You are on page 1of 4
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN Jl. Veteran No.11 Jakarta Pusat 10110 Telepon (021) 385761 1/3857613, Faksimili (021) 3857612 email : humasditjenpas@yahoo.com Yth. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN NOMOR : PAS-682.PK.01.05.11 TAHUN 2019 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN INDUSTRI DI LEMBAGA. PEMASYARAKATAN DAN OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) 1. Latar Belakang Indikator Keberhasilan Sistem Pemasyarakatan melalui kegiatan kerja produksi dapat diukur dari seberapa besar kemampuan serta produktivitas yang dimiliki Warga Binaan Pemasyarakatan dapat menjadi bekal melanjutkan kehidupannya kembali ke masyarakat. Melihat pentingnya fungsi kegiatan kerja produksi maka di setiap Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) diharuskan memiliki pelatihan kegiatan kerja dan produksi yang tidak hanya berfungsi sebagai pengisi waktu luang selama menjalani masa pidana saja, namun juga harus berorientasi pada pembangunan SDM dan hasil produk yang berkualitas, berdaya saing serta berkesinambungan. Serta masyarakat dapat melihat dengan gamblang buah dari proses pembinaan yang selama ini dikesampingkan atau tak tersentuh Pengetahuan masyarakat. Warga Binaan Permasyarakatan Pemasyarakatan dalam hal ini para narapidana yang akan dibina dan dibimbing menjadi sumber daya manusia yang potensial sebagai bagian dari pembangunan nasional di pusat industri narapidana. Mereka kembali menjadi manusia utuh yang mampu berkontribusi dalam kemajuan ekonomi nasional, penghasil produk bernilai ‘ekonomi yang mampu menyokong nilai tambah ekonomi negara Memperhatikan perkembangan penguatan kebijakan terhadap optimalisasi kegiatan kerja dan industri, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan pada tahun 2016 mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 53 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil Industri di dalam Lembaga Pemasyarakatan meskipun dalam praktiknya saat ini masih terdapat berbagai hambatan seperti masih belum optimainya pengelolaan kegiatan kerja produksi berbasis kegiatan industri pada Lapas tersebut. Dalam rangka mendorong kembali produktifitas dan peningkatan kualitas hasil kegiatan industri di dalam Lembaga Pemasyarakatan, pada tahun 2018 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mengeluarkan kebijakan Program Revitalisasi Pemasyarakatan dimana pelaksanaan pembinaan berdasarkan program tersebut bertujuan untuk mengedepankan pembentukan perubahan sikap dan perilaku, pembangunan kompetensi / kemampuan diri narapidana dalam menghasilkan produk barang/ jasa. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan langkah-langkah yang efektif dan efisien guna optimalnya kegiatan industri di Lapas melalui penguatan tahapan Perencanaan, pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan industri, pemasaran hasil serta monitoring. 2. Maksud dan Tujuan Tercapainya “Pemasyarakatan Produktif’ dengan optimalisasi kegiatan industri dalam Lapas, melalui peningkatan kuaiitas keahlian dan keterampilan Petugas dan WBP sehingga menghasilkan produkijasa yang berkualitas serta berkelanjutan, dengan partisipasi masyarakat sebagai mitra strategis guna membangun citra positif Pemasyarakatan. 3. Ruang Lingkup Pengelolaan kegiatan industri di dalam Lapas. 4, Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; c. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan; d. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan; e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Kementerian Hukum dan HAM; f. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 53 Tahun 2016 tentang Pengeioiaan dan Pemanfaatan Hasil industri di Lembaga Pemasyarakatan; 9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan; h. Surat Menteri Keuangan kepada Menteri Hukum dan Perundang-undangan tanggal 29 Mei 2000 hal ijin penggunaan sebagian dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Dep. Hukum dan Perundang-undangan 5. Isi Surat Edaran Mohon bantuan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RL agar memerintahkan Kepala Lembaga Pemasyarakatan untuk : a. Melakukan pemetaan bentuk kegiatan industri pada Lapas berdasarkan potensi sumber daya alam, karakteristik budaya dan kebutuhan pasar serta mengarah pada peningkatan kapasitas produktivitas SDM (petugas dan narapidana), sehingga menghasilkan produk unggulan yang bermutu, kompetitif dan berkelanjutan; b. Melakukan pemutahirkan data dan informasi terkait kegiatan kerja produksi yang terdapat pada fitur Pembinaan Kemandirian di aplikasi Sistem Database Pemasyarakatan (SDP); ©. Meningkatkan kerjasama berupa kemitraan dalam rangka mewujudkan profesionalisme manajemen kegiatan industri pada Lapas, dengan mencantumkan aspek-aspek sebagai berikut : 1) Dukungan pelatihan kegiatan industri bagi WBP dan Petugas; 2) Dukungan sarana prasarana kegiatan; 3) Pemberian upah bagi WBP; 4) Manajemen produksi; 5) Manajemen pemasaran; 6) Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 7) Manajemen pengawasan dan pelaporan . Meningkatkan fungsi promosi dan edukasi atas kegiatan industri di Lapas dalam rangka menciptakan citra positif Pemasyarakatan di media cetak, elektronik maupun online dengan : 1) Mengikutsertakan dan memasarkan produk unggulan yang dihasilkan WEP pada kegiatan pameran, baik pada skala nasional ataupun internasional; 2)Membuat konten kreatif berupa video tentang ‘kisah sukses’ atau liputan berita terhadap narapidana atau klien Pemasyarakatan, yang dianggap berhasil mengikuti program pembinaan melalui kegiatan kerja sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas serta berwirausaha; 3) Memanfaatkan media sosial serta toko belanja virtual untuk mempromosikan dan memasarkan hasil karya WBP, dengan mekanisme 3.1. Mandiri, melalui pembuatan akun penjualan hasil karya WBP masing-masing UPT, di salah satu online shop (Toko Virtual) seperti Tokopedia, Bukalapak, Blanja, Shopee, Twitter, Instagram dil 3.2. Akun bersama, melalui toko virtual “PASINDO" pada situs www.blanja.com yang dimilikiDirektorat_ Jenderal Pemasyarakatan bekerja sama dengan PT.Telkom Indonesia, dengan ketentuan mengirimkan data sebagai berikut 3.2.1. Nama produk; 3.2.2. Gambar produk (dari berbagai sisi); 3.2.3. Asal UPT; 3.2.4. Fungsi produk; 3.2.5. Cerita singkat produk tersebut; 3.2.6. Bahan baku; 3.2.7. Durasi pembuatan; 3.2.8. Dimensi produk (panjang, lebar, tinggi, berat); 3.2.9. Biaya produksi; 3.2.10. Harga Jual; 3.2.11.Informasi penanggung jawab (nama, jabatan, nomor handphone); 3.2.12. Data dikirim via email ke pemasaran.djpas@gmail.com e. Melakukan penyesuaian mekanisme penyetoran pendapatan dan Penggunaan kembali PNBP dari hasil kegiatan industri pada Lapas yang melakukan kerjasama dengan kemitraan sebagai berikut 1)Menetapkan bendahara penerima untuk melakukan pengelolaan PNBP fungsional hasil kegiatan kerja produksi; 2) Melakukan revisi target PNBP satuan kerja melalui aplikasi TPNBP yang dapat diunduh pada _ www.anggaran.kemenkeu.go.id menggunakan akun 425219 — Pendapatan Pelayanan dan Administrasi Hukum Lainnya pada Kode Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan; 3) Melakukan penyetoran PNBP menggunaken Sistem Billing dalam Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI) yang dapat diunduh pada www.simponi.kemenkeu.go id; 4) Satuan kerja dapat mengusulkan penggunaan kembali PNBP sekurang-kurangnya sebesar 30% (Tiga puluh persen) dari PNBP yang sudah disetorkan sebagai dana penunjang kegiatan industri dalam Lapas Produktif, 5) Mekanisme pengajuan penggunaan kembali PNBP, dilaksanakan melalui usulan kegiatan pada lembar kerja RKA-KL dengan menyertakan ToR dan RAB. f. Pemberian upah terhadap narapidana pada kegiatan industri di Lapas, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Upah narapidana merupakan bagian dari biaya produksi yang dibebankan kepada mitra Lapas; 2) Upah diatur dalam ruang lingkup perjanjian kerjasama Lapas dengan mitra; 3) Diberikan kepada narapidana yang terdaftar pada SDP dan bekerja pada kegiatan industri di Lapas; 4) Besaran upah/premi yang diberikan disepakati antara mitra dan Lapas; 5) Upah yang diterima narapidana dicatat dalam buku Register D; 6) Penggunaan upah narapidana untuk kebutuhan sehari-hari di Lapas, disesuaikan dengan mekanisme yang dilaksanakan masing-masing Lapas; 7) Selain bekerja pada kegiatan industri yang bekerjasama dengan mitra, narapidana tidak mendapatkan upah 6. Penutup Demikian surat edaran ini disampaikan, untuk menjadi pedoman dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Atas perhatian dan kerja samanya, diucapkan terima kasih. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Juni 2019 ERAL PEMASYARAKATAN,

You might also like