Professional Documents
Culture Documents
BERDASARKAN KEILMUAN
Kasus system pernapasan yang ditemukan adalah Asma, Chronic Pulmunary Obstructive
4.1.1.1 Materi
Menentukan suara dan frekuensi napas pasien Asma, COPD dan Pleuritis. Menguraiakan
Mendiagnosis bersihan jalan napas, kerusakan pertukaran gas, gangguan pola napas. (
oksigen ( nasal kanul, masker sederhana, rebreating mask, non rebreating mask ),
fisioterapi dada, Purse Lip Breathing. Memberikan pendidikan kesehatan yang tepat
pada pasien asma. Manajemen nutrisi dan pendidikan kesehatan pemberian OAT pada
pasien TB.
4.1.1.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
napas. Takipnea adalah frekuensi napas > 25x/menit. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan rangsang ventilasi saat demam, asma akut, eksasebarsi PPOK, atau
penurunan kapsitas ventilasi pada Pneu monia, dan adeam paru. Bradipnea
jika frekuensi napas lebih < 10x/menit terjadi pada keadaan toksisitas opioid,
posterior lebih kecil dari diameter lateral. Barrel chest apabila diameter antero-
posterior lebih besar dari diameter lateral, hal ini berhubungan dengan
bunyi siulan bernada tinggi akibat aliran udara yang melalui saluran nafas yang
sempit, yang terjadi saat ekspirasi. Wheezing saat latihan sering ditemukan
pada pasien asma dan PPOK. Terhubung malam hari dengan wheezing
merupakan pertanda asma, dan jika timbul stelah terbangun di pagib hari
Perkusi normal paru adalah sonor. Hasil perkusi paru abnormal ; hipersonor
kolaps paru, fibrosis paru berat, dullness pada efusi pleura dab hematotorak.
Pemeriksaan analisis gas darah arteri dapat dilihat adanya gangguan gas darah
Asidosis respratorik terjadi peningkatan PaCO₂, dan penurunan Ph. Hal ini
sering ditemukan pada pasien asma akut yang berat, pneumonia berat,
retensi HCO₃ di ginjal dalam upaya menormalkan Ph hal ini disebut asadosis
repiratorik terkompensasi.
Uji mantoux untuk melihat adanya paparan mycobacterium tubercolusis. Hasil <
C. Fokus Intervensi
teknik suction, postural drainase, fisioterapi dada, purse Lip Breathing, dan
pada pasien.
lingkungan ( debu, kondisi cuaca ) contoh pada penyakit asma, maka pendidikan
pasien.
nutrisi Tinggi Kalori dan Tinggi Protein ( TKTP ) dan juga kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi OAT.
Prosedur WSD pada pasien afusi pleura menekankan pada perbedaan tekanan
pada rongga dada dan botol WSD, sehingga cairan didalam rongga dada bisa
ditarik keluar
D. Fokus Evaluasi
Kepatenan jalan nafas dapat dilihat dari kondisi fisik seperti tidak adanya secret
pada saluran pernafasan, frekuensi nafas normal tidak ada suara nafas
tambahan.
Pada kondisi Pasien yang mengkomsumsi obat secara terus menerus seperti
adanya putus obat, minum obat sesuai jumlah, jenis obat, dosis, dan waktu
meminumnya.
Kasus system kardiovaskuler yang banyak ditemukan, antara lain : angina pectoris,
4.1.2.1 Materi
edema, pengkajian gagal jantung kiri dan kanan, pengkajian aktivitas menurut
dan diit
A. Fokus Pengkajian
Pengkajian Enzim – Enzim jantung fase akut dan fase kronik. Enzim yang
pertama meningkat pada miokard infark : troponin meningkat dalam 1-2 jam,
B. Fokus Diagnosis
Kelebihan cairan
Intolerasi aktivitas
Manajemen nyeri dada pada pada kasus iskemik miokard dan infark miokard (
manajemen nyeri
Kasus system pencernaan yang banyak dijumpai adalah kasus typoid, appendicitis,
4.1.3.1. Materi
penunjang. Typoid terjadi karena kuman salmonella typhi masuk melalui oral,
menebus dinding usus ilium dan yeyenum dan berkembang baik. Salmonella
memproduksi pirogen endogen seperti IL-1 dan TNFa. Pirogen endogen akan
merangsang system saraf pusat dan terjadi sistesis prostaglandi E-2 yang
Appendik : Keluhan utama adalah nyeri perut kanan bawah. Secara anatomi,
lokasi appendik berada pada kuadran kanan bawah. Nyeri terjadi karena
didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney.
Serosis Hepatis : infeksi hepatitis B/C mengakibatkan peradangan sel hati yang
dan karakteristik nyeri appendik, tanda – tanda dehidrasi pada pasien diare
Menentukan diagnosis pada kasus system percernaan
Tanda dan gejala pasien hepatitis, serosis hepatitis : ascites dan shifting dullness
4.1.3.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
setiap kuadrannya.
( Gambar )
Investigasi keluhan nyeri abdomen, mual dan muntah. Identifikasi dengan pasti
karakteristik dan lokasi nyeri missal pada nyeri appendicitis pada kuadran kanan
Mengindentifikasi frekuensi dan karakter suara bising usus. Bising usus tidak
terdengar bila diindikasi adanya obstruksi pada saluran usus. Peningkatan bunyi
mengalami diare.
Palpasi distensi pada obdomen, adanya shifting dullness dan juga pengukuran
mengenai tanda tanda kekurangan cairan seperti: mata cekung, kulit dan
B. Fokus Diagnosis
Terkait dengan keluhan umum yang terjadi berupa peningkatan pengeluaran cairan
dan rasa mual muntah pada beberapa penyakit disistem GI dan pencernaan, maka
Nyeri akut
Hipertermi
Defisit Nutrisi
C. Fokus Intervensi/Implementasi
nutrisi
jika terlihat cairan berawan dan hijau atau kecoklatan maka posisi selang sudah
benar.
D. Fokus Evaluasi
Memastikan kepatenan pemasangan NGT dan juga IVF perlu dilakukan untuk
Tidak adanya tanda kemerahan dan iritasi pada kulit disekitar kantong stoma
menjadi hal yang perlu dievaluasi pada pasien yang dipasang kolostomi.
kasus system persarafan yang banyak dijumpai adalah kasus stoke, cedera kepala dan
4.1.4.1 Materi
gangguan neurologis yaitu: fungsi mental ( Fungsi luhur ) dan tingkat kesadaran ( GCS )
dapat dilihat di bahasan gawat darurat, 12 saraf cranial ( gangguan otot wajah, safar
trigeminal, gangguan menelan, dll ), mengukur kekuatan otot, reflex fisiologi dan
Muncul gangguan neurologis umunya terjadi sebagai akibat dari rusaknya jaringan otak
karena kurangnya aliran darah otak, tertekannya jaringan otak, proses edemen jaringan
otak dan munculnya peningkatan tekanan intracranial. Tanda tanda yang perlu di
perhatikan untuk mengenali dan memastikan peningkatan TIK adalah TRIAS TIK: muntah
proyektil, nyeri kepala hebat dan papil edema. Tanda lainnya dapat dilihat dari hasil ST
adalah risiko perubahan perfusi jaringan serebral, kerusakan mobilitas fisik, gangguan
ROM, malatih menelan. Handicap atau disbilitas jangka panjang memerlukan tindakan
4.1.4.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
Perubahan status mental dan kognitif dan tingkat kesadaran yaitu orientasi,
penurunan kesadaran, tingkat kesadaran GCS, dan tanda-tanda vital yang tidak
Gejala ini dapat terjadi pada kasus cedera kepala, stroke, meningitis dan tumor
otak.
Hasil pengkajian lain adalah gangguan saraf cranial seperti gangguan saraf 10,
gangguan reflek menjadi penciri diri terjadinya gangguan mobilisasi. Masalah ini
Gangguan 12 safar cranial: sering terganggu pada pada kasus stoke, meningitis
B. Fokus Diagnosis
ferifer
Pemasangan NGT, latihan menelan pada pasien dengan disfagia dan mencegah
aspirasi
Perubahan posisi tirah baring : miring kanan / miring kiri dan terlentang pada
Pengaturan posisi tirah baring untuk mencegah terjadinya luka tekan pada
stroke )
D. Fokus Evaluasi
Pemenuhan kebutuhan sehari hari terpenuhi, tidak terjadi aspirasi, atrofi dan
sejenisnya
Kasus system endokrin yang banayak dijumpai pada tatanan klinik adalah kasus DM
4.1.5.1 Materi
Tanda dan gejala hipotiroid dan hipertiroid, interpretasikan hasil lab T3 dan T4
Pemberian insulin
Perawatan ulkus DM
4.1.5.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
Adanya keluhan berupa poliuria, polifagia dan polidipsi yang menjadi gejala
Perubahan kondisi yang biasa ditemui pada pasien kasus hipertiroid adalah
Perubahan terhadap proses pikir dan binggung juga mungkin ditemui pada
darah ( 250 – 800 MG/DL ), hasil tes urin 24 jam, nilai abnormal dari AGD terkait
B. Fokus Diagmosis
Hipovolemia
Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Defisit nutrisi
C. Fokus Intervensi/Implementasi
Memonitor tanda-tanda vital dan status kesadaran pasien dan kepatenan jalan
nafas.
pengobatan.
Memonotor kadar gula darah dan komplikasinya seprti infeksi kulit, neuropati
Prinsip pemberian injeksi insulin baik untuk insulin yang bekerja jangka panjang
dengan gangguan media kontras, agar dapat berfungsi dengan baik maka
Glukosa Darah.
D. Fokus Evaluasi
Mengevaluasi kestabilan kada glukosa darah normal ( GDP = 60-110 mg/dl, GDP
4.1.6.1 Materi
Masalah nyeri, kerusakan mobilitas fisik, risiko gangguan neurovascular dan koping
tidak efektif.
pemasang traksi, gips, fitting kaki palsu, pasca amputasi dan kruk.
Komplikasi fraktur.
Kekuatan otot
4.1.6.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
Kristal iliaka sampai malleolus. Pendek area yang sakit menunjukan ada fraktur
dislokasi
B. Fokus Diagnosis
Nyeri Akut
C. Fokus Intervensi/Implementasi
Tindakan untuk strain meliputi RICE ( rest, ice, compression dan elevation )
terjadi nyeri hebat, tidak ada nadi, presentasi, paralisis maka tindakan gips
harus dibuka.
tarikan pada faktur. Traksi pada umumnya terdiri dari skeletal traksi dan skin
traksi. Yang harus diperhatikan posisi pasien, posisi kaki pasien anatomis, pins
risiko infeksi ( skteletal traksi ), simpul tali jangan sampai tersangkut katrol,
samping tumit klien. Tempatkan ujung pria pengukur dengan leher tida samapai
empat jari ( 4-5 cm ) dari aksila dan ukur sampai tumit klien. Pada posisi berdiri:
posisi kruk dengan ujung kruk berada 24-25 cm di depan kaki klien. Dengan
metode lain, siku harus di fleksikan 15 sampai 30 derajat. Lebar bantalan kruk
D. Fokus Evaluasi
nyeri hebat tidak berkurang dengan analgetik, pucat, parestesi, tidak ada denyut nadi
Kasus ginjal dan system perkemihan yang banyak ditemukan di klinik adalah chronic
kidney desease ( CKD ), hemodialitas, infeksi saluran kemih dan benigna prostat
4.1.7.1 Materi
Melakukan pengkajian nyeri ketuk pada lokasi ginjal. Menghitung berat badan
4.1.7.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
CKD; Penurunan progresif dari fungsi jaringan ginjal secara permanen
berdasarkan nilai GFR. Seringnya pasien CKD datang ke rumah sakit sudah
derajad 4 yaitu GFR 15-29 Ml/mim/1.73 m², atau derajat 5 (terminal) yaitu :
Adanya arteriovenous fistula atau graft, palpasi adanya getaran atau sensasi
vibrasi dan adanya suara bruit saat auskultasi, kaji adanya sumbatan atau
Pada pasien CKD terjadi penurunan GFR → cairan tertahan dalam tubuh, jumlah
cairan tubuh ↑ → Ht↓. Sisa metabolism tertumpuk dalam plasma : asam urat
Urinalisis
glukosaria adalah adanya glukosa dalam urin dan sering terjadi pada pasien
DM
Analisis darah
Plasma kreatinin : produk akhir metabolism protein dan otot, nilai normal 0,6-
cerna
Infeksi saluran kemih ; Sistitis. Prevalensi ISK delapan kali lebih tinggi pada
berupa nyeri seperti terbakar saat BAK (dysuria), sering buang air kecil-tidak
Keluhan subjektiv pada pada pasien BPH adalah : kesulitan berkemih, bertahap,
sampai menetes dan tidak bisa kencing. Urine bercampur darah, Rectal Tusase.
Tindakan yang paling sering dilakukan pada pasien BPH adalah operasi TURP (
Fokus pengkajian batu ginjal : nyeri hebat skala 7-10, urin keruh
ginjal, ESWL
B. Fokus Diagnosis
Nyeri
Risiko infeksi
C. Fokus Intervensi/Implememtasi
Agents ).
debris dan bekuan darah dalam kendungan kemih agar tidak terjadi
rendah dari pasien, catat jumlah, warna Cloting urine, jaga kebersihan.
Peosedur
panjanguretrsa, fiksasi.
sehingga saat pemasangan kateter setelah urin keluar kita masukkan kembali
diet. Intervensi post op: monitor urin output dan perdarahan post op.
D. Fokus Evaluasi
Evaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit, identifikasi tanda adanya retensi cairan
seperti edema local maupun sistematik termasuk adanya edema pada paru. Evaluasi
4.1.8.1 Materi
4.1.8.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
Pada pengkajian prosentase luka bakar kita harus mengingat prinsip rule of
%.
berikut:
Derajat III : kerusakan seluruh lapisan dermis dan organ kulit, warna
CRT, bradicardi.
B. Fokus Diagnosis
C. Fokus Intervensi/Implementasi
pada 8 jam pertama, 50 % pada 16 jam berikutnya ( 25 % pada 8 jam kedua dan
Monitor & hitung jumlah pemasukan & pengeluaran cairan setiap 30 menit
Waspada terhadap tanda – tanda kelebihan cairan dan gagal jantung, terutama
Pada saat pemasangan kateter terdapat prinsip – prinsip yang tidak boleh
uretra, fiksasi
D. Fokus Evaluasi
Pasien luka bakar yang mengalami kekurangan cairan harus dilakukan evaluasi
keberhasilan resusitasi cairan yang telah dilakukan dengan mengukur urin output.
Kasus system darah dan kekebalan imun yang banyak ditemuka di tatanan klinik yaitu :
4.1.9.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
yang paling tampak pembengkakan pada sendi dan nyeri saat bergerak,
Anemia : ada kelemahan, fatique, malaise, pucat pada konjungtiva dan mukosa
oral. Jaundice dapat terjadi pada anemia megaloblastik dan anemia hemolitik
HIV : identifikasi risiko factor ( risiko seksual atau penggunaan obat – obatan
tingkat pendidik )
B. Fokus Diagnosis
Fatique
Risiko Cidera
Risiko Hipovolemia
SLE : Cegah untuk terpapar sinar ultraviolet, monitor komplikasi pada system
pemberian oksigen
3 L/hari, monitor tanda – tanda infeksi, monitor jumlah sel darah putih, teknik
pelaksanaan dan evaluasi transfuse. Jika terjadi reaksi alergi pada 15 menit
D. Fokus Evaluasi
Kasus system darah dan kekebalan imun yang banyak ditemukan ditatanan klinik yaitu :
4.1.10.1 Materi
4.1.10.2 Proses
A. Fokus Pengkajian
Nilai virus misalnya 6/300 menunjukkan angka pertama 6 adalah jarak normal
yang bisa dibaca sedangkan angka kedua 300 merupakan hasil yang ditemukan
Normal hantaran udara lebih panjang hantaran tulang. tuli konduktif : hantaran
udara = atau < hantaran tulang : tuli sensorik hantaran udara > hantaran tulang
B. Fokus Diagnosis
Nyeri akut
Risiko cedera
C. Fokus Intervensi
pendengaran
Teknik pemberian obat melalui irigasi dan tetes mata, tetes telinga, tetes
Irigasi mata
D. Fokus Evaluasi
1. Seorang perempuan berusia 38 tahun dirawat di ruang penyakit dalam karena PPOK.
Hasil pengkajian pasien tampak sesak, TD 110/70 mmHg, frekuensi napas, dan tampak
retraksi dada, dan tampak penggunaan otot-otot pernapasan. Hasil pemeriksaan AGD
dipatkan nilai Ph 7,30, PaCO₂ 49 mmHg, PaO₂ 85 mmHg₃- 22 mEq/L, saturasi oksigen
97%.
B. Alkalosis Respiratorik
C. Asidosis Respiratorik
D. Alkalosis Metabolik
E. Asidosis Metabolik
Pembahasan:
Pada kasus di atas untuk melakukan interpretasi nilai AGD, langka yang harus diingat
yaitu: Langkah 1 Klasifikasi Ph, nilai normal Ph: 7,35-7,45, dalam soal Nilai Ph 7,30 (
menurun ) menandakan Asidemia. Langka 2 Nilai PaCO₂ dengan nilai normal: 35-34
mmHg, dalam soal nilai PaCO₂ 49 mmHg ( Meningkat ) menandakan adanya asidosis
respiratorik. Langka 3 Nilai HCO₃- dengan nilai normal: 22-26 mEq/dl, dalam soal di atas
nilai –nya normal, apabila menurun mendadak adanya asidosis metabolic, dan apabila
kompensensi dengan melihat dua komponen yaitu PaCO₂ dan HCO₃-, apabila keduanya
abnormal ( atau hampir abnormal ) pda arah yang berlawanan maka terdapat
kompensasi. Apabila nilai salah satu komponen abnormal, dan komponen lainnya
Strategi :
Jawaban B dan D bukan pilihan karena Ph di bawah 7,35. Nilai PaCO₂ pada soal
Jawab: C
2. Seorang laki-laki berusia 40 tahun di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak
napas. Hasil pengkajian : TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas
24n/menit, x-ray toraks menunjukan adanya pleuritis dextra. Saat ini perawat sedang
A. ronchi
B. vesikuler
C. wheezing
D. bronchial
E. friction rub
Pembahsan:
Pleuritis adalah peradangan pada areal pleura. Friction rub terjadi karena
adnanya gesekan antar lapisan pleura bagian dalam dari luar yang meradang.
Friction rub akan terdengar saat proses respirasi dan tidak terdengar saat tidak
ada respirasi .
Strategi:
Vesikuler dan bronchial merupakan suara napas normal, wheezing terjadi karena
adanya obstruksi atau secret di jalan nafas yang banyak, ronkhi biasanya hilang
saat di batukan.
Jawaban: E
3. Seorang laki-laki berusia 64 tahun di rawat di ruang penyakit dalam keluhan nyeri dada
sejak 2 jam sebelum MRS. Hasil pengkajian pasien mengatakan dadanya terasa panas,
skala nyeri 7, akral dingin, lemah dan cemas. TD 140/80 mmHg, frekuensi nadi
72x/menit, dan frekuensi napas 20 x/ menit. Hasil EKG menunjukkan ST elevasi pada
A. Posterior jantung
B. Inferior jantung
C. Anterior jantung
D. Lateral jantung
E. Septal jantung
Pembahasan :
Sandapan menunjukan arah vector dari gelombang yang muncul, Lead V3 dan V4
menunjukan adanya gelombang terlambat dan putus pada daerah inferior jantung,
Lead V1 dan V2 pada area septum, Lead I, AVL, V5 dan V6 pada area lateral, Lead II,
III dan aVF area inferior dan Lead Resiprokal, V1-V3 area posterior.
Strategi :
Anterior adalah bagian depan dari jantung pada Lead V3 dan V4. Sandapan lead lain
Jawaban : C
4. Seorang laki-laki berusia 46 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis
peritonitis dan mengeluh nyeri perut. Hasil pengkajian skala nyeri 6, tampak wajah
suhu 38°C.
A. Mual
B. Muntah
C. Bising usus
D. Distesi perut
Pembahasan :
dan elektrolit. Respon inflamasi mengalihkan aliran darah ekstra ke bagian usus
yang mengalami inflamasi untuk melawan infeksi, cairan dan udara tertahan
dalam lumen, tekanan dan sereksi cairan dalam usus meningkat. Sehingga
Strategi :
Aktifitas usus pada peritonitis cenderung mengalami penurunan bahkan
Jawaban : C
bawah, nyerik skala 7, mual, ,muntah, serta tidak nafsu makan, TD 130/80 mmHg,
C. pemeriksaan laboratorium
Pembahasan :
Nyeri dan sakit perut pada apendisitis terjadi karena hiperperistaltik untuk
mengatasi obstruksi pada apendik. Nyeri visceral akan mengaktifikasi nervus vagus
kuadran kanan bawah atau titik Mc.Burney dan ini merupakan tanda kunci
diagnosis.
Strategis :
Nyeri tekan pada titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis
apendik.
Jawaban : E
penurunan kesadaran. Hasil pengkajian saat diberi rangsang nyeri kedua lengan
tampak fleksi abnormal, membuka mata dan suara mengerang, pupil anisokor kanan,
reflex cahaya lambat, TD 160/90 mmHg, frekuensi nadi 92x/menit, frekuensi napas
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
E. 9
Pembahasan :
Gangguan neurologi pada kasus stroke, cedera kepala dan meningitis terjadi karena
adanya kerusakan jaringan otak kerusakan jaringan otak atau edema jaringan otak
munculnya tekanan intra krainal. Salah satu tanda yang paling mudah dilihat pada
Strategi :
kasus ini adalah rangsang nyeri. Kasus ini menunjukan respon motorik fleksi
abnormal, membuka mata dan suara mengerang saat diberi rangsang nyeri ( 3-2-2 ).
Jadi nilai Ngcs 7. Perlu dipelajari lebih baik setiap nilai dari komponen verbal, motorik
7. Seorang perempuan barusia 35 tahun dirawat di ruang bedah saraf dengan pasca
craniotomy. Hasil pengkajian, pasien tampak hemapirese kanan, lemah dan tidak
pemeriksaan otot ekstremitas kanan didapat hasil sebagai berikut tidak mampu
mengangkat lengan dan kaki namun maish bisa menggerakannya. Berapakah nilai
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Pembahasan :
Penurunan kekuatan otot merupakan gejala neurolgis yang umum terjadi pada kasus
neurologi seperti stroke, meningitis dan cedera kepala. Ada mekanisme gangguan
sentral pada pusat motorik otak sehingga kurang mampu mengkordinasikan gerakan
ekstremitas. Kelemahan otot ditemukan dengan skala kekuatan otot yakni ; 0: tidak
ada tonus, 1; terdapat tonus tapi ada gerakan, 2: terdapat pergerakan sendi tetapi
tidak bisa melawan gravitasi, 3: dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan
normal.
Strategi :
Pertanyaan diatas menunjukan penentuan kekuatan otot maka yang perlu dilihat
adalah apa respon pasien saat diperiksa. Ingat tahapan pemeriksaan dan hasilnya.
Perlu memahami nilai nilai dari setiap respon seperti yang di gambarkan pada
pembahasan.
Jawaban : B
sakit kepala. Hasil pengkajian didapat penglihatanbkabur, kelemahan kaki, dan tangan
pada sisi kanan serta bicara tidak jelas. Untuk memastikan perawat akan melakukan
Pembahasan :
Defisit neurologi terjadi sebagai akibat dari kerusakan jaringan otak ada tertekannya
jaringan otak. Tanda dan gejala yang muncul sangat dipengaruhi juga oleh berat
ringannya kerusakan jaringan otak. Kerusakan jaringan otak pada bagian mid brain dan
batang otak atau adanya peningkatan tekanan intracranial berdampak terhadap fungsi
XII saraf krainal. Tanda yang muncul memberikan bukti adanya kerusakan saraf
bersangkut seperti munculnya gangguan saraf krainal XII dibuktikan dengan hilangnya
fungsi menggerakan lidah, saraf vagus hilangnya fungsi menelan dan sebagainya.
Strategi :
Pertanyaan ini adalah tentang pemeriksaan saraf cranial XII. Perlu dipahami dengan
jelas funsi – fungsi saraf cranial seperti saraf cranial XII itu adalah menginervasi saraf
motoric lidah jadi fungsinya menggerajan lidah, jika fungsi saraf ini hilang tentu yang
Jawaban : E
9. Seorang laki – laki berusia 18 tahun, dirawat di ruang bedah dengan fraktur tbia 1/3
Pembahasan:
aliran darah dan sarap dan aliran perfusi darah ke bagian distal terhambat bila dibiarkan
akan terjadi proses iskemi dan nekrosis dal tersebut dapat menimbulkan nyari yang
Strategi :
Eritama, edema, pucat dan hangat pada sekitar fraktur bukan tanda Compartemen
Syndrome.
Jawaban : D
10. Seorang perempuan berusai 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan CKD.
Hasil pengkajian : edema di ekstremitas bawah Inteka cairan 1000cc/24 jam, urin
output 100cc/24 jam, TD 150/90 mmHg, frekuensi napas 28x/ menit dan suhu 37°C.
E. Kaji kecemasan
Pembahasan :
Slahsatu menifestasi klinis pasien dengan CKD adalah ketidak seimbangan elektrolit dan
asam basa. Adanya gangguan eksresu natrium, akan terjadi rentasi natrium yang dapat
mengikat cairan. Rentasi natrium dapat menyebabkan terjadinya adema, pada pasein
dengan CKD yang mengalami kondisi kelebihan volume cairan dalam tubuh, pengkajian
yang dapat dilakukan adalah pengukuran derajat edema, kenaikan berat badan dan
lingkar perut. Berat badan menjadi indicator peningkatan kelebihan cairan tubuh karena
kenaikan 1 kg BB = 1 Liter air. Urin output normal adalah 0,5 – 1 cc/kg BB/Jam.
Strategi :
Fokus masalah keperawatan pada kasus di atasa adalah keseimbangan cairan. Data
pengkajian yang merupakan kata kunci adalah edema ekstremitas bawah, intake cairan
Jawaban : A
11. Seorang perempuan berusia 34 tahun di rawat diruang bedah dengan luka bakar derajat II.
Pasien mengeluh nyeri, lemas dan haus. Hasil pengkajian luka bakar daerah dada, tangan kanan
A. 44%
B. 42%
C. 34%
D. 32%
E. 27%
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus luka bakar diantara ditemukan luka bakar
daerah dada, tangan kanan dan paha kanan. Untuk menentukan persentase luas luka
bakar digunakan rumus “ Rule of Nine “ sehingga didapatkan hasil; daerah dada nilainya
= 9%, tangan kanan = 9%, paha kanan = 9%, total area yang mengalami luka bakar
adalah 27%.
( Gambar )
Jawaban : E
12. Seorang laki – laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik saraf dengan keluhan gangguan
getaran garpatula.
A. tuli kombinasi
B. tuli konduksi
C. tuli sensorik
D. tuli saraf
E. normal
Pembahasan :
Strategi :
Jawaban : B
Hail pengkajian keluhan sesak napas, tampak cemas, batuk berdahak dan retraksi
dinding dada. TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 27x/menit,
suhu 38°C. Ph 7,47; PaCo₂ 32 mmHg, PaO₂ 90 mmHg, saturasi Oksigen 92%, HCO₃ 22
A. hipertemia
B. keletihan
Pembahasan :
gangguan keseimbangan asma basa tubuh dimana CO₂ dalam darah akan menurun.
Strategi :
Pilihan jawaban A dan B tidak menjadi prioritas masalah, pilihan E tidak didukung
data yang tepat, Pilihan jawaban D serta konsep terjadi pada pasien TB dan di
Jawaban : C
2. Seorang laki – laki berusia 48 tahun dirawat hari ke-3 dengan diagnosis gagal
jantung kongestif. Pasien mengeluh sesak bertambah, saat berjalan ke kamar mandi.
Hasil pemeriksaan fisik, frekuensi nadi 90x/menit, TD 150/90 mmHg, frekuensi napas
A. intolerasi aktifitas
Pembahasan :
Gagal jantung merupakan kegagalan jantung dalam memompa darah secara normal
keseluruh tubuh, sehingga darah yang berisi nutrisi dan oksigen tidak dapat
didistribusikan secara adekuat sampai ke sel. Akibatnya proses metabolism sel menjadi
terganggu dan energy yang dihasilkan berkurang. Tanpa energy yang cukup, pasien
Strategi :
Kata kunci pada kasus adalah adanya keluhan sesak napas pada pasien gagal jantung
dan berambah sesak saat berjalan ke kamar mandi, sehingga masalah keperawatan
Jawaban : A
3. Seorang laki – laki usia 64 tahun dirawat dirawat diruang penyakit dalam dengan
keluhan sesak napas dan kedua kaki bengkak. Sesak dirasakan memberat saat pasien
beraktivitas. Hasil pengkajian pasien terlihat pucat dan sianosis, lemah tidak
berdaya, JVP meningkat, TD 100/70 mmHg, frekuensinadi 100x/menit, frekuensi napas
A. Intoleransi aktivitas
Pembahasan :
(CTR >50%) Sehingga terjadi penurunan curah jantung. Kompensasi jantung untuk
dan lemah sebagai akibat tidak sampainya darah ke perifer dan darah diperifer
Strategi :
Masalah prioritas pada pasin gagal jantung adalah penurunan cardiac output yang
Jawaban : C
4. Seroang perempuan berusai 22 tahun di rawat di ruang bedah dengan pasca operasi
apendektomi hari ke-2. Pasien mengeluh nyeri pada luka bekasa operasi, skala nyeri 6, wajah
menyeringai, pasien susah tidur dan mengeluh mual serta nafsu makan berkurang. Td 130/80
mmHg, frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi napas 24x/menit, ushu 37,5°C, Tampak lemah
dengan gelisah.
A. nyeri akut
B. risiko infeksi
C. deficit nutrisi
D. intoleransi aktifitas
Pembahasan :
gangguan tidur, taku gerak, mual dan muntah sehingga berdampak terhadap
pemenuhan nutrisi.
Strategi :
Terdapat data mayor yang mendukung diagnose nyeri akut yaitu keluhan nyeris skala 6
Jawaban : A
haemorhagik. Hasil pengkajian kesadaran stupor dengan GCS 9, reflex pupil lambat, kesan
hemiparese dextra. TD 190/100 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi 28x/menit
dan suhu 38°C. CT-scan menunjukan adanya gambaran hiperdens pada daerah
frontotemporal kanan.
D. Risiko cedera
E. Hipertermia
Pembahasan :
Stroke hermoragik adalah pecahnya pembuluhan darah otak dan menimbulkan adanya
intracranial. Ciri cirri terjadinya hal tersebut ditunukan dengan data seperti penurunan
scan. Data ini mendominasi maka diagnosanya adalah gangguan perfusi cerebal.
Strategi :
Cluster data terbesar, mayor dan saling sinergi satu sama lian adalah menunjukan
adanya kerusakan jaringan otak, sedang data yang lain hanya satu satu dan minor
Jawaban : A
6. Seroang laki – laki berusia 65 tahun, dirawat di rung neurologis dengan keluhan
mengalami kelemahan pada sisi kiri tubuh sejak semalam. Hasil pengkajian
didapatkan wajah asimetris, biacara pelo, diberi minum tersedak, lidah telihat
E. Risiko aspirasi
Pembahasan :
Proses seragam stroke menimbulkan proses kerusakan jaringan otak yang bersifat fokal
dan gangguan terjadi sesaui dengan daerah focal otak yang terkena. Berat ringan sangat
tergantungan dari lokasi dan luasnya kerusakan jaringan otak yang rusak. Sehingga
kerusakan otak dapat dilihat dati tanda dan gejala yang ditimbulkan. Satu gangguan
ynag menonjol di tampilkan pada kasus ini adalah gangguan menelan seperti bicara
pelo, tersendak dan sebagainya akibat yang berat muncul adalah risiko aspirasi yaitu
Strategi :
pada masalah yang sering disebutkan dan saling sinergis dan menjadi persoalan pokok
Jawaban : E
7. Seorang laki – laki berusia 52 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan
diagnosis DM. Hasil pengkajian, mudah lelah, aktivitas dibantu orang lain, sering
merasa haus, BB turun, kulit kering, TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit,
frekuensi napas 20x/menit, dan hasil laboratorium gula darah sewaktu 578 mg/dl.
A. deficit nutrisi
B. intelorensi aktivitas
Pembahasan :
Pada penderita DM mengalami gangguan produksi insulin atau resistensi insulin yang
dan poliuri terjadi karena kehilangan cairan akibat kondisi dieresis osmotic. Poliphagia
karena hasil dari status katabolic yang disebabkan karena kurangnya insulin dan proses
Strategi :
Masalah pada DM tipe 2 dengan peningkatan gula darah adalah deficit cairan tetapi
pada kasus TD dan nadi masih batas normal. Sehingga pilihannya ada ketidakstabilan
glukosa darah, sedangkan jawaban A, B, D kurang didukung oleh data objektif dan
bukan prioritas.
Jawaban : E
8. Seorang laki – laki berusia 60 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan nyeri dan
kaku pada persendian kaki. Hasilpengkajian skala nyeri 3 bertambah saat pagi, lemas,
kesulitan saat bergerak dan rentang gerak menurun, pasien juga mengeluh
B. risiko cedera
C. kelemahan
D. nyeri akut
E. ansietas
Pembahasan :
Terdapat 2 manisfestasi utama klinis pada osteoarthritis yaitu nyeri yang bertambah
berat pada pagi hari dan keterbatasan pergerakan, sering diikuti oleh kretipus,
Strategi :
Fokus utama manajemen OA adalah manajemen nyeri dan perbaikan mobilitas, bila
Jawaban : A
9. Seorang perempuan berusia 46 tahun dirawat diruang penyakit dalam DHF. Hasil
pengkajian pasien mengggeluh lemah, terdapat petekie pada kedua lengan, ndan kedua
ekstremitas terasa dingin dan suhu 36°C. Hasil pemeriksaan laboratorium HB 18 mg/dl,
A. Risiko syok
B. hipertermia
C. risiko pendarahan
D. intoleransi aktifitas
Pembahasan :
DHF. Pada kasus diatas perlu diwaspadai adanya kebocoran plasma dengan
meningkatnya Hb yaitu 18 mg/dl ( 13-15 mg/dl ) dan peningkatan hematokrit yaitu 50%
Strategi :
Hipertermi terjadi 2 – 7 hari biasanya bifasik, pada kasus suhu tidak begitu tinggi
sehingga tidak menjadi prioritas. Pada pasien sudah terjadi pendarahan dengan adanya
integritas kulit.
Jawaban : A
10. Seorang laki –laki berusia 45 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
diare kronis sejak sebulan yang lalu. Pasien mempunyai riwayat HIV, mengalami
penurunan BB 18 kg dalam 4 bulan terakhir. Hasil pengkajian turgor kulit tidak elastic,
D. hambatan memori
E. diare
Pembahasan :
Diare adalah salah satu infeksi oprtunistik dari penderita HIV, diare menyebabkan
keluarnya cairan dan elektrolit berlebih sehingga pasien akan mengalami kekurangan /
defisiensi cairan dan elektrolit. Pada kasus ini sangat terlihat pasien mengalami
defisiensi cairan, hal ini didukung dengan adanya turgor kulit tidak elastic, membrane
Strategi :
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kerusakan integritas kuli.
Hambatan memori perlu data dukung lainnya. Diare pasa pasien terjadi sejak 1 bulan
yang lalu sehingga menyebabkan kondisi kekurangan volume cairan pada pasien yang
didukung dengan adanya data turgor kulit tidak elastic, membrane mukosa kering,
Jawaban : C
11. Seorang laki – laki berusia 60 tahun, datang ke polik linik mata dengan keluhan
padangan mata sebelah kanan kabur. Hasil pengkajian: Visus 4/6, TIO 27 mmHg, lensa
tampak keruh, tampak gelisah, pasien tampak berhati – hati berjalan, TD 150/100 mmHg,
A. cemas
B. nyeri akut
C. risiko cedera
Pembahasan :
Masalah pasien pada kasus tersebut yang paling utama adalah penglihatan kabur atau
Strategi :
sensorik: visiual dan risiko cedera. Risiko cedera lebih difokuskan pada lingkungan yang
Jawaban: E
1. Seorang laki – laki berusia 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan
Pneumonia. Hasil pengkajian fisik, ireguler dan terlihat penggunaan otot bantu
Pembahasan :
turbulensi dan kecepatan ekshalasi udara sehingga sekret dapat bergerak dan
Strategi :
Kata kunci pada kasus adalah sudah dilakukan tindakan nebulisasi, namun
Jawaban : B
2. Seorang laki – laki berusia 56 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik ). Hasil pengkajian pasien mengeluh sesak dan kelelahan,
batuk berdahak, terdapat ronkhi di bagian medial dan basal paru kanan. TD 130/80 mmHg,
Frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 37,5°C, saturasi oksigen 96%.
D. posisikan semiflower
Pembahasan :
PPOK Merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara di
saluran nafas, gejala klinis yang sering terjadi adalah peningkatan sputum karena proses
inflamasi. Sputum yang sulit dikeluarkan menyebabkan terjadinya sesak nafas, sehingga
masalah keperawatan utama pada pasien diatas adalah ketidakefektifan kebersihan jalan
nafas. Fisioterapi dada yang terdiri dari postural drainage, clapping, dan vibration,
pengeluaran sekret.
Strategi :
Pemberian oksigen 6 liter/menit belum diperlukan karena nilai saturasi oksigen normal.
posisi semiflower hanya meningkatkan ekspansi paru dan menurunkan keluhan sesak
pada pasien. Batuk efektif kurang tepat dilakukan pada pasien yang mengalami kelelahan
karena tidak dapat menggunakan otot abdomen dalam memberikan tekanan atau “force”
pada saat batuk efektif. Pilihan paling tepat dan efektif melakukan fisioterapi dada.
Jawaban : C
Water Seal Drainage(WSD ) dengan system 2 botol. Saat pasien bergerak, tiba – tiba
selang tertarik sehimngga botol ke-2 tergelincir dan menyebabkan botol tersebut pecah.
Pembahasan :
Pemasangan WSD dengan system 2 botol efektif pada pasien efusi pleura atau
hydropneumothorax. Botol pertama sebagai botol penampung drainage dan botol kedua
bekerja sebagai water seal. Botol kedua berfungsi untuk menghindari udara masuk ke
dalam pleura kembali sehingga tekanan intra pleura dalam kondisi stabil. Tindakan yang
masuknya udara atmosfer ke dalam pleura maka segara lakukan klem selang (chest tube )
yang dekat dengan dada ( pleura ). Tindakan yang lainnya dalam pilihan diatas akan
menimbulkan resiko darurat peningkatan intrapleural atau kolaps paru akibat perubahan
Strategi :
Pilihan jawaban yang lain merupakan bukan tindakan aman dan tepat karena
Jawaban : B
4. Seorang laki – laki berusia 45 tahun datang ke poliklinik paru. Saat ini sedang menjalani
program pengobatan TB (tuberculosis). Pasien memiliki riwayat buruk perokok aktif dan
untuk berhenti merokok dan membuang ludah pada tempat yang sudah di sediakandi
rumah mengingat pasien saat ini tinggal bersama dengan anak perempuannya yang
A. Non-maleficence
B. Confidentiality
C. Beneficence
D. Autonomy
E. Fidelity
Pembahasan :
Etik memberikan pertimbangan kepada perawat untuk memilih perilaku sesuai dengan
prinsip ( putusan ) moral atau prinsip kebijakan atau prinsip kebaikan bagi pasein.
Pengertian Etik yaitu memfokuskan pada nilai ( value ) dan moral manusia yang
berkenaan dengan tindakan manusia. Pada kasus diatas, etik yang diterapkan oleh
kebaikan bagi pasein yaitu mencegah perburukan akibat rokok dan mencegah