You are on page 1of 33
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 {L. MEDAN MERDEKA BARATNo. 6 JAKARTA 10110 TEL : 3811908, 3608006, 3619269, 3447017 | TUX 542440 PST : 4213, 4227, 4200, 4135 FAX : 3811786, 3845490, 507576 844492, 3458580 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMOR: HK.103/1/9/DJPL-18 TENTANG PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KELAIKLAUTAN DAN KEAMANAN KAPAL ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (5), Pasal 16 ayat (4), dan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 Tahun 2017 tentang Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan dan Keamanan Kapal Asing, dan Pemerintah Indonesia telah menandatangani Memorandum of Understanding on Pacific Region (Tokyo MoU) pada tanggal 1 Desember 1993 dan efektif berlaku tanggal 1 April 1994, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut tentang Pelaksanaan Pemeriksaan Kelaiklautan dan Keamanan Kapal Asing; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Model alah 02 Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pengesahan Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim 2006) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5931); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884); 4. Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1976 tentang Mengesahkan International Convention on Load Lines, 1966 (Load Lines Convention 66); “Menlaals Prataran Rlayaran Berarts Mendubung Terplenya Keslamalen Berlayar” 10. ql 12. 13. 14, is. 16. Keputusan Presider. Nomor 50 Tahun 1979 tentang Mengesahkan Convention on the _ International Regulations for Preventing Collisions at Sea, 1972 (COLREG Conventior. 72); Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Mengesahkan International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974 (SOLAS 74); Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1986 tentang Pengesahan International Convention for Prevention of Pollution from Ships, 1973 and Protocol of 1978 relating thereto (MARPOL 73/78); Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1986 tentang Pengesahan International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978 (STCW Convention 78); Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1989 tentang Pengesahan International Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969 (Tonnage Measurement Convention69); Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1999 tentang Pengesahan Protocol of 1992 to amend the International Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage, 1969 (CLC Convention 92}; Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 tentang Pengesahan Annex Ill, Annex IV, Annex V and Annex VI of the International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973 as modified by the Protocol of 1978 relating thereto (Annex I, Annex IV, Annex V and Annex VI- MARPOL 73/78); Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2014 tentang Pengesahan International Convention on Civil Liability for Bunker Oil Pollution Damage, 2001 (CLC Bunker Convention 2001); Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pengesahan International Convention on the Control of Harmful Anti-Fouling System on Ship, 2001 (AFS Convention 2001); Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2015 tentang Pengesahan the International Convention for the Control and Management of Ships' Ballast Water and Sediments, 2004 (BWS Convention 2004); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 17. 18. 19, 20. 21. 22. 23, Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2017 tentang Pengesahan Protocol of 1988 relating to the International Convention for the Safety of Life at Sea 1974 (Protokol 1988 terkait dengan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut 1974) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 111}; Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun 2017 tentang Pengesahan Protocol of 1988 relating to the International Convention on Load Line 1966 (Protokol 1988 terkait dengan Konvensi Internasional tentang Garis Muat 1966) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 189); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan _sebagaimana__ telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungaa Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam sedagaimana telal: diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 47 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam; Peraturan Menteri Pezhubungan Nomor PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama (Berita Negara’ Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 627); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Pecaturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahur 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1401); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 968); Menetapkan, 24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri_ (Berita. Negara Republik Indonesia. = Tahun = 2017_-—=S | Nomor 968); 25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM117 Tahun 2017 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungen Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1891); 26. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 Tahun 2017 tentang Pejazat PemeriksaKelaiklautan dan Keamanan Kapal Asing(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1); MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TENTANG —PELAKSANAAN — PEMERIKSAAN KELAIKLAUTAN DAN KEAMANAN KAPAL ASING. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1, Port State Control yang selanjutnya disingkat PSC adalah pengawasan Negara terhadap kelaiklautan dan Keamanan kapal asing yang masuk di wilayah pelabuhan guna memastikan pemenuhan persyaratan sesuai dengan ketentuan konvensi yang dilaksanakan oleh Syahbandar. 2. Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan dan Keamanan Kapal Asing atau Port State Control Officer yang selanjutnya disingkat PSCO adaleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Direktoret Jenderal Perhubungan Laut yang ditunjuk oleh Syahbandar yang memiliki kewenangan untuk melakukan tugas pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing sesuai dengan ketentuan korvensi 3. New Inspection Regime yang sclanjutnya disingkat NIR adalah pedoman penetapanperiode waktu pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing berdasarkan pada Tokyo © Memorandum of Understanding (Tokyo MOU). 4. Clear Grounds adalah informasi dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis atau bukti adanyakondisi kelaiklautan dan keamanan kapal tidak sesuai dengan dokumen dan sertifikat kapal serta pemenuhan persyaratan ketentuar. konvensi. 10. ll. 12. 13, 14. Asia Pacific Computerized Information System yang selanjutnya disingkat APCIS adalah pusat data dan informasi yang dikelo'a oleh Tokyo Memorandum of Understanding (Tokyo MOU). Inspeksi yang selanjutnya disebut Inspection adalah pelaksanaan pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing untuk memastikan pemenuhan persyaratan sesuai dengan ketentuan konvensi. Ketidaksesuaian yang selanjutnya disebut Deficiency adalah hasil inspeksi berupa temuan kondisi kapal yang tidak memenuki persyaratan sesuai dengan ketentuan konvensi. Tanpa Ketidaksesuaian yang selanjutnya disebut No Deficiency adalah hesil inspeksi berupa temuan kondisi kapal yang telah memenuhi_persyaratan sesuai dengan ketentuan konvensi, Ketidaksesuaian Yang Berakibat Pada Tindakan Menunda yang selanjutnya disebut Detainable Deficiency adalah hesil inspeksi berupa temuan kondisi kapal yang tidak memenuhi persyaratan ketentuan konvensi dan IMO Resolution A.1052 (27) serta Tokyo MOU guidelines yang mengakibatkan Tindakan Menunda (Detention) keberangkatan kapal. Tindakan Menunda yang selaujuluya — disebut Detention adalah tindakan untuk menunda keberangkatan kapal vang dilakukan oleh Port State Control Officer (PSCO) berdasarkan pada kondisi tidak terpenuhinya persyaretan sesuai dengan ketentuan konvensi yang dapat mengancam keselamatan kapal, jiwa manusia, dan/atau lingkungan maritim. Kapal Asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia. Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan —_kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Mentoring adalah proses pendidikan dan pelatihan melalui kegiatan berbagi pengalaman dan pengetahuan dari seseorang yang sudah berpengalaman (mentor/experf) lengkap dengan ujian tertulis dan praktek untuk memperoleh penilaian. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah Kantor Kesyahbandaran Utama, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, Kantor Pelabuhan Batam, dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan. 15. 16. 17. a (2) (3) (3) Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya _ketentuan peraturan perundeng-undangan untuk menjamin ‘Keselamatan dan keemanan pelayaran. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut. BAB II RUANG LINGKUP, Pasal 2 Peraturan ini ditetapkan untuk memberikan pedoman dan keseragaman dalam pelaksanaan pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing. Pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku untuk semua jenis dan ukuran kapal asing di wilayah pelabuhan Indonesia untuk memastikan pemenuhan persyaratan ketentuan konvensi yang telah diratifikasi. Pemeriksaan kelaiklautan dan keamanen kapal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan oleh PSCO dengan berpedoman Pada Asia Pacific Port ‘State Control Manual dan IMO Resolution A. 1052 (27) Procedures for Port State Control. Dalam keadaan tertentu, Syahbandar dapat menunjuk PSCO untuk berkoordinasi dengan Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal dalam melakukan pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal berbendera Indonesia di pelabuhan yang akan melakukan pelayaran internasional. Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi: a. adanya laporan dari awak kapal, petugas pandu, atau negara lain; b. adanya indikasi yang secara nyata bahwa peralatan kelaiklautan dan keamanan kapal tidak lengkap dan/atau tidak berfungsi atau kondisi kapal tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan konvensi; ¢. adanya permintaan _pemilik/operator/Nakhoda kapal berbendera Indonesia yang akan melakukan pelayaran Internasional; d. pertimbangan Syahbandar dalam penerbitan Surat Persetujuan Berlayar bagi kapal berbendera Indonesia yang akan melakukan pelayaran internasional. (6) a (2) (3) Kapal berbendera Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf d, merupakan kapal yang akan melakukan pelayaran internasional dari pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan Iuar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan BAB IIT TAHAPAN DAN IASIL PEMERIKSAAN Pasal 3 Pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing oleh PSCO dilaksanakan melalui tahapan pemeriksaan. Tahapan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan PSCO dalam melakukan pemeriksaan kapal asing agar lebih terencana, terarah dan baik sehingga tercipta efisiensi, efektifitas dan keseragaman serta kealuratan. Tahapan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri dari: a. tahap persiapan; dan b. tahap pelaksanaan. Tahap persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, mcliputi: a. menentukan target pemeriksaan berdasarkan data kapal melalui sistem informasi berbasis komputer APCIS, b. menetapkan pelaksanaan pemeriksaan berdasarkan NIR dan/atau Clear Grounds; c. menginformasikan data dan dasar pemeriksaan kepada Direktorat yang membidangi tugas Tertib Pelayaran dan Syahbandar; d. menyiapkan tim dalam pelaksanaan pemeriksaan ke atas kapal paling sedikit 2 (dua) orang PSCO dan dapat dibantu oleh staf pelaksana lainnya; ¢. melakukan penga-ahan singkat oleh pimpinan tim; f. melaksanakan tirjauan kecukupan sertifikat dan dokumen kapal; g. menyiapkan fisik, kartu identitas serta peralatan dan perlengkapan keselamatan perorangan yang telah ditentukan; h. menyiapkan kelengkapan pendukung lain seperti daftar pemeriksaan administrasi dan fisik (check list) dan format laporan yang telah ditentukan; . memahami dan memegang teguh Kode Etik PSCO; j. memahami Asia Pacific Port State Control Manual dan IMO Resolution A.1052 (27) Procedures for Port State Control serta petunjuk teknis pelaksanaan pemeriksaan keleiklautan dan keamanan kapal asing. (5) Tahap pelaksanaan se2agaimana dimaksud pada ayat (3) huraf b, meliputi: a. menemui awak kapal yang berdinas jaga untuk mencatatkan data tim PSCO dan kepentingan berada di atas kapal ke dalam buku kunjungan; b. menunggu persetuuan awak kapal yang berdinas jaga untuk diantar bertemu dengan Nakhoda; memperkenalkan diri dan menunjukkan kartu identitas kepada Nakhoda dan meminta untuk melaksanakan pertemuan pembukaan (opening meeting); d. melaksanakan pertemuan pembukaan (opening meeting) dengan Nekhoda atau pengganti Nakhoda yang ditunjuk (Substitute Master) dan Kepala Kamar Mesin serta Perwira atau awak kapal yang berkepentingan; €. menjelaskan maksud dan dasar pemeriksaan sesuai NIR melalui sistem informasi berbasis komputer APCIS dan/atau Clear Grounds serta rencana bagian-bagian yang akan diperiksa dan meminta pendampingan selama pemeriksaan dilaksanakan; f. memberitahukan bagian-bagian _pemeriksaan berupa administrasi dan fisik yang tidak akan menggangu operasional/ kegiatan bongkar muat di atas kapal; g. melaksanakan pemeriksaan administrasi terkait validasi sertifikat can dokumen kapal dihadapan Nalthoda, tetapi tidak terbatas pada: 1) _ sertifikat dan dokumen kapal; 2) daftar awak kapai; 3) laporan pemer-ksaan terakhir PSC; 4) sertifikat keahlian dan pengukuhan serta pengakuan awak kapal; 5) informasi stabilitas yang disetujui; 6) buku catatan resmi; 7) buku catatan latihan; 8) sertifikat dan lisensi ECDIS; 9) buku catatan dan rencana manajemen tentang sampah; 10) buku catatan minyak; 11) manual SOPEP/SMPEP/SEEMP; 12) laporan survei badan klasifikasi; 13) tinjauan Nakhoda terkait ISM; 14) sertifikat kalibrasi pendeteksi gas; 15) manual penanganan muatan; 16) buku catatan perlengkapan pemuatan; 17) manual pelatihan SOLAS; 18) pernyataan pengirim terkait muatan; 19) rencana bongkar muat; 20) daftar peralatan keselamatan; 21) manual P & A; 22) dokumen kesesuaian untuk _barang berbahaya dan muatan curah sesuai IMSBC code; 23) uji berkala EPIRB, AIS dan VDR; 24) laporan uji kesesuaian LRIT; (6) (7) (2) (2) 25) pernyataan perawatan dari darat untuk peralatan radio; 26) jadwal jaga di laut dan pelabuhan serta catatan istirahat; 27) sertifikat catatan ringkasan P & I; 28) sertifikat asuransi pertanggungan internasional pengisian/pencemaran minyak. melaksanakan pemeriksaan fisik yang didampingi oleh Nakhoda atau Perwira atau awak kapal untuk menguji fungsi peagoperasian peralatan di atas kapal, tetapi tidak terbatas pada: 1) GMDSS radio; 2) Radar; 3) SART/EPIRB; 4) ECDIS; 5) lifeboat dan peagaturan dewi-dewi; 6) mesin lifeboat; 7) ruang CO2 dan kontrol kebakaran; 8) funnel flap and engine room dampers; 9) emergency fire pump; 10) sequence test emergency generator; 11) oily water separator; 12) sewage treatment plan. Pemeriksaan administrasi dan fisik (check list) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf g dan huruf h harus dapat diperlihatkan, dibuktikan, dioperasikan dan diuji untuk mengetahui keabsahan, kecfcktifan scrta baik dan berfungsinya objek yang diperiksa. Daftar pemeriksaan administrasi dan fisik (check list) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf g dan huruf h sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini Pasal 4 Tahapan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan untuk memperoleh hasil pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing. Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a, hasil pemeriksaan administrasi dan fisik telah memenuhi persyaratan ketentuan konvensi, maka dinyatakan sebagai No Deficiency; hasil pemeriksaan administrasi dan fisik ditemukan ketideksesuaian dalam pemenuhan persyaratan ketentuan konvensi_ + maka dinyatakan sebagai Deficiency; hasil pemeriksaan administrasi dan _fisik ditemukan ketideksesuaian dalam pemenuhan persyaratan ketentuan konvensi dan IMO Resolution A.1052 (27) serta Tokyo MOU Guidelines maka dinyatakan sebagai Detainable Deficiency. (3) (4) (6) a) (2) 3) Dalam hal hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai No Deficiency sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, PSCO menyampzikan kepada Nakhoda laporan hasil pemeriksaan berupa Notification of Orderly Inspection dan Form & PSC Report. Dalam hal hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai Deficiency sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, PSCO menyampeikan kepada Nakhoda laporan hasil pemeriksaan berupa Notification of Orderly Inspection, Form A PSC Report dan Form B PSC Report. Dalam hal hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai Detainable Deficiency sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, PSCO menyampaikan Notification of Orderly Inspection, Form A PSC Report, Form B PSC Report, dan Notification of Detention kepada Nakhoda serta Subject Information Detained of the Vessel kepada Negara bendera kapa.. Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimakeud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), dilengkapi dengan kode tindakan (action code) dan disampaikan kepada Nakhoda pada pelaksanaan pertemuan penutup (closing meeting) untuk menjelaskan mengenai dasar hukum hasil pemeriksaan sesuai konvensi. Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), diverifikasi Direktorat yang membidangi tugas Tertib Pelayaran sebagai dasar PSCO memasukkan data hasil pemeriksaan melalui sistem informasi berbasis komputer APCIS. Fasal 5 Dalam hal hasil pemeriksaan yang dinyatakan sebagai Detainable Deficiency sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5), diberikan kode tindakan (action code) 30 (tiga puluh) dan wajib diperbaiki dan/atau dipenuhi sebelum kapal meninggalkan pelabuhan. Kode tindakan (action code) 30 (tiga puluh) yang wajib diperbaiki dan/atau dipenuhi sebelum —kapal meninggalkan pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diverifkasi oleh PSCO setelah Nakhoda mengajukan permohonan Pemeriksaan Ulang (Follow Up/ Reinspection). Setiap kapal yang mengajukan —_permohonan Pemeriksaan Ulang (Follow Up/Reinspection) untuk tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dinyatakan sebagai temuan berupa Detainable Deficiency dikenakan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) © (8) (10) (1) 2) (3) Pemeriksaan Ulang (Follow —_Up/Reinspection) sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan PSCO setelah Penerimaan Negara Bukan Pajak dibayarkan ke Bendahara Penerima Kantor Syahbandar setempat. Untuk memastikan tindak lanjut pemenuhan pada saat Pemeriksaan Ulang (Follow Up/Reinspection), dapat dibuktikan dengan validasi. dari Badan Klasifikasi (Recognized Organization) atau Negara bendera kapal. Hasil Pemeriksaan Ulang (Follow Up/Reinspection) dicatatkan kembali kedalam Form B PSC Report dengan memberikan kode tindakan (action code) sesuai perbaikan dan/atau pemenuhan terhadap temuan berupa Detainable Deficiency dan digunakan sebagai dasar un‘uk memasukkan data hasil pemeriksaan melalui sistem informasi berbasis komputer APCIS. Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang (Follow Up/Reinspection) sebagaimana dimaksud pada ayat (7) telah diperbaiki dan/atau dipenuhi sesuai dengan ketentuan konvensi, maka PSCO menyampaikan laporan berupa Form Release of Detention. Untuk membantu PSCO menetapkan _ hasil Pemeriksaan yang dinyatakan sebagai Detainable Deficiency, telah disiapkan daftar temuan sesuai pengelompokan konvensi dan/atau Codes yang relevan dan mengakibatkan tindakan menunda keberangkatan kapal Daftar temuan sesuai pengelompokan konvensi dan/atau Codes sebagaimana dimaksud pada ayat (9), tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. BAB IV KOORDINATOR PSCO Pasal 6 Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi, tugas dan eran, serta kewenangan PSCO. Dalam melakukan pengawasan _sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal melimpahkan kepada Direktur yang membidangi tugas Tertib Pelayaran. Direktur yang memdidangi tugas Tertib Pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berdasarkan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibantu oleh Seksi pada Subdirektorat. (y (2) 8) @) Pasal 7 Koordinator PSCO melakukan fungsi koordinasi terhadap pelaksanacn fungsi, tugas dan peran serta kewenangan PSCO. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Koordiaator PSCO mempunyai tugas: a. melakukan sinkronisasi dan integrasi seluruh kegiatan PSCO, b. menetapkan prosedur, kegiatan monitoring dan evaluasi, sosiaisasi, bimbingan teknis serta peningkatan kapasitas PSCO untuk penambahan kemampuan dan kompetensi; ¢. menerima informasi dasar dan laporan hasil pemeriksaan kapal asing serta laporan bulanan Kunjungan kapal asing di pelabuhan untuk disimpan di dalam Sistem Informasi Pelaporan Berbasis Teknologi; d. memberikan sef password kepada UPT untuk memasukkan data hasil pemeriksaan melalui sistem informasi berbasis komputer APCIS; e.memberikan pertimbangan mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, Workshop, Training, Safety dan Technical Meeting di dalam dan luar negeri; f memberikan pertimbangan mengenai pengangkatan dan penempatan serta penilaian kinerja PSCO; 8 memberikan pertimbangan terhadap keputusan hasil pemeriksaan kapal terutama yang dinyatakan sebagai Detainable Deficiency; h. melakukan verifikasi dan pemantauan data hasil pemeriksaan oleh PSCO melalui sistem informasi berbasis komputer APCIS; menerima data dukung dari PSCO untuk menghadapi Detention Review Panel (DRP; j. mendata dan meregistrasi PSCO dalam Sistem Database dan In‘ormasi yang mudah diakses; k, monitoring dan evaluasi _penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan PSC secara berkala bersama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubangan; 1 menindaklanjuti pengaduan atau keluhan dari pihak lain terkait pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing; m. melaporkan seluruh kegiatan kepada Direktur yang membidangi tugas Tertib Pelayaran. Untuk efektifitas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Koordinator PSCO dibantu oleh PSCO dan staf pelaksana pada Direktorat yang membidangi tugas Te-tib Pelayaran. Dalam keadaan tertentu untuk efisiensi_ tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Koordinator PSCO dapat menunjuk PSCO di UPT untuk membantu pelaksanaannya. 5) a) (2) (3) (4) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi: a. pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan Iuar negeri belum memiliki PSCO; b. PSCO pada pelabuhan yang terbuka untuk Perdagangan luar negeri tersebut terkena sanksi pembekuan can/atau pencabutan —_kartu identitas; atau c. Pegawai Negeri Sipil di pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri yang telah memenuhi persyaratan tetapi belum memperoleh kesempatan pendidikan dan pelatihan atau tidak Tubs mentoring. BABV MENTOR DAN SERTIFIKASI MENTORING Pasal 8 Direktur Jenderal mengangkat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal menjadi PSCO setelah mengikuti dan dinyatakan lulus seluruh pendidikan dan pelatihan PSC yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan PSC sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa Mentoring yang dilaksanakan oleh Direktorat yang membidangi tugas Tertib Pelayaran. Dalam pelaksanaan Mentoring sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perlu ditetapkan Mentor yang mempunyai tugas: a. bertindak sebagai rembimbing dan pengawas; b.memberikan informasi berdasarkan pengalaman dalam pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan; ¢. memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam pemenuhan persyaratan konvensi internasional dan Asia Pasifik Port State Control Manual serta IMO Resolution 41052 (27) Procedur For Port State Control; d.memberikan pertimbangan apabila_diperlukan PSCO selama —pelaksanaan —_pemeriksaan kelaiklautan dan keamanan kapal asing atau dalam hal hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai Detainable Deficiency; dan €. melakukan evaluasi dan penilaian terhadap ujian tertulis dan praktek yang dilaksanakan oleh PSCO. Persyaratan untuk ditetapkan menjadi Mentor sebagaimana dimaksud pada ayat (3), antara lain: a. diusulkan oleh Syahbandar atau Direktur yang membidangi tugas Tertib Pelayaran; Db. Pejabat Struktural di lingkungan Direktorat Jenderal yang memiliki pengalaman sebagai PSCO; c. PSCO di lingkungan Direktorat Jenderal dengan masa kerja 5 (lima) tahun dan masih aktif; dan/atau d. dinilai cukup cakap, memiliki keahlian dan pengalaman serta kompetensi yang relevan di bidang yang berkaitan dengan pemeriksaan kelaiklautan can keamanan kapal asing dan/atau PSC. (5) Direktur Jenderal melimpahkan kepada Direktur yang membidangi tugas Tertib Pelayaran untuk menetapkan Mentor dalam melaksanakan Mentoring. (6) Mentor yang memenuhi persyaratan dan telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), bertanggung jawab kepada Direktur yang membidangi tugas Tertib Pelayaran dan dilakukan evaluasi secara periodik setiap 1 (satu) kali dalam setahun. Pasal 9 (1) Setelah mengikuti Mentoring dan mendapatkan hasil penilaian baik dari Mentor, Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat Mentoring. (2). Sertifikat Mentoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran Ill yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Fasal 10 Direktur yang membidangi tugas Tertib Pelayaran melaksanakan pembinaan dan pengawasan _ teknis terhadap pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, maka Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL.60/1/3-99 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Kapal-Kapal Berbendera Asing Di Pelabuhan- Pelabuhan Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT ttd. R. AGUS H. PURNOMO SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada: ASRS PPE wo 10. 11. 12. 13. 14, 15. Menteri Perhubungan; Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Para Kepala Bagian di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Para Atase Perhubungan; Para Syahbandar Utama dan Kepala Kantor Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Para Pimpinan dan Direktur Perusahaan Pelayaran; Para Port State Control Officer (PSCO); Kesatuan Pelaut Indonesia; Ketua DPP INSA; Ketua Ikatan Nakhoda Niaga Indonesia, dan; Ketua Ikatan Marine Engineer. Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor :HK.103/1/9/DJPL-18 Tanggal : 13 Maret 2018 DAFTAR PEMERIKSAAN ADMINISTRASI DAN FISIK. (CHECK LIST) PEMENUHAN | YA | TIDAK” KETERANGAN DAFTAR PEMERIKSAAN Sebelum ke atas Kapal ‘Data Kapal | | [+ Nama | | * Nomor IMO : | [+ Tanda Panggilan + Negara Bendera «Tipe | + Tahun Peletakan Lunas | * Klasifikasi ‘+ Berat Kotor * Deadweight (Tanker) «Jenis Muatan l * Daftar Awak Kapal + Tempat/Tgl. Last PSC | « Next Port Pengamatan dari Dermaga *Lambung Luar «Tanda Garis Muat «Tanda Draught * Tanda Deck Line + Kelebihan Muat/ Draught * Lubang Pembuangan + Jangkar dan Rantai Tali atau Kawat Tambat | | | « Pilot Ladder * Tangga Akomodasi + Pagar dan bulwarks Pemeriksaan di _atas Kapal - (Administrasi) Pemeriksaan Sertifikat « Sertifikat Garis Muat * Sertifikat Tonnage *Sertifikat Keselamatan Konstruksi «Sertifikat Keselamatan Perlengkapan *Sertifikat Keselamatan Radio i *Sertifikat Pencemaran Minyak *Sertifikat — Pencemaran Udara *Sertifikat ~ Pencemaran Kotoran * Safe Manning Document *Sertifikat — Manajemen Keselamatan Kapal * Dokumen Kesesuaian Perusahaan * Sertifikat Klas Lambun; * Sertifikat Klas Mesin * International Ship Security Certificate * Sertifikat Competency, Endorsement dan | Proficeiency Awak Kapal |*Sertifikat Keselamatan |_Kapal Penumpang |. Sertifikat Pembebasan Pemeriksaan Dokumen + Cargo Record Book «Document Authorization _for the Carriage of Grain ‘* Document of Compliance for the Carriage of Dangerous Good * Cargo Securing Manual *Cargo Gear Equipment and Inspection Report ‘* Approved ‘Stability Information Book *Damage Control Plans and Booklets (passenger ships only) * Continuous ‘Synopsis Record * Safety ‘Management System Manuat * Training Manual onboard © P & A Manual Pemeriksaan di atas Kapal - (Fisik) Di Anjungan > Dokumentasi » Deck Log Book * Charts * Nautical Publications * Relevant Merchant Shipping Regulation of IMO Publications + International Code Signal | | JAMSAR Book Ts Table of Life Saving Signal * Ship Manouvering Data or Information Posted * Magnetic Compass | | Deviation Card “and |_Catibration Curve > Peralatan Navigasi * Navigation lights and their positioning * Shapes * Sound Signaling Equipment | | Magnetic Compass + Gyro Compass * Radar * ARPA (Automatic Radar Plotting Aid) * ECDIS l | + GPS [eais LRIT. * VDR/SVDR * BNWAS | Azimuth Circle/Pelorus «Rudder Angle, Engine| RPM and Propeller Pitch | |_Indicators + Rate of Turn Indicator + Echosounder ¢ Daylight Signaling Lamp * Bridge - Engine Room Communication System | «Autopilot | |* Speed and Distance | Indicator > Peralatan Radio © Primary Systems (VHP/MF/ HP Radio Installations, DSC| Encoder, DSC Watch | Receiver, Radiotelephone and INMARSAT SES) * Secondary Means of Alerting * NAVTEX, EGC, HFDP Radiotelegraph Receiver © EPIRB I * SART. I * Distress Frequency Watch Receiver + Separate Source of Power *Radio Apparatus for Survival Craft | |* Two-Way Radiotelephone \_ Apparatus + Radio Log Book + Emergency Power ¢ Emergency Light * Chronometer ‘+ Auto System and Alarm Test *Call Sign, MMSI and Telephone Number Posted Di Kamar Mesin > Dokumentasi + Engine Log Book * Oil Record Book * Ballast Water Management Plan and Record Book “Garbage Management Plan and Record Book * Shipboard Oil Pollution Emergency Plan (SOPEP, * Shipboard Marine Pollution Emergency Plan |_(SMPEP) “Record of Testing and Drills for Machinery | * Nox Technical File > Kondisi Umum * Pemeliharaan dan’ Kebersihan Kamar Mesin + Escape Ways » Fire Doors jeEngine Room Skylight| Function Test + Funnel Flap Function Test + Engine Room Exhaust * Ventilators Closing Devices |* Engineers and General Alarm Function Test | + Plan of W/T Compartment | and Openings or Controls * Quick Closing Valve Devices > Main — Propulsion Machinery + General Condition | * Safety Device + Instrumentation > Auxiliary Machinery * General Condition + Safety Device + Instrumentation + Emergency Sources > Boiler * General Condition [ * Safety Device I + Instrumentation > Electrical Installation + Main Sources of Electrical Power + Emergency Sources of Electrical Power *Main and Emergency Switchboards * Precaution Against Shock * Electrical Equipment and Fittings *Batteris “and Battery Compartment « Emergency Lighthing > Unattended T Machinary Space | * Screening of FO and LO Pipelines + Automatic ‘Starting Arrangements of Essential Machinery Alarm System for Scavenge Space, Boiler Uptake, FO, Settling Tank, Air Bottle, Machinery, Engineers Public Room and = Cabin, Important | Pressure, Temperature and Fluid Level * Crew's Familiarity with | Changing Over Manual | Overrides > Piping, Valves and Fittings * Condition of Insulation * Safety Device + Leakages > Static Auxiliaries * Condition + Safety Device « Leakages > Pollution Prevention * Oily Water Separator + Retention of Oil Onboard «Separating / Filtering Equipment + Discharge Monitoring and Control System * Automatic / — Manual | Stopping Device for Discharge © 15 ppm Alarm ‘+ Oil Content Motor <0 / Water Interface Detector * Standard Discharge Connection *Pumping, Piping and Discharge Arrangements * Holding Tank * Sewage Treatment Plan * Garbage Management > Ballast Water Management | « BWM Treatment + BWM Certificate * BWM Plan * BWM Record Book | «BWM Officer Incharge > Steering Gear * Main Steering Gear |'s Auxiliary Steering Gear + Steering Control Systems * Power Failure Audible and Visual Alarms + Automatic Restoration of Power * Auto Pilot + Safety Device ‘+ Heading information © Bridge/Steering Gear Communication System + Record of Test and Drill * Manual Instruction for Change Over Emergency Steering > Miscellaneous *Remote ~ Control of Machinery *Crew’s Knowledge on Change-Over Procedure from Remote to Local Control of Main *Crew’s Knowledge On Change-Over _ Procedure from Main to Emergency Steering + Engineer's Alarm System «Dead ~ Man’s Alarm ‘System + Ventilation System * Cleanliness of Tank Top| and Bilges *Guards for _ Rotating |_ Machinery Parts \*Means to Restore Power |_from Dead Ship Condition + No Fuel in Forepeak Tank + Ballast System + Ballast, fuels and other tanks. + Bilge Pumping System + Bilge Alarm System Di Geladak © Anchor Winchlass and Monitoring Arrangement * Ropes and Wires onboard + Guards / Fencing + Mechanical Pilot Hoists ¢ Pilot Ladder Lighting * Pilot Ladder Main Rope * Deck Plating and General Structure Condition * Cargo Hold Condition | + Hatch Coming * Hatch Cover and Closing Devices [+ Bulkhead * Side Frames + Tangga Palka + Railing / Pagar Geladale * Crane and Cargo Gear eVentilasi dan Pipa di Geladak + Watertight Doors * Access Door to Acommodation / Deck House * Safety Life Lines *Peringatan dan Tanda- Tanda Bahaya * Protection for and Access to Crew Quarters *Laluan dan Ruang Kerja Kapal * Side — Scuttles and Deadcover Accommodation «Indicators in Wheelhouse for Watertight Doors Di Akomodasi + Kebersihan Akomodasi *Akomodasi Bebas dari muatan/barang * Handrails and Non-Slip| Surface * Ventilation + Lighting + Heatin, * Sanitary Facilities + Ruang Makan * Galley + Crew Rooms + Provision Stores * Perlengkapan Medis ¢ Medical Store ‘* Hospital « Fresh Water + Alarm Test Peralatan Keselamatan > Umum + Official Log Book for Drills * LSA Plan * Instruction Operational ‘* Emergency Instructions + Training Manual + Record for Maintenance * Certificate of Service * Markings / IMO Symbols + Evacuation Route + Muster List ¢ Muster Station + Ready Availability * Radio Equipment * General Emergency Alarm _System > Lifeboats *¢ General Overall Condition Launching and Lifting Instruction Inventory including food, drinking water, pyrotechnics, tools, etc + Test Run of Engine Motor and Reversing Clutch * Stowage * Markings and Reflector Tapes « Embarkation Ladder [+ Launching 7 Recovery Arrangements * Swinging Out/Launching + Searchlight + Life Support System * Overside Lighting + Emergency Lighting Function Test * Painter Release Mechanism, > Davits * General Condition * Winches *Falis (Date and Interval Since Last Renewed / Turned End for End) * Record Maintenances | > Rescue Boat * Stowage (Inflatable Boat to be kept Inflated) + Launching and Recovery Arrangement «Inventory including food, drinking water, pyrotechnics, tools, etc ¢ Test Mechanical Davits > Liferaft * General Condition * Stowage + Craddles and Launching Appliances + Launching Instruction * Painters Rigging (Properly Secured) |*HRU Fitted and Last |_ Serviced / Expired [+ Date of Last Serviced * Transportability + Forward Liferaft * Overside Lighting * Embarkation Ladders > Lifejackets * General Condition. * Quantity in Certificate * Stowage * Lightin * Whistel + Retro-reflective Tapes ¢ For Person on Watch + Donning Instructions > Immersion Suits + General Condition * Quantity in Certificate + Instructions for Use > Thermal Protective Aids * General Condition + Quantity in Certificate Instructions for Use > Lifebouys * General Condition * Quantity in Certificate + Stowage (easy for release) © Self-Igniting Lights * Buoyant Lines * Manoverboard Smoke Signal * Quick Release from Bridge Wings > Visual Signals (Ship Pyrotechnics) + Rocket Parachute Flares *¢ Hand Flares + Buoyant Smoke Signals * General Condition Expiry Date > Line-throwing Appliances * General Condition * Cartridges * Rockets + Expiry Date Peralatan Kebakaran Pemadam > Umum * Official Log Book for Drills » Fire Control Plan + Instruction Operational * Emergency Instructions * Training Manual * Record for Maintenance + Certificate of Service + Markings / IMO Symbols * Evacuation Route + Muster List ‘+ Muster Station * Ready Availability + Radio Equipment «Fire Detection Alarm System > Perlengkapan « Fire Main Check * Fireman Outfit * International Shore Connection |+Fire Boxes, Hoses, Couplings, Nozzles and Hydrants + Fire Line /Pipes Condition + Portable Fire Extiquisher «Fixed Fire Extinguishing System * Main Fire Pumps + Emergency Fire Pump * Fire Doors «Isolating Valve + Emergency Quick Closing Device Function Test *Paint “Locker ‘Fire Extinguisher System Function Test + Remote Cut—«OFF Accommodation Ventilator * Cabins Fire Hazard and Means Escape Route Check «Manual Operate Call Points « Emergency Lighting Check * Obstructions *Remote Controls for Stopping Fans in Engine Room « Remote Controls For Shutting Off Fuel Supplies * Closing Arrangements of Ventilators, Skylights and Doorways * Smoke Flaps + Funnel Fire Dampers and Ventilation ‘System (Manual/ Automatic) Fire Integrity of Bulkheads, Decks and Engine Room ‘* Automatic Sprinkler System + Fire Protection of Special Category Ranges *Fire and — Explosion Hazards * Fire Protection Arrangements for Galley Ranges ‘Spare Charges For Extinguishers 7 |Persyaratan Operasional Diatas Kapal + Effective Communication * Duties as Indicated in the Muster List + Duties for Damage Control Purpose + Familiarization and Awareness of Emergency Safety Procedures * Proper Use of LSA ‘+ Proper Use of FFA + Proper Use of Damage Control Installations * Proper Use of Navigational Equipments * Changing Over from Auto to Manual Steering * Changing Over from Main |_to Emergency Steering _ | \* Changing Over Efficient Stripping © Ship's Manouevring Characteristics “Duties Related to Operating Emergency and Stand-By Sources of | Electrical Power «Duties Related ‘to Operating Auxiliary or Emergency Steering Gear « Duties Related to Operating Bilges and Fire Pumps | * Duties Related to! Operating Other |_Bmergency Equipments *Duties Related to Cargo| |_ and Equipments |* Dangers Posed by Cargo and the Counter Measure ¢The — Information in Manuals and Instructions © Operational Requirements of Annex MARPOL 73/78 * Connecting Dangerous Goods and Harmful Substances in Packaged Form * Shipping Documents *Proper Stowage and Segregation 8 |Persyaratan Operasional Kapal Tangki * Cargo Tanks *Gaskets and Closing Devices °Pressure / Vacuum Valves * Ventilation Lines «Flame Screens on Vets Cutrets * Cargo Oil Pipe Lines and Pipe Joints « Pump Room Bulkheads « Inert Gas System + Deck Foam System * Electrical Equipment in |_ Dangerous Zones *CO or Steam Smoothing System *Warning Sign ("NO SMOKING’) on Deck * Venting and Ventilation of Cargo Pump Room © Venting and Ventilation of Other Spaces eFixed = Gas Warning | System for Cargo Pumping Room — and Spaces Adjacent to Slop Tanks of Combination Carriers © Electrical Fittings in Cargo Pump Room * Single Failure Concept for Engine Room * Positive Pressure in Engine Room * Personal Protection « Efficient Stripping DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT ttd. R. AGUS H. PURNOMO dengan aslinya aK. I (IV/b) 3 199403 1 001 Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor —: HK.103/1/9/DJPL-18 Tanggal : 13 Maret 2018 DAFTAR TEMUAN SESUAI PENGELOMPOKAN KONVENSI DAN/ATAU CODES YANG RELEVAN DAN DINYATAKAN SEBAGAL KETIDAKSESUAIAN YANG BERAKIBAT FADA TINDAKAN MENUNDA (DETAINABLE DEFICIENCY) Temuan Menurut Konvensi SOLAS (Safety of Life at Sea) 1. Kegagalan kelayakan pengoperasian tenaga penggerak dan mesin utama lainnya serta instalasi listrik; 2. Kebersihan kamar mesin yang tidak memadai, kelebihan jumlah campuran air berminyak di tangki penampung (bilges), instalasi pipa termasuk pipa buangan di kamar mesin yang terkontaminasi oleh minyak dan pengoperasian pompa untuk tangki penampung (bilges) yang tidak tepat. 3. Kegagalan kelayakan pengoperasian generator darurat, penerangan, baterai dan switches; 4. Kegagalan kelayakan pengoperasian kemudi utama dan bantu; 5. Ketiadaan, kapasitas yang tidak mencukupi atau kerusakan serius pada peralatan keselamatan diri, survival craft serta pengaturan peluncuran dan pemulihan; 6. Ketiadaan, ketidaksesuain atau kerusakan substansi yang berpengaruh terhadap penggunaan sistem deteksi, alarm, peralatan pemadaman, instalasi pemadam tetap, katup ventilasi, peredam api (fire dampers) dan perelatan penutup cepat kebakaran (quick closing devices); 7. Ketiadaan, kerusakan substansi atau kegagalan kelayakan pengoperasian area perlindungan kebakaran di geladak muatan pada kapal tangki; 8. Ketiadaan, ketidaksesuaian atau -kerusakan serius pada penerangan, tanda bentuk atau bunyi diatas kapal; 9. Ketiadaan atau kegagalan kelayakan pengoperasian peralatan radio dalam keadaan marabahaya dan komunikasi keselamatan; 10. Ketiadaan atau kegagalan kelayakan pengoperasian peralatan navigasi sesuai dengan ketentuan SOLAS (Safety of Life at Sea) regulation V/ 16.2 yang relevan; 11. Ketiadaan koreksi peta navigasi dan/atau publikasi nautika lainnya untuk perjalanan yang dilayari dengan mempertimbangkan peta elektronik dapat digunakan sebagai pengganti peta kertas; 12. Ketiadaan ventilasi pembuangan untuk kamar pompa muatan; 13. Ketidaksesuaian dalam persyaratan standar operasional prosedur diatas kapal; 14, Jumlah, komposisi atau sertifikas: awak kapal yang tidak sesuai dengan dokumen kepelautan; 15. Ketiadaan implementasi atau kegagalan untuk melaksanakan program pemeriksaan yang disempurnakan sesuai dengan ketentuan SOLAS (Safety of Life at Sea) XI-1/2 dan resolusi A.744 (18) yang telah diubah; 16. Ketiadaan atau kegagalan pengoperasian perekam data pelayaran (Voyage Data Recorder bila peralatan tersebut diwajibkan. Temuan Menurut JBC (International Bulk Chemical) Code 1 ous wp x Melakukan pengangkutan zat yang tidak tercantum dalam Sertifikat Kelayakan Pengangkutan (Certificate of Fitness) atau tidak ada informasi mengenai manifest muatan; Hilang atau rusaknya alat pengaman tekanan tinggi; Instalasi listrik tidak aman atau tidak sesuai dengan persyaratan Code; Terdapat sumber api di lokasi be-bahaya; Pelanggaran terhadap persyaratan khustis pengangkutan; Kelebihan jumlah muatan maksimum yang diperbolehkan untuk masing-masing tangki; Perlindungan terhadap panas yang tidak memadai untuk produk muatan yang sensitif; Alarm tekanan untuk tangki muetan tidak dapat dioperasiken; Pengangkutan zat terbatas tanpa dilengkapi sertifikat yang berlaku. Temuan Menurut IGC (International Gas Carrier) Code 1. NO van 8. 9. 10. 11. Melakukan pengangkutan zat yang tidak tercantum dalam Sertifikat Kelayakan Pengangicutan (Certificate of Fitness) atau tidak ada informasi mengenai manifest muatan; Perangkat penutup akomodasi atau ruang penyimpanan hilang; Bulkhead tidak kedap terhadap gas; Pengaman oksigen yang rusal; Peralatan penutup cepat (quick closing devices) yang hilang atau rusak; Katup pengaman yang hilang atau cacat; Instalasi listrile tidak aman atau tidak sesuai dengan persyaratan Code; Ventilasi di ruang muatan tidak dapat dioperasikan; Alarm tekanan untuk tangki muatan tidak dapat dioperasikan; Peralatan deteksi gas dan/atau gas beracun rusak; Pengangkutan zat terbatas tanpa dilengkapi sertifikat yang berlaku. Temuan Menurut Load Lines Convention L Daerah kerusakan atau korosi yang signifikan, plat yang berlubang atau mengeras di geladak dan lambung kapal yang mempengaruhi kelaiklautan atau kekuatan kapesitas beban yang dapat dimuat, kecuali jika ada perbaikan sementara yang diizinkan dalam pelayaran ke suatu pelabuhan untuk melakukan perbaikan permanen; Kondisi stabilitas kapal yang tidak mencukupi; Tidak adanya informasi yang cukup dan dapat dipercaya serta disetujui untuk tata cara cepat dan sederhana yang memungkinkan Nakhoda mengatur permuatan dan ballasting kapal sedemikian rupa sehingga batas aman stabilitas dapat dipertahankan pada berbagai tahapan dan kondisi pelayaran serta tekanan apapun yang terjadi dan tidak dapat diterima oleh struktur bangunan kapal dapat dihindari; Ketiadaan, kerusakan substansi atau peralatan penutup serta pengaturan penutup ruang muat dan pintu kedap air/cuaca; Kelebihan pemuatan; Ketiadaan atau tidak terbacanya tanda Draught dan Load Line. E. Temuan Menurut MARPOL (Marine Pollution) Convention - Annex 1 lL erat Ketiadaan, kerusakan substansi atau kegagalan kelayakan pengoperasian peralatan penyaringan air dari minyak, sistem Pemantauan dan pengendalian pembuangan minyak atau pengaturan alarm 15 ppm; Kapasitas untuk tangki sisa minyak dan/atau lumpur tidak cukup untuk perjalanan yang dilakukan; Buku catatan minyak tidak tersedia; Pemasangan peralatan pembuangan langsung yang tidak disetujui; Kegagalan memenuhi persyaratan regulation 20.4 atau persyaratan alternatif yang ditentukan dalam regulation 20.7. F. Temuan Menurut MARPOL (Marine Po'lution) Convention — Annex Il 1 2. 3. 4. 1 2. 3. 1. P and A Manual tidak tersedia; Muatan tidak dikategorikan; Buku catatan muatan tidak tersedia; Pemasangan peralatan pembuangan langsung yang tidak disetujui. Temuan Menurut MARPOL (Marine Poilution) Convention - Annex V Rencana pengelolaan sampah tidak tersedia; Buku catatan sampah tidak tersedia; Awak kapal tidak mengetahui persyaratan pelepasan/pembuangan rencana pengelolaan sampah. Temuan Menurut MARPOL (Marine Pollution) Convention - Annex V Tidak tersedia Sertifikat JAPP (Intemational Air Pollution Prevention Certificate) yang valid dan Sertifikat EIAPP (Engine International Air Pollution Prevention Certificate) yang relevan serta Data Teknis Mesin; ‘Tenaga penggerak marine diesel dengan output daya lebih dari 130 KW yang dipasang di atas kapal yang dibangun pada atau setelah 1 Januari 2000 atau marine diesel yang telah mengalami konversi besar pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000, tidak sesuai dengan NOx Technical Code 2008; Kandungan sulfur dari setiap bahan bakar yang digunakan di atas kapal melebihi batas, sebagai berilcut: * 4,5 % m/m sebelum 1 Januari 2012; * 3,5 % m/m pada dan setelak. 1 Januari 2012; dan * 0,5 % m/m pada dan setelak. 1 Januari 2020. Kandungan sulfur dari setiap bahan bakar yang digunakan di atas kKapal melebihi batas ketika berikut beroperasi di dalam daerah pengawasan emisi SOx, sebagai berilut: * 1,0 % m/m pada dan setelak: 1 Juli 2010; dan * 0,1 % m/m pada dan setelal: 1 Januari 2015. masing-masing sesuai dengan amandemen yang diadopsi oleh resolution MEPC.176 (58). Pemasangan Incinerator di atas kapal pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000 tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Appendix IV dari Annex atau standarnya spesifikasi untuk Incinerator kapal yang dikembangkan oleh IMO (International Maritime Organization) (resolution MEPC.76 (40) dan MEPC.93 (45)). Nakhoda dan awak kapal tidak memahami prosedur penting mengenai pengoperasian peralatan pencegahan polusi udara. Temuan Menurut STCW (Standards of Training, Certification and Watchkeeping) Convention 1. Pelaut di atas kapal tidak memegang sertifikat, tidak memiliki sertifikat yang sesuai jabatan, tidak memiliki dispensasi yang berlaku atau bukti dokumentasi bahwa aplikasi sertifikat pengesahan telah disampaikan ke Administrator; Pemenuhan persyaratan pengawakan (safe manning) tidak sesuai dengan yang diberlakukan Administrator; Pengaturan jam jaga dek atau mesin di atas kapal tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Administrator; Ketiadaan petugas/awak kapal yang memenuhi persyaratan untuk mengoperasikan peralatan yang penting dalam bemnavigasi yang aman, komunikasi radio keselamatan atau pencegahan pencemaran lingkungan; Ketidakmampuan untuk melengkapi awak kapal yang berdinas jaga pada saat dimulainya pelayaran dan melakukan penggentian selama pelayaran dengan waktu istirahat yang cukup dan bugar untuk bertugas; Ketidakmampuan memberikan bukti kemampuan profesional awak kapal yang ditugaskan untuk keamanan dan pencegahan pencemaran di atas kapal. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT ttd. R. AGUS H. PURNOMO esuai dengan aslinya Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : HK.103/1/9/DJPL-18 Tanggal_: 13 Maret 2018 FORMAT CONTOH SERTIFIKAT MENTORING ae e Na. Participants sch cnp ed sprog Meer eter pete epee Port State Control Mentoring Deenioater, ee. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT ttd. R. AGUS H. PURNOMO sesuai dengan aslinya copexronaT mer | @ ULNA SIGN Ye]

You might also like