MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 20 TAHUN 2015
TENTANG
STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Mengingat :
bahwa dalam rangka peningkatan _kesclamatan
pelayaran, Menteri Perhubungan _—melakukan
pembinaan di bidang pelayaran;
bahwa standar keselamatan pelayaran telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan di bidang
pelayaran yang mengacu pada peraturan internasional;
bahwa terhadap pelanggaran perundang-undangan di
bidang pelayaran diberikan sanksi yang tegas kepada
personil maupun operator;
bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang
Standar Keselamatan Pelayaran;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang
Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3724);
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang
Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3929);
4, Peraturan ...10.
ql
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4227);
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070);
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, ‘Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
Peraturan Pemerintah 51 Tahun 2012 tentang Sumber
Daya Manusia di Bidang Transportasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5310);
Peraturan Pemerintah 62 Tahun 2013 tentang
Investigasi Kecelakaan Transportasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5448);
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
teralchir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun
2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 273);
12. Peraturan .Menetapkan :
ae
12. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2013 tentang
Pengesahan Annex Ill, Annex IV, Annex V, and Annex
VI of The International Convention for The Prevention of
Pollution from Ships 1973 as Modified By The Protocol of
1978 Relating Thereto (Lampiran Il, Lampiran IV,
Lampiran V, dan Lampiran VI ‘dari Konvensi
Internasional Tahun 1973 tentang Pencegahan
Pencemaran dari Kapal sebagaimana diubah dengan
Protokol Tahun 1978 yang terkait dari padanya;
13. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
14, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 1980 tentang Mengesahkan “International
Convention For The Safety Of Life At Sea, 1974";
15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 1986 tentang Pengesahan International
Convention for The Prevention of Pollution from Ships
1973, beserta Protokol;
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 1976 tentang Ratifikasi International Convention
on Load lines, 1966 (Load Line Convention 66);
17. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1999 tentang
Pengesahan Konvensi Internasional Tanggung jawab
Sipil atas Kerugian Akibat Pencemaran Laut Oleh
Minyak 1969 Protokol 1992 (International Convention
on Civil Liability for Oil Pollution Damage, 1969 Protokol
1992);
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68
‘Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 1113);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan Pelayaran adalah suatu keadaan
terpenuhinya —_persyaratan keselamatan yang
menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan
lingkungan maritim.
2. Menteri...2. Menteri adalah Menteri Perhubungan.
3. Direktur Jenderal adalah Direktur —_Jenderal
Perhubungan Laut.
Pasal 2
(1) Penyelenggara pelabuhan, penyelenggara angkutan
laut, dan penyelenggara navigasi pelayaran wajib
memenuhi Standar Keselamatan Pelayaran.
(2) Standar Keselamatan Pelayaran _sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. sumber daya manusia;
b. sarana dan/atau prasarana;
¢. standar operasional prosedur;
d. lingkungan; dan
e. sanksi.
(3) Standar Keselamatan Pelayaran _sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Undang-Undang
di bidang pelayaran, Peraturan Pemerintah di bidang
pelayaran, Peraturan Menteri di bidang pelayaran,
Peraturan Direktur Jenderal, dan Maklumat Pelayaran
yang mengacu kepada peraturan nasional dan
Organisasi Maritim Internasional khususnya, serta
lembaga internasional di bidang pelayaran lainnya.
Pasal 3
Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pelayaran yang bertujuan untuk — meningkatkan
Keselamatan Pelayaran sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
Pasal 4
Pelanggaran terhadap pemenuhan ketentuan persyaratan
Keselamatan Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dikenakan sanksi pidana maupun sanksi
administratif berupa pemberhentian personil dari jabatan
atau pembekuan/pencabutan izin bagi operator sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan Peraturan Menteri ini, termasuk memberikan
sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan melaporkan kepada Menteri.
Pasal 6Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada _tanggal
diundangkan,
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri_— ini. dengan
Penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Februari 2015
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
IGNASIUS JONAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Februari 2015,
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 272
Salinan sesuai dengan aslinya
“Th Nl HUKUM DAN KSLN,
SRI LESTARI RAHAYU
Pembina Tk. I (IV/b)
NIP. 19620620 198903 2 001LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 20 TAHUN 2015
TENTANG
STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN
PERATURAN TENTANG STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN
‘NO. ASPEK BIDANG _ -DASAR HUKUM. __URAIAN SINGKAT SUBSTANSI ‘SANKSI
1 2 3 4 5 ‘
1. | SDM Kepelautan Undang-Undang _/ Pasal 128
(Kompetensi) Nomor 17 Tahun ))Nakhoda dan/atau Anak Buah Kapal | Pelanggaran terhadap Pasal 128 ayat
2008 tentang harus memberitahukan kepada Pejabat | (1) dikenakan sanksi administratif,
Pelayaran Pemeriksa Keselamatan Kapal apabila
mengetahui bahwa Kondisi kapal atau
bagian dari kapalnya, dinilai tidak
memenuhi persyaratan keselamatan
Kapal.
lik, operator kapal, dan Nakhoda | Pelanggaran terhadap Pasal 128 ayat
wajib | membantu | pelaksanaan | (2) dipidana dengan pidana penjera
pemeriksaan danpengufian. paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta
rupiah), sesuai dengan Pasal 304,
2. | SDM Kepelautan ‘Undang-Undang 1132
(Kompetensi) Nomor 17 Tahun jakhoda yang sedang berlayar dan | Pelanggaran terhadap Pasal 132 ayat
2008 tentang mengetahui adanya cuaca buruk yang (3) dipidana dengan pidana penjara
| Pelayaran membahayakan keselamatan berlayar | paling lama 2 (dua) tahun dan denda
wajib menyebarluaskannya kepada | paling banyak — Rp.300.000.000,00
pihak lain dan/atau —_instansi | (tiga ratus juta rupiah), sesuai dengan
Pemerintah terkait. Pasal 309,NO. ASPEK BIDANG — _DASAR HUKUM “URAIAN SINGKAT SUBSTANSI SANKSI
1 2 3 4 5 s 6
3. | SDM Kepelautan | Undang-Undang Pasal 135 Pelanggaran terhadap Pasal 135
(Kompetensi} Nomor 17 Tahun | Setiap kapal wajib diawaki olen Awak| dipidana dengan pidana _penjara
2008 tentang Kapal yang memenuhi — persyaratan | paling lama 2 (dua) tahun dan denda
Pelayaran keualifikasi dan kompetensi sesuai dengan | paling banyak Rp. 300.000.000,00
ketentuan nasional dan internasional. (tiga ratus jute rupiah), sesuai dengan
Pasal 310,
4. | spm Kepelautan Undang-Undang | Pasal 136
(Kompetensi) Nomor 17 Tahun | (1) Nakhoda dan Anak Buah Kapal untuk | Pelanggaran terhadap Pasal 136
2008 tentang Kapal berbendera Indonesia harus | dikenakan sanksi administratif.
Pelayaran Warga Negara Indonesia.
2) Pengecualian terhadap _ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan izin sesuai dengan
ketentuan peraturan _perundang-
undangan.
5. | SDM Kepelautan Undang-Undang —_| Pasal 137
(Kompetensi, sertifikasi dan
persyaratan Uji kesehatan
sebelum berlayar)
Nomor 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran
(1) Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT
i ima Gross Tonnage) atau
‘wewenang penegaken
hukum serta bertanggung jawab atas
Keselamatan, keamanan, dan
ketertiban kapal, pelayar, dan barang
muatan.
| @)Nakhoda untuk kapal motor ukuran
kurang dari GT 35 (tiga puluh lima
GrossTonnage) dan untuk _ kapal
tradisional ukuran kurang dari GT 105
(seratus lima GrossTonnage) dengan
konstruksi sederhana yang berlayar di
perairan terbatas bertanggung jawab
| alas keselamatan, keamanan dan
ketertiban kapal, pelayar, danbarang
muatan._
Pelanggaran terhadap Pasal 137 ayat
(1) dan ayat (2) dikenakan sanksi
administratif, sesuai dengan Pasal
171No. ASPEK
BIDANG
DASAR HUKUM
URAIAN SINGKAT SUBSTANSI
‘SANKSI
6
(3)Nakhoda tidak bertanggung jawab
terhadap Keabsahan atau kebenaran
materiil dokumen muatan kapal.
(@)Nakhoda — wajib ~—menolak dan
memberitahukan kepada instansi yang
berwenang apabila mengetahui muaten
yang diangkut tidak sesuai dengen
dokumen muatan,
(§)Selain _Kewenangen _sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Nakhoda untuk
kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh
lima Gross Tonnage) atau lebih diberi
tugas dan kewenangan khusus, yaitu
a, Membuat catatan setiap kelahiran;
b. Membuat catatan setiap kematian;
dan
¢. Menyaksikan dan mencatat surat
wasiat.
(6) Nakhoda wajib memenuhi persyaratan
pendidikan, pelatinan, kemampuan,
dan keterampilan serta kesehatan.
Pelanggaran terhadap Pasal 137 ayat
if,
dan (6) dikenakan sanksi
Kepelautan
(Kompetensi)
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran
Pasal 138
| (1) Nakhoda wajib berada di kapal selama
berlayar.
(2)Sebelum kapal berlayar, Nakhoda wajib
memastikan bahwa kapalnya telah
memenuhi persyaratan kelaillautan
dan melaporkan hal tersebut kepada
Syahbandar.
Pelanggaran terhadap Pasal 138 ayat
() dan (2) dikenakan — sanksi
administratif, sesuai dengan Pasal
171.no. | ASPEK BIDANG DASAR HUKUM URAIAN SINGKAT SUBSTANSI SANKST
1 2 guemesuesaeened| | qaceeees 5 6
(9)Nakhoda berhak menolak untuk | Pelanggaran terhadap Pasal 138 ayat
melayarkan Kapainya —apabila| (3) dikenalcan sankesi administrat,
mengetahui Kapal tersebut tidak |
memenuhi persyaratan sebagaimans |
Gimakeud pada ayat (2)
(4)Pemitix: atau operator apal_wajib | Pelanggaran terhadap Pasal 138 ayat
memberikan Keleluasean kepada | (4) dipidana dengan pidana penjara
Nakhoda untuk -meleksanakan | paling lama 2 (dua) tahun dan denda
Kewajbannya sestai dengan peraturan | paling banyak Rp. 300.000.000 {tiga
perundang-undangan Fatus jutarupiah), sesuai dengan
Pasal 311.
7. [som Kepelautan Undang-Undang | Pasal 139
(Kompetensi) Nomor 17 Tahun | Untuk tindakan penyelamaten, Nakhoda | Pelanggaran terhadap Pasal 139
2008 tentang berhake menyimpang dari rute yang telah | dikenakan sanksi administratif.
Pelayaran ditetapkan ‘den mengambil
tindakaniainnya yang dipertukan, aesaeat
3. | spM Kepelautan Undang-Undang | Pasal 140
(Kompetensi, kewenangan dan | Nomor 17 Tahun | (1) Dalam hal Nakhoda untulc kapal motor | Pelanggaran terhadap Pasal 140
pendelegasian kewenangan) 2008 tentang ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross| dikenaksn sanksi administrati
j Pelayaran Tonnage) atau lebih yang bertugas Gi
kapal sedang berlayar untuk sementara
atau untuk seterusnya tidak mampu
melaksanakan tugas, mualim I
menggantikannya dan pada pelabuhan
berikut yang disinggahinya diadakan
penggantian Nakhoda,
Q2)Apabilamualim I sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak mampu
menggentikan Nakhoda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mualim
lainnya yang tertinggi dalam jabatan
sesuai dengan sijil menggantikan dan
pada pelabuhan —berikut yang
disinggahinya diadakan penggantian
Nakhoda,No.
BIDANG
DASAR HUKUM
URAIAN SINGKAT SUBSTANSI
- 8
(Q)Dalam hal _penggantian _Nakhoda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) disebabkan halangan
sementara, penggantian —tidak
mengalihkan __kewenangan
tanggung jawab Nakhoda
pengganti sementara,
kepada
()Apabila seluruh muelim dalam kapal
berhalangan menggantikan Nakhoda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengganti _Nakhoda
dewan kapal.
ditunjuic
(5) Dalam hal _penggantian _Nakhoda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disebabkan halangan tetap, Nakhoda
pengganti sementara_—_-mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab
sebagaimana diatur dalam Pasal 137
ayat (1) dan ayat (3)
dan |
SDM
Kepelautan
(Kompetensi, kewajiban
menyelenggarakan buku harian
kkapal, kewenangen)
Undang-Undang,
Nomor 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran
Pasal 141
(1) Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT
35 (tiga puluh lima Gross Tonnage) atau
lebih’ dan Nakhoda untuk kapal
penumpang, wajib menyelenggarakan
buku harian kaps
(2) Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT
35 (tiga puluh lime Gross Tonnage) atau
lebih wajib melaporkan buku harian
‘kapal kepada pejabat pemerintah yang
berwenang dan/atau atas permintaan
pihak yang berwenang untuk
memperlihatkan buku arian kapal
dan/atau memberikan salinannya.
Pelanggaran terhadap Pasal 141 ayat
(1) atau ayat (2) dikenakan sanksi
administratif sesuai pasal 171.No. ASPEK BIDANG DASAR HUKUM ‘URAIAN SINGKAT SUBSTANSI SANKSI
1 2 3 4 5 6 _|
(3) Buku arian kapal sebagaimana | Pelanggaran terhadap Pasal 141 ayat |
dimakeud pada ayat (1) dapat dijadikan | (3) dikenakan sanksi administratif. |
sebagai alat bukti di pengadilan.
10. | SDM Kepelautan Undang-Undang _| Pasal 142
(Kompetensi) Nomor17Tahun | (1)Anak Bush Kapal wajib menaati| Pelanggaran terhadap Pasal 142
2008 tentang perintah Nakhoda secara tepat dan | dikenakan sanksi administratif.
Pelayaran cermat dan dilarang meninggalkan
kapal tanpa izin Nakhoda.
(2)Dalam hal Anak = Buah_—Kapal
mengetahui bahwa perintah yang
diterimanya tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, maka yang
bersangkutan berhak | mengadukan
kepada pejabat pemerintah yang
| berwenang.
1. | spm Kepelautan Undang-Undang | Pasal 144 |
(Kompetensi, kewenangan) Nomor 17 Tahun | {1)Selama _perjalanan_ kapal, Nakhoda| Pelanggaran terhadap Pasal 144 |
2008 tentang dapat mengambil tindakan_terhadap | dikenakan sanksi administratif.
Pelayaran setiap orang yang secara tidak sah
derada di atas kapal. |
(2)Nakhoda mengambil tindakan apabila
orang dan/atau yang ada di dalam
kapal akan membahayakan
keselamatan kapal dan Awak Kapal.
12. | SDM Kepelautan Undang-Undang | Pasal 145, |
(Kompetensi, keterampilan, Nomor 17 Tahun | Setiap orang dilarang mempekerjakan | Pelanggaran terhadap Pasal 145 di
sertifikasi dan dokumen pelaut) | 2008 tentang sescorang di kapal dalam jabatan apa pun | pidana dengan penjara paling lama 2
Pelayaran tanpa disijil_ dan tanpa _memiliki | (dua) tahun dan denda paling banyak
kompetensi dan keterampilan _ serta | Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
dokumen pelaut yang dipersyaratkan. rupiah), sesuai dengan Pasal 312.Kepelautan
(Hak atas kesejahteraan, jumlah
jam kerja dan jam istirahat)
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun
2008 tentang,
Pelayaran
Pasal 151
()Setiap — awak = kapal—_berhak.
mendapatkan kesejahteraan yang.
, Jam kerja dan jam istirahat;
¢. Jaminan pemberangkatan
ketempaat tujuan dan pemulangan
ketempat asal;
Kompensasi ‘apabila kapal tidak
dapat beroperasi karena mengalami
kkecelakaan;
Kesempatan mengembangkan
Pemberian akomodasi, _fasilitas
rekreasi, makanan atau minuman;
dan
Pemeliharaan dan _perawatan
Kesehatan serta pemberian asuransi
keselamatan kerja.
e
(Q)Kesejahteraan kerja_sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
dalam perjanjian kerja antara awak
Kapal dengan pemilik atau operator
kapal sesuai dengan —_peraturan
perundang-undangan.
Pelanggaran terhadap Pasal 151
dikenakan sanksi administratif
14
SDM
Kepelautan
(Kontribusi perusahaan angkutan
di perairan, Organisasi, dan
badan usaha pelayaran)
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran
Pasal 266
(1)Perusahaan angkutan di perairan wajib
menyediakan fasilitas praktik berlayar
di kapal untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di bidang
angkutan perairan.