Professional Documents
Culture Documents
CASE 1
The fast FLurry
(Sesi Pertama)
On 13 June 2019, a 25-year-old man came to Sudimoro Public Health Centre in Pacitan district, with chief
complaint of fever and vomiting. The symptoms were started in the previous two days (11 June 2019). The
fever was accompanied with chills. He vomited three times on the first day, and four times on the second
day.
The vomit contained food particles and was devoid of blood.
Other Complaints
In the preceeding week (around 4 June 2019), he complained of pain in the right upper abdomen, nausea,
fatigue, low appetite, having dark-coloured urine, yellow tinted of eyes and skin. He did not have cough and
difficult breathing.
He had never suffered these symptoms before. He did not have any history of high blood pressure, or other
illness. He did not have history of any allergies. He did not take any medication from doctors.
History of Medication
He took “jamu tolak angin” to alleviate the symptoms, but the symptoms got worse. He did not received any
medication from doctors.
Family History
He got married six months ago. He lived with his wife and both of his parents in the same house. His wife
developed fever and nausea three days before (10 June 2019). Both of his parents developed the same
symptoms a month ago (in the fourth week of May 2019).
He worked at his parent’s water refilling depo. His family drinks refilling water directly, and they did not boil
the water. Sometimes he bought food from the street vendor. His house is relatively clean with two toilets
and septic tanks. His family often forgot to wash their hands with soap after defecation, before preparing
food or having meal.
He did not smoke nor use drugs. He never had blood transfusion and any sexual contact before marriage. He
never traveled to any place outside of Java Island. He and his family have BPJS health insurance cards.
Community medicine Block
Physical Examination
Laboratory Findings :
Hematology
Patient Normal
WBC 5.000 / mm3 4.000 – 10.000 / mm3
Polys 40% < 60%
Lymphs 60% (30% atypical) < 35%
Bands 0% 0 – 5%
Monos 5% 0 – 6%
Eosin 0% 0 – 2%
Baso 0% 0 – 1%
Platelet 240.000 / mm3 150.000 – 450.000 / mm3
Community medicine Block
1. Apa masalah pasien?
Demam, menggigil, dan muntah dimulai pada 11 Juni 2019
Sekitar 4 Juni 2019 dia mengeluh nyeri perut kanan atas, mual, kelelahan, napsu makan menurun, urin
berwarna gelap, mata dan kulit berwarna kuning
Sekitar 10 Juni 2019 istrinya mengalami demam dan mual
Pada minggu ke-4 bulan Mei 2019 kedua orang tuanya mengalami gejala serupa
Dia tidak mendapat pengobatan apapun
Dia tidak merokok dan mengonsumsi obat – obatan. Dia tidak pernah transfusi darah dan
berhubungan seksual sebelum menikah
Dia bekerja di depo air isi ulang milik orang tuanya. Keluarganya minum air isi ulang secara langsung,
dan mereka tidak mendidihkan air tersebut. Dia tidak pernah bepergian ke mana pun di luar pulau
Jawa.
Kadang – kadang dia membeli makanan dari pedagang kaki lima. Keluarganya sering lupa mencuci
tangan dengan sabun setelah defekasi, sebelum menyiapkan makanan atau makan.
Pemeriksaan fisik : sclera icterus (+/+), liver span 12 cm, meteorismus (+), nyeri tumpul (+) pada perut
kanan atas, hepar 2 cm di bawah arcus costae, keras, tepi tajam, lien tidak teraba
3. Apakah terdapat hubungan antara kasus pasien, orang tuanya, dan istrinya? Bagaimana konsep
epidemiologi kasus ini?
Terdapat hubungan antara kasus pasien, ornag tuanya, dan istrinya. Orang tuanya adalah kasus primer,
kasus penyakit pertama dalam populasi.
Orang – orang yang menjadi terinfeksi dan sakit setelah penyakit masuk dalam populasi dan mereka yang
terinfeksi dari kontak dengan kasus primer disebut kasus sekunder. Oleh karena itu, pasien merupakan
kasus sekunder, dan istrinya adalah kasus tersier.
Kedua orang tuanya juga merupakan kasus indeks, kasus penyakit pertama yang mengundang perhatian
ahli epidemiologi atau kasus penyakit pertama yang terekam dalam rekam medis. Kasus indeks tidak
selalu merupakan kasus primer.
Community medicine Block
Kasus suspek : individu (atau kelompok orang) yang memiliki seluruh tanda dan gejala dari penyakit atau
kondisi namun belum terdiagnosis menderita penyakit, atau memiliki penyebab gejala yang berhubungan
dengan patogen yang dicurigai (misalnya virus, bakteri, fungi, parasit).
Kontak : seseorang yang berhubungan dengan pasien yang memiliki penyakit menular (dan mungkin
membawa infeksi).
Kasus terkonfirmasi : kasus yang memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang positif (isolasi agen
penyebab atau tes serologis positif).
Kasus yang mungkin : kasus yang memiliki gambaran klinis yang khas dari suatu penyakit, namun tanpa
konfirmasi laboratorium.
Karier : orang yang mentransmisikan penyakit ke orang lain. Khasnya, karier tidak mengalami gejala suatu
penyakit, namun dia memiliki hasil tes laboratorium yang positif.
Namun, diagnosis pasien belum ditegakkan, dan dia perlu tes kimia darah, tes urinalysis, pemeriksaan
USG, dan tes HAV-Ab (IgM).
The doctor at Sudimoro Public Health Centre sent the patient blood sample to the hospital for having blood
chemistry test, urinalysis test, and USG examination.
The results were as the following :
Blood Chemistry Test
Patient Normal
Total bilirubin 9 mg/dL 0,2 – 1,2 mg/dL
Bilirubin direct 7 mg/dL < 0,3 mg/dL
SGOT 899 IU/L 27 – 47 IU/L
SGPT 1.350 IU/L 30 – 50 IU/L
Alkaline phosphatase 578 IU/L 50 – 230 IU/L
-GT 457 IU/L < 66 IU/L
Albumin 4,3 g/dL 3,5 – 5 g/dL
Globulin 3,6 g/dL
Urinalysis test : bilirubin (+), urobilin (+) Ultrasonography
(USG) :
Liver : hepatomegaly non specific
Kidney, vesica fellea, spleen, pancreas : normal
Community medicine Block
4. Apa hipotesismu sekarang?
Pasien menderita infeksi virus hepatitis, kemungkinan infeksi virus hepatitis A, berdasarkan :
gejala
kebiasaan keluarganya (mereka minum air isi ulang tanpa mendidihkannya ; kadang – kadang
mereka lupa mencuci tangan dengan sabun setelah defekasi, sebelum menyiapkan makanan dan
makan)
dia tidak pernah bepergian ke mana pun di luar pulau Jawa
dia tidak pernah transfusi darah dan berhubungan seksual sebelum menikah
dia tidak mendapat pengobatan apapun dari dokter dan dia tidak batuk
To confirm the diagnosis, the doctor at Sudimoro Public Health Centre sent the patient blood sample to the
Centre for Environmental Health and Disease Control (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit, BBTKLPP) for having HAV-Ab (IgM). The doctor asked him to take a rest and visited
the doctor again in a week. After a couple of days, the doctor received the results that his HAV-Ab (IgM) was
positive, meaning that the patient had acute or recent HAV infection.
Between May and July 2019, there was drought in nine of twelve subdistricts in Pacitan. The affected
subdistricts were mainly mountainous areas. Many residents in the affected subdistricts had difficulty to have
an access to clean water, especially in Sudimoro subdistrict.
The doctors at Sudimoro Public Health Centre noticed the increase of hepatitis A cases among residents.
Hundreds of patients that came to Sudimoro Public Health Centre stated that they consumed water from a
refilling depo in Sudimoro subdistrict without boiling it for drinking water.
In a couple of weeks the number of cases with suspected HAV infection rocketed and extended to other
subdistricts as shown in Table 1.
9. Apa yang harus dilakukan dokter Puskesmas, saat terjadi peningkatan kasus orang suspek hepatitis A?
Dokter harus menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan 7 kriteria kejadian luar biasa
(KLB, outbreak). Catatan : 1 kriteria cukup untuk menentukan kejadian luar biasa
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di
suatu daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam, hari, atau
minggu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.
c) Peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan rata – rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e) Rata – rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan 2 kali
atau lebih dibandingkan dengan rata – rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya.
f) Angka kematian kasus suatu penyakit dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
g) Angka proporsi penyakit penderita baru pada 1 periode menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan 1 periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Catatan : “jam, hari, atau minggu tergantung dari jenis penyakit” mengindikasikan periode inkubasi.
Data kasus HAV memenuhi kriteria (a) dan (b) dari kejadian luar biasa.
Community medicine Block
10. Bagaimana pola KLB atau epidemi?
Epidemi dapat diklasifikasikan berdasarkan cara penyebarannya melalui populasi : a.
Sumber umum (common-source)
point
continuous
intermittent
b. Propagated
c. Campuran / mixed
d. Lain – lain
KLB common–source merupakan KLB di mana sekelompok orang terpapar agen infeksi atau toxin dari
sumber yang sama. Jika kelompok terpapar dalam periode yang relatif singkat, sehingga semua orang
menjadi sakit terjadi dalam satu periode inkubasi, maka KLB common–source diklasifikasikan lebih lanjut
sebagai KLB point-source.
Pada beberapa KLB common-source, pasien kasus mungkin terpapar selama beberapa hari, minggu, atau
lebih lama. Pada KLB continuous common-source, rentang paparan dan rentang periode inkubasi
cenderung memperdatar dan memperlebar puncak / peak kurva epidemi.
Community medicine Block
Kurva epidemi dari KLB intermittent common-source seringkali memiliki pola yang menggambarkan sifat
intermittent dari paparan.
KLB propagated dihasilkan dari transmisi dari satu orang ke orang lain. Biasanya, transmisi dengan kontak
langsung orang ke orang, seperti pada syphilis. Transmisi juga dapat secara vehicleborne (misal transmisi
hepatitis B atau HIV melalui pemakaian jarum bersama) atau vectorborne (misal transmisi demam kuning
/ yellow fever oleh nyamuk). Pada KLB propagated, kasus – kasus terjadi selama lebih dari satu periode
inkubasi.
Beberapa epidemi memiliki gambaran epidemi common-source dan epidemi propagated. Pola KLB
common-source diikuti dengan penyebaran sekunder orang ke orang bukan tidak umum terjadi. Pola ini
disebut epidemi campuran / mixed.
Catatan : Dokter harus menentukan anggota tim penyelidikan epidemiologi berdasarkan kasus yang
ditangani, sebagai contoh pada kasus ini tim harus terdiri dari dokter, paramedis, pekerja laboratotium,
dan ahli kesehatan lingkungan.
Catatan : Penting untuk dicatat bahwa meskipun daftar tahapan di atas dalam urutan tertentu, mereka
tidak harus dilakukan dalam urutan tersebut. Bahkan, beberapa tahapan dapat dilakukan secara
bersamaan. Tetapi, mengonfirmasi diagnosis dan memastikan adanya KLB selalu patut menjadi perhatian
dini.
13. Apa yang harus dilakukan tim penyelidikan epidemiologi terhadap air yang diduga terkontaminasi?
Tim harus mengambil sampel air dari air yang dicurigai terkontaminasi.
The epidemiologic investigation team visited water refilling depo in Sudimoro district. They found that the
depo did not get water from the local water company (PDAM) due to drought. Therefore, they bought water
from water tank truck and put it in the water reservoir (tandon air). However, the distance between water
reservoir and septic tank only 5 meters, whereas it should be at least 10 meters.
The team took 5 liters water samples from the product of suspected contaminated water refilling depo and
from the suspected water reservoir. They sent the samples to the Centre for Environmental Health and
Disease Control (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, BBTKLPP). The results
showed E. coli and HAV were positive, indicated that both water sources were contaminated with stool from
HAV patient.
On 25 June 2019, the head of the Pacitan district health office declared the extraordinary event of hepatitis
A status. The status was valid until there was no more new cases of hepatitis A. It was also known that HAV
infection spreaded to other districts, Ponorogo and Trenggalek.
Beberapa vaksin hepatitis A yang terinaktivasi yang dapat disuntikkan tersedia secara internasional.
Semuanya serupa dalam hal seberapa baik vaksin tersebut melindungi orang – orang dari virus dan efek
sampingnya. Tidak ada vaksin berlisensi untuk anak – anak yang berusia di bawah 1 tahun.
18. Apa yang harus dilakukan pegawai Puskesmas untuk mengedukasi penduduk mengenai praktek
kebersihan pribadi?
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi bayi ASI eksklusif
3) Menimbang bayi dan balita
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat (dengan septic tank)
7) Memberantas jentik di rumah
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah
Perilaku ketiga, keempat, dan kelima berhubungan dengan pencegahan infeksi HAV.
Community medicine Block
19. Kapan kita harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun?
Setelah memegang uang, binatang, berkebun, dll
Setelah defekasi
Setelah menceboki bayi atau anak
Setelah makan dan menyuapi anak
Setelah memegang makanan
Sebelum menyusui bayi
20. Apa kriteria air bersih dan air minum menurut PHBS dan apa yang harus dilakukan untuk mengubah
air bersih menjadi air minum?
Air bersih dapat dibedakan secara fisik melalui indera kita :
• Air tidak berwarna – harus bening / jernih
• Air tidak keruh – harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa, dan kotoran lainnya
• Air tidak berasa – tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit, harus bebas dari bahan
kimia beracun
• Air tidak berbau – seperti abu amis, anyir, busuk, atau bau belerang
Community medicine Block
Kriteria untuk air minum :
• Fisika
• Mikrobiologis : E. coli = 0 ; bakteri Coliform = 0
• Kimiawi
• Radioaktif
Air bersih dapat diubah menjadi air minum dengan mendidihkannya pada suhu 100°C.