berhubungan penting (Westlund, 2006). Dimensi modal
melalui serangkaian jaringan dan mereka sosial menurut Dudwick, et. al. (2006) terdiri
cenderung memiliki kesamaan nilai dengan dari kelompok dan jaringan (groups and net-
anggota lain dalam jaringan tersebut. Sejauh work), kepercayaan dan solidaritas (trust and
jejaring tersebut menjadi sumber daya, maka solidarity), tindakan bersama dan kerja sama
dapat dipandang sebagai modal sosial (Field, (collective action and cooperation), informasi
2010). Sementara itu, Colman (dalam Field, dan komunikasi (information and communica-
2010) mendefinisikan modal sosial berdasar tion), kohesi sosial dan inklusi (social cohesion
kan fungsinya. Modal sosial bukanlah entitas and inclusion) dan pemberdayaan dan tinda
tunggal, namun variasi dari entitas berlainan kan politik (empowerment and collective ac-
yang memiliki kesamaan karakteristik: mere tion). Adapun manfaat modal sosial menurut
ka semua terdiri dari beberapa aspek struktur Putnam (dalam Kasih, 2007) antara lain; (1)
sosial dan memfasilitasi tindakan-tindakan memungkinkan masyarakat memecahkan
individu yang berada di dalam struktur terse masalah-masalah bersama dengan mudah;
but. Kemudian, Putnam (dalam Field, 2010) (2) menumbuhkan rasa saling percaya dalam
lebih spesifik menjelaskan bahwa modal so hubungan sosial untuk mewujudkan kepen
sial memberikan sumbangsih pada tindakan tingan bersama; dan (3) memungkinkan ter
kolektif yang merujuk pada bagian organisasi ciptanya jaringan kerja sama sehingga mudah
sosial seperti kepercayaan, norma, dan jaring mendapatkan informasi.
an yang dapat meningkatkan efesiensi masya
rakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan Dalam konteks ini, secara garis besar pe
terkoordinasi yang kemudian mendorong par nilaian indikator modal sosial dari pandangan
para ahli seperti deskripsi pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengertian dan Elemen Dasar dari Social Capital Menurut Para Ahli
121
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
122
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
Seiring berjalannya waktu, dimulai dari ta sudkan guna mendorong/menampung seluruh
hun 2007 Desa Bleberan diperkenalkan sebagai kegiatan masyarakat, baik yang berkembang
desa wisata, para pengunjung belum dibebani menurut adat-istiadat/budaya setempat, mau
retribusi (tiket) masuk objek wisata. Tanggal 1 pun kegiatan perekonomian yang diserahkan
Juli 2010, Desa Wisata Bleberan diresmikan untuk dikelola oleh masyarakat melalui pro
dan dikenalkan pada khalayak umum. Acara gram pemerintah. BUMDes “SEJAHTERA”
peresmian tersebut menggandeng berbagai di Desa Bleberan yang secara resmi dikuatkan
unsur mulai dari tingkat kabupaten, warga kedudukannya dengan Keputusan Kepala
perantauan, serta media publikasi. Hingga Desa Bleberan Nomor 06/KPTS/2009 ten
pertengahan bulan November 2011, jumlah tang BUMDes tersebut. Pedoman ini menga
para pengunjung semakin meningkat. Dengan tur penyusunan anggaran dasar dan angaran
peningkatan pengunjung ini, pemerintah desa rumah tangga (AD-ART) BUMDes Bleberan
bersama warga bermusyawarah untuk menen yang dilakukan oleh pemerintah desa beserta
tukan retribusi dari para pengunjung sebesar lembaga yang ada di desa. Pedoman tersebut
Rp3.000/orang. sekaligus sebagai pedoman kerja bagi BUM
Penjelasan tersebut merupakan gambaran Des dalam mengadakan perencanaan, pelak
dinamika proses pembentukan Desa Wisata sanaan, evaluasi, dan pertanggungjawaban da
Bleberan yang kini sudah dikenal oleh para lam pengembangan desa wisata.
pengunjung domestik maupun mancanegara. Dari hasil pengamatan lapangan, diketahui
Sebelumnya, Air Terjun Sri Gethuk dan Gua bahwa pengembangan BUMDes yang ada di
Rancang dulunya terisolasi dan terpelosok Desa Bleberan awalnya berangkat dari masalah
dibanding dukuh lainnya yang ada di sekitar. warga terkait dengan pengelolaan air bersih.
Kini keduanya telah menjadi ikon objek wisa Kemudian, seiring berjalannya waktu BUM
ta dan terbuka aksesnya secara luas. Des tersebut dijadikan wadah bagi pengelo
laan desa wisata. BUMDes “SEJAHTERA”
sendiri saat ini telah memiliki tiga unit usaha
B. Implementasi BUMDes dan Capaiannya di yakni Usaha Ekonomi Desa-Simpan Pinjam
Desa Wisata Bleberan (UED-SP), Pengelolaan Air Bersih (PAB) dan
Dalam rangka meningkatkan pendapatan Pengelolaan Desa Wisata.
masyarakat dan desa, Pemerintah Desa Bleber Adapun pengurus harian Desa Wisata Ble
an mendirikan BUMDes dengan nama “SE beran dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah.
JAHTERA”. Pembentukan BUMDes dimak
123
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
124
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
Dengan adanya BUMDes “SEJAHTERA”, dukuh melalui dana bantuan yang diberikan
warga sekitar mulai merasakan dampak (out- dari hasil BUMDes tersebut. Ini terjadi karena
came) yang telah dihasilkan. Semua karyawan ada kecemburuan antardusun terkait dengan
yang dahulunya pengangguran, sekarang telah dana bantuan yang telah diberikan, yang se
mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang benarnya sudah dilakukan dengan berbagai
layak sesuai UMK Provinsi. pertimbangan, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu informan:
Ratnawati (2015) dengan tesisnya yang ber
judul “Analisis Dampak Wisata Alam Air Terjun “Sebenarnya sudah dapat dirasakan hasil usaha-
Sri Gethuk Terhadap Pendapatan Masyarakat nya, sebab BUMDes tersebut telah mampu mem-
Sekitar” menganalisis perbedaan pendapa berikan dana bantuan kepada masing-masing
tan sesudah dan sebelum dikembangkannya dusun sebesar Rp3 juta-Rp5 juta .... Namun per-
bedaan jumlah dana yang diterima masing-mas-
wisata alam Air Terjun Sri Gethuk di Desa
ing dusun yang dimanfaatkan untuk kegiatan
Menggoran. Hasil penelitian menunjukkan unit usaha berdasarkan potensi dusunnya ternya-
terjadi perbedaan secara nyata antara rata-rata ta telah memunculkan kecemburuan antardukuh
pendapatan sebelum dikembangkannya objek yang ada”. (Wawancara dengan salah satu warga
wisata Air Terjun Sri Gethuk dengan rata-rata dalam forum diskusi, Januari 2015)
pendapatan sesudah dikembangkannya wisata
tersebut, sehingga dapat dikatakan signifikan. Sementara itu, hingga saat ini Desa Bleber
an telah mampu mengembangkan berbagai
Namun masalah yang terjadi adalah meski fasilitas baik dari swadaya masyarakat, ban
pun hasil pendapatan yang diperoleh mening tuan pemerintah, maupun bantuan lembaga
kat, pemerintah desa mengalami kendala swasta seperti deskripsi Tabel 5.
melakukan pengembangan dan pemberdayaan
Tabel 5. Dana Bantuan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sri Gethuk
125
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
Dana bantuan yang diperoleh kemudi memiliki potensi alam yang eksotis dan san
an dipergunakan untuk pembangunan area gat menarik yaitu Air Terjun Sri Gethuk dan
parkir, pembangunan jalan lingkar kawasan, Gua Rancang Kencono. Oleh karena itu, pe
talud, toilet umum, ruang ganti, jalan setapak, merintah desa bersama warga desa kemudian
dermaga, perahu wisata, pembangunan kios berupaya untuk mengembangkan sebagai desa
dan pembelian rompi pelampung. Potensi wisata.
bantuan ini jelas akan dapat mendorong ki Pemberdayaan desa juga terlihat dari
nerja BUMDes dan pemerintah desa dalam berkembangnya bisnis pariwisata desa oleh
mengembangkan desa wisata yang lebih baik. masyarakat kelas menengah bawah berupa
Namun, dalam hal pengelolaan BUMDes ha pembukaan warung-warung dan kios seder
sil temuan yang diperoleh penulis di lapangan hana. Dulu, tanah kas desa masih banyak di
menemukan fakta sebagai berikut: manfaatkan untuk kantor desa, puskesmas,
“Masalahnya adalah pencatatan pendapatan sekolah, balai dusun, dan lapangan, sehingga
dari objek wisata kurang terdokumentasi dengan belum diupayakan untuk membuat sektor
baik. Akibatnya, para warga merasa pengelo- usaha produktif. Namun, sekarang ini war
laan wisata oleh pengurus kurang akuntabel dan ga sudah mencoba mempergunakan fasilitas
transparan. Begitu juga dengan gejolak sosial yang
tanah kas desa untuk pembangunan kios desa.
timbul terkait dengan dampak keramaian/wisa-
Jumlah kios yang dibangun secara permanen
tawan yang belum begitu kentara dirasakan oleh
warga desa. Maka pada pertengahan Juni 2014 ada 15 buah kios, dan terdapat sekitar 44 pe
setelah masa kepengurusan BUMDes 2009-2014 dagang di lokasi wisata Gua Rancang Kencono
berakhir, dibentuklah kepengurusan demisioner dan Sri Gethuk yang tergabung dalam satu pa
sementara dari bulan Juni 2014 hingga Januari guyuban yang berasal dari masyarakat lokal.
2015 sampai diadakannya perekrutan pengurus “Sekarang jumlah pengunjung sudah banyak,
baru. Keputusan ini diambil juga berdasarkan namun saat ini juga dikuti telah berdiri warung-
atas musyawarah bersama warga”. (Wawancara warung milik warga yang berekonomi mapan.
dengan salah satu warga dalam forum diskusi, Ini menjadi masalah karena menimbulkan ke-
Januari 2015) cemburuan bagi warga berekonomi lemah. Se-
bab, sebenarnya diperuntukkan bagi mereka saja
C. Modal Sosial Sebagai Tenaga Penggerak warga Desa Bleberan yang berekonomi lemah”.
Desa Wisata Bleberan (Wawancara dengan salah satu warga dalam fo
rum diskusi, Januari 2015)
Munculnya desa wisata tak lepas dari kepri
hatinan kondisi warga dukuh Padukuhan Hal penting ini perlu perhatian dari peme
Menggoran I dan Menggoran II yang ma rintah desa setempat agar tidak terjadi gejolak
syarakatnya rata-rata setingkat SD bahkan saat antar warga. Sebab, masyarakat lokal mene
itu sebagian besar masyarakatnya buta aksara. ngah ke bawah menjadi pertimbangan dan tu
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di juan utama BUMDes dalam melakukan pem
dukuh tersebut bermata pencaharian petani berdayaan masyarakat miskin di Desa Bleberan
yang hasilnya terbatas karena hanya meng agar terentaskan, mendapatkan pekerjaaan
andalkan sawah tadah hujan. Dari aspek per dan penghasilan yang layak. Sehingga perlu
ekonomian, kedua padukuhan tersebut juga adanya proteksi dalam pengembangannya.
berkategori miskin. Terlebih, secara geografis Sementara itu, BUMDes digunakan sebagai
kedua padukuhan ini juga terpelosok dan ter wadah masyarakat setempat dalam pengelo
pisah oleh lahan hutan yang letaknya di ujung, laannya agar lebih profesional manajemennya.
berbatasan dengan Kab. Bantul. Namun, di Tujuannya adalah dengan desa wisata yang
balik keterbatasan tersebut padukuhan ini dikelola dengan baik diharapkan dapat mem
126
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
127
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
128
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
V. PENUTUP B. Saran
A. Kesimpulan Agar ke depan pelaksanaan Desa Wisata Ble
Desa Wisata Bleberan yang dikenal dengan beran ini lebih berdaya dan berkembang de
ikon Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Ran ngan baik, maka penulis memberikan saran
cang sebelumnya merupakan dukuh yang sebagai berikut:
terpelosok, dengan angka kemiskinan tinggi a. Website resmi Desa Wisata Bleberan per
dan kondisi perekonomian yang tertinggal lu dibuat. Hal ini menjadi penting da
dibanding dengan dukuh sekitarnya. Na lam penguatan jaringan media internet
mun, desa tersebut kini telah menjadi salah serta kegunaannya untuk mempermu
satu objek wisata primadona di Kabupaten dah mendapatkan segala informasi yang
Gunungkidul. Hasil kajian mendalam yang dibutuhkan para wisatawan baik dari
telah dilakukan penulis menunjukkan bahwa domestik maupun manca.
proses merealisasikan/membentuk desa wisata b. Perlu dilaksanakannya pelatihan ma
Bleberan berjalan sangat alot melalui proses najemen keuangan dan pencatatannya,
yang panjang karena terlebih dulu mendapat agar pengelolaan BUMDes lebih trans
pertentangan dari para tokoh agama setempat. paran dan akuntabel.
Namun dengan upaya kekeluargaan yang di
tempuh oleh Pemerintah Desa setempat, desa c. Pemerintah desa perlu membuat pera
wisata tersebut akhirnya bisa terwujud. turan tentang larangan terhadap ki
os-kios atau pelaku ekonomi yang ber
Dalam perkembangan dan pelaksanaann asal dari keluarga berekonomi mampu
ya, Desa Wisata Bleberan ini dari tahun 2010- di area sekitar wisata. Hal ini perlu
2014 telah memberikan kontribusi pendapa dilakukan agar pelaku ekonomi yang
tan asli desa (PADes) secara signifikan. Hal ada di area wisata dari keluarga kurang
ini tidak lepas dari peran modal sosial yang mampu tidak terpinggirkan.
dimiliki warga yang telah berkembang den
gan baik seperti Organisasi Desa, Kepercayaan, d. dukuh yang telah mampu melakukan
Norma, dan Jaringan dalam mendorong ke inovasi dan mendorong destinasi wisa
majuan desa wisata. Namun, dalam penge ta baik berupa produk lokal maupun
lolaan BUMDes masih dinilai kurang efektif budaya yang dikreasikan perlu diberi
karena pelaksanaannya belum dikelola secara reward. Di tengah terjadinya kecembu
transparan dan akuntabel. Kemudian, upaya ruan pemberian dana bantuan, pengem
Pemerintah Desa melalui BUMDes untuk bangan melalui reward ini penting
mewujudkan desa mandiri juga menghadapi dilakukan untuk memunculkan ide-ide
kendala sosial yang terjadi yaitu munculnya kreatif dan menguatkan partisipasi ma
kecemburuan antardukuh terkait dengan dana syarakat desa.
bantuan yang diberikan, serta munculnya
pelaku ekonomi di sekitar area wisata yang be
rasal dari keluarga berekonomi mapan. Sejati
nya pelaku ekonomi desa wisata diutamakan
warga desa yang berekonomi lemah. Sebab,
hal tersebut menjadi tujuan utamanya yakni
menyejahterakan warga kurang mampu agar
lebih mandiri dan sejahtera.
129
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Kecamatan Playen Dalam Angka 2013. BPS Kab. Gunungkidul. Gunungkidul.
BPS. 2014. Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2014. BPS Kab. Gunungkidul. Gunungkidul.
Dudwick, Nora, Kathleen Kuehnast, Veronica Nyhan Jones, dan Michael Woolcock. 2006. Analyzing
Social Capital in Context: A Guide to Using Qualitative Methods and Data. World Bank Insti
tute. Washington, D.C.
Dwipayana, Ari dan Sutoro Eko. 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE Press. Yogyakarta.
Eko, Sutoro. 2014. Desa Membangun Indonesia. FPPD. Yogyakarta.
Field, John. 2010. Modal Sosial. Kreasi Wacana Offset. Bantul.
Hastowiyono dan Suharyanto. 2014. Penyusunan Kelayakan Usaha dan Perencanaan Usaha BUM Desa.
FPPD. Yogyakarta.
Kasih, Y. 2007. Peranan Modal Sosial terhadap Efektivitas Lembaga Keuangan Pedesaan (Studi Ka
sus di Provinsi Sumatera Barat). http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id
=2604&idc=10.
Kompasdotcom. 2012. Desa Ujung Tombak Identifikasi Masalah. http://nasional.kompas.com/
read/2012/05/05/1433597/Desa.Ujung.Tombak.Identifikasi.Masalah. Diakses 30 Mei 2015.
Kompasdotcom. 2015. Dana Desa Cair April Menteri Desa Ingatkan Pentingya BUMDes. http://na-
sional.kompas.com/read/2015/03/22/21102001/Dana.Desa.Cair.April.Menteri.Desa.Ingatkan.
Pentingnya.BUMDes. Diakses 30 Mei 2015.
Kurniawan, Boni. 2015. Desa Mandiri, Desa Membangun. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta.
JPNN. 2014. Dana Rp 1 Milyar per Desa Kemungkinaan Cair Juli. http://www.jpnn.com/
read/2014/03/13/221858/Dana-Rp-1-Miliar-per-Desa-Kemungkinan-Cair-Juli. Diakses 13
Maret 2015.
Peraturan Desa Bleberan Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Perubahan APBDes Tahun 2014.
Putnam, R.D. 1993. The prosperous community: Social capital and public life. The American Prospect
4(13).
Ratnawati, Dewi. 2015. Analisis Dampak Wisata Alam Air Terjun Sri Gethuk Terhadap Pendapatan
Masyarakat Sekitar. Tesis. UPN “Veteran” Yogyakarta. http://eprints.upnyk.ac.id/6206/
Rafsanzani, Hasyemi, Bambang Supriyono, dan Suwondo. 2010. Kemitraan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa Dengan Kepala Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa: Studi Kasus
di Desa Sumber Ngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Jurnal Adminintrasi Publik
(JAP), 1(4). Malang.
Subejo. 2008. Peranan Social Capital Dalam Pembangunan Ekonomi: Suatu Pengantar Untuk Studi
Social Capital Di Pedesaan Indonesia. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta. Bandung.
Sunartiningsih, Agnes. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Aditya Media. Yogyakarta.
130
Fajar Sidik - Menggali Potensi Lokal Menuju Kemandirian Desa
131