You are on page 1of 11

Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

Analisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian Katarak di Daerah Pesisir


Kendari
1
Alfi Laila 2Ilyas Raupong 3Juminten Saimin
1
Program Studi Pendidikan Dokter
2
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
3
Bagian Mata RSUP Bahteramas

ABSTRACT
Background:Cataract is a condition where lens that usually clear and transparent become cloudy. Based on the
last report, cataract is responsible for 51% of blindness that happen in the world, which presented around 20
millions people. In Indonesia, the estimate of incindent rate of cataract is 0.1% a year which means every year
there is one person a new patient of cataract among 1000 people. The occurrence of cataract cannot be
separated from the risk factors that affect it. Purposes:This research aims to determine the risk factor of the
occurrence of cataract in costal area of kendari. Methods:This research is observational analytic research with
case-control matching design. The population were all patients who visited the Puskesmas Abeli, Nambo dan
Mata in 2015-2016. The sampling method is purposive sampling with the cases are those patient who was
diagnosed with cataract and the control are not. The samples are 62 people with the comparison cases and
controls is 1:1 so that the number of cases-samples are 31 people and controls-samples are 31 people who had
been matched such as age and gender. The instrument of this research is questionnaire. Data were analyzed by
determining the odds ratio. Results:The result of this research showed that job, income, and education are a
risk factor for the occurrence of cataract which have meaningful statistically. Smoking habit and drink alcohol
are a risk factor for the occurrence of cataract which doesn’t have meaningful statistically. The result of
bivariat test for job is OR:2.908(CI95%:1.031-8.204), income OR:3.067 (CI95%:1.053-8.934), education
OR:3.431 (OR95%:1.100-10.704), smoking OR:1.816 (IC95%: 0.616-5.355) and alcohol OR:2.467
(IC95%:0.733-8.369) Conclusions:The conclusions of this research is that job, income and education is a
meaningful risk factor for the occurrence of cataract. Smoking and alcohol is a meaningless risk factor in costal
area of Kendari.
Keywords: cataract, risk factor

PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan Tenggara, katarak menjadi penyebab
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi paling sering kebutaan yang bertanggung
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, jawab sekitar 50-80% dari semua kebutaan
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat yang terjadi (Kanagarajan dkk., 2011).
kedua-duanya (Ilyas, 2015). Berdasarkan Di Indonesia, perkiraan insiden
laporan terakhir, katarak bertanggung katarak adalah 0.1%/tahun artinya setiap
jawab sebanyak 51% dari kebutaan yang tahun terdapat seorang penderita katarak
terjadi di dunia, yang merepresentasikan baru diantara 1000 orang. Sekitar 16-22%
sekitar 20 juta orang. Meskipun katarak penderita katarak yang dioperasi berusia di
dapat dihilangkan dengan operasi, masih bawah 55 tahun. Di Sulawesi Tenggara
banyak negara yang terkendala untuk kejadian katarak yakni sebanyak 1.8%
operasi(WHO, 2010). (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 1990 katarak menjadi Kejadian katarak sendiri tidak
penyebab paling dominan terjadinya terlepas dikarenakan adanya faktor risiko
kebutaan di dunia. Sampai tahun 2010, yang ada. Faktor penyebab katarak sendiri
katarak tetap menjadi penyebab utama dapat berasal dari dalam tubuh sendiri
terjadinya kebutaan di 16 negara dan (faktor intrinsik) dan faktor dari luar tubuh
menjadi penyebab kebutaan kedua di lima (faktor ekstrinsik). Faktor intrinsik antara
Negara (Khairallah dkk., 2015). Di Asia lain adalah faktor usia, jenis kelamin, etnis
377
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

dan genetik. Faktor ekstrinsik antara lain ditemukan adanya hubungan cedera mata
adalah pajanan kronis ultra violet, infra atau traumatik dengan kejadian katarak ,
merah atau sinar matahari, merokok, dan diabetes melitus dengan katarak.
nutrisi, myopia, alkohol, derajat sosial Pada penelitian yang dilakukan
ekonomi, status pendidikan dan Arimbi (2011) mengenai faktor risiko
multivitamin (Tana dkk., 2006). kejadian katarak di RSUD Budhi Asih
Seseorang yang menderita katarak ditemukan berbagai faktor risiko lain yakni
akan merasakan silau bila penerangan faktor demografi umur berhubungan
terlalu kuat, sehingga merasa senang secara statistik dengan katarak dimana
membaca di tempat dengan penerangan umur 65 tahun keatas mempunyai risiko
kurang (Ilyas,2006). Pasien akan paling besar terkena katarak, faktor sosial
mengeluh penglihatan buram seperti ekonomi pekerjaan dan pendidikan
tertutup asap/kabut tanpa mata merah dan berhubungan bermakna secara statistik
sakit. Selain itu dapat dirasakan perubahan dengan katarak, namun faktor prilaku
persepsi warna, ukuran kacamata sering merokok dan konsumsi alkohol tidak
berubah, penglihatan ganda dan kesulitan berhubungan secara statistik. Meski
saat membaca. Pada keadaan tertentu penelitian yang dilakukan Arimbi
dapat muncul second sight.(Sugiarti menandakan tidak adanya hubungan
dkk,2016). Kehilangan pengihatan pasien statistik kebiasaan merokok dengan
katarak bersifat tidak nyeri dan menurun katarak, namun pada penelitian yang
secara progresif bertahap. Pasien dengan dilakukan oleh Tana dkk (2007),
kekeruhan sentral mengalami kehilangan menyebutkan bahwa responden perokok
penglihatan lebih awal. Pasien ini melihat 2.17 kali lebih tinggi dibandingkan bukan
dengan baik ketika pupil berdilatasi karena perokok.
cahaya yang remang di malam hari. Pada Pada tahun 2008, Agus
pasien dengan kekeruhan perifer, menjelaskan dalam hasil penelitiannya
hilangnya penglihatan tertunda dan bahwa penduduk di daerah pantai yang
penglihatan semakin membaik dengan kebanyakan nelayan lebih berisiko
adanya cahaya yang terang ketika pupil mengalami katarak yang dibuktikan
berkontraksi (Khurana, 2007). dengan jumlah pasien operasi katarak yang
Pada tahun 2004, dalam penelitian lebih banyak diikuti oleh penderita yang
yang dilakukan oleh Pujiyanto di berdomisili di daerah pantai utara selatan
Semarang, terdapat faktor risiko yang Pulau Jawa (Agus, 2008).
berpengaruh pada katarak senil yaitu umur
di atas 64 tahun, protein hewani yang tidak METODE PENELITIAN.
setiap hari dimakan, pekerjaan di luar Penelitian ini dilakukan di
gedung, kebiasaan merokok, protein nabati Puskesmas Abeli, Nambo dan Mata
yang tidak setiap hari di konsumsi, tingkat dengan sumber data berupa data primer
pendapatan subyek yang rendah dan dan data sekunder. Populasi penelitian ini
pendidikan rendah (Pujiyanto,2004). adalah seluruh pasien katarak dewasa dan
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh pasien non katarak yang berkunjung di
Rasyid dkk (2010) di Makassar, puskesmas Abeli, Nambo dan Mata yang
menunjukkan faktor risiko terjadinya tercatatat dalam buku registrasi rekam
katarak ialah usia, jenis kelamin, serta medik dalam kurun waktu tahun 2015

378
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

hingga oktober 2016. Sampel penelitian ini a. Analisis faktor risiko pekerjaan
terdiri dua golongan, yakni kasus dan dengan kejadian Katarak
kontrol. Kasus adalah pasein katarak yang
terdiagnosa secara klinis oleh dokter dan Hasil uji statistik di dapatkan nilai
tercatatat dalam rekam medik dan kontrol Odd Ratios 2.908 (CI:1.031-8.201) yang
adalah bukan pasien katarak yang diambil menunjukkan bahwa terdapat hubungan
dari rekam medik puskesmas. Teknik yang bermakna antara pekerjaan dengan
pengambilan sampel yakni dengan kejadian katarak dan dapat disimpulkan
purposive sampling. Penelitian ini bahwa responden yang bekerja di luar
menggunakan uji statitistik odd ratio. gedung berisiko katarak sebesar 2.908 kali
Pengumpulan data primer dan data dibandingkan yang bekerja di dalam
sekunder dilakukan pada bulan Januari- gedung.
Februari 2017 dengan sampel yang
b. Analisis faktor risiko penghasilan
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
dengan kejadian Katarak
sebanyak 62 orang dengan perbandingan
kasus dan kontrol 1:1 yang masing-masing Hasil uji statistik di dapatkan nilai
terdiri dari 31 kasus dan 31 kontrol. Odd Ratios 3.067 (CI:1.053-8.934) yang
Penelitian ini adalah penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
analitik observasional dengan rancangan yang bermakna antara penghasilan dengan
case control dengan matching, kejadian katarak dan dapat disimpulkan
membandingkan antara kelompok kasus bahwa responden yang berpenghasilan
dan kelompok kontrol dengan rendah berisiko katarak sebesar 3,07 kali
menyamakan karakteristik usia dan jenis dibandingkan yang berpenghasilan tinggi.
kelamin sampel kasus dan kontrol. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari c. Analisis faktor risiko pendidikan
dokumen tertulis berupa catatan rekam dengan kejadian Katarak
medis pasien yang berkunjung di
Hasil uji statistik di dapatkan nilai
Puskesmas Abeli, Puskesmas Nambo dan
Odd Ratios 3.431 (CI:1.100-10.704) yang
Puskesmas Mata pada tahun 2015-2016
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
baik pasien yang menderita katarak
yang bermakna antara pendidikan dengan
maupun yang tidak menderita katarak.
kejadian katarak dan dapat disimpulkan
Sedangkan data primer diperoleh dengan
bahwa responden yang berpendidikan
melakukan wawancara mengunakan
rendah berisiko katarak sebesar 3.431 kali
kuisoiner yang diperoleh dari penelitian
dibandingkan yang berpendidikan tinggi
Arimbi yang memiliki aksesibilitas yang
terbuka kepada responden. d. Analisis faktor risiko merokok
dengan kejadian Katarak
HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian Hasil uji statistik di dapatkan nilai
Berdasarkan hasil penelitian yang Odd Ratios 1.816 (CI:0.616-5.355) yang
telah dilakukan di Puskesmas Abeli, menunjukkan bahwa secara statistik tidak
Nambo dan Mata, distribusi subjek terdapat hubungan yang bermakna antara
berdasarkan karakteristik dapat dilihat merokok dengan kejadian katarak dan
pada tabel 1.

379
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

dapat disimpulkan bahwa responden yang menunjukkan bahwa secara statistik tidak
merokok berisiko katarak sebesar 1.816 terdapat hubungan yang bermakna antara
kali dibandingkan yang tidak merokok kebiasaan minum alkohol dengan kejadian
namun tidak bermakna secara statistik. katarak dan dapat disimpulkan bahwa
responden yang peminum berisiko katarak
e. Analisis faktor risiko alkohol sebesar 2.476 kali dibandingkan yang
dengan kejadian Katarak bukan peminum namun tidak bermakna
secara statistik.
Hasil uji statistik di dapatkan nilai
Odd Ratios 2.476 (CI:0.733-8.369) yang

Tabel 1. Karakteristik umum subjek penelitian


Variabel Kasus Kontrol
Jumlah % Jumlah %
Usia
<45 0 0 0 0
45-55 3 9.7 3 9.7
56-65 11 35.5 11 35.5
66-75 14 45.2 14 45.2
>75 3 9.7 3 9.7
Jenis kelamin
Laki-laki 14 45.2 14 45.2
Perempuan 17 54.8 17 54.8
Pekerjaan
Luar gedung 18 58.1 10 32.3
Dalam gedung 13 41.9 21 67.7
Penghasilan
Rendah 23 74.2 15 48.4
<1.000.000
Tinggi 8 25.8 16 51.6
>1.000.000
Pendidikan
Rendah 25 80.6 17 54.8
Tinggi 6 19.4 14 45.2
Merokok
Ya 12 38.7 8 25.8
Tidak 19 61.3 23 74.2
Alkohol
Peminum 10 32.3 5 16.1
Bukan peminum 21 67.7 26 83.9
Total 31 100 31 100

380
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

Tabel 2. Analisis faktor risiko pekerjaan dengan kejadian katarak di daerah pesisir kendari
Pekerjaan Subyek Jumlah Odd 95%IC
(n) Ratio
(OR)
Kasus Kontrol Lower Upper
n % n % n % limit limit
Luar gedung 18 29.0 10 16.1 28 45.2 2.908 1.031 8.204
Dalam gedung 13 21.0 21 33.9 34 54.8
Total 31 50 31 50 62 100

Tabel 3. Analisis faktor risiko penghasilan dengan kejadian Katarak didaerah pesisir Kendari
Penghasilan Subyek Jumlah Odd 95%IC
(n) Ratio
(OR)
Kasus Kontrol Lower Upper
n % n % n % limit limit
Rendah 23 37.1 15 24.2 38 61.3 3.067 1.053 8.934
Tinggi 8 12.9 16 25.8 24 38.7
Total 31 50 31 50 62 100

Tabel 4. Analisis faktor risiko pendidikan dengan kejadian Katarak di daerah pesisir Kendari

Pendidikan Subyek Jumlah Odd 95%IC


(n) Ratio
(OR)
Kasus Kontrol Lower Upper
n % n % n % limit limit
Rendah 25 40.3 17 27.4 42 67.7 3.431 1.100 10.704
Tinggi 6 9.7 14 22.6 20 32.3
Total 31 50 31 50 62 100

Tabel 5. Analisis faktor risiko merokok dengan kejadian Katarak di daerah pesisir Kendari
Merokok Subyek Jumlah Odd 95%IC
(n) Ratio
(OR)
Kasus Kontrol Lower Upper
n % n % n % limit limit
Merokok 12 19.4 8 12.9 20 32.3 1.816 0.616 5.355
Tidak merokok 19 30.6 23 37.1 42 67.7
Total 31 50 31 50 62 100

Tabel 6. Analisis faktor risiko alkohol dengan kejadian Katarak di daerah pesisir Kendari
Alkohol Subyek Jumlah Odd 95%IC
(n) Ratio
(OR)
Kasus Kontrol Lower Upper
n % n % n % limit limit
Peminum 10 16.1 5 8.1 15 24.2 2.476 0.733 8.369
Bukan peminum 21 33.9 26 41.9 47 75.8
Total 31 50 31 50 62 100

381
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

PEMBAHASAN Oksidasi membrane lipid, struktur atau


a. Faktor risiko pekerjaan dengan enzim protein atau DNA oleh radikal bebas
kejadian Katarak dari sinar UV menginisiasi hilangnya
transparansi pada nuclear dan kortikal pada
Hasil uji statistik menunjukkan lensa (American Optometric Association,
bahwa seseorang yang bekerja di luar 2010).
gedung memiliki risiko terkena katarak
2.908 kali lebih besar dibandingkan dengan b. Faktor risiko penghasilan dengan
yang bekerja di dalam gedung.Sehingga , kejadian Katarak
dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
pekerjaan dengan kejadian katarak. Hasil uji statistik menunjukkan
Penelitian ini rupanya sejalan dengan bahwa seseorang yang berpenghasilan
penelitian yang dilakukan oleh Arimbi pada rendah memiliki risiko terkenan katarak
tahun 2011, yang mengatakan bahwa 3.067 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden dengan kategori pekerjaan di luar responden yang berpenghasilan
ruangan mempunyai risiko untuk menderita tinggi.Sehingga, dapat disimpulkan terdapat
penyakit katarak sebanyak 2.9 kali hubungan antara penghasilan dengan
dibandingkan dengan responden kategori kejadian katarak.
pekerjaan di dalam ruangan. Kategori penghasilan rendah yakni
Pada penelitian yang dilakukan oleh seseorang dengan penghasilan selama
Tana dkk (2006), persentase katarak pada sebulan <1.000.000 dan penghasilan tinggi
kelompok petani/nelayan/buruh cukup bila seseorang dengan penghasilan selama
tinggi, 2.5 kali dibandingkan pada sebulan >1.000.000. Hal ini sejalan dengan
pegawai.Pekerjaan petani/buruh/nelayan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanto
dapat dikategorikan di luar rumah yang pada tahun 2004, pada analisis tabulasi
menyebabkan adanya pajanan kronis sinar silang didapatkan OR sebesar 2.9 yang
matahari. Ini sesuai dengan karakteristik berarti, tingkat penghasilan seseorang yang
responden yang pekerjaannya kebanyakan lebih rendah berisiko 2.9 lebih besar
nelayan, pedagang jalanan dan buruh. dibandingkan yang berpenghasilan tinggi.
Pekerja di luar gedung dan terpajan Pendapatan masyarakat pesisir yang
radiasi UV B dari sinar matahari merupakan rendah dikarenakan karena pada umumnya
faktor yang berhubungan dengan mereka menggantungkan hidupnya dari
berkembangnya katarak.Pajanan UV akut pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai
mempunyai efek pada kulit, kornea dan yang membutuhkan investasi besar,
lensa mata. Pada pajanan kronis UV dengan sehingga sebagian besar pekerjaan yang
tingkat bermakna dan waktu yang dilakukan ialah sebagai nelayan kecil,
berlebihan akan menyebabkan hilangnya pedagang jalanan dan buruh. Nelayan kecil
elastisitas pada kulit atau penuaan kulit dini hanya mampu memanfaatkan sumberdaya di
dan risiko terjadinya kanker kulit dan daerah pesisr dengan tangkapan yang
kekeruhan lensa (Tana dkk., 2006). Proses cenderung terus menurun akibat persaingan

382
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

dengan kapal besar (Febrianto dan Rahardjo lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dalam Widodo, 2011). Dengan pendapatan yang berpendidikan tinggi.Sehingga, dapat
yang rendah, asupan gizi menjadi disimpulkan terdapat hubungan antara
kurang.Faktor nutrisi merupakan salah satu pendidikan dengan kejadian katarak.
risiko terjadinya katarak.Telah banyak studi Kategori pendidikan rendah yakni
epidemiologi yang menunjukkan adanya responden yang tidak sekolah hingga SMP,
hubungan antara katarak dengan berbagai dan kategori pendidikan tingi yakni
antioksidan seperti vitamin C, E dan karoten responden yang mengenyam pendidikan
yang dapat mengurangi risiko katarak akibat SMA hingga Sarjana. Metode yang sama
radikal bebas. Diet rendah thiamin, pada penelitian yang dilakukan Pujiyanto
riboflavin, niacin, pyridoxine, folate, pada tahun 2004, ditemukan hubungan
vitamine B12, zinc dan protein dapat bermakna antara tingkat pendidikan dengan
meningkatkan risiko terjadinya katarak kejadian katarak. Penelitian lainnya yang
(Richard, 2008). Vitamin dan asam folat dilakukan oleh Echebiri (2010),
tersebut banyak ditemukan di buah-buahan, menunjukkan bahwa seseorang yang
sayur-sayuran dan kacang- berpendidikan rendah lebih berisiko 2.42
kacangan.Sehingga seseorang yang kali.
berpenghasilan rendah sulit untuk memenuhi Rendahnya tingkat pendidikan di
kebutuhan tersebut.Selain itu, penderita daerah pesisir dikarenakan, pendidikan
katarak dari golongan ekonomi rendah tidak belum menjadi kebutuhan yang penting
akan mampu mengobati penyakitnya ke apalagi kondisi sarana dan prasarana tidak
rumah sakit atau klinik swasta. Jauhnya mendukung.Selain itu, faktor ekonomi juga
jarak dari sarana pelayanan kesehatan menjadi alasan rendahnya tingkat
menyebabkan ongkos transportasi dan biaya pendidikan di daerah pesisir.Meskipun tidak
untuk keluarga yang mengantar menjadi ditemukan hubungan langsung antara tingkat
mahal.Biaya perawatan mata pasca operasi pendidikan dengan kejadian katarak.Namun,
seperti membeli kacamata juga tidak dapat tingkat pendidikan merupakan salah satu
dilakukan. Faktor ekonomi telah dilaporkan indikator dari kualitas sumber daya manusia.
menjadi penghalang pasien untuk Dimana seseorang yang berpendidikan
melakukan operasi katarak pada negara rendah akan berpengaruh pada penghasilan.
berkembang. Penghalang yang di maksud Rendahnya penghasilan seseorang akan
ialah karena kemiskinan, tidak adanya mempengaruhi status nutrisi seseorang. Tak
transpotasi, dan biaya (Radhakrishnan dkk., hanya itu, rendahnya pendidikan seseorang
2015). berakhir dengan pekerjaan sebagai nelayan,
c. Faktor risiko pendidikan dengan buruh dan pedagang jalanan yang kegiatan
kejadian Katarak sehari-harinya terkena dengan sinar
matahari.Padahal status nutrisi dan sinar
Hasil uji statistik menunjukkan matahari memiliki hubungan yang
bahwa seseorang yang berpendidikan rendah signifakan dengan kejadian
memiliki risiko terkenan katarak 3.431 kali katarak.Kurangnya asupan vitamin dan asam

383
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

folat sebagai antioksidan tentunya dapat berada di atas 1, sehingga merokok


meningkatkan risiko terjadinya katarak. dianggap tidak bermakna secara statistic.
Begitu pula dengan paparan sinar matahari Penelitian dengan menggunakan
yang setiap hari, dapat meningkatkan risiko metode sama juga dilakukan oleh Arimbi
terkena katarak karena radiasi dari sinar pada tahun 2011, menyatakan bahwa
UVB yang menyebabkan kekeruhan merokok berisiko menderita katarak sebesar
lensa.Selain itu kurangnya informasi 1.47 kali dibandingkan dengan responden
mengenai penyakit katarak di masyarakat tidak merokok, namun tidak bermakna
pesisir bisa menjadi kendala untuk secara statistic karena nilai p value =0.31
mengenali sejak dini munculnya tanda-tanda (p>0.05). Tidak bermaknanya variabel ini
katarak dan bagaimana pengobatannya. secara statistik dicurigai karena karakteristik
Namun, tingkat pendidikan rendah responden yang berjenis kelamin perempuan
sebagai faktor risiko katarak tak menjamin lebih banyak dibandingkan yang berjenis
bahwa seseorang yang tingkat kelamin laki-laki.
pendidikannya tinggi tak berisiko terkena Berbeda dengan penelitian yang
katarak. Pada penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Darmadi pada tahun 2007,
oleh Novita dkk (2014), justru ditemui, yang menyatakan bahwa seseorang yang
reponden paling banyak berasal dari tingkat memiliki kebiasaan merokok berisiko 2.715
pendidikan tinggi, yakni lulusan SMA kali menderita katarak. Selain itu pada
sebanyak 23 orang (36.5%), perguruan penelitian yang dilakukan oleh Mo’Otapou
tinggi 19 orang (30.2%) sedangkan yang dkk (2015) ditemukan nilai OR:5,286, yang
berpendidikan rendah dengan lulusan SD menunjukkan bahwa merokok merupakan
sebanyak 7 orang (11.1%) dan lulusan SMP fakor risiko kejadian katarak. Pada
sebanyak 14 orang (22.2%). Hal ini bisa penelitian Mo’Otapou menunjukkan bahwa
dikaitkan karena lokasi penelitian Novita seseorang dengan kebiasaan merokok
yang berpusat pada daerah perkotaan, berisiko 5.286 kali lebih tinggi dibandingkan
dimana pada daerah perkotaan tingkat dengan seseorang yang tidak merokok.
pendidikan seseorang lebih tinggi. Pada penelitian ini, faktor risiko
terjadinya merokok dianggap tidak
d. Faktor risiko merokok dengan bermakna secara statistik dicurigai karena
kejadian Katarak karakteristik responden penelitian yang lebih
banyak wanita.Padahal wanita di Indonesia
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sendiri masih jarang yang merokok,
seseorang yang memiliki kebiasaan merokok sehingga secara statistik faktor risiko ini
memiliki risiko terkena katarak 1.816 kali tidak bermakna. Merokok dianggap
lebih tingi dibandingkan dengan responden meningkatkan risiko katarak dengan cara
yang tidak memiliki kebiasaan merokok. meningkatkan stres oksidatif di dalam lensa.
Namun, menunjukkan nilai lower limit Stres oksidatif dapat disebakan oleh radikal
berada di bawah 1 dan nilai upper limit bebas yang dihasilkan dari reaksi yang
terdapat di dalam tembakau rokok atau

384
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

polutan udara lainnya. Radikal bebas ini namun konsumsi alkohol kurang 20 gram
dapat merusak protein lensa dan serat perhari atau tidak pernah sama sekali
membrane sel di dalam lensa secara perharinya tidak meningkatkan risiko
langsung (Weintraub dkk., 2002). Merokok katarak secara signifikan.
juga menyebabkan penumpukan molekul Pada penelitian ini tidak ditemukan
berpigmen 3-hydroxikhynurinie dan hubungan bermakna secara statistik antara
chromophores yang menyebabkan faktor risiko katarak dan alkohol.Hal ini
terjadinya penguningan warna lensa.Sianat dikarenakan proporsi jenis kelamin wanita
dalam rokok juga menyebabkan terjadinya yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.
karbamilasi dan denaturasi protein Padahal di Indonesia kebiasaan minum
(Khurana, 2007). alkohol bagi kalangan kaum hawa masih
dianggap tabu. Peminum alkohol kronis
e. Faktor risiko alkohol dengan kejadian mempunyai risiko tinggi terkena penyakit
Katarak mata termasuk katarak.Dalam banyak
Hasil uji statistik didapatkan nilai penelitian, alkohol berperan dalam
OR sebesar 2.476, yang menunjukkan nilai terjadinya katarak. Alkohol secara langsung
lower limit tidak mencakup 1 dan nilai bekerja pada protein lensa dan secara tidak
upper limit yang melebihi 1 sehingga Ha langsung dengan cara mempengaruhi
dikatakan merupakan faktor risiko namun penyerapan nutrisi pada lensa (Herna, 2009).
tidak bermakna.
Hasil penelitian ini sama hasilnya SIMPULAN
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arimbi pada tahun 2011, dengan nilai Karakteristik usia dan jenis kelamin
OR=0.8 dengan 95%IK interval antara 0.3- pasien katarak di daerah pesisir Kendari,
2.4, yang dapat disimpulkan bahwa kategori yakni ditemukan golongan usia 66-75 tahun
yang pernah mengkonsumsi alkohol berisiko merupakan golongan usia dengan pasien
sebanyak 0.8 kali namun secara statistik terbanyak dan jenis kelamin perempuan
tidak bermkana. Namun hal ini berbanding merupakan jenis kelamin dengan jumlah
terbalik dengan penelitian yang dilakukan proporsi pasien tertinggi. Pekerjaan,
oleh Darmadi pada tahun 2007, dimana penghasilan dan tingkat pendidikan
didapatkan nilai OR;2.342 (95%IK: 1.132- merupakan faktor risiko penyakit katarak
4.847), sehingga dapat disimpulkan yang bermakna secara statistik.
seseorang yang mengkonsumsi alkohol Kebiasaan merokok dan konsumsi
berisiko 2.342 kali dibandingkan yang tidak alkohol merupakan merupakan faktor risiko
mengkonsumsi alkohol . Penelitian lain oleh penyakit katarak yang tidak bermakna
Gong dkk (2015) menyebutkan adanya secara statistik.
hubungan banyaknya konsumsi alkohol
dengan risiko katarak. Konsumsi alkohol
berat yakni berkisar 20 gram perhari secara
signifikan meningkatkan kejadian katarak

385
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

SARAN Factor For Cataract in Two


Bagi Puskesmas Abeli, Nambo dan Population Studies in Nigeria.
Mata serta Dinas Kesehatan Kota Kendari, Journal Of Ophthalmology,
agar program promosi kesehatan khususnya 17(4):303-309. Di akses di
mengenai penyakit katarak untuk https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
ditingkatkan, baik berupa poster atau leaflet mc/articles/PMC2991446/
kepada masyarakat tentang gejala, penyebab Febriyanto, T.F, dan Rahardjo. 2005.
dan tanda-tanda terjadinya katarak. Eksploitasi Hubungan Pandega-
Masyarakat yang bekerja di luar gedung juragan dalam Modernisasi
Perikanan Tangkap di Desa
dapat disarankan untuk menggunakan topi
Grajagan, Kecamatan
dan kacamata. Selain itu bisa dibuat Purwoharjo, Kabupaten
program penanggulangan penyakit katarak Banyuwangi dalam Widodo,
seperti pemeriksaan berkala dan operasi Slamet. Strategi Nafkah
katarak gratis. Berkelanjutan Bagi Rumah
Tannga Miskin di Daerah
DAFTAR PUSTAKA Pesisir. 2011. Fakultas
Agus, 2008. Nelayan Berisiko Lebih Besar Pertanian, Universitas
Menderita Katarak, Yogyakarta: Trunojoyo : Bangalan,
Universitas Gajah Mada. Indonesia.
American Optometric Association. 2010. Gong, Y., Feng, K., Yan, U., Xu, Y., Pan,
Optometric Clinical Practice C.W. 2015. Different amounts of
Giudeline, Care of the Adult alcohol consumption and
Patient with Cataract. United cataract: a mete-analysis.
Stated of America China: Medical college of
Arimbi, T. 2012. Faktor-Faktor yang Soochow University, Suzhou.
Berhubungan dengan Katarak Akses di
Degeneratif di RSUD Budhi https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
Asih tahun 2011. Depok: ubmed/25785534
Universitas Indonesia. Herna, Hutasoit. 2010. Prevalensi Kebutaan
Darmadi. 2007. Hubungan kebiasaan Akibat Katarak I Kabuoaten
merokok, konsumsi alkohol dan Tapanulis Selatan. Fakultas
Kedokteran, Universitas
paparan sinar matahari dengan
Sumatera Utara. Di akses di
kejadian katarak di Kabupaten http://repository.usu.ac.id/bitstre
Sintang Propinsi Kalimantan am/123456789/6377/3/10E0016
Barat. Universitas Gajah Mada. 2.pdf.txt
Di akses di Ilyas,S., dan Sri, R.Y, .2015. Ilmu Penyakit
http://etd.repository.ugm.ac.id/in Mata Edisi Kelima. Jakarta:
dex.php?mod=penelitian_detail Balai Penerbit FK-UI . Hal 210
Ilyas,S., 2006. Katarak, Lensa Mata Keruh.
&sub=PenelitianDetail&act=vie
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
w&typ=html&buku_id=35855 Hal 2, hal 10
Echebiri, S.I., Odeigh, P., Myers, S. 2010. Kanagarajan, P., Nandi, P., dan
Case-Control Studies and Risk Lokeshmaran, A. 2011.
Prevalence of Catract Blindness

386
Volume 4 Nomor 2 Bulan April 2017 E-ISSN: 2443-0218

in Rural Puducherry. Mahatma undergo cataract surgery Vol.63


Gandhi Medical College & Issue:7 Page 594-599. Indian J
Research Institute. Ophtamol.
Khairallah, M., Kahloun, R., Bourne, R.., Richad, D. 2008. Handbook of Nutrition and
Limburg, H., Flaxman, S.R., Ophtalmology. Hal 124. New
Jonas, J.B., dkk. 2015. Number Jersey: Humana Press
of People Blind or Visually Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan
Impaired by Cataract Pengembangan Kesehatan,
Worldwide and in World Kementrian Kesehatan.
regions, 1990 to 2010. The Tana, L., Rif’ati, L., dan Ghani, L. 2007.
Association for Research in Peranan Pekerjaan Terhadap
Vision and Ophtalmology. Kejadian Katarak Pada
Khurana, A.K. 2007. Community Masyarakat Indonesia Riset
Ophtalmologi, chapter 20 in Kesehatan Dasar 2007. Jakarta;
Comprensive Opthalmology, Puslitbang Biomedis dan
Fourth Edition. New Delhi: New Famasi.
Age International Publisher. Tana, L., Mihardja, L., dan Rif’ati, L. 2007.
Mo’Otapu, R., dan Bawotong. 2015. Faktor Merokok dan usia sebagai faktor
Faktor Yang Berhubungan risiko katarak pada pekerja
Dengan Kejadian Penyakit berusia ≥ 30 tahun di bidang
Katarak Di Poli Mata RSUP pertanian. UniversaMedicina
Prof. Dr. R.S Kndou Manado. Vol. 26- No.3
Manado; Universitas Sam Tana, L. 2006. Faktor Risiko dan Upaya
Ratulangi Pencegahan Katarak Pada
Kelompok Pekerja. Media
Novita, M.A.K., Franyl O. 2014. Hubungan Litbang Kesehatan Vol. XVI
Pengetahuan dan Sikap dengan Nomor 1.
Kepatuhan Keperawatan Pada Weintraub, J.M, Willerr, W.C., Roner, B.,
pasien Post Operasi Katarak di Colditz, G.A., Seddon, J.M.,
Balai Kesehatan Mata Hankinson, S.E. 2002. Smoking
Masyarakat Sulawesi Utara Cessation and Risk of Cataract
Pujiyanto. 2004. Faktor-Faktor Risiko Yang Excraction among US Women
Berpengaruh Terhadap Kejadian and Men. American Journal of
Katarak Senilis. Semarang: Epidemiology Vol. 155, No.1
Universitas Diponegoro World Health Organization. 2010. Global
Rasyid. R., Rasdi, N., Zulkifli, H.A.A. Data On Visual Impairments
2010. Faktor Yang Berhubungan 2010. Di akses
Dengan Kejadian Katarak Di http://www.who.int/blindness/G
Balai Kesehatan Mata LOBALDATAFINALforweb.pd
Masyarakat Makassar (BKMM) f?ua=1
Tahun 2010. Makasssar:
Universitas Hasanuddin.
Radhakrishnan, M., Venkatesh, R,,
Valaguru, V., Frick, K.D., 2015.
Economic and social factors that
households not willing to

387

You might also like