You are on page 1of 16

PRESENTASI KASUS PUSKESMAS

“MILIARIA”

Disusun Oleh :
Febri Rachmawati
G1A018024

Pembimbing :
dr. Thianti Sylviningrum, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus yang berjudul:


“MILIARIA”

Disusun oleh :

Febri Rachmawati
G1A018024

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas
di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto, November 2019

Pembimbing,

dr. Thianti Sylviningrum, Sp. KK


NIP. 1979 0129 2005 012004
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
presentasi kasus dengan judul “Miliaria”. Presentasi kasus ini merupakan salah satu
tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan
datang. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. Thianti Sylviningrum., Sp.KK selaku dosen pembimbing


2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RSUD Margono Soekarjo
3. Tenaga medis di Puskemas 1 Cilongok
4. Rekan-rekan Dokter Muda Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas
semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam
maupun diluar lingkungan RSUD Margono Soekarjo.

Purwokerto, November 2019

Penyusun
I. LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
Alamat : Cilongok
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 30 November 2019
Metode Anamnesis : Alloanamnesis

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Gatal - gatal
2. Keluhan Tambahan : Timbul bitnik bitnik bruntusan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Orang tua pasien mengeluhkan sering melihat anaknya menggaruk tubuh
karena terasa gatal pada wajah, dada dan perut sejak 1 minggu sebelum
memeriksakan diri ke puskesmas, disertai timbul bintil-bintil dengan dasar
kemerahan pada daerah tersebut, karena gatal-gatal timbul, digaruk oleh
pasien. Keluhan dirasakan kambuh-kambuhan. Ibu pasien mengatakan
bahwa sempat diberi bedak talk namun keluhan sering kambuh kembali.
Keluhan diperparah apabila pasien berkeringat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat keluhan sama : diakui
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
g. Riwayat Pengobatan : diakui (bedak talk)

1
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
C. Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 98 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Suhu : 37° C
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : ottorhea (-)
Hidung : napas cuping hidung (-) sekret (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : dalam batas normal
Thorax : Simteris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal
D. Status Dermatologis
1. Effloresensi :
- Lokalisasi : Regio dorsum, abdomen, facialis
- Efloresensi/sifat : Papul eritem multipel berukuran miliar berbatas tegas.

2
Gambar 1.1 UKK Papul eritem multipel berukuran miliar berbatas tegas.

F. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

G. Diagnosis Banding
- Miliaria
- Prurigo simpleks
- Prurigo hebra
- Folikulitis

3
G. Diagnosis Kerja
Miliaria

H. Penatalaksanaan
1. Non Medika Mentosa
a. Jangan minum alkohol atau makanan yang pedas
b. Pakaian harus tipis dan menyerap keringat
c. Dianjurkan bekerja dalam ruangan dengan ventilasi yang baik
2. Medika Mentosa
a. Desoksimethason 2x1
b. Cetirizin 2x1
c. Bedak kocok yang bersifat mendinginkan mengandung bahan antipruritus
seperti bedak salsil 2%, atau lotio kummerfeldi. Juga dapat diberikan
antibiotik topikal seperti krim kloramfenikol 2%.

I. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : ad bonam
3. Quo ad sanationam : ad bonam
4. Quo ad komestikum : ad bonam

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Miliaria adalah kelainan kulit (Dermatitis) akibat retensi kelenjar keringat

ekrin yang ditandai dengan adanya vesikel milier. Pajanan panas yang lama,

lingkungan yang lembab seperti pada daerah tropis dan pekerjaan tertentu serta

setelah sakit panas akan mendukung terjadinya miliaria. Juga celana yang

tertutup rapat merupakan suatu keadaan yang disukai untuk berkembangnya

miliaria misalnya pada daerah popok, terlalu lama berbaring (Freedberg et al,

2010).

B. Epidemiologi
Data terbaik tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir adalah dari

penelitian di Jepang dengan sampel lebih dari 5000 bayi. Survei ini

mengungkapkan bahwa miliaria crystallina terjadi pada 4,5% dari neonatus ,

dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus ,

dengan usia rata-rata 11-14 hari. Sebuah studi survei tahun 2006 dari Iran

menemukan kejadian miliaria 1,3 % pada bayi baru lahir. Sebuah survei pasien

anak di Northeastern India menunjukkan kejadian miliaria sebesar 1,6 % (levin,

2012).

Di seluruh dunia, miliaria merupakan kelaianan kulit umum di lingkungan

tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan

yang memiliki temperature yang lebih tinggi. Miliaria menjadi masalah yang

signifikan bagi personil militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia

Tenggara dan Pasifik. Miliaria dapat terjadi pada individu dari semua ras,

meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa orang Asia yang memproduksi

5
keringat lebih sedikit dibandingkan kulit putih, cenderung kurang mengalami

miliaria rubra. Predileksi jenis kelamin tidak ada bukti (levin, 2012).

C. Etiologi
1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin

yang immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar.

Ruptur ini mengakibatkan terjadinya miliaria.

2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada

individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya

berubah setelah individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama beberapa

bulan.

3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan

demam mungkin dapat menyebabkan miliaria.

4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.

5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat

yang menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan miliaria

(levin, 2012).

D. Patofisiologi
Patogenesis miliaria kurang dimengerti, namun miliaria adalah akibat

obstruksi saluran keringat ekrin. Retensi keringat ini menyebabkan kebocoran

keringat menuju jaringan sekitar saluran keringat, menyebabkan erupsi. Lokasi

sumbatan dalam saluran keringat dapat menentukan tipe miliaria yang timbul

(Amiruddin, 2003).

1. Sumbatan superfisial di dalam stratum korneum akan menghasilkan

miliaria kristalina. Saluran yang berada di bawah sumbatan pecah dan

6
timbul vesikula kecil putih seperti Kristal jernih. Atap vesikula terdiri dari

stratum korneum.

2. Jika sumbatan lebih dalam yakni di dalam epidermis dan saluran keringat

yang pecah ada di dalam epidermis. Tipe ini dikenal dengan miliaria rubra.

Miliaria ini ditandai dengan eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat

dari vasodilatasi dan rangsangan reseptor gatal oleh enzim yang keluar dari

sel epidermis karena keringat yang masuk ke dalam epidermis.

Jika sumbatan terletak lebih dalam lagi, dibagian dermo-epidermal

junction, vesikula terjadi terletak di dalam dermis bagian superfisial, ini

dikenal dengan miliaria profunda. Apabila miliaria rubra terjadi berulang atau

terjadi infeksi sekunder maka terbentuk miliaria pustulosa (Amiruddin, 2003).

E. Penegakan Diagnosis
Diagnosis miliaria yang khas bentuk klinisnya tidak sukar untuk

ditegakkan. Retensi keringat yang menyebabkan gatal pada eksim dan

dermatosis lainnya harus dicurigai jika terjadi iritasi pada keadaan yang panas,

meskipun sukar untuk dibuktikan. Diagnosis miliaria kristalina dapat

ditegakkan dengan cara memecah vesikel dengan jarum kecil, akan keluar

cairan jernih. Miliaria rubra dapat ditegakkan dengan cara melihat vesikel

dengan kaca pembesar, akan tampak vesikel yang khas, puncak lesi yang

eritematus adalah folikel rambut. Sedangkan untuk menegakkan diagnosis

miliaria profunda sring dikelirukan dengan popular mucinosis dan amliodosis

karena tampakan papula putih atau warna cerah (Amirudin, 2003).

7
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sitologik

Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan

vesikel tidak didapatkan sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang

terdapat pada vesikel dari penyakit herpes). Pada miliaria pustulosa,

pemeriksaan sitologik memperlihatkan adanya kandungan dari sel-sel radang

dan coccus gram positif. Tidak seperti eritema toksik neonatorum, eosinofil

tidak terlalu menonjol pada miliaria pustulosa (levin, 2012).

2. Pemeriksaan Histopatologik

Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal

yang berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin Pada miliaria

rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam stratum spinosum, di bawah

sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan di dalam

vesikel serta mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan

vasodilatasi terlihat pada dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat

terlihat coccus gram positif di bawah dan di dalam sumbatan keratin. Pada

saluran keringat intraepidermal diisi dengan substansi amorf yang Periodic

Acid Schiff (PAS) positif dan diastase resistant (levin, 2012).

Pada miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut

dermoepidermal dan pecahnya saluran keringat pada dermis bagian atas dan

juga adanya edema intraseluler periduktal pada epidermis (spongiosis) serta

infiltrat radang kronis. Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat

dengan sel-sel mononuklear dan lekosit polimorfonuklear dan sumbatan ekrin

pada taut dermoepidermal dengan gangguan pada sistem ekrin dermal (levin,

2012).

8
G. Penatalaksanaan
1. Non-Medikamentosa

Kunci pengobatan miliaria adalah menempatkan penderita di

dalam lingkungan yang dingin, mengusahakan ventilasi yang baik,

pakaian tipis, dan menyerap keringat sehingga keringat bisa berkurang.

Sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat akan berangsur lepas

beberapa hari sampai 2 minggu. AC/pendingin ruangan/ruang yang teduh

bisa mencegah pada permulaan miliaria (Natahusada, 2013).

2. Medikamentosa

a. Miliaria kristalina

Untuk penatalaksanaan miliaria kristalina dapat diberikan bedak

salisil 2% untuk mengurangi gesekan, karena vesikel miliaria

kristalina mudah pecah (Natahusada, 2013).

b. Miliaria rubra

Dapat diberikan bedak salisil 2% dan mentol ¼-2%. Losio

Faberi dapat juga digunakan, komposisinya sebagai berikut

(Natahusada, 2013) :

R/ As. Salisilat 1

Talc. Venet 10

Oxid. Zinc 10

Amyl. Oryzae 10

Spiritus ad. 200 cc

9
c. Miliaria Profunda

Dapat diberikan losio calamin dengan atau tanpa mentol

0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alcohol (Natahusada, 2013).

d. Antibiotik sistemik seperti juga diperlukan bila terjadi infeksi

sekunder (miliaria pustulosa) (Natahusada, 2013).

10
III. PEMBAHASAN

Ibu pasien mengeluhkan gatal-gatal pada punggung perut dada sejak 1 minggu

sebelum memeriksakan diri ke puskesmas, dengan timbul bintil-bintil dengan dasar

kemerahan pada daerah tersebut, karena gatal-gatal timbul, digaruk oleh pasien.

Keluhan dirasakan kambuh-kambuhan. Pasien telah menggunakan bedak talk

namun keluhan sering kambuh kembali. Pasien mengaku sering berkeringat dan

jarang bergerak. Hasil pemeriksaan fisik dan status dermatologi ditemukan papul

eritem multipel berukuran miliar berbatas tegas. Berdasarkan hasil pemeriksaan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terdapat miliaria pada punggung

pasien.

11
IV. KESIMPULAN

1. Miliaria adalah kelainan kulit (Dermatitis) akibat retensi kelenjar keringat ekrin
yang ditandai dengan adanya papul/ vesikel milier
2. Prognosis penyakit ini bergantung pada kebiasaan keseharian pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. 2003. Ilmu Penyakit Kulit. Makasar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin FK UNHAS.

Freedberg , et al. 2010. Fistpatrick’s Dermatology in General Medicine Volume I.


New York: The Mc Graw-Hill Company.

Levin, N. A. 2012. Dermatologic Manifestation of Miliaria.Diakses dari:


http://Emedicine.com. Tanggal. 06 Juli 2018.
Natahusada, E.C. 2013. Miliaria dalam Djuanda A: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013.

13

You might also like