You are on page 1of 15

403

Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN MODEL KONSERVASI DISCHARGE


PLANNING TERSTRUKTUR TERHADAP PERUBAHAN DERAJAT LUKA
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM

Taharuddin
Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
e-mail: tahar.nata@gmail.com

ABSTRACT

The prevalence of diabetes mellitus is on the rise and the most common complication is peripheral
neuropathy ranging from 10% to 60% which will cause diabetic ulcers. Uncontrolled blood glucose levels
can cause infection in diabetic ulcers so that the wound is difficult to heal to cause decay occurs. The purpose
of this research is to know the effectiveness of structured discharge planning conservation model to change the
degree of wound and blood glucose level in diabetic ulcer patient at Kitamura Clinic Pontianak. This
research is Quasy Experimental research with pre-test and post-test with control group design. Number of
sample 36 respondents with incidental sampling technique (18 intervention and 18 control with random
sampling) given intervention discharge planning. Data analysis used t-test for blood glucose and
nonparametric test for wound degree. The results showed that the mean of change of wound degree in the
intervention group was 1.22 with SD 0.548 and in the control group was 0.67 with SD 0.485 (p value
0.004). While the mean change of blood glucose level in the intervention group was 127.50 with SD
86.467 and in the control group was 46.00 with SD 46.109 (p value 0.001). It can be concluded that the
structured discharge planning conservation model is more effective in changing the degree of wound and blood
glucose levels. It is hoped that the structured discharge planning conservation model can be used as a model
of dischaging planning at the health service of diabetic ulcer patients.

Keywords: discharge planning, diabetic foot ulcer, degree of wound, blood glucose levels, structured discharge
planning conservation model

ABSTRAK

Prevalensi diabetes melitus semakin meningkat dan komplikasi yang paling sering dialami
adalah neuropati perifer yaitu berkisar 10% hingga 60% yang akan menyebabkan ulkus
diabetikum. Kadar glokusa darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan infeksi pada
ulkus diabetikum sehingga luka sukar sembuh hingga mengakibatkan pembusukan terjadi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan model konservasi discharge
planning terstruktur terhadap perubahan derajat luka dan kadar glukosa darah pada pasien
ulkus diabetikum di Klinik Kitamura Pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian quasy
experimental dengan pre-test and post-test with control group design. Jumlah sampel 36 responden
dengan tekhnik insidental sampling (18 intervensi dan 18 kontrol dengan random sampling) yang
diberikan intervensi discharge planning. Analisis data menggunakan t-test untuk kadar gula
darah dan uji nonparametric test untuk derajat luka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rerata perubahan derajat luka pada kelompok intervensi adalah 1.22 dengan SD 0.548 dan
pada kelompok kontrol adalah 0.67 dengan SD 0.485 (p value 0.004). Sedangkan rerata
404
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

perubahan kadar glukosa darah pada kelompok intervensi adalah 127.50 dengan SD 86.467
dan pada kelompok kontrol adalah 46.00 dengan SD 46.109 (p value 0.001). Dapat
disimpulkan bahwa model konservasi discharge planning terstruktur lebih efektif dalam
perubahan derajat luka dan kadar glukosa darah. Diharapkan agar model konservasi
discharge planning terstruktur dapat dijadikan sebagai model dischage planning di tempat
pelayanan kesehatan pasien ulkus diabetikum.

Kata kunci: discharge planning, ulkus diabetikum, derajat luka, glukosa darah, model
konservasi discharge planning terstruktur

PENDAHULUAN (DM tipe 2), DM gestasional, dan DM


Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu tipe lain. Prevalensi DM tipe 1 5-10%
penyakit kronik yang dapat menyebabkan dari total yang menderita DM, sedangkan
berbagai komplikasi pada organ lain DM tipe 2 mencapai 90% sampai 95%
paling utama pada organ mata, ginjal, dari total yang menderita DM (Smeltzer
saraf, jantung dan pembuluh darah yang & Bare, 2001). Berdasarkan data pada
bersifat progresif. Tanda dan gelaja yang International Diabetes Federation (IDF)
ditimbulkan berupa poliuria, polidipsi, Diabetes Atlas dalam Sicree et.al. (2009)
kadang polifagia, kehilangan berat badan, menyebutkan bahwa pada tahun 2010
dan pandangan yang kabur (ADA, 2010). perkiraan jumlah pasien DM tipe 2 di
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu dunia sebanyak 285 juta jiwa dari total
penyakit yang ditandai dengan kadar populasi penduduk dunia sebanyak
glukosa darah (gula darah) melebihi nilai 7 miliar jiwa dan pada tahun 2030
normal atau hiperglikemia dan bersifat diperkirakan akan meningkat sebanyak
menahun (Misnadiarly, 2006). Diabetes 439 juta jiwa dari total populasi dunia
melitus beserta beberapa komplikasinya sebanyak 8,4 miliar jiwa. Kenaikan
saat ini telah masalah kesehatan prevalensi penderita DM tipe 2 juga
masyarakat yang serius, selain karena terjadi di Asia Tenggara. Pada tahun
tingginya biaya pengobatan juga karena 2010, dari total populasi di Asia Tenggara
merupakan penyebab dari angka pada rentang usia 20-79 tahun sebanyak
kesakitan, kematian dan kecacatan yang 838 juta jiwa terdapat 58,7 juta jiwa
terjadi di seluruh dunia (WHO, 2011). pasien DM tipe 2. Pada tahun 2030
jumlah tersebut diperkirakan akan
Terdapat beberapa tipe DM diantaranya meningkat yaitu sebanyak 101 juta (9,1%)
DM yang tergantung insulin (DM tipe 1), pasien DM tipe 2. Pada tahun 2010,
DM yang tidak tergantung insulin jumlah pasien DM tipe 2 Indonesia
405
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

menempati urutan ke-4 di dunia setelah Kadar glukosa darah yang mengalami
India, China, dan USA sebanyak 8,4 juta peningkatan secara terus menerus dapat
jiwa dan diperkirakan akan mengalami mengganggu sirkulasi darah karena akan
peningkatan pada tahun 2030 sebanyak terjadi penumpukan glukosa dalam
21,3 juta jiwa (Wild et.al.,2004). pembuluh darah, sehingga pembuluh
darah menjadi kaku dan menyempit
DM merupakan suatu kelainan metabolik (aterosklerosis) (Smeltzer & Bare, 2001).
akibat gangguan hormonal yang ditandai Apabila terjadi dari kekakuan pembuluh
dengan kenaikan kadar glukosa darah darah tersebut maka akan menimbulkan
atau biasa disebut dengan hiperglikemia terganggunya sirkulasi/ aliran darah ke
(ADA, 2010). Kenaikan kadar glukosa jaringan tubuh sehingga dapat
darah pada pada pasien dengan DM tipe mengakibatkan kematian pada jaringan
2 diakibatkan oleh resistensi insulin dan tubuh dan menimbulkan komplikasi
gangguan sekresi insulin (Smeltzer & (Tambayong, 2000).
Bare, 2001). Selain itu peningkatan angka
kejadian DM juga dapat disebabkan Seiring dengan peningkatan prevalensi
karena tidak terkontrolnya manejemen DM tipe 2 berdampak pada peningkatan
kadar glukosa darah (Jackson & Padley, komplikasi yang dialami pasien DM tipe
2008). Pada kondisi normal, insulin akan 2, yaitu retinopati diabetik, nefropati
terikat dengan reseptor khusus pada diabetik, stroke, penyakit arteri koroner,
permukaan sel sehingga terjadi suatu kaki diabetik, dan beberapa komplikasi
reaksi metabolisme glukosa dalam sel lainnya (Mansjoer dkk., 2005).
(Guyton & Hall, 2007). Resistensi insulin Komplikasi yang paling sering dialami
akan terjadi apabila reseptor khusus oleh pasien DM tipe 2 adalah neuropati
tersebut menjadi tidak ada respon perifer yaitu berkisar 10% hingga 60%
terhadap insulin, sehingga insulin tidak yang akan menyebabkan ulkus diabetik
dapat berikatan dengan reseptor. (Apelqvist et.al., 2008; Staff, 2012). Ulkus
Sedangkan gangguan sekresi insulin diabetikum merupakan salah satu
terjadi apabila sel beta pankreas tidak komplikasi dari DM yang disebabkan
mampu atau terganggu dalam oleh neuropati atau iskemia perifer, atau
mensekresikan insulin (Price & Wilson, keduanya hingga ulkus bahkan gangren
2005). dapat terjadinya (Grace & Borley, 2006).
406
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Ulkus diabetikum pada DM bisa menjadi mencapai 25,4% yang berobat sedangkan
semakin meluas atau melebar dan derajat ulkus diabetikum Wagner III
memiliki kecenderungan untuk sembuh sampai V mencapai 74,6% yang dirawat
dalam jangka waktu yang lama akibat di rumah sakit sanglah. Dan memiliki
adanya infeksi. Kadar glokusa dalam kecenderungan semakin tinggi derajat
darah yang tinggi dapat menjadi makanan ulkus maka akan semakin tinggi resiko
bagi kuman untuk berkembang biak dan untuk dilakukan tindakan amputasi
mengakibatkan infeksi bertambah buruk (Muliawan dkk, 2005).
dan apabila tidak segera ditangani dan
semakin memburuk dapat menimbulkan Amputasi dapat mengakibatkan
gangren. Amputasi diperlukan untuk ketergantungan seumur hidup pada
mencegah gangren tidak meluas (Smeltzer bantuan orang lain, ketidakmampuan
& Bare, 2001). Angka kejadian penderita untuk bekerja dan banyak penderitaan
ulkus diabetikum di Indonesia dan diperkirakan bahwa 85% bisa dicegah
diperkirakan sekitar 15%, angka amputasi dengan pengembangan program
30%, angka mortalitas 32%, dan pendidikan kesehatan. Pendidikan
perawatan rumah sakit yang terbanyak kesehatan penderita DM akan
sebesar 80% untuk diabetes mellitus meningkatkan kepatuhan pengobatan
disebabkan oleh ulkus diabetikum mereka yang akan menyebabkan hasil
(Hastuti, 2008). Menurut Smeltzer & Bare pengobatan yang menguntungkan atau
(2001) amputasi dapat dicegah sebesar lancar. Hal ini tidak hanya akan
50%, dengan pasien diajarkan merawat memberikan kontribusi terhadap
kaki dan mempraktikkannya setiap hari. peningkatan kualitas perawatan pada
Survei epidemiologi telah menyebutkan pasien tetapi akan memastikan kualitas
bahwa 85% amputasi yang berkaitan hidup pasien semakin meningkat. Salah
dengan diabetes diawali dengan ulkus satu cara yang dapat dilakukan oleh
diabetikum (Kaur, 2014). perawat dalam memberikan edukasi atau
pendidikan kesehatan adalah melakukan
Sebagian besar pasien ulkus diabetikum discharge planning pada pasien ulkus
yang datang untuk berobat berada pada diabetikum pasca perawatan (Kaur, J.,
vase lanjut, hal ini terlihat dari derajat 2014)
ulkus diabetikum pasien. Derajat ulkus
diabetikum Wagner I sampai II hanya
407
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Menurut Konkoi (2011) dalam Nursinih dalam melakukan discharge planning dengan
(2012) discharge planning (perencanaan tingkat kepatuhan pasien rawat inap
pulang) merupakan proses pendidikan untuk kontrol di Rumah Sakit; dan
kesehatan yang bertujuan untuk banyak lagi penelitian yang lain. Tetapi
mempersiapkan pasien dalam saat ini masih sering ditemukan
meninggalkan satu unit pelayanan kepada pelaksanaan discharge planning yang kurang
unit yang lain di dalam atau di luar suatu optimal, tidak sistematis, kurang
pelayanan kesehatan umum. Adapun melakukan kerja sama dengan pelayanan
Manfaat dari discharge planning adalah sosial yang ada dikomunitas, sehingga
memperpendek waktu perawatan di kegiatan perencanaan pulang dan
rumah sakit, mempengaruhi kebutuhan manfaatnya hanya dirasakan saat pasien
rumah sakit, menurunkan angka dirumah sakit (Hariyati, Afifah, &
penerimaan kembali pasien ke rumah Handiyani, 2008 dalam Ernita, et al 2015)
sakit, dan memberikan intervensi discharge
planning tepat waktu. Format dischrge Saat ini telah dikembangkan tools model
planning yang disusun terdiri dari konservasi discharge planning terstruktur
pengkajian, masalah keperawatan, yang merupakan perpaduan dengan teori
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi konservasi Levine yang dibuat khusus
(Perry dan Potter, 2005). untuk pasien ulkus diabetikum. Discharge
planning ini merupakan strategi kombinasi
Banyak penelitian yang telah kekuatan individu dan keluarga serta
menunjukkan bahwa discharge planning perawat sebagai educator yang diharapkan
sangat bermanfaat pada berbagai dapat memperbaiki self management
penyakit. Penelitian tersebut diantaranya: (pengetahuan dan kepercayaan,
penelitian yang dilakukan oleh Ernita, D., kemampuan regulasi diri, dan fasilitas
et all (2015) yang menyimpulkan bahwa sosial) individu dan keluarga. Penelitian
terdapat pengaruh yang signifikan yang dilakukan oleh Rias, A. Y. (2015) ini
sebelum dan sesudah diberikan discharge baru berupa penelitian pengembangan
planning pada kelompok eksperimen tools melalui penelitian action research
sebelum pemulangan pasien dan Suryadi, sehingga perlu dilakukan penelitian
F. R. (2013) dalam penelitianya lanjutan untuk efektivitas atau pengaruh
menyimpulkan bahwa ada hubungan discharge planning teresbut tersebut.
signifikan antara peran educator perawat
408
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

METODE PENELITIAN darah dan uji nonparametric test (Wilcoxon


Penelitian ini merupakan penelitian quasy dan Mann Withney) untuk derajat luka
experimental dengan pre-test and post-test with
control group design. Sampel penelitian HASIL
adalah pasien ulkus diabetikum yang Karakteristik Responden
menjalani rawat jalan di Klinik Kitamura Pada Tabel 1 menunjukkan karakteristik
Pontianak sebanyak 36 pasien yang responden berdasarkan usia dan jenis
terbagi menjadi kelompok intervensi kelamin kelompok intervensi dan
sebanyak 18 responden dan kelompok kelompok kontrol. Usia kelompok
kontrol sebanyak 18 responden. intervensi secara berurutan yaitu <50
Pengambilan sampel dilakukan dengan tahun sebanyak 7 orang (38.9%), 50-60
insidental sampling sedangkan untuk tahun sebanyak 10 orang (55.6%) dan
membagi sempel menjadi kelompok > 60 tahun hanya 1 orang (19.4%).
intervensi dan kelompok kontrol dengan Sedangkan usia kelompok kontrol yaitu
random sampling. Kelompok intervensi secara berurutan yaitu <50 tahun
pada penelitian ini diberikan intervensi sebanyak 5 orang (27.8%), 50-60 tahun
model konservasi discharge planning 7 orang (38.9%) dan >60 tahun sebanyak
terstruktur sedangkan kelompok kontrol 6 orang (33.3%). Jenis kelamin kelompok
diberikan intervensi discharge planning intervensi yaitu laki-laki 8 orang (44.4%)
standar yang biasa digunakan di Klinik dan perempuan 10 orang (55.6%),
Kitamura Pontianak. Selama penelitan sedangkan kelompok kontrol yaitu
berlangsung tidak ada responden yang laki-laki 10 orang (55.6%) dan perempuan
drop out. Instrumen yang digunakan adalah 8 orang (44.4%).
format model konservasi discharge planning
terstruktur. Derajat luka ulkus diabetikum Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa
diukur berdasarkan pada derajat ulkus jenjang pendidikan responden kelompok
menurut Wagner dan kadar glukosa darah intervensi paling banyak berpendidikan
yang diukur adalah glukosa sewaktu. Uji SLTA sederajat yaitu sebanyak 6 orang
normalitas yang digunakan pada (33.3%) begitu juga pada kelompok
penelitian ini adalah shapiro wilk test. kontrol yang paling banyak berpendidikan
Analisis data menggunakan t-test (paired T- SLTA/ sederajat yaitu sebanyak 27.7%
test dan Independent T-test) untuk kadar gula (5 orang).
409
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Tabel 1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan usia


Intervensi
Kontrol (n=18)
Variabel (n=18) p value
n %
n %
Usia
< 50 thn 7 38.9 5 27.8 0.736
50-60 thn 10 55.6 7 38.9
> 60 thn 1 19.4 6 33.3
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 44.4 10 55.6 0.878
Perempuan 10 55.6 8 44.4

Tabel 2. Karakteristik berdasarkan pendidikan


Intervensi Kontrol
Variabel (n=18) (n=18) p value
n % n %
Pendidikan
Tidak 1 5.6 4 22.2 0.377
Sekolah
SD/ 4 22.2 3 16.7
Sederajat
SLTP/ 3 16.7 3 16.7
Sederajat
SLTA/ 6 33.3 5 27.8
Sederajat
Perguruan 4 22.2 3 16.7
Tinggi

Tabel 3. Karakteristik berdasarkan lama menderita DM dan DFU


Intervensi Kontrol
Variabel (n=18) (n=18) p value
n % n %
Lama DM
< 10 thn 11 61.1 15 83.3 0.465
≥ 10 thn 7 38.9 3 16.7
Lama DFU
0.288
< 6 bln 12 66.7
13 72.2
≥ 6 bln 5 27.8 6 33.3

intervensi sebagian besar yaitu kurang


Pada Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 10 tahun sebanyak 11 orang (61.1%)
lama menderita DM pada kelompok sedangkan pada kelompok kontrol yaitu
410
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

sebagian besar kurang dari 10 tahun Berdasarkan nilai p-value pada Tabel 1,
sebanyak 15 orang (83.3%).Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dengan nilai > 0.05
kelompok intervensi dan kelompok maka dapat disimpulkan bahwa
kontrol sebagian besar mengalami DFU kelompok intervensi dan kelompok
kurang dari 6 bulan yaitu 72.2% kontrol tidak ada perbedaan (homogen).
(intervensi) dan 66.7% (kontrol).

Perbedaan Perubahan Derajat Luka dan Kadar Glukosa Darah


Tabel 4. Perbedaan Perubahan Derajat Luka dan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan
Sesudah Intervensi
P
Variabel N Mean±SD
Value
Kelompok Intervensi
Derajat Pre 18 3.61±0.698 0.000
Derajat Post 2.39±0.850
Gula darah pre 18 333.33±96.761 0.000
Gula darah post 205.83±55.501

Kelompok Kontrol
Derajat Pre 18 3.72±0.958 0.000
Derajat Post 3.06±0.998
Gula darah pre 18 330.61±96.761 0.001
Gula darah post 284.61±80.07

Berdasarkan Tabel 4 tentang perbedaan pasien DFU di Klinik Kitamura


perubahan derajat luka dan kadar glukosa Pontianak. Dan juga didapatkan hasil uji
darah sebelum dan sesudah intervensi pairet t-test perubahan kadar glukosa darah
didapatkan hasil uji wilcoxon perubahan baik pada kelompok intervensi maupun
derajat luka baik pada kelompok kelompok kontrol mempunyai nilai p value
intervensi maupun kelompok kontrol <0,05 yang bermakna bahwa terdapat
mempunyai nilai p value <0,05 yang perbedaan yang signifikan perubahan
bermakna bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa darah pada kelompok
yang signifikan perubahan derajat luka intervensi maupun kelompok kontrol
pasien DFU pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi discharge
maupun kelompok kontrol sebelum dan planning pada pasien DFU di Klinik
sesudah intervensi discharge planning pada Kitamura Pontianak.
411
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Perbedaan Peningkatan Derajat Luka dan Kadar Glukosa Darah

Tabel 5. Perbedaan Peningkatan Derajat Luka dan Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi

P
Variabel N Mean±SD
Value
Derajat Luka
Klp. Intervensi 18 1.22±0.548 0.004
Klp. Kontrol 18 0.67±0.485
Kadar Glukosa Darah
Klp. Intervensi 18 127.50±86.467 0.001
Klp. Kontrol 18 46.00±46.109

Berdasarkan Tabel 5 tentang perbedaan PEMBAHASAN


peningkatan derajat luka dan kadar Karakteristik Responden
glukosa darah setelah intervensi antara Berdasarkan hasil analisis distribusi
kelompok intervensi dan kelompok frekuensi dapat dilihat bahwa bahwa
kontrol sesudah intervensi didapatkan sebagian besar responden berusia 50-60
hasil uji mann whitney perubahan derajat tahun. Hal ini disebabkan karena semakin
luka mempunyai nilai p value < 0,05 yang bertambahnya usia semakin
bermakna bahwa terdapat perbedaan bertambahnya resiko peningkatan kadar
peningkatan perubahan yang signifikan glukosa darah akibat menurunnya fungsi
derajat luka pada pasien DFU antara fisiologis tubuh termasuk kerja dari
kelompok intervensi dan kelompok pangkreas dalam memproduksi insulin.
kontrol sesudah intervensi di Klinik WHO menyebutkan individu yang
Kitamura Pontianak. Demikian pula hasil berusia diatas 30 tahun akan mengalami
uji Independent t-test kadar glukosa darah kenaikan kadar glukosa darah
mempunyai nilai p value < 0,05 yang 1-2 mg/dl/tahun pada saat puasa dan
bermakna bahwa terdapat perbedaan akan naik 5,6-13 mg/dl pada 2 jam
peningkatan perubahan yang signifikan setelah makan (Sudoyo, et al, 2009). Hal
kadar glukosa darah pada pasien DFU ini sejalan dengan hasil penelitian Hastuti
antara kelompok intervensi dan (2008) yang menyatakan bahwa sebagian
kelompok kontrol sesudah intervensi di besar responden yang mengalami ulkus
Klinik Kitamura Pontianak. diabetikum pada kelompok rentang usia
55-59 tahun, karena pada usia ini fungsi
tubuh secara fisiologis menurun.
412
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Pada penelitian ini, jumlah laki-laki dan pendidikan berpengaruh terhadap


perempuan secara keselurahan seimbang. perilaku seseorang dalam mencari
Pada umumnya perempuan lebih perawatan atau pengobatan penyakitnya,
mengalami ulkus diabetikum seperti pada memilih dan mengambil keputusan
kelompok intervensi pada penelitian ini. tindakan atau terapi terbaik untuk
Hal ini terjadi karena perempuan lebih mengatasi penyakit yang diderita.
sering mengalami ketidakseimbangan
hormon dan berat badan yang tidak ideal Dalam penelitian ini juga mengungkapkan
sehingga memicu ketidakstabilan kadar bahwa mayoritas responden mengalami
glukosa darah. Rochmah (2006) penyakit diabetes mellitus < 10 tahun.
mengungkapkan bahwa perempuan Hal ini dapat terjadi karena dengan
cenderung lebih beresiko mengalami peningkatan kadar glukosa beberapa
diabetes mellitus karena body mass index tahun secara terus menerus maka akan
yang kebanyakan tidak ideal sehingga menyebabkan kematian sel yang lebih
dapat menurunkan sensitifitas terhadap cepat. Lama menderita diabetes
kerja insulin. Penelitian ini didukung oleh ≥ 5 tahun merupakan faktor risiko
hasil penelitian Utami (2014) yang terjadiya ulkus diabetikum karena
menyatakan bahwa sebagian besar yang neuropati lebih sering terjadi terjadi
mengalami ulkus diabetikum adalah sekitar 5 tahun lebih setelah menderita
perempuan. diabetes mellitus (Frykberg RG., 2006
dalam Rizky, Rudy, Zulkarnain 2015).
Pendidikan responden pada penelitian ini
sebagian besar adalah SLTA/ Sederajat. Perbedaan Perubahan Derajat Luka
Menurut peneliti pendidikan sangat dan Kadar Glukosa Darah
berpengaruh terhadap kejadian suatu Kadar glukosa darah yang tidak
penyakit karena orang yang terkontrol menyebabkan suplai oksigen
berpendidikan lebih mudah memperoleh ke jaringan menjadi buruk hingga
informasi tentang penyakit yang dialami. hipoksia dan cidera jaringan. Hal ini dapat
Notoatmodjo (2012) mengungkapkan menyebabkan reaksi peradangan yang
bahwa perilaku akan lebih baik jika merangsang terjadinya ateroskerosis dan
didasari dengan pengetahuan. Hal ini fungsi sel darah putih mengalami
sejalan dengan penelitian Yusra (2011) penurunan dalam melawan
yang menyebutkan bahwa tingkat mikroorganisme yang masuk ke dalam
413
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

tubuh (Tarwoko, 2012). Kadar glukosa makanan atau asupan diet, latihan fisik,
darah yang tinggi dapat menjadi media obat-obatan penurun gula darah,
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan pendidikan kesehatan dan monitoring.
infeksi pada ulkus diabetikum sehingga Untuk pendidikan kesehatan hal yang
luka sukar untuk sembuh, luka mengalami penting untuk disampaikan adalah
regenerasi dan mengakibatkan meliputi pengertian, tanda dan gejala,
pembusukan terjadi (Hasdiana, 2012). penyebab, patofisiologi dan tes
Salah satu aspek yang berperan penting diagnostik, diet dan penanganan diet pada
dalam penatalaksanaan ulkus diabetikum pasien DM, aktivitas sehari-hari termasuk
adalah edukasi atau pendidikan kesehatan kegiatan olahraga, pencegahan terhadap
yakni melakukan discharge planning pada panyakit DM, pemberian obat-obatan
pasien ulkus diabetikum pasca perawatan DM dan cara injeksi insulin, cara
(Kaur, J., 2014). monitoring dan pengukuran glokosa
darah secara mandiri. Dan semua faktor
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tersebut diatas dilakukan dalam proses
terdapat perbedaan yang signifikan discharge planning pada penelitian ini.
perubahan derajat luka dan kadar glukosa
darah pada kelompok intervensi yang Perubahan derajat luka dan kadar glukosa
diberikan intervensi model konservasi darah pasien tersebut setelah dilakukan
discharge planning terstruktur maupun intervensi discharge planning kemungkinan
kelompok kontrol yang diberikan dapat terjadi karena terjadi peningkatan
intervensi discharge planning konsvensional pengetahuan dan kesiapan pada pasien
yang biasa digunakan di Klinik Kitamura dan keluarga dalam menjalankan hasil
Pontianak sebelum dan sesudah discharge planning. Hal ini sejalan dengan
intervensi pada pasien ulkus diabetikum hasil penelitian yang dilakukan oleh
di Klinik Kitamura Pontianak. Azimatunnisa (2015) yang juga
mengungkapkan bahwa terdapat
Tarwoto, et al (2012) mengungkapkan hubungan yang pemberian discharge
ada 5 faktor yang harus diperhatikan planning dengan peningkatan kesiapan
Pengontrol kadar glukosa darah yang pasien dalam menghadapi proses
merupakan salah satu faktor yang dapat pemulangan. Marthalena (2009) dalam
mencegah atau memperlambat proses penelitiannya juga mengungkapkan
kesembuhan luka diantaranya asupan bahwa sebanyak 71.43% responden
414
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

meningkat kesiapannya menjadi tingkat kelompok kontrol dilakukan intervensi


4 yaitu mampu dan ingin atau mampu discharge planning standar yang biasa
dan yakin melakukan kegiatan yang digunakan yang dilakukan oleh pegawai di
diajarkan saat berada di rumah setelah Klinik Kitamura sedangkan pada
dilakukan discharge planning. kelompok intervensi dilakukan intervensi
model konservasi discharge planning
Selain itu, dalam menjalankan penelitian terstruktur yang dilakukan oleh peneliti.
ini juga saat melakukan discharge planning Tetapi jika diperhatikan nilai mean dari
selalu melibatkan keluarga. Pelibatan delta kedua kelompok dapat disimpulkan
keluarga dapat meningkatkan kepatuhan bahwa intervensi model konservasi
pasien sehingga pasien dapat menjalankan discharge planning terstruktur lebih
hasil discharge planning dengan baik dan signifikan dalam peningkatan perbaikan
pada akhirnya menghasilkan kontribusi derajat luka dan kadar glukosa darah
dalam perubahan derajat luka dan kadar pasien ulkus diabetikum di Klinik
glukosa darah. Berdasarkan telaah Kitamura Pontianak.
literatur yang dilakukan oleh Rahmawati
(2014) menyimpulkan bahwa dukungan Model konservasi discharge planning
keluarga dapat membantu pasien dengan terstruktur dapat meningkatkan perbaikan
diabetes mellitus tipe 2 dalam derajat luka dan kadar glukosa darah lebih
meningkatkan kepercayaan diri pasien baik pada pasien ulkus diabetikum di
dalam melakukan perawatan dirinya. Klinik Kitamura Pontianak karena
Pasien yang mendapatkan dukungan yang discharge planning ini secara khusus dibuat
baik dari keluarganya akan memiliki rasa secara lengkap dan terperinci untuk
nyaman dimana hal tersebut dapat pasien ulkus diabetikum sedangkan
meningkatkan motivasi pasien untuk discharge planning standar yang biasa
patuh. digunakan tersebut merupakan discharge
planning yang bersifat umum yang bisa
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa bahwa digunakan kepada semua pasien. Model
terdapat perbedaan yang signifikan konservasi discharge planning terstruktur ini
derajat luka dan kadar glukosa darah dibagi kedalam empat tahapan
antara kelompok intervensi dan diantaranya tahap knowledge analyse, tahap
kelompok kontrol sesudah intervensi di discusion of needs, tahap role play dan tahap
Klinik Kitamura Pontianak, dimana pada terakhir adalah intergrated evaluation dan
415
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

juga terbagi ke dalam empat prinsip rutinitas, yaitu hanya berupa informasi
konservasi diantaranya konservasi energi, kontrol ulang (Nursalam, 2008).
konservasi integritas struktur, konservasi Intervensi discharge plannng standar yang
intergritas personal dan konservasi dilakukan di Klinik Kitamura Pontianak
integritas sosial. berfokus pada waktu kontrol, diit
diabetes mellitus, perawatan luka, dan
Model konservasi discharge planning pemeriksaan gula darah.
terstruktur ini merupakan perpaduan
dengan teori konservasi Levine yang KESIMPULAN
menurut Tomey & Aligood, (2014) model Berdasarkan hasil penelitian dapat
konservasi ini menggambarkan cara disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
sistem yang kompleks dibutuhkan untuk yang signifikan perubahan derajat luka
melanjutkan fungsi tubuh bahkan jika dan kadar glukosa darah pasien ulkus
terjadi hambatan yang berat sekalipun diabetikum pada kelompok intervensi
pada diri pasien. Selama proses maupun kelompok kontrol sebelum dan
konservasi, setiap individu dapat sesudah intervensi discharge planning ;
menghadapi rintangan, beradaptasi yang terdapat perbedaan yang signifikan
sesuai, dan mempertahankan derajat luka dan kadar glukosa darah
keunikannya. Fokus utama konservasi pasien ulkus diabetikum antara kelompok
adalah menjaga bersama-sama seluruh intervensi dan kelompok kontrol tetapi
aspek yang dimiliki dari setiap individu dari hasil mean delta pada kelompok
atau manusia. Meskipun intervensi intervensi dan kelompok kontrol setelah
keperawatan yang dilakukan mungkin dilakukan intervensi dapat disimpulkan
hanya mengacu pada satu prinsip bahwa model konservasi discharge planning
konservasi saja, perawat juga harus terstruktur lebih baik dalam perubahan
memperhatikan prinsip konservasi derajat luka dan kadar glukosa darah
lainnya. pasien dengan ulkus diabetikum daripada
discharge planning standar.
Sedangkan discharge planning standar yang
bisasa digunakan hingga saat ini, belum REFERENSI
optimal dilakukan oleh perawat. Saat Grace, P.A., & Borley, N.R. (2006). At a
melakukan discharge planning, perawat Glance Ilmu Bedah. Edisi 3.
masih hanya berfokus pada kegiatan Jakarta: Gramedia.
416
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Hasdiana. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Nursalam, dan Efendi, F. (2008).


pada Orang Dewasa dan Anak- Pendidikan Dalam Keperawatan.
Anak dengan Solusi Herbal. Jakarta: Salemba Medika.
Yogyakarta. Nuha Medika. Nursinih. (2012). Pengaruh Perencanaan
Hastuti, R.T. (2008). Faktor-faktor resiko Pulang Berfokus Perawatan Metode
Ulkus Diabetika pada Penderita Kanguru (PMK) terhadap
Diabetes Mellitus. Tesis. Keterampilan Ibu Melakukan PMK
Universitas Diponegoro. di Rumah
Jackson, G., & Padley, S. (2008). Erectile Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Dysfunction and Silent Fundamental Keperawatan: Konsep
Coronary Artery Disease: Proses dan Praktik. Edisi 4.
Abnormal Computed Jakarta: Penerbit Buku
Tomography Coronary Kedokteran EGC.
Angiogram In The Presence Of Price, S. A. & Wilson, L. M. (2005).
Normal Exercise ECGs. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
International Journal of Clinical Proses Penyakit Volume 2, Edisi
Practice. 6. Terjemahan oleh Brahm U.
Mansjoer, A., dkk. (2005). Kapita Selekta Pendit, dkk. Jakarta: EGC.
Kedokteran. Jakarta: Media Rahmawati, F., Setiawati, E. P., &
Aesculapius. Solehati, T. (2014). Pengaruh
Misnadiarly. (2006). Ulcer, Gangren, Infeksi Dukungan Keluarga Terhadap
Diabetes Mellitus. Ed.1. Jakarta: Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Pustaka Populer. Mellitus Tipe 2: Telaah Literatur-
Muliawan, M., Semadi, N., Yasa, K.P. A Literature Review: The Effect
(2007). Pola Kuman dan Korelasi Of Family Support On Quality
Klinis Ulkus Kaki Diabetikum di Of Life Of Patients With Type 2
RSUP Sanglah Denpasar. Tesis. Diabetes Mellitus.
Denpasar: Universitas Udayana. Rias A. Y. (2015). Action Research:
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Pengembangan Model Konservasi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Discharge Planning Terstruktur
Jakarta. terhadap Individual and Family Self
Management Diabetic Foot Ulcer.
417
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017

Tesis. Universitas Tarwoto, et al. (2012). Keperawatan


Muhammadiyah Yogyakarta. Medikal Bedah Gangguan Sistem
Rizky, L., Rudy, A., Zulkarnain, E. Endokrin. Jakarta. Trans Info
(2015). Faktor Risiko Terjadinya Medika.
Ulkus Diabetikum pada Pasien Utami, T.D., Karim, D., Agrina. (2014).
Diabetes Mellitus yang Dirawat Faktor - Faktor Yang
Jalan dan Inap di RSUP Dr. M. Mempengaruhi Kualitas Hidup
Djamil dan RSI Ibnu Sina Pasien Diabetes Mellitus
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Dengan Ulkus Diabetikus. JOM
Rochmah, W., (2006). Buku Ajar Ilmu PSIK. Universitas Riau.
Penyakit Dalam: Diabetes Melitus Van Baal, J.G. (2004). Surgical treatment of
Pada Usia Lanjut Edisi Ketiga. the Infected Diabetic Foot. Clinical
Editor Suyono, S. Balai Penerbit Infectious Diseases.
FKUI. Jakarta. WHO. (2011). Global Status Report on
Sicree, R.,Shaw, J., & Zimmet P. (2009). NCDs 2010. Chapter 1–Burden:
The Global Burden. IDF mortality, morbidity and risk
Diabetes Atlas 4th Ed. factors.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). http://www.who.int/diabetes/f
Buku Ajar Keperawatan Medikal- acts/en/. Diakses tanggal 11 Juli
Bedah Brunner dan Suddarth 2017.
Volume 2, Edisi 8. Terjemahan Wild, S., et.al. (2004). Global Prevalence
oleh Agung Waluyo, dkk. of Diabetes: Estimates for The
Jakarta: EGC. Year 2000 and Projections for
Sudoyo, et al. (2009). Buku Ajar Ilmu 2030. Diabetes Care Volume 27.
Penyakit Dalam Jilid III edisi 5. Yusra, A. (2011). Hubungan Antara
Jakarta: Interna Publishing. Dukungan Keluarga Dengan
Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi Kualitas Hidup DM Tipe 2 di
Untuk Keperawatan. Jakarta: Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
EGC. Fatmawati.Jakarta. Tesis. FIK UI

You might also like