You are on page 1of 11
KEPUTUSAN BERSAMA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN DEPUT! BIDANG KELEMBAGAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : UM.008/41/2/DJPL-11 NOMOR : 93/DJPPK/XIU2011 NOMOR : 96/SKBIDEP.1/XIN/2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN KOPERASI TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT, DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN, DAN DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH, Menimbang ; a, bahwa dengan telah diterbitkannya dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, maka produktivitas kerja di pelabuhan yang salah satunya dilaksanakan oleh tenaga kerja bongkar muat sebagai salah satu faktor produksi harus mampu mengadaptasi dan mengadopsi tethadap kondisi dan perkembangan lingkungan strategis dengan tetap memberdayakan koperasi dan melindungi tenaga kerja Indonesia; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, guna _peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan, maka perlu penyempurnaan Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil_ dan Menengah, Nomor: AL.59/1/12-02, Nomor 300/BWI2002. dan Nomor 113/SKB/Dep.1/VIlN2002. tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi TK8M di Pelabuhan; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Nomor 23 Tahun 1948 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1}; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502) 4, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4844), 16. Undang-Undang 10. "1 12. 3, 14, 15, 16. 17. 18, 19 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849): Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743); Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); Peraturan Pomerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208), Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Tata Kerja, dan Susunan Organisasi Kementerian’ Negara Koperasi dan UKM! Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon | Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 123/KEP/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi Pada Propinsi, Kabupaten/Kota; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER 12/MEN/VII2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 36 Tahun 2007 tentang Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal di Pelabuhan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan 120. Peraturan 20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 44 Tahun 2011 24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM, 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 45 Tahun 2011; 22, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 46 Tahun 2011; 23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 47 Tahun 2011; MEMUTUSKAN Menetapkan ; KEPUTUSAN BERSAMA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT, DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN — PENGAWASAN. KETENAGAKERJAAN DAN DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KOPERAS] DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENATAAN KOPERASI TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Bersama ini yang dimaksud dengan 1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahanan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersander, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasiltas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi 2, Tenaga kerja bongkar muat yang selanjutnya disebut TKBM adalah pekerja yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis tertentu. bekerja di bidang kegiatan bongkar muat yang dikelola dalam wadah Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (Koperasi TKBM), 3. Induk Koperasi TKBM yang selanjutnya disebut Inkop TKBM adalah koperasi sekunder yang beranggotakan primer koperasi TKBM di pelabuhan seluruh Indonesia yang berfungsi sebagai fasilitator bagi kepentingan Koperasi TKEM dalam rangka meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SOM), Pengembangan paser. Teknologi dan modal TKBM, 4, Koperasi TKBM di pelabuhan adalah badan usaha yang beranggotakan para TKBM di pelabuhan yang bergerak di bidang kegialan penyediaan jasa TKBM dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip efisiensi dan efektifitas kerja dalam rangka J pencapaian 10. 1 12 13, 4 16. 16. 17. 18. 19. encapaian tingkat produktivitas kerja, peningkatan jaminan kesejahteraan dan perlindungan kerja Perusahaan Bongkar Muat yang selanjutnya disebut PBM adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan dengan menggunakan peralatan dan tenaga kerja bongkar muat sesuai ketentuan yang dipersyaratkan, Usaha Bongkar Muat Barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan raceiving/delivery. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam bandar dan tempat kapal, bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang, Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan. Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Terminal untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekellling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. Penyelenggara Pelabuhan adalah Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan| Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan iainnya, Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai toritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan kepelabuhanan, dan pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial. ‘Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan ‘memniliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Instansi yang bertanggungjawab di bidang operesional pelabuhan adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Instansi_ yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan pada Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Instansi_ yang bertanggungjawab di bidang perkoperasian adalah Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 1 BAB II BABI KELEMBAGAAN Pasal 2 (1) Koperasi TKBM merupakan badan usaha yang manditi dan sebagai wadah TKBM di pelabunan yang anggotanya terdiri dari para TKBM di pelabuhan yang sudah di registrasi oleh Penyelenggara Pelabuhan setempat. (2) Koperasi TKBM di pelabunan di bentuk dari, olen dan untuk TKBM yang pembentukannya berdasarkan peraturan perundang-undangan perkoperasian dengan nama Koperasi TKEM pelabuhan setempat (3) Dalam rangka pembinaan dan penataan TKBM di pelabuhan agar mencapai tingkat produktivitas kerja yang optimal, peningkatan jaminan kesejahteraan dan periindungan kerja, Koperasi TKBM wajib melakukan koordinasi dengan. Penyelenggara Pelabuhan setempat dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan serta instansi yang bertanggung jawab di bidang perkoperasian. (4) Pada setiap pelabuhan dibentuk 1 (satu) Koperasi TKBM pelabuhan dan walib mendapatkan rekomendasi dari penyelenggara pelabuhan. (5) Keanggotaan, pengurus, pengawas dan pengelola Koperasi TKBM diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanga Koperasi TKBM pelabuhan setempat. (6) Pengurus dan pengawas Koperasi TKBM dipilin dari dan oleh anggota dan diutamakan yang memiliki kejujuran, kemampuan di bidang manajemen angkutan laut dan kepelabuhanan, ketenagakerjaan serta perkoperasian (7) Koperasi TKBM di pelabuhan harus memilki alat kelengkapan Unit Usaha Pengerahan Jasa TKBM. (8) Unit Usaha Pengerahan Jasa TKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat membentuk sub unit kerja danfatau kelompok regu kerja sesuai dengan kondisi dan kebutuhan operasional di pelabuhan setempat, (@) Sub unit kerja danfatau kelompok regu kerja dibentuk untuk mendorong pencapaian standard kinerja yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Pasal 3 Tujuan pembinaan dan penataan Koperasi TKBM adalah untuk menjamin terselenggaranya peningkatan kinerja, kesejahteraan, dan perlindungan kerja TKBM Pelabuhan setempat. Pasal 4 (1) TKBM merupakan anggota Koperasi TKBM Pelabuhan setempat serta terdaftar di kantor Penyelenggara Pelabuhan setempat. (2) Setiap anggota Koperasi TKBM wajib diregistrasi ulang oleh Penyelenggara Pelabuhan setempat setian 2 (dua) tahun sekali (3) TKBM di pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan 1(4). TKBM (4) TKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dapat melaksanakan pekerjaan bongkar muat harus memenuhi kualifikasi persyaratan administrasi dan teknis sebagai berikut a). Batas Usia 418 — 55 tahun; * b). Pendidikan Minimal lulus dan_berijazah SD atau sederajat; ©). Kesehatan ‘Sehat rohani dan jasmani; Ketrampilan : Sesuai dengan kecakapan yang dibutuhkan dengan bukti sertiikasi kecakapan yang diterbitkan instansi yang berwenang Pasal 5 (1) Setiap TKBM harus masuk dalam Kelompok Regu Kerja (KRK) pada setiap Unit Usaha Pengerahan Jasa TKBM, (2) Jumlah Kelompok Regu Kerja TKBM yang ditempatkan di masing-masing terminal, harus disesuaikan dengan jenis barang serta volume kegiatan bongkar muat barang BAB IIL UNIT USAHA PENGERAHAN JASA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT Pasal 6 (1) Unit Usaha Pengerahan Jasa TKBM (UUPJ TKBM) merupakan unit organik yang berada di bawah wadah Koperasi TKBM yang menyediakan jasa TKEM dalam rangka memenuhi permintaan jasa TKBM yang dibutuhkan oleh pengguna jasa TKBM guna ‘memperlancar kegiatan bongker muat barang di terminal pelabuhan (2) UUPJ TKBM sebagaimana dimaksud datam ayat (1), terdiri dari beberapa Kelompok Regu Kerja yang dikelola atas dasar prinsip efisiensi dan produktivitas kerja bongker muat sesuai dengan standard kinerja yang ditetapkan, (3) Untuk mencapai standar kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), UUPJ TKBM wali dan bertanggung jawab mengalokasikan TKBM dalam Kelompck Regu Kerja yang memenuhi standar kinerja yang ditetapkan Pasal 7 (1) Kegiatan UUPJ TKBM meliputi a, Administrasi Operasi, terdiri dari 1) Registrasi TKEM: 2) Pengelompokan TKBM menjadi Kelompok-kelompok Regu Kerja; 3) Menyediakan TKBM; dan 4) Mengatur gllr kerja TKBM dengan memperhatikan masukan dari pengguna jasa. ». Pelayanan jaminan perlindungan dan kesejahteraan, terdiri dari 4) Penyediaan transportasi; 2) Penyediaan pakaian dan sepatu kerja serta topi keselamatan kerja (helmet) sarung tangan dan masker; 13) Jaminan 3) Jaminan sosial (aminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan keluarganya); 4) Tunjangan Hari Raya (THR); 5) Pendidikan dan pelatihan; dan 6) Tunjangan perumahan. (2) Mekanisme pelaksanaan kegiatan UPJ TKBM dilaksanakan sebagai berikut: a. Pengguna jasa bongkar muat terlebih dahulu meminta kebutuhan TKBM kepada UUPJ TKBM sesuai dengan jumiah dan kualitas TKBM yang diinginkan; b. UUPJ TKBM Koperasi TKBM harus menyiapkan/menyediakan jasa TKBM sesuai permintaan Pengguna Jasa Bongkar Muat. ©. Pengguna Jasa TKBM dapat mengajukan keberatan kepada UUPJ TKBM bila TKBM yang disediakan tidak melaksanakan pekerjaan bongkar muat sesuai dengan target produktivitas yang sudah ditetapkan dalam kesepakatan kedua belah pihak d. Apabila keberatan yang diajukan oleh pengguna jasa TKBM tidak memperoleh penyelesaian dari UUPJ TKBM, maka pengguna jasa TKBM dapat mengajukan permintaan penggantian regu kerja di akhir shif. Pasal 8 (1) Dalam hal kegiatan bongkar muat barang jenis tertentu seperti curah cair, curah kering dan sejenisnya yang dilakukan dengan menggunakan peralatan konveyor, pipanisasi, floating crane dan atau alat mekanik sejenis lainnya, maka kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan oleh TKBM yang memiliki kualifikasi keahlian/ketrampilan dalam pengoperasian alat tersebut sebagaimana yang disyaratkan dan jumlahnya sesuai dengan yang dibutuhkan. (2) Kegiatan TKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui permintaan dari pengguna jasa TKBM kepada UUPJ TKBM, dan UUPJ TKBM hanya menerima upah TKBM sesuai dengan kualifikasi dan jumlah TKBM yang digunakan / bekerja, BABIV WILAYAH KERJA Pasal 9 (1) Wilayah kerja Koperasi TKBM berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) setempat. (2) Dalam hal kegiatan bongkar muat dilakukan di luar Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp), maka kegiatan bongkar muat dilakukan oleh Koperasi TKBM di bawah pembinaan Pelabuhan terdekat. (3) Kegiatan bongkar muat di terminal khusus dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat yang didirikan oleh pengelola terminal khusus atau perusahaan bongkar muat lainnya yang ditunjuk oleh pengelola terminal khusus dengan menggunakan TKBM yang ditunjuk oleh pengelola terminal khusus untuk keperluannya sendir 1 BAB V..... ft BABV KINERJA BONGKAR MUAT Pasal 10 (1) Direktur Jenderal Perhubungan Laut menetapkan standar kinerja bongkar muat untuk tiap-tiap terminal dan atau jenis barang yang di bongkar/muat. Untuk lokasi pelabuhan yang standar kinerja belum ditetapkan dapat ditetapkan oleh Penyelenggara Pelabuhan ‘setempat, (2) Dalam rangka meningkatkan kinerja bongkar muat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggara pelabuhan melakukan pengawasan dan evaluasi secara reguler tethadap kinerja bongkar muat_tiap-tiap kelompok regu kerja dan di setiap terminal termasuk jumlah man day's TKBM. (3) Tethadap Kelompok Regu Kerja TKBM yang karena kelalaiannya tidak mencapai target sesuai standar kinerja yang ditetapkan, maka Kelompok Regu Kerja yang bersangkutan dikenakan sanksi peringatan atau skorsing. (4) Dalam rangka peningkatan kesejahteraan, Koperasi TKBM harus mengupayakan mempekerjakan setiap anggota TKBM dan kelompok regu kerja bongkar muat barang di setiap terminal pelabuhan secara optimal selama 21 (dua puluh satu) hari dari jumlah hari yang tersedia pada setiap bulannya Pasal 11 (1) Untuk penyediaan TKBM sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Koperasi TKBM menyelenggarakan kegiatan yang bersifat administrasi operasi dan pelayanan jaminan periindungan dan kesejahteraan tenaga kerja bongkar muat, meliputi kegiatan a. Administrasi Operasi, terdiri dari 4) Registrasi TKEM; 2) Pengelompokan TKBM ke dalam Kelompok Regu Kerja; 3) Menyediakan TKBM sesuai permintaan jasa tenaga Kerja yang dibutunken pengguna jasa TKBM;dan 4) Melakukan pengaturan gilir kerja TKBM sesuai dengan lokasi kegiatan bongker ‘muat barang di setiap terminal sesuai permintaen dari pengguna jasa b. Pelayanan Jaminan Perlindungan dan Kesejahteraan TKBM, terdiri dari 1) Penyediaan transportasi; 2) Penyediaan pakaian dan sepatu kerja serta topi (helmet), sarung tangan dan masker dalam rangka keselamatan kerja; 3) Jaminan sosial (jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan keluarganya); 4) Tunjangan Hari Raya (THR) 5) Pendidikan dan Pelatihan;dan 6) Tunjangan perumahan, (2) Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Koperasi TKBM menerima biaya administrasi operasi yang dapat dikuasakan kepada UUPJ TKBM yang diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan disesuaikan dengan kondis! ‘masing-masing pelabuhan. 1 Pasal 12 Pasal 12, Perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) harus menggunakan jasa TKBM dari Koperasi TKBM Pelabuhan setempat BAB VI PEMBINAAN Pasal 13, (1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian koperasi TKBM pelabuhan dilakukan secara terkoordinasi oleh penyelenggra pelabuhan, instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dan instansi yang’ bertanggung jawab dibidang perkoperasian, (2) Inkop TKBM pelabunan sebagai koperasi sekunder wajib melaksanakan pendidikan dan pelatinan yang berkaitan dengan fungsi TKBM sebagai pelaksanaan bongkar muat di pelabuhan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia anggota koperasi TKBM. (3) Inkop TKBM pelabuhan wajib_memberikan fasilitas dan atau advokasi kepada primer koperasi TKBM dengan anggotanya dan atau perselisinan antara sesama primer koperasi TKBM dalam hal pembagian kerja pada suatu wilayah pelabuhan. Pasal 14 (1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Koperasi TKBM pelabuhan dilakukan secara terkoordinasi olen penyelenggara pelabuhan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13, meliputi ‘a. Mengendalikan dan memastikan bahwa rencana dan realisasi pelaksanaan kegiaian bongkar muat barang di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp) berjalan sesual dengan ketentuan perundang-undangan; b. Melaksanakan penertiban dan pengamanan untuk menjamin kelancaran kegiatan bongkar muat dan arus lalu lintas barang di pelabuhan; c. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan administrasi operasional dan pelayanan tenaga kerja Koperasi TKBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; d. Metakukan pengawasan teknis selama berlangsungnya kegiatan bongkar muat barang_ untuk digunakan sebagai bahan analisis dan evaluasi_ meningkatkan produktivitas kegiatan bongkar muat; dan e. Melakukan fasilitasi terhadap negosiasi penetapan tarif Ongkos Pelabuhan Pemuatan (OPP) / Ongkos Pelabuhan Tujuan (OPT) dan biaya penggunaan TKBM pelabuhan setempat. 1(2), Pembinaan (2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Koperasi TKBM pelabuhan dilakukan secara terkoordinasi oleh instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13, meliputi ‘@. Memberikan bimbingan sadar hukum yang berkaitan dengan ketentuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, Khususnya masalah yang berkaitan dengan hubungan kerja dan perindungan tenaga kerja dan kondisi lingkungan kerja b, Memberikan bimbingan teknis terhadap upaya peningkatan produktifitas kerja, perbaikan pengupahan dan jaminan sosial dalam rangka _peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan perlindungan kerja; dan ¢. Memberikan bimbingan penyelenggaraan latihan kerja dalam rangka meningkatkan disiplin dan etos kerja serta peningkatan keterampilan bongkar muat barang guna meningkatkan produktiftas bagi tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan (3) Pembinaan pengawasan dan pengendalian kegiatan Koperasi TKBM i pelabuhan yang dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dibidang perkoperasian, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13, meliputi a. Memberikan penyuluhan dan bantuan kepada Koperasi TKBM dalam penetapan ‘Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tanga (ART) Koperasi TKBM pelabuhan: b, Memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap seluruh kegiatan koperasi TKBM, kelembagaan, usaha dan manajemen Koperasi TKBM; c. Memberikan pembinaan di bidang penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan perkoperasian; dan d, Mendorong para TKBM aktif berpartisipasi dalam mengembangkan kemampuan teknis dan manajemen perkoperasian. Pasal 15 (1) Pemerintah membentuk Badan Konsultasi Koperasi TKBM pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur-unsur Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (2) Badan Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk memantau, mengamati dan memberikan bimbingan sesuai kewenangan masing-masing instansi BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 16 (1) Pembinaan dan penataan Koperasi TKBM dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Bersama ini 1(2). Koperasi 10 (2) Koperasi TKBM melakukan koordinasi dan Konsultasi dengan Penyelenggara Pelabuhan, Instansi' Pembina ketenagakerjaan dan Instansi Pembina Teknis. Perkoperasian untuk mengambillangkah-langkah penyesuaian yang diperlukan, BAB Vil KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Dengan ditetapkannya Keputusan bersama ini, maka Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah AL, 591/12-02 NoMoR S0o/BWwi2002 TISISKB/DEP. 1/V11/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TK8M) di Pelabuhan dicabut dan dinyatakan tidak beriaku, Pasal 18 Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. tetapkan di: Jakarta Desember 2011 ‘SALINAN Keputusan Bersama ini disam 4. Menteri Perhubungan: 2. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 3, Menteri Koperasi dan UKM: 4. Para Pejabat Eselon | Kementerian Perhubungan, 5. Para Pejabat Eselon | Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi: 8 7, 8 8 ipaikan kepada Para Pejabat Eselon | Kementerian Koperasi dan UKM; Gubernur/Walikota seluruh Indonesia; BupatiWalikota seluruh Indonesia: Para Kepala Dinas yang menangani Perhubungan, Kepala DinasiInstansi/Lembaga yang ‘menangani Pembinaan Perkoperasian dan Tenaga Kerja Propinsi/Daerah lUstimewa seluruh Indonesia; 40. Para Kepala Kantor OP/UPP seluruh Indonesia; 11, Para Kepala Dinas/instans/Lembaga yang menangani Pembinaan Perkoperasian dan Tenaga KerjakabupatervKota seluruh Indonesia; 12. Ketua Dekopin; 18, Ketua Umum SPSI, APINDO/KADIN dan APBMI di Jakarta; 14, DPP INSA; 15. DPP PERLA di Jakarta, nu

You might also like