You are on page 1of 51

PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT DAN TIPE KEPRIBADIAN

TERHADAP SKEPTISME PROFESIONAL DAN KEMAMPUAN AUDITOR


DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

HAFIFAH NASUTION
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

FITRIANY
Universitas Indonesia

ABSTRACT
This study was aimed to examine the effect of workload, audit experience and types of
personality to professional skepticism and fraud detection ability of external auditors. The
Hurtt, Eining, and Plumlee Model (HEP Model) is used to classify auditors as either high or
low skeptics. Myers Briggs Type Indicator (MBTI) is used to classify auditors as ST
(Sensing-Thinking) and NT (Intuitive-Thinking) personality or others. Respondent of this
study was obtained from 87 auditors who work in Accounting Public Office in Jakarta. Data
analysis for hypothesis test was done with Partial Least Square (PLS). This research indicates
that auditors with higher workload are less skeptical and will not increase his/her detection
ability when confronted with fraud symptoms. Auditors with more experience are more
skeptical and will increase his/her detection ability when confronted with fraud symptoms.
Auditors with higher skepticism will increase his/her detection ability when confronted with
fraud symptoms. This research also indicates that auditors with ST (Sensing-Thinking) and
NT (Intuitive-Thinking) types of personality are more skeptical than other types but have no
difference increasing detection ability when confronted with fraud symptoms with other
types.
Keywords: workload, audit experience, types of personality, professional skepticism, and
fraud detection ability

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan kantor-kantor akuntan

publik ternama di dunia yang terjadi di beberapa negara termasuk di Indonesia telah membuat

kepercayaan masyarakat khususnya para pemakai laporan auditor independen mulai

menurun. Kasus manipulasi pembukuan yang terjadi pada Enron Corp. merupakan salah satu

kasus yang melibatkan kantor akuntan publiknya. Laporan keuangan Enron dinyatakan wajar

tanpa pengecualian oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson. Namun, publik kemudian

dikejutkan oleh kabar kepailitan Enron Corp pada tanggal 2 Desember 2001. Salah satu

1
penyebab kepailitan tersebut adalah pihak Arthur Anderson yang memberikan dua jasa

sekaligus, baik sebagai auditor maupun konsultan bisnis perusahaan.

Kasus-kasus manipulasi keuangan yang melibatkan auditor eksternal juga telah terjadi

di Indonesia, diantaranya adalah kasus mark up yang dilakukan PT. Kimia Farma dan kasus

laporan keuangan ganda yang dimiliki oleh Bank Lippo. Kesalahan auditor dalam kedua

kasus ini diduga adalah karena auditor terlambat menyadari dan melaporkan ketidakberesan

yang telah dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Kasus lain yang juga telah terjadi di

Indonesia adalah kasus pada PT. Telkom, dimana laporan keuangan PT. Telkom yang telah

diaudit oleh KAP Eddy Pianto dan Rekan tidak diakui oleh SEC dan pihak PT. Telkom

diminta kembali untuk melakukan audit atas laporan keuangannya.

Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi membuat profesi akuntan menjadi sorotan

masyarakat dan para pembuat kebijakan. Masyarakat mulai mempertanyakan mengapa

auditor terlibat pada kasus-kasus manipulasi tersebut. Sebagai pihak ketiga yang independen,

seharusnya auditor bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas kehandalan dari

laporan keuangan yang diaudit.

Penelitian Beasley et al., (2001) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and

Auditing Releases) yang telah dikutip oleh Noviyanti (2008) menyatakan bahwa salah satu

penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat

skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor. Pernyataan ini didukung oleh Carpenter,

Durtschi dan Gaynor (2002) yang mengungkapkan bahwa jika auditor lebih skeptis, mereka

akan mampu lebih menaksir keberadaan kecurangan pada tahap perencanaan audit, yang

akhirnya akan mengarahkan auditor untuk meningkatkan pendeteksian kecurangan pada

tahap-tahap audit berikutnya. Gusti dan Ali (2008) dalam penelitiannya menambahkan bahwa

dengan sikap skeptisme profesional auditor ini, auditor seharusnya dapat melaksanakan

2
tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan, serta menjunjung tinggi kaidah dan norma agar

kualitas audit tetap terjaga.

Di pihak lain, skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi

kecurangan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman audit yang telah dimiliki auditor. Tirta

dan Sholihin (2004) menyatakan bahwa pengalaman yang dimiliki auditor akan membantu

auditor dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai kekeliruan dan kecurangan. Auditor

yang berpengalaman adalah auditor yang mampu mendeteksi, memahami dan bahkan

mencari penyebab dari munculnya kecurangan-kecurangan tersebut, sehingga kualitas audit

yang dihasilkan akan lebih baik daripada auditor yang tidak berpengalaman (Bawono dan

Singgih, 2011).

Lopez dan Peters (2011) menyatakan bahwa ketika berada pada busy season yaitu

pada periode kuartal pertama awal tahun, auditor diminta untuk menyelesaikan beberapa

kasus pemeriksaan yang mengakibatkan auditor kelelahan dan menurunnya kemampuan

auditor dalam mendeteksi kecurangan. Tekanan beban kerja yang sangat berat bagi auditor

dapat menimbulkan dampak negatif bagi proses audit, antara lain auditor akan cenderung

untuk mengurangi beberapa prosedur audit dan auditor akan dengan mudah menerima

penjelasan yang diberikan oleh klien (DeZoort and Lord, 1997 dalam Lopez dan Peters,

2011). Fitriany (2011) menyatakan bahwa beban kerja auditor berhubungan negatif dengan

kualitas audit, semakin banyak beban kerja auditor maka semakin rendah kualitas audit yang

dihasilkan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, beban kerja diduga menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

Noviyanti (2008) menyatakan bahwa tipe kepribadian seseorang menjadi salah satu

faktor yang menentukan sikap yang dimiliki oleh individu tersebut, termasuk sikap skeptisme

yang terdapat pada diri individu tersebut. Auditor yang memiliki sikap skeptis yang tinggi

3
biasanya memiliki ciri-ciri kepribadian yang selalu berpikiran logis dan membuat keputusan

berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu,

yaitu penelitian Fullerton dan Durstchi (2010) yang menguji pengaruh skeptisme profesional

terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan,

penelitian Suraida (2005) dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) yang menguji pengaruh

pengalaman audit terhadap skeptisme professional, dan Noviyanti (2008) yang menguji

pengaruh tipe kepribadian terhadap skeptisme profesional.

Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel beban kerja, pengalaman audit,

dan tipe kepribadian untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan. Selain itu, peneliti juga

menambahkan variabel beban kerja untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

skeptisme profesional. Penambahan variabel ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, yaitu

Lopez dan Peters (2011) dan Fitriany (2011) yang menguji pengaruh beban kerja terhadap

kualitas audit, Knap dan Knap (2001) dan Tirta dan Solihin (2004) yang menguji pengaruh

pengalaman terhadap kinerja auditor dalam menaksir risiko kecurangan, dan Jaffar dkk.,

(2011) yang menguji pengaruh tipe kepribadian terhadap kemampuan mendeteksi

kecurangan. Penelitian ini juga mengontrol variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh

terhadap skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan yaitu gender, ukuran

KAP dan posisi auditor.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Apakah beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh terhadap

skeptisme profesional?

4
2. Apakah skeptisme profesional, beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi

kecurangan?

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Bagi Kantor

Akuntan Publik, penelitian ini diharapkan dapat membantu Kantor Akuntan Publik untuk

menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan skeptisme profesional

dan kemampuan mendeteksi kecurangan para auditornya. Bagi Auditor, penelitian ini dapat

memberikan masukan mengenai hubungan antara skeptisme profesional dan kemampuan

mendeteksi kecurangan. Bagi Akademisi dan Peneliti, penelitian ini dapat menambah

wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh beban kerja, pengalaman audit dan tipe

kepribadian terhadap skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi

kecurangan. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian

selanjutnya. Bagi Regulator, penelitian ini dapat memberikan masukan dalam membuat

kebijakan untuk meningkatkan skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi

kecurangan para auditor.

2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kecurangan (Fraud)

Istilah fraud (Inggris) atau fraude (Belanda) sering diterjemahkan sebagai kecurangan

(Tuanakotta, 2007). Sudarmo dkk., (2008) mengartikan kecurangan (fraud) secara sederhana

dengan ketidak-jujuran. Definisi kecurangan (fraud) berdasarkan Black‟s Law Dictionary

yang terdapat dalam Karyana (2011) adalah:

“Fraud is (1) A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to


induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when the
conduct is willful) it may be a crime, (2) A misrepresentation made recklessly without belief
in its truth to induce another person to act, (3) A tort arising from knowing
misrepresentation, concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to
induce another to act to his or her detriment.”

5
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga elemen

fundamental dalam kecurangan (fraud), yaitu: (1) kecurangan dilakukan oleh seseorang

dengan sengaja, (2) kecurangan adalah berbentuk penyembunyian fakta atau penipuan atau

pemaksaan, dan (3) kecurangan bertujuan untuk memperoleh keuntungan pihak-pihak

tertentu.

Statements on Auditing Standards No. 99 AU section 316 menyebutkan bahwa

terdapat tiga kondisi yang secara umum menyebabkan kecurangan (fraud) terjadi, yaitu: (1)

adanya dorongan atau tekanan (incentive or pressure) yang menjadi motivasi bagi pelaku

kecurangan (fraud) untuk melakukan kecurangan (fraud), (2) adanya peluang atau

kesempatan (opportunity) yang mendukung pelaku untuk melakukan kecurangan (fraud), dan

(3) adanya rasionalisasi (razionalization), yaitu pembenaran terhadap perilaku untuk berbuat

kecurangan oleh pihak-pihak yang melakukan tindakan kecurangan tersebut.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengkategorikan kecurangan

(fraud) menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Korupsi (Corruption)

Black‟s Law Dictionary dalam Wells (2007) mendefinisikan “corrupt” sebagai

spoiled; tainted; depraved; debased; morally degenerate. Skema korupsi (corruption

schemes) dapat dipecah menjadi empat klasifikasi: (1) pertentangan kepentingan

(conflict of interest), (2) suap (bribery), (3) pemberian ilegal (illegal gratuity), dan (4)

pemerasan ekonomi (economic extortion).

b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset (asset misappropriation) terbagi menjadi dua kategori, yaitu: (1)

penyalahgunaan kas (cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk

skimming, larceny atau fraudulent disbursements, dan (2) penyalahgunaan non-kas

6
(non-cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk penyalahgunaan

(misuse) atau pencurian (larceny) terhadap persediaan dan aset-aset lainnya.

c. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)

Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement schemes) dapat dapat

dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan (1) mencatat pendapatan-pendapatan

fiktif (fictitious revenues), (2) mencatatan pendapatan (revenue) dan/atau beban

(expenses) dalam periode yang tidak tepat, (3) menyembunyikan kewajiban dan beban

(concealed liabilities and expenses) yang bertujuan untuk mengecilkan jumlah

kewajiban dan beban agar perusahaan tampak lebih menguntungkan, (4)

menghilangan informasi atau mencantumkan informasi yang salah secara sengaja dari

catatan atas laporan keuangan (improper disclosures), atau (5) menilai aset dengan

tidak tepat (improper asset valuation).

2.2 Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah kualitas dari seorang

auditor dalam menjelaskan kekurangwajaran laporang keuangan yang disajikan perusahaan

dengan mengidentifikasi dan membuktikan kecurangan (fraud) tersebut (Sucipto,2007). Mui

(2010) menyatakan bahwa tugas pendeteksian kecurangan merupakan tugas yang tidak

terstuktur yang menghendaki auditor untuk menghasilkan metode-metode alternatif dan

mencari informasi-informasi tambahan dari berbagai sumber. Dalam melakukan pendeteksian

kecurangan auditor diharuskan memiliki beberapa kemampuan/keterampilan yang dapat

mendukungnya dalam melakukan tugas pendeteksian, seperti (1) keterampilan teknis

(technical skills) yang meliputi kompetensi audit, teknologi informasi dan keahlian

investigasi, (2) keahlian/kemampuan untuk dapat bekerja dalam sebuah tim, auditor harus

dapat menerima ide-ide, pengetahuan dan keahlian orang lain dengan komunikasi dan

berpandangan terbuka, dan (3) kemampuan menasehati (mentoring skill), kemampuan ini

7
harus dapat dimiliki oleh auditor senior dimana seorang senior harus dapat menuntun para

juniornya selama proses investigasi.

2.3 Skeptisme Profesional

Oxford Advance Learner's Dictionary mendefinisikan sceptic sebagai person who

usually doubts that a statement, claim, etc is true. Dalam literatur filsafat, Kurtz (1992) yang

dikutip oleh Quadackers (2009) meringkaskan:

“…skeptikos means „to consider, examine‟; skepsis means „inquiry‟ and „doubt‟…Skeptics
always bid those overwhelmed by Absolute Truth or Special Virtue to pause. They ask, “What
do you mean?” - seeking clarification and definition – and “Why do you believe what you
do?” – demanding reasons, evidence, justification, or proof… They say, “Show
me”…Skepticks wish to examine all sides of a question; and for every argument in favor of a
thesis, they can usually find one or more arguments opposed to it.”

Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 230 PSA No. 04 mendefinisikan

skeptisme profesional sebagai sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor tidak boleh menganggap bahwa

manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak boleh menganggap bahwa kejujuran

manajemen tidak dipertanyakan lagi. Auditor juga tidak boleh merasa puas dengan bukti-

bukti yang kurang persuasif karena keyakinannya atas kejujuran manajemen.

International Standards on Auditing menjelaskan bahwa skeptisme profesional

auditor adalah penting untuk penilaian yang kritis (critical assessment) terhadap bukti-bukti

audit, yaitu auditor harus memiliki pikiran yang selalu mempertanyakan kehandalan

dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak manajemen dan juga mempertimbangkan

kecukupan dan kesesuaian bukti yang diperoleh.

2.4 Beban Kerja

Beban kerja (workload) adalah jumlah pekerjaan yang harus dilakukan oleh

seseorang. Fitriany (2011) menyebutkan bahwa beban kerja auditor dapat dilihat dari

banyaknya jumlah klien yang harus ditangani oleh seorang auditor atau terbatasnya waktu

auditor untuk melakukan proses audit. Beban kerja seorang auditor biasanya berhubungan

8
dengan busy season yang biasanya terjadi pada kuartal pertama awal tahun. Penyebab

terjadinya busy season dari auditor adalah karena banyaknya perusahaan yang memiliki tahun

fiskal yang berakhir pada bulan Desember. Kelebihan pekerjaan pada saat busy season akan

mengakibatkan kelelahan dan ketatnya time budget bagi auditor sehingga akan menghasilkan

kualitas audit yang rendah (Lopez dan Peters, 2011).

2.5 Pengalaman Audit

Definisi pengalaman berdasarkan Webster‟s Ninth New Collegiate Dictionary dalam

Sucipto (2007) adalah pengetahuan atau keahlian yang diperoleh dari suatu peristiwa melalui

pengamatan langsung ataupun berpartisipasi dalam peristiwa tersebut. Christiawan (2002)

menjelaskan bahwa semakin banyak dan kompleks tugas-tugas yang dilakukan seorang

individu akan menyebabkan pengalaman individu tersebut semakin meningkat karena hal ini

akan menambah dan memperluas wawasan yang dimiliki. Bawono dan Singgih (2011)

menambahkan bahwa pekerjaan yang secara berulang-ulang dilakukan juga menjadi faktor

yang dapat meningkatkan pengalaman dan membuatnya menjadi lebih cepat dan lebih baik

dalam menyelesaikan tugas-tugas, serta individu tersebut lebih mengetahui hambatan-

hambatan yang mungkin dialaminya.

Pengalaman menjadi indikator penting bagi kualifikasi profesional seorang auditor

(AU Seksi 110 paragraf 04). Pengalaman audit adalah pengalaman yang diperoleh auditor

selama melakukan proses audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun

banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005). Auditor yang telah memiliki

banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan

(error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan

tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap

temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman

(Libby dan Frederick, 1990).

9
2.6 Kepribadian

Dalam berbagai literatur psikologi, definisi klasik G.W. Allport mengenai arti

kepribadian (personality) adalah yang paling sering digunakan. Allport menjelaskan bahwa:

“Personality is a dynamic organisation, inside the person, of psychophysical systems that


create the person‟s characteristic patterns of behaviour, thoughts and feelings.”

Kepribadian seseorang dibentuk oleh dua faktor utama, yaitu (1) faktor keturunan atau

faktor genetis adalah merupakan faktor dasar dari pembentuk kepribadian seseorang, dan (2)

faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang

berdasarkan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan.

Dalam penelitian ini, tipe kepribadian dikelompokkan berdasarkan Myers-Briggs

Type Indicator (MBTI). Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dikembangkan oleh Katharine

Cook Briggs dan putrinya yang bernama Isabel Briggs Myers berdasarkan teori kepribadian

dari Carl Gustav Jung. Dalam MBTI, tipe kepribadian manusia dibedakan menjadi 4 pasang

preferensi (ringkasan cara pengukuran tipe kepribadian Myers-Briggs dapat dilihat pada

lampiran 1), yaitu: (1) preferensi Extraversion dan Introversion (E dan I), (2) preferensi

Sensing dan Intuition (S dan N), (3) preferensi Thinking dan Feeling (T dan F), dan (4)

preferensi Judging dan Perceiving (J dan P).

2.7 Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan


Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Murtisari dan Ghozali (2006) menemukan bukti bahwa beratnya beban pekerjaan

yang mengakibatkan kelebihan pekerjaan akan menurunkan kepuasan kerja dan kinerja

auditor. Penelitian Lopez dan Peters (2011) yang didukung oleh penelitian Fitriany (2011)

menemukan bahwa beban kerja auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Beban

kerja yang semakin meningkat akan menurunkan kemampuan auditor dalam mendeteksi

10
kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) sebuah perusahaan yang akan berakibat juga

dengan kualitas audit yang dihasilkan menjadi lebih rendah (Fitriany, 2011).

Berdasarkan konsep tersebut maka penulis menduga bahwa semakin banyak beban

kerja yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin menurunkan skeptisme profesionalnya.

Selain itu, auditor dengan beban kerja yang semakin banyak diduga semakin tidak akan

meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Beban kerja berpengaruh negatif terhadap skeptisme profesional


H2: Beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan

2.7.2 Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan


Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Skeptisme profesional adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor

dalam menilai secara kritis bukti-bukti audit. Suraida (2005) dan Anugerah, Sari dan

Frostiana (2011) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang dapat

meningkatkan skeptisme profesional auditor adalah banyaknya pengalaman audit yang telah

dimiliki. Penelitian Noviyani dan Bandi (2002) yang didukung oleh penelitian Tirta dan

Sholihin (2004) dan Mui (2010) juga menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan

memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak sehingga akan

menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam mendeteksi kasus-kasus kecurangan

dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman.

Berdasarkan konsep di atas maka peneliti menduga bahwa semakin banyak

pengalaman audit yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin meningkatkan skeptisme

profesionalnya. Selain itu, auditor yang telah berpengalaman diduga akan semakin

meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap skeptisme profesional

11
H4: Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan

2.7.3 Pengaruh Tipe Kepribadian Kombinasi ST dan NT Terhadap Peningkatan


Skeptisme Profesional dan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Auditor dengan tipe kepribadiaan kombinasi ST dan NT berdasarkan teori Myers

Briggs adalah auditor yang cenderung akan berpikir logis dalam membuat keputusan serta

akan mempertimbangkan semua fakta-fakta yang ada untuk mendukung keputusannya

tersebut. Penelitian Noviyanti (2008) telah membuktikan bahwa auditor dengan tipe

kepribadian ST dan NT adalah auditor yang memiliki skeptisme profesional yang lebih tinggi

dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya.

Berdasarkan konsep di atas maka peneliti menduga bahwa auditor dengan tipe

kepribadian kombinasi ST dan NT adalah auditor yang memiliki skeptisme profesional dan

auditor yang akan semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan

dengan gejala-gejala kecurangan dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian

lainnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H5: Auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT memiliki skeptisme profesional
yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya.
H6: Auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT akan lebih meningkatkan
kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan gejala-gejala kecurangan dibandingkan
dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya.

2.7.4 Pengaruh Skeptisme Profesional Terhadap Peningkatan Kemampuan Mendeteksi


Kecurangan

Pendeteksian kecurangan mengharuskan auditor mengumpulkan bukti-bukti yang

cukup dan relevan. Auditor harus berpikir kritis dalam pengumpulan dan pemahaman bukti-

bukti audit. Fullerton dan Durtschi (2004) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa

auditor dengan skeptisme yang tinggi akan meningkatkan kemampuan mendeteksinya dengan

cara mengembangkan pencarian informasi-informasi tambahan bila dihadapkan dengan

gejala-gejala kecurangan.

12
Berdasarkan konsep tersebut maka penulis menduga bahwa auditor dengan tingkat

skeptisme profesional yang tinggi akan lebih meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila

dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan dibandingkan dengan auditor dengan tingkat

skeptisme profesional yang rendah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H7: Skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan


mendeteksi kecurangan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rerangka dan Model Penelitian

Beban Kerja
(WL)
H1 H4
H5
Pengalaman Kemampuan
Audit H2 Skeptisme Profesional H6 Mendeteksi
(EXPR) (SKEP) Kecurangan
(ABILITY)
H3 H7

Tipe Kepribadian
(PERSON) Variabel Kontrol:
Gender (GEND)
Ukuran KAP (AUDIT_FIRM)
Posisi Auditor (POSISITION)

Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil modifikasi dan

penggabungan dari model-model penelitian sebelumnya yang melihat pengaruh beban kerja

dan pengalaman audit terhadap skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi

kecurangan dengan tipe kepribadian sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menghasilkan

dua model penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

Model 1

SKEP = γ1 WL + γ2 EXPR + γ3 PERSON + γ4 GEND + γ5 AUDIT_FIRM + γ6


POSITION + ζ
13
Model 2

ABILITY = γ7 WL + γ8 EXPR + γ9 PERSON + γ10 SKEP + γ11 GEND + γ12 AUDIT_FIRM


+ γ12 POSITION + ζ

Dimana:

ABILITY : Kemampuan Mendeteksi Kecurangan


SKEP : Skeptisme Profesional
WL : Work Load (beban Kerja)
EXPR : Experience (Pengalaman)
PERSON : Dummy variable tipe kepribadian, bernilai 1 apabila auditor bertipe
kepribadian kombinasi ST dan NT
GEND : Dummy variable gender, bernilai 1 apabila auditor berjenis kelamin
wanita dan bernilai 0 apabila laki-laki.
AUDIT_FIRM : Dummy variable jenis KAP, benilai 1 apabila KAP afiliasi dan
bernilai 0 apabila KAP non-afiliasi.
POSITION : Dummy variable posisi auditor, benilai 1 apabila auditor berada pada
posisi senior auditor, supervisor, manajer atau partner dan bernilai 0
apabila auditor berada pada posisi junior auditor.

3.2 Populasi dan Sampel

Metode sampling yang digunakan adalah metode non probabilitas, yaitu pengambilan

sampel yang mudah (convenience sampling). Sampel penelitian ini adalah auditor yang

bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode survei yaitu melalui kuesioner yang dikirimkan kepada responden. Kuesioner

diberikan melalui tiga cara, yaitu: (1) diberikan secara langsung ke perusahaan tempat

responden bekerja, (2) dikirimkan melalui jasa kantor pos, dan (3) dikirimkan melalui

electronic mail (e-mail).

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.3.1 Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (ABILITY)

Kemampuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini diukur dari pernyataan-

pernyataan mengenai gejala-gejala kecurangan (fraud symptoms) yang dikembangkan oleh

Fullerton dan Durtschi (2004) yang terdiri dari gejala kecurangan terkait dengan lingkungan

perusahaan (corporate environment) dan gejala kecurangan terkait catatan keuangan dan

14
praktek akuntansi (financial records and accounting practice). Variabel kemampuan

mendeteksi kecurangan merupakan confirmatory factor analysis (CFA) dari dua dimensi

yaitu corporate environment yang diberi notasi ENVR dan financial records and accounting

practice yang dinotasikan dengan FR_AP. Variabel corporate environment (ENVR) dalam

penelitian ini memiliki 4 variabel teramati yaitu ABILITY1 sampai dengan ABILITY4.

Variabel financial records and accounting practice (FR_AP) dalam penelitian ini memiliki 6

variabel teramati yaitu ABILITY5 sampai dengan ABILITY10.

3.3.2 Skeptisme Profesional (SKEP)

Variabel skeptisme profesional diukur dengan menggunakan model Hurtt, Eining, dan

Plumlee (HEP) yang digunakan dalam penelitian Fullerton dan Durtschi (2004); Noviyanti

(2008); dan Quadackers (2009). Model HEP mengukur skeptisme profesional berdasarkan

enam karakteristik yaitu: questioning mind, suspension of judgment, search for knowledge,

interpersonal understanding, self-confidence, dan self-determination. Dalam penelitian ini

variabel skeptisme profesional (SKEP) merupakan confirmatory factor analysis (CFA) dari

enam komponen yaitu questioning mind (QM) dengan 3 variabel teramati, suspension of

judgment (SJ) dengan 2 variabel teramati, search for knowledge (SK) dengan 2 variabel

teramati, interpersonal understanding (IU) dengan 3 variabel teramati, self confidence (SC)

dengan 2 variabel teramati, dan self-determination (SD) dengan 3 variabel teramati.

3.3.3 Beban Kerja

Beban kerja diukur melalui rata-rata jumlah penugasan audit yang dilakukan oleh

auditor selama satu tahun. Semakin rendah skor variabel ini, menunjukkan bahwa semakin

ringan beban kerja yang dimiliki auditor.

3.3.4 Pengalaman Audit (EXPR)

15
Pengalaman diukur melalui lamanya bekerja sebagai seorang auditor (Suraida, 2005).

Semakin tinggi skor variabel ini, berarti semakin banyak pengalaman yang telah dimiliki

auditor.

3.3.5 Tipe Kepribadian (PERSON)

Noviyanti (2008) dalam penelitiannya mengklasfikasikan tipe kepribadian menjadi

dua kelompok, yaitu tipe kepribadian ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuition-Thinking).

Tipe kepribadian seseorang diukur dengan menggunakan Myers-Briggs Type Indicator.

Auditor dengan tipe kepribadian ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuition-Thinking) diberi

nilai 1 dan auditor dengan tipe kepribadian selain ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuition-

Thinking) diberi nilai 0.

3.3.6 Variabel Kontrol

Sebagai konteks, variabel-variabel lain yang berdasarkan penelitian terdahulu

mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan

selain variabel-variabel yang dihipotesiskan digunakan sebagai variabel kontrol dalam

penelitian ini.

1. Gender (GEND)

Dalam penelitian ini Gender terdiri dari dua jenis yaitu laki-laki dan wanita.

Auditor dengan gender wanita diberi nilai 1 dan auditor dengan gender laki-laki

diberi nilai 0. Diprediksi bahwa auditor wanita memiliki skeptisme profesional dan

kemampuan mendeteksi kecurangan yang lebih tinggi daripada auditor laki-laki.

2. Ukuran KAP (AUDIT_FIRM)

Dalam penelitian ini auditor yang bekerja pada KAP afiliasi diberi nilai 1 dan

auditor yang bekerja di KAP non-afiliasi diberi nilai 0. Diprediksi bahwa auditor yang

bekerja pada KAP afiliasi asing memiliki skeptisme profesional dan kemampuan

16
mendeteksi kecurangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang bekerja

pada KAP non-afiliasi.

3. Posisi (POSITION)

Auditor dengan posisi senior auditor, supervisor, manajer/asisstent manajer

dan partner diberi nilai 1, sedangkan auditor pada posisi junior auditor diberi nilai 0.

Diprediksi bahwa posisi junior auditor memiliki skeptisme profesional dan

kemampuan mendeteksi kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan posisi

senior auditor, supervisor, manajer/assistant manajer maupun partner.

3.4 Metode Analisis Data

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik

variabel penelitian dengan demografi responden.. Untuk menguji hipótesis digunakan teknik

Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan SmartPLS 2.0 M3. Model PLS adalah

model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau variance (Ghozali, 2008).

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Sampel

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Dari 250

kuesioner yang dikirimkan kepada responden, jumlah kuesioner yang dapat diolah adalah

sebanyak 87 kuesioner sebagaimana diuraikan dalam Tabel 1 pada lampiran.

4.2 Hasil Pengujian dengan Partial Least Square (PLS)

Ghozali (2008) menyebutkan bahwa prosedur SEM dengan Partial Least Square secara

umum mengandung tahapan-tahapan interpretasi model sebagai berikut:

Ada tiga kriteria untuk melihat outer model, yaitu:

4.2.1 Menilai Outer Model (Measurement Model)

Ada tiga kriteria untuk melihat outer model, yaitu:

1. Convergent Validity (besarnya loading factor)

17
Berdasarkan hasil pada Gambar 2 dan Gambar 3 (dapat dilihat pada lampiran)

dapat diketahui bahwa semua indikator ABILITY1 sampai dengan ABILITY10 telah

memenuhi kriteria convergent validity. Selain itu, Gambar 2 juga membuktikan bahwa

variabel ABILITY dapat dibentuk oleh dua dimensi lingkungan perusahaan (ENVR)

dan catatan keuangan atau praktek akuntansi (FR_AP).

Berdasarkan hasil pengujian convergent validity terhadap variabel SKEP

ditemukan bahwa terdapat beberapa indikator yang tidak memenuhi kriteria convergent

validity yaitu SKEP3, SKEP9 dan SKEP14, sehingga indikator-indikator tersebut

dihapuskan dari model. Hasil respesifikasi model (Gambar 4 dan Gambar 5 pada

lampiran) menunjukkan bahwa indikator-indikator SKEP telah memenuhi kriteria

convergent validity. Selain itu, Gambar 5 juga membuktikan bahwa variabel SKEP

terbukti dapat dibentuk oleh enam dimensi yaitu questioning mind, suspension of

judgment, search for knowledge, interpersonal understanding, self confidence, dan self-

determination.

2. Composite Reliability dan Cronbach Alpha

Hasil Tabel 2 pada lampiran membuktikan bahwa nilai reliabilitas masing-

masing second order maupun first order dari variabel ABILITY adalah sangat tinggi

dan telah memenuhi kriteria composite reliability dan cronbach alpha. Hasil pada Tabel

3 menunjukkan bahwa nilai reliabilitas masing-masing second order maupun first order

dari variabel SKEP adalah telah memenuhi kriteria composite reliability dan cronbach

alpha.

3. Discriminant Validity

Hasil pengujian discriminant validity terhadap variabel ABILITY yang dapat

dilihat pada Tabel 4 di lampiran menunjukkan bahwa indikator ABILITY1 sampai

dengan ABILITY10 adalah valid. Sedangkan hasil pengujian discriminant validity

18
terhadap variabel SKEP yang dapat dilihat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa SKEP3,

SKEP9 dan SKEP14 adalah tidak valid karena nilai korelasi indikatornya tidak lebih

besar dibandingkan dengan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya.

Sehingga, indikator SKEP2, SKEP9 dan SKEP14 dihapuskan dari model.

4.3.2 Menilai Inner Model (Structural Model)

Inner model bertujuan untuk melihat hubungan antar konstruk laten. Pengujian model

struktural (inner model) dilakukan melalui:

1. Pengujian R-square

Pada Tabel 6 yang terdapat di dalam lampiran dapat dilihat untuk nilai R-square dari

model 1 adalah sebesar 0,165448 berarti variabilitas variabel skeptisme profesional yang

dapat dijelaskan oleh variabel beban kerja, pengalaman audit, tipe kepribadian, gender, jenis

KAP dan posisi/jabatan auditor hanya sebesar 16,5%. Untuk model 2, nilai R-squarenya

adalah sebesar 0,366873 berarti variabilitas variabel kemampuan mendeksi kecurangan yang

dapat dijelaskan oleh variabel beban kerja, pengalaman audit, tipe kepribadian, skeptisme

profesional, gender, jenis KAP, dan posisi/jabatan auditor hanya sebesar 36,7%.

2. Pengujian Signifikansi

Pada Tabel 7 yang terdapat pada lampiran dapat dilihat bahwa: (1) terdapat hubungan

negatif antara beban kerja dan skeptisme profesional, (2) terdapat hubungan negatif antara

beban kerja dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, (3) terdapat hubungan

positif antara pengalaman audit dan skeptisme profesional, (4) terdapat hubungan positif

antara pengalaman audit dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, (5) terdapat

hubungan positif antara tipe kepribadian dan skeptisme profesional, (6) tidak terdapat

hubungan antara tipe kepribadian dengan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan,

dan (7) terdapat hubungan positif antara skeptisme profesional dan peningkatan kemampuan

mendeteksi kecurangan.

19
Hasil uji signifikansi variabel-variabel kontrol yang dapat dilihat juga pada Tabel 7

menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat hubungan antara gender dan skeptisme profesional,

(2) tidak terdapat hubungan antara ukuran KAP dan skeptisme profesional, (3) tidak terdapat

hubungan antara posisi/jabatan auditor dengan skeptisme profesional, (4) terdapat hubungan

negatif antara gender dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, (5) tidak terdapat

hubungan antara ukuran KAP dengan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan; dan

(6) terdapat hubungan positif antara posisi/jabatan auditor dan peningkatan kemampuan

mendeteksi kecurangan.

4.3 Analisis Hasil

4.3.1 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan

Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Berdasarkan hasil uji signifikansi disimpulkan bahwa H1 dalam penelitian ini yang

menyatakan bahwa beban kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap skeptisme profesional

dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Dezoort and Lord (1997) yang

dikutip oleh Lopez dan Peters (2011) tentang dampak negatif dari beban kerja yang terlalu

berat terhadap prosedur audit, yaitu auditor akan cenderung menghapuskan beberapa

prosedur audit dan auditor akan lebih mudah untuk menerima penjelasan klien.

Berdasarkan hasil uji signifikansi juga dapat disimpulkan bahwa H2 dalam penelitian

ini yang menyatakan bahwa beban kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap peningkatan

kemampuan mendeteksi kecurangan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian lain oleh Murtisari dan Ghozali (2006), Lopez dan Peters (2011), dan Fitriany

(2011) yang menemukan adanya hubungan negatif antara beban kerja dan kinerja kerja dan

kualitas audit. Beban kerja yang semakin meningkat akan menurunkan kemampuan auditor

dalam mendeteksi kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) sebuah perusahaan yang akan

berakibat juga dengan kualitas audit yang dihasilkan menjadi lebih rendah (Lopez dan peters,

20
2011 dan Fitriany, 2011). Murtisari dan Ghozali (2006) juga menyatakan bahwa beratnya

beban pekerjaan yang mengakibatkan kelebihan pekerjaan akan menurunkan kepuasan kerja

dan kinerja auditor dalam melaksanakan proses audit.

4.3.2 Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan

Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Berdasarkan hasil uji signifikansi dapat disimpulkan bahwa H3 dalam penelitian ini

yang menyatakan bahwa pengalaman audit mempunyai pengaruh positif terhadap skeptisme

profesional dapat didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian lain oleh

Suraida (2005), dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) yang menemukan adanya hubungan

positif antara pengalaman audit dan skeptisme profesional. Dalam penelitian Suraida (2005)

dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) dinyatakan bahwa semakin banyak pengalaman

auditor maka akan semakin meningkatkan skeptisme profesional auditor tersebut. Selain itu,

penelitian Shelton (2002) dan Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa auditor yang

berpengalaman juga terbukti lebih mampu untuk menyeleksi informasi-informasi atau bukti-

bukti yang relevan dan tidak relevan dalam membuat keputusan.

Hasil uji signifikansi terhadap H4 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa

pengalaman audit mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan mendeteksi

kecurangan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian lain oleh Knap

dan Knap (2001), Noviyani dan Bandi (2002), Tirta dan Sholihin (2004), Sucipto (2007) dan

Mui (2010) yang menemukan adanya hubungan positif antara pengalaman audit dan

pendeteksian kecurangan. Noviyani dan Bandi (2002) dan Tirta dan Sholihin (2004)

menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang

kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak sehingga dengan pengetahuannya tersebut

auditor dapat menilai informasi-informasi atau bukti-bukti yang relevan untuk membantu

auditor menyelesaikan tugas-tugasnya.

21
4.3.3 Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan

Kemampuan Mendeteksi Kecurangan

Berdasarkan hasil uji signifikasi terhadap H5 dalam penelitian ini yang menyatakan

bahwa auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT memiliki skeptisme profesional

yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian kombinasi lainnya

adalah dapat didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian lain oleh

Noviyanti (2008) yang menemukan bahwa auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan

NT memiliki skeptisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan

tipe kepribadian kombinasi lainnya. Berdasarkan karakteristik Myers Briggs Type Indicator,

tipe kepribadian kombinasi ST dan NT adalah tipe kepribadian yang cenderung berpikiran

logis dalam menganalisis sebuah masalah dan akan mempertimbangkan semua informasi

sebelum membuat keputusan.

Hasil uji signifikansi terhadap H6 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa auditor

dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT akan lebih meningkatkan kemampuan

mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan adalah tidak dapat

didukung. Hasil ini menunjukkan bahwa baik auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST

dan NT dan auditor dengan tipe kepribadian kombinasi SF dan NF akan meningkatkan

kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan.

4.3.4 Pengaruh Skeptisme Profesional Terhadap Peningkatan Kemampuan Mendeteksi

Kecurangan

Berdasarkan hasil uji signifikansi terhadap H7 dalam penelitian ini yang menyatakan

bahwa skeptisme profesional mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi

kecurangan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian lain oleh

Fullerton dan Durtschi (2004) yang menemukan adanya hubungan positif antara skeptisme

profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan. Fullerton dan Durtschi (2004)

22
menyatakan bahwa auditor dengan skeptisme yang tinggi akan meningkatkan kemampuan

mendeteksinya dengan cara mengembangkan pencarian informasi-informasi tambahan bila

dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Semakin banyak informasi tambahan yang

diperoleh auditor maka akan semakin mampu auditor tersebut membuktikan benar atau

tidaknya gejala-gejala kecurangan tersebut.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif pada skeptisme

profesional, sedangkan pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh positif

terhadap skeptisme profesional.

2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap

peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan,

sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif

terhadap peningkatan kemampuan auditor mendeteksi gejala-gejala kecurangan.

Selain itu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam

peningkatan kemampuan mendeteksi antara auditor dengan tipe kepribadian

kombinasi ST dan NT dan auditor dengan tipe kepribadian lainnya.

3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa gender, ukuran KAP dan posisi auditor terbukti

tidak berpengaruh terhadapa skeptisme profesional auditor.

4. Hasil pengujian menunjukkan bahwa auditor laki-laki terbukti akan semakin

meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala

kecurangan dibandingkan auditor wanita. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan

23
bahwa ukuran KAP dan posisi auditor tidak berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran

5.2.1 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan dengan tidak terlepas dari adanya beberapa keterbatasan.

Oleh karena itu, diharapkan penelitian-penelitian sejenis yang berikutnya diharapkan mampu

meminimalisir keterbatasan-keterbatasan yang ada. Berikut beberapa keterbatasan dan saran

penelitian:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik wilayah Jakarta dan hanya terdiri dari kurang dari 30 Kantor Akuntan Publik

saja, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk

seluruh auditor eksternal di Indonesia. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat

memperbanyak jumlah Kantor Akuntan Publik yang menjadi sampel dan memperluas

wilayah cakupan sampel yang tidak hanya di wilayah Jakarta saja, sehingga diperoleh

hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi.

2. Variabel-variabel yang mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan

mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel beban kerja,

pengalaman audit dan tipe kepribadian saja . Oleh karena itu peneliti mengharapkan

partisipasi aktif peneliti berikutnya untuk menemukan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan.

3. Dalam melihat pengaruh ukuran KAP terhadap skeptisme profesional dan

kemampuan mendeteksi kecurangan, peneliti hanya membandingkan antara KAP

afiliasi dan KAP non-afiliasi, diharapkan penelitian berikutnya dapat membandingkan

KAP big four dan KAP non big four, sehingga dapat terlihat jelas apakah ada

24
perbandingan skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan pada

tingkat jenis KAP.

4. Data dalam penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang mendasarkan pada persepsi

responden sebagai jawaban, sehingga akan menimbulkan masalah apabila responden

tidak jujur maka jawaban akan berbeda dari kenyataan. Penelitian selanjutnya

hendaknya menggunakan teknik wawancara langsung dengan auditor.

4.2.2 Saran bagi Auditor

Penelitian ini menemukan bukti tentang pentingnya skeptisme profesional dan

kemampuan mendeteksi kecurangan bagi seorang auditor. Oleh karena itu, tepat bagi para

auditor untuk selalu menjaga dan meningkatkan skeptisme profesional dan kemampuannya

agar menghasilkan kinerja yang lebih baik.

4.2.3 Saran bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Penelitian ini menemukan bukti bahwa beban kerja akan mempengaruhi skeptisme

profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, tepat

bagi KAP bila membatasi jumlah beban kerja para auditor sehingga auditor tidak akan berada

pada kondisi kelebihan beban pekerjaan yang akan berdampak pada menurunnya skeptisme

profesional dan kemampuan mendeteksi auditor.

4.2.4 Saran bagi Regulator

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para regulator dalam membuat kebijakan

terkait dengan banyaknya klien yang dapat di audit oleh KAP. Semakin banyak klien yang di

audit oleh KAP maka akan semakin banyak beban kerja yang dimiliki auditor dan akan

berdampak pada semakin menurunnya skeptisme profesional dan kemampuan auditor.

Penurunan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan akan berdampak pada makin

meningkatnya kasus-kasus kecurangan yang terjadi.

25
DAFTAR REFERENSI

Anugerah, Rita., Ria Nelly Sari., dan Rina Mona Frostiana. (2011). The Relationship between
Ethics, Expertise, Audit Experience, Fraud Risk Assessment and Audit Situational
Factors and Auditor Professional Skepticism.

Carpenter, Tina., Durtschi Cindy and Lisa Milici Gaynor. (2002). The Role of Experience in
Professional Skepticism, Knowledge Acquisition, and Fraud Detection.

Fitriany. (2011). Analisis Komprehensif Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik Terhadap Kualitas Audit. Disertasi Universitas Indonesia.

Fullerton, Rosemary R., and Durtschi, Cindy. (2004). The Effect of Professional Skepticism
on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors. Working Paper Series. March 5,
2012. http://www.ssrn.com

Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least
Square PLS edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Gusti, Maghfirah dan Syahril Ali. (2006). Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dan
Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian
Opini oleh Akuntan Publik.

Jaffar, dkk. (2011). Fraud Risk Assessment and detection Fraud: The Moderating Effect of
Personality. International Journal of Business and Management, Vol. 6, No. 7, 40-50.

“Kepribadian”. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. February 20, 2012.


http://www. id.wikipedia.org

Knapp, C.A., and Knap, M.C. (2001). The effects of experience and explicit fraud risk
assessment in detecting fraud with analytical procedures. Accounting, Organizations
and Society, 26, 25-37.

Koroy, Tri Ramaraya. (2009). Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh
Auditor Eksternal. Februari, 6 2012. http://www.puslit.petra.ac.id

Lopez, Dennis M and Gary F. Peters. (2011). The Effect of Workload Compression on Audit
Quality.

Mudrika, Nafis. (2011). Membaca Kepribadian Menggunakan Tes MBTI (Myer Briggs Type
Indicator). Maret, 10 2012. http://www.nafismudrika. wordpress.com

Mui, Grace Yanchi. (2010). Factors That Impact On Internal Auditors’ Fraud Detection
Capabilities – A Report For The Institute of Internal Auditors Australia. Center for
Business Forensics HELP University Malaysia.

Murtiasri, Eka dan Imam Ghozali. (2006). Anteseden dan Konsekuensi Burnout pada
Auditor: Pengembangan Terhadap Role Stress Model. Simposium Nasional
Akuntansi 9, Padang.

26
“Myers-Briggs Type Indicator”. Wikipedia, the free encyclopedia. February 20, 2012.
http://www.en.wikipedia.org

Newman, James. (1981). Review of The Myers-Briggs Type Indicator Gifts Differing by
Isabel Briggs. The San Francisco Jung Institute Library Journal, Vol. 3, No. 1.

Noviyani, Putri., dan Bandi. (2002). Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Terhadap Struktur
Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan. April 1, 2012.
http://www.bandi.staff.fe.uns.ac.id

Noviyanti, Suzy. (2008). Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan.


Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.5, No.1, 102-125.

Quadackers, Mathias Lucas. (2009). A Study of Auditors‟ Skeptical Characteristics and Their
Relationship to Skeptical Judgements and Decision. Dissertation of Amsterdam
University.

Sandjaja, B., dan Heriyanto, Albertus. (2011). Panduan Penelitian Edisi Revisi. Jakarta:
Prestasi Pustakarya.

Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Soepardi, Eddy Mulyadi. (2007). Upaya Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan
Negara. Economic Business & Accounting Review, Vol. II, No. 1, 22-34.

Sudarmo dkk., (2009). Fraud Auditing. Diklat Perjenjangan Auditor Ketua Tim, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.

Suraida, Ida. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit
Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan
Publik. Sosiohumaniora, Vol.7, No.3, 186-202.

Tirta, Rio., dan Sholihin, Mahfud. (2004). The Efect of Experience and Task-Specific
Knowledge on Auditors’ Performance in Assessing A Fraud Case. JAAI, Vol. 8, No.1,
1-21.

Tuanakotta, Theodorus M. (2007). Pengungkapan Fraud di Lembaga Negara (Tinjauan


Teknik Audit). Economic Business & Accounting Review, Vol. II, No. 1, 10-21.

Wells, Joseph T. (2007). Corporate Fraud Handbook: Prevention and Detection Second
Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

27
LAMPIRAN

Tabel 1 Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner

No Keterangan Jumlah Persentase (%)


(Eksemplar)
1 Kuesioner yang disebarkan 250 100
2 Kueioner yang tidak kembali (157) (62,8)
3 Kuesioner yang kembali (93) (37,2)
4 Kuesioner yang tidak lengkap (6) (2,4)
5 Kuesioner yang lengkap 87 34,8

Tabel 2 Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbach Alpha – ABILITY

Composite Reliability Cronbach Alpha Kesimpulan

ABILITY 0,880891 0,848958 Baik


ENVR 0,894069 0,841513 Baik
FR_AP 0,894748 0,858336 Baik

Tabel 3 Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbach Alpha – SKEP

Composite Reliability Cronbach Alpha Kesimpulan

SKEP 0,766218 0,676685 Baik


QM 0,729302 0,293025 Baik
SJ 0,727776 0,253685 Baik
SK 0,874341 0,712602 Baik
IU 0,784471 0,473792 Baik
SC 0,911669 0,806626 Baik
SD 0,916288 0,817904 Baik

Tabel 4 Hasil Uji Discriminant Validity – ABILITY

ABILITY ENVR FR_AP Keterangan

ABILITY1 0,680570 0,861253 0,351568 Valid


ABILITY2 0,555900 0,859107 0,173685 Valid
ABILITY3 0,569958 0,746365 0,276230 Valid
ABILITY4 0,672898 0,824457 0,367100 Valid
ABILITY5 0,692966 0,431523 0,676428 Valid
ABILITY6 0,722328 0,340146 0,786288 Valid
ABILITY7 0,611733 0,161322 0,759268 Valid
ABILITY8 0,717665 0,289222 0,818027 Valid
ABILITY9 0,578918 0,122987 0,740862 Valid
ABILITY10 0,705000 0,277731 0,807888 Valid

28
Tabel 5 Hasil Uji Discriminant Validity – SKEP

SKEP QM SJ SK IU SC SD Ket
SKEP1 0,668000 0,874169 0,385244 0,200373 0,242680 0.435357 0,271996 Valid
SKEP2 0,393549 0,475136 0,254975 -0,019549 0,167639 0,235847 0,257414 Valid
SKEP3 -0,339993 -0,400825 -0,138122 -0,149170 -0,145886 0,095705 -0,341235 Tidak Valid
SKEP4 0,449288 0,320165 0,700000 -0,044356 0,268805 0,060753 0,380259 Valid
SKEP5 0,544908 0,353963 0,808256 0,286821 0,270791 0,212212 0,218051 Valid
SKEP6 0,335083 0,220220 0,172999 0,895949 0,065346 0,202701 -0,022959 Valid
SKEP7 0,297464 0,117502 0,143818 0,865837 0,012265 0,263648 -0,039484 Valid
SKEP8 0,114812 -0,034800 0,077681 -0,049264 0,289018 0,090357 0,101811 Valid
SKEP9 -0,496967 -0,297285 -0,317580 -0,054337 -0.879082 -0,295097 -0,189333 Tidak Valid
SKEP10 0,190898 0,082777 0,097038 0,013226 0,268156 0,116860 0,173961 Valid
SKEP11 0,605574 0,364667 0,234179 0,219885 0,318647 0,906938 0,084854 Valid
SKEP12 0,664946 0,470432 0,117953 0,258762 0,311701 0,923479 0,238760 Valid
SKEP13 0,414504 0,234023 0,205712 0,036541 0,144084 0,095174 0,756346 Valid
SKEP14 -0,476529 -0,404981 -0,363453 0,086952 -0,267941 -0,167766 -0,555744 Tidak Valid
SKEP15 0,474397 0,297673 0,248128 -0,016606 0,156026 0,121657 0,847515 Valid

Tabel 6 Hasil Uji R-square

R-square

Model 1
SKEP = γ1 WL + γ2 EXPR + γ3 PERSON + γ4 GEND + 0,165448
γ5 AUDIT_FIRM + γ6 POSITION + ζ

Model 2 0,366873
ABILITY = γ7 WL + γ8 EXP + γ9 PERSON + γ10 SKEP + γ11
GEND + γ12 AUDIT_FIRM + γ12 POSITION + ζ

29
Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi

Hipotesis Path Expected Estimasi Nilai Signifikansi Kesimpulan


Sign Koefisien t-value

H1 WL → SKEP (-) -0,333 3,260 5% Diterima


H2 WL → ABILITY (-) -0,274 2,346 5% Diterima
H3 EXPR → SKEP (+) 0,286 1,995 5% Diterima
H4 EXPR → ABILITY (+) 0,253 2,161 5% Diterima
H5 PERSON → SKEP (+) 0,187 1,778 10% Diterima

H6 PERSON → ABILITY (+) -0,167 1,526 Tidak Ditolak


Signifikan
H7 SKEP → ABILITY (+) 0,379 3,753 5% Diterima

GEND → SKEP (+) -0,014 0,109 Tidak Ditolak


Signifikan
AUDIT_FIRM → SKEP (+) 0,166 1,229 Tidak Ditolak
Signifikan
POSITION → SKEP (+) 0,139 1,080 Tidak Ditolak
Signifikan
GEND → ABILITY (+) -0,167 2,561 5% Diterima

AUDIT_FIRM → ABILITY (+) -0,009 0,079 Tidak Ditolak


Signifikan
POSITION → ABILITY (+) 0,248 2,513 5% Diterima

30
Gambar 2 Diagram Lintasan model CFA ABILITY – standardized

31
Gambar 3 Diagram Lintasan model CFA ABILITY - t-value

32
Gambar 4 Diagram Lintasan model CFA SKEP – standardized

33
Gambar 5 Diagram Lintasan model CFA SKEP – t-value

34
Gambar 6 Path Diagram Model Struktural (Standardized)

35
Gambar 7 Path Diagram Model Struktural (t-value)

36
Lampiran 1 Pengukuran Tipe Kepribadian (PERSON)
Pengukuran tipe kepribadian ini menggunakan test kepribadian dari Myers-Briggs yaitu Myers-
Briggs Type Indicator (MBTI). Myers-Briggs Type Indicator adalah sebuah instrumen yang
dirancang untuk menunjukkan preferensi dasar manusia. Dalam MBTI, tipe kepribadian
manusia dibedakan menjadi 4 pasang preferensi yaitu: (a) Extraversion dan Introversion (E
dan I), (b) Sensing dan Intuition (S dan N), (c) Thinking dan Feeling (T dan F), dan (d)
Judging dan Perceiving (J dan P). Berdasarkan 4 pasang preferensi tersebut didapatkan 16
tipe kepribadian menurut Myers-Briggs Type Indicator, yaitu ESTJ, ESTP, ESFJ, ESFP,
ENTJ, ENTP, ENFJ, ENFP, ISTJ, ISTP, ISFJ, ISFP, INTJ, INTP, INFJ, dan INFP.
Tipe kepribadian dinotasikan dengan PERSON. Indikator untuk variabel tipe
kepribadian terdiri dari 40 item pernyataan yang dikembangkan oleh Mudrika (2011). Dari 40
item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner, 5 item pernyataan menggambarkan
preferensi extraversion, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi introversion, 5 item
pernyataan menggambarkan preferensi sensing, 5 item pernyataan menggambarkan
preferensi intuition, 5 pernyataan menggambarkan preferensi thinking, 5 pernyataan
menggambarkan preferensi feeling, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi judging,
dan 5 item pernyataan menggambarkan preferensi perceiving.
Auditor diminta untuk memilih salah satu dari dua pernyataan yang saling berlawanan
antara 4 pasang preferensi yang sesuai dengan tipe kepribadian auditor. Total jawaban dari
masing-masing responden dipersentasekan untuk masing-masing preferensi. Apabila
persentase preferensi extraversion lebih besar dari persentase introversion maka auditor
cenderung memiliki preferensi extraversion, namun apabila presentase extraversion lebih
rendah daripada persentase introversion maka auditor cenderung memiliki preferensi
introversion. Apabila persentase preferensi sensing lebih besar dari persentase feeling maka
auditor cenderung memiliki preferensi sensing, namun apabila presentase sensing lebih
rendah daripada persentase feeling maka auditor cenderung memiliki preferensi feeling.
Apabila persentase preferensi thinking lebih besar dari persentase intuition maka auditor
cenderung memiliki preferensi thinking, namun apabila presentase thinking lebih rendah
daripada persentase intuition maka auditor cenderung memiliki preferensi intuition. Apabila
persentase preferensi judging lebih besar dari persentase perceiving maka auditor cenderung
memiliki preferensi judging, namun apabila presentase judging lebih rendah daripada
persentase perceiving maka auditor cenderung memiliki preferensi perceiving.
Dalam penelitian ini, tipe kepribadian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Tipe kepribadian kombinasi ST dan NT yang terdiri dari:
 ESTJ (Extraversion, Sensing, Thinking and Judging),
 ESTP (Extraversion, Sensing, Thinking and Perceiving),
 ENTJ (Extraversion, Intuition, Thinking and Judging),
 ENTP (Extraversion, Intuition, Thinking and Perceiving),
 ISTJ (Introversion, Sensing, Thinking and Judging),
 ISTP (Introversion, Sensing, Thinking and Perceiving),
 INTJ (Introversion, Intuition, Thinking and Judging),
 INTP (Introversion, Intuition, Thinking and Perceiving).
b. Tipe kepribadian kombinasi SF dan NF yang terdiri dari:
 ESFJ (Extraversion, Sensing, Feeling and Judging),
 ESFP (Extraversion, Sensing, Feeling and Perceiving),
 ENFJ (Extraversion, Intuition, Feeling and Judging),
 ENFP (Extraversion, Intuition, Feeling and Perceiving),
 ISFJ (Introversion, Sensing, Feeling and Judging),
 ISFP (Introversion, Sensing, Feeling and Perceiving),

37
 INFJ (Introversion, Intuition, Feeling and Judging),
 INFP (Introversion, Intuition, Feeling and Perceiving).

Dalam penelitian ini, tipe kepribadian kombinasi ST dan NT diduga memiliki


skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tipe kepribadian kombinasi SF dan NF. Tipe kepribadian ST dan NT adalah tipe kepribadian
yang mengambil keputusan berdasarkan fakta yang diperolehnya dengan menggunakan
analisis yang logis (Noviyanti, 2008). Tipe kepribadian ST dan NT diberi nilai 1 dan tipe
kepribadian SF dan NF diberi nilai 0.

Contoh penentuan tipe kepribadian auditor:

Dalam kuesionernya auditor memberikan 2 pilihan untuk kolom preferensi extraversion, 3


pilihan untuk kolom preferensi introversion, 1 pilihan untuk kolom preferensi sensing, 4
pilihan untuk kolom intuition, 2 pilihan untuk kolom preferensi thinking, 3 pilihan untuk
kolom preferensi feeling, 5 pilihan untuk kolom preferensi judging, dan tidak ada pilihan
untuk kolom preferensi perceiving.

Berdasarkan pilihan tersebut diperoleh:


 Extraversion = 2/5 x 100 = 40%
Introversion = 3/5 x 100 = 60%
Extraversion < Introversion, maka auditor cenderung memiliki preferensi introversion
 Sensing = 1/5 x 100 = 20%
Intuition = 4/5 x 100 = 80%
Sensing < Intuition, maka auditor cenderung memiliki preferensi intuition.
 Thinking = 2/5 x 100 = 40%
Feeling = 3/5 x 100 = 60%
Thinking < Feeling, maka auditor cenderung memiliki preferensi feeling.
 Judging = 5/5 x 100 = 100%
Perceiving =0
Judging > Perceiving, maka auditor cenderung memiliki preferensi judging

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor memiliki tipe
kepribadian INFJ dan auditor dikelompokkan menjadi auditor dengan tipe kepribadian
kombinasi SF dan NF (diberi nilai 0).

Tabel 3.7. Indikator Tipe Kepribadian (PERSON)


Referensi Dimensi Pernyataan

Noviyanti Extraversion Spontan; Easy Going; Fleksibel


(2008) dan (E) Menemukan dan mengembangkan ide dengan berdiskusi
Mudrika Mengekspresikan semangat.
(2011) Lebih suka komunikasi langsung (tatap muka).
Membangun ide pada saat berbicara
Introversion Berhati-hati; Penuh pertimbangan; Kaku
(I) Menemukan dan mengembangkan ide dengan merenung.
Menyimpan semangat dalam hati
Lebih suka komunikasi tidak langsung (telp, surat, e-mail)
Membangun ide dengan matang, baru membicarakannya
Sensing (S) Menggunakan pengalaman sebagai pedoman

38
SOP sangat membantu
Bertindak step by step dengan timeframe yang jelas
Menarik kesimpulan dengan lama dan hati-hati
Praktis
Intuition (N) Menggunakan imajinasi dan perenungan sebagai pedoman
SOP sangat membosankan
Bertindak dengan semangat tanpa menggunakan timeframe
Menarik kesimpulan dengan cepat sesuai naluri
Konseptual
Thinking (T) Objektif
Yang penting tujuan tercapai
Mengambil keputusan berdasar logika dan aturan main
Menghargai seseorang karena skill dan faktor teknis
Mementingkan sebab-akibat
Feeling (F) Subjektif
Yang penting situasi harmonis terjaga
Mengambil keputusan berdasar perasaan pribadi dan kondisi
orang lain
Menghargai seseorang karena sifat dan perilakunya
Mementingkan nilai-nilai personal
Judging (J) Terencana; Memiliki dedline jelas
Aturan, jadwal dan target akan sangat membantu dan
memperjelas tindakan
Berpegang teguh pada pendirian
Ketidakpastian membuat bingung dan meresahkan
Situasi last minute sangat menyiksa, membuat stres dan
merupakan kesalahan
Perceiving Spontan; Fleksibel; Tidak diikat waktu
(P) Aturan, jadwal dan target sangat mengikat dan membebani.
Pendirian masih bisa berubah tergantung situasi nantinya.
Ketidakpastian itu seru, menegangkan dan membuat hati
lebih senang.
Situasi last minute membuat bersemangat dan memunculkan
potensi.
Sumber: Mudrika (2011)

IDENTITAS RESPONDEN

1. Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
2. Pendidikan Terakhir :
DIII
S1
S2
S3

39
3. Jabatan/posisi dalam BPK sebagai :
4. Berada di jabatan/posisi terakhir selama bulan tahun.
5. Lamanya pengalaman sebagai auditor yang telah Saudara miliki:
Lebih dari 15 tahun
11 – 15 tahun
6 –10 tahun
1 – 5 tahun
6. Rata-rata jumlah penugasan audit yang Saudara kerjakan dalam 1 tahun:
Lebih dari 10 tugas
8 – 10 tugas
4 – 7 tugas
1 – 3 tugas

BAGIAN A:
1. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang janggal atau berbeda dengan keadaan normal
yang memberikan petunjuk atau indikator akan adanya sesuatu yang tidak biasa dan
memerlukan penyidikan lebih lanjut.
2. Nyatakanlah pendapat Anda dengan cara memberi tanda (x) pada salah satu jawaban dari
empat alternatif berikut mengenai pada tingkatan manakah Anda akan mengembangkan
pencarian informasi Anda jika mengamati kondisi-kondisi berikut ini.

No Dugaan-dugaan 1 2 3 4
Saya Saya Akan Sedikit Saya Akan Saya Akan
Kecurangan Sama Sekali Mengembangkan Banyak Sangat Banyak
(Fraud Symptoms ) Tidak Akan Pencarian Mengembangkan Mengembangkan
Mengembangkan Informasi Pencarian Pencarian
Pencarian Informasi Informasi
Informasi
1 Sering terjadinya perebutan 1 2 3 4

40
posisi/ jabatan pada
departemen atau divisi tertentu.
2 Beberapa pegawai mengeluh 1 2 3 4
adanya diskriminasi.
3 Perusahaan sering mengganti 1 2 3 4
kantor hukumnya.
4 Pergantian kantor akuntan 1 2 3 4
publik yang tidak diharapkan
atau tidak disangka.
5 Controller membuat banyak 1 2 3 4
jurnal penyesuaian seminggu
sebelum auditor eksternal tiba.
6 Terdapat penyesuaian yang 1 2 3 4
besar untuk memperbaiki akun
persediaan setelah perhitungan
fisik akhir tahun.
7 Terdapat jumlah yang tidak 1 2 3 4
biasa dari piutang yang
dihapuskan.
8 Beban administrasi rupa-rupa 1 2 3 4
(miscellaneous administrative
expense) meningkat sekitar 40
persen, bersamaan dengan
penurunan penjualan.
9 Direktur pemasaran memiliki 1 2 3 4
penjelasan yang lemah
mengapa biaya iklan hampir
dua kali lipat dalam satu tahun
terakhir.
10 Gross margin pada kuartal 1 2 3 4
terakhir menurun sekitar 20
persen.

BAGIAN B:
Nyatakanlah pendapat Anda dengan cara memberi tanda (x) pada salah satu jawaban dari
empat alternatif berikut sesuai dengan yang menggambarkan diri Anda.

No Pernyataan 1 2 3 4
Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat
Setuju Setuju Setuju
1 Saya sering menolak informasi tertentu 1 2 3 4
kecuali saya menemukan bukti bahwa
informasi tersebut benar.
2 Teman-teman saya mengatakan bahwa saya 1 2 3 4
sering mempertanyakan hal-hal yang saya
lihat atau dengar.
3 Saya sering mempertanyakan hal-hal 1 2 3 4
yang saya lihat atau dengar.

41
4 Saya tidak suka membuat keputusan 1 2 3 4
dengan cepat.
5 Saya akan mempertimbangkan seluruh 1 2 3 4
informasi yang tersedia sebelum
membuat keputusan.
6 Menemukan informasi-informasi baru 1 2 3 4
adalah menyenangkan bagi saya.
7 Belajar sangat menyenangkan bagi 1 2 3 4
saya.
8 Saya tertarik pada apa yang menyebabkan 1 2 3 4
orang lain berperilaku dengan cara-cara
yang mereka lakukan.
9 Saya suka memahami alasan perilaku 1 2 3 4
orang lain.
10 Tindakan yang seseorang ambil dan 1 2 3 4
alasan dari tindakan tersebut adalah
menarik bagi saya.
11 Saya yakin pada kemampuan saya. 1 2 3 4

12 Saya adalah orang yang percaya diri. 1 2 3 4

13 Saya cenderung untuk segera menerima 1 2 3 4


apa yang orang lain katakan pada saya
14 Saya sering menerima penjelasan orang 1 2 3 4
lain tanpa berpikir lebih lanjut.
15 Sangat mudah bagi orang lain untuk 1 2 3 4
meyakinkan saya.

BAGIAN C:
Pilihlah salah satu kolom (kiri atau kanan) yang paling sesuai dan dominan dengan diri Anda
dengan member tanda (x) yang sudah disediakan.

No KOLOM KIRI PILIHAN KOLOM KANAN


(Kiri atau Kanan)

1 Berhati-hati; penuh pertimbangan; I1 E1 Spontan; easy going; fleksibel


kaku
2 Menemukan dan mengembangkan E2 I2 Menemukan dan mengembangkan
ide dengan berdiskusi. ide dengan merenung.
3 Menyimpan semangat dalam hati. I3 E3 Mengekspresikan semangat.
4 Lebih suka komunikasi tidak I4 E4 Lebih suka komunikasi langsung
langsung (telp, surat, e-mail) (tatap muka).
5 Membangun ide dengan matang I5 E5 Membangun ide pada saat
baru membicarakannya. berbicara.
6 Menggunakan pengalaman S1 N1 Menggunakan imajinasi dan
sebagai pedoman. perenungan sebagai pedoman.
7 SOP sangat membosankan. N2 S2 SOP sangat membantu.

42
8 Bertindak step by step dengan S3 N3 Bertindak dengan semangat tanpa
timeframe yang jelas. menggunakan timeframe.
9 Menarik kesimpulan dengan lama S4 N4 Menarik kesimpulan dengan cepat
dan hati-hati. sesuai naluri.
10 Konseptual N5 S5 Praktis
11 Subjektif F1 T1 Objektif
12 Yang penting tujuan tercapai. T2 F2 Yang penting situasi harmonis
terjaga.
13 Mengambil keputusan berdasar F3 T3 Mengambil keputusan berdasar
perasaan pribadi dan kondisi logika dan aturan main.
orang lain.
14 Menghargai seseorang karena T4 F4 Menghargai seseorang karena
skill dan faktor teknis. sifat dan perilakunya.
15 Mementingkan nilai-nilai personal F4 T4 Mementingkan sebab-akibat.
16 Spontan; fleksibel; tidak diikat P1 J1 Terencana; memiliki deadline
waktu jelas
17 Aturan, jadwal dan target akan J2 P2 Aturan, jadwal dan target sangat
sangat membantu dan mengikat dan membebani.
memperjelas tindakan.
18 Berpegang teguh pada pendirian. J3 P3 Pendirian masih bisa berubah
tergantung situasi nantinya.
19 Ketidakpastian itu seru, P4 J4 Ketidakpastian membuat bingung
menegangkan dan membuat hati dan meresahkan.
lebih senang.
20 Situasi last minute sangat J5 P5 Situasi last minute membuat
menyiksa, membuat stres dan bersemangat dan memunculkan
merupakan kesalahan. potensi atau ide.

43
CURRICULUM VITAE

I. PERSONAL DETAILS

Name : Hafifah Nasution

Nickname : Fifah

Gender : Female

Place and date of birth : Medan, March 5th, 1988

Religion : Islam

Permanent address : Jalan Suluh No. 100 Medan, Sumatera Utara 20222

Current address : Pondok Jasmine II

Jl. Semanggi II No.2 Rt/Rw 002/03

Tangerang Selatan, Banten 15412

Contact number : 0852-14072417

Email : hafifah_nasution@yahoo.com

Marital status : Single

Nationality : Indonesia

Hobby : Reading

44
II. FORMAL EDUCATION

Name of school Major GPA Year

 Program Pascasarjana Ilmu Ilmu Akuntansi 2010-now


Akuntansi, Universitas
Indonesia
 Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta
Akuntansi 3.45 2006-2010

 SMA Negeri 1, Medan IPA 2003-2006

 SLTP Negeri 8, Medan 2000-2003


 SD Negeri 060812, Medan
1998-2000

 SD Negeri Kampung Utan II, 1994-1998


Ciputat, Tangerang
 TK Aisyiyah Busthanul Athfal, 1992-1994
Kampung Utan, Ciputat

III. NON-FORMAL EDUCATION

Place Major Year

 Essential English Course English Course 2000-2003

- Primary Class (finished)


- Elementary Class (finished)
English Course

- New English Course (finished)


 The Foundation for the Development of
Indonesian-American Friendship 2003-2006
Association, YPPIA-Medan
 Indonesia-America Institute, LIA-Jakarta English Course 2008

– English Conversation 3

 CEED UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tax Brevat A-B (finished) 2010

45
IV. SEMINAR

Name Place Year

 Training Sertifikasi ISO 9000:2008 Universitas Islam Negeri Syarif 2009


 Workshop Audit Investigatif Hidayatullah Jakarta
“Enhancement of Attitude and Ethics
to Prevent and Avoid Fraudulent” Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009

V. WORKING EXPERIENCE

Position Institution Duration

 Assistant Lecturer Universitas Islam Negeri 2011-now


Syarif Hidayatullah Jakarta

I declare the details above stated to be true.

Sincerely yours,

Hafifah Nasution

46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KETERANGAN PERORANGAN

1. Nama Lengkap Dr. Fitriany SE., Msi., Ak

2. NUP 0600500048

3. Pangkat dan Golongan Ruang Penata Muda Tk. I / III/b

4. Tanggal Lahir / Umur 24 November 1968

5. Tempat Lahir Jakarta

6. Jenis Kelamin Wanita

7. Agama Islam

8. Status Pernikahan Menikah

Jl.Komplek Timah Blok CC. V


9. Alamat Rumah
No.47 Tugu Cimanggis Depok

11. No. Telepon 021-87720659

12. No. HP 08158813174

13. E-mail fitri_any@yahoo.com

NO. NAMA PENDIDIKAN JURUSAN Tahun

1 FEUI Akuntansi 1987-1992

2 MAKSI UI Auditing & Pelaporan Keuangan 1999-2000

3 S-3 PIA FEUI Akuntansi 2007-2011

PUBLIKASI PADA PROSIDING CONFERENCE

Peran
No. Judul (Jumlah Tahun Keterangan
Anggota)

Dipresentasikan di SNA
Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan
(Simposium Nasional
Pengungkapan Wajib Dan Sukarela Pada Perorangan
1 2001 Akuntansi) IV, Bandung,
Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang (0)
30-31 Agustus 2001
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta:
Peneliti Utama (0)

47
Dipresentasikan di SNA
Persepsi mahasiswa Akuntansi terhadap
(Simposium Nasional
2 etika penyusunan laporan : Fitriany Anggota (1) 2005
Akuntansi) VIII, Solo,
(Bersama Yulianti)
Agustus 2005

Dipresentasikan Di
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Accounting Conference
4 Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Anggota 2008
II, FEUI, Jakarta, Nov
PPAk” (Bersama Riani Nurainah LiSNAsari):
2008 Anggota (1)

Dipresentasikan Di SNA
Study Atas Pelaksanaan Metode PBL Dan (Simposium Nasional
Peneliti
5 Hubungannya Dengan Prestasi Belajar 2008 Akuntansi) XI, Pontianak,
Utama
Mahasiswa” (Bersama Dahlia Sari): Juli 2008 Peneliti Utama
(0)

Analisa Pengaruh Krisis Global Financial Dipresentasikan Di


Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Dan Simposium Nasional IV
6 Index Harga Saham Gabungan (IHSG) Perorangan 2009 Ekonomi Islami 8-9
Dengan Menggunakan Model VAR (Analysis Oktober 2009,
Vector Autoregressive): Fitriany Jogyakarta

Analisis Aturan Rotasi KAP Di Indonesia :


Dipresentasikan Di
Peran Corporate Governance Dalam
Peneliti Simposium Riset
7 Memoderasi Hubungan Antara Jangka 2009
Utama Ekonomi, ISEI Surabaya,
Waktu Penugasan Audit & Kualitas Audit :
18 Feb 2010
Fitriany Bersama Hilda Rosietta

Psak No. 5 (Revisi): Faktor Yang Di Presentasikan Di SNA


Mempengaruhi Pengungkapan Segmen Dan (Simposium Nasional
Peneliti
8 Dampaknya Terhadap Forward Earning 2009 Akuntansi) XII,
Utama
Response Coefficient (FERC): Fitriany November 2009,
(Bersama Sandra Aulia) Palembang

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Job


Satisfaction Auditor Dan Hubungannya Dipresentasikan Di
Dengan Performance Dan Keinginan Simposium Nasional
Peneliti
9 Berpindah Kerja Auditor. (Perbandingan 2010 Akuntansi XIII
Utama
Pada KAP Besar, KAP Menengah Dan KAP Purwokerto, 13 – 14
Kecil).: Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Oktober 2010
Veronica Siregar, Viska A, Aryawati

Pengaruh Konservatisme Terhadap Asimetri Dipresentasikan Di


Informasi Dengan Menggunakan Beberapa Simposium Nasional
10 Anggota 2010
Model Pengukuran Konservatisme: Sri Akuntansi XIII
Haniati, Fitriany Purwokerto, 13 – 14

48
Oktober 2010

Dipresentasikan Di Asian
Analysys Of Factors Influencing Interest Of
Peneliti Pacific Conference 22nd ,
11 Becoming Public Accountan: Fitriany, Dahlia, 2010
Utama Goldcoast Australia, 7-8
Arie Wibowo
November 2010

A Study Of The Implementation Of PBL Of


Dipresentasikan Di Asian
PBL Method And The Correlation With Soft
Peneliti Pacific Conference 22nd ,
12 Skills And Students Learning Achievement : A 2010
Utama Goldcoast Australia, 7-8
Case Study In Accounting Departement:
November 2010
Fitriany, Dahlia Sari

Audit Tenure, Audit Rotation, And Audit Dipresentasikan Di Asian


Quality: The Case Of Indonesia : Sylvia Pacific Conference 22nd ,
13 Anggota 2010
Veronica Siregar, Fitriany, Ary Wibowo, Goldcoast Australia, 7-8
Viska November 2010

Dipresentasikan Di The
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
3rd International
Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada
Accounting Conference
14 Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Anggota 2010
And The 2nd Doctoral
Bursa Efek Indonesia (BEI): Rahman Soeryo
Colloquium, Bali. 27 – 28
Anindito, Fitriany
October 2010

Dipresentasikan Di The
The Impact Of Job Satisfaction On Turnover 3rd International
Intention: Comparison Between High And Peneliti Accounting Conference
15 2010
Low Performance Auditor: Fitriany, Agung Utama And The 2nd Doctoral
Nugroho Soedibyo Dan Arywati Colloquium, Bali. 27 – 28
October 2010

Pengaruh Workload Dan

Spesialisasi Auditor Terhadap

Kualitas Audit Dengan Komite Peneliti Dipresentasikan Di SNA


16 2011
Audit Sebagai Variabel Anggota XIV Aceh

Pemoderasi: Liswan Setiawan

dan Fitriany

The Impact Audit Firm Rotation To Dipresentasikan Di


Peneliti
17 Audit Quality: Case Study Of Real And Quasi 2011 AAAA, Bali, nov 2011
Utama
Rotation In Indonesia

49
(Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani,
Hilda Rossieta)

Do Mandatory Audit Audit Firm And Audit Dipresentasikan Di TJAR


Partner Rotation Conference (The
Japanese Accounting
Really Improve Audit Quality? Review), Kobe
University, Jepang, 22
Comparison Between Pre And Post Peneliti
18 2011 Des 2011,
Regulation Periodin Indonesia Utama

(Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani,


Hilda Rossieta)

Dipresentasikan Di
Analysis Factors Affecting the Accounting Airlangga International
Students’ and Auditors’ Interest to join PPAk Accounting Conference,
and Become a Public Accountant Bali, 28 Juni 2012
Peneliti
19 2012
(bersama Alvi Syarifah, Aryawati, Arie Utama
Wibowo)

Depok, Juni 2012

Fitriany

50
Jakarta, 29 Juni 2012

Perihal: Surat Pernyataan



Dengan hormat,
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Hafifah Nasution

Pekerjaan : Asisten Dosen


Institusi : Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


dengan ini menyatakan bahwa makalah/paper yang berjudul:

PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT DAN TIPE KEPRIBADIAN


TERHADAP SKEPTISME PROFESIONAL DAN KEMAMPUAN AUDITOR
DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

tidak pernah dikirimkan ataupun dipublikasikan di jurnal lain.

Hafifah Nasution

51

You might also like