Professional Documents
Culture Documents
Kelompok III :
1. CINDY IRAWATI
2. SUCI ANJARWATI
3. DINA ULFATUL CHOIRIYAH
4. NOVA ANISA SAFITRI
5. YENI AGUSTIN
i
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok
yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak
mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk
menduduki posisi terhormat di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi Wasallam pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga
seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ihsan.
Dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-
Yahsunu-Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di
depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau
berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari
kutipan percakapan Nabi Muhammad Saw. dengan malaikat Jibril ketika
beliau menjelaskan makna Ihsan, yaitu:
Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi Muhammad Saw. atas
janji Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan
menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah
berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, karena melalui kedua
orangtua itulah Allah Swt. menciptakan manusia. Sesudah Allah Swt.
menyebut hak kedua orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga),
2
yaitu berbuat kebajikan kepada mereka. Kemudian Allah Swt. menyebut hak
orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu anak yatim dan orang miskin.
Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin karena
orang miskin dapat berusaha sendiri, sedangkan anak yatim karena masih
kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada
orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan
agar mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian
Allah Swt. memerintahkan kepada Bani Israil agar melaksanakan salat dan
menunaikan zakat. Ruh shalat itu adalah keikhlasan dan ketundukan kepada
Allah Swt.. Tanpa ruh itu shalat tidak ada maknanya apa apa. Orang-orang
Bani Israil mengabaian ruh tersebut dari dulu hingga turun al-Qur'an, bahkan
sampai sekarang. Demikian juga dengan zakat. Kewajiban zakat bagi kaum
Bani Israil juga mereka ingkari. Hanya sedikit orang-orang yang mau mentaati
perintah Allah Swt. pada masa Nabi Musa dan pada setiap zaman. Pada akhir
ayat ini Allah Swt. menyatakan, “dan kamu (masih menjadi) pembangkang”.
Ini menunjukkan kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah
Allah Swt., yaitu “membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan
turunlah azab kepada mereka. Hadis yang terkait dengan perintah berbuat
Ihsan juga banyak sekali. Setiap hadis yang mengandung perintah berbuat
baik kepada sesama manusia, melarang berbuat kerusakan, atau perintah
beribadah kepada Allah Swt., itu semua merupakan perintah berbuat Ihsan. Di
antara hadis yang dengan tegas menyatakan agar kita berbuat Ihsan adalah
sabda Rasulullah Saw. berikut:.
Dalam hadis di atas Rasulullah Saw menegasan bahwa sikap dan perilaku
Ihsan itu diperintahkan oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Pada
surat al-Baqarah terdapat contoh pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan
Ihsan. Lebih lanjut, dalam hadis ini Rasulullah Saw memberikan contoh lain
tentang cara berlaku Ihsan. Jika harus membunuh (dalam peperangan), maka
harus dilakukan dengan baik, dilakukan karena Allah Swt., bukan karena
3
dendam atau yang lain, dan tidak pula menganiaya. Bahkan jika musuh
menyerah, maka tidak boleh dibunuh.
Kemudian pada bagian akhir dari hadis, Rasulullah Saw mengajarkan cara
berlaku Ihsan kepada binatang dengan menjelaskan adab menyembelih, yaitu
agar pisau ditajamkan, dan binatang yang mau disembelih pun dibuat senang,
dengan memberikan makan yang cukup. Jika binatang saja harus dipelakukan
demikian, apalagi sesama manusia.
1. Ibadah
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu
sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan
tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya
seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan
isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan
masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi
Wasallam. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti
itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam
ibadahnya.
4
2. Muamalah
5
3. Akhlak
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang
diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya” maka kita akan
menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia
bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya,
keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus
hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”
6
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok
yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam
ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari
akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya
agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata
Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik
ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aldakwah.org/artikel-islam/manhaj/15-dasar-dasar-
perilakubijak.html?start=2
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091129234250AAUSb
5G
http://www.dakwatuna.com/2008/02/385/ihsan/
http://ichapedeh.wordpress.com/2012/01/25/pengertian-ihsan/