You are on page 1of 9

Jurnalllmu Pertanian Indonesia, Desember 2007, him. 154-162 Vol. 12 No.

ISSN 0853-4217

POTENSI DAERAH SIDIK JARI SPEKTRUM INFRAMERAH SEBAGAI


PENANDA BIOAKTOVITAS EKSTRAK TANAMAN OBAT
Latifah Kosim Darusman 1•2 *>, Rudi Heryanto1•2 >, Mohamad Rafi 1•2>, Wulan Tri Wahyuni 1•2>

ABSTRACT
THE POTENCY OF INFRARED FINGERPRINT SPECTRUM REGION AS BIOACTIVITY
MARKER OF MEDICINAL PLANT EXTRACTS
Efficacy and quality of medicinal plant extracts depend on chemical composition therein. Therefore, to
ensure its efficacy orquality, the chemical composition of extracts have to be analyzed based on its chemical
marker or its chemical pattern. This study tried to develop a method for extracts quality assay based on infrared
spectrum in fingerprint region and extracts inhibition activity to xanthine oxidase. Five extracts from kunyit
(Curcuma domestica), temulawak ( C xanthorriza), jahe (Zingiber officina/e), temukunci (Boesenbergia
pandurata), and cabe jawa (Piper retrofractum) were tested to inhibit xanthine oxidase activity. The bioactive
data of extracts and its infrared spectrum was analyzed using PCA and PLS-DA (partial least square-
discriminant analysis). Almost all extracts that were tested showed inhibition activity to xanthine oxidase
activity, except the extract of jahe. The result showed that PCA can group all of extract into each of their region.
Meanwhile, PLS-DA has shown to be a good prediction model for classifying extracts based on fingerprint region
of its mR Spectrum and its biological activity.

Keywords: fingerprint, mR spectra, compound marker, xanthine oxidase

ABSTRAK aktivitas inhibisi kerja xantin oksidase. Sementara


itu, ekstrak jahe yang berasal dari berbagai daerah,
Khasiat dan mutu ekstrak sediaan obat bahan tidak satupun memiliki aktivitas inhibisi kerja xantin
alam (fitofarmaka) bergantung pada komposisi oksidase. Analisis PCA terhadap spektrum infra-
kimianya. Upaya meyakinkan konsistensi khasiat merah ekstrak tanaman obat baik terhadap kisaran
ataumutu suatu ekstrak dilakukan dengan analisis bilangan gelombang secara keseluruhan maupun
senyawa penanda (marker compound) atau analisis hanya pada daerah sidik jarinya dapat menge-
pola ciri kimia dari ekstrak. Penelitian ini mencoba lompokkan tiap tanaman obat berdasarkan daerah-
mengembangkan metode uji konsistensi ekstrak nya. Demikian pula, model mutu ekstrak (cabe jawa,
penyusun sediaan fitofarmaka dan model dugaan kunyit, dan temulawak) berdasarkan aktivitas
bioaktivitasnya berdasarkan spektrum inframerah inhibisi terhadap kerja xantin oksidase dan spektrum
tertransformasi Fourier (ffiR) sebagai pola khas FTIR (secara keseluruhan dan daerah sidik jarinya)
kimiawi ekstraknya. Lima jenis ekstrak tanaman yang dibentuk dengan metode PLS-DA, memberikan
obat, yaitu kunyit (Curcuma domestica), temulawak nilai korelasi kalibrasi dan prediksi yang tinggi (rata-
( C xanthorriza), jahe (Zingiber officina/e), temu- rata> 95%).
kunci (Boesenbergia pandurata), dan cabe jawa
(Piper retrofractum) ditentukan aktivitas inhibisinya Kata kunci: Sidik jari, spektrum FTIR, senyawa
terhadap enzim xantin oksidase. Data inhibisi penanda, xantin oksidase
dengan spektrum FTIR ekstrak dianalisis meng-
gunakan metode PCA dan PLS-DA (partial least
square-discriminant analysis). Dari 5 jenis tanaman PENDAHULUAN
obat yang biasa digunakan untuk mengobati gejala
Keragaman sumber simplisa baik dari segi umur
artritis (rematik), empat di antaranya, yaitu cabe
jawa, temukunci, kunyit, dan temulawak memiliki maupun asal tempat dan proses produksi akan
memengaruhi mutu suatu sediaan obat bahan alam
1) Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB, Kampus IPB Taman (fitofarmaka). WHO (2000) dalam bukunya tentang
Kencana, Jl. Taman Kencana No.3 Bogor. Telp. 0251-8373561 pedoman evaluasi obat tradisonal menyatakan bahwa
2) Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. salah satu parameter mutu sediaan obat bahan alam
* Penulis Korespondensi : bfarmaka@gmail.com adalah kadar senyawa penanda atau identitas yang
: J.llmu.Pert.lndones 155

::- :.! · ;Jroduk (sidik jari, misalnya sidik jari Penelitian ini mencoba mengembangkan metode
- ·;·="i). Di Indonesia, persyaratan ini diterap- uji konsistensi mutu ekstrak berdasarkan pola khas
.:.: .· .~- 2 kategori produk obat bah an alam yang kimiawi, dalam hal ini adalah pola spektrum FTIR
.... : -:- BPOM, yaitu Obat Herbal Terstandar dan pada daerah sidik jari. Jenis ekstrak yang menjadi
· · - 3 ·a, sedangkan untuk satu jenis produk obat target penelitian ini adalah ekstrak kunyit (Curcuma
r . . 3 =rn lainnya, yaitu jamu, tidak ditekankan. domestica), temulawak (C. xanthorrhiza), jahe
·· ·-:·:hll terstandar adalah obat bahan alam yang (Zingiber officina/e), temukunci (Boesenbergia
· .--~:· _-: kriteria (a) aman sesuai dengan persyarat- pandurata), dan cabe jawa (Piper retrofractum).
, ! ··; ditetapkan, (b) klaim khasiat dibuktikan Berbeda dengan metode uji mutu dengan senyawa
·- ! · 3 ilmiah/praklinik, (c) telah distandardisasi penanda yang parameter mutunya adalah kadar

:o
-- ~= :=!:; bahan baku yang digunakan untuk produk senyawa kimia penanda, maka untuk metode berbasis
tl , · : =1 (d) memenuhi persyaratan mutu yang ber- spektrum FTIR ini digunakan parameter lain sebagai
d -~ . :.::Japun fitofarmaka adalah obat bahan alam indikator baik tidaknya mutu suatu ekstrak (yaitu nilai
;t · ·-: memenuhi kriteria seperti Obat Herbal bioaktivitasnya, aktivitas inhibisi xantin oksidase).
'a
.. -·..::-dar tetapi berbeda pada butir (b), yaitu klaim Selanjutnya, karena pola spektrum FTIR (terutama
e
·.!< -=: harus dibuktikan berdasarkan uji klinik (BPOM pada daerah sidik jari) merupakan pola yang
kompleks, penafsirannya memerlukan bantuan
:::enentuan mutu kimia suatu sediaan herbal metode kemometri. Penggunaan metode kemometrik
..<:=!sarkan sidik jari (fingerprint) telah dilakukan untuk interpretasi spektrum FTIR juga dimaksudkan
· ···;an berbagai metode seperti kromatografi lapis untuk mengekstraksi informasi yang tersembunyi
:·' kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (HPTLC), dalam ekstrak yang diuji (yaitu informasi khasiat atau
· ·:·....,atografi cair kinerja tinggi (HPLC), elektroforesis bioaktivitasnya).
•2: 'er, dan spektrometri resonansi magnetik inti
:·::on (H-NMR). Lazarowych dan Pekos (1998) me- METODE
·-:·:Jpkan analisis HPLC untuk mendapatkan sidik jari Persiapan Sampel dan Pembuatan Ekstrak
..:-: aan ekstrak Valeriana officina/is dan Tanacetum Sampel tanaman obat penyusun fitofarmaka
.·.::-thenium. Metode analisis yang sama (HPLC) Rheumaneer kunyit, temulawak, jahe, temukunci, dan
: ;unakan oleh Saiki eta/. (1999) untuk mendapatkan jabe jawa, diambil dari 3 tempat (Banyuwangi,
:da sidik jari dari obat herbal Jepang (kampo). Hyune Jakarta, dan Solo). Setiap sampel dikeringkan dan
: 999) menerapkan metode HPTLC untuk uji mutu ditentukan beberapa parameter simplisia seperti kadar
::'\Strak akar Platycodon grandiflorum. Kim et a!. air dan uji fitokimia. Sampel diekstraksi dengan cara
2005) menggunakan H-NMR untuk menghasilkan maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Cairan
5idik jari dari herba. Sun et a/. (2003) menerapkan ekstrak yang didapat dikeringkan dengan radas
:Jnalisis elektroforesis kapiler untuk mendapatkan sidik penguap putar. Ekstrak kering siap digunakan untuk
;ari dari sediaan herba Flos carthami. uji.
Adapun penggunaan teknik spekstroskopi FTIR
Optimasi Kondisi Pengukuran Aktivitas
untuk analisis sidik jari sediaan obat bahan alam
Enzim dan Pengukuran Aktivitas
masih terbatas. Jajang (2004) mencoba menerapkan
Kondisi optimum aktivitas enzim ditentukan
metode kemometrik jaringan syaraf tiruan dan teknik dengan melakukan serangkaian optimasi multivarian
spektroskopi FTIR untuk mengklasifikasikan berbagai
dengan meragamkan nilai konsentrasi substrat dan
ekstrak jati belanda berdasarkan aktivitas inhibisinya
enzim, pH, suhu, dan waktu inkubasi. Aktivitas diukur
terhadap enzim lipase. Akan tetapi, potensi spektrum
dengan spektrofotometer ultraviolet (UV), panjang
FTIR sebagai penanda metabolome suatu bahan telah
gelombang optimum diperoleh melalui pemayaran
banyak digali, seperti yang dilakukan oleh Kirschner et pada panjang gelombang 200-400 nm.
a!. (2001) yang menggunakan teknik FTIR untuk
Aktivitas xantin oksidase ditentukan dengan
mengklasifikasi dan mengidentifikasi Enterococci.
metode Iswantini et a!. (2004) yang dimodifikasi.
156 Vol. 12 No.3 J.llmu.Pert.lndor.o

Ekstrak sediaan fitofarmaka dilarutkan dalam bufer pendahuluan yang meliputi normalisasi, koreksi ga·
kalium fosfat 50 mM pH 8 hingga diperoleh dasar, derivatisasi, dan penghalusan.
konsentrasi 50 ppm. Sebanyak 1,9 mL larutan sediaan
tersebut dimasukkan dalam tabung uji, ditambah 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
ml xantin 0,75 mM dan enzim xantin oksidase 0,025
Keragaan Kimiawi Sampel
unit/ml sebanyak 0,1 ml. Campuran tersebut di-
Secara umum, sampel fitofarmaka yang :
homogenkan kemudian diinkubasi pada suhu 25 oc
gunakan memiliki keragaman pada kandung~ ·
selama 50 menit (kondisi tersebut diper-oleh dari hasil
kimiawinya (Tabel1). Hal ini menjadi salah satu fak::
optimasi penentuan aktivitas enzim). Tabung dengan
penyebab beragamnya nilai aktivitas hambatanr. ~
komposisi yang sama tetapi tanpa penambahan enzim
terhadap xantin oksidase dan profil spektrum Fl.:
digunakan sebagai blanko. Reaksi enzim dihentikan
yang dimilikinya. Kadar air sampel fitofarmaka ya·:
dengan menambahkan 1 mL HCI 0,58 M. Campuran
digunakan berada di bawah 10%, memenuhi stanc:
tersebut kemudian diukur serapannya menggunakan
kadar air sediaan fitofarmaka yang telah ditentukan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 285,5
nm (diperoleh dari pemayaran panjang gelombang Tabel 1 Uji fitokimia sampel
maksimum terhadap produk asam urat yang
Sam pel Alkaloid Flavonoid Saponin Tan in Terpen: •:
dihasilkan pada reaksi enzimatis.
Kunyit +++ + +--

Penentuan Aktivitas Enzim dengan FTIR Cabe jawa ++

Sebanyak 2 mg serbuk contoh dicampur dengan Temulawak + +

180 mg KBr untuk dijadikan pelet. Pelet dibuat meng- Jahe

gunakan handpress Shimadzu dengan tekanan 8 ton Temukunci +++


Keterangan : : Tidak mengandung senyawa yang c _
selama 15 menit. Spektrum diukur dengan +,++,+++ : Intensi1as warn a 1jumlah endapan
spektrofotometer mR. Sebuah komputer personal
yang dilengkapi dengan perangkat lunak OPUS
Aktivitas Xantin Oksidase
digunakan untuk mengatur kerja spektrometer pada
Optimasi dilakukan terhadap konsentrasi en::-
kisaran 4000 sampai 400 cm· 1• Spektrum yang
substrat, suhu, pH, dan waktu inkubasi. Ada:_·
dihasilkan lalu disimpan dalam format OPUS.
konsentrasi enzim yang diujikan berada pada kisc·c ·
Spektrum asli juga diberi perlakuan pendahulu-an.
0.025-0.075 U/ml, konsentrasi substrat terletak ~ ~ ~­
Data spektrum dinormalisasi sehingga serapan terkecil
kisaran 0.5-0.75 mM, suhu berada pada kisaran 2C-:
diset menjadi 0 sedangkan serapan tertinggi diset
°C, pH berada pada kisaran 7-10, dan waktu inkL.:,
menjadi 2. Hasil normalisasi kemudian diberikan
berada pada kisaran 40-50 men it. Data aktivitas ) 2 • .
koreksi garis dasar, dilanjutkan dengan derivatisasi
diperoleh diolah dengan menggunakan peranti IL-,.
dan smoothing dengan menggunakan metode
penentuan optimasi Modde 5 dan diperoleh ko·:
Savitzky-Golay.
optimum pada pH 8, waktu inkubasi 50 men it, s _·
Analisis Data secara Kemometrik inkubasi 25 °C, konsentrasi substrat 0,75 mM, =
Spektrum mR dalam format OPUS disimpan konsentrasi enzim 0,025 unit/ml.
dalam format tabel titik data (DPT) yang dapat dibuka Ekstrak temu lawak, kunyit, dan cabe -:
dengan menggunakan peranti lunak Microsoft Excel memberi efek beragam pada aktivitas enzim. Ek.::··
2003. Data serapan lalu dipotong pada bilangan yang berasal dari daerah Jakarta (kunyit :
gelombang 2499-2250 cm· 1 untuk menghilangkan temulawak jakarta) menunjukkan aktivitas yang -: ·
serapan C02 yang dapat mengganggu analisis besar dibandingkan kontrol. Gabungan ek.::·
selanjutnya. Data yang digunakan ialah data serapan fitofarmaka dari setiap daerah menunjukkan ·
pada daerah sidik jari (1500-800 cm- 1 ) dan data aktivitas negatif. Setiap komponen ekstrak merr:.
seluruh serapan. Analisis kemometrik dilakukan efek sinergis dalam menghambat aktivitas e·: ··
menggunakan set data dengan dan tanpa perlakuan hingga mencapai nilai aktivitas yang sangat rer:- ·
.J1.12No.3 J.llmu.Pert.lndones 157

:an berpotensi sebagai penghambat aktivitas enzim dengan teknik kemometrik (penghalusan dan
•antin oksidase. Ekstrak jahe secara umum derivatisasi). Sementara itu, Gambar 2b menunjukkan
1emberikan aktivitas enzim di atas nilai kontrol, spektrum setelah sampel diberi perlakuan pendahulu-
J1mungkinkan karena jahe tidak mampu menghambat an, yang memperlihatkan bahwa semua spektrum
aktivitas xantin oksidase. Umumnya jahe digunakan menjadi lebih seragam. Perlakuan pendahuluan ini
sebagai antiinflamasi, gejala yang timbul mengiringi dapat menghindari masalah akibat geseran garis
gout, dalam sediaan obat (Soedibyo 1998). Uji dasar dan mengurangi derau (noise) acak pada
terhadap ekstrak temu kunci menunjukkan nilai spektrum awal sehingga akan meningkatkan hasil
aktivitas enzim lebih kecil dari kontrol, ekstrak analisis kemometrik (Naes et a/. 2002). Derivatisasi
tersebut mampu menghambat aktivitas xantin akan menghilangkan pergeseran garis dasar dan
oksiadase. Semua hasil uji aktivitas xantin olsidase tumpang tindih puncak sehingga informasi spektrum
ditunjukkan pada Gambar 1. yang berguna untuk analisis selanjutnya akan
meningkat (Stchur eta/. 2002).
25 I

-E
c:
20 I

15
..J
i 10
E
E
.,c:
N

"'
.,~ "'-~~~~~~~~~~~~~~~~~
.I)'" ).. ).. *-" *-" *'" "'"' "'"' ,'~>"' -<-"'" -<-"'" -<-"'" )'~>
).. ).. o ,
..
~ -10 ;· """""" ~"':sf~"'
c? v'" v'"
,
.

-1J
::;ambar 1 Aktivitas xantin oksidase pada konsentrasi
ekstrak 50 ppm

Spektrum Inframerah Ekstrak


Semua spektrum inframerah sampel memberikan
:ola serapan yang mirip dan berbeda hanya pada nilai
• Jantitatif serapan spektrumnya masing-masing.
3:>ektrum tersebut menyimpan informasi kuantitatif
• Jmposisi total dari suatu contoh. Pola spektrum
~.:_strak tersebut ditunjukkan pada Gambar 2a.
:enafsiran spektrum mR ekstrak pada umumnya Gambar 2 Spektrum inframerah 5 jenis ekstrak tanaman
~emperlihatkan serapan dari gugus OH pada bilangan obat dari tiga daerah tanpa perlakuan
;elombang 3600-3300 cm- 1, serapan C-H dalam pendahuluan (a) dan dengan perlakuan
pendahuluan (b)
::'!erah 3000 cm· 1, gugus C=O keton pada 1725-1705
:1 ', gugus C=C aromatik pada 1600 dan 1475 cm· 1,
::!n gugus C-0 pada 1260-1000 cm- 1• Secara Penggunaan data spektrum pada kisaran tertentu
• eseluruhan serapan pada bilangan gelombang 1500- dapat meningkatkan hasil analisis kemometrik
< J cm· 1 merupakan sera pan daerah sidik jari yang
~emberikan identitas yang khas.
(Vazquez et a/. 2000). Pada penelitian ini, peng-
gunaan teknik kemometrik PCA dan analisis
'i
Gambar 2a memperlihatkan spektrum semua diskriminan kuadrat terkecil parsial (partial least
::ntoh sebelum diberi perlakuan pendahuluan yang square-discriminant analysis, PLS-DA) ditujukan untuk •
~erupakan tahap awal untuk analisis data spektrum mengeksplorasi data serapan pada daerah sidik jari. •
I
i
158 Vol. 12 No.3 J.llmu.Pert.lndor~,

Pengelompokan Contoh dengan PCA untuk model kalibrasi maupun prediksinya (Gambc:·
Pola pengelompokan ekstrak dengan PCA pada 4). Sementara itu, model mutu ekstrak temulawc·
serapan sidik jari diperlihatkan pada plot skor dua- tidak terlalu konsisten karena korelasi yang ting~
dimensi (Gambar 3). Plot skor untuk dua komponen hanya diberikan oleh model kalibrasinya tidak ole-
utama (PC) pertama biasanya paling berguna dalam model prediksinya. Perbandingan pembentukan mode
analisis karena kedua PC ini mengandung paling antara data spektrum secara keseluruhan dan dat.::
banyak keragaman dalam data. sidik jari dengan analisis PLS-DA menghasilkan kore-
Berdasarkan Gambar 3, cabe jawa, jahe dan lasi model yang tidak berbeda sehingga hal ini me-
temu kunci dapat dikelompokkan dengan baik meng- nunjukkan bahwa semua nilai serapan spektrum pac::
gunakan PCA berdasarkan asal daerahnya dengan daerah sidik jari mengandung informasi penting untt.: ·
menggunakan data serapan pada daerah sidik jari. menduga aktivitas peng-hambatan terhadap xant -
Plot 1, 2, dan 3 merupakan plot cabe jawa, jahe oksidase.
ataupun temukunci asal Banyuwangi, plot 4, 5, dan 6
KESIMPULAN
merupakan plot cabe jawa, jahe ataupun temukunci
asal Jakarta, dan plot 6, 7, dan 8 merupakan plot jahe Dari 5 jenis tanaman obat yang biasa digunaka-
ataupun temukunci asal Solo. Berkelompoknya plot untuk mengobati gejala artritis (rematik), empat c
contoh menunjukkan bahwa komposisi total ekstrak antaranya, yaitu cabe jawa, temukunci, kunyit, da-
tanaman obat tersebut yang direfleksikan oleh temulawak memiliki aktivitas penghambatan ker:::
spektrum inframerah memiliki ciri yang mirip satu xantin oksidase. Semen tara itu, ekstrak jahe yan ~
sama lain. berasal dari berbagai daerah, tidak satupun memil1>
aktivitas penghambatan kerja xantin oksidase
Analisis PLS-DA untuk Model Mutu Ekstrak
Spektrum inframerah dari ekstrak simplisia menamp -
Pendugaan keterkaitan antara spektrum mR
kan fitur-fitur sera pan dari komponen penyus~.;­
ekstrak dan aktivitasnya memerlukan metode pemo-
ekstraknya. Fitur-fitur serapan inframerah antarulan~­
delan lain, yaitu PLS-DA. Dalam PLS-DA, data
an menampilkan pola serapan yang sama dan hany::
spektrum ini digunakan sebagai peubah bebas
berbeda pada nilai kuantitatif serapannya. Analis o
sedangkan untuk data responsnya digunakan peubah
PCA terhadap spektrum inframerah ekstrak tanama-
boneka yang berunsurkan 0 dan 1. Peubah boneka ini
obat baik terhadap kisaran bilangan gelombang se-
diturunkan dari nilai aktivitas ekstrak dibandingkan
cara keseluruhan maupun hanya pada daerah sid •
kontrol. Nilai satu menunjukkan bahwa ekstrak dapat
jarinya dapat mengelompokkan tiap tanaman oba:
menghambat aktivitas xantin oxidase (nilai aktivitas-
berdasarkan daerahnya. Demikian pula, model mu~ _
nya di bawah kontrol) sedangkan nilai nol berarti
ekstrak (cabe jawa, kunyit, dan temulawak) be·-
ekstrak tidak dapat menghambat kerja xantin oxidase
dasarkan aktivitas hambatan terhadap kerja xan~­
(nilai aktivitasnya di atas kontrol). Berdasarkan data
oksidase dan spektrum ffiR (secara keseluruhan dc-
aktivitas ekstrak (Gambar 1), pembentukan model
daerah sidik jarinya) yang dibentuk dengan meto:-:
mutu ekstrak hanya dapat dilakukan pada ekstrak
PLS-DA, model yang terbentuk memberikan ni'::
cabe jawa, kunyit, dan temu lawak. Dua ekstrak
korelasi kalibrasi dan prediksi yang tinggi (rata-rata
lainnya, yaitu jahe dan temu kunci, memiliki nilai
95%). Pembuatan model mutu ekstrak dengan da:::
aktivitas di atas kontrol untuk semua daerah yang
training yang lebih besar diperlukan untL.. ·
diuji (jahe) atau nilai aktivitasnya di bawah kontrol
menghasilkan prediksi mutu yang lebih sahih.
untuk semua daerah yang diuji (temukunci) sehingga
pemodelan dengan PLS-DA tidak dapat dilakukan.
Pemodelan dilakukan dengan mengunakan DAFTAR PUSTAKA
peranti lunak The Unscrambler versi 9.5 dengan me-
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 20c::
manfaatkan sarana regresi multivariat PLS. Dua model
Fitofarmaka dan Obat Herbal Terstand:: ·
yang terbentuk, yaitu model untuk cabe jawa dan Jakarta: BPOM.
kunyit memberikan korelasi yang tinggi ( >95%) baik
Vol. 12 No.3 J .llmu. Pert. Indones 159

K:2..... Scores
0.04 PC2 Scores
0.10
g
0.02 5
0.05 ,.
.2 7
4

3
7

·0.02
0
••• 61'
5
-0.05
.9
-0.04 -0.10
K:1 PCI

-0.2 -0.1 0.1 0.2 -0.3 -0.2 -0.1 0.1 0.2


RESULTS, X-expl: 97%,2% RESULT11, X-expl 90%,7%
Ia Ib

PC2 Scores
0.04 PC2 Scores

0.02 :.1
0 1
0 2

'• f6 • 7

2. 9 3
7 -2
8 ' 9
-0.02 -4
K:1 PCI
-0.03 -002 -0.01 0.01 002 0.03 -3 -2 -1
RESULT20, X-expl67%,15% RESULT1, X-expl55%,23%
IIa lib

PC2 Scores
0.04 PC2 Scores
0.06

0.02
. 2
.. 'f . 3. 0 • •
0.03

9
8. 7
•• 65
• 9 -0 03
7• 8 '4
5
• 4
-0 02 -0.06
1'{;1 PC!
-0.10 -0.05 0.05 0.10 -0.15 -0.10 -0.05 0.05 0.10 0.15
RESULT32, X-expl: 90%,8% RESULT2, X-expl 90%,6% --4
Ilia Illb

~am bar 3 Score plot dua PC pertama spektrum cabe pada daerah sidik jari (Ia), spektrum cabe pada keseluruhan daerah
serapan (Ib), spektrum jahe pada daerah sidik jari (IIa), spektrum jahe pada keseluruhan serapan (lib),
spektrum temu kunci pada daerah sidik jari (Ilia), spektrum temu kunci pada keseluruhan daerah serapan (IIIb)
spektrum kunyit pada daerah sidik jari (IVa), spektrum kunyit pada keseluruhan daerah serapan (IVb), spektrum
temulawak pada daerah sidik jari (Va), spektrum temulawak pada keseluruhan daerah serapan (Vb).

-~
160 Vol. 12 No.3 J.llmu.Pert.lndone5

FC2 Scores
0.04 F'C2 Scores
2 0.002

0.02 ·: '3' 4
•• u5

8 9

·0.02 ''.' 6 '


'. 5 3

·0.04 ·0002 2.
FC1 F'CI
·005 0.05 0.10 0.15 ·0015 -0 010 ·0005 0 005
RESULHO, X.expl: 84%,10% RESULT6, X-expl92%,3%

IVa IVb

FC2 Scores
0.06 F'C2 Scor~s
0 05 2
3
1
0.03
.; 53
' 7
• B
• 7 9
·0.05 4, B
·O.D3 " • ' 4· • 6

·0.06 -0.10
FC1 F'C1
·0.15 ·0.10 ·005 0.05 0.10 -02 -0.1 0.1 02
RESULT52, X-expl: 80%,15% RESULTS, X-expll 4%,15%

Va Vb
' lanjutan Gambar 3.
/ol. 12 No.3 J.llmu.Pert.lndones 161

PredictedY
1·5 -+-'-'----,s"'"lo_p_e---=o-=-ffs-e.,-1---=c-or-r.-. PredJCtedY
1·5 -+--S::::Io_p_e---=o-=trs-e,.-1---:--,
0 995036 0.003309 0 997515
0 944233 0 037178
0871098 0.104758 0977414
0 920065

1.0 . ... ·~ !
• 4
0.5
~

0.5
~
~<;::::
7
-~~

-0.5
MeasuredY MeasuredY

05 10 -0 2 02 04 06 08 1.0 1.2
RESULT!, (Y-var, PC) ('",3) ('",1) RESULT4, (Y-var, PC) ('"2) r· !.I

Ia lb

PredictedY
1·5 -+--:::SI-op-e----,o""rr'""'se7t --c=-o-rr-, Predk:ted Y
1.5 Slope Offset
0.998546 0 000969 0.999273
0997413 0 001725
Corr.l
0 998706
0.913493 [' 03[1•J51 0968678
1 Ulil ~111 il 1_: I h1Jh:3 u "YJ441:J
: H_.-<~
1.0 ....--:{::l·.··· 1 0-
~~~~-~./. -
/ '7
-
0.5 0.5-
·.,. . .

0-
MeasuredY • Mea:;uredY
0.4 0.6 08 10 1.2 02 04 0.6 0.8 10 1.2
RESULT2, (Y-var, PC) (',5) ('.c•l RESULTS, (Y-var, PC) ·~.3) •. :::o

II a lib

PredictedY
1·5 -+---=-:SI-op-e----,O""II'""'se7t --C,-o-rr-, PredictedY
15 -+---;;-st"'op=-=e--"'otr""sc::et---.::c-or-r.'
0.999806 0 000129 0.999903
0718204 0 235450 0 999806 0 000129 0.999903
(1 71 :jj'l)<! I]:: 36451) 0 17U5U2

10
1.0

' g
0.5 0.5

MeasuredY MeasuredY

0.5 1.0 15 0.5 10 1.5


RESULT3, (Y-var, PC): ('",6) ('" n) RESULT3, (Y-var, PC) ('",61 (' i·1

Ilia Illb

Keterangan: I : Cabe jawa


II : Kunyit
III : Temulawak
a : PLS dari data sera pan daerajh sidik jari
I
b : PLS dari keseluruhan data serapan

Gambar 4 Scatter plotdua dimensi antara nilai Ydugaan dengan nilai Ysebenarnya aktivitas penghambatan
terhadap enzim xantin oksidase t

II
162 Vol. 12 No.3 J .llmu. Pert. Indones

Hyune OM eta/. 2005. Quality control of Root Extracts Naes T, Isaksson T, Fearn T, Davies T. 2002. A User-
from P/atycodon grandiflorum. [terhubung Friendly Guide to Multivariate Caltbration and
berkala 25 April 2005] www.camag.ch/cbs/ C/asstfication. Chichester: NIR Publications.
whitep/cbs87 _phytopharmaca_e.htm. Saiki I et a/. 1999. HPLC Analysis of Juzen-taiho-to
Iswantini D et a/. 2004. Biospropeksi Sidaguri (Sida and Its Variant Formulations and Their
rhombifolia L) dan Seledri (Apium graveolens L): Antimetastic Efficacies. Chem Pharm Bull
Formulasi Obat Gout dan Aktivitas Inhibisinya 47:1170-1174.
Terhadap Xantin Oksidase. Jakarta: Laporan RUT Soedibyo, M. 1998. A/am Sumber Kesehatan. Balai
Tahun 2004 Kementerian Ristek Indonesia. Pustaka, Jakarta.
Jajang. 2004. Penerapan Analisis Artificial Neural Stchur P, Cleveland D, Zhou J, Michel RG. 2002. A
Networks (ANN) dalam Pengelompokan Ekstrak review of recent applications of near infrared
Daun Jati Be Ianda ( Guazuma u/mifolia Lamk). spectroscopy, and the characteristics of a novel
Tesis. Bogar: Sekolah Pascasarjana Institut PbS CCD array-based near infrared spectrometer.
Pertanian Bogar. App/ Spectrosc Rev37:383-428.
Kim HK et a/. 2005. Metabolic Fingerprinting of Sun Y et al. 2003. Fingerprint analysis of Flos
Epedhra Species Using 1H-NMR Spectroscopy and Chartami by Capillarry Electrophoresis. J
Principal Component Analysis. Chem Pharm Bull Chromatogr B792(2): 147-152.
53:105-109.
Vazquez PP, Galera M, Frenich AG, Vidal JM. 2000.
Kirschner C et a!. 2001. Classification and Comparison of calibration methods with and
Identification of Enterococci: a Comparative without feature selection for the analysis of HPLC
Phenotypic, Genotypic, and Vibrational data. Anal Sci 16: 49-55.
Spectroscopic Study. J Clin Microbial 39:1763-
[WHO] World Health Organization. 2000. General
1770.
Guidelines for Methodologies on Research and
Lazarowych NJ, Pekos P. 1998. Use of Fingerprinting Evaluation of Traditional Medicine. Geneva:
and Marker Compounds for Identification and WHO.
Standardization of Botanical Drugs: Strategies for
Applying Pharmaceutical HPLC Analysis to Herbal
Products. Drugs Info J 32:497-512.

You might also like