You are on page 1of 17

Community medicine Block

CASE 1
The fast FLurry
(Sesi Pertama)

Judul kasus : The Fast Flurry

On 13 June 2019, a 25-year-old man came to Sudimoro Public Health Centre in Pacitan district, with chief
complaint of fever and vomiting. The symptoms were started in the previous two days (11 June 2019). The
fever was accompanied with chills. He vomited three times on the first day, and four times on the second
day.
The vomit contained food particles and was devoid of blood.

Other Complaints

In the preceeding week (around 4 June 2019), he complained of pain in the right upper abdomen, nausea,
fatigue, low appetite, having dark-coloured urine, yellow tinted of eyes and skin. He did not have cough and
difficult breathing.

Past Medical History

He had never suffered these symptoms before. He did not have any history of high blood pressure, or other
illness. He did not have history of any allergies. He did not take any medication from doctors.

History of Medication

He took “jamu tolak angin” to alleviate the symptoms, but the symptoms got worse. He did not received any
medication from doctors.

Family History

He got married six months ago. He lived with his wife and both of his parents in the same house. His wife
developed fever and nausea three days before (10 June 2019). Both of his parents developed the same
symptoms a month ago (in the fourth week of May 2019).

Social Economy History

He worked at his parent’s water refilling depo. His family drinks refilling water directly, and they did not boil
the water. Sometimes he bought food from the street vendor. His house is relatively clean with two toilets
and septic tanks. His family often forgot to wash their hands with soap after defecation, before preparing
food or having meal.

He did not smoke nor use drugs. He never had blood transfusion and any sexual contact before marriage. He
never traveled to any place outside of Java Island. He and his family have BPJS health insurance cards.
Community medicine Block
Physical Examination

The patient had a proportional body appearance.


Eye : scleral icterus (+/+)
Vital signs : blood pressure = 120/80 mmHg pulse = 92 bpm, regular
temperature = 36,8°C RR = 24x/minute
Cor :
• Inspection : within normal limit
• Palpation : within normal limit
• Percussion : within normal limit
• Auscultation : cor pulsation 92 bpm, regular, gallop (-), murmur (-) Pulmo : within normal limit
Abdomen :
• Inspection : within normal limit
• Auscultation : within normal limit
• Percussion : liver span 12 cm, meteorismus (+), dullpain at right back (-)
• Palpation : pain dullness (+) at right upper abdomen, liver 2 cm below costal arc, firm, sharp edge,
spleen not palpable

Laboratory Findings :
Hematology
Patient Normal
WBC 5.000 / mm3 4.000 – 10.000 / mm3
Polys 40% < 60%
Lymphs 60% (30% atypical) < 35%
Bands 0% 0 – 5%
Monos 5% 0 – 6%
Eosin 0% 0 – 2%
Baso 0% 0 – 1%
Platelet 240.000 / mm3 150.000 – 450.000 / mm3
Community medicine Block
1. Apa masalah pasien?
 Demam, menggigil, dan muntah dimulai pada 11 Juni 2019
 Sekitar 4 Juni 2019 dia mengeluh nyeri perut kanan atas, mual, kelelahan, napsu makan menurun, urin
berwarna gelap, mata dan kulit berwarna kuning
 Sekitar 10 Juni 2019 istrinya mengalami demam dan mual
 Pada minggu ke-4 bulan Mei 2019 kedua orang tuanya mengalami gejala serupa
 Dia tidak mendapat pengobatan apapun
 Dia tidak merokok dan mengonsumsi obat – obatan. Dia tidak pernah transfusi darah dan
berhubungan seksual sebelum menikah
 Dia bekerja di depo air isi ulang milik orang tuanya. Keluarganya minum air isi ulang secara langsung,
dan mereka tidak mendidihkan air tersebut. Dia tidak pernah bepergian ke mana pun di luar pulau
Jawa.
 Kadang – kadang dia membeli makanan dari pedagang kaki lima. Keluarganya sering lupa mencuci
tangan dengan sabun setelah defekasi, sebelum menyiapkan makanan atau makan.
 Pemeriksaan fisik : sclera icterus (+/+), liver span 12 cm, meteorismus (+), nyeri tumpul (+) pada perut
kanan atas, hepar 2 cm di bawah arcus costae, keras, tepi tajam, lien tidak teraba

2. Apa hipotesis yang mungkin dari kasus ini?


 Infeksi : hepatitis, leptospirosis, malaria, cholecystitis
 Akibat obat : obat anti tuberkulosis, obat – obatan hepatotoksik lainnya
 Obstruksi : cholestasis (intrahepatal dan extrahepatal)
 Kelainan hemolisis : autoimmune haemolytic anemia (AIHA)

3. Apakah terdapat hubungan antara kasus pasien, orang tuanya, dan istrinya? Bagaimana konsep
epidemiologi kasus ini?
Terdapat hubungan antara kasus pasien, ornag tuanya, dan istrinya. Orang tuanya adalah kasus primer,
kasus penyakit pertama dalam populasi.
Orang – orang yang menjadi terinfeksi dan sakit setelah penyakit masuk dalam populasi dan mereka yang
terinfeksi dari kontak dengan kasus primer disebut kasus sekunder. Oleh karena itu, pasien merupakan
kasus sekunder, dan istrinya adalah kasus tersier.

Kedua orang tuanya juga merupakan kasus indeks, kasus penyakit pertama yang mengundang perhatian
ahli epidemiologi atau kasus penyakit pertama yang terekam dalam rekam medis. Kasus indeks tidak
selalu merupakan kasus primer.
Community medicine Block
Kasus suspek : individu (atau kelompok orang) yang memiliki seluruh tanda dan gejala dari penyakit atau
kondisi namun belum terdiagnosis menderita penyakit, atau memiliki penyebab gejala yang berhubungan
dengan patogen yang dicurigai (misalnya virus, bakteri, fungi, parasit).

Kontak : seseorang yang berhubungan dengan pasien yang memiliki penyakit menular (dan mungkin
membawa infeksi).

Kasus terkonfirmasi : kasus yang memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang positif (isolasi agen
penyebab atau tes serologis positif).
Kasus yang mungkin : kasus yang memiliki gambaran klinis yang khas dari suatu penyakit, namun tanpa
konfirmasi laboratorium.

Karier : orang yang mentransmisikan penyakit ke orang lain. Khasnya, karier tidak mengalami gejala suatu
penyakit, namun dia memiliki hasil tes laboratorium yang positif.

Namun, diagnosis pasien belum ditegakkan, dan dia perlu tes kimia darah, tes urinalysis, pemeriksaan
USG, dan tes HAV-Ab (IgM).

The doctor at Sudimoro Public Health Centre sent the patient blood sample to the hospital for having blood
chemistry test, urinalysis test, and USG examination.
The results were as the following :
Blood Chemistry Test
Patient Normal
Total bilirubin 9 mg/dL 0,2 – 1,2 mg/dL
Bilirubin direct 7 mg/dL < 0,3 mg/dL
SGOT 899 IU/L 27 – 47 IU/L
SGPT 1.350 IU/L 30 – 50 IU/L
Alkaline phosphatase 578 IU/L 50 – 230 IU/L
-GT 457 IU/L < 66 IU/L
Albumin 4,3 g/dL 3,5 – 5 g/dL
Globulin 3,6 g/dL
Urinalysis test : bilirubin (+), urobilin (+) Ultrasonography
(USG) :
 Liver : hepatomegaly non specific
 Kidney, vesica fellea, spleen, pancreas : normal
Community medicine Block
4. Apa hipotesismu sekarang?
Pasien menderita infeksi virus hepatitis, kemungkinan infeksi virus hepatitis A, berdasarkan :
 gejala
 kebiasaan keluarganya (mereka minum air isi ulang tanpa mendidihkannya ; kadang – kadang
mereka lupa mencuci tangan dengan sabun setelah defekasi, sebelum menyiapkan makanan dan
makan)
 dia tidak pernah bepergian ke mana pun di luar pulau Jawa
 dia tidak pernah transfusi darah dan berhubungan seksual sebelum menikah
 dia tidak mendapat pengobatan apapun dari dokter dan dia tidak batuk
To confirm the diagnosis, the doctor at Sudimoro Public Health Centre sent the patient blood sample to the
Centre for Environmental Health and Disease Control (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit, BBTKLPP) for having HAV-Ab (IgM). The doctor asked him to take a rest and visited
the doctor again in a week. After a couple of days, the doctor received the results that his HAV-Ab (IgM) was
positive, meaning that the patient had acute or recent HAV infection.

5. Bagaimana epidemiologi infeksi HAV terkait area geografis?


Area distribusi secara geografis dapat dikarakteristikan sebagai tingkat infeksi virus hepatitis A tinggi,
menengah, dan rendah.
a) Area dengan tingkat infeksi tinggi
Di negara – negara berpenghasilan rendah hingga menengah dengan kondisi sanitasi dan praktek
kebersihan yang buruk, infeksi umum terjadi dan sebagian besar anak – anak (90%) telah
terinfeksi virus hepatitis A sebelum mereka berusia 10 tahun, paling sering tanpa gejala.
Epidemi tidak umum terjadi karena anak – anak yang berusia lebih tua dan orang dewasa
umumnya kebal. Tingkat penyakit simptomatik di area ini rendah dan KLB jarang terjadi.

b) Area dengan tingkat infeksi rendah


Di negara – negara berpenghasilan tinggi dengan kondisi sanitasi dan kebersihan yang baik,
tingkat infeksi rendah. Penyakit dapat terjadi di kalangan remaja dan dewasa berisiko tinggi,
seperti orang – orang yang menginjeksikan obat (persons who inject drugs, PWIDs), pria yang
berhubungan seks dengan pria (men who have sex with men, MSMs), orang – orang yang
bepergian ke area dengan endemisitas tinggi, dan pada populasi terisolasi. Di Amerika Serikat,
KLB besar telah dilaporkan di kalangan tunawisma.
Community medicine Block
c) Area dengan tingkat infeksi menengah
Di negara – negara berpenghasilan menengah, dan di daerah di mana kondisi sanitasinya
bervariasi, anak – anak sering tidak terinfeksi saat anak usia dini dan mencapai masa dewasa
tanpa imunitas. Ironisnya, kondisi ekonomi dan sanitasi yang meningkat ini dapat menyebabkan
akumulasi orang dewasa yang tidak pernah terinfeksi dan tidak memiliki imunitas. Kerentanan
yang lebih tinggi pada kelompok yang berusia lebih tua ini dapat mengarah pada tingkat penyakit
yang lebih tinggi dan KLB besar dapat terjadi di komunitas ini.

6. Bagaimana transmisi infeksi HAV?


Virus hepatitis A terutama ditransmisikan melalui rute fecal – oral ; yaitu saat seseorang yang tidak
terinfeksi menelan makanan atau air yang telah terkontaminasi dengan feses dari orang terinfeksi. Dalam
keluarga, hal ini dapat terjadi melalui tangan yang kotor saat orang yang terinfeksi menyiapkan makanan
untuk anggota keluarga. KLB waterborne, meskipun jarang, biasanya berhubungan dengan air
terkontaminasi kotoran atau kurang terawat.
Virus hepatitis A juga dapat ditransmisikan melalui kontak fisik dekat (seperti hubungan seks oral – anal)
dengan orang terinfeksi, meskipun kontak biasa dengan orang – orang tidak menyebarkan virus.

7. Apa faktor risiko infeksi HAV?


Siapapun yang belum divaksinasi atau terinfeksi sebelumnya dapat terinfeksi virus hepatitis A. Di area di
mana virus tersebar luas (endemisitas tinggi), sebagian besar infeksi hepatitis A terjadi saat anak usia dini.
Faktor risiko termasuk :
 Sanitasi dan kebersihan yang buruk
 Kekurangan air yang aman
 Tinggal dalam rumah dengan orang terinfeksi
 Menjadi pasangan seksual seseorang dengan infeksi hepatitis A akut
 Menggunakan obat – obatan terlarang (recreational drugs)
 Berhubungan seks antar-pria
 Bepergian ke daerah endemisitas tinggi tanpa kekebalan

8. Bagaimana cara mendiagnosis infeksi HAV?


Penyebab hepatitis A tidak dapat dibedakan secara klinis dari jenis infeksi virus hepatitis akut lainnya.
Diagnosis spesifik dibuat dengan mendeteksi antibodi immunoglobulin M spesifik HAV (IgM) dalam
darah. Tes tambahan termasuk reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT – PCR) untuk
mendeteksi RNA virus hepatitis A, dan mungkin memerlukan fasilitas laboratorium khusus.
Community medicine Block
The Fast Flurry
(Sesi Kedua)

Between May and July 2019, there was drought in nine of twelve subdistricts in Pacitan. The affected
subdistricts were mainly mountainous areas. Many residents in the affected subdistricts had difficulty to have
an access to clean water, especially in Sudimoro subdistrict.

The doctors at Sudimoro Public Health Centre noticed the increase of hepatitis A cases among residents.
Hundreds of patients that came to Sudimoro Public Health Centre stated that they consumed water from a
refilling depo in Sudimoro subdistrict without boiling it for drinking water.

In a couple of weeks the number of cases with suspected HAV infection rocketed and extended to other
subdistricts as shown in Table 1.

Table 1. Time, cases, and subdistrict


Month and Week Number of Cases / Death Subdistricts
May 2019, week 1 0
May 2019, week 2 0
May 2019, week 3 0
May 2019, week 4 2 1 subdistrict (Sudimoro)
June 2019, week 1 0
June 2019, week 2 2 1 subdistrict (Sudimoro)
June 2019, week 3 148 cases / 0 death 2 subdistricts
June 2019, week 4 227 cases / 0 death 3 subdistricts
July 2019, week 1 323 cases / 0 death 7 subdistricts
July 2019, week 2 173 cases / 0 death 8 subdistricts
July 2019, week 3 142 cases / 0 death 8 subdistricts
July 2019, week 4 57 cases / 0 death 9 subdistricts
August 2019, week 1 20 cases / 0 death 2 subdistricts
August 2019, week 2 7 cases / 0 death 2 subdistricts
August 2019, week 3 1 cases / 0 death 1 subdistrict
August 2019, week 4 0 0
TOTAL 1.102 cases / 0 death 9 subdistricts
Community medicine Block

Picture 1. Map of HAV cases in affected subdistricts in Pacitan

9. Apa yang harus dilakukan dokter Puskesmas, saat terjadi peningkatan kasus orang suspek hepatitis A?
Dokter harus menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan 7 kriteria kejadian luar biasa
(KLB, outbreak). Catatan : 1 kriteria cukup untuk menentukan kejadian luar biasa
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di
suatu daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam, hari, atau
minggu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.
c) Peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan rata – rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e) Rata – rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan 2 kali
atau lebih dibandingkan dengan rata – rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya.
f) Angka kematian kasus suatu penyakit dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
g) Angka proporsi penyakit penderita baru pada 1 periode menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan 1 periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Catatan : “jam, hari, atau minggu tergantung dari jenis penyakit” mengindikasikan periode inkubasi.

Data kasus HAV memenuhi kriteria (a) dan (b) dari kejadian luar biasa.
Community medicine Block
10. Bagaimana pola KLB atau epidemi?
Epidemi dapat diklasifikasikan berdasarkan cara penyebarannya melalui populasi : a.
Sumber umum (common-source)
 point
 continuous
 intermittent
b. Propagated
c. Campuran / mixed
d. Lain – lain

KLB common–source merupakan KLB di mana sekelompok orang terpapar agen infeksi atau toxin dari
sumber yang sama. Jika kelompok terpapar dalam periode yang relatif singkat, sehingga semua orang
menjadi sakit terjadi dalam satu periode inkubasi, maka KLB common–source diklasifikasikan lebih lanjut
sebagai KLB point-source.

Pada beberapa KLB common-source, pasien kasus mungkin terpapar selama beberapa hari, minggu, atau
lebih lama. Pada KLB continuous common-source, rentang paparan dan rentang periode inkubasi
cenderung memperdatar dan memperlebar puncak / peak kurva epidemi.
Community medicine Block
Kurva epidemi dari KLB intermittent common-source seringkali memiliki pola yang menggambarkan sifat
intermittent dari paparan.

KLB propagated dihasilkan dari transmisi dari satu orang ke orang lain. Biasanya, transmisi dengan kontak
langsung orang ke orang, seperti pada syphilis. Transmisi juga dapat secara vehicleborne (misal transmisi
hepatitis B atau HIV melalui pemakaian jarum bersama) atau vectorborne (misal transmisi demam kuning
/ yellow fever oleh nyamuk). Pada KLB propagated, kasus – kasus terjadi selama lebih dari satu periode
inkubasi.

Beberapa epidemi memiliki gambaran epidemi common-source dan epidemi propagated. Pola KLB
common-source diikuti dengan penyebaran sekunder orang ke orang bukan tidak umum terjadi. Pola ini
disebut epidemi campuran / mixed.

Kasus hepatitis A di kawasan Pacitan menunjukkan pola KLB point-source.


Community medicine Block
11. Apa yang harus dilakukan dokter Puskesmas, saat terjadi KLB?
Dokter harus melakukan penyelidikan epidemiologi.
Penyelidikan epidemiologi adalah pengumpulan dan analisis data untuk menentukan kemungkinan
adanya hubungan antara satu atau lebih paparan dengan terjadinya penyakit. Penyelidikan
epidemiologi biasanya dilakukan saat KLB atau situasi darurat untuk menentukan penyebab KLB dan
untuk menerapkan ukuran kontrol untuk mencegah penyakit tambahan.

Catatan : Dokter harus menentukan anggota tim penyelidikan epidemiologi berdasarkan kasus yang
ditangani, sebagai contoh pada kasus ini tim harus terdiri dari dokter, paramedis, pekerja laboratotium,
dan ahli kesehatan lingkungan.

12. Apa 8 langkah penyelidikan epidemiologi?


a. Memastikan diagnosis dengan tes laboratorium jika perlu
Tes HAV-Ab (IgM) positif
b. Memastikan adanya epidemi atau KLB, berdasarkan kriteria KLB
Kasus ini memenuhi kriteria pertama dan kedua KLB
c. Menentukan jumlah kasus dan keparahan KLB
Tim penyelidikan harus melacak (door-to-door) semua yang kontak dengan kasus primer :
 Berapa banyak kasus yang terpengaruh?
 Berapa banyak kasus yang MRS?
 Berapa banyak kasus yang mengalami komplikasi?
 Berapa banyak kasus kematian dalam proporsi dari seluruh kasus (tingkat fatalitas kasus)?
d. Menjelaskan karakteristik KLB dalam hal waktu, tempat, dan orang  Waktu :
Kapan KLB terjadi?
Kapan periode paparan?
Apakah KLB ini merupakan common-source atau propagated source?
 Tempat :
Di mana area yang paling terdampak?
Berapa tingkat serangan di area tertentu?
Peta tempat kasus memberikan gambaran pola KLB yang jelas 
Orang :
Berapa tingkat serangan berdasarkan usia, jenis kelamin, etnis, imunitas, atau pekerjaan
tertentu?
Karakteristik KLB dapat ditemukan dari penyelidikan rumah ke rumah (door-to-door) dan
merupakan informasi penting untuk mengevaluasi dan meningkatkan program kesehatan.
Community medicine Block
e. Identifikasi sumber KLB dan cara transmisi
Sebagai contoh, dalam kasus ini, suspek sumber KLB HAV adalah air yang terkontaminasi dari depo
air isi ulang di kawasan Sudimoro
f. Identifikasi populasi berisiko
Populasi berisiko merupakan orang – orang yang mengonsumsi air dari depo air isi ulang di
kawasan Sudimoro dan seluruh . . . . .
g. Menerapkan ukuran kontrol
h. Mengomunikasikan temuan (dengan pihak berwajib, penyedia kesehatan lokal, media, orang –
orang yang terdampak langsung, dan masyarakat umum)

Catatan : Penting untuk dicatat bahwa meskipun daftar tahapan di atas dalam urutan tertentu, mereka
tidak harus dilakukan dalam urutan tersebut. Bahkan, beberapa tahapan dapat dilakukan secara
bersamaan. Tetapi, mengonfirmasi diagnosis dan memastikan adanya KLB selalu patut menjadi perhatian
dini.

13. Apa yang harus dilakukan tim penyelidikan epidemiologi terhadap air yang diduga terkontaminasi?
Tim harus mengambil sampel air dari air yang dicurigai terkontaminasi.

The epidemiologic investigation team visited water refilling depo in Sudimoro district. They found that the
depo did not get water from the local water company (PDAM) due to drought. Therefore, they bought water
from water tank truck and put it in the water reservoir (tandon air). However, the distance between water
reservoir and septic tank only 5 meters, whereas it should be at least 10 meters.

The team took 5 liters water samples from the product of suspected contaminated water refilling depo and
from the suspected water reservoir. They sent the samples to the Centre for Environmental Health and
Disease Control (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, BBTKLPP). The results
showed E. coli and HAV were positive, indicated that both water sources were contaminated with stool from
HAV patient.

14. Apa definisi wabah, epidemi, endemis, dan pandemi?


 Endemis (en = di atau di dalam) berarti adanya suatu penyakit yang terus menerus, dalam tingkat
yang lazim, atau konstan dalam populasi atau area geografis tertentu atau prevalensi yang lazim
dari suatu penyakit spesifik dalam area atau kelompok tertentu. Sebagai contoh, malaria
merupakan penyakit endemis di provinsi Papua.
Community medicine Block
 Outbreak (KLB = kejadian luar biasa, an extraordinary event) atau epidemi berarti peningkatan
morbiditas dan / atau mortalitas yang signifikan secara epidemiologi di area dan waktu tertentu.
Kondisi ini dapat menyebabkan wabah. Sebuah KLB dapat disebabkan oleh penyakit infeksi,
penyakit non – infeksi, keracunan, bencana, dan situasi darurat.
 Pandemi (pan = semua atau seberang / across) berarti epidemi yang tersebar luas menyebrangi
negara, benua, atau populasi besar, kemungkinan seluruh dunia. Sebagai contoh, avian influenza
merupakan penyakit pandemic.
 “Wabah” berarti penyakit infeksi yang menyebabkan banyak kematian (UU RI No. 4 tahun 1984).
Catatan : istilah “wabah” hanya dipakai di Indonesia.

Hepatitis A dapat menyebabkan kejadian luar biasa dan wabah.

15. Apa saja penyakit yang berpotensial menyebabkan wabah?


Beberapa penyakit yang berpotensi menyebabkan wabah adalah :
 anthrax
 campak / measles
 demam berdarah Dengue (Dengue hemorrhagic fever)
 chikungunya
 diare
 kolera
 difteri
 filariasis
 avian influenza H5N1
 hepatitis A
 leptospirosis
 pes / plague
 polio
 rabies
Semua penyakit ini memiliki periode inkubasi yang singkat, sebagian besar dalam waktu 1 minggu, dan
sehingga penyakit – penyakit tersebut ditransmisikan dengan cepar ke banyak orang dan dapat
menyebabkan wabah. Pengecualian untuk polio, yang periode inkubasinya antara 4 – 35 hari. Periode
inkubasi rabies antara beberapa hari hingga beberapa tahun. Rabies merupakan penyakit yang jarang ;
sehingga terjadinya penyakit ini dapat menyebabkan wabah.
Community medicine Block
16. Apa yang harus dilakukan kepala Puskesmas saat terjadi peningkatan kasus penyakit dan siapa yang
berwenang mengumumkan KLB?
Kepala Puskesmas harus melaporkan ke Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II (Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi) dalam waktu kurang dari 24 jam menggunakan formulir W1. Kepala Dinas Kesehatan tingkat II
memiliki wewenang untuk menetapkan adanya daerah tersebut dalam keadaan kejadian luar biasa (KLB).
Community medicine Block
The Fast Flurry
(Sesi Ketiga)

On 25 June 2019, the head of the Pacitan district health office declared the extraordinary event of hepatitis
A status. The status was valid until there was no more new cases of hepatitis A. It was also known that HAV
infection spreaded to other districts, Ponorogo and Trenggalek.

17. Bagaimana pencegahan infeksi HAV?


Perbaikan sanitasi, keamanan makanan, dan imunisasi merupakan cara yang paling efektif untuk
memberantas hepatitis A.
Penyebaran hepatitis A dapat dikurangi dengan :
 penyediaan air minum aman yang cukup
 pembuangan limbah yang benar dalam komunitas
 praktek kebersihan pribadi seperti mencuci tangan teratur sebelum makan dan setelah pergi
ke kamar mandi

Beberapa vaksin hepatitis A yang terinaktivasi yang dapat disuntikkan tersedia secara internasional.
Semuanya serupa dalam hal seberapa baik vaksin tersebut melindungi orang – orang dari virus dan efek
sampingnya. Tidak ada vaksin berlisensi untuk anak – anak yang berusia di bawah 1 tahun.

18. Apa yang harus dilakukan pegawai Puskesmas untuk mengedukasi penduduk mengenai praktek
kebersihan pribadi?
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi bayi ASI eksklusif
3) Menimbang bayi dan balita
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat (dengan septic tank)
7) Memberantas jentik di rumah
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah

Perilaku ketiga, keempat, dan kelima berhubungan dengan pencegahan infeksi HAV.
Community medicine Block

19. Kapan kita harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun?
 Setelah memegang uang, binatang, berkebun, dll
 Setelah defekasi
 Setelah menceboki bayi atau anak
 Setelah makan dan menyuapi anak
 Setelah memegang makanan
 Sebelum menyusui bayi

20. Apa kriteria air bersih dan air minum menurut PHBS dan apa yang harus dilakukan untuk mengubah
air bersih menjadi air minum?
Air bersih dapat dibedakan secara fisik melalui indera kita :
• Air tidak berwarna – harus bening / jernih
• Air tidak keruh – harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa, dan kotoran lainnya
• Air tidak berasa – tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit, harus bebas dari bahan
kimia beracun

• Air tidak berbau – seperti abu amis, anyir, busuk, atau bau belerang
Community medicine Block
Kriteria untuk air minum :
• Fisika
• Mikrobiologis : E. coli = 0 ; bakteri Coliform = 0
• Kimiawi
• Radioaktif
Air bersih dapat diubah menjadi air minum dengan mendidihkannya pada suhu 100°C.

21. Bagaimana cara mempertahankan sumber air bersih?


a. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter.
b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.
c. Seluruh bangunan sumber air harus dijaga agar tidak rusak.
d. Penampung air dan gayung pengambil air harus tetap bersih dan dicegah agah tidak berlumut.

You might also like