You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No.

1, April 2014

IbM BAGI PETAMBAK UDANG TRADISIONAL DI DESA MASARAN, KECAMATAN


BANYUATES, KABUPATEN SAMPANG, YANG GULUNG TIKAR AKIBAT KASUS
KEMATIAN UDANG YANG TERUS MENERUS

IbM FOR TRADITIONAL SHRIMP FARMERS IN MASARAN VILLAGE, BANYUATES


DISTRICT, SAMPANG REGION, THAT CAPITAL LOSTED BY SHRIMP DEAD CASES
CONTINUOESLY

Sudarno, Gunanti Mahasri dan Kismiyati

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Tiger shrimp (Penaeus monodon Fab) is one of the economically important shrimp, until 1992
became the most important of non petroleum export commodity from fishery sector. Since the end of
1993 up to now, the Penaeus monodon Fab death level has been relatively high and due to this
circumstance have been caused many ponds collapsed so that the shrimp production was dramatically
declined for year by year.
Banyuates District is one of the Sampang Region areas which have big fisheries potential,
aspecially for the breakist water pond, that the topest as the other district. There are a lot of shrimp dead
cases until now. But, so that 80% of breakist water pond were broken and not operational.
The objective of this societies service activities is applicated a new shrimp culture technology
with traditional plus Imuno-Biocirculation System. Imuno-Biocirculation System (SI-PBR) for increases
the shrimp harvest at Candi District Region of Sidoarjo, at May until Desember 2013. The method using
in the activity were socialitation/counseling, dempond and guiding to application of the SI-PBR model in
one periode. Monitoring and evaluation about this result were done in one month after the activity ending.
This result showed that a positive indication. There was the knowledges of the farmer in ceases
by socialization, it also applicated a model in the right method for shrimp culture. There were also
showed that the SI-PBR model can in ceased the shrimp harvest from 272,43 kg/ha to 854,66 kg/ha, it
means was increased 313%.
The conclution of this activity is the SI-PBR model can increased the shrimp harvest and can
applicates in more larges area in Sidoarjo Region.

Keywords : Tiger Shrimp, Idle Ponds, Traditional Plus, Imuno-Biosirculation, Harvesting

Pendahuluan tinggi (Rosati, 1994). Mulai tahun 1993


Salah satu jenis udang laut yang produksi ini menurun sebesar 70% yang
mempunyai nilai ekonomis penting adalah dikarenakan terjadi kasus kematian udang
Udang windu (Penaeus monodon Fab). Sampai windu baik di tambak maupun di Hatchery,
sekarang udang windu masih merupakan yang dikarenakan oleh serangan penyakit
primadona komoditas eksport non migas dari maupun penurunan kualitas air. Kasus kematian
sektor perikanan. Udang Vannamei yang masuk ini berlanjut hingga sekarang, akan tetapi pada
ke Indonesia diharapkan dapat menggantikan tahun 1997 dan 1998 produksi udang windu
kedudukan udang windu masih belum dapat baik benur maupun ukuran konsumsi udang
diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha terjadi peningkatan hingga 30% dengan harga
budidaya udang windu ini masih mempunyai jual mencapai Rp.170.000,- per kg size 30 ekor.
prospek yang cerah dan merupakan andalan dari Untuk selanjutnya kondisi produktivitas udang
sektor perikanan. Nilai eksport udang windu windu menunjukkan grafik yang naik turun, dan
pada dekade sepuluh tahun yang lalu tepatnya berbagai trobosan untuk mengatasi sudah
pada tahun 1992 mencapai 1200 U$ Dolar, dan banyak dilakukan (Taslihan, dkk. 2005).
saat itu Indonesia termasuk empat besar dunia Tingkat keberhasilan budidaya udang windu
negara pengeksport udang windu. Sebagai sangat ditentukan oleh usaha pembenihan udang
sumber protein udang windu juga mempunyai yang dilakukan oleh Panti Pembenihan
peran yang besar dalam pemenuhan protein (Hatchery), Panti Pembenihan Skala Rumah
hewani asal ikan, karena nilai gizinya yang Tangga (Backyard) maupun skala besar dalam

59
IbM Bagi Petambak Udang......

menyediakan benur udang yang berkualitas dan memberikan hasil yang terbaik dan memenuhi
bebas penyakit. target panen, hal ini disebabkan karena suatu
Kecamatan. Banyuates merupakan teknologi harus disesuaikan dengan daya
salah satu kecamatan yang mempunyai potensi dukung lingkungan yang selalu mengalami
besar dalam sektor perikanan, baik perikanan perubahan (Subandriyo, 1997). Kematian udang
tangkap maupun budidaya. Luas pertambakan yang terjadi pada usaha budidaya perikanan
di Kabupaten Sampang adalah sekitar 3.765 umumnya disebabkan karena adanya serangan
hektar, yang sebagian besar terletak di derah penyakit, lingkungan yang kurang mendukung
pesisir (pantai). Produksi udang sebelum terjadi dan teknologi yang diterapkan tidak sesuai.
kasus kematian udang tahun 1993 secara Selanjutnya dikatakan untuk mencegah
nasional mencapai 7.34 ton per hektar per masuknya pencemaran lingkungan ke dalam
tahun. Adanya kasus kematian udang tambak dapat diatasi dengan menggunakan
menyebabkan penurunan produksi hingga 82% system budidaya perikanan dengan resirkulasi.
menjadi rata-rata 1,67 to per hektar per tahun. Pada system ini, air yang telah digunakan dan
Salah satu desa di Kabupaten Sampang, yang sudah mengalami penurunan mutu diolah
merupakan daerah pertambakan dan mempunyai kembali (dengan resirkulasi) pada petakan
potensi yang besar dalam bidang perikanan tertentu, sehingga dapat berdayaguna kembali.
adalah Desa Masaran, Kecamatan Banyuates. Untuk mendapatkan kualitas air yang
Selama ini para petambak di Desa optimal pada budidaya perikanan dengan
Masaran tersebut dalam mengelola tambaknya system resirkulasi, dapat dilakukan dengan
masih menggunakan cara yang turun temurun menggunakan filter biologis atau dengan bahan
dari nenek moyangnya. Sehingga hasil panen kimia. Penggunaan bahan kimia dapat
yang diperoleh hingga sampai sekarang masih menyebabkan dampak negatif yaitu dapat
jauh dari target, bahkan sejak adanya kasus menyebabkan resistensi dan menimbulkan
kematian udang sejak tahun 1994, banyak residu pada tubuh udang. Anonimus (1996) dan
petambak tersebut yang gulung tikar, karena Subandriyo (1997) mengatakan bahwa filter
gagal panen beruntun sampai saat ini. biologis yang dapat digunakan adalah dengan
Penghasilan para petambak ini sangat rendah, ikan bandeng, ikan nila, kerang hijau (Mytilus
dengan rata-rata penghasilan hanya mencapai sp.), dan rumput laut (Ulva pertusa).
1,2 juta pada tiap periode panen yaitu selama 3 Selanjutnya dikatakan bahwa dengan rumput
– 3,5 bulan. Di dalam perjalanan waktu dengan laut dapat meningkatkan carrieng capacity
kondisi perekonomia yang semakin buruk system sebesar 36%, serta dapat meningkatkan
tersebut, para petambak berganung dengan CV. kelulushidupan (SR) udang windu dari 61%
Putri Mandiri Grup, dimana manajemn usaha menjadi 86%. Mahasri (2001) mengatakan
tambaknya di bawah CV tersebut mulai tahun bahwa filter biologis ikan bandeng sebanyak
2001. 1000 ekor dalam petak dengan luas 1000 m
Untuk menanggulangi penyebab persegi (1 ekor per meter persegi) dapat
rendahnya hasil panen udang tersebut, dapat meningkatkan kelulushidupan (SR) hingga
dilakukan dengan sentuan teknologi pada 82%.
tambak tradisional menjadi tradisional plus Penggunaan imunostimulan pada
dengan System Imuno Bio-Resirkulasi (SI- budidaya udang windu sudah banyak dilakukan
PBR). Sistem ini merupakan pengembangan untuk meningkatkan daya tahan dan dapat
dari system tradisional plus, dengan aplikasi meningkatkan kelulushidupan udang.
imunisasi pada benih yang akan ditebar dan Imunostimulan dari dinding sel bakteri dapat
penerapan filter biologis dari ikan bandeng yang meningkatkan system pertahanan tubuh udang
diterapkankan pada design atau layout tambak stadia benih dan meningkatkan kelulusan hidup
yang ada. Menurut Mahasri (2007), Salfira benih udang hingga 93% Sedang Aksono (2005)
(1998) dan Rukyani (1996), yang menyatakan mengatakan bahwa imunostimulan dari protein
bahwa dengan imunostimulan dapat VP 28 virus WSSP dapat meningkatkan
meningkatkan tingkat kelulushidupan (SR) kelulushidupan udang hingga 100% dan
udang windu di tambak hingga 86%. Selanjtnya Mahasri (2007) dalam hasil penelitiannya
oleh Mahasri (2001), Chamratkhakool (1996) mengatakan bahwa imunostimulan dari protein
dan Subandriyo (1997) bahwa dengan filter membran imunogenik Zoothamnium penaei
biologis dari ikan bandeng pada tambak dapat meningkatkan kelulushidupan udang dari
tradisional plus dapat meningkatkan hasil panen 10% hingga mencapai 96%.
hingga 82%. Budidaya udang dengan System
Penerapan teknologi dalam usaha Imuno-Probiosirkulasi (SI-PBR), merupakan
budidaya perikanan tidak selamanya upaya meningkatkan hasil panen udang dengan

60
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014

penerapan imunisasi dan filter biologis dengan Pembuatan Pertak Resirkulasi


ikan bandeng. Sistem ini merupakan gabungan dilakukan langsung di tambak milik CV. Putri
antara penggunaan imunostimulan pada benih Mandiri Grup. Proses pembuatannya meliputi :
udang sebelum ditebar untuk meningkatkan (1) Penyedian lahan dan petakan tambak, (2)
daya tahan tubuh udang. Imunostimulan yang Penyiapan dan pembuatan filter biologis dari
digunakan adalah adalah imunostimulan dari ikan bandeng yang sesuai dengan fungsinya, (3)
protein membran imunogenik MP Zoothamnium Penyediaan imunostimulan.
penaei untuk mencegah serangan penyakit Tahap penyuluhan dan peragaan.
zoothamniosis (Mahasri, 2007). Disamping Penyuluhan dan peragaan cara
system ini juga menggunakan probiotik untuk pembuatan petak SI-PBR dengan biofilter ikan
mempertahankan kualitas air. Gunarto, dkk. bandeng dilakukan dengan mengunjungi
(2006), Shou Jun, et al. (2005) dan Maeda, et al. petambak yang bergabung di CV-PMG di Desa
(2000) dan Sharift, et al. (2001) mengatakan Masaran, Kecamatan Banyuates, Kabupaten
bahwa penggunaan probiotik dengan berbagai Sampang (door to door). Metode ini
jenis bakteri pengurai bahan organik pada dilaksanakan dengan pertimbangan efektivitas
budidaya udang windu sudah banyak dilakukan dan efisiensi kerja tim pelaksana pengabdian
untuk meningkatkan kelulushidupan udang kepada masyarakat dan kemudahan pihak
hingga 86 - 93%. khalayak sasaran untuk menerima pengetahuan
Penggunaan filter biologis ikan tentang SI-PBR. Adapun materi penyuluhan
bandeng 1 ekor per meter persegi dalam sistem meliputi tentang budidaya udang windu SI-PBR
ini dilakukan pada petak resirkulasi yang sudah dengan biofilter ikan bandeng dan petak tandon
didesign pada petakan tambak udang. Tujuan serta patak pemeliharaan. Tahap peragaan
dari filter ini adalah untuk menyeimbangkan secara langsung dilakukan di lokasi tambak
biomassa plankton, mengurangi senyawa nitrit sehingga khalayak sasaran dapat lebih
dan amoniak, karena ikan bandeng dapat memahami dan mengerti materi penyuluhan
mengakumulasi senyawa tersebut dalam tubuh dengan baik sehingga dapat mengoperasikannya
udang, sehingga tidak terjadi pembusukan di di lapangan. Disamping itu juga dilakukan
dalam tambak. Hasil penelitian Mahasri (2007) peragaan tentang teknik imunisasi pada benih
menunjukkan bahwa dengan system imuno udang.
bioresirkulasi dapat meningkatkan Tahap Penerapan Budidaya Udang Dengan
kelulushidupan udang windu dari 40% menjadi System SI-PBR.
82% pada tambak tradisional plus. Bertitik tolak Pada tahap ini merupakan tahap penerapan
dari analisis situasi di atas maka sangat perlu langsung budidaya udang windu dengan Sistem
diterapkan teknologi tepat guna pada budidaya SI-PBR di tambak. Tahap ini diawali dengan
udang di tambak milik CV. Putri Mandiri Grup pengecekan ulang petakan SI-PBR dengan filter
dengan system tradisional plus dengan Sistem biologi yang digunakan adalah ikan bandeng.
Imuno-Probiosirkulasi, dengan tujuan Penyediaan benih dilakukan oleh tim penyuluh,
meningkatkan hasil panen udang windu bagi dalam hal ini tim penyuluh bersifat sebagai
petambak di Desa Masaran tersebut. pembimbing selama satu siklus pemeliharaan
udang yaitu kurang lebih selama 4 bulan.
Materi dan Metode Selama masa pemeliharaan udang satu siklus,
Berdasarkan identifikasi permasalahan kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
pada mitra, maka permasalah utama yang harus pengontrolan terhadap petak sirkulasi, kualitas
segera ditangani adalah: 1) Permasalahan air dan kesehatan dan pertumbuhan udang
tambak yang rusak dan tidak operasional, sebagai data pendukung penilaian tingkat
2) Hasil Panen rendah, sehingga gulung tikar, 3) keberhasilan SI-PBR yang diterapkan.
Penghasilan petambak yang sangat rendah dan
4) Rendahnya pengetahuan dan keterampilan Hasil dan Pembahasan
dalam melaksanaka usaha tambak. Kegiatan ini merupakan kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan ini terdiri pengabdian kepada masyarakat yang
dari tiga tahap yaitu : (1) Tahap pembuatan menerapkan Sistem Imunobio-Sirkulasi (SI-
petak SI-PBR dan petakan pemeliharaan udang, PBR) yang merupakan teknologi tepat guna
(2) Tahap penyuluhan dan peragaan serta (3) yang diterapkan dalam budidaya udang baik
Tahap penerapan budidaya udang di tambak windu maupun vannamei, dengan menggunakan
tradisional dengan sistem biofilter dengan ikan imunostimulan, bio filter dan sirkulasi air
bandeng. tambak. Menurut Mahasri (2007) mengatakan
Tahap pembuatan Petak SI-PBR. bahwa imunostimulan dari Zoothamnium
penaei dapat meningkatkan tingkat

61
IbM Bagi Petambak Udang......

kelulushidupan udang yang dipelihara dari 10 disesuaikan dengan teknologi, maka akan
hingga 81%. Sedangkan biofilter yang dapat memerlukan waktu yang lama dan biaya yang
diperankan oleh ikan bandeng (Chanos chanos sangat besar. Disain tataletak tambak pola
Forsk) atau rumput laut dapat digunakan untuk tradisional dengan SI-PBR secara lengkap
menyeimbangkan bio massa (plankton) di air disajikan pada Lampiran 1.
tambak agar tetap dalam kondisi seimbang. Persiapan tambak dimulai dengan
Selanjutnya dikatakan bahwa sirkulasi air pengeringan tanah hingga kering selama sekitar
merupakan salah satu tindakkan yang mutlak satu bulan, kemudian dilakukan pengapuran
harus dilaksanakan dalam kegiatan budidaya dosis 1 ton/ha dan pembalikan tanah
udang untuk mempertahankan kualitas air. (penyingkalan) yang dilanjutkan dengan
Penerapan SI-PBR ini akan didapatkan pemberantasan hama dan penyakit dengan
hasil panen udang yang berkualitas dan bebas menggunakan THIODAN. Pupuk yang
penyakit. Air tambak akan tetap dalam kondisi digunakan adalah urea dan TSP dengan dosis
yang berkualitas, sehingga penyakit tidak masing-masing 200 dan 100 kg/ha. Perbaikan
muncul selama budidaya dan udang dapat tanggul dan kedhok teplok dilakukan untuk
tumbuh dengan baik dan sehat. Di Thailand menutup kebocoran dan perembesan air,
biosirkulasi ini sudah diterapkan pada tambak kemudian dilanjutkan dengan pembuatan caren,
udang windu dan dapat meningkatkan produksi pembersihan kotoran dan pengaturan
hingga 2 ton per hektar (Chifumi, et al., 2005), kemiringan lantai sehingga memudahkan dalam
di China dapat meningkatkan tingkat sirkulasi air.
kelangsungan hidup (SR) hingga 81% dan di Pembuatan tendon filter biologis juga
India dapat meningkatkan produksi hingga 3 diawali kegiatan seperti pada persiapan petak
kali jika dibandingkan dengan sistem budidaya pemeliharaan. Filter biologis yang digunakan
intensif. Menurut Mahasri (2000), menyatakan adalah ikan bandeng dengan padat penebaran 5
bahwa aplikasi SIBR pada tambak tradisional ekor/m2. Pada kegiatan ini digunakan 1.250
plus dapat meningkatkan tingkat ekor bandeng. Pengisian air dilakukan dua
kelulushidupan (SR) udang windu di tambak minggu sebelum dimasukkan ke petak
hingga 86%. Tahapan dari penerapan pemeliharaan udang windu. Fungsi ikan
model tambak pola tradisional plus SI-PBR ini bandeng adalah untuk memanfaatkan biomassa
mencakup : penyediaan lahan dan konstruksi fitoplankton dan bahan terurai yang melimpah,
tambak, persiapan tambak,pembuatan petak mendaur ulang nutrient dan menjaga
tandon dan filter biologis, manajemen kualitas perkembangan fitoplankton agar stabil, dan
air , penyediaan benur, pemeliharaan udang, untuk mengurangi beban lingkungan yang
pemberantasan hama dan penyakit, pemanenan berasal dari partikel organic dan nutrien dalam
dan manajemen pasca panen. air limbah. Pengairan petak pemeliharaan
Konstruksi tambak dan tata letak dilmulai dari pemasukan air dari petak tandon,
tambak menyesuaikan keadaan yang ada di dimasukkan ke petak pemeliharaan dengan
lokasi, sebab apabila harus merubah akan melalui pintu dari kayu. Imunostimulan yang
memerlukan waktu yang lama, sehingga di digunakan ada.lah imunostimulan dari
kawatirkan waktu penelitian tidak cukup. Zoothamnium penaei yang dapat meningkatkan
Bentuk petakan tambak yang digunakan untuk daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
penerapan ini adalah empat persegi panjang Imunostimulan ini digunakan untuk benur
sebanyak dua petak dengan luas masing-masing udang sebelum ditebar, dengan cara direndam
± 1.2 ha, kedalaman ± 100 cm. Tanggul dan dengan dosis 300 mikrogram per liter
dasarnya terbuat dari tanah lempung berpasir, Penebaran benih dilakukan setelah air
lebar tanggul utama ± 1,5 m dengan dasar dalam petak pemeliharaan mencapai ketinggian
tambak sedikit miring kearah pembuangan air. ± 60 cm dan sudah didiamkan selama dua hari
Bentuk petak tendon yang digunakan (± 48 jam). Benih yang ditebar dapat berupa
adalah empat persegi panjang luas ± 220 m2. benur (PL-11) ataupun yang sudah berukuran
Ukuran petak tendon tersebutmasuk sangat kecil glondongan. Penggunaan imunostimulan
jika dibendingkan dengan luas petak dilakukan pada tiap-tiap kantong plastik pada
pemeliharaan. Ukuran ideal petak tendon ini saat pengepakan untuk transportasi dengan
adalah 30 – 50% dari luas petak pemeliharaan. dosis tiga tetes per kantong. Untuk kegiatan ini
Kecilnya petak tendon yang dipergunakan tsb digunakan benih yang berukuran glondongan
dikarenakan dalam penelitian aksi ini prinsipnya dan diambil dari pengusaha glondongan di
adalah menggunakan petak-petak yang sudah sekitar lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk
tersedia, sebab apabila akan merubah bentuk mengurangi tingkat stress benih, karena kondisi
dan ukuran petak-petak yang ada dan perairan yang tidak terlalu jauh berbeda. Dua

62
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014

hari sebelum benih ditebar dilakukan pemberian Tabel 1 menunjukkan bahwa parameter
biocyn pada air tambak dengan dosis 1kg/ha, kualitas air tambak selalu dalam kisaran
yang bertujuan untuk menjaga kualitas air optimalisasi pertumbuhan udang. Hal ini
selama pemeliharaan. Untuk selanjutnya biocyn menunjukkan bahwa petak tandon dengan filter
diberikan tiap dua minggu sekali, dengan dosis biologis dari ikan bandeng dapat menghasilkan
1 kg/ha. Penebaran benih udang dilakukan pada kualitas air yang optimal.
pagi hari, dengan padat tebar 16 rean/ha. Pakan yang digunakan adalah pakan
Sirkulasi air dilakukan setelah udang buatan pabrik, diberikan sebanyak empat kali
berumur satu bulan di petak pemeliharaan, sehari (24 jam). Dosis dan ukuran pakan
dengan tujuan untuk mengurangi stress udang. disajikan pada Tabel 2.
Sirkulasi dilakukan dengan cara tiap hari Pertumbuhan udang sejak awal hingga
mengurangi sebanyak 10 – 20% dikeluarkan umur dua bulan relatif normal dan merata serta
melalui pintu pengeluaran. Sambil menunjukkan adanya peningkatan seperti
mengeluarkan air pemasukan air dari petak disajikan pada Tabel 3.
tandon juga dilakukan sebanyak air yang Pemantauan penyakit dilakukan setiap
dikeluarkan. Sirkulasi air ini ditujukan untuk hari mulai udang berumur satu bulan di tambak,
menggantikan air agar air selalu dalam keadaan dengan melihat gejala klinis yang Nampak dan
baik dan bersih serta sebagai pengganti aerasi dengan pengambilan sampel. Selama
yang umumnya dengan menggunakan kincir air. pemeliharaan udang, tidak ditemukan adanya
Arah sirkulasi air ini disajikan pada Lampiran 1 penyakit yang menyerang
dan hasil lengkap pemantauan kualitas air pada Padat penebaran bandeng adalah satu
tambak disajikan pada Tabel 1. rean/ha, sehingga dalam penelitian ini bandeng
yang ditebar sebanyak 5.000 ekor. Dalam hal ini
Tabel 1. Hasil Rata-rata Pemeriksaan Parameter bandeng berfungsi untuk memanfaatkan
Kualitas Air selama Pemeliharaan ganggang dan plankton yang berlimpah dan
Udang berfungsi sebagai filter biologis seperti pada
Parameter Kisaran Nilai petak tandon. Dengan sistem ini ternyata sangat
Kecerahan ( Cm ) 30 – 35 efektif untuk menjaga kelangsungan hidup
Suhu ( oC ) 27 – 32 udang dan pertumbuhan udang menjadi normal
Salinitas ( ppt ) 13 – 21 kembali. Pertumbuhan udang pada umur 90 hari
pH 7.5 - 8.5 ukuran udang sudah mencapai 40 – 45 ekor per
Oksigen terlarut ( ppm ) 4–6 kilogram (size 40-45).
Nitrit ( ppm ) 2–5 Panen udang dilaksanakan setelah
Carbondioksida 0.1 – 0.2 udang berumur kurang lebih tiga bulan di

Tabel 2. Cara, Dosis dan Waktu Pemberian Pakan


Ukuran Udang Jenis Pakan Dosis (%) BB/hari Waktu Pemberian
PL 15 – PL 20 Flake 25 – 50 4x
< I gram Crumble 25 – 50 4x
1 – 5 gram Pelet Φ 1 mm 25 – 50 4x
5 – 6 gram Pelet Φ 1.5 mm 15 – 25 4x
11 – 15 gram Pelet Φ 2.5 mm 8 – 15 4x
20 – 30 gram Pelet Φ 4 mm 4–8 4x

Tabel 3 Pertumbuhan Udang Selama Periode Pemeliharaan


Hari ke- Berat (gram)
0 (PL- 25/30) 0.03 – 0.35
20 1.7 – 1.9
40 9.0 – 9.3
60 15.5 – 16.6
90 20 – 26

63
IbM Bagi Petambak Udang......

Tabel 4. Hasil Panen Udang Pada Petak Pemeliharaan


No. Petak Pemeliharaan Udang Petak Pemeliharaan Petak Pemeliharaan
dengan SI-PBR (Kg/Petak) Kontrol (Kg/Petak) Bandeng (Kg/Pertak)
I. 791 269 566
II. 808 - -
III. 932 - -

tambak dan udang sudah mencapai size 35 – 40 dengan ikan bandeng. Untuk hasil panen belum
ekor per kilogram. Hasil panen udang dari ke dapat dievaluasi karena sampai sekarang
tiga petak pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel petambak masih proses pemeliharaan udang dan
4. Tingkat keberhasilan dari penerapan direncanakan panen pada bulan Februari 2014.
teknologi ini sangat tergantung dari keadaan Berdasarkan hasil penerapan metode
tambak, lokasi tambak dan iklim/musim. SI-PBR menunjukkan adanya peningkatan hasil
Adapun kendala yang harus dihadapi dalam panen udang hingga 376%. Hasil evaluasi
penerapan teknologi ini antara lain adalah : setelah kegiatan pengabdian kepada masyarakat
terlalu kecilnya petak tandon, sulitnya selesai menunjukkan bahwa terdapat 4 dari 20
mendapatkan benih (glondongan) yang bermutu petambak yang menerapkan SI-PBR pada
dan bebas penyakit serta sulitnya menahan pemeliharaan udang, akan tetapi hasil panen
penularan penyakit dari petak pemeliharaan belum dapat dilaporkan karena masa tanam satu
lain. Sedangkan faktor-faktor yang mendukung periode adalah 3 bulan, sehingga belum saatnya
keberhasilan dari penerapan teknologi ini antara panen.
lain adalah adanya kerjasama yang baik antara
peneliti, petambak, penduduk sekitar dan Kesimpulan
instansi terkait. Penerapan SI-PBR terbukti dapat meningkatkan
Berdasarkan Tabel 4 di atas daya tahan tubuh udang sehingga udang tidak
menunjukkan bahwa hasil panen udang windu terserang penyakit selama pemeliharaan
pada tiap-tiap berturut-turut 791, 808, 93 Kg per Petak sirkulasi dengan filter biologis dari ikan
Petak, dengan rata-rata 884.33 kg dan ikan bandeng dapat meningkatkan dan
Bandeng 566 Kg . Jika dibandingkan dengan mempertahankan kualitas air tambak
hasil panen pada tambak di sekitar kegiatan pemeliharaan udang, sehingga selalu kondisi
yang menunjukkan bahwa tiap petak rata-rata yang optimal untuk kehidupan udang windu.
adalah 265,43 Kg per Petak. Hasil tersebut Model budidaya udang pola tradisional plus
menunjukkan bahwa dengan menggunakan dengan SI-PBR dapat meningkatkan hasil panen
model budidaya udang pola tradisional plus udang windu hingga 376%, sehingga dapat
dengan sistem SI-PBR dapat meningkatkan direkomendasikan untuk diperluas
hasil panen dari 272 .43 Kg. menjadi rata-rata penerapannya pada di kecamatan Banyuates,
884.3 Kg per petak dengan luas rata-rata 1 Ha. sampan, Madura khususnya dan di Indonesia
Jika dipersentasekan adalah sebesar 313%. pada umumnya.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di Untuk menerapkan model budidaya pola
atas maka model budidaya udang pola tradisional plus dengan SI-PBR disarankan
tradisional SI-PBR dengan filter dari bandeng minimum menggunakan 3 petakan yaitu satu
sangat menguntungkan, karena walaupun juga petak untuk petak tandon dengan filter biologis
terjadi serangan penyakit, tidak sampai ikan bandeng. Dua petak berikutnya adalah
mematikan dan masih dapat teratasi, tidak untuk petak pemeliharaan udang.
seperti tambak-tambak di sekitar tambak Perlu pemantauan terhadap kesehatan udang
percontohan. secara rutin dan kualitas air selama penerapan
Evaluasi hasil sosialisasi / penyuluhan model budidaya udang pola tradisional plus SI-
yang dilakukan dengan cara mendatangi PBR untuk menjaga optimalisasi parameter
langsung pada petambak menunjukkan adanya kualitas air.
peningkatan pengetahuan tentang model
budidaya udang pola tradisional plus dengan Daftar Pustaka
Sistem BMP. Hal ini terbukti bahwa para Aji, B., S. Ginting dan M. Cristina. 1998.
petambak yang turut berperan serta dalam Rezeki dari Si Bongkok. Kontan. No.
kegiatan ini sudah menerapkan pola tradisional 40.Tahun II.
plus dengan melakukan pengapuran dan Chifumi, Thongchai, Osamu & Kurokura, 2005.
pembuatan petak sirkulasi dengan filter biologi Incentive to shifts in Water

64
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014

management systems by shrimp Rukyani, A, 1994, Jenis Penyakit Udang,


culturist in Shouthern Thailand, Makalah Pertemuan Aplikasi Paket
Fisheries Science, Vol 71, Issue 4, Teknologi Pertanian, BIP Lampung, 9
Pages 791-8 – 11 Januari 1994.
German, M, Eduardo U, Gasper S & Elizabeth Sharift, M, F.M Yosoff, T.N Devaraja &
V.B, 2008. A Comparison of Larval Srinivasan R, 2001. The Effectiveness
production of the Nothern scallop, of a commercial microbiol product in
Argopertempurpuratus, in closed and Poorly prepared tiger shrimp Penaeus
recirculating Culture system, monodon ponds, Aquaculture Research
J.Aquaeng, Vol 38, 11.004. Vol 32 Issue 3 : 181-7
Haryanti. 2004. Broodstock Udang Vannamei. Subandriyo, 2001, Budidaya Udang dengan
Makalah pada Seminar Sehari Sistem Resirkulasi dan Masalahnya, Pt.
Perudangan Nasional: Upaya Charoen Pokphand Indonesia, Medan.
Mengatasi Problem Teknis dan Supito, A. Taslihan dan M. Murdjani. 2004.
Pemasaran Udang Melalui Solusi Pencegahan White Spot pada
Standarisasi Budidaya. Pembesaran Udang Windu di Tambak
KKP, 2013. Strategi pengembangan perikanan Sidoarjo dan Gresik Dengan Penerapan
budidaya dalam menghadapi daya BMP Balai Besar Pengembangan
saing, materi disampaikan pada Budidaya Air Payau
Seminar Nasional BKPIM 2013. Syarief, H dan Faisol Humaidi, 2006, Budidaya
Liao, I. C. 2000. Aquaculture Development: Udang Air Payau Sistem Tradisi
Challenges for the 21st Century. Berbasis Organik di Sidoarjo, Makalah
Maeda, M, K.Nogami & Y. Kotami, 200. Pertemuan Penerapan Teknologi BMP
Manipualtion of microbiol untuk Mendukung Revitalisasi
communities for Improving the Budidaya Udang, DKP – ACIAR,
Aquaculture Environment, Surabaya 6 – 8 Maret 2006. Hal 1 – 20.
J.Aquaculture, 02.035 : 192-8 Taslihan, A, Supito, Erik Sutikno, R.B.
Mahasri,G, 2007. Kemampuan ikan Bandeng Callinan, 2005, Teknik Budidaya
sebagai Filter Biologi dalam Menekan Udang Secara Benar, Balai Besar
Pertumbuhan Ciliata Patogen pada Pengembangan Budidaya Air Payau,
Tambak, LPPM Universitas Airlangga, Ditjen Perikanan Budidaya, Jakarta.
Surabaya Warta Pasar Ikan. 2005. Warta Pasar Ikan.
Moss, S. M. and S. M. Arce. 2003. SPF Direktorat Jenderal Perikanan.
Defined: Pathogen – Free Status of Departemen Kelautan dan Perikanan.
Shrimp Limited. Global Aquaculture Jakarta.
Advocate. Wu Xiongfei & Z. Zhidong, 2005. Closed
Rosati, R, 1994, Indonesian Shrimp Industry recirculating system for shrimp-
Status and Development Project, moluscha polyculture, J.oceano-limno,
Puslitbang Perikanan, Jakarta Vol 24 No 4 : 461-8
Rosy, L.J, Valeriano, L.C.Jr & Taizos, 2004. Yoram, A, 2006. Biofilters : The need for a new
Water quality and plytoplankton Comprehensive Approach, J.Aquaeng,
Stability in Response to application Vol 34 : 172-8
frequency of Bioargumentation agent
in Shrimp pond. In Press, Accepted
Manuscript, Available on line
Aquaculture Enginering doi
10.10.J.Aqua Eng.01.001 page :200-5

65

You might also like