You are on page 1of 13

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Desember 2005, 164 - 176

EVALUASI PELAKSANAAN PROSEDUR


PELAYANAN OBAT PELENGKAP ORAL
DI RUANG RAWAT IRNA B PERJAN
RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
Harianto*, Itet Lestari*, Laswety B.**
*Departemen Farmasi UI
**Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo

ABSTRACT
A research had been performed in order to get general description of the service of
an oral complementary drug in the nursing ward of IRNA B of Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo and it evaluated the operation of the oral complementary drug
service was, and also found out the correlation of the orderly medication instruction
writing of the oral complementary drug, the orderly operation of the process of the oral
complementary drug procurement, drug preservation, drug preparation, the hand-
over the oral complementary drug to a patient, and Communication, Information
and Education (CIE) in the nursing ward of IRNA B relation to the orderly
operation of oral complementary drug service procedure. The research used the cross
sectional method of survey which was descriptive and analytic in its nature. The
research showed that 74,81% of the patients medication instruction writing in pre-
scription did not fit the requirements in administration writing and medication in-
formation completely. 67,94% of the patients bought the prescription (76%-100%)
form the drug store in RSCM, 42,75% of patients kept the 76%-100% of their drug
in the pharmacy depot, 42,75% of patients prepared the 76%-100% of patient pre-
pared the 76%-100% of their drug in unites of doses by the pharmacy depot. 64,12%
of the patients were given their drug by nurses directly, and finished to swallow the
drug according to its use direction, and there was none of the patients who got CIE
service from a pharmacist. The operation of the oral complementary drug service in
the nursing ward of IRNA B was evaluated as less appropriate to the procedure. It
could be concluded that there is significant correlation between medication instruc-
tion writing, the orderly operation of the process of the oral complementary drug
preservation, the drug preparation, the hand-over the oral complementary drug to a
patient in the nursing ward of IRNA B with the orderly operation of oral complemen-
tary drug service procedure; and there is no correlation between the procurement of
the oral complementary drug, the orderly operation of CIE in the nursing ward of
IRNA B with the orderly operation of oral complementary drug service procedure.
Key Words : evaluate; IRNA B; complementary drug; service; procedure; nursing
ward; RSCM.
Corresponding author : E-mail : harianto@farmasi.ui.ac.id

164 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


PENDAHULUAN yang dianggap perlu oleh farmasis
yang pada akhirnya didapat pengo-
LATAR BELAKANG batan pasien yang efektif, efisien,
Sejalan dengan pesatnya pem- aman, rasional, bermutu dan ter-
bangunan rumah sakit di Indonesia jangkau.
pada akhir-akhir ini, di samping Pelayanan farmasi untuk pasien
semakin meningkatnya arus infor- rawat inap dilaksanakan di Depo
masi, mendorong berbagai peru- Farmasi Instalasi Pelayanan Medis
bahan termasuk perubahan pada dan bekerja sama dengan Apotek di
tingkat sosial, ekonomi dan pendi- RSCM.
dikan. Perubahan ini meningkatkan Pelaksanaan pelayanan farmasi
pula tuntutan masyarakat akan di ruang rawat Instalasi Rawat Inap
layanan kesehatan yang diberikan B harus selalu dipantau. Belum
oleh rumah sakit. tercapainya pelayanan farmasi satu
Rumah sakit merupakan institusi pintu serta ikut berperannya profesi
dimana seluruh lapisan masyarakat kesehatan yang langsung berhu-
bisa datang untuk memperoleh upaya bungan dengan perawatan penderita
penyembuhan. Upaya ini merupakan di rumah sakit tentunya dapat
fungsi utama rumah sakit pada menimbulkan berbagai masalah yang
umumnya. menjadi kendala dalam melaksana-
Meningkatnya tuntutan dan kan prosedur tertulis yang sudah
kebutuhan masyarakat dalam pela- dibuat dan disepakati bersama oleh
yanan kesehatan, meliputi pening- pihak rumah sakit.
katan dan penyempurnaan fungsi dan Apabila pelaksanaan pelayanan
peranan instalasi farmasi di rumah obat khususnya di ruang rawat tidak
sakit yang bertugas. Pelayanan sesuai lagi dengan tata laksana yang
Instalasi Farmasi di RSCM meliputi ditetapkan oleh rumah sakit maka
pelayanan farmasi untuk pasien perlu dicarikan penyebabnya untuk
rawat inap dan rawat jalan. kemudian diusulkan perbaikan-
Kegiatan pelayanan farmasi perbaikan yang diperlukan dalam
rawat inap merupakan salah satu upaya meningkatkan pelayanan
kegiatan pelayanan kefarmasian kefarmasian khususnya di ruang
kepada pasien dengan berorientasi rawat IRNA B mengingat IRNA B
kepada pelayanan kesehatan pasien merupakan proyek percontohan di
inap di ruang perawatan. Tujuannya RSCM.
ialah agar diperoleh pelayanan obat Agar dapat melakukan per-
yang paripurna sehingga obat dapat baikan pelayanan farmasi di IRNA B
tepat pasien, tepat dosis, tepat cara perlu dilakukan evaluasi sampai
pemakaian, tepat kombinasi, tepat sejauh mana pelaksanaan pelayanan
waktu dan tepat harga serta pasien obat pelengkap oral di ruang rawat
mendapat pelayanan penyuluhan IRNA B.

Vol. II, No.3, Desember 2005 165


TUJUAN PENELITIAN obat pelengkap oral di ruang rawat
IRNA B dengan pelaksanaan pela-
1. Tujuan umum yanan obat pelengkap oral yang se-
suai dengan prosedur.
a. Untuk memperoleh gambaran
umum tentang pelayanan obat pe- e. Untuk mengetahui hubungan
lengkap oral di ruang rawat IRNA B antara pelaksanaan proses pemberian
perjan IRS: Dr. Cipto Mangun- obat pelengkap oral kepada pasien di
kusumo. ruang rawat IRNA B dengan pelak-
sanaan pelayanan obat pelengkap
b. Untuk menilai sampai sejauh oral yang sesuai dengan prosedur.
mana pelaksanaan pelayanan obat
pelengkap oral di ruang rawat IRNA f. Untuk mengetahui hubungan
B. antara pelaksanaan KIE di ruang
rawat IRNA B dengan pelaksanaan
pelayanan obat pelengkap oral yang
2. Tujuan khusus sesuai dengan prosedur.

a. Untuk mengetahui hubungan


antara penulisan instruksi pengo- MANFAAT
batan obat pelengkap oral di ruang
rawat IRNA B dengan pelaksanaan 1. Bagi rumah sakit
pelayanan obat pelengkap oral yang Memberi masukan mengenai
sesuai dengan prosedur. kondisi pelaksanaan pelayanan
obat pelengkap oral di ruang
b. Untuk mengetahui hubungan rawat IRNA B Perjan RS Dr.
antara pelaksanaan proses pengadaan Cipto Mangunkusumo dan men-
obat pelengkap oral di ruang rawat jadi bahan pertimbangan dalam
IRNA B dengan pelaksanaan pela- perbaikan pelayanan obat pe-
yanan obat pelengkap oral yang lengkap oral di ruang rawat
sesuai dengan prosedur. dalam rangka terbentuknya
sistem pelayanan farmasi satu
c. Untuk mengetahui hubungan pintu.
antara pelaksanaan proses penyim-
panan obat pelengkap oral di ruang 2. Bagi institusi akademis
rawat IRNA B dengan pelaksanaan Sebagai informasi tambahan
pelayanan obat pelengkap oral yang mengenai pelayanan obat peleng-
sesuai dengan prosedur. kap oral di ruang rawat rumah
sakit di Indonesia untuk mem-
d. Untuk mengetahui hubungan perkaya khasanah ilmu kefar-
antara pelaksanaan proses penyiapan masian.

166 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA KONSEP

Perangkat Proses pelayanan Pelayanan


! Resep 1. Penulisan instruksi obat
! Obat pengobatan pelengkap
! Rekaman medik 2. Pengadaan obat oral
! Kardeks 3. Penyimpanan obat yang
! Tenaga pelaksana 4. Penyiapan obat sesuai
! Sarana 5. Pemberian obat dengan
! Prosedur 6. KIE prosedur

HIPOTESIS pelaksanaan pelayanan obat peleng-


kap oral yang sesuai dengan pro-
1. Ada hubungan antara penulisan sedur.
instruksi pengobatan dengan pelak-
sanaan pelayanan obat pelengkap 6. Ada hubungan antara pelaksa-
oral yang sesuai dengan prosedur. naan KIE dengan pelaksanaan
pelayanan obat pelengkap oral yang
2. Ada hubungan antara pelak- sesuai dengan prosedur.
sanaan proses pengadaan obat
dengan pelaksanaan pelayanan obat
pelengkap oral yang sesuai dengan DEFINISI OPERASIONAL
prosedur.
1. Variabel bebas
3. Ada hubungan antara pelaksana-
an proses penyimpanan obat dengan a. Penulisan instruksi pengobatan
pelaksanaan pelayanan obat peleng- Definisi operasional :
kap oral yang sesuai dengan pro- Penulisan instruksi pengobatan
sedur. adalah proses penulisan instruksi
pengobatan berupa obat pelengkap
4. Ada hubungan antara pelak- oral dalam resep, rekam medik,
sanaan proses penyiapan obat dengan kardeks meliputi administrasi dokter
pelaksanaan pelayanan obat peleng- (nama dokter, unit rawat, tanggal),
kap oral yang sesuai dengan pro- administrasi pasien (nama pasien,
sedur. umur), informasi obat (nama obat,
kadar potensi, bentuk sediaan,
5. Ada hubungan antara pelaksa- aturan pakai).
naan proses pemberian obat dengan Skala : Ordinal

Vol. II, No.3, Desember 2005 167


Kategori : 3. Kurang baik : bila 26 - 50%
1. Sangat baik : bila admini- jumlah obat di resep ditebus di
strasi dokter dan pasien, infor- apotek RSCM (nilai = 5).
masi obat tertulis lengkap pada 4. Buruk : bila 0 - 25% jumlah
resep; informasi obat tersebut obat di resep ditebus di apotek
sesuai dengan rekam medik dan RSCM (nilai = 0).
kardeks (nilai = 15).
2. Baik : bila administrasi c. Penyimpanan obat
dokter dan pasien, informasi obat Definisi operasional :
tidak tertulis lengkap pada Penyimpanan obat adalah proses
resep; informasi obat sesuai penyimpanan obat pelengkap oral
dengan rekam medik dan atau pasien yang telah ditebus di depo
kardeks (nilai = 10). farmasi.
3. Kurang baik : bila admini- Skala : Ordinal
strasi dokter dan pasien, infor- Kategori :
masi obat tertulis lengkap pada 1. Sangat baik : bila 76% - 100%
resep; informasi obat tersebut obat disimpan di depo farmasi
tidak sesuai dengan rekam (nilai = 20).
medik dan atau kardeks (nilai = 2. Baik : bila 51 % - 75% obat
5). disimpan di depo farmasi (nilai
4. Buruk : bila administrasi = 10).
dokter dan pasien, informasi obat 3. Kurang baik : bila 26% - 50%
tidak tertulis lengkap pada obat disimpan di depo farmasi
resep; informasi obat tidak (nilai = 5).
sesuai dengan rekam medik dan 4. Buruk : bila 0% - 25% obat
atau kardeks (nilai = 0). disimpan di depo farmasi (nilai
= 0).
b. Pengadaan obat
Definisi operasional : d. Penyiapan obat
Pengadaan obat adalah hasil Definisi operasional :
penebusan resep obat pelengkap oral Penyiapan obat adalah proses
untuk pasien oleh keluarga pasien di penyiapan obat pelengkap oral yang
apotek RSCM. telah ditebus untuk diminum pasien
Skala : Ordinal oleh depo farmasi secara unit dosis.
Kategori : Skala : Ordinal
1. Sangat baik : bila 76% - 100% Kategori :
jumlah obat di resep ditebus di 1. Sangat baik : bila 76% - 100%
apotek RSCM (nilai = 15). obat disiapkan oleh depo farmasi
2. Baik : bila 51% - 75% jumlah (nilai = 20).
obat di resep ditebus di apotek 2. Baik : bila 51% - 75% obat
RSCM (nilai = 10). disiapkan oleh depo farmasi

168 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


(nilai = 10). konseling tentang obat yang diguna-
3. Kurang baik : bila 26% - 50% kan oleh pasien selama dirawat
obat disiapkan oleh depo farmasi sehingga keluarga pasien mengetahui
(nilai = 5). nama obat, aturan pakai, khasiat, efek
4. Buruk : bila 0% - 25% obat samping obat pelengkap oral.
disiapkan oleh depo farmasi Skala : Ordinal
(nilai = 0). Kategori :
1. Sangat baik : bila keluarga
e. Pemberian obat pasien mendapatkan pelayanan
Definisi operasional : KIE sehingga mengetahui/
Pemberian obat adalah proses paham sebanyak 76% - 100%
pemberian obat pelengkap oral yang mengenai obat yang diberikan
telah ditebus untuk diminum oleh (nilai = 15).
pasien oleh perawat. 2. Baik : bila keluarga pasien
Skala : Ordinal mendapatkan pelayanan KIE
Kategori : sehingga mengetahui/paham
1. Sangat baik : bila obat di- sebanyak 51% - 75% mengenai
berikan oleh perawat, langsung obat yang diberikan (nilai = 10).
dan habis diminum oleh pasien 3. Kurang baik : bila keluarga
(nilai = 15). pasien mendapatkan pelayanan
2. Baik : bila obat diberikan KIE sehingga mengetahui/
oleh perawat tetapi tidak lang- paham sekitar 26% - 50% menge-
sung dan atau habis diminum nai obat yang diberikan (nilai =
oleh pasien (nilai =10). 5).
3. Kurang baik : bila obat di- 4. Buruk : bila keluarga pasien
berikan tidak oleh perawat, mendapatkan pelayanan KIE
selalu diminum tepat waktu dan sehingga mengetahui/paham
dihabiskan sesuai anjuran dok- sekitar 0% - 25% mengenai obat
ter/perawat/etiket (nilai = 5). yang diberikan (nilai = 0).
4. Buruk : bila obat diberikan
tidak oleh perawat, diminum 2. Variabel terikat
tidak tepat waktu dan atau tidak Pelayanan obat pelengkap oral
dihabiskan sesuai dengan an- yang sesuai dengan prosedur
juran dokter/perawat/yang Definisi operasional :
tertera di etiket (nilai= 0). Pelayanan obat pelengkap oral
yang sesuai dengan prosedur adalah
f. Komunikasi, informasi dan kesesuaian pelaksanaan proses
edukasi pelayanan farmasi yang meliputi
Definisi operasional : penulisan instruksi pengobatan,
KIE adalah proses pelayanan pengadaan obat, penyimpanan obat,
farmasi klinik dari apoteker meliputi penyiapan obat, pemberian obat, KIE

Vol. II, No.3, Desember 2005 169


di ruang rawat inap dengan pro- LOKASI PENELITIAN
sedurnya. Penelitian ini dilakukan di
Skala : Ordinal Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
Kategori : Dr. Cipto Mangunkusumo, khusus-
1. Sangat sesuai : bila jumlah nya di depo farmasi IRNA B unit/
total hasil penilaian keenam instalasi/ruangan yang terkait
variabel bebas rata-rata berkisar dengan pelayanan farmasi di ruang
antara 81 - 100. rawat IRNA B kelas II dan III lantai
2. Sesuai : bila jumlah total hasil V dan VI, kanan dan kiri.
penilaian keenam variabel bebas Penelitian ini akan dilakukan
rata-rata berkisar antara 61 - 80. dengan dua cara, yaitu mengum-
3. Kurang sesuai : bila jumlah pulkan data primer dan data se-
total hasil penilaian keenam kunder.
variabel bebas rata-rata berkisar
antara 41 - 60.
4. Tidak sesuai : bila jumlah HASIL dan PEMBAHASAN
total hasil penilaian keenam
DEPKRIPSI PELAYANAN
variabel bebas rata-rata berkisar
0 - 40. 1. Penulisan instruksi pengobatan
berupa obat pelengkap oral, untuk
sebanyak 74,81 % pasien termasuk
JENIS PENELITIAN dalam kategori buruk, untuk
sebanyak 0,76% pasien termasuk
Metode yang digunakan dalam
kurang baik, sebanyak 22,14% pasien
penelitian ini adalah metode survai
termasuk dalam kategori baik dan
secara cross sectional yang bersifat
untuk sebanyak 2,29% pasien
deskriptif dan analitik melalui
termasuk sangat baik.
penelusuran proses pelayanan obat
pelengkap oral yang telah dilaksa- 2. Pengadaan obat pelengkap oral,
nakan di ruang rawat IRNA B. untuk sebanyak 67,94% pasien
termasuk dalam kategori sangat baik,
sebanyak 17,56% pasien termasuk
POPULASI DAN SAMPEL dalam kategori baik, sebanyak 6,87%
Pengambilan sampel dilakukan pasien termasuk dalam kategori
pada bulan Maret - Mei 2003 dengan kurang baik dan untuk sebanyak
metode purposive sampling dimana 7,63% pasien termasuk dalam
sampel yang dipilih yang memenuhi kategori buruk.
kriteria penelitian. Sedangkan 3. Penyimpanan obat pelengkap
populasi adalah semua pasien yang oral, untuk sebanyak 42,75% pasien
dirawat di ruang rawat IRNA B termasuk dalam kategori sangat baik,
RSCM. sebanyak 11,45% pasien termasuk

170 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


dalam kategori baik, 6,11% pasien pada 78,92% dan administrasi pasien
termasuk dalam kategori kurang baik pada 96,00%.
dan untuk 39,69% pasien termasuk 2. Kesesuaian informasi obat pada
dalam kategori buruk. resep; nama obat pada resep sesuai
4. Penyiapan obat pelengkap oral, dengan order dokter pada rekam
untuk sebanyak 42,75% pasien medik sebanyak 67,54% (439 resep)
termasuk dalam kategori sangat baik, sedangkan yang sesuai dengan order
sebanyak 11,45% pasien termasuk dokter pada kardeks sebanyak 80,92
dalam kategori baik, 6,11 % pasien % (526 resep).
termasuk dalam kategori kurang baik 3. Nama obat berdasarkan penu-
dan untuk 39,69% pasien termasuk lisan nama generic pada resep; se-
dalam kategori buruk. banyak 65,14% tertulis nama generik
5. Pemberian obat pelengkap oral, pada resep, sebanyak 34,88% tertulis
untuk sebanyak 64,12% pasien nama paten pada resep.
termasuk dalam kategori sangat baik, 4. Penebusan resep ; sebagian besar
3,05% pasien termasuk baik, 26,72% resep ditebus di apotek RSCM
pasien kurang baik dan untuk 6,11% (83,54%), sebanyak 9,38% resep yang
pasien termasuk kategori buruk. tidak ditebus di apotek RSCM dan
sebanyak 7,08% resep yang tidak
6. Komunikasi, Informasi dan ditebus.
Edukasi, untuk seluruh pasien
termasuk dalam kategori buruk. 5. Seluruh rekam medik dan
kardeks tidak dicantumkan secara
7. Berdasarkan jumlah total hasil lengkap informasi obat pelengkap
penilaian keenam variabel bebas oral yang digunakan pasien.
untuk sebanyak 1,53% pasien 6. Sebanyak 45,56% (61 pasien)
termasuk dalam kategori sangat memiliki rekam medik yang infor-
sesuai, 32,82% pasien termasuk masi obatnya sesuai dengan kardeks.
kategori sesuai, 17,56% kurang sesuai,
48,09% termasuk dalam kategori 7. Sampel pasien yang dirawat di
tidak sesuai. ruang rawat kelas II sebanyak 49,62%
(65 pasien) sedangkan pasien yang
dirawat pada ruang rawat rawat
DATA PELENGKAP kelas III sebanyak 50,3% (66 pasien).

1. Kelengkapan informasi obat 8. Sebanyak 61.07% (80 keluarga


pada resep; tercantumkan nama obat pasien) telah mendapatkan informasi
dan aturan pakai pada semua resep mengenai prosedur obat pelengkap
(650 resep), bentuk sediaan pada oral dari pihak rumah sakit
37,85 % resep, kadar / potensi pada 9. Sebanyak 61,07% (80 keluarga
24,15% resep, adminitrasi dokter pasien) telah mendapatkan informasi

Vol. II, No.3, Desember 2005 171


mengenai obat pelengkap oral yang hasil evaluasi terhadap pelayanan
digunakan pasien dari dokter obat pelengkap oral yang sesuai
perawat. dengan prosedur di ruang rawat
yaitu sebesar 6045 dengan rata-rata
1O. Sebagian besar keluarga pasien
hitung 46,15.
(94,66%) menganggap perlunya
Dengan demikian hasil evaluasi
diberikan KIE berupa konseling
terhadap pelayanan obat pelengkap
tentang obat pelengkap oral yang
oral di ruang rawat IRNA B termasuk
digunakan pasien.
dalam kategori kurang sesuai dengan
11. Pengetahuan keluarga pasien prosedur.
terbanyak (67,94%) ialah mengenai
aturan pakai obat pelengkap oral
HUBUNGAN ANTARA
yang digunakan pasien.
VARIABEL BEBAS DAN
12. Kepuasan pasien atas pelayanan VARIABEL TERIKAT
obat pelengkap oral; sebanyak
41,99% (55 pasien) merasa sangat 1. Hubungan antara penulisan
puas, 48,09% (63 pasien) merasa instruksi pengobatan dengan pela-
kurang puas, 5,34% (7 pasien) merasa yanan obat pelengkap oral yang
tidak puas dan 4,58% (6 pasien) tidak sesuai dengan prosedur. Diperoleh
menjawab. nilai Chi square hitung > Chi square
tabel (91.40 > 16,92) maka Ha
13. Tenaga pelaksana yang berhu- diterima artinya ada hubungan yang
bungan dengan pelayanan obat bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa
pelengkap oral di ruang rawat IRNA semakin lengkap dan sesuainya
B ialah 57 orang dokter, 171 orang instruksi pengobatan yang dibuat
tenaga perawat dan 7 orang tenaga dokter mengakibatkan pelayanan
farmasi (1 orang apoteker, 5 orang obat pelengkap oral di ruang rawat
asisten apoteker dan 1 orang pe- semakin sesuai dengan prosedur.
karya).
2. Hubungan antara pengadaan
14. Sarana dan prasarana depo obat dengan pelayanan obat pe-
farmasi IRNA B masih sangat se- lengkap oral yang sesuai dengan
derhana dan kurang mendukung prosedur. Diperoleh nilai Chi square
terhadap efektifitas dan kelancaran hitung < Chi square tabel (10,90 <
pelayanan khususnya penyiapan obat 16,92) maka Ha ditolak artinya tidak
secara unit dosis di ruang perawatan. ada hubungan yang bermakna. Hal ini
mungkin disebabkan karena : penga-
daan obat dilaksanakan oleh kelu-
PENILAIAN
arga pasien yang bukanlah tenaga
Dari penelitian terhadap 131 pelaksana rumah sakit, kekurang-
pasien diperoleh jumlah total nilai tahuan keluarga pasien akan pro-

172 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


sedur yang ada karena kurangnya kapnya obat yang diberikan oleh
informasi dari pihak rumah sakit, perawat kepada pasien dan diminum
ketergantungan pelaksanaan proses sesuai dengan pakainya mengaki-
ini dengan dana yang dimiliki pasien batkan pelayanan obat pelengkap
dan obat yang disediakan oleh apotek oral semakin sesuai dengan pro-
RSCM yang tanpa pengendalian dari sedur.
instalasi rumah sakit. 6. Hubungan antara KIE dengan
3. Hubungan antara penyimpanan pelayanan obat pelengkap oral yang
obat dengan pelayanan obat peleng- sesuai dengan prosedur. Diperoleh
kap oral yang sesuai dengan pro- nilai Chi Square hitung < Chi square
sedur. Diperoleh nilai Chi square tabel maka Ha ditolak, artinya tidak
hitung > Chi square tabel (139,05 > ada hubungan yang bermakna. Hal ini
16,92) maka Ha diterima, artinya ada menunjukkan kualifikasi pelaksanaan
hubungan yang bermakna. Hal ini KIE oleh apoteker tidak mempe-
menunjukkan bahwa semakin leng- ngaruhi kesesuaian pelayanan obat
kapnya obat yang disimpan pasien di pelengkap oral yang diselenggarakan
depo farmasi mengakibatkan pela- di ruang rawat dengan prosedur
yanan obat pelengkap oral di ruang yang ada. Konseling belum dapat di-
rawat semakin sesuai dengan pro- jalankan oleh apoteker karena
sedur. kurangnya tenaga apoteker yang
4. Hubungan antara penyiapan obat disediakan pihak rumah sakit dalam
dengan pelayanan obat pelengkap melaksanakan pelayanan farmasi
oral yang sesuai dengan prosedur. klinik di ruang rawat IRNA B.
Diperoleh Chi Square hitung > Chi
square tabel (139,05 > 16,92) maka Ha
diterima, artinya ada hubungan yang KESIMPULAN dan SARAN
bemakna. Hal ini menunjukkan bahwa KESIMPULAN
semakin lengkapnya obat pasien yang
disiapkan oleh depo farmasi 1. Pelaksanaan pelayanan obat
mengakibatkan pelayanan obat pelengkap oral di ruang rawat IRNA
pelengkap oral di ruang rawat B dinilai kurang sesuai dengan
semakin sesuai dengan prosedur. prosedur.
5. Hubungan antara pemberian 2. Ada hubungan antara kondisi
obat dengan pelayanan obat peleng- penulisan instruksi pengobatan obat
kap oral yang sesuai dengan pro- pelengkap oral di ruang rawat IRNA
sedur. Diperoleh nilai Chi square B dengan pelaksanaan pelayanan
hitung > Chi square tabel (42,75 > obat pelengkap oral yang sesuai
16,92) maka Ha diterima, artinya ada dengan prosedur.
hubungan yang bermakna. Hal ini 3. Tidak ada hubungan antara
menunjukkan bahwa semakin leng- pelaksanaan proses pengadaan obat

Vol. II, No.3, Desember 2005 173


pelengkap oral di ruang rawat IRNA 3. Perlunya penambahan personel
B dengan pelaksanaan pelayanan yang ada khususnya tenaga apoteker
obat pelengkap oral yang sesuai untuk menambah jam buka depo
dengan prosedur. farmasi dan menjalankan farmasi
klinik secara bertahap.
4. Ada hubungan antara pelak-
sanaan proses penyimpanan obat 4. Perlunya pengembangan sarana
pelengkap oral di ruang rawat IRNA dan prasarana depo farmasi secara
B dengan pelaksanaan pelayanan memadai dan sesuai kebutuhan.
obat pelengkap oral yang sesuai
dengan prosedur. 5. Perlunya peninjauan kembali
prosedur dan sistem distribusi yang
5. Ada hubungan antara pelak- disesuaikan dengan sarana dan
sanaan proses penyiapan obat prasarana. Meningkatkan sosialisasi
pelengkap oral di ruang rawat IRNA prosedur kepada semua pihak atau
B dengan pelaksanaan pelayanan petugas yang berkepentingan dan
obat pelengkap oral yang sesuai membuat prosedur tertulis di ruang
dengan prosedur. rawat.
6. Ada hubungan antara pelak- 6. Perlunya dilakukan pember-
sanaan proses pemberian obat dayaan Panitia Farmasi dan Terapi
pelengkap oral di ruang rawat IRNA dan segera menyusun formularium,
B dengan pelaksanaan pelayanan kebijakan penulisan resep dengan
obat pelengkap oral yang sesuai jenis obat generik.
dengan prosedur.
7. Tidak ada hubungan antara DAFTAR PUSTAKA
pelaksanaan KIE di ruang rawat
IRNA B dengan pelaksanaan pela- American Society of Hospital Phar-
yanan obat pelengkap oral yang macist. 1980. Model Quality Assur-
sesuai dengan prosedur. ance Program for Hospital Pharma-
cists. Montgomery Avenue
Washington, DC. hal 8-9.
SARAN Anief, M. 1998. Manajemen Farmasi,
Gadjah Mada University Press,
1. Depo farmasi IRNA B harus
Yogyakarta.
menjadi penanggung jawab tunggal
Ansell, HC. 1989. Pengantar Bentuk
dalam mengelola keseluruhan obat
dan Sediaan Farmasi, Ed.4. Pener-
di ruang rawat IRNA B.
jemah: Farida Ibrahim Universi-
2. Perlunya dibuatkan resep dalam tas Indonesia Press, Jakarta.
rangkap 3 di IRNA B untuk mem- Hal. 1.
permudah dalam melakukan evaluasi Anonim, BPD ISFI. 1994. Pedoman
pola penggunaan obat penderita. Tata Laksana penyelenggaraan

174 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Jakarta.
Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Anonim, Departemen Kesehatan RI.
Sakit Dr. Sutomo, Surabaya. Hal. 1998. Surat Keputusan Menteri
1, 20-25. Kesehatan Republik Indonesia No.
Anonim, Departemen Kesehatan RI. 164/B/MENKES/PER/II/98.
1978. Surat Keputusan Menteri Departemen Kesehatan Republik
Kesehatan Republik Indonesia No. Indonesia, Jakarta.
134/MENKES/SK/IV/78. Anonim, Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik 2002. Informatorium Obat Nasional
Indonesia, Jakarta. Indonesia. Direktorat Jenderal
Anonim, Departemen Kesehatan RI. Pengawasan Obat dan Makanan.
1989. Surat Keputusan Menteri Departemen Kesehatan Republik
Kesehatan Republik Indonesia No. Indonesia, Jakarta.
085/MENKES/PER/I/89. Brown, TR. 1992. Handbook of Institu-
Departemen Kesehatan Republik tional Pharmacy Practices. Ameri-
Indonesia, Jakarta. can Society of Hospital Pharma-
Anonim, Departemen Kesehatan RI. cist. Bethesda. Hal 19-58.
1990. Pedoman Pengelolaan Gennaro, AR. 1990. Remington Phar-
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. maceutical Science, Marck Publ.
Direktorat Jenderal Pelayanan Co. Pensylvania, Hal. 1715-1756.
Medik. Dit. RS. Khusus dan Hasan, EW. 1986. Hospital Pharmacy.
Swasta, Jakarta. 5th ed. Lea & Febiger. Philadel-
Anonim, Departemen Kesehatan RI. phia.
1991. Standar Pelayanan Rumah Hilman, I. 1989. Peran Farmasi Rumah
Sakit. Direktorat Rumah Sakit Sakit dalam Menunjang Program
Umum dan Pendidikan. Depar- Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan
temen Kesehatan Republik Indo- Pemerintah, Departemen Kese-
nesia, Jakarta. hatan Republik Indonesia, Ja-
Anonim, Departemen Kesehatan RI. karta.
1994. Peraturan Menteri Kesehatan Masjhur JS. 2001. Instalasi Farmasi
Republik Indonesia No. 553/B/ Rumah Sakit Sebagai Pengelola
MENKES/SK/IV/94. Departemen Tunggal Perbekalan Kesehatan di
Kesehatan Republik Indonesia, Rumah Sakit. Makalah dalam Fo-
Jakarta. rum Temu Ilmiah Farmasi Rumah
Anonim, Departemen Kesehatan RI. Sakit, Bandung.
1994. Surat Keputusan Menteri Peraturan Pemerintah Republik Indo-
Kesehatan Republik Indonesia No. nesia No.32 tahun 1996.
539/MENKES/SK/VI/94 tentang RSCM, 1989. Organisasi dan Tata
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Laksana Farmasi RSUPN Dr. Cipto
Rumah Sakit Umum. Departemen Mangunkusumo, Jakarta. hal. 1-9,
Kesehatan Republik Indonesia, 174-196.

Vol. II, No.3, Desember 2005 175


Sarjaini, J. 1986. Beberapa Faktor yang Surat Keputusan Dir. RSUPN Dr.
Menyebabkan Sisa Obat di Rumah Cipto Mangunkusumo No.2269/
Sakit. Majalah Kesehatan Masya- Tu.K/34/VIII/1998.
rakat. Departemen Kesehatan WHO. 1989. Guidelines/Manual for
No.35 Jakarta Hal 12. Good Hospital Pharmacy Practices
Silalahi, B. 1989. Prinsip Manajemen and Management. The Asean Tech-
Rumah Sakit. Lembaga Pengem- nical Cooperation Pharmaceuti-
bangan Manajemen Indonesia, cal Under The Specific Activity.
Jakarta. Development of Hospital Phar-
Snook, D. 1992. Hospital, What they are macy Practises & Management.
& How they work, 2nd ed. An As- Thailand, Bangkok. Hal. 49-71.
pen Publication, Maryland.

176 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

You might also like