You are on page 1of 43
BABLL GEOLOGI 2.1, Fisiografi dan Kerangka Tektonik Daerah penelitian sebagian besar termasuk kedalam fisiografi Zona Bogor (Gambar 2.1.) dan sebagian kecil lainnya masuk ke dalam Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta (Bemmelen, 1949). Zona Bogor merupakan suatu jalur kompleks dengan lebar kurang lebih 40 km, membentang mulai dari Jasinga, Jawa Barat menerus ke arah timur hingga Bumiayu Jawa Tengah Zona Bogor merupakan suatu antiklinorium yang kompleks dan cembung ke arah utara, disusun oleh batuan sedimen Neogen yang terlipat kuat dan disertai adanya batuan volkanik dan intrusi. Sedangkan Dataran Rendah Pantai Jakarta, menempati bagian utara Jawa Barat, disusun oleh endapan pantai, aluvium sungai dan lahar. Stratigrafi regional yang berkaitan dengan daerah penelitian termasuk ke dalam Mandala Cekungan Bogor bagian utara dan Mandala Paparan Kontinen (Martodjojo, 1984). Pembagian mandala sedimentasi di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 2.2. 12 Gambar 2.2. Pembagian mandala sedimentasi di Jawa Barat (Soejono, 1984) Struktur geologi yang berkembang di Jawa Barat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan Lempeng Indo-Auastralia yang menunjam di bawah Lempeng Erasia (Hamilton, 1979). Akibat dari adanya aktivitas tumbukan lempeng ini menghasilkan elemen tektonik utama di Jawa Barat berupa palung, busur luar non volkanik, cekungan depan busur, Jalur magmatisma, cekungan belakang busur dan Paparan Sunda (Katili, 1974). Sebagian gambaran masing-masing elemen tektonik pada saat ini, dari selatan ke utara, adalah sebagai berikut (Gambar 2.3) : 1. Palung (Trench) berada di selatan Pulau Jawa. Di daerah ini Lempeng Samudra Hindia Australia menyusup ke bawah Lempeng Asia. ; 2. Busur luar non volkanik terdiri atas batuan melange yang tersesarkan secara intensif. Terletak di bawah permukaan laut di selatan Pulau Jawa. 3. Cekungan Depan Busur (Outer arc basin) yang terletak antara Busur luar non volkanik dengan Pulau Jawa. Di daerah ini terbentuk lapisan sedimen terdiri atas bahan volkanik dan sedimen asal volkanik dengan batugamping terumbu. 4. Busur Magmatik dijumpai di daratan Pulau Jawa, membentang relatif’ barat-timur. 5. Cekungan Belakang Busur (Back arc basin) posisinya berada diantara Jalur magmatik dengan Paparan Sunda. 6. Paparan Sunda merupakan inti benua, terdiri atas batuan sedimen dan kristalin yang telah termalihkan. 14 VOLCANO 1 PLUTONIC ‘ARC Java TREWC IO U4 INCLINED BENIOFF ZONE MAGMA GENERATED ABOVE BENIOFF ZONE LEGEND = Mille vase 3 oo ae Young voleanic rocks, © comples on continental erst mrentatmar ase® —— ZZ oceanic crust ZA detormed Tenary rocks Gambar 2.3. Elemen tektonik Di Pulau Jawa yang dihasilkan oleh tumbukan Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Asia (Katili, 1974). Posisi “Backare basin” dan Paparan Sunda yang berada di utara busur volkanik tidak tergambarkan. 15 F— See Level LES 7 Z Tabel 2.1. Kolom stratigrafi regional DJURI MARTODJOJO | DJUHAENI & MARTODJOJO- at Ant | ate teen | Se este PLESTOSEN | al ee Paererartae tio} FoRMAs! | Fm. BANTARUIEG | Fm. CITAYAN i [Fm. cINaMB0 | CINAMBO ° : = = o a < = = °° a FORMASI CISAAR Tidok Tersingkap Tidak Tersingkop 16 Adanya pe '.tiwa tumbukan dua lempeng tersebut di atas, menghasilkan tegasan k: apresi di Jawa sejak Miosen hingga sekarang yang mempenga: bi pembentukan struktur lipatan dan pensesaran di Jawa Barat (Martodjojo, 1984; Purnomo dan Purwoko, 1994 dan Simandjuntak, 1994), Secara umum, pola struktur di Jawa Barat dikelompokkan menjadi tiga arah yaitu (Gambar 2.4) timurlaut —baratdaya, utara-selatan dan barat- timur (Pulunggono dan Martodjojo, 1995). Jalur sesar berarah timurlaut- baratdaya dinamakan arah Meratus, arah utara selatan dinamakan Pola Sunda dan terakhir berarah barat-timur dinamakan Pola Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1995), Pola Jawa merupakan struktur geologi yang paling muda (Pulunggono dan Martodjojo, 1995). Di Jawa Barat, pola ini diantaranya dicerminkan oleh sesar naik Baribis (Pulunggono dan Martodjojo, 1995). 2.2. Geologi Daerah Penelitian Di dalam sub bab ini akan dibahas mengenai stratigrafi dan struktur geologi daerah penelitian. 16 Arah Meratus —— Pola Sunda —— Pola Jawa Gambar 2.4. Pola struktur Jawa dan sekitam: jun; dan Martodjojo, 1995) aoe 2.2.1. Stratigrafi Stratigrafi regional daerah penelitian telah diteliti, antara lain oleh Djuri (1973), Silitonga (1973), Martodjojo (1984), Djuhaeni dan Martodjojo (1989). Hasil penelitian tersebut dirangkum sebagai berikut (Tabel 2.1): Djuri (1973) dan Silitonga (1973), yang masing-masing memetakan geologi lembar Arjawinangun dan Bandung, menyatakan bahwa urutan stratigrafi daerah tersebut dari tua ke muda adalah Formasi Cinambo (Miosen Awal), Formasi Halang (Miosen Tengah), Formasi Subang (Miosen Akhir), Formasi Kaliwangu (Pliosen), Formasi Citalang (Pliosen), Hasil gunungapi tua, breksi (Plistosen) dan Endapan hasil gunungapi muda (Plistosen). Djuhaeni dan Martodjojo (1989), menyatakan bahwa stratigrafi daerah Majalengka dari tua ke muda adalah Formasi Cisaar (Miosen Tengah), Formasi Cinambo (Miosen Tengah-Miosen Akhir), Formasi Cantayan (Miosen Akhir), Formasi Bantarujeg (Miosen Akhir-Pliosen), Formasi Subang (Pliosen), Formasi Kaliwangu (Pliosen) dan Formasi Citalang @listosen). Karakteristik masing-masing formasi tersebut di atas, diulas dalam pembahasan mengenai stratigrafi daerah penelitian. Hal ini dilakukan karena seluruh formasi tersebut dijumpai di daerah penelitian. Sratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah sebagai berikut (Tabel 2.2) : 1. Formasi Cinambo Formasi Cinambo berumur Miosen Bawah (Djuri, 1973), terdiri atas litologi batupasir tufaan, batulempung gampingan, batulanau, Bagian tengah formasi ini , lapisan batupasir tufaan semakin tebal dan Tapat, dibeberapa dijumpai sisipan batupasir yang mengandung fosil foraminifera besar. Struktur sedimen mencerminkan endapan turbidit laut dalam. Bagian bawah formasi ini dinamakan sebagai Formasi Cisaar (Miosen Tengah-Miosen Akhir), dimana batuannya didominasi oleh batulempung/serpih_gampingan. (Djuaheni dan Martodjojo, 1989). Sedangkan bagian atas dinamakan Formasi Cinambo (Miosen Akhir), dimana batuannnya didominasi oleh batupasir tufaan dan batulempung gampingan. 2. Formasi Halang Formasi Halang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir bagian Bawah (Djuri, 1973). Formasi ini terdiri atas dua bagian, yaitu Formasi Halang Anggota Bawah dan Anggota Atas. Anggota Bawah batuannnya didominasi oleh breksi gunungapi yang bersifat andesit dan basalt. Sedangkan Anggota Atas batuannnya didominasi batupasir tufa, batulempung, konglomerat. Formasi Halang bagian Bawah selanjutnya dinamakan sebagai Formasi Cantayan sedangkan bagian Atas dinamakan sebagai Formasi Bantarujeg (Djuhaeni dan Marodjojo, 1989). 20 TABEL 2.2. Stratigrafi daerah penelitian Formasi/Satuan| Intrusi | Deskripsi Aviom , Hasil Gunung Api menyudul Rngas manvudul TanguUnge ROMANS TR, kSeeS ORE PLISTOSEN Pettelingan batupast tulaan, lempung tutaan & konglomeral. atupays tutaon : .. kasar-hdius, mengandung gelas vulkanil fran kardon, stiukfur sedimen pelapi- Formasi Citalang | itietictitis'| Sigg neuen te eb n ersugun, silang slut. jomerat : membundar tanggung, a andesitik, pemilahan: Satupasir tufaan sisipan batupasir gampingan, konglomerat & lensa batugamping. Batupasir tufaan :abu-abu kehitaman kasar-halus, tufaan, gampingan, mengan- ung foal moluska, Batugamping : coklat keputihan, mengandung fosil foram be- sar, koral. Formasi Kaliwangu Batulempung gampingan sisipan batupasir tutaan. Batulempung gampingan : bu-abu-abu-abu kehijauan menyerpih, nodul batu lempung gampingan, mengan- dung mineral bes. Anggota Cikandung : 8atupasir tufaan sisipan batulempun struktur sedimen paralel laminasi, pelapisan bersusun, slang slur, flute cast. Formasi Subang Batupasir tufaan selang seling batulempung konglomerat, breksl. S8atupasir tufaan : abu-abu, keras, struktut sedimen paralet laminas, lapisan ber- ‘susun, flote cast, struktut pembebanan. Breks! : abu-abu, keras, komponen menyudut tanggung, komponen terdit! atas batuan beku andesitik dan balsatik, batu pasir. batulempung : abu-abu, keras, gampingan. Formasi Halang Batupasir tufaan selang seling batulempung Botupasir tufaan : abu-abu, keres, struktur sedimen paralel laminasi, lapisan ber- susun, flote cast, sttuktur pembebanan. Batulempung : abu-abu, keras, gampingan. Formasi Cinambo AWAL| TENGAH 3. Formasi Subang Formasi Subang menindih secara selaras di atas Formasi Halang. Formasi ini berumur Miosen Atas (Djuri,1973) atau Pliosen Bawah (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989). Formasi Subang terdiri atas batulempung gampingan dengan sisipan batupasir tufaan. Batulempung gampingan berwama abu- abu hingga abu-abu kehijauan, menyerpih, berlapis tebal . Di dalam formasi ini sering dijumpai nodul batulempung gampingan dan mengandung mineral besi hasil oksidasi, seperti yang dijumpai di lintasan Sungai Cipelang, Sungai Cikandung dan Sungai Cipanas. Singkapan yang baik dari formasi ini dijumpai di Sungai Cikandung, Tanjungkerta, disusun oleh batupasir tufaan yang tebal dengan sisipan batulempung. Endapan ini dinamakan sebagai Anggota Cikanidung, Formasi Subang. Berdasarkan sifat fisik batuannya, Formasi Subang ini diendapkan di lingkungan laut dalam hingga laut dangkal (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989). 4. Formasi Kaliwangu Formasi Kaliwangu berumur Pliosen Bawah, menindih secara selaras di atas Formasi Subang (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989), dan tidak selaras menurut Djuri (1973). Formasi ini terdiri atas Htologi batulempung dengan sisipan batupasir tufaan, konglomerat, batupasir gampingan dan batugamping. Formasi ini diendapkan pada lingkungan transisi, dengan ciri-ciri dijumpainya adanya lignit dan kandungan fosil moluska yang melimpab, dijumpainya “siderit” yang umum terjadi pada lingkungan 22 transisi. Umur formasi ini adalah Pliosen Atas (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989) atau Pliosen Bawah (Djuri, 1973). 5. Formasi Citalang Formasi Citalang terletak selaras di atas Formasi Kaliwangu (Djuhaeni dan Martodjojo, 1984). Formasi ini merupakan hasil endapan darat sistem sungai meander dan menganyam. Litologi terdiri atas batupasir tufaan, lempung tufaen, dan konglomerat. Di dalam lapisan batupasir halus kadang dijumpai fosil kayu, fosil daun dan fragmen lignit. Umur formasi ini adalah Pliosen Atas (Djuri, 1973) atau Plistosen Bawah (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989). Pada beberapa singkapan di sungai Cisaar, dijumpai adanya fosil vertebrata disamping fosil moluska lingkungan darat (Zaim, ITB, 1999, Komunikasi lisan). Dengan demikian disimpulkan bahwa bahwa umur Formasi Citalang adalah Plistosen. 6, Satuan Batuan Gunungapi Satuan batuan gunungapi merupakan kelompok batuan hasil erupsi gunungapi, berumur mulai Plistosen hingga Holosen (Djuri, 1973). Satuan Batuan Volkanik terdiri atas breksi volkanik dan tuf. Di bagian selatan daerah penelitian, batuan ini membentuk morfologi perbukitan dengan kemiringan lereng terjal hingga sedang. Satuan gunungapi volkanik menindih secara tidak selaras batuan sedimen marin. 7. Satuan Aluvial Satuan aluvial merupakan endapan hasil rombakan batuan yang berumur Holosen. Endapannya terdiri atas material lepas berukuran bongkah hingga lempung. Penyebaran satuan ini dijumpai di bagian hilir wilayah aliran sungai utama yang menempati daerah landai berupa dataran rendah. Sungai utama yang mengalir di daerah penelitian seluruhnya Mmengalir ke arah utara, sehingga penyebaran aluvium ini menempati bagian utara daerah penelitian. Di beberapa tempat endapan aluvium ini telah membentuk undak sungai yang membentuk morfologi pedataran dan perbukitan landai. 8. Satuan Andesit Satuan Andesit merupakan batuan terobosan yang selurubnya berkomposisi andesit. Batuan ini mengintrusi batuan sedimen Formasi Cinambo, Formasi Halang, Formasi Subang dan Formasi Citalang. Beberapa lokasi dijumpainya intrusi andesit ini, antara lain di hulu Sungai Cinambo (Sumedang), Lebaksiu (Sumedang), Cadasngampar (Sumedang), Tanjungkerta (Sumedang), Bantarujeg (Majalengka) dan di sekitar Balukbuk (Majalengka). Berdasarkan pada batuan yang diterobosnya, disimpulkan bahwa intrusi ini berumur Kuarter (Djuri, 1973) 24 2.2.2. Struktur Geologi Berdasarkan interpretasi foto udara dan citra landsat (Foto 2.1), didapatkan adanya 4 arah kelurusan yang diperkirakan sebagai rekahan/sesar (Gambar 2.5), yaitu baratlaut-tenggara, utara-selatan, timurlaut-baratdaya dan barat-timur. Hasil interpretasi foto udara dan citra landsat ini digunakan sebagai dasar penelitian lapangan. Dari beberapa lintasan pengamatan dijumpai indikasi adanya pensesaran berupa breksi sesar, milonit, lipatan seret, arah jurus dan kemiringan bidang lapisan yang tidak beraturan, lapisan batuan yang tegak, struktur pembalikan lipatan dan ditemukannya sejumlah sesar- sesar minor (Gambar 2.6). Khusus untuk bidang cermin sesar dilakukan pengukuran jurus dan kemiringan bidang sesar, pitch serta mengidentifikasi sifat geraknya. Hasil pengukuran bidang cermin sesar tersebut dapat dilihat pada Lampiran II dan gambaran stereogram sesar minornya dapat dilihat pada Lampiran III. Dari hasil penelitian lapangan, dapat ditentukan 22 sesar. Dari hasil analisis disimputkan bahwa ke 22 sesar tersebut terdiri atas 11 sesar naik, 10 sesar mendatar dan 1 sesar normal (Gambar 2.7). Masing- masing jenis sesar tersebut akan dibahas dalam sub bab tersendiri 26 Foto 2.1. Citra landsat daerah penelitian Gambar 2 5 Diagram roset arah umum kelurusan struktur 2.2.2.1. Sesar Naik Sesar naik umumaya berarah barat-timur hingga baratlaut-tenggara. Masing-masing sesar naik tersebut adalah Sesar Bantarujeg, Sesar Cijaweu, Sesar Cinambo, Sesar Buniasih, Sesar Cimeong, Sesar Pareang, Sesar Balukbuk, Sesar Malati, Sesar Gunung Geulis, Sesar Gunung Lutung dan Sesar Baribis. Seluruh sesar naik tersebut di atas dapat dilihat pada Peta Geologi, Peta Struktur (Gambar 2.7) dan Penampang Struktur (Gambar 2.8 s 1 Gambar 2.14). Seluruh bidang sesar naik tersebut di atas, umumnya miring ke arah selatan, kecuali Sesar Pasir Malati dimana bidang sesarnya miring ke arah utara (Gambar 2.8 dan gambar 2.10). Dengan demikian secara umum blok yang berada di bagian selatan relatif naik terhadap blok di bagian utaranya,hal ini menunjukan bahwa “Tectonic transport” menuju ke arah utara. Berdasarkan arah kemiringan bidang sesar dan “Tectonic JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJAN A INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gambar 2.5 PETA LOKASI PENGUKURAN STUKTUR SESAR MINOR U cores {cone ee ty Oleh : fyan Haryanto Nim : 22095 002 Sungai Cikandung. Sungai Cipanas Sungai Cipelang. Sungai Cibayawah Sungai Cibeureum Sungai Cimanuk wasacencxh Sungai Citutung ‘Sungai Cinambo \ ‘Sungai Cipala Sungai Cijinghang SZ A cet ‘Sungai Cipaingeun : Sungai Cisaar i Sungai Cijaneu Sungat Cyjuret SE LG rah oA Bukit Banbis: Sungai Cibulub: ake Gareet Sesar Nath Sesar Mendstar Sear Normal Loman oenec ition JURUSAN TEKNIK GEOLOG! FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gombar 2-6 PETA STRUKTUR SESAR 12 Sessr Cikandung Sesar Cipenas Sesar Cipeteng Sesar Cimanuk Sesar Cisaar Sesar Larnelout Sever Citutung, Sesar Kadumalik, ‘Sesor Cihikeu 21 Ses Cadasngsmper 29 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANOUNG Gombor 2.8 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAI CILUTUNG U ° t ym Oleh IYAN HARYANTO NIM 22095002 Satuan Breksi Formosi Holang Formasi Cinambo —cvT-rsSesar Noik p BE Sesor Mendatar —_— Antiktin a Sinklin “or ‘Strike / dip JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANOUNG Gb 2.9 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAIL CIMANUK U ° , 2 Km Olen IYAN HARYANTO NIM 22095002 LEGENDA Formas! Cinambo ~—Y~~ Sesor Noik Vi Sesor Mendatar Antiktin Strike /dip op, aMtus vilaurs Or vpney —-}— sDyopUaW 10595 UA * aS ION 2059S oqwould jsows04 BudjOH |sOWJ04 184948 UoNiDS 20086022 WIN OLNVAUVH NVAI 410 y eOoo n ONNLNND IVONNS NVSVLNIT YNLANYLS ONVIWVNSd @'Z soquiog ONNONVG ISOIONNSL ANLIISNE YNVFYVS VISVd SVIINAVS 1907039 INNS NYSNUAr JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANOUNG Gb 2.9 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAIL CIMANUK U ° , 2 Km Olen IYAN HARYANTO NIM 22095002 LEGENDA Formas! Cinambo ~—Y~~ Sesor Noik Vi Sesor Mendatar Antiktin Strike /dip JURUSAN TEKNIK GEOLOG! FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gb 2.10 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAI CISAAR U Oleh 1YAN HARYANTO NiM 22095002 LEGENDA Lew | Formasi Koliwangu Formasi Cinambo Sesor Naik Sesor Mendator Antiklin Sinklin 4 a = am Strike /dip JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARVJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gb 2.11 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAI CIKANDUNG U ° ‘ 2 Km Olen 1YAN HARYANTO NIM 22095002 LEGENDA Formosi Subong o c Formosi Kaliwangu i Sesar Naik Setar zs , ‘ S v ~Sesor Cikondung >>. ye IL ear Cltandung Sesor Mendator Antiklin Sinklin Strike /dip JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gb 2.12 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAI GIGARUKGAK U Oleh IVAN HARYANTO NIM 22095002 LEGENDA Formas! Kallwangu Formas! Subang Sesor oribis Sesor Noik Antiklin Sinklin Strike dip JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gb 2.13 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAI CIPANAS U oi” 1 2 Km Oleh IVAN HARYANTO NIM 22095002 LEGENDA en | Formas! Citolang = Formasl Kaliwangu Sesor Baribis, Formas! Subang Sesor Cipanes Sesor Gunung Lutung . —T-yy =Sesor Notk A Sesor Mendotar ay Strikes aip BS Botos Formasi tens A JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Gb 2.14 PENAMPANG STRUKTUR LINTASAN SUNGAI CICACABAN U 2 n pom IVAN HARYANTO ‘MIM 22098002 LESENDA Ferman ciratong [xn] Fermast Ketlwongy Ferman suvone TOF Serer Hote ‘Sevor Mendotor ae Steme sen 77 Fotos Formasi transport”nya, maka bidang sesar naik yang miring ke arahseatan atau searah dengan “Tectonic transport”nya dinamakan sebagai “Fore thrust” sedangkan bidang sesar yang miring ke arah utara atau berlawanan dengan “Tectonic transport”nya dinamakan sebagai “Back thrust” (Marshak dan Mitra, 1988). Gambaran pola sesar demikian dapat diamati langsung di lapangan, seperti yang dijumpai di limtasan Sungai Cinambo, lokasi pengamatan Cnbo-1 (Gambar 2.15 dan Foto 2.2) CRS Foto 2.2. Struktur lipatan yang berasosiasi dengan pembentukam sesar naik dan sesar normal di Sungai Cinambo (Cnbo-1), Nampak bidang sesar naik berkembang pada puncak dan sayap lipatan. 37 Tronsport Tectonic Fore Thrust Bock Thrust Fore Limb Back Limb Thrust Thrust Fore Limb s Ne Thi a" Fore Limb peee Trust Thrust oa 2.15 “Fore thrust dan Back thrust” memotong Formasi Cinambo di sungai Cinambo (Cnbo-1). Nampak pula sesar berkembang pada “Forelimb thrust dan backlimb thrust”. 38 Umumnya sesar naik berkembang di bagian depan puncak lipatan antiklin atau dikenal sebagai “Forelimb thrust” (Mitra, 1992). Sesar naik yang berkembang di bagian depan puncak lipatan, antara lain adalah Sesar Cimeong (Gambar 2.8), Sesar Buniasih (Gambar 2.8), Sesar Cijaweu (Gambar 2.8), Sesar Cinambo (Gambar 2.9), Sesar Baribis (Gambar 2.11 dan Gambar 2.12), Sesar Gunung Lutung (Gambar 2.12), Sesar Balukbuk dan Sesar Pareang. Disamping adanya sesar naik yang berkembang di bagian depan lipatan, juga ditemukan sejumlah sesar naik yang posisinya berada di bagian belakang struktur lipatan, yang selanjutnya dikenal sebagai “Backlimb thrust” (Mitra, 1992). Beberapa sesar naik yang termasuk ke dalam pola ini, adalah Sesar Bantarujeg (Gambar 2.9), Sesar Cijaweu (Gambar 2.10) dan Sesar Buniasih (Gambar 2.11). Adanya dua pola struktur tersebut di atas, umumnya tidak melibatkan batuan dasar. Pola struktur demikian dikenal sebagai “Detachment fold train” (Mitra, 1992). Dari gambaran pola sesar naik di daerah penelitian, nampak bahwa_posisi sesar naik satu dengan lainnya relatif saling sejajar. Pada daerah yang dibatasi oleh dua bidang sesar (Thrust sheet), umumnya dijumpai lipatan asimetri yang rebah ke arah utara (Gambar 2.13). Kondisi imi mencerminkan bahwa seluruh sesar naik tersebut di atas membentuk pola 39 imbrikasi (Imbricated fan) yang merupakan bagian dari sistem sesar naik (Boyer dan Elliot, 1982). Dari seluruh sesar naik yang berkembang di daerah penelitian, Sesar naik Baribis terletak paling utara dan merupakan sesar yang paling panjang jalur sesarnya (Dibahas Secara lebih mendalam dalam Bab 3). Sesar Baribis merupakan sesar utama di daerah peneltian. Jalur sesar ini berarah baratlaut- tenggara dengan sifat gerak naik. Keberadaan sesar Baribis di daerah penelitian ditentukan berdasarkan hasil analisis foto udara/citra landsat dan data-data lapangan, yang selengkapnya di jelaskan sebagai berikut : 1. Hasil penafsiran foto udara dan citra landsat, diketahui dibagian utara dijumpai adanya kelurusan regional yang arahnya baratlaut tenggara. Arah kelurusan ini selanjutnya menerus ke arah tenggara. 2. Di daerah Kadipaten, yaitu tepatnya di Desa Baribis, ditemukan sejumlah bidang sesar dan struktur sesar minor yang memotong tubuh batugamping (Foto 2.3, Foto 2.4 dan Foto 2.5). Ukuran bidang sesar tersebut relatif besar, dengan arah jurus dan sudut kemiringan bidangnya berkisar antara N 280°E — N 300°E / 30° - 45°, pitch berkisar antara 60° - 89°. Seluruh bidang sesar naik tersebut tersebut menunjukan pergerakan naik. Jenis sesar naik berdasarkan besamnya nilai “Pitch” dan kemiringan bidang sesamya adalah “ Thrust right slip fault” (Rickard, 1972). Disamping adanya bidang sesar naik, juga ditemukan sejumlah bidang sesar yang menunjukan pergeseran lateral. Bidang sesar ini umumnya berarah N 320°E — N 335°E / 75° - 80°, pitch berkisar antara 5° - 15°. Selanjutnya ditemukan pula sejumlah struktur sesar minor dengan arah yang beragam dan sifat pergeseran naik, normal dan mendatar, dengan “Pitch” berkisar antara 5° hingga 89°. Di beberapa bidang sesar minor dijumpai adanya dua gores garis yang saling berpotongan. Hal ini menunjukan adanya tektonik ekstensional yang menghasilkan gerak turun. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada lampiran II. Ditemukannya sejumlah struktur sesar minor pada jalur kelurusan baratlaut-tenggara. Beberapa lokasi ditemukannya sesar minor tersebut, seperti yang dijumpai pada lintasan Sungai Cikandung, Sungai Cipanas, Sungai Cipelang, Sungai Cibayawak (Foto 2.6). Keberadaan sesar minor tersebut dijumpai pada batuan dari Formasi Citalang, Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu. Keberadaan sesar minor tersebut diyakini berkaitan dengan pembentukan sesar Baribis. Ditemukannya singkapan batuan dari Formasi Kaliwangu (Pliosen) dan Formasi Citalang (Pliosen-Plistosen), dengan kemiringan lapisan batuan yang cukup besar, yaitu diatas 50° bahkan dibeberapa lokasi Pengamatan seperti yang dijumpai di Sungai Cibayawak, kemiringan lapisan batuan mendekati 80°. Selanjutnya pada tubuh batuan yang terlipat kuat ini dijumpai sejumlah sesar minor, seperti yang dijumpai di Sungai Cibayawak (Foto 2.6), Sungai Cipelang, Sungai Cipanas dan Sungai Cikandung. Besarnya kemiringan lapisan batuan dan 4) ditemukannya sejumlah sesar minor tersebut diyakini sebagai akibat adanya tektonik kompresi yang cukup kuat. Tektonik inilah sebagai penyebab terbentuknya Sesar Baribis di sepanjang jalur tersebut. Sesar Baribis di daerah penelitian dapat pula diketahui berdasarkan pada posisi stratigrafi serta penyebaran batuan antara Formasi Citalang, Formasi Kaliwangu dan Formasi Subang. Di bagian utara daerah penelitian, Formasi Citalang dan Formasi Kaliwangu berada di bagian paling utara sedangkan Formasi Subang berada di bagian selatan. Penyebaran masing-masing formasi tersebut dapat dilihat pada peta geologi maupun pada beberapa penampang struktur yang dibuat di lintasan Sungai Cikandung (Gambar 2.11), Sungai Cigarugkak (Gambar 2.12), Sungai Cipanas (Gambar 2.13) dan Sungai Cicacaban (Gambar 2.14). Dari seluruh penampang geologi tersebut nampak bahwa lapisan batuan dari Formasi Citalang dan Formasi Kaliwangu miring ke arah utara sedangkan lapisan Formasi Subang miring ke arah selatan. Mengingat hubungan stratigrafi antara Formasi Kaliwangu dan Formasi Subang adalah selaras, maka batas antara Formasi Kaliwangu dan Formasi Subang adalah kontak struktural. Di sekitar jalur sesar inilah ditemukannya struktur sesar minor dan kemiringan lapisan batuan yang besar, seperti yang telah dijelaskan pada poin 1, 2 dan 3. 42 Berdasarkan analisis foto udara dan citra landsat yang ditunjang data lapangan tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa Sesar Baribis 1. Berarah baratlaut-tenggara, merupakan sesar naik, bidang sesar miring ke arah selatan, blok bagian selatan relatif naik terhadap blok bagian utara. Di daerah Kadipaten-Maja, Sesar naik Baribis berbelok arahnya ke tenggara dengan sifat gerak mendatar dekstral. N 3. Sesar Baribis disamping dipotong oleh sejumlah sesar mendatar yang ukurannya relatif kecil, yaitu Sesar Cikandung, Sesar Cipanas, Sesar Cipelang dan Sesar Cimanuk. Foto 2.6. Salah satu bidang sesar pada tubuh batugamping di perbukitan Baribis, Desa Baribis (Brb-1). Sebagai indikasi adanya Sesar Baribis. 4B Foto 2.7. Salah satu bidang sesar pada tubuh batugamping di perbukitan Baribis, Desa Baribis (Brb-2). Sebagai indikasi adanya Sesar Baribis. Foto 2.8. Sesar minor pada tubuh batugamping, sebagai salah satu indikasi adanya Sesar Baribis. Tersingkap di Desa Baribis (Brb-1) Foto 2.9. Sesar minor pada lapisan batulempung Formasi Kaliwangu, sebagai salah satu indikasi adanya Sesar Baribis. Tersingkap di Sungai Cibayawak (Cby-1). 2.2.2.2, Sesar Mendatar Sesar mendatar umumnya berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut- tenggara, Sesar berarah timurlaut-baratdaya merupakan sesar mendatar sinistral, yang seluruhnya berjumlah 8, masing masing adalah Sesar Cikandung, Sesar Cipanas, Sesar Cipelang, Sesar Cimanuk, Sesar Cisaar, Sesar Cilutung, Sesar Kadumalik dan sesar Cihikeu. Sedangkan sesar berarah baratlaut-tenggara merupakan sesar mendatar dekstral, terdiri atas Sesar Gunung Djagat dan Sesar Lamelaut. Selanjutnya sesar normal hanya dijumpai 1 buah, yaitu Sesar Cadasngampar. 45 2.2.2.3. Hubungan Struktur Sesar Dengan Struktur Lipatan Di daerah penelitian, keberadaan struktur sesar berasosiasi dengan struktur lipatan. Berdasarkan hasil pengukuran sejumlah bidang lapisan (Lampiran 1), diketahui adanya struktur antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan umumnya berarah barat baratlaut-timur tenggara hingga barat laut-tenggara. Secara keseluruhan pola lipatan daerah penelitian yang digambarkan ke dalam diagram kontur, memiliki sumbu lipatan yang miring ke arah selatan (Gambar 2.16). Gambar 2.16, Diagram kontur struktur lipatan daerah penelitian Secara umum gambaran struktur lipatan dan sesar di daerah penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Di bagian tengah daerah penelitian umumnya kemiringan bidang lapisan berkisar antara 40° hingga 70°, sedangkan di utara dan selatan umumnya relatif landai. Adanya kemiringan bidang lapisan 46 batuan yang besar ini selalu dijumpai di sekitar zona sesar naik, dibuktikan dengan adanya sesar minor dan fipatan seret (Peta Geologi). Di beberapa lokasi pengamatan, kemiringan bidang lapisan batuan relatif tegak (Foto 2.10) bahkan ada yang telah mengalami pembalikan (Foto 2.11 dan gambar 2.17). Adanya struktur lipatan tersebut selalu di sertai oleh berkembangnya kekar gerus, ipatan kecil serta ditemukan sejumlah sesar minor. Bukti-bukti lapangan tersebut mencerminkan bahwa struktur lipatan tersebut berada pada zona pensesaran. Beberapa lokasi pengamatan yang menunjukan kondisi tersebut di atas, dijumpai di Sungai Cikandung (Ckd 1, Ckd 12, Ckd 15) dimana lipatan tegak (Foto2.10 dan Foto 2.11) berasosiasi dengan pembentukan sesar naik Gunung Geulis. Bukti lainnya yang menunjukan kondisi tersebut di atas, dijumpai di Sungai Cipanas (Cps 1, Cps 2 dan Cps 3), dan di Sungai Cibayawak (Cby-1) yang seluruhnya berasosiasi dengan pembentukan Sesar Baribis. Pembentukan struktur sesar umumnya diikuti oleh pelipatan. Kondisi ini dapat secara langsung dibuktikan di lapangan, seperti yang dijumpai pada singkapan di lintasan Sungai Cinambo (Cnbo-1), dimana kemiringan bidang lapisan relatif lebih tegak di sekitar zona sesar, hal ini disebabkan adanya pengaruh pergeseran. Beberapa bidang sesar di lokasi tersebut berkembang pada bagian lembah sinklin, hal ini sangat umum terjadi di dalam pola sistem sesar naik (Boyer dan Elfiot, 1982). 47 4, Disamping adanya struktur lipatan yang ukurannya regional, juga ditemukan lipatan seret yang disertai dengan adanya sejumlah sesar minor. Sesar minor tersebut dijumpai pada permukaan bidang lapisan (antar bidang lapisan) maupun memotong bidang lapisan batuannya. Kondisi ini mencerminkan bahwa pembentukan lipatan kecil ini Derasosiasi dengan pembentukan sesar. Salah satu singkapan yang menunjukan kondisi tersebut di jumpai di Sungai Cijaweu (Cjw-1), dimana lipatan seretnya dipotong oleh sejumlah sesar minor (Foto 2.10). Lokasi singkapan ini dijumpai di dalam zona Sesar Cijaweu. 5. Di beberapa tempat struktur lipatan dan sesar naik ini, dipotong oleh sesar mendatar baik sinistral maupun dekstral (Peta Geologi). 48 Foto 2.10. Lapisan tegak batupasir Anggota Cikandung, Formasi Subang di Sungai Cikandung (Ckd- 12). Di lokasi ini dijumpai sejumlah sesar minor yang memotong bidang lapisan batuan. Kondisi ini menggambarkan bahwa lipatan tersebut terdeformasi sangat kuat dan berasosiasi dengan pembentukan Sesar naik Gunung Geulis. 49 Foto 2.11. Struktur sedimen “Flute cast” yang posisinya sekarang berada di bagian atas, menunjukan bahwa lapisan batuan tersebut telah mengalami pembalikan. Adanya pembalikan di lokasi ini mengidikasikan adanya —struktur lipatan rebah yang berhubungan dengan sesar naik Gunung Geulis. Singkapan di Jumpai di Sungai Cikandung (Ckd-12) 50 Sesar Gunung Geulis Lokasi Foto 2.1 Lokasi Foto 2.2 Q Gambar 2.8. Sketsa yang menggambarkan lipatan rebah yang berasosiasi dengan pembentukan sesar naik Gunung Geulis. 51 Foto 2.9. Lipatan seret dijumpai di Sungai Cijaweu (Cjw-l). Pada singkapan ini ditemukan pula sesar minor yang mengakibatkan struktur lipatan menjadi sangat rumit. Struktur geologi tersebut _berhubungan dengan pembentukan sesar naik Cijaweu. 52

You might also like