You are on page 1of 7

Abstract

Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Pedagangan
Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo

Sandi Dwi Faridatul Usman


Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo
2018

Type 2 Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglycemia with many symptomatic
signs. Diabetes Mellitus caused problems for sufferers such as decreased quality of life. In 2015 the number of
people with Diabetes Mellitus in Indonesia were 10 million. Self Efficacy is a self-confidence that is owned by
someone to achieve a better goal. The type of research was correlational analysis with Cross Sectional
approach. The population in this study were 32 respondents with a sample of this study as many as 32
respondents using the total sampling method. Data collection by questionnaire then data processed using
Windows SPSS 16 and using Non-Paramtric test statistical test, namely Spearmen Correlation Analysis Test.
Based on the results of the study, there was results of a Self Efficacy Relationship with the Quality of Life in Type
2 Diabetes Mellitus Patients in Tiris Pedagangan, Probolinggo With SPSS 16 Spearmen correlation test, the
analysis results  = 0,000 < = 0,05. Then H1 is accepted means there is a Self Efficacy Relationship with the
Quality of Life in Type 2 Diabetes Mellitus Patients in Tiris Pedagangan, Probolinggo. Self efficacy in Type 2
Diabetes Mellitus patients focuses on their beliefs about their ability to perform various self-care behaviors. Self
efficacy can be a expectation of a person's quality of life in terms of physical, psychological, social and
environmental. So that the higher the level of someone Self Efficacy, the better the quality of life.

Keywords: Self Efficacy, Quality of Life, Type 2 Diabetes Mellitus.

1. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit menyatakan jumlah Diabetes Mellitus Tipe 2
metabolik dengan karakteristik terjadinya mencapai 4.140 penderita.
hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
insulin atau keduanya. Tampilan klinis Diabetes dilakukan di Desa Pedagangan Kecamatan Tiris
Mellitus Tipe 2 tampak ringan dan tanpa gejala, Kabupaten Probolinggo didapatkan data penderita
perjalanan penyakit dapat berkembang kronis dan Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Bulan Januari 2018
progresif serta menyebabkan komplikasi akut dan sampai Bulan Maret 2018 di Desa Pedagangan
kronis. Komplikasi kronis dapat mengenai sebanyak 32 responden.
makrovaskuler seperti retinopati dan nefropati Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit
diabetik serta makrovaskuler seperti penyakit kronik yang berpengaruh terhadap Health Related
kardiovaskuler, arteri perifer dan serebrovaskuler Quality Of Life (HRQOL), dan memerlukan
(Perkeni, 2011). perawatan pribadi secara khusus atas penyakitnya.
Self Efficacy tidak berkaitan dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 yang tidak dikelola dengan
kemampuan sebenarnya melainkan keyakinan yang baik, dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi
dimiliki individu. Self Efficacy pada pasien Diabetes akut maupun kronik yang dapat menimbulkan
Mellitus Tipe 2 berfokus pada keyakinan yang beban morbiditas dan mortilitas (Perkeni, 2011).
dimiliki terhadap kemampuannya untuk melakukan Penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus
perilaku self-management Diabetes Mellitus (Al- Tipe 2 secara tepat dapat mencegah atau
Khawaldeh., et al., 2012). memperlambat munculnya komplikasi yaitu dengan
Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, menerapkan self-efficacy dalam kehidupan sehari-
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah hari meliputi diet sehat, aktivitas fisik, terapi obat,
di Indonesia dengan prevalensi penderita Diabetes pemantauan glukosa darah dan mempertahankan
Mellitus Tipe 2 sebesar 2,1%. Menurut Bidang perawatan kaki. Tujuan penatalaksanaan Diabetes
Yankes Dinkes Kabupaten Probolinggo 2014, Mellitus adalah mencegah penyakit tersebut
semakin memburuk secara progresif mencapai Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan
kadar gula darah normal, dan meningkatkan kualitas Jenis Kelamin

hidup pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 (Hunt., et al, Jeniskelamin Frekuensi Persen %
2012).
Self Efficacy sebagai keyakinan individu laki-laki 13 40.6

terhadap kemampuannya untuk mengatur dan Perempuan 19 59.4

melakukan tugas-tugas tertentu yang dibutuhkan untuk Total 32 100.0


Berdasarkan tabel 3.1 diatas menunjukkan
mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Self
bahwa prosentase jenis kelamin terbanyak adalah
Efficacy menentukan pada diri individu untuk merasa,
perempuan yaitu sejumlah 19 responden (59,4 %), dan
berfikir, memotivasi dirinya, dan berperilaku untuk
jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden (40,6 %).
mencapai tujuan yang diinginkan
Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan
Faktor utama yang mempengaruhi perilaku
Umur
seseorang adalah self- efficacy, yaitu keyakinan
seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk Umur Frekuensi Persen %
melakukan suatu tindakan yang diinginkan, sehingga 42-46 11 34.4
bisa mencapai hasil yang diinginkan. Model self-
47-51 9 28.1
efficacy menawarkan suatu kerangka kerja yang
52-56 12 37.5
berguna untuk mengetahui dan melihat kepatuhan
Total 32 100.0
pasien dalam perilaku self-management. Berdasarkan tabel 5.2 di atas, menunjukkan
Ada dua komponen kognitif dalam teori ini bahwa prosentase umur terbanyak adalah 52-56 yang
antara lain efficacy expectations (rasa percaya diri berjumlah 12 respoden (37.5 %), umur 42-46 sebanyak
seseorang untuk mampu dalam melaksanakan suatu 11 responden (34,4 %), dan umur 47-51 sebanyak 9
tugas) dan outcome expectations (suatu kepercayaan responden (28.1 %).
bahwa perilaku yang diterapkan akan sesuai dengan Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan
keinginan atau tujuan awal), dan keduanya Pendidikan
mempengaruhi keseimbangan dari perilaku seseorang.
Pendidikan Frekuensi Persen %
Self-efficacy memberikan landasan untuk keefektifan
tidak tamat SD 6 18.8
self-management pada Diabetes Mellitus Tipe 2 karena
SD 18 56.2
berfokus pada perubahan perilaku penderita (Van
SMP 5 15.6
Dinther., Et al, 2011).
Sarjana 3 9.4
2. METODE
Total 32 100.0
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan
adalah desain studi analitik korelasional dengan
bahwa prosentase pendidikan yang terbanyak yaitu SD
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan
sebanyak 18 responden (56,2 %), tidak tamat SD
sampel yang digunakan adalah total sampling,
sebanyak 6 responden (18,8 %), SMP sebanyak 5
Penelitian berlangsung selama 2 hari. Jumlah
responden (15,6 %), dan tingkat sarjana sebanyak 3
sampel sebanyak 32 responden.
responden (9,4 %).
3. HASIL
Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan
3.1 Krateristik Responden
Pekerjaan
Karakteristik responden pada penderita
Pekerjaan Frekuensi Persen %
Diabetes Mellitus Tipe 2, yaitu jenis kelamin, umur,
IRT 7 21.9
pendidikan, dan pekerjaan sebagai berikut:
Tani 22 68.8
Guru 3 9.4
Total 32 100.0
Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa prosentase pekerjaan yang terbanyak yaitu tani sebanyak 22
responden (68,8 %), IRT sebanyak 7 responden (21,9 %), dan guru sebanyak 3 responden (9,4 %).
3.2 Analisa Univariat
Tabel 3.5 Identifikasi Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Self Efficacy Frekuensi Persen %
Baik 20 62.5
Cukup 6 18.8
Kurang 6 18.8
Total 32 100.0
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa nilai Self Efficacy kategorik tertinggi adalah baik yaitu
sebanyak 20 responden dengan prosentase (62,5 %), kategori cukup sebanyak 6 responden dengan prosentase (18.8
%), dan kategori kurang sebanyak 6 responden dengan prosentase (18.8 %).
Tabel 3.6 Identifikasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Kualitas Hidup Frekuensi Persen %


Baik 18 56.2
Cukup 8 25.0
Kurang 6 18.8
Total 32 100.0
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa nilai kualitas hidup kategorik tertinggi adalah baik yaitu
sebanyak 18 responden dengan prosentase (56.2 %), kategori cukup sebanyak 8 responden dengan prosentase (25.0
%), dan kategori kurang sebanyak 6 responden dengan prosentase (18.8 %).
3.3 Analisa Bivariat
Tabel 3.7 Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa
Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo

Self Kualitas Hidup Jumlah


Efficacy Baik Cukup Kurang
f % F % F % F %
Baik 16 80 4 20 0 0 20 56
Cukup 2 33,3 4 66,6 0 0 6 26
Kurang 0 0 0 0 6 37 6 18
Jumlah 18 23 8 40 6 37 32 100
P value 0,000 : 0,05

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Windows SPSS uji spearman’s didapatkan data signifikan
sebesar P=0,000 sehingga P=0,000< =0,05 yang hasilnya H1 diterima yaitu ada Hubungan self efficacy dengan
kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus di Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo
4. PEMBAHASAN

4.1 Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten
Probolinggo
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.5 di atas dari 32 responden diperoleh data tentang Self Efficacy
bahwa sebagian besar responden yaitu 20 responden (62,5 %) memiliki nilai Self Efficacy baik, kategori cukup
sebanyak 6 responden (18.8 %), dan kategori kurang sebanyak 6 responden (18.8 %).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hunt, et al (2012) bahwa seseorang yang hidup dengan
Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki effikasi diri yang baik, lebih memungkinkan untuk melakukan diet, olah
raga, pemantauan glukosa darah mandiri, konsumsi obat, dan perawatan kaki secara optimal. Self efficacy akan
terbentuk dengan adanya kemauan ari individu tersebut. Perubahan perilaku sangat diperlukan untuk mencapai
tujuan dari pengelolaan Diabetes Mellitus yaitu kadar gula dalam batas normal. Sesuai dengan penelitian oleh
Azadbakht L (2013) yang mengatakan bahwa Self Efficacy seseorang dalam bertindak dan berperilaku sesuai
dengan harapan yang diinginkan oleh pasien maupun tenaga kesehatan. Self Efficacy dapat memberikan
pengaruh terhadap perubahan perilaku dengan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, memotivasi diri,
dan bertindak. Individu yang memiliki tingkat Self Efficacy yang baik akan selalu berpegang teguh terhadap
tujuannya. Begitu juga sebaliknya individu yang memiliki tingkat Self Efficacy yang kurang baik akan memiliki
komitmen yang rendah terhadap tujuannya.
Self Efficacy yang baik sangat berpengaruh terhadap kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk
melakukan dan melaksanakan suatu tindakan untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu
masyarakat harus mempunyai self efficacy yang baik. Sehingga tujuan yang diinginkan mudah tercapai.

4.2 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten

Probolinggo

Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.6 di atas dari 32 responden diperoleh data tentang nilai Kualitas

Hidup bahwa sebagian besar responden yaitu 18 orang (56.2 %) memiliki nilai Kualitas Hidup baik, nilai Kualitas

Hidup cukup sebanyak 8 orang (25.0 %), sedangkan sebagian kecil responden yaitu 6 orang (18.8 %) memiliki

nilai Kualitas Hidup kurang.

Kualitas hidup yang baik dapat mempermudah proses pengobatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus.

Hal ini di dukung oleh hasil penelitian Anand et al (2010) mengatakan bahwa kualitas hidup yang baik

merupakan salah satu tujuan utama dalam perawatan, khususnya pada penderita Diabetes Mellitus. Kualitas

hidup yang baik bermula dengan adanya banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup individu. Apabila

kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik maka keluhan fisik akibat komplikasi akut ataupun kronis dapat

dicegah. Mempertahankan kualitas hidup salah satu tujuan utama pengobatan Diabetes Mellitus. Diabetes

mellitus penyakit kronis yang tidak dapat diobati secara tuntas, namun apabila terkontrol dengan baik dapat

menghambat atau mencegah keluhan fisik akibat komplikasi akut maupun kronisnya. Namun sebaliknya apabila

kualitas hidup yang rendah serta masalah psikologis dapat memperburuk gangguan metabolik baik secara

langsung melalui stress hormonal maupun tidak langsung melalui komplikasi yang buruk (WHO, 2010)

Pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki berbagai nilai kualitas hidup. Data diatas menunjukkan

sebagian besar kualitas hidup adalah baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh rutinnya masyarakat terhadap

kunjungan kepada puskesmas terdekat. Hal yang dilakukan tersebut sangat baik bagi individu. Dengan rajinnya
kunjungan tersebut pasien akan bnyak mendapat informasi tentang kesehatan dan bagaimana cara

meningkatkan peningkatan kesehatan

4.3 Analisis Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil ada Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo dengan Uji
Spearman’s SPSS 16 didapatkan hasil analisa  = 0,000, sehingga = 0,000 <  = 0,05. Dapat disimpulkan H1
di terima artinya ada Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.
Self efficacy memiliki banyak manfaat dalam proses perubahan diri manusia, yang pertama yaitu proses
kognitif. Proses ini mempengaruhi bagaimana pola pikir yang dapat mendorong atau menghambat perilaku
seseorang. Yang kedua adalah proses motivasional, yang berpengaruh terhadap harapan yang diinginkannya.
Di samping itu, kemampuan untuk mempengaruhi diri sendiri dengan mengevaluasi penampilan pribadinya
merupakan sumber utama motivasi dan pengaturan dirinya. yang ketiga adalah proses afektif, dimana proses ini
yang mengatur emosi seseorang memalui beberapa cara, yaitu seseorang yang percaya bahwa mereka mampu
mengelola tingkat kecemasan individu. Yang keempat adalah proses seleksi, proses ini yang mengatur
seseorang untuk membentuk tindakan yang membantu dirinya dan bagaimana mempertahankan lingkungan
yang membantu dalam pembentukan diri dan pencapaian tujuan (Sandra & Djalali, 2013)
Studi diatas sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Balaga (2012) bahwa Self Efficacy terbukti
mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan tindakan perawatan diri. Teori tersebut juga menjelaskan
bahwa Self Efficacy bertindak sebagai mediator antara perubahan dalam kualitas hidup dan fungsi fisiologis pada
pasien. Pengukuran efikasi diri dirancang untuk menguji keyakinan individu untuk melakukan kegiatan yang
dipilih sebagai usaha yang diinginkan.
Menurut Brown Lisa J (2013) mengatakan bahwa self efficacy dapat menjadi prediksi terhadap kualitas
hidup sesorang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kualitas hidup sesorang dapat dilihat dari
kesejahteraanya baik dari segi fisik, psikologis, sosial, maupun lingkungan. Kualitas hidup yang tinggi merupakan
tujuan akhir dan hasil penting dari semua intervensi medis pada pasien diabetes, serta pada pasien diabetes
yang tidak terkontrol diketahui memiliki kualitas hidup lebih rendah dibandingkan pasien diabetes yang terkontrol.
Pasien yang menderita Diabetes Mellitus lebih lama akan memiliki self efficacy yang baik, karena pasien
telah memiliki pengalaman dalam mengelola penyakitnya dan memiliki koping yang baik. Self Efficacy sangat
berpengaruh terhadap kualitas hidup. Apabila seseorang memiliki self efficacy yang baik, maka akan
memperoleh kualitas hidup yang baik pula. Namun sebaliknya, apabila self efficacy yang dimiliki oleh seseorang
tersebut kurang baik, maka akan berdampak negatif terhadap kualitas hidupnya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo dapat diambil kesimpulan bahwa
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Self Efficacy Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Pedagangan adalah kategori baik yaitu sebanyak 20
responden (62,5 %).
2. Kualitas hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Pedagangan yang memiliki Kualitas Hidup baik
yaitu sebanyak 18 responden (56.2 %)
3. Ada Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Desa
Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi lahan penelitian khususnya

Puskesmas yang menaungi Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo, untuk

senantiasa memberikan healt education tentang penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2, sehingga

penderita diabetes mellitus dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Khawaldeh, O.A., M.A. Al-Hassan, E.S.Froelicher. (2012). Self Efficacy, self-management, and glycemic
control in adults with type 2 diabetes mellitus. Journal of Diabetes and Its Complications, 26 : 10-16.

American Diabetes Association. (2015). Standard of medical care in diabetes mellitus. Journal Diabetes Care,
Bolume 38 Suplement 1, Januari 2015.

Anand P.S., ArchanaS., Pratibha A.S. 2010. Cross-Cultural Adaptation and Validation Of The Danish Version of
The 19 Item Return To Work Self Efficacy. Orriginal Article. Scand J Work Environ Health Volume 42 No.
4.

Azadbakht L, Feizi A, Sharifirad G, Kargar M. Review the key role of self efficacy in diabetes care. Journal
Education health Promotion. 2013; 2, 36

Balaga, Paolo Angelo G. (2012). Self Efficacy and Self Care management outcome of chronic desease.
International peer Reviewed Journal. 2 : 111-129

Balitbangkes Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan dasar ; RISKESDAS. Jakarta : Lembaga Penerbitan Badan
Litbangkes.

Brown, Lisa J., John M. Malouff dan Nicola S Schutte. (2013). The Effectiveness Of Self-Efficacy Intervention For
Helping Adolescens Cope With Sporr Competition Loss. Journal Of Sports Behavior. No. 28 Australia.
University of New England.

Choi & Kim. (2011). Diabetes in Older Adults. Diabetes Care, 35 : 2650-64.

Dimyanti dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Mellitus Tipe 2. J. Majority Vol.4 No.5. FKEP.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.

Hunt, W. C., Wilder, B., Steele, M. M., Grant, S. J., Pryor, R. E., Moneyham, L. (2012). Relationship among self-
efficacy, social support, social problem solving, and self-management in a rural sample living with type 2
diabetes mellitus. Reserach and Theory for Nursing Practice an International Journal, Vo. 26, No. 2.

Kowalak. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Kusniawati (2011). Analisis Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Self Care. FIK. UI.

Kusuma Dewi, D.M (2012). Peran stresor harian, optimisme, dan regulasi diri terhadap kualitas hidup individu
dengan diabetes mellitus tipe 2. Jurnal Psikologi Islama (JPI), Vol. 8, No.1.

Kreitner, Kinicki. 2010. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill

Lau, W.K. 2012. The impacts of personality traitsand goal commitment on employees’ job satisfaction.
Business and Economics Journal,5: 29-42.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi. 4. Jakarta : Salemba Medika.

Padila., G.V., (2012). Health Quality of Life and Colorectal Cancer. Development and Psychometric Propertie.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus Pengendalan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe
2 di Indonesia. Dapat diakses pada http://www.akademia.edu. Tanggal 16 November 2017.

Pinzur. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jakarta. EGC.

Sandra, K, I., & Djalali, M. A. (2013). Manajemen Waktu, Efikasi Diri dan Proskatinasi. Jurnal Psikologi Indonesia.
2(3). 217-222

Smeltzer, S, & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadhelpia :
Lippincott.

Stephen & William. (2010). Buku Ajar Fisiologi Asuhan Keperawan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.

Sugiono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : penerbit Alfabeta.

Theofilou, Paraekevi. (2013). Quality Of Life Definition and Measurement. Europe’s Journal Psychology. Volume
9, 150-162.

Van Dinther, M., Dochy, F., & Segers, M. (2011). Factors affecting students self efficacy in higher education.
Educational Research Review, 6(2), 95-108

Wicaksono RP. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Universitas
Diponegoro Tahun 2011. (online). http://core.ac.uk/download/pdf/11735485.pdf.

World Health Organization. (2010). Global Report on Diabetes. ISBN 978 92 4 156525 7 (NLM Classification :
WK 810). WHO Press.

Yesi, Ariani. (2011). Hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien DM tipe 2 dalam konteks asuhan
keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis, Jakarta : FIK UI.

Zainudin, Mhd., Utomo, W., & Herlina. (2015). Hubungan Stress denga Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. JOM. Vol.2, No.1.

You might also like