You are on page 1of 11

MAKALAH

TENTANG KAJIAN QUR’AN SURAH AL-BAQAROH AYAT 83


DAN HADIST TENTANG MENYEBARKAN KEBAIKAN MELALUI
IKSAN

Kelompok III :

1. CINDY IRAWATI
2. SUCI ANJARWATI
3. DINA ULFATUL CHOIRIYAH
4. NOVA ANISA SAFITRI
5. YENI AGUSTIN

SMA DARUSY SYAFA’AH KOTAGAJAH


LAMPUNG TENGAH
T.P 2019/2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
BAB IIPEMBAHASAN ......................................................................................... 2
1. Pengertian Ihsan. .......................................................................................... 2
2. Lafal Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 83, Arti, dan Penjelasannya. ........ 2
3. Hadist Tentang Ikhsan.................................................................................. 3
4. Wujud atau Aspek Dalam Ihsan ................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 7
1. KESIMPULAN ............................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas


terselesainya makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah
yang saya buat berisi materi tentang Ihsan. Makalah ini bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Demikianlah sebagai pengantar kata dengan harapan semoga makalah ini


dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Amin

Kotasari,... September 2019

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok
yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak
mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk
menduduki posisi terhormat di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi Wasallam pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga
seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia.

Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim


yang memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang
seharusnya dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari
keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman,
Islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi
Wassallam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ihsan.
Dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-
Yahsunu-Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di
depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau
berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari
kutipan percakapan Nabi Muhammad Saw. dengan malaikat Jibril ketika
beliau menjelaskan makna Ihsan, yaitu:

َ‫ََّللاَكأنهكََتراهَُفإ ِ إنَل إمَت ُك إنَترا َهَُفإِنه َهَُيراك‬


‫انَقالَأ إنَت إعبُد ه‬ ِ ‫قَالَم إ‬
ُ ‫اَاْل إحس‬
Artinya: (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-
Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". Jadi,
Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia
tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa
sesungguhnya Allah Swt. melihat perbuatannya. Dengan kata lain, Ihsan
adalah beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti
shalat dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).

2. Lafal Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 83, Arti, dan


Penjelasannya.
َ‫ََّللاَو ِب إالوا ِلدي ِإنَ ِإ إحسانًاَوذِي‬
‫اَميثاقَبنِيَ ِإسإرائِيلََلَت إعبُدُونَ ِإ هَل ه‬ ِ ‫و ِإ إذَأخ إذن‬
َ‫واَالزكاةَث ُ هم‬
‫ه‬ ُ ‫صَلةَوآت‬
‫اسَ ُح إسنًاَوأقِي ُمواَال ه‬ ِ ‫ينَوقُولُواَ ِللنه‬ ِ ‫إالقُ إرب ٰىَو إاليتام ٰىَو إالمسا ِك‬
َ‫ضون‬ ُ ‫َم إن ُك إمَوأ إنت ُ إمَ ُم إع ِر‬ ً ‫توله إيت ُ إمَإِ هَلَق ِل‬
ِ ‫يَل‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah
kamu menyembah selain Allah Swt., dan berbuat baiklah kepada kedua
orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-oang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan
tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali
sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS. Al-
Baqarah : 83)

Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi Muhammad Saw. atas
janji Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan
menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah
berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, karena melalui kedua
orangtua itulah Allah Swt. menciptakan manusia. Sesudah Allah Swt.
menyebut hak kedua orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga),

2
yaitu berbuat kebajikan kepada mereka. Kemudian Allah Swt. menyebut hak
orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu anak yatim dan orang miskin.
Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin karena
orang miskin dapat berusaha sendiri, sedangkan anak yatim karena masih
kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada
orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan
agar mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian
Allah Swt. memerintahkan kepada Bani Israil agar melaksanakan salat dan
menunaikan zakat. Ruh shalat itu adalah keikhlasan dan ketundukan kepada
Allah Swt.. Tanpa ruh itu shalat tidak ada maknanya apa apa. Orang-orang
Bani Israil mengabaian ruh tersebut dari dulu hingga turun al-Qur'an, bahkan
sampai sekarang. Demikian juga dengan zakat. Kewajiban zakat bagi kaum
Bani Israil juga mereka ingkari. Hanya sedikit orang-orang yang mau mentaati
perintah Allah Swt. pada masa Nabi Musa dan pada setiap zaman. Pada akhir
ayat ini Allah Swt. menyatakan, “dan kamu (masih menjadi) pembangkang”.
Ini menunjukkan kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah
Allah Swt., yaitu “membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan
turunlah azab kepada mereka. Hadis yang terkait dengan perintah berbuat
Ihsan juga banyak sekali. Setiap hadis yang mengandung perintah berbuat
baik kepada sesama manusia, melarang berbuat kerusakan, atau perintah
beribadah kepada Allah Swt., itu semua merupakan perintah berbuat Ihsan. Di
antara hadis yang dengan tegas menyatakan agar kita berbuat Ihsan adalah
sabda Rasulullah Saw. berikut:.

3. Hadist Tentang Ikhsan


َ‫ىََّللاَُعل إي ِهَوسلهمَاثإنتي ِإن‬
‫ََّللاَصله ه‬ ِ ‫سو ِل ه‬ ُ ‫َم إنَر‬ ِ ُ‫ظت‬ ‫ع إنَشدهادَِب ِإنَأ إو ٍسَقالَح ِف إ‬
‫َاْل إحسانَعَلىَ ُك ِلَش إيءٍ َفإِذاَقت إلت ُ إمَفأ إح ِسنُ إ‬
َ‫واَال ِقتإلةَوإَِذاَذب إحت ُ إم‬ ِ ‫ََّللاَكتب إ‬
‫قالَإِ هن ه‬
ُ‫فأ إح ِسنُواَالذهبإحَو إلي ُِحدهَأحدُ ُك إمَش إفرتهَُث ُ همَ ِلي ُِرحإ َذ ِبيحت َه‬
Artinya: Dari Syadad bin Aus, bahwa Rasulullah Saw.
bersabda:“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala
sesuatu, maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara
yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang
baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan
sembelihannya”. (HR. Muslim).

Dalam hadis di atas Rasulullah Saw menegasan bahwa sikap dan perilaku
Ihsan itu diperintahkan oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Pada
surat al-Baqarah terdapat contoh pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan
Ihsan. Lebih lanjut, dalam hadis ini Rasulullah Saw memberikan contoh lain
tentang cara berlaku Ihsan. Jika harus membunuh (dalam peperangan), maka
harus dilakukan dengan baik, dilakukan karena Allah Swt., bukan karena

3
dendam atau yang lain, dan tidak pula menganiaya. Bahkan jika musuh
menyerah, maka tidak boleh dibunuh.

Kemudian pada bagian akhir dari hadis, Rasulullah Saw mengajarkan cara
berlaku Ihsan kepada binatang dengan menjelaskan adab menyembelih, yaitu
agar pisau ditajamkan, dan binatang yang mau disembelih pun dibuat senang,
dengan memberikan makan yang cukup. Jika binatang saja harus dipelakukan
demikian, apalagi sesama manusia.

4. Wujud atau Aspek Dalam Ihsan


Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah
ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan
dalam ihsan.

1. Ibadah

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan


menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan
sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat,
rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat
ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-
ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat
(menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa
memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan
diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa
Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat
menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna,
sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.
Inilah maksud dari perkataan Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam
yang berbunyi.

“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-


Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu.”

Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu
sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan
tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya
seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan
isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan
masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi
Wasallam. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti
itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam
ibadahnya.

4
2. Muamalah

Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah Subhanahu Wa


Ta’ala. pada surah An-Nisaa’ ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut,
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut :

a. Ihsan kepada kedua orang tuab.


b. Ihsan kepada karib kerabat
c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. Ihsan dalam hal muamalah
h. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang

5
3. Akhlak

Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan


muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya
apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan
Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini,
yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak
dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita.
Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya
itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah
menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada
tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan
karakternya.

Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang
diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya” maka kita akan
menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia
bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya,
keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus
hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”

6
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok
yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam
ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari
akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya
agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata
Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik
ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.aldakwah.org/artikel-islam/manhaj/15-dasar-dasar-
perilakubijak.html?start=2

 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091129234250AAUSb
5G

 http://www.dakwatuna.com/2008/02/385/ihsan/

 http://ichapedeh.wordpress.com/2012/01/25/pengertian-ihsan/

You might also like