You are on page 1of 20

JURNAL

STUDI KORELASIONAL MENGENAI PENGARUH PERBANDINGAN


SOSIAL, KELOMPOK ACUAN, DAN TERPAAN TAYANGAN KONTEN
PRODUCT REVIEW DI YOUTUBE TERHADAP MINAT BELI
SMARTPHONE PADA MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS
SEBELAS MARET

Oleh:
BRIAN RAMADHAN
D0212027

Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
STUDI KORELASIONAL MENGENAI PENGARUH PERBANDINGAN
SOSIAL, KELOMPOK ACUAN, DAN TERPAAN TAYANGAN KONTEN
PRODUCT REVIEW DI YOUTUBE TERHADAP MINAT BELI
SMARTPHONE PADA MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS
SEBELAS MARET

Brian Ramadhan
Tanti Hermawati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan


Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
The existence of smartphones, with no doubt, has transformed into one of the main
human needs today. Through its features, smartphones can support various human
activities. With the many types and brands of smartphones on the market, individuals
certainly have things to consider before buying a smartphone. The source of
consideration can also come from anywhere, it can come from yourself, from others,
or from the media, especially with the ease of access to information at this time. The
purpose of this study was to determine the effect of social comparison, reference
groups, and media exposure to smartphone buying interest.
The data used in this study are primary data collected from the results of
distributing questionnaires to 75 students of the FISIP UNS Communication Studies
Program. With the sampling technique using the proportioned stratified random
sampling technique. The method of data analysis uses multiple linear regression
methods.
From the results of this study, it can be seen that social comparison has no
effect on buying interest (sig. 0.105), while the reference group is declared to have an
influence on buying interest (sig. 0,000), and media exposure variables also have an
influence on buying interest (sig. 0,000). Simultaneously, social comparisons,
reference groups, and media exposure are stated to have an influence on buying
interest (sig. 0,000). From the results of this study it can also be seen that 85.8% of
interest in buying interest can be explained by this regression model, while the
remaining 14.2% is explained by other variables outside of this study.
Keywords: smartphone, social comparison, reference group, media exposure, buying
interest.
Pendahuluan

Seiring berkembangnya teknologi komunikasi, peran smartphone menjadi lebih


penting. Hal ini sejalan dengan berkembangnya jumlah pengguna smartphone di
Indonesia yang hingga saat ini mencapai 92 juta pengguna. Periode perilisan
smartphone juga terbilang pesat, secara umum brand-brand smartphone akan
meluncurkan tipe baru setiap tahun di tiap lini smartphone-nya. Hal ini juga ditunjang
dengan pesatnya teknologi penunjang yang ada di dalam smartphone seperti sistem
operasi, chipset, kamera, hingga sensor-sensor atau material-material lainnya yang
ditanamkan di dalamnya. Perkembangan smartphone yang cepat ini memiliki
konsekuensi, salah satunya adalah cepatnya smartphone dianggap kurang up-to-date
oleh para konsumennya. Hal ini, memicu konsumen untuk terus memperbarui
smartphonenya dengan cara membeli smartphone baru.
Salah satu jenis pencarian informasi dimulai dari diri sendiri. Manusia sebagai
makhluk sosial mempunyai kecenderungan untuk mengevaluasi dirinya sendiri (self-
evaluation), seperti yang diungkapkan oleh Festinger dalam Teori Perbandingan
Sosial, manusia memiliki dorongan untuk menilai dirinya dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain. Bila dikaitkan, pencarian informasi sebelum membeli
smartphone dapat dilakukan dengan membandingakan smartphone kepunyaannya
dengan smartphone orang-orang di sekitarnya. Perbandingan sosial merupakan salah
satu dari faktor psikologis individu dalam menentukan pilihan, termasuk dalam
menentukan apa yang akan dibeli (Khaniwale, 2015: 283)
Jenis pencarian informasi kedua adalah melalui kelompok acuan. Kelompok
acuan adalah individu atau kelompok yang dianggap memiliki pengetahuan tentang
produk yang akan dibelinya. Kelompok acuan dinilai penting karena dapat menyentuh
sisi pemasaran yang tidak dapat dijangkau iklan-iklan seperti pada umumnya.
Berikutnya adalah jenis pencarian informasi yang dilakukan dengan
memanfaatkan media sosial. Salah satu media sosial adalah YouTube. YouTube adalah
sebuah jejaring sosial untuk berbagi video yang berdiri pada tahun 2005. Menurut hasil
riset, 92 persen pengguna Indonesia menyatakan YouTube adalah tujuan pertama
mereka ketika mencari konten video.
Fenomena YouTube ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk dijadikan
profesi. Profesi biasa dinamakan vlogger, dalam hal ini vlogger menjadi pembuat
konten video di YouTube yang nanti besaran pendapatan akan ditentukan oleh jumlah
penonton videonya. Sekarang, sudah beragam konten-konten yang yang ditawarkan
oleh vlogger, seperti video tutorial, video petualangan, hingga konten product review.
Di dalam konten product review, vlogger akan mengulas suatu produk dalam
sudut pandang konsumen. Vlogger yang mengkhususkan kanal YouTube untuk
mengulas produk teknologi seperti smartphone dijuluki sebagai tech vlogger atau tech
influencer. Data mengenai keunggulan smartphone sabagai bahan konten product
review dapat dilihat dari data yang diperoleh Pixability yang mengungkapkan bahwa
smartphone menduduki peringkat teratas dari video tentang barang elektronik yang
paling banyak ditonton di YouTube.
Beberapa aspek komunikasi yang melibatkan perbandingan sosial, kelompok
acuan, dan terpaan tayangan konten product review di YouTube memberikan inspirasi
bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh bagaimana hubungan dan pengaruh yang
terbentuk di dalamnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh antara perbandingan sosial terhadap minat beli smartphone
pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Angkatan 2016 -
2018?
2. Apakah ada pengaruh antara kelompok acuan terhadap minat beli smartphone pada
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Angkatan 2016 - 2018?
3. Apakah ada pengaruh antara terpaan tayangan konten product review di YouTube
terhadap minat beli smartphone pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Sebelas Maret Angkatan 2016 - 2018?

Landasan Teori

1. Komunikasi
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu
communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya
communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Dengan demikian komunikasi
menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan (Fajar, 2009:31).
Menurut Trenholm dan Jensen (dalam Fajar, 2009: 31), komunikasi merupakan
suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam
saluran. Suatu proses yang mentransmisikan pesan kepada penerima pesan melalui
berbagai media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan komunikasi.
Sebagai sebuah proses, Effendy (2003: 60), mengartikan komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan
perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka
maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau
perilaku.
2. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsuung dalam diri
kita, ia meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri dan kegiatan-kegiatan
mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan
kita (Effendy, 1993: 58).
3. Komunikasi Interpersonal
Burgon dan Huffner (2002: 24) yang menyatakan bahwa komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan
umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Pengertian ini
dianggap lebih fleksibel dimana sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi,
media komunikasi punya andil besar dalam proses komunikasi interpersonal saat ini.
Rakhmat (2013: 127), mengatakan bahwa ada tiga faktor yang bisa
menumbuhkan hubungan interpersonal, yakni rasa percaya (trust), sikap suportif, dan
sikap terbuka.
4. Komunikasi Massa
Liliweri (2011: 3) menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah bentuk
komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator
dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh
(terpencar), sangat heterogen dan meninggalkan efek tertentu.
5. Media Baru (New Media)
Perkembangan teknologi telah melahirkan teknologi komunikasi baru yang
kerap disebut new media. Meminjam pendekatan yang dipakai oleh Sonia Livingstone,
istilah “new” di sini lebih dipahami sebagai apa yang baru bagi masyarakat, yakni
dalam konteks sosial dan kultur, bukan dengan semata-mata memahaminya hanya
sebagai sebuah piranti atau artefak di mana lebih berkaitan dengan konteks teknologi
itu sendiri (Flew, 2008: 5).
6. Teori Perbandingan Sosial
Teori perbandingan sosial dikembangkan oleh Festinger (1954). Festinger
menyatakan (dalam Sarwono 2003: 170) bahwa setiap orang mempunyai dorongan
(drive) untuk menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara
membandingkannya dengan pendapat atau kemampuan orang lain. Dengan cara itulah
orang bisa mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh
kemampuan yang dimilikinya.
Festinger (dalam Myers dan Crowther, 2009: 687), menyatakan bahwa
perbandingan sosial dibagi ke dalam dua tipe, yaitu:
a. Upward comparison atau perbandingan ke atas, yaitu ketika individu
membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka percaya lebih baik
daripada dirinya.
b. Downward comparison atau perbandingan ke bawah, yaitu ketika individu
membandingkan dirinya ddengan orang lain yang mereka percaya lebih
buruk daripada dirinya.
7. Teori Kelompok Acuan
Dalam menentukan suatu produk yang akan dibeli, seorang konsumen dapat
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti harga, brand, iklan, dan lain-lain. Namun,
seorang konsumen bisa juga dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya yang dinamai
kelompok acuan.
Kelompok acuan atau yang bisa juga disebut kelompok referensi adalah
seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku
seseorang (Sumarwan, 2003: 250).
Sumarwan (2003: 307), menyatakan bahwa ada tiga pengaruh kelompok acuan
terhadap seorang konsumen, yaitu pengaruh normatif, pengaruh ekspresi nilai, dan
pengaruh informatif.

8. Terpaan Media
Menurut Shore (dalam Kriyantono, 2006: 26), terpaan media tidak hanya
menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa,
tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan-pesan media tersebut.
Menurut Rakhmat (2013: 66) terpaan media adalah banyaknya informasi yangn
diperoleh melalui media, yang meliputi frekuensi, atensi, dan durasi penggunaan pada
setiap jenis media yang digunakan.
9. Minat Beli
Minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek
yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian (Kotler, 2002: 15).
Menurut Ferdinand (2002: 129), minat beli dapat diidentifikasi melalui
indikator-indikator sebagai berikut:
a. Minat traksaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk merefrensikan
produk kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Prefrensi ini hanya
dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif


digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan
antarvariabel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Proportionate Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan apabila populasi
mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono,
2010: 64). Jumlah sampel yang diambil dalam teknik ini menggunakan rumus alokasi
proporsional (Sugiyono, 2010: 80) sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 75
orang. Mahasiswa Ilmu Komunikasi memiliki hubungan erat dengan industri media
dan penggunaan teknologi informasi, contohnya adalah media sosial dan penggunaan
smartphone. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linear berganda yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
hubungan yang signifikan antarvariabel dengan variabel independen berjumlah tiga
variabel.
Sajian dan Analisis Data

1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan data yang
dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan
dengan menggunakan korelasi product moment pearson. Sebuah item dikatakan valid
jika r-hitung > r-tabel.

Variabel Butir r-hitung r-tabel Keterangan


Perbandingan sosial 1 0,621 0.1914 Valid
2 0,739 0.1914 Valid
3 0,486 0.1914 Valid
4 0,615 0.1914 Valid
5 0,794 0.1914 Valid
6 0,647 0.1914 Valid

Kelompok Acuan 1 0,496 0.1914 Valid


2 0,516 0.1914 Valid
3 0,703 0.1914 Valid
4 0,668 0.1914 Valid
5 0,705 0.1914 Valid
6 0,562 0.1914 Valid
7 0,6 0.1914 Valid
8 0,71 0.1914 Valid
9 0,647 0.1914 Valid
10 0,502 0.1914 Valid

Terpaan Tayangan 1 0,482 0.1914 Valid


2 0,579 0.1914 Valid
3 0,767 0.1914 Valid
4 0,706 0.1914 Valid
5 0,723 0.1914 Valid
6 0,686 0.1914 Valid
7 0,716 0.1914 Valid
8 0,526 0.1914 Valid
9 0,606 0.1914 Valid

Minat Beli 1 0,65 0.1914 Valid


2 0,736 0.1914 Valid
3 0,707 0.1914 Valid
4 0,543 0.1914 Valid
5 0,654 0.1914 Valid
6 0,664 0.1914 Valid

Perbandingan sosial 1 0,621 0.1914 Valid


2 0,739 0.1914 Valid
3 0,486 0.1914 Valid
4 0,615 0.1914 Valid
5 0,794 0.1914 Valid
6 0,647 0.1914 Valid

Kelompok Acuan 1 0,496 0.1914 Valid


2 0,516 0.1914 Valid
3 0,703 0.1914 Valid
4 0,668 0.1914 Valid
5 0,705 0.1914 Valid
6 0,562 0.1914 Valid
7 0,6 0.1914 Valid
8 0,71 0.1914 Valid
9 0,647 0.1914 Valid
10 0,502 0.1914 Valid

Terpaan Tayangan 1 0,482 0.1914 Valid


2 0,579 0.1914 Valid
3 0,767 0.1914 Valid
4 0,706 0.1914 Valid
5 0,723 0.1914 Valid
6 0,686 0.1914 Valid
7 0,716 0.1914 Valid
8 0,526 0.1914 Valid
9 0,606 0.1914 Valid

Minat Beli 1 0,65 0.1914 Valid


2 0,736 0.1914 Valid
3 0,707 0.1914 Valid
4 0,543 0.1914 Valid
5 0,654 0.1914 Valid
6 0,664 0.1914 Valid

2. Uji Reliabilitas
Ujian reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap
instrumen. Suatu instrumen memiliki tingkat kepercayaan tinggi (konsistensi) jika hasil
dari pengujian menunjukkan hasil yang tetap. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dinyatakan reliabel atau
handal jika koefisien Alpha Cronbach > 0,6 (Sugiyono, 2009), berikut adalah hasil uji
reliabilitas dalam penelitian ini:
Variabel Alpha Limit of Alpha Keterangan
Cronbach Cronbach
Perbandingan Sosial 0,732 0,60 Reliabel
Kelompok Acuan 0,814 0,60 Reliabel
Terpaan Tayangan 0,840 0,60 Reliabel
Minat Beli 0,739 0,60 Reliabel

Hasil uji reliabilitas menunjukkan semua variabel dalam penelitian memiliki


nilai koefisien Alpha Cronbach > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel
dalam penelitian ini dinyatakan reliabel atau handal.
3. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah data variabel dependen dan
independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Berikut adalah hasil analisis statistik
untuk pengujian normalitas:

Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Perbandingan 75 -.312 .277 -.531 .548
Sosial
Kelompok 75 -.313 .277 -.696 .548
Acuan
Terpaan Media 75 -.421 .277 -.532 .548
Minat Beli 75 -.466 .277 -.594 .548
Valid N 75
(listwise)

4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear kesalahan pengganggu (e) memiliki varians yang sama atau tidak dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi
Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Jika
nilai signifikansi lebih besar dari α (5%), maka tidak terdapat heteroskedastisitas, dan
sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih besar dari α (5%), maka dikatakan terjadi
heteroskedastisitas.
5. Uji Linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang sudah dibuat
pada penelitian ini memiliki hubungan yang linear. Uji linearitas dilakukan melalui
analisis grafik scatter plot yang diuji secara satu per satu yang bertujuan untuk melihat
linearitas hubungan masing-masing variabel X terhadap variabel Y. Analisis pengujian
linearitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan output grafik scatter plot, dari ketiganya terlihat titik-titik plot data
membentuk pola garis lurus dari kiri bawah naik ke kanan atas. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan yang linear dan positif antara masing-masing variabel independen
(perbandingan sosial, kelompok acuan, dan terpaan media) terhadap variabel dependen
(minat beli) yang ada di dalam penelitian ini.
Berdasarkan analisis grafik scatter plot di atas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang linear antara masing-masing variabel independen
(perbandingan sosial, kelompok acuan, dan terpaan media) terhadap variabel dependen
(minat beli) yang ada di dalam penelitian ini. Maka asumsi linearitas untuk model
regresi dalam penelitian ini sudah terpenuhi.
6. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi interkorelasi
(hubungan yang kuat) antar variabel independen. Uji multikolinearitas akan dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan VIF (variance inflation factor). Jika nilai tolerance
> 0,10 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas
pada penelitian tersebut. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel di atas menunjukkan nilai toleransi dan VIF dari ketiga variabel
independen. Nilai tolerance dari variabel perbandingan sosial, kelompok acuan,
terpaan media berturut-turut adalah 0,208, 0,143, dan 0,224. Hal ini menunjukkan
keempat variabel tersebut memenuhi persyaratan nilai tolerance > 0,10. Berikutnya
adalah nilai VIF dari variabel perbandingan sosial, kelompok acuan, dan terpaan media
secara berturut-turut adalah 4,803, 7,003, dan 4,462. Hal ini menunjukkan keempat
variabel memenuhi persyaratan nila VIF < 10.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas sehingga memenuhi syarat untuk kemudian dianalisis dengan
menggunakan model regresi linear.
7. Uji t
Uji t-statistik dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut diantara variabel
perbandingan sosial, kelompok acuan, terpaan media, manakah variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap minat beli. Dasar pengambilan keputusan uji t parsial
dapat dilihat berdasarkan nilai t-hitung dengan t-tabel dan berdasarkan nilai
signifikansi variabel. Sebuah variabel independen (X) dikatakan berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen (Y) apabila t-hitung > t-tabel dan memiliki nilai
signifikansi < 0,05. Berikut adalah hasil uji t-statistik:

a. Pengaruh perbandingan sosial terhadap minat beli


Pada tabel di atas, diketahui bahwa variabel perbandingan sosial memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,105 yang berarti lebih besar dari 0,05 dan
memiliki t-hitung sebesar -1,640 yang berarti lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,99394. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbandingan sosial
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli.
b. Pengaruh kelompok acuan terhadap minat beli
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa variabel kelompok acuan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05
dan memiliki t-hitung sebesar 4,783 yang berarti lebih besar dari t-tabel
sebesar 1,99394. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelompok
acuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli.
c. Pengaruh terpaan media terhadap minat beli
Variabel terpaan media memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti
lebih kecil dari 0,05 dan memiliki t-hitung sebesar 5,903 yang berarti lebih
besar dari t-tabel sebesar 1,99394. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa terpaan media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
beli.
8. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel
independen secara bersama-sama atau secara simultan terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji F adalah berdasarkan nilai signifikansi dan
perbandingan antara nilai F-hitung dengan F-tabel. Variabel independen (X) dikatakan
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Y) apabila nilai signifikansi
< 0,05. Kedua, variabel independen (X) dikatakan berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen (Y) apabila nilai F-hitung > F-tabel. Berikut adalah tabel
yang digunakan untuk uji F:

Tabel di atas menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan F-hitung


sebesar 150,574. Karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan F-hitung > F-tabel (150,574
> 2,73), maka dapat dinyatakan bahwa variabel perbandingan sosial, kelompok acuan,
dan terpaan media secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel minat beli.

9. Koefisien Determinasi
Tingkat ketepatan suatu garis regresi dapat diketahui dari besar kecilnya
koefisien determinasi atau koefisien R2. Nilai R2 dalam analisis regresi dapat
dipergunakan sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang
diperoleh. Koefisien determinasi juga memiliki kemampuan untuk mengukur besar
proporsi dari jumlah ragam variabel dependen (Y) yang diterangkan oleh model
regresi. Berikut adalah output uji regresi linear berganda yang diperoleh:
Berdasarkan output di atas diketahui nilai R2 sebesar 0,864, hal ini
mengandung arti bahwa pengaruh variabel perbandingan sosial, kelompok acuan, dan
terpaan media secara simultan terhadap variabel minat beli adalah sebesar 86,4%,
sedangkan sisanya sebesar 13,6% dijelaskan variabel lain di luar penelitian ini.

Kesimpulan

Perbandingan sosial dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap minat beli smartphone mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas
Maret. Hal ini membuktikan bahwa, perbandingan sosial hanya memiliki pengaruh
yang kecil terhadap pembentukan minat beli seseorang, hal ini bisa jadi disebabkan
karena responden dalam penelitian berada dalam satu lingkup strata pendidikan yang
sama sehingga tidak ada ketimpangan secara sosial ekonomi yang terlalu jauh. Namun,
perbandingan sosial bisa menjadi salah satu faktor penguat yang signifikan dalam
pembentukan minat beli mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret
apabila dipadukan dengan dua variabel lain yang ada dalam penelitian ini, yakni
kelompok acuan dan terpaan media.
Kelompok acuan, berdasarkan pada hasil penelitian ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap minat beli smartphone mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Sebelas Maret. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fradipta (2017)
mengenai “Pengaruh Iklan Internet dan Kelompok Referensi terhadap Niat Beli Produk
Smartphone Xiaomi” yang dilakukan pada seluruh anggota situs portal www.kaskus.us
dalam forum (Official Lounge) Xiaomi dan grup Facebook Xiaomi Indonesia.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa Kelompok Referensi memiliki pengaruh
signifikan terhadap niat beli.
Terakhir, adalah faktor terpaan media, yang dalam penelitian ini dispesifikkan
dalam bentuk tayangan konten product review smartphone di YouTube. Menurut hasil
penelitian ini, terpaan media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli
smartphone mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rumondang Eliza Maria Sinaga dan Andriani
Kusumawati (2018) yang berjudul “Pengaruh YouTube Beauty Vlogger terhadap
Minat Beli Konsumen dan Dampaknya terhadap Keputusan Pembelian Produk” yang
juga berpendapat demikian, bahwa terpaan media memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap minat beli.
Daftar Pustaka

Burgon., Huffner. 2002. Human Communication. London: Sage Publication.


Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ferdinand, Augusty. 2002. Pengembangan Minat Beli Merek Ekstensi. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Flew, Terry. 2008. New Media: An Introduction (3rd Edition). South Melbourne:
Oxford University Press.
Khaniwale, Manali. 2015. Consumer Buying Behavior. International Journal of
Innovation and Scientific Research ISSN 2351-8014 Vol. 14 No. 2 Apr. 2015,
pp. 278-286.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Jilid 1: Edisi Milenium. Jakarta:
Prehallindo.
Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Perdana.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana.
Myers, T.A., Crowther, J.H. 2009. Social Comparison as a Predictor of Body
Dissatisfaction: A Meta-Analytic Review. Journal of Abnormal Psychology
118(4), 683-698.
Rakhmat, Jalaludin. 2013. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya Dalam
Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

You might also like